Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era sekarang, terdapat beberapa yang sedang kita

hadapi dan seharusnya kita hadapi dengan adanya tindakan,

sebagai masyarakat. Menurut beberapa data dan juga penelitian,

penipisan cadangan minyak bumi dapat dikatakan salah satu

tantangan yang akan menjadi permasalahan dengan perhatian

besar.

Disamping itu, untuk tetap memenuhi kebutuhan masyarakat

di Indonesia, pemerintah melakukan impor dari negara lain, yang

secara tidak sadar menyebabkan Indonesia menjadi ketergantungan

dengan bahan bakar minyak impor. Sehingga memunculkan

adanya bahan bakar nabati sebagai alternatif dari masalah yang

sedang dihadapi, yaitu bioetanol.

Pada dasarnya, bioetanol terdiri dari etanol, yang fisiknya

berbentuk cair, jernih, memiliki aroma yang cukup khas, dan

pastinya mudah untuk terbakar. Bioetanol ini terbuat dari biomassa

yang mengandung pati atau selulosa. Bahan dasar ini memang

sudah terbukti sebagai sumber energs alternatif yang memiliki

prospek bagus. etanol pada akhirnya memiliki potensi untuk

menyaingi dua kebutuhan penting, yaitu bahan bakar dan bahan

baku di Industri kimia. bioetanol dapat dibuat dengan berbagai

macam bahan baku yang mengandung gula reduksi, salah satunya

yang akan diangkat penulis, yaitu kulit nanas.

1
Buah nanas di Indonesia telah diproduksi oleh seluruh

lapisan masyarakat yang merata di berbagai daerah. Oleh karena

itu, akan diikuti juga dengan banyaknya limbah kulit nanas yang

terdapat di Indonesia. Berdasarkan kandungannya, kulit buah nanas

mengandung karbohidrat dan kadar gula yang cukup tinggi,

sehingga akan dapat digunakan sebagai bahan dasar kimia, yaitu

etanol.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang sudah penulis jabarkan di atas,

maka rumusan masalah pada paper ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara pemanfaatan kulit nanas sebagai bahan dasar

bioetanol?

2. Bagaimana proses pembuatan bioetanol yang berbahan dasar

kulit nanas?

3. Seberapa besar potensi bioetanol dari nanas dapat

menggantikan bahan bakar minyak?

1.3 Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah yang tertera di atas, tujuan dari

paper ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui cara pemanfaatan kulit nanas sebagai bahan dasar

bioetanol.

2. Mengetahui proses pembuatan bioetanol yang berbahan dasar

kulit nanas.

2
3. Mengetahui besar potensi bioetanol dari nanas untuk

mengganti bahan bakar minyak.

3
II. DASAR TEORI

2.1 Pengertian Bioetanol

Bioetnol adalah alkohol yang dimanfaatkan dalam bentuk

dalam bentuk etanol atau C2H5OH, cair, tidak berwarna,

biodegradable, dan tidak menyebabkan korosi, yang sebagian

besar, biasa dibuat dengan cara fermentasi gula. Etanol yang

terbakar akan menghasilkan karbondioksida dan air yang

sebenarnya dapat dikatakan tidak akan menambahkan neto

karbondioksida pada lingkungan karena karbondioksida yang

dihasilkan dari pembakaran akan diserap kembali oleh tumbuhan.

Bahan bakar bioetanol, yaitu alkohol salah satu fungsinya

adalah sebagai octane booster, artinya alkohol mampu menaikkan

nilai oktan dengan dampak positif terhadap efisien bahan bakar dan

menyelamatkan mesin. Terdapat fungsi lain adalah oxygenating

agent, yakni mengandung oksigen sehingga menyempurnakan

pembakaran bahan bakar dengan efek positif meminimalkan

pencemaran udara, serta bisa juga sebagai fuel extender, yaitu

menghemat bahan bakar fosil.

Bioetanol sendiri dapat diproduksi dengan menggunakan

bahan baku hayati, sementara etanol dapat dengan cara sintesis

melalui hidrasis katalik dari etilen atau fermentasi gula

menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae, dan cara lainnya

juga ada, dengan menggunakan bantuan bakteri, seperti

Zymomonas mobilis yang mampu memfermentasikan etanol.

4
2.2 Bahan Baku Pembuatan Bioetanol

Pada dasarnya, ada dua jenis etanol. Etanol sintesis, sering

disebut metanol atau metil alcohol atau alcohol kayu, terbuat dari

etilen, salah satu derivate minyak bumi atau batu bara. Bahan ini

diperoleh dari proses sintesa kimia yang disebut hidrasi, sedangkan

bioetanol rekayasa dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi,

yaitu enzimetik dan fermentasi (Prihandana,2007:26).

Beberapa bahan baku bioetanol sebagai berikut:

- Bahan berapati, berupa singkong atau ubi kayu, ubi jalar,

tepung sagu, biji jagung, biji sorgum, gandum, kentang,

ganyong, garut, umbi dahlia dan lain–lain.

- Bahan bergula, berupa molasses ( tetes tebu), nira tebu, bira

kelapa, nira batang sorgum manis, nira aren (enau), nira

nipah, gewang nira lontar, dan lain-lain.

- Bahan berselulosa, berupa limbah logging, limbah

pertanian seperti jerami padi, ampas tebu, janggel (tongkol)

jagung, onggok (limbah tapioca), batang pisang, serbuk

gergaji (grajen) dan lain-lain.

Berdasarkan bahan baku industri etanol di dunia yaitu 95% dari

fermentasi dan hanya 5% berasal dari sintesis. Dalam mewujudkan

efisiensi dalam pemakaian bahan baku untuk dibuat menjadi

etanol, ada konversi biomassa menjadi bioetanol yang dikemas

melalui beberapa bahan seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, sagu,

dan termasuk jagung.

5
Banyak sedikitnya bioetanol yang terproduksi juga dipacu

oleh mikroorganisme dan media yang digunakan. Selain itu ada

beberapa yang harus diperhatikan, seperti pemilihan khamir,

konsentrasi gula, keasaman, ada tidaknya oksigen dan suhu dari

perasan buah. Pemilihan khamir disandarkan pada kandungan

karbohidrat, pada pati dan gula, digunakan Saccharomyces

cerevisiae , serta memerlukan suhu yang berkisar pada 25-30°C.

2.3 Proses Produksi Bioetanol

Pada produksi bioetanol yang bahan bakunya mengandung

karbohidrat, akan di proses dengan menjadikannya gula larut air

(glukosa). Proses pembuatannya dipengaruhi oleh zat

pembantunya, yaitu hidrolisis asam dan hidrolisis enzyme, yang

lebih sering digunakan. Proses konversi karbohidrat menjadi gula,

dilakukan dengan penambahan air dan enzyme, serta dilanjutkan

fermentasi gula.

1. Hidrolisis

Dalam proses ini, sebelumnya, bahan baku dihancurkan dan

dicampur dengan air yang secukupnya menjadi bubur. Tahap

ini dapat dilakukan dengan kimiawi, enzimatik, atau

keduanya. Kedua cara hidrolisis tersebut memiliki perbedaan

dasar pada pemutusan rantai polimer pati.

2. Fermentasi

Pada fermentasi ditujukan untuk mengubah glukosa

menjadi alkohol (etanol) dengan menggunakan yeast. Etanol

6
yang sudah didapatkan perlu juga dipisahkan dengan zat-zat

yang tidak diperlukan, seperti gas-gas pada umumnya, CO2.

Dari sini, biasa kadar etanol yang diperoleh baru mencapai 8-

10% saja, maka dari itu, ada perlunya dilanjutkan dengan

proses destilasi , agar mencapai kemurnian 95%.

3. Destilasi

Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya

berdasarkan perbedaan titik didih atau berdasarkan kemapuan

zat untuk menguap. Dimana zat cair dipanaskan hingga titik

didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat pendingin

(kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai

zat cair. Setelah melakukan fermentasi untuk waktu tertentu,

cairan akan berubah menjadi 3 lapisan, yaitu lapisan paling

bawah berupa endapan protein, lalu kedua ada air, dan terakhir

etanol.Pada proses ini, bertujuan untuk menguapkan etanol

agar terpisah dengan cairan hasil fermentasi. Kadar etanol

akan mencapai konsentrasi 95-96%. Dilanjutkan dengan

adanya proses dehidrasi, biasa dilakukan setara dengan titik

didih etanol, pada suhu 78oC, yang bertujuan agar

memisahkan kandungan air yang terdapat dalam etanol,

karena etanol akan menguap terlebih dahulu. Dengan

terjadinya hal tersebut, uap etanol akan bergerak menuju pipa

yang terendam air, sehingga terkondensasi dan kembali

menjadi etanol air.

7
III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada pembuatan bioetanol dari limbah kulit

nanas termasuk eksperiman dengan rancangan perlakuan hingga

mendapatkan substrat kulit nanas yang siap dijadikan bioetanol.

3.2 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pemisahan

bahan – bahan yang akan siap dipanaskan dalam proses hidrolisis.

Penggunaan bahan – bahan akan diukur dan dituliskan sehingga

terdapat angka yang menunjukkan hasil pada akhirnya. Setelah itu

akan ditambahkan Saccaromyces cereviceae untuk mendukung

proses fermentasi. Hasil fermentasi pun akan dianalisis kandungan

etanol-nya yang akan jadi dasar bioetanol. Hasilnya pun yang akan

menjadi data dan pembahasan hasil eksperimen ini.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Proses pembuatan bioetanol dari limbah kulit nanas dilakukan

pada :

Tempat : Rumah penulis

Waktu : 23 April 2019 dan 1 Juni 2019

Tabel proses pembuatan makalah:

8
Tahap Proses Keterangan waktu

Pembuatan Maret April Mei Juni

Mencari 29 Maret 19 April

informasi 2019 2019

Pembuatan 23 April Selama 1 Juni

produk 2019 bulan mei 2019

Penyelesaian 5 Juni

laporan 2019

3.4 Proses Pembuatan

- Alat dan Bahan

1. Nanas

2. Pisau

3. Kaleng Kong Ghuan (tempat destilasi)

4. Ragi (Saccaromyces cereviceae)

5. Kompor Portable

6. Selang berdiameter kecil

7. Botol

8. Lakban

9. Thermometer Raksa

10. Keran Air / Sumber Air

9
3.5 Cara Kerja

Kulit Nanas

1. Penghancuran bahan baku dengan mengupas kulit

nanas dan memotong-motong agar kecil dan di

haluskan (blender)

2. Hidrolisis dengan memanaskan hasil bahan baku yang

telah dihaluskan di sekitar 70 oC

3. Memasukkan dalam wadah, dan menambahkan ragi, 7

gram ragi untuk massa 1 kg kulit nanas ataupun

buahnya, serta menutup wadah dengan lakban agar

fermentasi terjadi secara maksimal tanpa udara masuk

Pengrakitan Alat untuk Destilasi

1. Membolongkan tutup kaleng kong ghuan sebanyak 2

lubang di atasnya untuk thermometer dan untuk

selang.

2. Membolongkan botol air mineral sebanyak 4, yaitu di

bagian bawahnya, 1 lubang, di bagian badan botol,

sejajar secara vertikal, sebanyak 2 lubang, dan di

tutup botol, sebanyak satu lubang

3. Memasukkan selang kedalam lubang 1 di tutup

kaleng kong ghuan, kira – kira saja, jangan sampai

kena ke cairan yang akan didestilasi. Lalu di

lakbanka, agar rapat, dan tidak ada gas yang terbuang

10
dalam proses destilasi , lakukan yang sama terhadap

pemasangan thermometer.

4. Selang yang telah dipasang di lubang tutup kaleng,

akan disambungkan ke dalam botol air mineral yang

telah ditidurkan posisinya (secara vertikal) , ke lubang

yang di bawah dan tanpa diputus, disambungkan

hingga selang keluar di lubang tutup botol.

5. Lubang yang bawah ( kalau dilihat secara vertikal)

atau lubang yang berada di tengah botol, bagian

bawahnya dimasukkan selang, yang ujung selang

satunya akan dihubungkan ke dalam keran air, untuk

mendukung proses air masuk.

6. Lubang yang atas, akan di hubungkan dengan selang

yang ujung lainnya dihubungkan ke dalam sebuah

wadah, untuk air keluar.

Tahap Destilasi

1. Setelah 4 hari fermentasi, masukkan produk dalam

kong ghuan, dan panaskan hingga titik didih, sekitar

87 oC

2. Akan didapatkan hasil produk bioetanol dari kulit

nanas, berwarna bening.

11
3.6 Pembahasan

Komposisi Massa Waktu Hasil


Fermentasi (yang hanya terpakai
dan hasil dalam ml,
kekuatan, dan waktu)
Kulit 300 24 jam 150 ml
Nanas gram menghasilkan 75ml
etanol, lemah, 30
menit
1000 4 hari 160 ml
gram menghasilkan 70 ml
etanol, lemah,
normal, 33 menit
1000 7 hari 115 ml
gram menghasilkan 28,5
ml, lemah, dalam
waktu 37 menit,
Kulit 1000 7 hari 200 ml
Nanas gram menghasilkan 27,5
(tanpa air) ml etanol, dalam
waktu 19 menit,
lemah, normal
Nanas 200 24 jam 160 ml
gram menghasilkan 80 ml
etanol, lemah, 35
menit
1000 4 hari 160 ml
gram menghasilkan 55 ml,
lemah, dalam 40
menit

Dari data percobaan yang diperoleh, terdapat beberapa

pembahasan yang dapat dilakukan, melalui komposisi, massa,

waktu fermentasi dan juga hasil percobaan yang menyangkup

beberapa hal. Seluruh pembahasan didasarkan oleh seluruh

tahap mulai dari penentuan massa hingga hasil, yang diikuti

dengan reaksi kimia, yaitu C6H12O6 + Ragi (Saccaromyces

cereviceae) → C2H5OH + CO2 .Komposisi yang digunakan

pada percobaan ini ada 3 jenis, yaitu penggunaan kulit nanas

12
(dengan air pada saat hidrolisis), kulit nanas (tanpa air saat

hidrolisis) dan juga buah nanas sendirinya.

Komposisi terbukti berpengaruh terhadap waktu

fermentasi dan juga hasil etanol. Dalam proses fermentasi,

adanya air cukup membantu menghemat waktu fermentasi

untuk mendapatkan etanol dengan kualitas maksimal,

setidaknya yang dapat dilakukan skala lab. Kulit nanas juga

lebih disarankan untuk dijadikan sebagai bahan dasar

dibandingan dengan buah nanas sendiri, bukan karena

ketidakmampuan terciptanya etanol, namun efektivitas untuk

mendapatkan etanol yang terbaik. Adanya massa yang

digunakan hanya akan menjadi perbandingan dengan hasil,

dalam arti sejumlah massa (gr) menghasilkan sejumlah etanol

(ml).

Massa menjelaskan perhitungan efektivitas penggunaan

kulit nanas secara utuh terhadap cairan kulit nanas yang akan

diperoleh sebelum menjadi etanol pada akhirnya. Cairan kulit

nanas yang telah melalui penyaringan tidak dipakai seluruhnya

pada percobaan ini. Terdapat pada data percobaan, berapa

banyak yang terpakai serta banyaknya hasil yang diperoleh.

Membahas waktu fermentasi dan kadar penggunaan ragi,

menurut Admianta (2001), semakin lama proses fermentasi,

dan semakin banyak dosis ragi Saccaromyces cereviceae yang

diberikan maka kadar bioetanol semakin meningkat. Semakin

13
lama waktu fermentasi maka kemampuan untuk memecah

glukosa yang ada menjadi alkohol semakin besar. Terbukti

untuk waktu fermentasi, dalam prosesnya terbentuk gas – gas

dengan mengecilnya wadah pada hari pertama hingga ke empat

dan mengembungnya gas hingga keras pada hari – hari

selanjutnya, dapat menjadi tanda bahwa tahap fermentasi telah

berakhir. Namun bila fermentasi terlalu lama nutrisi dalam

substrat akan habis dan khamir Saccaromyces cerevisiae tidak

lagi dapat memfermentasi bahan.

Adanya waktu dan hasil yang terdapat pada data percobaan,

keterangan yang secara rinci tersebut akan menjadi

perbandingan efektivitas bentuk komposisi yang digunakan,

dan hari fermentasi yang diaplikasikan. Terdapat bukti lain

yang dapat disimpulkan dengan melihat data percobaan

tersebut, bahwa adanya waktu dan etanol yang dihasilkan

kurang sebanding, dan tidak efektif. Memang, telah diketahui

sebuah perbandingan bahan baku dengan nanas dan etanol

yang dihasilkan adalah 12:1, dimana 12 itu melambangkan 12

kg nanas yang akan hanya memproduksi 1 liter etanol. Akan

kurang dapat dijadikan patokan dalam percobaan ini,

dikarenakan ada beberapa perlakuan yang beda, yang dapat

menjadikan data percobaan belum seakurat perbandingan yang

telah dibuktikan.

14
. Untuk hal terakhir dalam pembahasan ini, hasil

menunjukkan etanol yang dihasilkan semua bersifat lemah.

Dapat dikatakan sebagai etanol yang lemah, karena hasil dari

pembuatan bioetanol dalam skala laboratorium hanya akan

mencapai nilai maksimum 40%, yang pastinya tidak dapat

terbakar. Kesulitan adanya pembakaran pada alcohol pada

kadar 40% ke bawah, dikarenakan sisa dari 40% tersebut

merupakan kandungan air. Jelas dengan teori tersebut, api

sangat berlawanan dengan adanya air, dan dengan adanya

mayoritas air dalam kandungan 40% etanol, akan mempersulit

adanya kemungkinan terbakar. Selain itu, akan mustahil untuk

menggunakan etanol dengan kadar 40% ini pada kendaraan,

dikarenakan mesin yang tidak dapat menerima adanya

kandungan air yang begitu menominasi.

Untuk menciptakan bioetanol yang dapat terbakar dan

terlebih, untuk dapat digunakan dalam kendaraan, seperti

tujuan bioetanol ini menjadi sumber energi alternatif, lebih

disarankan melakukan pembuatan bioetanol dengan mesin.

Adanya kemampuan sebagian masyarakan membuat mesin

destilator, akan membantu adanya kadar etanol yang semakin

tinggi, dan jika telah mencapai 99.8%, akan dapat diaplikasikan

pada kendaraan bermotor.

15
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan adanya pembahasan di atas, maka kesimpulan

yang dapat diambil pada makalah ini adalah:

1. Pemanfaatan kulit nanas sebagai bahan dasar

bioetanol adalah dengan memanfaatkan kandungan

gula yang dimiliki oleh kulit nanas, dan

difermentasikan sehingga menciptakan etanol melalui

beberapa proses.

2. Proses pembuatan bioetanol dengan memanfaatkan

limbah kulit nanas antara lain ada pemotongan,

pemisahan kulit dan buah, serta penghalusan,

dilanjutkan dengan tahap hidrolisis, fermentasi dan

terakhir destilasi.

3. Besar potensi bioeanol dari kulit nanas untuk

menggantikan bahan bakar minyak cukup kecil,

karena adanya proses pembuatan yang tidak

sebanding dengan hasil, seperti yang tertulis,

perbandingan bahan baku (Kg) dan etanol nanas (L)

adalah 12:1.

4.2 Saran

Pembuatan bioetanol termasuk proses yang memerlukan

perhatian dan ketelitian yang tinggi. Suhu, waktu, dan lingkungan,

dalam arti steril atau tidaknya wadah dan juga tempat, merupakan

16
hal yang wajib diperhatikan karena sangat mempengaruhi hasil dan

kualitas yang akan diperoleh. Untuk mendukung hal tersebut,

disarankan melakukan percobaan di dalam sebuah laboratorium.

Suhu yang telah melebihi titik didih suatu cairan ingin dituju, akan

memiliki kemungkinan besar untuk gagal karena merusak partikel

untuk tujuan senyawa yang dihasilkan. Dalam proses, baik

fermentasi maupun hidrolisis, kerapatan suatu wadah untuk

menghindari adanya gas yang kluar dan yang masuk juga

mempengaruhi hasil akhir yang dituju, kemungkinan gas penting

yang keluar dan tercampur udara, cukup besar. Membutuhkan

totalitas yang cukup dalam seluruh proses pembuatan ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Prihandana, Rama dan Noerwijari, Kartika.2007,.Bioetanol Ubi Kayu; Bahan

Bakar Masa Depan.PT.ArgoMedia.

M.T, Dr Megawati, S.T, 2015, Bioetanol Generasi Kedua, Yogyakarta, PT.Graha

Ilmu.

Atmojo, Panji Tri. 2010. Bioetanol- Bahan Bakar Etanol. tersedia pada

https://theatmojo.com/energi/bioetanol-bahan-bakar-nabati/(diakses pada

19 April 2019)

Setyawati, Harimbi dan Rahman, Nanik Astuti. 2011 Bioetanol dari Kulit Nanas

dengan Variasi Massa Saccharomyves cereviceae dan Waktu Fermentasi,

tersedia pada

http://ejournal.upnjatim.ac.id/index.php/tekkim/article/download/76/60(di

akses pada 28 Mei 2019)

Mandari, Sally, Yenie, Elvi, dan Muria, Sri Rezeki. 2015. Pembuatan Bioetanol

dari Kulit Nanas (ananas comosus l.) Menggunakan Enzim Selulase dan

Yeast Saccharomyces Cerevisiae dengan Proses Simultaneous

Sacharificatian and Fermentation (SSF). terdapat pada

https://media.neliti.com/media/publications/201549-pembuatan-bioetanol-

dari-kulit-nanas-ana.pdf(diakses pada 28 Mei 2019)

18
LAMPIRAN

Buku yang digunakan untuk mendukung karya tulis dan percobaan ini :

Alat destilasi yang dirakit dan diguna

19

Anda mungkin juga menyukai