Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MARLINA SIHOTANG

KELAS. : REGULER BK/D

JURUSAN : PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN BIMBINGAN

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

ALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

ALIRAN PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME DAN PROGRESIVISME

A). Filsafat Pendidikan pragmatisme

Filsafat ini dipandang sebagai msafat Amerika asli, pada hal kenyataan yang scbcnarnya adalah
berpangkal pada filsafat empirisme lnggris, yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia
adalah apa yang manusia alami. Tokoh yang terkenal dalam filsafat ini adalah Charles Sandre Pierce
(1839 1914), William lames (1842 1910) dan John Dewey (1859 1952).

Pragmatisme berasal dari kata "pragma" yang berarti praktik atau aku berbuat. Hal ini mengandung arti
bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan.
Manusia dan lingkungannya berdampingan, dan mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap
realitas. Realitas adalah apa yang dapat dialami dan diamati sccara indcra. Manusia selalu berubah dan
berkembang dan perkembangan berlangsung terus menerus, karena itu manusia hidup dalam keadaan
”menjadi" (becoming) secara terus menerus (0n goingness). Peserta didik merupakan organisme yang
aktif, secara torus mencerus merekonstruksi, menginterpretasi dan mereorganisasi kembali
pengalaman-peugalaman yang dialaminya. Peserta didik harus selalu herhubungan dengan individu-
individu lainnya, karena dalam hubungan yang demikian mereka akan bertumbuh dan berkembang.
Mereka akan mempelajari hidup dalam kominitas individu, bekerja sama.

Pendidikan menurut pandangan pragmatisme bukan merupakan suatu proses pembentukan dari luar,
dan iuga bukan merupakan suatu pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengan sendirinya (unfolding),
melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman
individu; yang berarti bahwa setiap manusia selalu belajar dari pengalamannya.

Menurut John Dewey (Sadulloh. 2003), pendidikn perlu didasarkan pada tiga pokok pemikiran, yakni;

a. Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup Pendidikan sebagai pertumbuhan c. Pendidikan


scbagai fungsi sosial .Berikut ini akan dijelaskan ketiga pokok pemikiran tersebut;

1 ). Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup.

Hidup selalu berubah menuju pembaharuan hidup, karena itu pendidikan adalah merupakan kebutuhan
untuk hidup. Pendidikan berfungsi sebagai alat dan sebagai pembaharuan hidup. Dalam hidupnya
manusia selalu berinteraksi, individu yang satu dengan individu yang Iainnya. dan dengan
Iingkungannya. Orang yang sudah dewasa yang telah banyak memiliki pengalaman hidup berinteraksi
dengan manusia muda yang masih belia dalam pengalaman hidup untuk mewariskan nilai-nilai budaya
dan kebuadayaan itu sendiri unluk kelangsungan hidup. Terjadilah pewarisan kebudayaan, nilai,
pengetahuan, dan keterampilan serta sikap hidup kepada generasi muda. Hal ini membawa
pembaharuan hidup pada generasi muda. dan pembaharuan ini akan semakin pesat perubahannya oleh
karena perubahan yang terjadi dalam hidup dan kehidupan manusia dengan pengaruh ilmu
pengctahuan, teknologi dan seni yang semakin pesat perubahannya. Untuk mengisi dan mclengkapi
kehidupan yang selalu berubah dan berkembang maka sangat diperlukan adanya pendidikan.

2 ). Pendidikan sebagai pertumbuhan

Menurut John Dewey (Sadulloh. 2003), pertumhuhan merupakan suatu perubahan tindakan yang
berlangsung terus menerus untuk mencapai hasil selanjutnya. Pertumbuhan juga merupakan proses
pematangan oleh karena peserta didik memiliki potensi berupa kapasitas untuk berkembang atau
hcrtumhuh menjadi sesuatu dengan adanya pengaruh lingkungannya Hidup selalu mengalami
pertumbuhan dan pertumbuhan diwarnai oleh aktivitas akif.

3 ).Pendidikan sebagai fungsi sosial Menurutjohn Dewey (Sadulloh. 2003), lingkungan merupakan syarat
bagi pertumbuhan, dan fungsi pendidikan merupakan suatu proses membimbing dan mengembangkan.
Melalui kegiatan pendidikan masyarakat membimbing peserta didik yang masih belum matang menurut
susunan sosial tertentu. Dalam keadaan yang belum matang peserta didik selalu berinteraksi dengan
lingkungan, selalu berhubungan dengan individu Iainnya. Dalam aktivitas pendidikan selalu ada interaksi
yang dapat mempengaruhi dan membimbing peserta didik dapat mengembangkan diri sebagai pribadi
yang dipengaruhi dan mempengaruhi dalam situasi dan lingkungan sosial. Guru tidak boleh memaksakan
seuatu yan g tidak sesuai dengan minat dan kemampuan peserta didik harus dihadapkan pada suatu
kondisi yang memungkinkan mereka merasakan adanya suatu masalah yang harus diselesaikan sehingga
timbui minat untuk menyelesaikannya Guru harus mengenal peserta didik dan dapat membangkitkan
minat mereka dalam pembelajaran. Guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang dapat
menimbulkan kerjasama antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru dan
sebaliknya.

B ).Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Eksistensi adalah cara manusia ada di
dunia (Sadulloh. 2003). Cara berada manusia berbeda dengan cara beradanya benda-benda materi. Cara
beradanya manusia adalah hidup bersama dengan manusia lainnya, ada kerjasama dan komunikasi dan
dengan penuh kesadaran, sedangkan benda-benda materi keberadaannya berdasarkan ketidak sadaran
akan dirinya sendiri dan tidak dapat berkomunikasi antara satu dengan Iainnya. Benda-benda materi,
alam fisik, dunia yang berada di luar manusia tidak akan bermakna dan tidak memiliki tujuan apa-apa
kalau terpisah dari manusia. Jadi dunia bermakna karena manusia. Jadi inti masalah yang menjadi
pemikiran eksistensialisme adalah, oleh Soren kierkegaard (1813-1855) (Sadulloh. 2003), sekiiar apa
kehidupan manusia? Apa pemecahan yang konkrit terhadap persoalan makna "eksis" (berada) dari
manusia. Ada beberapa pandangan panganut filsafat ini sehubungan dengan eksistensi, Eksistensi
adalah cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi, manusialah sebagai pusat perhatian,
sehingga bersifat humanistis.

• Bereksistensi tidak statis tetapi dinamis, yang berarti menciptakan dirinya secara aktif, merencanakan,
berbuat dan menjadi.

• Manusia dipandang selalu dalam proses menjadi belum selesai dan terbuka serta realistis. Namun
demikian manusia terikat dengan dunia sekitarya terutama sesama manusia. Sikun Pribadi. 1971
[Sadulloh 2003), mengemukakan bahwa eksistensialisme dengan pendidikan sangat berhubungan erat,
karena keduaduanya sama-sama membahas masalah yang sama yakni manusia, hubungan antar
manusia, hidup, hakikat kepribadian, dan kebebasan.Pendidikan, proses pembelajaran, harus
berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, tidak ada pemaksaan penguasaan
pengetahuan.

C). Filsafat Pendidikan Progresivisme

Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus dalam suatu arah
yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh
sebab itu, peserta didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa kini, melainkan mereka
harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa datang. Permasalahan hidup masa kini tidak akan sama
dengan permasalahan hidup masa yang akan datang. Untuk itu, peserta didik harus diperlengkapi
dengan strategi-strategi menghadapi kehidupan masa datang dan pemecahan masalah yang
memungkinkan mereka mengatasi permasalahan-permasalahan baru dalam kehidupan dan untuk
menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada masa itu. Guru atau pendidik harus berperan
sebagai pembimbing dan fasilitator agar peserta didik terdorong dan terbantu untuk mempelajari dan
memiliki pengalaman tentang hal-hal yang penting bagi kehidupan mereka, bukan memberikan
sejumlah kebenaran yang disebut abadi. Yang penting adalah bahwa guru atau pendidik harus
memfasilitasi peserta didik agar memiliki kesempatan yang luas untuk bekerja sama atau kooperatif di
dalam kelompok, memecahkan masalah yang dipandang panting oleh kelompok bukan oleh guru, dalam
kelompoknya. Progresivisme pengikut Dewey (Sadulloh.2003) mendasarkan pada asumsi berikut :
Minat-minat peserta didik sebagai dasar menentukan muatan kurikulum.

a. bukan disiplin ilmu atau akademik


b. Pengajaran efektif adalah apabila memperlakukan peserta didik sebagai minat-minat serta
kebutuhan-kebutuhannya keseluruhan dan dihubungkan dengan bidang kognitif, afektif, dan
psikomotor.

c. Pembelajaran hams aktif, guru menyediakan kemungkinan agar peserta didik memiliki pengalaman
melalui belajar dengan berbuat/melakukan.

d. Pendidikn bertujuan untuk membina peserta didik berpikir rasional sehingga menjadi manusia yang
cerdas yang berkontribusi pada masyarakat. Peserta didik mempelajari nilai-nilai personal dan sosial di
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai