ABORTUS
oleh
Siti Raudatul Jannah
NIM 192311101233
b. Penyebab Abortus
Menurut Rahayu (2018) abortus paling banyak disebabkan
oleh anomali kromosom. Kasus abortus dapat terjadi pada usia ibu
antara 20-40 tahun dan usia pasangan antara 24-43 tahun. Resiko
abortus meningkat seiring paritas serta usia ibu dan ayah. Sesuai
bertambahnya umur seorang wanita maka semkin meningkat tingkat
terjadinya abortus. Pada wanita berusia 20 sampai 24 tahun memiliki
resiko abortus 8,9%, namun resiko tersebut akan meningkat 74,7%
ketika wanita berusia 45 tahun keatas.
Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah
toksoplasmosis, malnutrisi, gangguan endokrin, gangguan hormonal,
keracunan obat, kista, mioma, serta faktor psikologis dan stress
emosional juga dapat menyebabkan terjadinya abortus (Rahayu, 2018).
c. Patofisiologi Abortus
Abortus terjadi setelah kondisi janin telah meninggal dan
biasanya disertai oleh pendarahan ke desidua basalis, pada daerah
implantasi akan terjadi perubahan nekrotik, kemudian akan
menimbulkan perdarahan per vaginam sehingga sel telur dan del
sperma yang merupakan hasil hasil konsepsi. Melepasnya hasil
konsepsi akan dianggapm sebagai benda asing oleh uterus. Uteus akan
mengalami kontraksi dengan tujuan untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Jika usia usia kehamilan kurang dari delapan mingu vili
korialis masih belum begitu dalam menembus desidua sehingga hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada usia kehamilan antara 8
sampai 14 minggu plasenta tidak akan dapat dikeluarkan secara dalam
sehingga menimbulkan pendarahan yang banyak.
e. Penanganan Abortus
Menurut Rahayu (2018), penangan pada kejadian abortus dapat
dilaksanakan dengan teknik medis atau bedah. Tehnik bedah dilatasi
servik dapat berupa kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan evakuasi,
maupun dilatasi dan ekstraksi. Dalam tindakan kuretase dapat
menggunakan kuret tajam atau dengan alat vakum. Kuretase
dianjurkan untuk usia kehamilan dibawah 14 minggu dikarenakan
untuk menghindari terjadinya komplikasi seperti perforasi usus,
laserasi servik, perdarahan, pengeluaran janin dan plasenta yang tidak
lengkap dan terinfeksi. Pada usia kehamilan diatas 14 minggu maka
lebih baik dilakukan dilatasi dan evakuasi.
3. a. Pohon masalah
Faktor penyebab
abortus
Kematian janin
Kontraksi uterus
Tindakan kuretase
Kram
suprapubik Krisis
situasional
. MK : Nyeri akut
Kurang
pengetahuan
MK : Ansietas
Gangguan mobilitas
fisik
b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Tim Pokja
SDKI DPP PPNI (2016) dan Kerjatin (2016) adalah sebagai berikut :
1) Fisiologis
a) Nutrisi dan cairan
1. Perdarahan uterus
2) Psikologis
a) Nyeri dan kenyamanan
1. Kontraksi uterus, kram, dan nyeri
2. Kegelisahan yang tampak
3. Raut wajah
4. Fokus diri sendiri
b) Integritas dan ego
1. Kebingungan
2. Konsentrasi
3. Ketegangan
4. Kegelisahan
5. Kontak mata
3) Perilaku
a. Penyuluhan dan pembelajaran
1. Ungkapan kesulitan menjalani program
perawatan/pengobatan
2. Kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor
risiko
3. Aktivitas dan kebiasaan sehari-hari
4. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis
2. Ansietas b.d krisis situasiona dan kurang pengetahuan
3. Gangguan mobilitas fisik b.d efek agen farmakologis
5. Rencana tindakan keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Nama dan Paraf
O keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan SIKI (I.08238) Manajemen nyeri
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Observasi respon nyeri non verbal SRJ
nyeri berkurang dengan kriteria 2. Berikan Teknik nonfarmakologis
hasil : pengurangan nyeri
3. Fasilitasi istirahat tidur
SLKI (L.08066) Tingkat nyeri 4. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
Skala nyeri
Indikator
Awal Akhir 5. Kolaborasi pemberian analgesic, jika
Keluhan nyeri 5 perlu