Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUGAS SISTEM PENCEGAHAN DAN

PENANGGULANGAN KEBAKARAN

ALAT PEMADAM API RINGAN

KELOMPOK :2
NAMA : Imroatul Mufidah
NRP : 0516040110
KELAS : K3-4D

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang dapat
mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup besar sehingga
memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat. Namun sampai saat ini penanganan
terhadap kebakaran di Indonesia masih memiliki berbagai kendala yang mengakibatkan
kejadian kebakaran sering berakibat fatal dan berulang.
Menurut dinas kebakaran DKI Jakarta sepanjang tahun 2016 kasus kebakaran menurun
dibandingkan tahun sebelumnya. Kepala Dinas PKP DKI Jakarta Subejo mengatakan,
peristiwa kebakaran di Jakarta tahun ini mencapai 1.139 kasus. Adapun tahun lalu, kebakaran
mencapai 1.540 peristiwa. Angka kebakaran di Jakarta cukup tinggi dibandingkan di
Surabaya pada 2016 mengalami penurunan sekitar 50 persen dibandingkan kejadian selama
2015. Menurut data Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Surabaya, selama 2016 tercatat ada
300 kejadian kebakaran. Sedangkan kebakaran selama 2015 sebanyak 608 kejadian.
Kebakaran banyak terjadi di gedung-gedung perkantoran, sekolah dan pusat perbelanjaan
yang sebenarnya sudah memiliki Alat Pemadam Api Ringan atau APAR disetiap sisi dari
bangunan itu. Seharusnya dengan adanya APAR, sesuatu keakaran dapat segera dipadamkan
pada saat api belum menjalar dan membesar pada lokasi kebakaran
Oleh sebab itu, perlu dilakukan perhitungan kebutuhan APAR pada suatu bangunan dan
disesuaikan dengan jenis ruangannya agar pemadaman bisa lebih efektif dan efisien karena
tipe APAR yang digunakan sudah sesuai dengan jenis kebakarannya.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana cara menghitung jumlah kebutuhan APAR pada sebuah gedung ?
2. Bagaimana cara menetukan jenis bahan APAR pada sebuah gedung ?

1.3 Tujuan
1. Mampu menghitung jumlah kebutuhan APAR pada sebuah gedung.
2. Mampu menentukan jenis bahan APAR pada sebuah gedung.
1.4 Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang alat pemadam api ringan.
2. Dapat mengetahui kebutuhan APAR yang sesuai pada suatu ruangan.
3. Dapat melatih dan memberi contoh yang baik, benar dan efisien kepada orang lain
tentang cara peletakkan APAR.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Kebakaran
Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki dan bila dibiarkan dapat menimbulkan
berbagai macam kerugian baik kehilangan harta benda maupun korban jiwa. Selain itu
kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak dikehendaki
yang dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda, bangunan
fisik, deposit/asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain-lain) maupun kerugian non
materi (rasa takut, shock, ketakutan, dan lain-lain) hingga kehilangan nyawa atau cacat
tubuh yang ditimbulkan akibat kebakaran tersebut.Sifat kebakaran adalah terjadi secara
tidak diduga, tidak akan padam jika tidak dipadamkan, dan kebakaran akan padam
dengan sendirinya apabila konsentrasikeseimbangan hubungan 3 unsur dalam segitiga api
tidak terpenuhi lagi

2.2 Tahap Kebakaran

Gambar 2.1 Tahap petumbuhan Api

Tahap-tahap kebakaran tersebut antara lain :

1. Tahap Kebakaran Muncul


o Reaksi 3 (tiga) unsur api (panas, oksigen dan bahan mudah terbakar).
o Dapat padam dengan sendirinya apabila api tidak dapat mencapai tahap
kebakaran selanjutnya.
o Menentukan tindakan pemadaman atau untuk menyelamatkan diri.
2. Tahap Kebakaran Tumbuh
o Api membakar bahan mudah terbakar sehingga panas meningkat.
o Dapat terjadi flashover (ikut menyalanya bahan mudah terbakar lain di
sekitar api karena panas tinggi).
o Berpotensi menimbulkan korban terjebak, terluka ataupun kematian bagi
petugas pemadam.
3. Tahap Kebakaran Puncak
o Semua bahan mudah terbakar menyala secara keseluruhan.
o Nyala api paling panas dan yang paling berbahaya bagi siapa saja yang
terperangkap di dalamnya.
4. Tahap Kebakaran Reda (Padam)
o Tahap kebakaran yang memakan waktu paling lama di antara tahap-tahap
kebakaran lainnya.
o Penurunan kadar O2 (oksigen) atau bahan mudah terbakar secara signifikan
yang menyebabkan padamnya api (kebakaran).
o Terdapatnya bahan mudah terbakar yang belum menyala berpotensi
menimbulkan nyala api baru secara.
o Berpotensi menimbulkan backdraft (ledakan yang terjadi akibat masuknya
pasokan oksigen secara tiba-tiba dari kebakaran ruang tertutup yang dibuka
mendadak saat kebakaran berlangsung).

2.3 Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA (National Fire Protection Association)


NFPA (National Fire Protection Association) adalah suatu lembaga swasta yang
khusus menangani di bidang penanggulangan bahaya kebakaran di Amerika Serikat.
NFPA membagi klasifikasi (kelas) kebakaran menjadi 6 (enam) kelas yaitu :
Kebakaran Kelas A, Kebakaran Kelas B, Kebakaran Kelas C, Kebakaran Kelas D,
Kebakaran Kelas E dan Kebakaran Kelas K.
Klasifikasi (kelas) kebakaran berguna untuk menentukan media pemadam efektif
untuk memadamkan api atau kebakaran menurut sumber api atau kebakaran tersebut,
serta berguna untuk menentukan tingkat keamanan jenis suatu media pemadam sebagai
media pemadam suatu kelas kebakaran berdasarkan sumber api/kebakarannya.

Tabel 2.1 Kelas Kebakaran Menurut NFPA

Kelas Kebakaran Bahan yang Terbakar Janis Pemadam


Air, Uap Air, Pasir,
A (Padat Non Busa, CO2, Serbuk
Kertas, Kain, Plastik, Kayu
Logam) Kimia Kering, Cairan
Kimia
B Metana, Amoniak, Solar CO2, Serbuk Kimia
(Gas/Uap/Cairan) Kering, Busa
CO2, Serbuk Kimia
C (Listrik) Arus Pendek
Kering, Uap Air
Aluminium, Tembaga, Besi, Serbuk Kimia sodium
D (Logam)
Baja Klorida, Grafit

Bahan-Bahan <Belum Diketahui


E (Radioaktif)
Radioaktif Secara Spesifik>

K (Bahan
Lemak dan Minyak Masakan Cairan Kimia, CO2
Masakan)

2.5 Tingkat Bahaya Kebakaran Menurut Kepmen No. KEP.186/MEN/1999


1. Ringan
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah sehingga menjalarnya api lambat
Contoh:Perumahan, perkantoran, perhotelan, penjara, rumah sakit, museum, sekolah,
tempat ibadah.
2. Sedang Kelompok 1
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m, dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedangsehingga menjalar api sedang.
Contoh: Pabrik mobil, pabrik roti, pabrik minuman, pengalengan, pabrik elektronika.
3. Sedang Kelompok 2
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 m, dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedangsehingga menjalar api sedang.
Contoh:Pabrik tekstil, pabrik tembakau, penggilingan padi, gudang pendinginan,
gudang perpustakaan, pabrik perakitan kendaraan bermotor.
4. Sedang Kelompok 3
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga api menjalar cepat.
Contoh:Pabrik ban, bengkel mobil dan motor, pabrik makanan dari bahan tepung,
pabrik plastik
5. Berat
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi,
penyimpanan cairan yang mudah terbakar, serat atau bahan lain yang apabila
terbakar apinya cepat menjadi besar dengan melepaskan panas tinggi sehingga
menjalarnya api menjadi cepat.
Contoh:Pabrik cat, pabrik kembang api, penyulingan minyak bumi, pabrik bahan
kimia yang mudah terbakar.
2.6 Metode Pemadaman Kebakaran
1. Mengambil bahan bakar (Starvation)
Metode ini cukup efektif dan praktis,dapat dilakukan dengan cara mengambil bahan
bakar meliputi;
a. menutup kerangan supply minyak,
b. memompa keluar minyak yang terbakar dalam suatu tanki,
c. atau memindahkan benda yang belum terbakar
Dapat juga diselesaikan dengan pengenceran bahan cair, seperti etil alkohol yang
larut dalam air
2. Memisahkan oksigen (Smothering)
Smothering memadamkan kebakaran dengan pemisahan oksigen dari unsur lain yang
menyebabkan kebakaran. Contoh umum adalah pemadaman kebakaran kompor
dengan menutupkan karung goni yang dibasahi
Beberapa jenis kebakaran tak dapat dengan mudah dipadamkan dengan smothering,
seperti kebakaran plastik (cellulose nitrate), logam (titanium) dan bahan bakar
tertentu yang terbakarnya tidak tergantung pada adanya oksigen dari luar
3. Pengurangan panas (Cooling)
Pengendalian suhu kebakaran dengan maksud bahan bakar tidak cukup panas untuk
mengeluarkan gas atau uap yang diperlukan dalam pembakaran
Pendinginan merupakan bentuk nyata perpindahan panas, panas diserap oleh sarana
pendingin (air). Dari semua media pemadam, air menyerap panas per volumenya
lebih banyak dari media pemadam lainnya, selain itu tersedia dalam jumlah banyak
dan mudah didapat
4. Menghentikan rantai reaksi
Dimana molekul yang telah dipanaskan sebelumnya dikeluarkan dari kobaran api.
Ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa formasi dan pemakaian atom tertentu
secara serentak merupakan kunci rantai reaksi yang menghasilkan nyala sendiri,
bahan kimia dapat diberikan kedalam kobaran api dalam jumlah tertentu, benda ini
menghalangi atom dan melindungi dari kebakaran
2.7 Definisi Alat Pemadam Api Ringan

Fire Extinguisher atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR) merupakan alat pemadam
api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan langsung diarahkan pada posisi
2
dimana api berada dan dirancang dengan tekanan > 14kg/cm .Alat Pemadam Api Ringan
adalah perlatan yang di rancang sebagai pertolongan pertama pada awal terjadinya
kebakaran, alat ini memiliki berat maksimal 16 kg, dimaa alat ini aka mudah di layani
oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadinya
kebakaran.PER.04/MEN/1980, apar adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh
satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran. Jadi adalah alat yang
digunakan untuk memadamkan api pada saat awal terjadinya kebakaran dan mampu
digunakan oleh sesorang.
2.8 Faktor Keefektifan Alat Pemadam Api Ringan
Alat pemadam api ringan dapat bekerja secara efektif untuk memadamkan api jika
memenuhi syarat berikut :
1. Pemilihan jenis apar yang tepat, sesuai dengan klasifikasi kebakaran
2. Pengetahuan yang benar tentang teknik penggunaan apar
3. Cukup tidaknya isi bahan pemadam pada apar
4. Apar berfungsi secara baik

2.9 Macam-macam Media Pemadam Sebagai Isi Alat Pemadam Api Ringan
Setiap macam media pemadam api memiliki ciri khas dalam memadamkan apidan
mempunyai keunggulan untuk kelas tertentu tetapi jugadapat berbahaya untuk jenis
kebakaran lainnya. Macam media pemadam pada alat pemadam api ringan adalah :
1. Air
Apar jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type dan gas cartridge type
(tabung gas). Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik mengambil
panas (cooling) dan sangat baik digunakan untuk pemadaman kelas A. Keunggulan
dan kerugian media apar jenis air adalah :

 Mudah dikendalikan
 Boleh untuk memadam api di tingkat awal
 Hanya sekali digunakan
 Tidak sesuai memadam kebakaran alat elektrik dan logam
 Tidak boleh diletakkan ditempat yang suhunya sejuk dan bisa membeku
 Tidak boleh untuk memadam kebakaran yang besar.
Gambar 2.5 Apar dengan media pemadam air
2. Dry Chemical Powder
Dry chemical powder merupakan kombinasi dari fosfat monoamonium dan
ammonium sulphate yang berfungsi mengganggu reaksi kimia yang terjadi pada
pembakaran, sehingga api berhenti. Dry chemical powder juga memiliki titik lebur
yang rendah dan partikel yang sangat kering serta membengkak untuk membentuk
penghalang sehingga oksigen tidak dapat masuk sehingga dapat menutup area api,
akhirnya api tidak akan menyala dikarenakan pijakan api ditutupi oleh dry chemical
powder. Selain itu, cara kerjanya dengan merusak reaksi kimia pembakaran dengan
membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang terbakar. Makin halus butiran
serbuk kimia kering maka makin luas permukaan yang ditutupi.Keunggulan apar
jenis Dry Chemical Powder adalah :

 Merupakan media pemadam api serbaguna, aman dan luas pemakaiannya


karena dapat mematikan api kelas A, B, dan C.
 Dapat menahan radiasi panas dengan kabut partikelnya.
 Tidak menghantarkan listrik (non-konduktif).
 Serbuk kimia kering tidak beracun (non-toxic).
Gambar 2.6 Apar dengan media pemadam dry chemical
powder 3. Karbon Dioksida

Senyawa kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon dan 2 atom oksigen, yang
dapat dihasilkan baik dari kegiatan alamiah maupun kegiatan manusia. Media
pemadam api CO2berupa fase cair bertekanan tinggi. Prinsip kerja CO2 ialah reaksi
dengan O2 sehingga konsentrasinya berkurang dari 21% menjadi sama atau lebih
kecil dari 14%. Hal ini disebut pemadaman dengan cara menutup. Media pemadam
api CO2 tidak beracun tetapi dapat membuat orang pingsan atau meninggal karena
kekurangan oksigen. Kelemahan CO2 ialah tidak dapat mencegah terjadinya
kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi) karena CO 2 tidak dapat
mengikatO2secara terus-menerus tetapi dapat mengikat O2 sebanding dengan jumlah
CO2 yang tersedia sedang suplai oksigen di sekitar tempat kebakaran terus
berlangsung.Keunggulan media APAR jenis CO2 adalah :

 Dapat digunakan memadamkan kebakaran kelas B dan C karena


merupakan bahan gas, CO2 tidak merusak, dengan daya guna yang efektif dan
bersih.
 Sangat efektif digunakan dalam ruangan tertutup.
 Dapat menyerap panas sekaligus mendinginkan.
Gambar 2.7 Apar dengan media pemadam CO2
4. Foam AFFF (Aqueous Film Forming Foam)
Foam AFFF adalah berbasis air dan sering mengandung surfaktan berbasis
hidrokarbon seperti sulfat sodium alkyl, dan fluoro surfactant sepertifluorotelomers,
asam perfluorooctanoic (PFOA), atau asam perfluorooctanesulfonic(PFOS). Mereka
memiliki kemampuan untuk menyebar di permukaan cairan berbasis hidrokarbon.
Alcohol-resistant aqueous film forming foams (AR-AFFF) adalah busa yang tahan
terhadap reaksi dari alkohol, dapat membentuk lapisan pelindung ketika
disemprotkan.Berdasarkan pada benda-benda yang terbakar, busa dapat dibagi
menjadi :
 Bursa reguler adalah busa yg hanya mampu memadamkan bahan-bahan
yang berasal dari hydrokarbon atau bahan-bahan cair bukan pelarut.
 Busa all purphose atau anti Alkohol adalah busa yg dapat memadamkan
api yg berasal dari kebakaran zat pelarut seperti Alkohol, ather, Katon maupun
zat-zat
cair bukan pelarut lainnya.
 Busa kimia (chemical foam) adalah busa yang terbentuk karena adanya
reaksi kimia yaitu bercampurnya dua sednyawa kimia. Contoh: tepung tunggal
(single powder) bertemu dengan air, membentuk busa, tepung dual (dual powder)
bertemu dengan alluminium sulphat dan natrium bicarbonat akan membentuk
busa.
 Busa Mekanik (mechanical foam) adalah busa yangg terjadi karena
adanya proses mekanis, yaitu berupa adukan daribahan pembuat busa yang terjadi
dari cairan busa, air dan udara. Bahan baku dari busa mekanik adalah protein
hewani atau
nabati, Fluoro Protein dan cairan busa sintetis ( dietrgen ).
Keunggulan media APAR foam AFFF adalah :
 Dapat digunakan untuk memadamkan api kelas A namun sangat cocok
bila digunakan untuk kelas B.
 Bersifat kondukstif (penghantar listrik) sehinggatidak dapat dipakai untuk
memadamkan api kelas C.
 Foam bersifat ringan, efektif untuk memadamkan zat cair yang mudah
terbakar dengan cara mengisolasi oksigen dan menutupi permukaan zat cair untuk
menghindari api yang dapat menjalar kembali.
Gambar 2.8 Apar dengan media pemadam foam
5. Clean Agent/ Gas (Pengganti Hallon) / HCFC 141B
HCFC-141b adalah hydrochlorofluorocarbon (HCFC). Merupakan senyawa dari
1,1-dichloro-1-fluoroethane dan Chemical Abstracts. Keunggulan media client agent
adalah :
 Merupakan pemadam api yang bersih dan tidak meninggalkan residu.
 Sangat efektif untuk semua resiko kebakaran kelas A, B dan C.
 Tidak menghantarkan listrik (non konduktif), sehingga tidak akan
menyebabkan kerusakan pada peralatan elektronik.

Gambar 2.9 Apar dengan media pemadam clean agent


2.14 Perawatan Alat Pemadam Api Ringan

 Perawatan rutin tabung APAR (alat pemadam api ringan) yang dilakukan setiap
bulannya
1. Cek apakah terdapat kebocoran pada tabung dan pastikan gas pendorong tidak
bocor, jika bocor keberadaan posisi jarum yg terletak di pressure gauge tepat
berada di posisi 15-20 Bar. (Berlaku untuk tabung type stored pressure)
2. Cek segel di tabung cartridge yang berada di leher tabung, apakah masih dalam
keadaan utuh.(berlaku untuk tabung tipe cartridge)
3. Bersihkan tabung dari debu, air, maupun korosi. Caranya gosok tabung dengan
kain basah hingga tak ada lagi debu, lalu gosok lagi dengan kain kering. Setelah
itu oleskan sedikit solar pada tubuh tabung secara merata, lalu akhiri dengan
penggosokan menggunakan kain kering.
4. Bolak-balikan tabung untuk menghindari pembekuan pada cairan dalam tabung.
Caranya, satu tangan memegang bagian atas tabung, dan tangan satunya lagi
memegang bagian bawah tabung. Lalu bagian atas tabung dibalik ke bawah dan
sebaliknya, bagian bawah tabung dibolak ke atas. Lakukan hingga 3-5 kali
secara perlahan.
5. Berikan pelumas secara rutin pada roda tabung. Pastikan jari-jari, velg, dan
posisi roda dalam keadaan baik.
6. Pastikanbracket dalam keadaan kuat dan melekat sempurna dengan dinding.
7. Jangan hadapkan tabung alat pemadam api ringan dengan sinar matahari dan
hujan,
8. Usahakan agar tabung alat pemadam api ringan terhindar dari kontak
langsung matahari dan disarankan untuk memberi penutuppelindung pada
tabung demi menjaga kualitas tabung lebih tahan lama.
 Perawatan rutin tabung alat pemadam api ringan yang dilakukan setiap
tahunnyadianjurkan dan direkomendasikan oleh peraturan suku dinas pemadam
kebakaran adalah melakukan isi ulang media pemadam apar. Perawatan rutin
setiap tahunnya harus melakukan overhaul dan tune-up tiap spare part dari
instrumen tabung. Lalu tahap akhir adalah hydrostatic test

2.15
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

1. Tong tempat pembakaran


2. Korek api
3. Alat pemadam api ringan CO2
4. Alat pemadam api berat CO2
5. Alat pemadam api ringan dry chemical powder
1.1.2 Bahan
2.14 Bahan bakar
1.2 Prosedur Kerja
2.14.2 Alat pemadam api ringan dry chemical powder dan CO 2

Mulai

Mengangkat tabung dari tempatnya

Memastikan tabung siap dipakai

Meletakkan tabung di samping


tubuh dengan posisi kuda-kuda
Melepaskan pin pengaman
Memegang corong, arahkan ke
atas

Menekan tangkai penekannya

Setelah yakin bahwa apar


tersebut siap pakai

Membawa apar ke tempat


terjadinya kebakaran

Sebelum mennyemprotkan
media pemadam, memastikan
petugas pemadam tidak
melawan arah angin

Mengrahkan corong/Nozzle ke
nyala api dan menekan tangkai
penekannya pada bahan yang
terbakar

Menggerakan corong ke
kanan dan kiri hingga
kebakaran padam

Selesai
2.14.3 Alat pemadam api berat CO2

Mulai

Menarik tabung dari tempatnya

Memastikan tabung siap dipakai

Melepaskan pin pengaman

Memegang corong pada gagang


yg mempunyai penyekat agar
tangan tidak luka karena suhu
dingin.

Menekan penekannya

Setelah yakin bahwa apar


tersebut siap pakai

Menarik apab ke tempat


terjadinya kebakaran
Sebelum menyemprotkan
media pemadam, memastikan
petugas pemadam tidak
melawan arah angin

Mengrahkan corong/Nozzle ke
nyala api dan menekan
penekannya pada bahan yang
terbakar

Menggerakan corong ke kanan


dan kiri hingga kebakaran padam

Selesai
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Analisa dan Pembahasan


Gedung asrama putra universitas Kristen terdiri dari empat lantai. Pada lantai satu
memiliki luas sebesar 3298,87 feet2. Pada laintai dua, tiga, dan empat memiliki luas
laintai sebesar 3568,18 feet2. Gedung asrama putra pada Universitas Kristen termasuk
pada klasifikasi bahaya kebakaran ringan menurut Kepmen No. KEP.186/MEN/1999.
Pada perhitungan APAR menggunakan Standart NFPA 10 tahun 2013, Jangkauan APAR
didapat 6000 feet2, dikarenakan bahaya kebakaran ringan dan APAR yang digunakan
kelas 2A dengan jenis Dry Chemical Powder.

Perhitungan Kebutuhan APAR

1. Pada lantai 1
Luas bangunan 3298,87 feet2

Maka kebutuhan APAR 3298,87 feet2 = 1 APAR


6000 feet2
2. Pada lantai 2, 3, dan 4

Luas bangunan 3568,18 feet2

Maka kebutuhan APAR 3568,18 feet2 = 1 APAR


6000 feet2
Peletakan APAR

1. Pada Lantai Satu menurut perhitungan hanya memerlukan 1 APAR, akan tetapi pada
proses peletakan APAR membutuhkan 2 APAR hal ini dikarenakan jika hanya
menggunakan 1 APAR dengan standart NFPA 10 Tahun 2013 tidak memenuhi
jangkauan dengan jari jari standart sebesar 11,5 m.
2. Pada Lantai Dua menurut perhitungan hanya memerlukan 1 APAR, akan tetapi pada
proses peletakan APAR membutuhkan 2 APAR hal ini dikarenakan jika hanya
menggunakan 1 APAR dengan standart NFPA 10 Tahun 2013 tidak memenuhi
jangkauan dengan jari jari standart sebesar 11,5 m.
3. Pada Lantai Tiga menurut perhitungan hanya memerlukan 1 APAR, akan tetapi pada
proses peletakan APAR membutuhkan 2 APAR hal ini dikarenakan jika hanya
menggunakan 1 APAR dengan standart NFPA 10 Tahun 2013 tidak memenuhi
jangkauan dengan jari jari standart sebesar 11,5 m.
4. Pada Lantai Empat menurut perhitungan hanya memerlukan 1 APAR, akan tetapi
pada proses peletakan APAR membutuhkan 2 APAR hal ini dikarenakan jika hanya
menggunakan 1 APAR dengan standart NFPA 10 Tahun 2013 tidak memenuhi
jangkauan dengan jari jari standart sebesar 11,5 m.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pemadaman api dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR),
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sangat cocok memadamkan kebakaran tahap awal tetapi APAR harus dilakukan
dengan cepat, akan tetapi isi dari APAR lebih sedikit daripada APAB, yang membuat
APAR tidak bisa digunakan lebih lama.
2. Untuk APAR sangat cocok digunakan sebagai alat pemadam pertama karena mudah
dibawa dengan cepat tetapi isi dari APAR tidak begitu banyak.

5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum pemadaman api denganAlat Pemadam Api Ringan
APAR saya memiliki saran yang terkait dengan praktikum sebagai berikut :
1. Harus ada maintenance agar APAR bisa digunakan secara maksimal kapanpun saat
diperlukan.
2. Ketarmpilan dalam menggunakan APAR juga harus dilatih dengan adanya pelatihan
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.


http://www.phitagoras.co.id/safety_practices.html. Diakses tanggal 6 Mei 2009

Disnaker Jatim, 2008. Standar Pelayanan Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja.http://disnaker.jatimprov.go.id/index.php. Diakses tanggal 6 Mei 2009.

Firdani, Luthfan, Ekawati, Bina Kurniawan. 2014. “Analysis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) di PT. X Pekalongan” . Semarang: Universitas dipponegoro

Gempur Santoso, 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Cetakan Pertama,
Prestasi Pustaka, Jakarta
Handoko, Lukman. 2013. Buku Petunjuk Praktek. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri

Surabaya

Kendhin x template (2014),Jenis dan cara Penggunaan APAR [online],(http://www.kendhinx-


template.blogspot.com, diakses 08 Maret 2018)
Supadio (2012), Pengenalan Bahan Pemadam Kebakaran
,[online],(http://www.SupadionoInternasionalAirportPontianakRFFS.htm, diakses 08
Maret 2018)
W, Suko Ir. 2005. Fire Department. Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
Gresik: Petrokimia
Wahyudi, S. 1989. Pencegahan dan penanggulangan ahay kebakaran, Petrokimia Gresik.
Wahyudi, S. 1989. Alat Pemadam Api Ringan, Petrokimia Gresik.

Anda mungkin juga menyukai