Laporan
Laporan
Latar Belakang
Buah-buahan merupakan salah satu sumber bahan pangan yang potensial dan banyak
mengandung zat gizi terutama vitamin. Selain sebagai sumber vitamin, buah-buahan
juga mengandung mineral dan pada jenis buah-buahan tertentu juga menghasilkan
cukup banyak energi. Buah adalah suatu produk dari tanaman yang dapat dimakan
dalam keadaan segar ataupun terolah (processed), dan tidak dapat disimpan lama /
tidak dapat dikendalikan . Nilai gizi secara khusus dari buah-buahan terletak pada
penyediaan vitamin – vitamin, khususnya vitamin C atau asam askorbat, karoten
(provit A), berbagai vitamin B, khususnya asam folat, dan mineral-mineral khususnya
unsur-unsur Ca dan Fe.
Zat yang terkandung didalam tiap jenis buah – buahan memiliki jumlah serta kadar
yang berbeda – beda. Tiap buah tersebut memiliki karakteristik dan tingkat
kematangan yang beragam sehingga membuat kandungan zat yang terdapat
didalamnya juga berbeda – beda. Beberapa zat dan bahan yang terkandung
didalamnya selain kandungan vitamin C diantaranya adalah total asam, pektin dan
pHnya.
Pada analisis terhadap kandungan buah ini digunakan beberapa jenis buah, yaitu
pisang kepok, terong, kentang . Analisis terhadap pengamatan proses browning dalam
buah tersebut.
a. Prinsip
Warna senantiasa menjadi fokus perhatian bila kita mengamati suatu objek
makanan atau minuman. Proses perubahan warna bahan kecoklatan menjadi
berwarna kecoklatan disebut sebagai browning process. Proses pencoklatan
pada bahan makanan dapat dibagi menjadi dua reaksi utama, yaitu
pencoklatan enzimatis dan pencoklatan non-enzimatis. Proses browning
enzimatis disebabkan karena adanya aktivitas enzim pada bahan pangan segar,
seperti pada buah-buahan dan sayuran. Pencoklatan enzimatik terjadi pada
buah yang banyak mengandung substrat fenolik, di samping katekin dan
turunnya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosiain
dapat menjadi substrat proses pencoklatan. Reaksi ini dapat terjadi bila
jaringan tanaman terpotong, terkupas dan karena kerusakan secara mekanis
yang dapat menyebabkan kerusakan integritas jaringan tanaman. Hal ini
menyebabkan enzim dapat kontak dengan substrat yang biasanya merupakan
asam amino tirosin dan komponen fenolik seperti katekin, asam kafeat, dan
asam klorogena sehingga substrat fenolik pada tanaman akan dihidroksilasi
menjadi 3,4- dihidroksifenilalanin (dopa) dan dioksidasi menjadi kuinon oleh
enzim phenolase atau enzim polifenol oksidase (Wiley-Blackwell, 2012).
Reaksi pencoklatan enzimatis bertanggung jawab pada warna dan flavor yang
terbentuk. Dampak yang menguntungkan, misalnya enzim polifenol oksidase
bertanggung jawab terhadap karakteristik warna coklat keemasan pada buah-
buahan yang telah dikeringkan seperti pada kismis. Dampak merugikannya
adalah mengurangi kualitas produk bahan pangan segar sehingga dapat
menurunkan nilai ekonomisnya. Sebagai contoh, ketika memotong buah apel
atau pisang. Selang beberapa saat, bagian yang dipotong tersebut akan
berubah warna menjadi coklat. Perubahan warna ini tidak hanya mengurangi
kualitas visual tetapi juga menghasilkan perubahan rasa serta hilangnya
nutrisi. Kecepatan perubahan pencoklatan enzimatis pada bahan pangan dapat
dihambat melalui beberapa metode berdasarkan prinsip inaktivasi enzim,
penghambatan reaksi substrat dengan enzim, penggunaan chelating agents,
oksidator maupun inhibitor enzimatis. Cara konvensional yang biasa
dilakukan adalah perlakuan perendaman bahan pangan dalam air atau larutan
tertentu.
b. Alat Dan Bahan