Anda di halaman 1dari 29

SENSOR OTOMATIS PADA LAMPU UTAMA

DAN PENGAMAN KUNCI KONTAK SEPEDA MOTOR

LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Praktikum Elektronika Dasar
Yang dibina oleh M. Ihwanudin, M.Pd.

Oleh
Moh. Nursalim (160513609669)
M. Amirul Briliant Syah (160513609618)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
APRIL 2018

1
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas berkat rahmat serta hidayahnya kami dapat menyelesaikan praktikum
dan laporan praktikum ini. penulis selalu mendapatkan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. M. Ihwanudin, M.Pd selaku dosen pembimbing
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan berupa moral maupun
material
3. Teman teman B2 PTO yang selalu memberikan bantuan dan dukungan
4. Teman teman UKM Al-Quran Study Club (ASC) yang selalu memberikan
semangat
5. Segala pihak yang terkait yang tidak bisa kami sebut

Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
serta saran yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan Laporan
ini. Semoga laporan ini dapat memerikan manfaat kepada penulis, pembaca dan
masyarakat umum. Tidak lupa penulis mengucapkan mita maaf apabila pada saat
praktik maupun saat penyusunan laporan ini penulis mempunyai kesalahan kepada
segala pihak.

Malang , 22 April 2018

Penulis

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini perkembangan teknologi sudah berkembang dengan cepat.
Perkembangan ini mendorong seseorang untuk selalu mengikutinya.
Perkembangan ini sudah meranah ke segala bidang kehidupan. Tidak kalah
oleh bidang lain, bidang otomotif juga berkembang dengan pesat. Transportasi
kini sudah diatur oleh komputer. Kerja sistem kendaraan yang dahulu manual
atau tradisional kini sudah semakin efisien dengan bantuan komputer yang
terprogram pada kendaraan. Sistem penerangan kendaraan merupakan salah
satu sistem yang penting dalam kendaraan. Oleh karena itu kami membuat
sistem penerangan otomatis pada lampu kepala. Sistem ini membantu
pengendara untuk tidak repot menyalakan lampu saat keadaan jalan gelap.
Selain itu sistem pengamanan pada kendaraan juga perlu ditingkatkan
karena semakin banyaknya tindakan pencurian. Semakin berkembangnya
sepeda motor dan semakin mahalnya harga sepeda motor mendorong pelaku
untuk tertarik mencuri sepeda motor. Oleh karena itu diperlukan sistem
pengaman sepeda motor. Berdasarkan hal tersebut kami membuat sistem
pengaman kunci kontak untuk manggulangi tindakan pencurian. Semoga kedua
alat ini dapat membantu dalam kehidupan sehari hari khususnya pada
kendaraan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang komponen-komponen elektronika ?
2. Bagaimana cara membuat sensor otomatis lampu pada sepeda motor ?
3. Bagaimana cara membuat pengaman kunci kontak pada sepeda motor ?

C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan komponen komponen pada elektonika
2. Menjelaskan rangkaian rangkaian elektronika

4
3. Menjelaskan cara membuat sensor otomatis lampu pada sepeda motor
4. Menjelaskan cara membuat pengaman kunci kontak pada sepeda motor

D. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui komponen komponen pada elektonika.
2. Mengetahui rangkaian rangkaian elektronika.
3. Mengetahui cara membuat sensor otomatis lampu pada sepeda motor.
4. Mengetahui cara membuat pengaman kunci kontak pada sepeda motor.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Landasan Teori :
1. Resistor variabel
Resistor variabel atau biasa disebut resistor tidak tetap merupakan salah
satu jenis komponen resistor yang nilai hambatannya dapat berubah-ubah
(variable). Perubahan nilai dari resistor variabel biasanya dimanfaatkan untuk
mengatur sesuatu yang sifatnya tidak tetap dan bergantung dari kondisi penerapan
rangkaian.
   Simbol resistor variabel pada umumnya digambarkan seperti simbol
resistor dengan tanda panah ditengahnya atau tanda yang menyerupai huruf "T"
namun agak miring sebagai simbol trimpot atau preset. Karena kebanyakan
resistor variabel berkaki tiga maka panah yang berada ditengah merupakan kaki
ketiga yang berada ditengah dengan nilai resistansi yang berubah-ubah terhadap
kaki pinggir. Perubahan nilai resistor ini tergantung pada posisi kaki tengah
terhadap kaki pinggir.

a. Jenis-Jenis Variable Resistor


   Jenis-jenis pada resistor variabel dibagi berdasarkan nilainya, yaitu resistor
yang dapat diubah secara manual sesuai dengan fungsinya (Adjustable Resistor)
dan resistor yang berbubah tergantung pada kondisi fisik (Resistor Dependent On
Physical Condition). 

6
b. Adjustable Resistor

Potensiometer

   Potensiometer merupakan jenis resistor variabel yang digunakan untuk


perubahan resistansi  dengan mengatur tuasnya seperti yang sering dilakukan pada
pengaturan volume. Nilai Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan
Potensiometer dalam bentuk kode angka. Ada dua tipe potensiometer, yaitu
potensiometer putar (rotary potentiometer) dan potensiometer geser (slide
potentiometer). Prinsip dasar potensiometer adalah menciptakan tegangan revensi
(pembanding) berdasarkan besar kecilnya hambatan antara pin 1 dan pin 3, lalu
tegangan hasil perbandingan tersebut akan diteruskan ke komponen lain melalui
pin 2.
Potensiometer sering kita jumpai pada peralatan sound sistem sebagai
pengatur nada, volume, efek, dan lain-lain. Selain itu potensio meter juga biasa
dipakai pada rangkaian power supply untuk mengatur besar kecilnya tegangan
atau arus pada output. Pada perangkat lain potensiometer dapat digunakan sebagai
pengatur kuat lemahnya sinyal, tranducer, dimmer lampu, dan masih banyak lagi. 

c. Trimpot (Trimmer Potentiometer)

7
   Trimpot (Trimmer Potensiometer) atau sering juga disebut dengan Preset
Resistor adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer
tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki Tuas. Trimpot pada
umumnya ditempatkan pada bagian dalam peralatan sehingga untuk mengatur
nilai resistansinya dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar
porosnya.

2. Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) 


Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah salah satu jenis resistor
yang dapat mengalami perubahan resistansinya apabila mengalami perubahan
penerimaan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR (Light
Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh
LDR itu sendiri. LDR sering disebut dengan alat atau sensor yang berupa resistor
yang peka terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu
merupakan bahan semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah menurut
banyaknya cahaya (sinar) yang mengenainya. Resistansi LDR pada tempat yang
gelap biasanya mencapai sekitar 10 MΩ, dan ditempat terang LDR mempunyai
resistansi yang turun menjadi sekitar 150 Ω. Seperti halnya resistor konvensional,

8
pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis seperti pemasangan resistor
biasa. Simbol LDR dapat dilihat seperti pada gambar berikut.

a. Simbol Dan Fisik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)

b. Karakteristik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)


Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu bentuk komponen
yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya.
Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon
Spektral sebagai berikut :

c. Laju Recovery Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)


Bila sebuah “Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)” dibawa
dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan
yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan
segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Na-mun LDR
tersebut hanya akan bisa menca-pai harga di kegelapan setelah mengalami selang
waktu tertentu. Laju recovery meru-pakan suatu ukuran praktis dan suatu ke-
naikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik,
untuk LDR tipe arus harganya lebih besar dari 200K/detik(selama 20 menit
pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi
pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang
memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai den-
gan level cahaya 400 lux.

d. Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)

9
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tidak mempunyai
sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh
padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus
listrik yaitu tembaga, aluminium, baja, emas dan perak. Dari kelima bahan
tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak, digunakan karena
mempunyai daya hantaryang baik (TEDC,1998)

e. Prinsip Kerja Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)


Resistansi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) akan berubah seiring
den-gan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada
disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR seki-tar 10MΩ dan dalam
keadaan terang sebe-sar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari ba-han
semikonduktor seperti kadmium sul-fida. Dengan bahan ini energi dari cahaya
yang jatuh menyebabkan lebih banyak mua-tan yang dilepas atau arus listrik
meningkat. Artinya resistansi bahan telah men-galami penurunan.

3. Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan
merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2
bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak
Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk
menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low
power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai
contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu
menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk
menghantarkan listrik 220V 2A.
a. Gambar Bentuk dan Simbol Relay

Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering
ditemukan di Rangkaian Elektronika.

10
b. Prinsip Kerja Relay

Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar  yaitu :

1) Electromagnet (Coil)
2) Armature
3) Switch Contact Point (Saklar)
4) Spring

c. Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay

11
Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
 Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi CLOSE (tertutup)
 Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah
kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila
Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang
kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke
posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik
di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC)
akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik,
Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh
Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya
membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

12
d. Arti Pole dan Throw pada Relay

Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan Throw
yang dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah penjelasan
singkat mengenai Istilah Pole and Throw :

1) Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay


2) Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)

Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay
dapat digolongkan menjadi :

1) Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4


Terminal, 2 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
2) Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5
Terminal, 3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
3) Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6
Terminal, diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar
sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2
Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
4) Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki
Terminal sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2
pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2
Terminal lainnya untuk Coil.

Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-
nya melebihi dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun
4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.

13
Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan
Throw, silakan lihat gambar dibawah ini :

14
e. Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay

Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan


Elektronika diantaranya adalah :

1) Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)


2) Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay
Function)
3) Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan
bantuan dari Signal Tegangan rendah.
4) Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen
lainnya dari kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

4. Transistor
Transistor adalah komponen semikonduktor yang memiliki berbagai
macam fungsi seperti sebagai penguat, pengendali, penyearah, osilator,
modulator dan lain sebagainya. Transistor merupakan salah satu komponen
semikonduktor yang paling banyak ditemukan dalam rangkaian-rangkaian
elektronika. Boleh dikatakan bahwa hampir semua perangkat elektronik
menggunakan Transistor untuk berbagai kebutuhan dalam rangkaiannya.
Perangkat-perangkat elektronik yang dimaksud tersebut seperti Televisi,
Komputer, Ponsel, Audio Amplifier, Audio Player, Video Player, konsol Game,
Power Supply dan lain-lainnya.
Transistor pertama kali ditemukan oleh tiga orang fisikawan yang berasal
Amerika Serikat pada akhir tahun 1947 adalah Transistor jenis Bipolar. Mereka
adalah  John Bardeen, Walter Brattain, dan William Shockley. Dengan penemuan
tersebut, perangkat-perangkat elektronik yang pada saat itu berukuran besar dapat
dirancang dalam kemasan yang lebih kecil dan portabel (dapat dibawa kemana-
mana). Ketiga fisikawan tersebut mendapatkan Hadiah Nobel Fisika pada tahun
1956 atas penemuan Transistor ini. Namun sebelum ketiga fisikawan Amerika
Serikat tersebut menemukan Transistor Bipolar, seorang fisikawan Jerman yang
bernama Julius Edgar Lilienfeld sudah mempatenkan Transistor jenis Field Effect

15
Transistor di Kanada pada tahun 1925 tetapi Julius Edgar Lilienfeld tidak pernah
mempublikasikan hasil penelitiannya baik dalam bentuk tulisan maupun
perangkat prototype-nya. Pada tahun 1932, seorang inventor Jerman yang
bernama Oskar Heil juga mendaftarkan paten yang hampir sama di Eropa.
Seiring dengan perkembangannya, Transistor pada saat ini telah dirancang
telah berbagai jenis desain dengan fitur aliran arus dan pengendali yang unik. Ada
jenis Transistor yang berada dalam kondisi OFF hingga terminal Basis diberikan
arus listrik untuk dapat berubah menjadi ON sedangkan ada jenis lain yang berada
dalam kondisi ON hingga harus diberikan arus listrik pada terminal Basis untuk
merubahnya menjadi kondisi OFF. Ada juga Transistor yang membutuhkan arus
kecil dan tegangan kecil untuk mengaktifkannya namun ada yang hanya
memerlukan tegangan untuk mengoperasikannya. Ada lagi Transistor yang
memerlukan tegangan positif untuk memicu pengendalinya di terminal Basis
sedangkan ada Transistor yang memerlukan tegangan negatif sebagai pemicunya.

a. Jenis-jenis Transistor
Secara umum, Transistor dapat digolongkan menjadi dua keluarga besar
yaitu Transistor Bipolar dan Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor).
Perbedaan yang paling utama diantara dua pengelompokkan tersebut adalah
terletak pada bias Input (atau Output) yang digunakannya. Transistor Bipolar
memerlukan arus (current) untuk mengendalikan terminal lainnya sedangkan
Field Effect Transistor (FET) hanya menggunakan tegangan saja (tidak
memerlukan arus). Pada pengoperasiannya, Transistor Bipolar memerlukan
muatan pembawa (carrier) hole dan electron sedangkan FET hanya memerlukan
salah satunya.

16
Berikut ini adalah jenis-jenis Transistor beserta penjelasan singkatnya.

1) Transistor Bipolar (BJT)

Transistor Bipolar adalah Transistor yang struktur dan prinsip kerjanya


memerlukan perpindahan muatan pembawanya yaitu electron di kutup negatif
untuk mengisi kekurangan electon atau hole di kutub positif.   Bipolar berasal dari
kata “bi” yang artinya adalah “dua” dan kata “polar” yang artinya adalah “kutub”.
Transistor Bipolar juga sering disebut juga dengan singkatan BJT yang
kepanjangannya adalah Bipolar Junction Transistor.
a) Jenis-jenis Transistor Bipolar

Transistor Bipolar terdiri dari dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP.
Tiga Terminal Transistor ini diantaranya adalah terminal Basis, Kolektor dan
Emitor.

 Transistor NPN adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik


kecil dan tegangan positif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran
arus dan tegangan yang lebih besar dari Kolektor ke Emitor.
 Transistor PNP adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik
kecil dan tegangan negatif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran
arus dan tegangan yang lebih besar dari Emitor ke Kolektor.

17
2) Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)

Transistor Efek Medan atau Field Effect Transistor yang disingkat menjadi FET
ini adalah jenis Transistor yang menggunakan listrik untuk mengendalikan
konduktifitasnya. Yang dimaksud dengan Medan listrik disini adalah Tegangan
listrik yang diberikan pada terminal Gate (G) untuk mengendalikan aliran arus
dan tegangan pada terminal Drain (D) ke terminal Source (S). Transistor Efek
Medan (FET) ini sering juga disebut sebagai Transistor Unipolar karena
pengoperasiannya hanya tergantung pada salah satu muatan pembawa saja,
apakah muatan pembawa tersebut merupakan Electron maupun Hole.

a) Jenis-jenis Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)

Transistor jenis FET ini terdiri dari tiga jenis yaitu Junction Field Effect
Transistor (JFET), Metal Oxide Semikonductor Field Effect Transistor
(MOSFET) dan Uni Junction Transistor (UJT).

 JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah Transistor Efek


Medanyang menggunakan persimpangan (junction) p-n bias terbalik
sebagai isolator antara Gerbang (Gate) dan Kanalnya. JFET terdiri dari
dua jenis yaitu JFET Kanal P (p-channel) dan JFET Kanal N (n-channel).
JFET terdiri dari tiga kaki terminal yang masing-masing terminal tersebut
diberi nama Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
 MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) adalah
Transistor Efek Medan yang menggunakan Isolator (biasanya
menggunakan Silicon Dioksida atau SiO2) diantara Gerbang (Gate) dan
Kanalnya. MOSFET ini juga terdiri dua jenis konfigurasi yaitu MOSFET
Depletion dan MOSFET Enhancement yang masing-masing jenis
MOSFET ini juga terbagi menjadi MOSFET Kanal-P (P-channel) dan
MOSFET Kanal-N (N-channel). MOSFET terdiri dari tiga kaki terminal
yaitu Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
 UJT (Uni Junction Transistor) adalah jenis Transistor yang digolongkan
sebagai Field Effect Transistor (FET) karena pengoperasiannya juga
menggunakan medan listrik atau tegangan sebagai pengendalinya. Berbeda

18
dengan jenis FET lainnya, UJT mememiliki dua terminal Basis (B1 dan
B2) dan 1 terminal Emitor. UJT digunakan khusus sebagai pengendali
(switch) dan tidak dapat dipergunakan sebagai penguat seperti jenis
transistor lainnya.

5. Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat
atau membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika.
Sebagaimana fungsi resistor yang sesuai namanya bersifat resistif dan termasuk
salah satu komponen elektronika dalam kategori komponen pasif. Satuan atau
nilai resistansi suatu resistor di sebut Ohm dan dilambangkan dengan simbol
Omega (Ω). Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding terbalik dengan
jumlah arus yang mengalir melaluinya. Selain nilai resistansinya
(Ohm) resistor juga memiliki nilai yang lain seperti nilai toleransi dan kapasitas
daya yang mampu dilewatkannya. Semua nilai yang berkaitan dengan resistor
tersebut penting untuk diketahui dalam perancangan suatu
rangkaian elektronika oleh karena itu pabrikan resistor selalu mencantumkan
dalam kemasan resistor tersebut.

a. Simbol Resistor
Berikut adalah simbol resistor dalam bentukgambar ynag sering digunakan dalam
suatu desain rangkaian elektronika.

19
Resistor dalam suatu teori dan penulisan formula yang berhubungan dengan
resistor disimbolkan dengan huruf “R”. Kemudian pada desain skema elektronika
resistor tetap disimbolkan dengan huruf “R”, resistor variabel disimbolkan dengan
huruf “VR” dan untuk resistorjenis potensiometer ada yang disimbolkan dengan
huruf “VR” dan “POT”.

b. Kapasitas Daya Resistor

Kapasitas daya pada resistor merupakan nilai daya maksimum yang mampu
dilewatkan oleh resistor tersebut. Nilai kapasitas daya resistor ini dapat dikenali
dari ukuran fisik resistor dan tulisan kapasitas daya dalamsatuan Watt untuk
resistor dengan kemasan fisik besar. Menentukan kapasitas daya resistor ini
penting dilakukan untuk menghindari resistor rusak karena terjadi kelebihan daya
yang mengalir sehingga resistor terbakar dan sebagai bentuk efisiensi biaya dan
tempat dalam pembuatan rangkaian elektronika.

c. Nilai Toleransi Resistor


Toleransi resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang
tercantum pada badan resistor yang masih diperbolehkan dan dinyatakan resistor
dalam kondisi baik. Toleransi resistor merupakan salah satu perubahan
karakteristik resistor yang terjadi akibat operasional resistor tersebut.
Nilai torleransi resistor ini ada beberapa macam yaitu resistor dengan toleransi
kerusakan 1% (resistor 1%), resistor dengan toleransi kesalahan 2% (resistor2%),
resistor dengan toleransi kesalahan 5% (resistor 5%) dan resistor dengan toleransi
10% (resistor 10%).

Nilai toleransi resistor ini selalu dicantumkan di kemasan resistor dengan


kode warna maupun kode huruf. Sebagai contoh resistor dengan toleransi 5%
maka dituliskan dengan kode warna pada cincin ke 4 warna emas atau dengan
kode huruf J pada resistor dengan fisik kemasan besar. Resistor yang banyak
dijual dipasaran pada umumnya resistor 5% dan resistor 1%.

20
d. Jenis-Jenis Resistor
Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan
menjadi resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal
film.

1) Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Resistor kawat atau wirewound resistor merupakan resistor yang dibuat dengan
bahat kawat yang dililitkan. Sehingga nilai resistansiresistor ditentukan dari
panjangnya kawat yang dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan
kapasitas daya yang besar.

2) Resistor Arang (Carbon Resistor)

Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan
utama batang arang atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang
banyak digunakan dan banyak diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat

21
kita jumpai dengan kapasitas daya 1/16 Watt, 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1
Watt, 2 Watt dan 3 Watt.

3) Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)

Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal film
merupakan resistor yang dibuah dengan bahan utama oksida logam yang memiliki
karakteristik lebih baik. Resistor metal film ini dapat ditemui dengan nilai
tolerasni 1% dan 2%. Bentuk fisik resistor metal film ini mirip denganresistor
kabon hanya beda warna dan jumlah cicin warna yang digunakan dalam penilaian
resistor tersebut. Sama seperti resistorkarbon, resistor metal film ini juga
diproduksi dalam beberapa kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt.
Resistor metal film ini banyak digunakan untuk keperluan pengukuran, perangkat
industri dan perangkat militer.

6. PCB
PCB merupakan singkatan dari Printed Circuit Board, yang jika dalam bahasa
Indonesia banyak disebut dengan istilah Papan Sirkuit Cetak atau Papan
Rangkaian Cetak. PCB ini secara fisik merupakan alat yang digunakan untuk
menghubungkan komponen elektronik dalam komputer dengan lapisan jalur

22
konduktornya. PCB sendiri sudah berkembang semenjak puluhan tahun yang lalu.
Berikut merupakan sejarah singkat PCB dalam dunia elektronika :
1) 1936 : Paul Eisler, seorang ilmuwan Austria, pertama kali menemukan PCB.
Ia menggunakan papan sirkuit ini untuk pembentukan sebuah radio.
2) 1943 : Amerika Serikat kemudian mengadopsi papan sirkuit ini dalam radio
militer dalam jumlah besar.
3) 1948 : Pertama kalinya PCB dikomersialisasikan di Amerika Serikat
4) 1950 : Setelah tahun ini, kemudian PCB telah dapat digunakan secara massal
terutama di industri elektronika.

a. Fungsi PCB

Secara umum, PCB yang banyak digunakan baik di dalam perangkat komputer
maupun peralatan elektronik lainnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

1) Tempat menyusun komponen-komponen elektronik sehingga terpasang lebih


rapi dan terorganisir.
2) Menghubungkan kaki komponen satu sama lain baik kaki komponen aktif
maupun pasif.
3) Penggganti kabel untuk menyambung berbagai komponen, sehingga
membutuhkan tempat yang lebih efisien.
4) Membuat tampilan suatu rangkaian elektronik menjadi lebih rapi dan tertata.

B. Alat Dan Bahan


Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan sensor
otomatis lampu utama dan sensor pengaman kunci kontak pada sepeda motor :

No Alat dan Bahan nilai Jumlah


1 Solder - 1
2 Tenol atu timah 1 rol kecil
3 Dioda BC 548 1
S9014 1
4 Resistor 1 kilo ohm 1
2,2 kilo ohm 1

23
680 ohm 2
Trimpot 100K 1
LDR 1
5 PCB 001 1 papan
6 Relay SPDT 1
Masing masing
7 Kabel 5 warna
1 meter
8 Black box 6 x 4,5 cm 1
C828
9 Transistor 1
S9012

C. PRINSIP KERJA
Berikut prinsip kerja dari sensor otomatis lampu utama dan sensor pengaman
kunci kontak pada sepeda motor :
1. sensor otomatis lampu utama
Sensor ini dipasangkan antara sumber lampu dengan beban/ lampu. Ketika
kunci kontak on dan lampu on maka arus yang menuju lampu akan diolah oleh
sensor otomatis ini. Pada saat keadaan sekitar masih terang maka sensor LDR
akan meghasilkan hambatan yang tinggi sehingga arus dari baterai tidak dapat
melewati relay pada sensor. Ketika cahaya di sekitar redup maka hambatan pada
sensor LDR akan menurun dan mengaktifkan relay pada sensor. Akibat
terhubungnya relay ini maka arus yang menuju beban / lampu akan mengalir dan
menyalakan lampu.

Rangkaian saat lampu menyala :

24
2. Sensor sentuh pengaman kunci kontak
Sensor ini pada dasarnya hanya untuk menyambungkan arus pengapian pada
sepeda motor menggunakan sensor sentuh. Tangan manusia memiliki resistansi
antara 10 kiloohm sampai 10 megaohm, dan resistansi ini dapat digunakan untuk
meng “on” kan transistor1 , agar mampu mengangkat beban berupa relay maka
arus dan tegangannya harus di perkuat dan inilah fungsi dari transistor2. Setelah
tr2 on maka relay akan bekerja dan kontak relay K1 akan membuat supplay
negatif tetap mensupplay relay agar terus bekerja. Cara kerjanya adalah ketika
kontak dihidupkan maka apabila probe 1 dan ground tidak di sentuh maka motor
tidak akan dapat di nyalakan.

25
D. Wiring Diagram

1. sensor otomatis lampu utama

26
2. Sensor pengaman kunci kontak

E. CARA MERAKIT
Berikut adalah langkah langkah dalam merangkai komponen sensor otomatis
lampu utama :
1. Siapkan alat dan bahannya terlebih dahulu.
2. Potong PCB sesuai besar Black Box
3. Pasang komponen pada PCB sesuai dengan gambar
4. Kemudian solder komponen-komponen tersebut dan hubungkan sesuai dengan
gambar rangkaian.
5. Lubangi black bock
6. Pasang rangkaian pada black bock
7. Uji coba alat yang telah dirangkai
8. Jika benar maka dapat dipasang pada kendaraan

F. LANGKAH PENGUJIAN
 Berikut adalah cara pengujian sensor otomatis lampu sepeda motor :
1. Hubungkan kabel terminal positif sensor dengan sensor positif baterai

27
2. Hubungkan terminal negatif baterai dengan terminal negatif baterai
3. Potong kabel input lampu kemudian hubungkan dengan output pada sensor
4. Pasang sensor ditempat yang diinginkan, usahakan yang aman dari air hujan
5. Pasang LDR di tempat yang diinginkan. LDR dapat diperpanjang sesuai
dengan kebutuhan.
6. Sensitifitas sensor terhadap cahaya dapat diatur pada trimpot sensor
7. Uji coba

Kriteria percobaan berhasil:


1. Saat perangkaian apabila tidak ada arus pendek dan relay bekerja maka
rangkaian benar
2. Lampu hidup ketika pencahayaan di sekitar sensor turun.
 Berikut adalah cara pengujian pengaman sepeda motor menggunakan
sensor sentuh:
1. Probe 1 dapat diletakkan pada baut di sekitar bodi motor (tapi dengan
syarat baut tersebut tidak boleh terhubung dg ground/bodi /rangka motor)
2. Probe 2 dihubungkan pada ground/negatif  baterai motor
3. Supply + dihubungkan pada kabel beban motor (kabel setelah keluar dari
kontak)
4. CON 1 , CON 2,CON 3 digunakan sebagai kill switch
5. Pada motor dengan pengapian “AC” Con 2 Kill switch dapat di hubungkan
ke ground dan con 3 dihubungkan ke spul kelistrikan
6. Pada motor dengan kelistrikan “DC” con 1 kill switch dapat dihubungkan
pada supplay + cdi dan con 2 dihubungkan ke cdi (kabel “+” cdi
dipotong)
7. Uji coba

Kriteria percobaan berhasil:


1. Saat kunci kontak on maka sepeda motor tidak dapat dinyalakan sebelum
sensor kita sentuh, kemudian setelah sensor kita sentuh maka sepeda
motor dapat dinyalakan. Dan sebaliknya ketika sensor belum kita sentuh
motor tersebut sudah bisa di nyalakan, maka alat perlu kita cek ulang
dengan melihat skema kembali.

28
BAB III
KESIMPULAN

Sensor lampu penerangan otomatis adalah alat yang menggunakan


sensor cahaya untuk menyalakan lampu kepala. Sensor ini dibuat dengan
komponen elektronik yang tergolong murah. Hanya butuh beberapa komponen
untuk merangkai sensor ini. Selain itu sensor ini juga juga murah. Juka
dibandingkan dengan manfaatnya maka sensor ini dapat dipakai dalam kehidupan
sehari hari. Selain itu juga dapat digunakan dalam aplikasi yang lain. Dalam
pembuatan sensor ini tidak memakan banyak biaya karena hanya membutuhkan
solder dan timah. Sensor keamanan motor merupakan sensor yang berfungsi
untuk mengurangi pencurian sepeda motor yang kini sering terjadi. Karena
banyaknya manfaat dari kedua sensor ini maka disarankan untuk dipakai dalam
kehidupan sehari-hari.

29

Anda mungkin juga menyukai