Oleh :
SURIP PRAYUGO
P056080752.31E
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec Ir. Setiadi Djohar, MSM, DBA
Ketua Angota
Asisten Direktur
Bidang Akademik dan Kemahsiswaan
Tanggal Disetujui :
2
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan......................................................................................................... 3
3
3.4. Teknik Pengambilan Contoh....................................................................... 24
Daftar Pustaka..................................................................................................... 30
4
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang dikarunia beragam sumber daya alam.
Letak geografis Indonesia yang berada di bawah garis khatulistiwa juga menjadi modal
dasar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara agraris yang kuat. Pancaran sinar
matahari sepanjang tahun membuat tanaman dan ternak mampu tumbuh dan berproduksi
dengan optimal. Oleh karenanya, tidak heran bila sektor pertanian telah menjadi andalan
perekonomian Indonesia telah teruji ketika krisis global terjadi pada penghujung tahun
2008. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih mengalami pertumbuhan
ekonomi yang positif, yaitu sekitar 4,5%. Sektor pertanian melalui komoditas unggulan,
seperti kelapa sawit, kopi, kakao, dan unggas menjadi penyelamat perekonomian
Indonesia.
di dunia agribisnis semakin ketat. Indonesia dengan 220 juta penduduk merupakan pasar
yang sangat besar. Tidak heran bila negara produsen komoditi pertanian menjadikan
Indonesia sebagai sasaran pasar yang empuk. Produk-produk dari negara tersebut telah
membanjiri pasar dalam negeri. Tidak saja di supermaket dan hypermarket, produk dari
luar juga telah merambah pasar tradisional (wet market). Kondisi ini sebetulnya
merupakan sebuah tantangan bagi para produsen dalam negeri untuk menciptakan produk
yang mampu bersaing dengan produk dari luar. Jika ingin tetap bertahan sebagai raja di
negeri sendiri maka daya saing produk pertanian harus ditingkatkan. Hal ini terkait
5
dengan penciptaan nilai tambah (value added) terhadap produk, mempersingkat rantai
olehnya (by design) untuk kemudian ditawarkan dan dijual pada konsumen. Namun,
sekarang tren mulai mengarah pada produksi produk yang disesuaikan dengan tuntutan
atau keinginan konsumen (by product). Paradigma ini tentunya akan membuat arah
kebijakan dan strategi perusahaan berubah. Konsep peningkatan daya saing dan efisiensi
produknya.
Alat ukur yang sejauh ini efektif untuk menganalisa dan menghadapi kondisi
peningkatan daya saing dan efisiensi produk adalah melalui strategi supplay chain
pendistribusian produk yang tidak hanya menggeser pola distribusi secara tradisional,
tetapi juga merupakan suatu strategi yang lebih maju dalam menciptakan konsumen
dan pemasaran, di mana konsumen dihadapkan pada produk-produk yang sesuai dengan
kualitas, waktu, dan lokasi yang tepat (Daryanto, 2008). Sementara Simchi-Levi, et al
(1999) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan supply chain management adalah
gudang (warehouse), dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk
6
dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat, dan waktu tepat
untuk memperkecil biaya dan memuaskan keinginan konsumen melalui produk yang
berdaya saing.
perunggasan terbesar di Indonesia dan telah beroperasi sejak 40 tahun lalu. Perusahaan
ini telah menguasai market share untuk produksi pakan ayam, pakan ikan, pakan udang,
Day Old Chick (DOC) ayam pedaging, DOC ayam jantan, DOC ayam petelur (layer),
dan ayam pedaging, Di segmen growing, PT Charoen Pokphand Indonesia (di bawah
manajemen PT Nusantara Unggas Jaya), bekerja sama dengan peternak mitra untuk
Indonesia telah berhasil meningkatkan nilai tambah produk dengan mengolah ayam
pedaging menjadi beberapa produk olahan, seperti chicken nuggets, chicken stick, sosis,
dan bakso.
yang terintegrasi, tetapi perusahaan ini masih menghadapi beberapa permasalahan, yaitu
perlunya peningkatan daya saing produk. Hanya sebagian kecil produknya dijual dalam
bentuk olahan, selebihnya dijual dalam kondisi hidup sebagai ayam pedaging siap
potong. Penjualan ayam pedaging dalam kondisi hidup dirasa masih belum efisien dan
belum memiliki daya saing yang tinggi. Untuk meningkatkan daya saing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, salah satu strategi yang bisa digunakan adalah supply chain
7
management (SCM). Berikut rumusan masalah yang terjadi di PT Charoen Pokphand
Indonesia, tbk.
a. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja dan keunggulan kompetitif dari
b. Bagaimana peta dan pola rantai pasokan yang diterapkan oleh PT Charoen
Indonesia.
c. Merumuskan implikasi strategis tentang rantai pasokan yang dapat dibangun untuk
dalam upaya meningkatan kinerja dan keunggulan kompetitif sektor usahanya. Bagi
8
peneliti, penelitian ini diharapkan mampu memperdalam kompetisi sesuai dengan bidang
Penelitian ini dibatasi pada lingkup bahasan yang berfokus pada kinerja rantai pasokan
melayani konsumen, yaitu dari pasokan pakan, DOC, obat-obatan, pembesaran ayam
ayam pedaging. Selain itu, melalui penelitian ini juga dikaji keunggulan kompetitif yang
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, supply chain management mengkaji persoalan logistik. Dalam hal
ini, logistik merupakan masalah yang membentang pajang sejak dari bahan dasar sampai
menjadi barang jadi yang digunakan konsumen akhir dan tertata sebagai mata rantai
penyediaan barang. SCM merupakan sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien
diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah, lokasi, dan waktu yang tepat, serta dalam
rangka pemenuhan pesanan dengan meminimalkan lebarnya sistem dan biaya yang
(Simchi-Levi dan Kaminsky, 2003). Sementara dalam pandangan Daryanto (2008), SCM
lokasi yang tepat. Dalam konsep SCM, semua fungsi yang terkait dengan pemenuhan
masa sekarang dan masa mendatang akan semakin kompleks. Produk tersebut harus
memiliki berbagai atribut atau produk tersebut dipersepsikan bernilai tinggi (consumer’s
value perception). Atribut yang dituntut oleh konsumen ayam pedaging yaitu atribut
10
keamanan produk (safety attributes), atribut nutrisi (nutrition attributes), atribut nilai
lokasi dan kapasitas gudang serta tingkat keterbatasan produksi dan fasilitas yang
c. Kontrak pasokan, yaitu membangun hubungan kerja sama antara pemasok dengan
pembeli yang bersifat lebih spesifik dan berfokus pada volume, distribusi, lead time,
e. Integrasi rantai pasokan dan strategi kemitraan, yaitu berkaitan dengan sifat
rantai pasokan dalam perencanaan dan penerapannya yang dinamis dan penuh konflik
dalam pencapaian sasaran, baik dari sisi fasilitas maupun bentuk kemitraan itu
sendiri.
11
f. Strategi pengadaan bahan baku dari luar, yaitu terkait dengan pembangunan
g. Rancangan produk, yaitu rancangan produk yang efektif akan memainkan peranan
penting dalam rantai pasokan, terutama dalam penyimpanan dan transportasi dengan
h. Teknologi informasi dan decision support system, yaitu berkaitan dengan bentuk
Persaingan dalam industri ayam pedaging sudah sedemikian tingginya. Tidak saja
dari produsen dalam negeri, pesaing juga datang dari negara lain dengan hadirnya produk
dari luar. Oleh karenanya, diperlukan strategi yang andal untuk menciptakan adanya
kesinambungan dalam produksi. Menurut Copra and Meindl (2007), strategi tersebut
1. Dengan banyaknya pemasok bahan baku, produsen bisa meningkatkan posisi tawar
(bargain position) yang lebih tinggi sehingga didapat bahan baku berkualitas dengan
harga kompetitif.
2. Mengetahui jumlah ayam pedaging yang dibutuhkan oleh konsumen sehingga ayam
sehingga produksi ayam pedaging disesuaikan dengan pangsa pasar yang ada.
12
4. Memperhitungkan stok yang memadai sehingga ketika suatu saat konsumen
mencukupi.
dalam partai besar, harga yang diberlakukan lebih rendah dibandingkan dengan
dalam daging ayam. Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian pakan rendah lemak
7. Membuat jalur distribusi dan pemasaran ayam pedaging menjadi lebih singkat
8. Membuat variasi dalam produk yang diproduksi, misalnya dengan menjual ayam
2.3.4.1.Barang Persediaan
karena membutuhkan finasial atas pemeliharaan persediaan produk yang cukup untuk
menghabiskan ruang fisik, waktu kerja, dan modal. Menurut Tunggal (2009), manajemen
13
pelayanan yang tinggi dengan biaya penanganan persediaan, termasuk modal yang terikat
Persediaan pada usaha ayam pedaging menjadi penting karena beberapa alasan
berikut ini.
2.3.4.2.Transportasi
marketing (standar pelayanan pelanggan). Hal yang harus diperhatikan dalam transportasi
ayam pedaging adalah waktu pengiriman, kepadatan, dan kenyamanan ayam selama
dalam perjalanan. Hal ini akan terkait dengan penyusutan bobot badan ayam dan jumlah
2.3.4.3.Informasi
Menurut Daryanto dan Saptana (2009), sistem informasi yang dibutuhkan adalah
14
mengenai sistem pengadaan bahan baku, distribusi bahan baku dan hasil panen ayam
broiler, serta informasi harga input dan output. Lebih lanjut Daryanto dan Saptana (2009)
menambahkan, ketersediaan data dan informasi baik yang menyangkut aspek sarana
produksi peternakan, produksi hasil ternak, pemasaran (harga, daya serap pasar, dan
tujuan pasar), pengelolaan hasil ternak, serta permintaan merupakan input utama dalam
sistem informasi yang andal sangat berguna untuk mempermudah eksekusi suatu aktivitas
dam merupakan determinan dari sistem koordinasi yang harus dijalankan dalam usaha
Aktivitas di dalam industri ayam pedaging bisa digambarkan dalam sebuah rantai
yang bersifat kontinu dan merupakan sebuah perluasan pasar. Kondisi ini
sebuah hierarki keterkaitan nilai yang diilustrasikan melalui pemikiran langsung pada
proses produksi. Antara organisasi industri global dan rantai nilai tambah (value aded
chain) juga memiliki keterkaitan yang bersifat langsung (Gereffi, et al., 2005). Gereffi et
didasarkan pada produksi skala global dan sistem distribusi yang dibangun tanpa
Gereffi, et al., (2005) menyebutkan bahwa paling tidak ada lima tipe dasar dari
15
1. Market. Pasar merupakan kelembagaan yang sederhana, tetapi tegas.
oriented). Sementara di sisi lain, di dalam pasar juga terdapat adanya kompetisi di
compliance.
2. Modular value chain. Pemasok dalam rantai nilai bermodul (modular value chains)
services”, pemasok mengambil tanggung jawab secara penuh untuk kompetensi yang
pada transaksi yang terbatas, investasi yang spesifik, dan membuat kapital keluar
pembeli dan penjual. Di antara keduanya sering terjadi adanya ketergantungan yang
saling menguntungkan dan memiliki aset spesifik tingkat tinggi. Kondisi ini bisa
sifat tertutup (captive). Kondisi jaringan ini ditandai dengan adanya monitoring dan
16
adanya aliran dari manajer ke bawahan, atau dari markas besar ke bawahannya dan
afiliasinya.
Pertimbangan yang diperlukan dalam mengkontruksi teori value chain governance adalah
sebagai berikut.
kesinambungan transaksi yang bersifat khusus dengan melihat produk dan proses
spesifikasinya.
perlu ditransmisikan secara efisien dan tanpa transaksi investasi yang spesifik di
17
Identifikasi beberapa tipologi dari “global value chain governance” merupakan
hal yang penting. Hal ini salah satunya diidentifikasikan dengan adanya bentuk-bentuk
yang berbeda dari koordinasi antarperusahaan (Tabel 4). Kerangka kerja global value
chain memfokuskan pada sifat alamiah dan kandungan keterkaitan antarperusahaan atau
industri dan kekuatan mengatur koordinasi rantai nilai, terutama antara pembeli dan
pemasok utama.
18
2.3.6. Kemitraan Usaha dalam SCM
oleh model kemitraan usaha (contract farming) dengan berbagai variasinya. Dasar dari
economics, TCE). Dalam pendekatan ini, basis yang digunakan adalah kontrak (contract)
atau transaksi tunggal antara dua pihak yang melakukan hubungan ekonomi. Kontrak
tindakan yang memiliki nilai ekonomi kepada pihak lain, di mana ada tindakan balasan
(resiprocal action).
1. Centralized model, yaitu model contract farming yang bersifat vertikal, di mana
2. Nucleus estate model, merupakan variasi dari model terpusat. Dalam model ini,
3. Multipartite model, yaitu model contract farming yang biasanya melibatkan badan
hukum dan perusahaan swasta yang secara bersama berpartisipasi bersama para
petani.
19
5. Intermediary model. Model contract farming ini merupakan gabungan dari model-
model sebelumnya.
Menurut Daryanto dan Saptana (2009), di industri perungasan, ada tiga bentuk
contract farming yang selama ini dijalankan di Indonesia. Ketiga bentuk contract farming
sebagai berikut.
kemitraan usaha ini adalah pola inti rakyat (PIR). Kewajiban dari perusahaan ini di
sini adalah menyediakan bibit ayam (day old chick, DOC); menyediakan pakan dari
tenaga teknisi dan supervisor; serta menampung dan memasarkan seluruh hasil
pemanas, misalnya minyak tanah atau batu bara; menyediakan litter, misalnya
2. Contract farming antara poulty shop dengan peternak rakyat. Pada model contact
farming ini, kewajiban antara poultry shop dan peternakn rakyat hampir sama
dengan model contract farming sebelumnya. Hanya saja, kapasitas kandang tidak
sebesar pada model contract farming yang pertama. Beberapa aturan juga terkadang
berbeda antara poultry shop satu dengan lainnya, tergantung pada kebijakan intern.
20
3. Contract farming antara peternak besar dengan peternak rakyat. Kewajiban peternak
besar dan peternak kecil di sini serupa dengan model contract farming lainnya.
Namun, skala usaha yang diinginkan oleh peternak besar pada peternak rakyat di sini
Bayu Nugroho tahun 2004 meneliti tentang Analisis Kinerja Supply Cain dalam
Sukahati Poultry Shop, Tasikmalaya. Desain penelitian yang digunakan adalah dengan
metode deskriptif berdasarkan studi kasus yang dilakukan terhadap aplikasi rantai
pasokan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dari hasil observasi dan data
skunder dari data historis perusahaan serta studi literatur. Analisis terhadap kinerja rantai
didapat hasil bahwa secara umum Sukahati PS mampu memproduksi ayam pedaging di
atas permintaan pasar. Namun pada periode-periode tertentu, kinerja produksi Sukahati
berada di bawah permintaan pasar. Dari sisi persediaan, terdapat adanya ketidakmerataan
kemampuan produksi dari setiap peternak mitra di beberapa wilayah sebaran. Sementara
menimbulkan adanya biaya maksimal dan biaya minimal pada setiap minggunya.
21
Supply chain pada ayam broiler juga pernah diteliti oleh Martin Jacob Zuidoft
(2005). Dalam penelitian ini, diteliti tentang model produksi penetasan ayam pedaging
karkas ayam pedaging, model prosesing dari ayam pedaging, dan implikasi supply chain
management pada industri ayam pedaging. Model penelitian yang digunakan pada
induk ayam pedaging pada setiap flok kandang. Parameter yang dibandingkan adalah
keuntungan, biaya pada setiap genotif ayam yang berbeda, dan manajemen kandang yang
berbeda. Pada segmen pembesaran, parameter yang dibandingkan adalah biaya produksi
dan tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan ayam di sini didasarkan pada kebutuhan
energi. Sementara biaya diukur dari jumlah pakan yang dihabiskan untuk mencapai
ukuran tertentu dalam waktu yang dibatasi. Pada penentuan ukuran dan kualitas karkas.
Parameter karkas yang bobot karkas berdasarkan umur ayam, komposisi karkas, dan
bagian-bagian karkas. Sementara di bagian prosesing, parameter yang diukur adalah tipe
Penelitian yang dilaksanakan ini membatasi analisis kinerja SCM pada satu
a. Menghimpun informasi tentang strategi bersaing dan strategi supply chain perusahaan
22
pasokannya. Selain itu, juga dihimpun informasi tentang pemenuhan permintaan dan
b. Menetapkan Key Performance Indicators (KPI) yang didasarkan dari informasi yang
diperoleh dari perusahaan tentang strategi bersaing, strategi supply chain, dan tiga
pendekatan yang telah ditetapkan sebagai batasan lingkup penelitian ini. Ketiga
masalah yang timbul dengan acuan KPI. Hasilnya kemudian dievaluasi dan
telah dihimpun.
secara keseluruhan maupun setiap stakeholder yang terlibat dalam rantai pasokan
untuk menata kembali atau mengembangkan rantai pasokan yang ada berdasarkan
23
Tahapan-tahapan kinerja yang dilakukan tersebut diperlihatkan pada Gambar 1
berikut ini.
Identifikasi Strategi
Bersaing Perusahaan
Identifikasi Strategi Keunggulan
Supply Chain Perusahaan kompetitif
Evaluasi Perencanaan
Kinerja Strategis
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
beberapa anak perusahaannya dalam satu rangkaian rantai pasokan. Lokasi jaringan
rantai pasokan dan waktu pelaksanaan penelitian ini disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.
PT Nusantara Unggas Jaya Citra Raya Complex Block K-1 No. 23-
Telp.(021) 59402559
25
Tabel 6. Pelaksanaan Observasi dan Pengambilan Data di Lapangan (tahun 2010)
Bulan/minggu
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5
Divisi Pakan,
DOC, Obat-obatan
Divisi Growing
(Pembesaran)
Divisi Pemasaran
dan Prosesing
Pengolahan data
dan penulisan tesis
observasi antara lain dengan meninjau dan mengumpulkan informasi dari aktivitas
jaringan rantai pasokan PT Charoen Pokphand Indonesia, tbk, dari pengadaan bahan baku
sampai dengan pemasaran ayam hidup maupun produk karkas. Tujuannya adalah untuk
mengkaji dan memperoleh gambaran mengenai subjek yang diteliti. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan software Minitab 13 for Windows dan QM for Windows
2.0. Pembahasan ditujukan untuk mengkaji kinerja rantai pasokan dengan menggunakan
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data skunder
yang berkaitan dengan rantai pasokan di PT Charoen Pokphand Indonesia, tbk. Data
26
primer didapatkan melalui observasi langsung aplikasi rantai pasokan di PT Charoen
data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh pihak perusahaan, anak
perusahaan, dan mitra-mitra kerjanya dalam satu rantai pasokan dan merupakan data
historis selama dua setengah tahun terakhir untuk aktivitas pasokan, produksi, dan
pemasaran. Selain itu, juga dilakukan studi literatur yang terkait dengan topik bahasan
penelitian ini. Secara lebih terperinci, jenis data yang dikumpulkan dan sumbernya
Supply-demand V V
Persediaan V V
Transportasi V V V V
Kapasitas Produksi V V
Pola Kemitraan V V
27
3.4. Teknik Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dilakukan dengan memilih salah satu sistem rantai pasokan
ayam pedaging, yaitu yang telah dibangun oleh PT Charoen Pokphand Indonesia, tbk.
Rantai pasokan tersebut merupakan suatu sistem yang terintegrasi dari pemasok sampai
konsumen akhir. Oleh sebab itu, pihak-pihak yang terlibat dalam satu rantai pasokan
dianggap sebagai satu populasi. Data primer yang dikumpulkan diperoleh dari observasi
langsung pada rantai pasokan tersebut, baik secara keseluruhan maupun terhadap setiap
(2001), yang dimaksud dengan diagram Ishikawa adalah perangkat grafis yang biasa
serta hubungan sebab akibat dari permasalahan tersebut. Diagram tersebut digunakan
dalam memetakan masalah yang harus dikoreksi dan mengidentifikasi hal-hal apa saja
Krajewsky dan Ritzman (1996) memaparkan bahwa model analisa tersebut digambarkan
seperti tulang ikan (fishbone), yaitu dengan meletakkan tujuan utama yang ingin dicapai
(permasalahan yang akan diselesaikan) sebagai kepala ikan, sedangkan faktor-faktor yang
28
mempengaruhinya dijadikan sebagai tulang-tulang yang terstruktur. Diagram tersebut
Keunggulan nilai
(Value advantage)
Keunggulan kempetitif
(Competitive advantage)
Keunggulan produktivitas
(Productivity advantage)
Gambar 2. Diagram tulang ikan untuk keunggulan kompetitif (Ishikawa, 1943 dalam
3.5.2.Pendekatan Supply-Demand
Data supply dan demand yang akan diperoleh dari dokumen perusahaan
yang akan datang. Hal tersebut dapat digunakan dalam perencanaan tingkat produksi,
mendatang.
29
Metode analisa yang akan digunakan adalah time series, yaitu dengan
∑XY – ∑ X ∑ Y
b =
∑ X2 – (∑Y)2
Trend Y = a + bX
a = Y – by
y = Nilai aktual
X = Periode tertentu
c = Variasi siklikal
T = Trend
3.5.3.Pendekatan Transportasi
distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama menuju tempat-
tempat yang membutuhkan dengan alokasi yang optimal. Metode operasional tersebut
minimal dari kegiatan transportasi. Dengan demikian, alokasi aliran produk harus diatur
30
sedemikian rupa karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi (Krajewsky dan Ritzman,
1996). Data tentang kebutuhan dan pasokan dipadukan dan disajikan pada Tabel 8.
Fungsi tujuan:
n m
Min z = ∑ ∑ Xij Cij
i=1 j=1
Min z = (x11 x c11) +(x11 x c12) + (x11 x c13) + (x12 x c11) + (x12 x c12) + (x12 x
Fungsi kendala:
n
s = ∑ Xij = ai
i=1
m
d = ∑ Xij = bi
i=1
31
DAFTAR PUSTAKA
Bair J. And G. Gereffi, 2001, Local Clusters in Global Chains: The Causes and
University, New Haven, CT USA and Duke University, Durham, NC, USA.
Bernstein, M, 2005, “Price is Just One Component in Alco’s Global Value Chain”, World
Copra, S. and Meindl, P., 2007, Supply Chain Management; Strategy, Planning, &
Daryanto, A., 2008, Contract Farming Sebagai Sumber Pertumbuhan Baru dalam
Daryanto, A. dan Saptana, 2009, Global Value Chain Governance (GVCG) pada Brolier
Gereffi, G., J. Humphrey, dan T. Sturgeon, 2005, The Governance of Global Value
Chains, Review of Political Economy, 13:1, February 2005: 78—104, Taylor and
Francis Ltd.
Giuliani E., C. Pietrobelli, and R. Rabellotti, 2005, Upgrading in Global Value Chains:
32
Hassini E., 2008, “Building Competitive Enterprise Throught Supply Chain
2008, P 341—344.
Humphrey, J. And H. Schmitz, 2002, How Does Insertion in Global Value Chains Affect
Sussex, Brighton.
Krajewsky, L.J. dan L.P. Ritzman, 1996, Operations Management : Strategy and
Manning, L., R.N. Baines, and S.A. Chadd, 2005, ”Trends in The Global Poultry Meat
Supply Chain”, British Food Journal, Vol. 109, No. 5, 2007, P 332—342.
Nugroho, B., 2004, Analisis Kinerja Supply Chain Dalam Rangka Peningkatan
Simchi-Levi, D. and P. Kaminsky, 2003, Designing and Managing The Supply Chain:
Concepts, Strategies, and Case Studies, Second Edition, McGraw Hill, New
York.
Taylor, D.H., 2005, “Value Chain Analysis: an Approach to Supply Chain Improvement
Harvindo, Jakarta.
33
Zhuidof, M.J., 2005, A Bioeconomic Model of The Broiler Chicken Supplay Chain,
34