Anda di halaman 1dari 4

Daftar Bahan Kimia dan Zat Berbahaya

Penyebab Bayi Lahir Cacat


Ditinjau oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum | Ditulis oleh: Kemal Al Fajar

Terakhir diperbarui: 10 September 2020 . Waktu baca 7 menit

Masa kehamilan merupakan masa yang paling sakral untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
Oleh karena itu sudah sepatutnya bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan fisik dan pola
makannya untuk menjamin kesehatan si jabang bayi dalam kandungan. Namun demikian, tetap
ada risiko bayi terlahir cacat meski orangtua sudah berusaha sedemikian rupa untuk menjaga
kehamilannya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan bayi cacat lahir. Cacat lahir bisa muncul
karena faktor genetik. Tapi faktor yang paling umum dan seringnya menyebabkan bayi cacat
lahir adalah paparan bahan kimia dan zat asing yang ibu terima dari lingkungan sehari-hari
selama masa kehamilan. Zat-zat asing ini disebut dengan teratogen.

Apa itu teratogen?


Teratogen adalah agen asing yang dapat menyebabkan bayi cacat lahir akibat terjadinya kelainan
perkembangan pada janin selama dalam kandungan. Teratogen dapat berupa zat kimia, infeksi,
bahan asing, atau obat-obatan tertentu, bahkan penyakit yang dialami pada ibu hamil.

Pada umumnya kelainan yang berkaitan dengan teratogen disebabkan oleh paparan yang berasal
dari lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan/atau sengaja atau
tidak. Diperkirakan 4-5% kasus bayi cacat lahir disebabkan oleh paparan teratogen.

Bagaimana teratogen dapat menyebabkan bayi cacat lahir?


Sel telur yang sudah dibuahi membutuhkan waktu sekitar enam hingga sembilan hari untuk
melekat pada rahim. Proses ini memungkinkan janin mendapatkan suplai darah dari sumber yang
sama dengan ibu, sehingga adanya suatu agent atau zat asing di dalam darah ibu dapat ikut
masuk ke aliran darah janin yang sedang berkembang.

Paparan teratogen meningkatkan risiko gangguan perkembangan pada janin jika hal ini terjadi
pada masa awal kehamilan, atau sekitar 10 hingga 14 hari setelah sel telur dibuahi. Meskipun
demikian kelainan juga dapat terjadi di luar fase tersebut, ketika paparan teratogen spesifik
bertepatan dengan fase perkembangan organ tertentu. Misalnya, asupan alkohol dalam darah ibu
hamil setelah janin berusia satu bulan dapat memengaruhi perkembangan otak dan tulang
belakangnya.

Jenis zat asing yang termasuk dalam teratogen


Teratogen banyak terdapat di lingkungan sekitar, dan dapat memasuki tubuh kapan saja di mana
saja. Paparan teratogen sebagian besar berasal dari lingkungan, namun beberapa metode
pengobatan dan penggunaan obat juga diketahui memiliki efek teratogenik.

Zat kimia obat

 Aminopterin – merupakan kandungan dalam obat kemoterapi yang memiliki efek


samping menghambat kerja asam folat dan pertumbuhan sel dan DNA janin, serta dapat
menyebabkan gangguan perkembangan sel saraf pusat pada otak janin.
 Phenytoin, valporic acid dan trimethadione – merupakan kandungan obat antiepilepsi
yang diketahui memicu kelainan jantung dan mikrosefalus pada bayi.
 Warfarin – merupakan obat pengencer darah yang dapat mengganggu perkembangan
saraf otak dan penglihatan janin.
 Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) – adalah obat antidepresan yang
diketahui memicu gangguan tidak spesifik pada saluran pernapasan dan diare pada bayi
setelah dilahirkan. Meskipun demikian perlu dipahami bahwa manfaat antidepresan saat
hamil lebih tinggi daripada risikonya. Depresi selama kehamilan lebih berisiko
menimbulkan masalah kesehatan bagi ibu dan kehamilannya dibandingkan efek samping
obatnya.
 Isotretinion – obat yang digunakan untuk mengatasi jerawat diketahui menyebabkan
gangguan perkembangan berbagai organ diantaranya kelainan jantung, bibir sumbing,
dan cacat tabung saraf.
 Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors – merupakan obat antihipertensi
yang diketahui dapat menghambat perkembangan janin secara keseluruhan serta
gangguan pada ginjal bayi, dan terkadang kematian.
 Hormon androgen dan progestin – dapat memicu kelainan organ reproduksi pada janin
perempuan sehingga memiliki fitur yang lebih maskulin seperti pembesaran klitoris dan
rongga genital yang menutup.
 Hormon estrogen – dalam bentuk diethylstilbestrol (DES) diketahui dapat memicu
perkembangan abnormal pada organ uterus, serviks dan vagina pada janin perempuan.

Substansi tertentu dan obat lainnya

 Alkohol – konsumsi alkohol dikenal sebagai penyebab utama fetal alcohol syndrome, set
kelainan kongenital yang menyebabkan kerusakan otak dan masalah pertumbuhan pada
janin karena ibu minum alkohol saat hamil. Sedikit saja alkohol dapat menyebabkan
gangguan perkembangan pada tubuh bayi. Perwujudan cacat lahir terutama muncul pada
bagian wajah, lengan dan kaki. FAS juga menyebabkan gangguan saraf pusat, cacat
jantung, dan keterbelakangan mental.
 Rokok – dapat meningkatkan risiko perkembangan janin secara kesulurahan dan
mengalami berat lahir rendah ketika dilahrikan. Ibu hamil yang merokok dapat
menyebabkan bayi cacat lahir dengan kelainan jantung dan otak. Bayi yang terpapar asap
rokok juga lebih mungkin mengalami masalah motorik ketika lahir, seperti refleks kaget
yang lambat dan mengalami tremor. Semakin lama Anda merokok dan semakin banyak
puntung rokok yang Anda isap semakin meningkatkan risiko bayi lahir cacat
 Obat opioid – merupakan obat yang bekerja sebagai penghilang rasa sakit seperti morfin
dan diketahui dapat meningkatkan risiko berat lahir rendah dan kelahiran prematur.
 Ganja – menyebabkan efek perubahan kerja otak. Ibu yang mengisap ganja saat hamil
meningkatkan risiko bayi mengalami berat lahir rendah, gangguan gula darah, defisiensi
kalsium, serta perdarahan otak saat dilahirkan. Obat lainnya seperti amfetamin memiliki
efek yang sama seperti ganja.
 Kokain – kokain dapat mengganggu perkembangan saraf pusat sekaligus perkembangan
organ janin selama dalam kandungan. Paparan kokain juga meningkatkan risiko anak
mengalami gangguan perilaku ketika ia lahir nanti.

Bahan kimia lainnya

 Merkuri – merupakan salah satu bahan kimia yang dapat menyebabkan cacat bawaan
seperti keterbelakangan mental dan cerebral palsy. Merkuri dapat berasal dari konsumsi
seafood.
 Sinar-X – sinar-X saat rontgen dapat mengganggu perkembangan organ saraf pusat dan
organ anggota gerak seperti tangan dan kaki pada saat perkembangan janin. Hingga saat
ini tidak diketahui batas aman paparan sinar-X ketika rontgen saat hamil, namun
penggunaan sinar-X untuk membersihkan gigi dianggap aman untuk dilakukan meski
sedang hamil.
 Radiasi dan kemoterapi – kedua metode pengobatan kanker ini tidak dianjurkan
dilakukan ketika hamil karena sangat berisiko mengganggu perkembangan bayi dalam
kandungan. Jika memungkinkan, prosedur ini sebaiknya ditunda hingga pascamelahirkan.
Namun jika tidak memungkinan, pengobatan ini harus tetap dilakukan untuk
mempertahankan peluang bertahan hidup ibu hamil.

Infeksi saat hamil

Beberapa penyakit infeksi sangat berisiko menyebabkan bayi cacat lahir, seperti keterbelakangan
mental, sakit kuning, anemia, berat lahir rendah, gangguan indera penglihatan dan pendengaran,
gangguan jantung dan kulit. Infeksi saat hamil juga berisiko paling tinggi menyebabkan bayi
lahir mati (stillbirth) saat trisemester pertama kehamilan ketika organ utama masih dalam
perkembangan.

Infeksi yang dapat membahayakan kehamilan, di antaranya:

 Cacar air
 Hepatitis (B, C, D, dan E)
 Infeksi enterovirus, termasuk polio
 AIDS
 Parvovirus
 Toksoplasmosis
 Infeksi streptococcus B, listeria dan candida
 Rubella
 Sitomegallovirus
 Herpes simpleks
 Berbagai penyakit menular seksual seperti sifilis dan gonore.

Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun
pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.

Baca Juga:

 Bolehkah Ibu Makan Sate Saat Hamil?


 Daftar Obat Antibiotik yang Tidak Boleh Diminum Saat Hamil
 Panduan Menjaga Kehamilan yang Sehat Apabila Anda Terinfeksi Hepatitis

Anda mungkin juga menyukai