Naskah masuk: 7 Mei 2020, disetujui; 6 Juni 2020, revisi akhir: 20 Juni 2020
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi fonologi dan leksikal dialek Merangin di
Desa Bungotanjung, Kampunglimo, dan Sungaijering (TP) Kecamatan Pangkalanjambu (DP).
Penelitian ini perlu dilakukan untuk mendeskripsikan situasi kebahasaan di DP berdasarkan
penghitungan dialektometri. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif-
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui metode cakap, simak, rekam, dan catat. Sumber
data berasal dari bahasa Melayu dialek Merangin. Data berupa 200 kosakata Swadesh. Metode
analisis data adalah metode padan dan metode dialektometri. Hasil perbandingan titik
pengamatan ditemukan variasi fonologi didapatkan 1% (2 varian) pada TP1-TP2, 2% (4 varian)
pada TP2-TP3, dan 2,5% (5 varian ) pada TP3-TP1. Sementara, variasi leksikal didapatkan 22
varian atau 11% pada TP1-TP2, 28 varian atau 14% pada TP2-TP3, dan 28 varian atau 14%
pada TP3-TP1. Hasil variasi fonologi dan leksikal tersebut menunjukkan status kebahasaan tidak
ada perbedaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor pertahanan identitas bahasa/dialek, prestise
pemakaian bahasa/dialek, faktor kekeluargaan, faktor budaya dan faktor sosial. Oleh karena itu,
penelitian ini telah mengidentifikasi bahwa isolek Pangkalanjambu merupakan bagian dari bahasa
Melayu, dialek Merangin.
Kata Kunci: dialektologi, dialektometri, variasi, fonologi, leksikal.
Abstract
This study aims to describe the phonological and lexical variations of the Merangin dialect in the
villages of Bungotanjung, Kampunglimo, and Sungaijering (TP), Pangkalanjambu District (DP).
This research needs to be done to describe the linguistic situation in DP based on dialectometric
calculations. The research method uses descriptive quantitative-qualitative methods. Data
collection using a method of proficient, consider, and record. The data source is Malay language
in Merangin dialect. Data in the form of 200 Swadesh vocabulary’s. Data analysis is matching and
dialectometry method. The results of comparison of observation points found phonological
variation found 1% (2 variants) on TP1-TP2, 2% (4 variants) on TP2-TP3, and 2.5% (5 variants)
on TP3-TP1. Meanwhile, lexical variation found 22 variants or 11% in TP1-TP2, 28 variants or
14% in TP2-TP3, and 28 variants or 14% in TP3-TP1. The results of phonological and lexical
variations show that there is no difference in linguistic status. This is influenced by
language/dialect identity defense factors, prestige of language/dialect usage, family factors,
cultural factors and social factors. Therefore, this study has identified that the Pangkalanjambu
isolect is part of the Malay language, Merangin dialect.
Keywords: dialectology, dialectometri, variation, phonolgy, lexical.
luas dengan beragam bahasa, beragam lanjut, titik pengamatan (TP) dan daerah
dialek, dan beragam logat pula. Untuk itu, pengamatan (DP) ini belum pernah diteliti
peneliti menggagas mengenai variasi dialek sebelumnya dalam hal penelitian
secara leksikal dan fonologi, khususnya dialektologi. Selain itu, hasil penelitian ini
dialek dalam bahasa Melayu. nantinya menjadi sebagai literatur
Bahasa adalah alat komunikasi yang inventarisasi dan dokumentasi bahasa atau
digunakan manusia, selain untuk dialek daerah yang ada di Provinsi Jambi.
berkomunikasi, bahasa juga merupakan Dialektologi adalah ilmu tentang dialek
sarana untuk berinteraksi dalam lingkungan atau cabang dari linguistik dan mengkaji
sosial. Melalui bahasa, manusia dapat saling perbedaan bahasa dengan memperlihatkan
terhubung satu sama lain. Ditinjau dari perbedaan tersebut secara utuh atau
konsep tersebut, diketahui bahwasanya semuanya (Mahsun, 1995:11; Chambers &
bahasa erat dengan masyarakat, karena Trudgill, 2004; Fernandez, 1993).
masyarakat adalah pengguna bahasa. Variasi dialek atau bahasa dapat terjadi
Masyarakat pengguna bahasa tentu karena digunakan di tempat tertentu, di
menggunakan bahasa daerahnya untuk waktu tertentu, atau juga pada golongan
berkomunikasi dalam lingkungan bahasanya. tertentu. Dengan demikian, dapat
Bahasa yang digunakan oleh penutur dari disimpulkan bahwasanya dialek membahas
suatu daerah disebut bahasa daerah. Bahasa mengenai variasi bahasa.
daerah yang ada di Indonesia yang Nadra dan Reniwati (2009:28)
teridentifikasi sebanyak 718 dari 2.560 menyatakan bahwa variasi leksikal
daerah pengamatan (Badan Bahasa, 2020). merupakan perbedaan bahasa/dialek yang
Provinsi Jambi oleh Badan Bahasa (2020) terjadi pada bidang leksikon. Artinya, ada
terdapat tujuh bahasa, salah satunya adalah yang disebut sebagai perbedaan leksikon
bahasa Melayu dialek Merangin. Oleh karena jika leksikon-leksikon yang digunakan untuk
itu, tidak menutup kemungkinan, dialek merealisasikan suatu makna dari etimon
tersebut mempunyai perbedaan antara yang berbeda. Variasi leksikal adalah
tuturan masyarakat yang berada di daerah sebaran leksikon yang berbeda dari dialek
satu berbeda dengan daerah lain. Perbedaan yang sama, dan dapat ditelusuri asal-
tersebut dalam dialektologi, dapat berupa usulnya berdasarkan sebaran pengguna
fonologi dan leksikal. bahasanya.
Penelitian ini memfokuskan dalam tataran Penelitian sebelumnya sebagai acuan
dialektologi di Kabupaten Merangin, pada penelitian ini adalah penelitian yang
Kecamatan Pangkalanjambu sebagai daerah dilakukan oleh Pamolango (2012), Harahap
pengamatan (DP). Dalam DP tersebut (2014), Afria (2017; 2019), dan Antono et
diambil tiga desa sebagai titik pengamatan al., (2019). Pamolango (2012) meneliti
(TP), yakni Desa Bungotanjung (BT), Desa tentang geografi dialek bahasa Saluan. Hasil
Kampunglimo (KL), dan Desa Sungaijering penelitiannya menyimpulkan bahwa bahasa
(SJ). TP tersebut secara geografis dan Saluan tidak memiliki ciri secara khusus
administratif terletak berdekatan. Namun, dalam variasi fonologi, variasi leksikal dalam
ketiga TP tersebut memiliki perbedaan yang bahasa Saluan tersebar dalam satu
bervariatif dalam menuturkan kecamatan, dua kecamatan, dan seluruh
bahasa/dialeknya. Oleh karena itu, perlu kecamatan secara acak, selain itu, hasil
dilakukan penelitian untuk mengetahui penelitian Pamolango disebutkan bahwa
variasi fonologi dan leksikal yang dituturkan hanya terjadi perbedaan wicara dalam
oleh masyarakat pengguna bahasa/dialek tempat penelitiannya.
serta menghitung persentase dialektometri Afria (2017;2019), secara terpisah
untuk menentukan situasi kebahasaan pada meneliti tentang variasi fonologis dan variasi
DP tersebut. Tolok ukur dipilihnya tiga TP leksikal di Kecamatan Bukitkerman, Kerinci.
tersebut adalah letak geografisnya, karena Hasil penelitiannya adalah terdapat variasi
semakin dekat daerah tersebut berada fonologis dan leksikal pada daerah yang
dengan daerah lain, maka semakin kecil pula ditelitinya. Berdasarkan hasil analisis
perbedaan dialeknya, dan semakin jauh sinkronis, ditemukan variasi-variasi bunyi,
daerah tersebut dengan daerah lain, maka yakni [a], [aɁ], [i], [u], [e], [ә], [o], [oɁ],
semakin besar pula perbedaannya. Lebih [aw], [ew], [iy], [p], [b], [t], [k], [g], [m],
[n], [ŋ], [ɲ], [s], [d], [h], [Ɂ], dan [l] dalam disebabkan oleh faktor geografis, faktor
beberapa posisi. Berdasarkan hasil analisis budaya, dan penutur (dalam bahasa Jawa).
diakronis ditemukan fonem PIBK dari hasil Relevansi penelitian tersebut dengan
proses rekonstruksi protobahasa pada posisi penelitian ini juga terletak pada teori dan
tertentu. Fonem tersebut berupa enam metode. Penelitian tersebut menghasilkan
fonem vokal dua gugus bunyi, yaitu vokal output berpa peta bahasa, sedangkan
*/i/, */u/, */e/, */ә/, */o/ dengan luncuran penelitian ini mendeskripsikan perbedaan
gugus bunyi /oɁ/, dan */a/ dengan bahasa/dialek dalam bentuk persentase
meluncurkan gugus bunyi /aɁ/ ; tujuh dialektometri.
diftong */aw/, */ow/, */ew/, */iw/, */uw/ Penelitian mengenai variasi fonologi dan
dan */iy/, */әy/ dan sembilan belas fonem leksikal juga dilakukan oleh Harahap (2014)
konsonan */p/, */b/,*/t/, */k/, */g/, */m/, meneliti tentang variasi fonologi dan leksikon
*/n/, */ŋ/, */ɲ/, */s/, */d/, */h/, */Ɂ/, */l/, dialek Angkola di Kabupaten Tapanuli
*/r/, */j/, */c/, */w/, dan */y/. Inovasi Selatan. Tujuan penelitiannya adalah untuk
fonologis yang ditemukan berdasarkan mendeskripsikan variasi fonologi dan
kaidah perubahan bunyi, seperti: 1) leksokon dalam dialek Angkola, data yang ia
metatesis; 2) afaresis; 3) pemecahan vokal; peroleh disusun sesuai kata kerja, kata sifat,
4) apokop; dan 5) sinkop. Situasi kebasaan dan kata benda. Temuannya adalah adanya
dari data penelitian disimpulkan tidak ada perbedaan secara fonologi dalam dialek
perbedaan. Variasi leksikal yang ditemukan Angkola dan faktor geografis yang
dengan menggunakan Data bersumber dari memengaruhi variasi.
15 konsep data yang berjumlah 734 glos. Ketiga penelitian terdahulu yang telah
Berdasarkan hasil analisis didapatkan 143 dipaparkan dapat disimpulkan bahwa
variasi, yakni: Bilangan dan Ukuran (1 glos); penelitian tersebut relevan dengan
Waktu dan Musim (5 glos); Bagian Tubuh penelitian ini dalam hal teori dan metode,
Manusia (13 glos); Kata Ganti dan Istilah sedangkan perbedaannya adalah terletak
Kekerabatan (12 glos); Pakaian dan pada substansi hasil penelitian, mengingat
Perhiasan (4 glos); Jabatan dan Pekerjaan objek bahasa/dialek kajian sudah berbeda.
(4 glos); Binatang (13 glos); Tumbuhan (17 Berdasarkan observasi lapangan, kajian ini
glos); Alam (12 glos); Bau dan Rasa (2 belum pernah dilakukan di DP, baik dalam
glos); Sifat, keadaan dan warna (13 glos); bentuk skripsi, jurnal, maupun artikel ilmiah
Rumah (9 glos); Alat (8 glos); Kehidupan lainnya, sehingga hasilnya nanti juga
masyarakat (4 glos); Makanan dan minuman merupakan temuan terbaru dalam bidang
(1 glos); Penyakit dan obat (2 glos); dialektologi.
Aktivitas (20 glos); Nama Hari (0 glos); Glos
tanya (2 glos); Kesenian dan permainan (1 2. METODE PENELITIAN
glos). Sedangkan jarak kosakata dari tiga TP Metode penelitian yang digunakan dalam
tersebut adalah IPp – IP 4%, IP – IM 5,5%, penelitian ini adalah metode deskriptif
dan IM – Ipp 6% dengan keterangan tidak (Moleong, 2012) kuantitatif kualitatif, yakni
ada perbedaan. Relevansinya terhadap mendeskripsikan dan memaparkan variasi
penelitian ini adalah teori dan metode yang dialek secara fonologi dan leksikal, serta
digunakan, tetapi berbeda pada objek kajian menggunakan cara penerjemahan dalam
bahasa/dialek. bentuk transkripsi dan penghitungan data
Selanjutnya, Antono, et,al (2019) (Mahsun, 2012). Adapun alasan mengapa
berjudul pemertahanan leksikal dan mengambil metode ini karena belum ada
fonologis dalam bahasa Jawa di Kabupaten penelitian yang dilakukan, sehingga belum
Wonogiri dengan kajian geografi dialek. ada data pengelompokkannya. Adapun
Penelitian tersebut menggunakan penelitian sumber data penelitian ini adalah penutur
deskriptif kualitatif dan membahas mengenai yang berasal dari Kabupaten Merangin,
deskripsi tentang pemertahanan fonologi Kecamatan Pangkalanjambu: Desa
dan leksikal dalam bahasa Jawa, teknik yang Bungotanjung, Kampunglimo, dan
digunakan dalam penelitian tersebut adalah Sungaijering. Pengambilan data
simak dan cakap. Hasil penelitiannya adalah menggunakan teknik cakap, simak, rekam
adanya pemertahanan fonem (vokal dan suara telepon, dan catat.
konsonan) dan pemertahanan leksikal yang
Data berupa 200 kosakata yang membandingkan data yang terkumpul dari
bersumber dari Swadesh. Analisis data tempat penelitian tersebut (Mahsun, 1995;
menggunakan metode dialektometri untuk Nadra & Reniwati, 2009).
menghitung persentase perbedaan. 𝑠𝑥100
= 𝐝%
Pemilihan informan sesuai dengan syarat- 𝑛
syarat yang telah ditentukan, yakni informan S = Jumlah beda dengan titik pengamatan
adalah orang yang benar-benar tinggal di n = Jumlah peta yang dibandingkan
daerah penelitian, berusia 20–60 tahun yang d = Persentase jarak dialek antartitik
fasih menggunakan bahasa atau dialek pengamatan
daerahnya.
Dialektometri merupakan rumus yang Lalu, persentase untuk menentukan
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antartitik pengamatan dengan
atau seberapa banyak perbedaan dialek di kriteria, yakni:
tempat yang diteliti tersebut, dan
Tabel 1
Persentase dan status kebahasaaan fonologi dan leksikal
Persentase perbedaan fonologi Persentase perbedaan leksikal
17% > = perbedaan bahasa > 81% = perbedaan bahasa
12% -16% = perbedaan dialek 51%-80% = perbedaan dialek
8% -11% = perbedaan subdialek 31%-50% = perbedaan subdialek
4% -7% = perbedaan wicara 21%-30% = perbedaan wicara
0% -3% = tidak ada perbedan < 20% = tidak ada perbedaan
Sumber: Mahsun, 1995; Chambers & Trudgill, 2004; Fernandez, 1993)
muncul pada TP3 di data 80 dengan posisi 189 Tidak idaɁ daɁ daɁ
awal.
80 hantam hantam hantam Ontam 16) Variasi i ̴ i ̴ Ø/ultima
34 bilamana bilamana bilamana bilOmanO Variasi /i/ muncul pada satu korespondensi,
yakni i ̴ i ̴ Ø pada posisi ultima. Bunyi [i]
9) Variasi o ̴ a ̴ o/penultima muncul pada TP1 dan TP2, dan bunyi [Ø]
Variasi /a/ muncul pada satu korespondensi, muncul pada TP3 di data 97.
yakni o ̴ a ̴ o pada posisi penultima. Bunyi 97 Itu itu itu tu
[o] muncul pada TP1 dan TP3, dan bunyi [a]
muncul pada TP2 di data 109. 17) Variasi i ̴ ε ̴ i/ultima dan
109 Karena karnO karena karnO penultima
Variasi /i/ muncul pada korespondensi yakni
10) Variasi a ̴ o ̴ a/penultima i ̴ ε ̴ i, pada posisi ultima dan penultima.
Variasi /a/ muncul pada korespondensi, Bunyi [i] muncul pada TP1 dan TP3, bunyi
yakni a ̴ o ̴ a pada posisi penultima. Bunyi [ε] muncul pada TP2 di data 7 dan data 119.
[a] muncul pada TP1 dan TP3, bunyi [o] 7 Angin aƞin aƞɛn aηin
muncul pada TP2 di data 105. 119 kuning kuniη kunεη kuniη
105 kalau Kalau kalou kalau
18) Variasi ε ̴ ε ̴ i/ultima
11) Variasi i ̴ a ̴ a/-# Variasi /i/ muncul pada korespondensi ε ̴ ε ̴
Variasi /a/ muncul pada satu korespondensi, i pada posisi ultima. Bunyi [ε] muncul pada
yakni i ̴ a ̴ a pada posisi akhir. Bunyi [i] TP1 dan TP2, bunyi [i] muncul pada TP3 di
muncul pada TP1, dan bunyi [a] muncul data 121.
pada TP2 dan TP3 di data 181 sebagai posisi 121 Lain laεn lain lain
akhir.
19) Variasi u ̴ i ̴ i/ultima
181 Tangan taηin taηan taηan
Variasi /u/ muncul pada satu korespondensi,
12) Variasi a ̴ i ̴ a/ #- yakni u ̴ i ̴ i pada posisi ultima. Bunyi [u]
Variasi /a/ muncul pada satu korespondensi, muncul pada TP1, dan bunyi [i] muncul
yakni a ̴ i ̴ a pada posisi awal. Bunyi [a] pada TP2 dan TP3 di data 76.
muncul pada TP1 dan TP3, bunyi [i] muncul 76 Gigi gugu gigi gigi
pada TP2 di data 46. Perhatikan tabel
berikut! 20) Variasi o ̴ u ̴ u/-# dan ultima
46 Cacing caciη ciɁciη caciη Variasi /u/ muncul pada korespondensi,
yakni o ̴ u ̴ u pada posisi akhir dan ultima.
13) Variasi o ̴ a ̴ a/penultima Bunyi [o] muncul pada TP1, bunyi [u]
Variasi /a/ muncul pada dua korespondensi, muncul pada TP2 dan TP3 di data 41, data
yakni o ̴ a ̴ a pada posisi ultima. Bunyi [o] 190, dan data 185.
muncul pada TP1, bunyi [a] muncul pada 41 Bunuh bunOh bunuh bunuh
TP2 dan TP3 di data 59 dan di data 137. 190 Tidur tidO tidu tidu
59 di dalam dalOm di dalam di dalam 185 Telur tәlO tOlu tOlu
137 malam malOm malam malam
21) Variasi O ̴ u ̴ O/-#
14) Variasi ɨ ̴ ε ̴ i/-# Variasi /u/ muncul pada korespondensi,
Variasi [i] muncul pada korespondensi ɨ ̴ ε ̴ yakni o ̴ u ̴ o pada posisi akhir. Bunyi [o]
i pada posisi akhir. Bunyi [ɨ] muncul pada muncul pada TP1 dan TP3, bunyi [u] muncul
TP1, bunyi [ε] muncul pada TP2, dan bunyi pada TP2 di data 116.
[i] muncul pada TP3 di data 158. 116 Kotor kumOh kumuh kumOh
158 Pikir pikɨ pikε miki
22) Variasi u ̴ o ̴ u/penultima
15) Variasi i ̴ Ø ̴ Ø/ultima Variasi /u/ muncul pada korespondensi u ̴ o
Variasi /i/ muncul pada korespondensi i ̴ Ø ̴ ̴ u pada posisi penultima. Bunyi [u] muncul
Ø dengan posisi ultima. Bunyi [i] muncul pada TP1 dan TP3, bunyi [o] muncul pada
pada TP1, bunyi [Ø] muncul pada TP2 dan TP2 di data 143.
TP3 di data 189. 143 minum minun minOm minum
muncul pada TP1 dan TP3, bunyi [s] muncul 70) Variasi Ø ̴ y ̴ Ø/ultima
pada TP2 di data168. Variasi /y/ muncul pada korespondensi Ø ̴ y
168 sedikit dikIɁ sәdikIɁ dikIɁ ̴ Ø pada posisi ultima. Bunyi [Ø] muncul
pada TP1 dan TP3, bunyi /y/ muncul pada
66) Variasi Ø ̴ t ̴ Ø/antepenultima TP2 di data 166.
Variasi /t/ muncul pada korespondensi Ø ̴ t 166 Satu ciεɁ ciyεɁ ciεɁ
̴ Ø pada posisi antepenultima. Bunyi [Ø]
muncul pada TP1 dan TP3, bunyi [t] muncul Berdasarkan pemaparan data di atas
pada TP2 di data 184. didapatkan 2 variasi pada TP1-TP2, 4 Variasi
184 telinga liηOɁ taliηOɁ liηOɁ pada TP2-TP3, dan 5 Variasi pada TP3-TP1.
Untuk menentukan status kebahasaan dari
67) Variasi t ̴ Ɂ ̴ Ɂ/ -# ketiga titik pengamatan tersebut, maka
Variasi /t/ muncul pada korespondensi t ̴ Ɂ digunakan metode dialektomeri untuk
̴ Ɂ pada posisi -#. Bunyi [t] muncul pada menghitung persentase perbedaan dialek
TP1, bunyi [Ɂ] muncul pada TP2 dan TP3 di fonologi. Hal tersebut dijelaskan dalam
data 123 dan data 160. rumus berikut.
123 Laut laut lauiɁ lauiɁ
160 Potong kәhat koRεɁ koRεɁ TP1 dan TP2
2 𝑥 100
68) Variasi Ɂ ̴ t ̴ t/-# = 𝟏%
200
Variasi /t/ muncul pada satu korespondensi,
yakni Ɂ ̴ t ̴ t pada posisi akhir. Bunyi [Ɂ] TP2 dan TP3
muncul pada TP1, dan bunyi [t] TP2 dan 4 𝑥 100
= 𝟐%
TP3 di data 157. 200
157 Perut pәRuiɁ peRut poRuit
TP3 dan TP1
69) Variasi y ̴ y ̴ Ø/ultima 5 𝑥 100
= 𝟐, 𝟓%
Variasi /y/ muncul pada satu korespondensi, 200
yakni y ̴ y ̴ Ø pada posisi ultima. Bunyi [y]
muncul pada TP1 dan TP2, dan bunyi [Ø] Hasil dari perhitungan menggunakan
muncul pada Tp3 di data 2. rumus dialektometri di atas adalah variasi
2 Air ayiɁ ayiɁ aie fonologi didapatkan 2 varian atau 1% pada
TP1-TP2, 4 varian atau 2% pada TP2-TP3,
dan 5 varian atau 2,5% pada TP3-TP1.
Artinya, hasil tersebut menunjukkan status
kebahasaan tidak ada perbedaan.
Tabel 2
Persentase Variasi Fonologis dan Status Kebahasaan
Titik Pengamatan Jumlah Persentase Status kebahasaan
TP1 – TP2 1% Tidak ada perbedaan
TP2 – TP3 2% Tidak ada perbedaan
TP3 – TP1 2,5% Tidak ada perbedaan