Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Tentang:

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN OSTEOMYELITIS

OLEH :

Kelompok 2

1. Tania Septina Yardika


2. Nuril Qalbi
3. Yasinta Salsabila
4. Restia Sa’bani
5. Salsabila Firdausia
6. Vinny Alfionita

Tingkat : 3C

Dosen Pengampu :

Ns. Mike Asmaria, S.Kep, M.Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

SUMATERA BARAT

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Model Teori Betty Neuman” dengan baik dan tepat
waktu.

Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Dosen Pembimbing Ibu
Ns. Mike Asmaria, S.Kep, M.Kep yang telah membantu dalam menyampaikan
materi sehingga dapat membantu dalam menyampaikan materi sehingga dapat
membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran


dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Makalah ini mungkin kurang
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.

Padang, 23 September 2020

Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Tujuan penulisan
Tujuan umum
Tujuan khusus

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Definisi osteomielitis


2.2 Klasifikasi osteomielitis
2.3 Etologi osteomielitis
2.4 Patofisiologi osteomielitis
2.5 Manifestasi klinis osteomielitis
2.6 Pemeriksaan penunjang osteomielitis
2.7 Penatalaksanaan osteomielitis
2.8 Pencegahan osteomielitis
2.9 Asuhan keperawatan

BAB III

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung


jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem
muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem
muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa
gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang
berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan
rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai
yang sangat berat (Price, Wilson, 2010).

Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah radang


tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi
lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat
tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan
periosteum (Dorland, 2012).

Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi piogenik


atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau Staphylococcus aureus.
Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada tulang atau melibatkan
beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan jaringan lunak disekitar
tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis adalah diagnosis dini
dan operasi yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang tepat. Secara umum,
dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis
penyakit infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya
jaringan lunak.

Dari penelitian yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya


osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering
terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang
tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama
pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang
atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang
permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya
tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.

1.2 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari osteomielitis
2. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis.
3. Untuk mengetahui etiologi osteomielitis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi osteomielitis.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan medis osteomielitis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomielitis.
8. Untuk mengetahui pencegahan osteomielitis.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan osteomielitis.

BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 Definisi osteomielitis


Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner,
suddarth. (2010). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis
sebagai berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 2011).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 2010).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 2010).
2.2 Klasifikasi osteomielitis
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis,
yaitu:
1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya
terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi
sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh
penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini
biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering
terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat
dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local
serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan
klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri
akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah
infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang
menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi
atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis
dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut
dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya
osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
2.3 Etiologi
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2010), penyebab osteomyelitis adalah
Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2011).

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami
infeksi melalui 3 cara:

1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada
anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).Orang yang menjalani
dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi
tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika
sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada
perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama
pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di
daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau
kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah
atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi,
bisa menyebar ke tulang tengkorak.
2.4 Patofisiologi
(Brunner, suddarth. (2011) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70%
sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering
dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia
Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan
ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan
sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat
penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis
tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi
kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan
dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila
proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum)
tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis
dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi
pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius
kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
2.5 Manifestasi klinis
1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada
awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi
menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri
konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Pemeriksaan tambahan :

a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama


b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.
2.7 Penatalaksanaan
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan
jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta
ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan
tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K
dapat mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin
K membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang
tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur
untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang
kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara
pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon
paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk
ke dalam darah.
2.8 Pencegahan
1. Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda,
yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat disarankan Anda
berhenti sesegera mungkin.
2. Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan
lemak di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat
rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran
(setidaknya lima porsi sehari) dan biji-bijian. Makan makanan yang sehat
juga dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan Anda.
3. Mengelola berat badan Anda
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan
berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat
dengan menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga
teratur. Setelah Anda telah mencapai berat badan yang sehat akan
membantu menjaga tekanan darah Anda pada tingkat normal, yang akan
membantu meningkatkan sirkulasi Anda. Anda dapat menggunakan Body
Mass Index (BMI) kalkulator untuk memeriksa.
4. Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang
direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit
sehari untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang
normal-kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh.
Secara teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan
meningkatkan baik tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan
membuat sirkulasi Anda buruk. Hubungi dokter Anda jika Anda
menemukan kesulitan untuk moderat minum Anda. Layanan dan obat-
obatan Konseling dapat membantu Anda mengurangi asupan alkohol
Anda.
5. Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung
dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang, 150
menit dari moderat untuk olahraga berat seminggu dianjurkan. Namun,
jika kesehatan Anda secara keseluruhan miskin, mungkin perlu bagi Anda
untuk berolahraga menggunakan program khusus disesuaikan dengan
kebutuhan Anda saat ini dan tingkat kebugaran. GP Anda akan dapat
menyarankan Anda tentang tingkat yang paling cocok bagi anda berolah
raga. Jika Anda merasa sulit untuk mencapai 150 menit latihan seminggu,
mulai dari tingkat yang Anda merasa nyaman dengan. Sebagai contoh,
Anda bisa melakukan lima sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum
secara bertahap meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai
kebugaran Anda mulai membaik.

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS


A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan
darah, nomor register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis.
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri
hebat.Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien,
perawat dapat menggunakan metode PQRST :
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma
akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor
predis posisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifak menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau
kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma
tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
3. Psikososisl
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat
sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit
sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

4. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum
1) Kesadaran [GCS]
2) Kondisi klien secara umum (tanda-tanda dari distress, penampilan dengan
usia, ekspresi wajah, bicara, mood, berpakaian dan kebersihan umum)
3) Tanda – tanda vital
4) Pertumbuhan fisik : TB, BB, postur tubuh
5) Keadaan kulit : warna, tekstur, kelainan kulit.

2.Pemeriksaan Cepalo Kudal

a. kepala

1) Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambut.


2) Mata ; kebersihan mata, penglihatan, lapang pandang, pupil, reflek,sclera
(icterus/tidak), konjungtiva(anemis/tidak)
3) Telinga ; bentuk,kebersihan, secret, membrn tympani, fungsi pendengaran
dan nyeri telinga
4) Hidung ; fungsi, polip, secret, nyeri, mimisan
5) Mulut ; kemampuan bicara,keadaan bibir,jumlah gigi,warna lidah

b.Leher

Bentuk, gerakan, pembesaran thyroid, kelenjer getah bening, tonsil, JVP, nyeri
telan ,arteri carotis

c.Dada Jantung

1) Inpeksi ; Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada, ictuscordis/apex


Auskultasi; Bunyi jantung, suara yang ditemui
Perkusi ; batas jantung,dullness
Palpasi ; simetris, nyeri tekan, massa, ictus kordis
2) Apakah klien cepat lelah
3) Apakah ada keluhan berdebar – debar, nyeri dada yang menyebar, pusing,
rasa berat didada
4) Apakah klien menggunakan alat pacu jantung
5) Apakah klien mendapat obat untuk mengatasi gengguan kardiovaskuler

d.Paru

1) Inseksi ; bentu dada [ normal, barrel, pigeon ],kelainan bentuk, retraksi


otot dada, pergerakan selama pernapasan [ kiri dan kanan adakah retraksi],
jenis pernapasan, keadaan proxesus xipodeus].
Auskultasi; suara pernapasan, suara abnormal yang di temui, suara napas
tambahan, bunyi batas,dypsnue
Perkusi ; batas paru
Palpasi ; simetris, nyeri tekan, massa, pernapasan
2) Apakah ada keulitan dalam bernapas
3) Apakah yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah
4) Apakah klien menggunakan alat bantu bernapas
5) Posisi nyaman bagi klien
6) Apakah klien terbiasa merokok, obat – obtan untuk melancran bernapas
7) Apakah ada alergi terhadap debu, obat – obatan dll
8) Apakah klien pernah dirawat dengan gangguan pernapasan
9) Apakah klien pernah punya riwayat gangguan pernapasan dan mendapat
pengobatan.

e.Punggung

1) Inspeksi ; bentuk [ lordis, kiposis, skeliosis], pembengkakan, lesi


2) Palpasi ; nyeri, edema sacral

f.Genetalia, anus dan rectum

1) Inspeksi ; warna, terpasang alat bantu, kelainan genital, simpisis, kondisi


anus, spinter ani
2) Palpasi ; teraba penumpukan urine

g.Ekstremitas

1) Atas ;kelengkapa, kelainan jari, tonu otot, kesimetrisan gerak, ada yang
menganggu gerak, kekutan otot,gerakan otot, gerakan bahu, siku,
pergelangan tangan dan jari – jari
2) Bawah ; kelengkapan, edema perifer, kekuatan otot, bentuk kaki, varices,
gerakan otot, gerakan panggul, lutut, persendian, pergelangan kaki dan jari
– jari.

H.Integumen

1) Warna kulit
2) Pola pigmentasi,keadaan pembuluh darah,temperature, tekstur, turgor, lesi,
edem, kekeringan, bersisik, ecchymosis, massa, pendarahan.

Biasanya ini keadaan pemfis pada pasien osteomelisis :


Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek
bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek
sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 37,50, takhikardi,
irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.

5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon


a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti
bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya.
Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang
dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu
makan karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi
karena pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami
penurunan aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur
karena rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku
menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah,
postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati
janji atau banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan
penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari
lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan
baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan
dalam masalah seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng
berat karena kondisinya saat itu.
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap
klien agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses
perawatan klien di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses
pengobatan klien. Klien biasanya mengalami gangguan dalam
beribadah karena nyeri yang ia rasakan.
B. Diagnosa Keperawatan ( SDKI).
1. Nyeri akut b.d agen pencendera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah.
2. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh diatas nilai normal,
takikardi.
3. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang d.d nyeri
saat bergerak, sulit menggerakkan ekstremitas bawah.
4. Gangguan integritas jaringan b.d faktor mekanis d.d nyeri, kerusakan
jaringan
C. SLKI dan SIKI

No SLKI SIKI
1. DX 1 : DX 1 :
Tingkat nyeri diharapkan Manajemen nyeri
menurun dengan kriteria Observasi
hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik,
 Keluhan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
menurun skor 5 intensitas nyeri
 Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
skor 5  Identifikasi respons nyeri non
 Gelisah menurun verbal
skor 5  Identifikasi faktor yang
 Frekuensi nadi memperberat dan memperingan
membaik skor 5 nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik

2 DX 2 : DX 2 :
Termoregulasi diharapkan Manajemen hipertermia
membaik dengan kriteria Observasi
hasil:  Identifikasi penyebab
 Menggigil menurun hipertermia
skor 1  Monitor suhu tubuh
 Suhu tubuh membaik  Monitor komplikasi akibat
skor 5 hipertermia
 Suhu kulit membaik Terapeutik
skor 5  Sediakan lingkaran yang dingin
 Takikardi menurun  Longgarkan atau lepaskan
skor 5 pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan titah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
3 DX 3 : DX 3:
Mobilitas fisik diharapkan Dukungan mobilisasi
meningkat dengan kriteria Observasi
hasil:  Identifikasi adanya nyeri atau
 Pergerakan keluhan fisik lainnya
ekstremitas  Identifikasi toleransi fisik
meningkat skor 5 melakukan pergerakan
 Nyeri menurun skor  Monitor kondisi umum selama
5 melakukan mobilisasi
 Kecemasan menurun Terapeutik
skor 5  Fasilitasi aktivitas mobilisasi
 Gerakan terbatas dengan alat bantu
menurun skor 5  Fasilitasi melakukan pergerakan
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
4 DX 4: DX 4:
Gangguan Integritas kulit Perawat luka
dan jaringan meningkat Observasi
dengan kriteria hasil:  Monitor karakteristik luka
 Kerusakan jaringan  Monitor tanda-tanda infeksi
menurun skor 5 Terapeutik
 Nyeri menurun skor  Cukur rambut disekitar daerah
5 luka
 Suhu kulit membaik  Berikan salep yang sesuai ke
skor 5 kulit/lesi
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
 Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu

D. Implementasi
Melakukan semua yang sudah direncanakan pada SIKI untuk mecapai tujuan
keperawatan.
E. Evaluasi
Merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien.
S : Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan
dan dikemukakan klien
O : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain
A : Kedua jenis data tersebut, baik subjectif dinilai dan dianalisis, apakah
berkembang kearah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat
menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi atau adakah
perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan baru.
P : Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis
diatas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak
efektif.

BAB III

PENUTUP
3.1 Keimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis,
yaitu:
1. Osteomielitis Primer
2. Osteomielitis Sekunder

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain
3.2 Saran
Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama pada osteomielitis untuk pencapaian kualitas
keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan
yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh
sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat
serta pentingnya kesehatan.
Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta


Brunner & Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC

Doenges E Marilynn, 2011., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Mansjoer, Arif, 2010., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,


Jakarta

Harrison. 2012. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai