Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

oleh
Siti Raudatul Jannah
NIM 192311101233

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS
oleh Siti Raudatul Jannah (192311101233)

1. Kasus (masalah utama)


Abortus

2. Proses terjadinya masalah


a. Pengertian Abortus
Abortus adalah suatu tindakan untuk bedah kehamilan yang
dilakukan pada masa dimana janin belum memiliki kemampuan untuk
hidup diluar kandungan (Kerjatin, 2016). Aborsi merupakan suatu
berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar
(Laisina, dkk., 2017). Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi
yang terjadi usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau beratnya
sekitar 500 gram (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

b. Penyebab Abortus
Menurut Rahayu (2018) abortus paling banyak disebabkan
oleh anomali kromosom. Kasus abortus dapat terjadi pada usia ibu
antara 20-40 tahun dan usia pasangan antara 24-43 tahun. Resiko
abortus meningkat seiring paritas serta usia ibu dan ayah. Sesuai
bertambahnya umur seorang wanita maka semkin meningkat tingkat
terjadinya abortus. Pada wanita berusia 20 sampai 24 tahun memiliki
resiko abortus 8,9%, namun resiko tersebut akan meningkat 74,7%
ketika wanita berusia 45 tahun keatas.
Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah
toksoplasmosis, malnutrisi, gangguan endokrin, gangguan hormonal,
keracunan obat, kista, mioma, serta faktor psikologis dan stress
emosional juga dapat menyebabkan terjadinya abortus (Rahayu, 2018).
c. Patofisiologi Abortus
Abortus terjadi setelah kondisi janin telah meninggal dan
biasanya disertai oleh pendarahan ke desidua basalis, pada daerah
implantasi akan terjadi perubahan nekrotik, kemudian akan
menimbulkan perdarahan per vaginam sehingga sel telur dan del
sperma yang merupakan hasil hasil konsepsi. Melepasnya hasil
konsepsi akan dianggapm sebagai benda asing oleh uterus. Uteus akan
mengalami kontraksi dengan tujuan untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Jika usia usia kehamilan kurang dari delapan mingu vili
korialis masih belum begitu dalam menembus desidua sehingga hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada usia kehamilan antara 8
sampai 14 minggu plasenta tidak akan dapat dikeluarkan secara dalam
sehingga menimbulkan pendarahan yang banyak.

d. Tanda dan Gejala Abortus


Menurut Rahayu (2018) terdapat beberapa tanda dan gejala abortus,
diantaranya :
1. Terdapat perdarahan pervaginam
2. Adanya rasa kontraksi atau rasa mulas
3. Osteum uteri eksternal terbuka
4. Kavum uteri teraba pada saat dilakukan pemeriksaan vaginal
5. Nyeri seperti di remas-remas pada perut bagian bawah

e. Penanganan Abortus
Menurut Rahayu (2018), penangan pada kejadian abortus dapat
dilaksanakan dengan teknik medis atau bedah. Tehnik bedah dilatasi
servik dapat berupa kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan evakuasi,
maupun dilatasi dan ekstraksi. Dalam tindakan kuretase dapat
menggunakan kuret tajam atau dengan alat vakum. Kuretase
dianjurkan untuk usia kehamilan dibawah 14 minggu dikarenakan
untuk menghindari terjadinya komplikasi seperti perforasi usus,
laserasi servik, perdarahan, pengeluaran janin dan plasenta yang tidak
lengkap dan terinfeksi. Pada usia kehamilan diatas 14 minggu maka
lebih baik dilakukan dilatasi dan evakuasi.
3. a. Pohon masalah

Faktor penyebab
abortus

Kematian janin

Perdarahan ke dalam desidua basalis

Nekrotik pada daerah implantasi

Infiltrasi sel-sel peradangan akut

Perdarahan per vaginam

Hasil konsepsi terlepas

Kontraksi uterus
Tindakan kuretase
Kram
suprapubik Krisis
situasional

. MK : Nyeri akut
Kurang
pengetahuan

MK : Ansietas

Pemulihan pasca bedah

Efek agen farmakologis


(anestesi)

Gangguan mobilitas
fisik
b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Tim Pokja
SDKI DPP PPNI (2016) dan Kerjatin (2016) adalah sebagai berikut :
1) Fisiologis
a) Nutrisi dan cairan
1. Perdarahan uterus
2) Psikologis
a) Nyeri dan kenyamanan
1. Kontraksi uterus, kram, dan nyeri
2. Kegelisahan yang tampak
3. Raut wajah
4. Fokus diri sendiri
b) Integritas dan ego
1. Kebingungan
2. Konsentrasi
3. Ketegangan
4. Kegelisahan
5. Kontak mata
3) Perilaku
a. Penyuluhan dan pembelajaran
1. Ungkapan kesulitan menjalani program
perawatan/pengobatan
2. Kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor
risiko
3. Aktivitas dan kebiasaan sehari-hari

4. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis
2. Ansietas b.d krisis situasiona dan kurang pengetahuan
3. Gangguan mobilitas fisik b.d efek agen farmakologis
5. Rencana tindakan keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Nama dan Paraf
O keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan SIKI (I.08238) Manajemen nyeri
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Observasi respon nyeri non verbal SRJ
nyeri berkurang dengan kriteria 2. Berikan Teknik nonfarmakologis
hasil : pengurangan nyeri
3. Fasilitasi istirahat tidur
SLKI (L.08066) Tingkat nyeri 4. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
Skala nyeri
Indikator
Awal Akhir 5. Kolaborasi pemberian analgesic, jika
Keluhan nyeri 5 perlu

Meringis 5 SIKI (I.08242) Pemantauan nyeri


Sikap protektif 5 6. Observasi faktor pencetus dan pereda
Berfokus pada 5 nyeri
diri sendiri 7. Atur interval waktu pemantauan sesuai
Keterangan : kondisi klien
1 : meningkat 8. Informasikan hasil pemantauan
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
2. Ansietas Setelah dilakukan tindakan SIKI (I.09314) Reduksi ansietas
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Identivikasi tingkat ansietas berubah SRJ
ansietas berkurang sehingga 2. Observasi tanda-tanda ansietas
klien dapat kooperatif pada 3. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
prosedur tindakan dengan memicu kecemasan
kriteria hasil : 4. Informasikan secara aktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
SLKI (L.09093) Tingkat 5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
ansietas persepsi
Skala 6. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
Indikator
Awal Akhir jika perlu
Verbalisasi 5
kebingungan
Verbalisasi 5
khawatir akibat
kondisi yang
dihadapi
Keterangan :
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan SIKI (I.05173) Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi toleransi fisik melakukan SRJ
klien dapat beraktivitas mandiri pergerakan
secara bertahap dengan kriteria 2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
hasil : darah sebelum memulai mobilisasi
3. Monitor kondisi umum selama
SLKI (L.05042) Mobilitas fisik melakukan mobilisasi
Skala 4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
Indikator
Awal Akhir alat bantu
Pergerakan 5 5. Libatkan keluarga untuk membantu
ekstremitas pasien dalam meningkatkan pergerakan
Kekuatan otot 5 6. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Rentang gerak 5 7. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Keterangan : 8. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
1 : menurun harus dilakukan
2 : cukup menurun
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat
6. Daftar Pustaka

Laisina, A. E., F. Kalalo, dan S. Rompas. 2017. PENGARUH penyuluhan


tentang abortus provokatus terhadap pengetahuan remaja di sma
spektrum kota manado. E-Journal Keperawatan (e-Kp). 5(1):1–5.
PPNI, T. P. S. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. S. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. S. D. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Purwaningrum, E. D. dan A. I. Fibriana. 2017. FAKTOR risiko kejadian
abortus spontan. Higea. 1(3):84–94.
Purwoastuti, E. dan E. S. Walyani. 2015. Ilmu Obstetri Dan Ginekologi
Sosial Bagi Kebidanan. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.
Rahayu, T. 2018. Model asuhan keperawatan pada klien dengan abortus
inkomplet menggunakan pendekatan need for help wiedenbach dan
self care orem. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas. 1(2):31–42.

Anda mungkin juga menyukai