Anda di halaman 1dari 27

Dr. dr. H.

Nasrudin Andi Mappaware, SpOG


Nama
CURRICULUM VITAE
: Dr. dr. H. Nasrudin Andi Mappaware, SpOG

TTL : Unaaha / 30 Mei 1976

Pekerjaan : Dosen Fak. Kedokteran UMI


Dosen LB Bagian OBGIN & Bioetika FK UNHAS
Dosen Akbid / Akper /STIKES di Makassar
Dosen S2 Kebidanan Pasca Sarjana UNHAS
Dosen S2 Magister Kesehatan PS UMI

Jabatan : Wakil Dekan I FK UMI


Direktur RSIA St Khadijah 1 Makassar
Sekertaris POGI Cab. Makassar

Riwayat Pendidikan Kedokteran :


- Dokter Umum 2003 di FK UMI
- Spesialis OBGIN 2006 FK UNHAS
- Bioetika, Hukum Kedokteran & HAM 2007 FK UI
- Bioethics of Health Professionals 2013 FK UGM
- S3 Kedokteran 2013 Pasca Sarjana UNHAS
- S2 Management RS 2015 Pasca sarjana UNHAS (sementara)

Riwayat Organisasi : IDI, POGI, PERSI, MUKISI,


Jaringan Bioetika & Humaniora Kesehatan Indonesia (JBHKI)
Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (MHKI)
Di amerika serikat, sekitar 3 persen bayi
mengalami malformasi structural yang dapat
terdeteksi pada saat lahir.

Pada usia 5 tahun, 7% teridentifikasi memiliki


gangguan perkembangan, dan angka ini meningkat
hingga 12 sampai 14 % pada saat mereka masuk sekolah
serta 17 % sebelum usia 18 tahun.

Sebagian besar kelainan kongenital disebabkan


oleh faktor-faktor non-herediter.

Hanya sekitar 10 persen malformasi yang diketahui


sejak lahir disebabkan oleh teratogen. Hanya sedikit
dari yang terakhir ini yang teridentifikasi positif.
Penelitian mengenai penggunaan
obat pada kehamilan terhambat 
kesulitan melakukan penelitian pada
populasi khusus ini (kerentanan
pada ibu dan janin yang sedang
berkembang.

Perubahan fisiologis pada


kehamilan seperti perubahan
volume darah, protein plasma,
dan pengosongan gaster dan
transit time yang mempengaruhi
dosis dan distribusi obat.
 Dokter harus mempertimbangkan risiko dan manfaat
terapi obat-obatan pada saat kehamilan atau laktasi.
Mengingat ketakutan mengenai efek samping pada janin
yang sedang berkembang atau bayi baru lahir  solusi
yang sering dilakukan adalah menghindari
pemberian terapi.
PENGARUH OBAT PADA JANIN

 Pengaruh buruk obat terhadap janin tergantung pada sifat obat dan umur
kehamilan pada saat minum obat.
 Efek toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau biokimiawi dari janin yang
dikandung, dan biasanya gejala baru muncul beberapa saat setelah persalinan.
 Efek teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomi pada
pertumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis
subletal.
 Efek letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan
Teratogen  Bahasa Yunani 
teratos  monster.

Teratogen  Zat yang menimbulkan


kelainan struktural  masa organogenesis
 perubahan bentuk atau fungsi yang
menetap.

Teratogen  zat kimia, virus, agen


lingkungan dan obat.
Maternal-Fetal Transfer
Gambar skematik dari periode yang sangat kritis dan sensitif pada perkembangan
dalam rahim. sangat sensitif ( ) kurang sensitif. ( ) .(from Aries and simons,).
PENGARUH OBAT BERDASARKAN FASE PERKEMBANGAN JANIN

1. Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu 


pengaruh buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi pengaruh
buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya
kehamilan (abortus).
2. Fase embrional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara
4-8 minggu. Pada fase ini, terjadi differensiasi pertumbuhan untuk
terjadinya malformasi anatomic (pengaruh teratogenik). Berbagai
pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain:
 Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen
 Pengaruh sub-letal, yang biasanya dalam bentuk malformasi anatomis
pertumbuhan organ, seperti misalnya fokolemia karena talidomid.
 Pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus.
PENGARUH OBAT BERDASARKAN FASE PERKEMBANGAN JANIN

3. Fase fetal, yaitu pada trimester kedua dan ketiga


kehamilan. Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan
lebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk senyawa asing
terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi
anatomic lagi, tetapi mungkin dapat berupa gangguan
pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau
biokimiawi organ-organ.
Kategori A Yang termasuk dalam kategori ini adalah obat-obat yang
telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai
kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk
lainnya. Obat yang termasuk dalam kategori A antara lain
adalah parasetamol, penisilin, eritromisin, glikosida
jantung, isoniazid serta bahan hemapoetik seperti besi
dan asam folat
Kategori B Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman
pemakainya pada wanita hamil masih terbatas, tetapi
tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau
pengaruh buruk lainnya pada janin.
obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan
pada studi toksikologi pada hewan yaitu:
Kategori B 1. B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti
meningkatkan kejadian kerusakan janin. Contoh obat-
obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya
simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin.
2. B2: Data dari penelitian pada hewan belum memadai,
tetapi ada petunjuk tidak meningkatnya kejadian
kerusakan janin. Obat-obat tersebut adalah tikarsilin,
amfoterisin, dopamine, asetilkistein, dan alkaloid
belladonna.
3. B3: Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan
kejadian kerusakan janin, tetapi belum tentu bermakna
pada manusia. Sebagai contoh adalah karbamazepin,
pirimetamin, griseofulvin, trimetoprim, dan mebendazol.
Kategori C Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk
pada janin tanpa disertai malformasi anatomic semata-mata
karena efek farmakologiknya. Umumnya bersifat reversibel
(dapat membaik kembali).  analgetika-narkotik, fenotiazin,
rifampisin, aspirin, NSAID, dan diuretika.

Kategori D Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian


malformasi janin pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin
yang bersifat ireversibel (tidak dapat membaik kembali). Obat-obat
dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik yang
merugikan janin.  androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbiton,
kinin, klonazepam, valproat, steroid anabolic, dan antikoagulansia.

Kategori X Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti
mempunyai resiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap
pada janin jika diminum pada masa kehamilan. Obat dalam kategori ini
merupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan.  isotretionin
dan dietilstibestrol.
Nama obat Pada kehamilan
Paracetamol B
Asetosal C (D jika dosis penuh diberikan pada trimester 3)

Bismuth C (D pada trimester 3)


Kafein B
CTM B
Kondroitin sulfat-glukosamin Tidak ada data
Klotrimazol B
Kodein C (D jika digunakan pada waktu lama atau pada dosis tinggi)

Dimenhidrinat B
Difenhidramin B
Efedrin C
Famotidin B
Dokusate sodium C
Antibiotics:

RxFiles Peri-Pregnancy Drug Treatment Considerations. Jan 2015.


No Obat Efek teratogenik
1. Aminopterin, metotreksat Malformasi system saraf pusat dan anggota gerak
2. Angiotensin-converting- Gagal ginjal berkepanjangan pada bayi, penurunan
enzime(ACE) inhibitors osifikasi tempurung kepala, disgenesis tubulus renalis

3. Obat obat anti kolinergik Ileus mekonium neonatus


4. Obat anti tyroid Gondok pada janin dan bayi hipotyroidismus dan aplasia
(propilio urasil dan metimazol) kutis

5. Karbamazepin Defek neural tube


6. Siklofosfamid Malformasi system saraf pusat
7. Danazol dan obat androgenik Maskulinisasi pada janin perempuan
lainnya

8. Dietilstilbestrol Ca vagina dan defek system urogenitalia pada janin

9. Obat hipoglikemik Hipoglikemia neonatal


10. Litium Ebstein anomaly
11. Misoprostol Moebius sekuens
12. NSAID Konstriksi duktus arteriosus, enterokolitis nekrotikns

13. Parametadion Defek wajah dan system saraf pusat


14. Fenitoin Gangguan SSP
15. Obat obat psiko aktif Gangguan pertumbuhan dan deficit SSP neonatal
withdrawl syndrome jika obat diminum pada akhir
periode kehamilan

16. Retinod sistemik Efek SSP, kardiovaskuler dan kraniofacial


17. Tetrasiklin Anomali pada gigi dan tulang
18. Thalidomide Fokomedia dan defek organ internal
19. Trimetadion Defek ada wajah dan SSP
20. Asam valproat Defek neural tube
21. Warfarin Defek skeletal dan ssp, dandy-walker syndrome.
22. Alkohol Sindrom alkohol janin
Anencephaly
Anencephaly
Spina Bifida
ENAMEL HIPOPLASIA
ENAMEL STAINING
Selama pertumbuhan embrio dalam rahim kepekaan terhadap bahaya
lingkungan tinggi dibandingkan dengan periode lain dalam siklus
kehidupan sehingga dapat menimbulkan kelainan bawaan, gangguan
morfologis tetap waktu lahir atau efek lain yang tidak diharapkan yang
baru akan tampak pada kehidupan lebih lanjut.

sebaiknya dalam masa kehamilan obat hanya digunakan apabila


memang terbukti ada manfaat spesifik bagi ibu maupun fetus.

Anda mungkin juga menyukai