Tentang:
ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH :
Kelompok 2
Tingkat : 3C
Dosen Pengampu :
SUMATERA BARAT
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Model Teori Betty Neuman” dengan baik dan tepat
waktu.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Dosen Pembimbing Ibu
Ns. Mike Asmaria, S.Kep, M.Kep yang telah membantu dalam menyampaikan
materi sehingga dapat membantu dalam menyampaikan materi sehingga dapat
membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini.
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN TEORITIS
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya
terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi
sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh
penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini
biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering
terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat
dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local
serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan
klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri
akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah
infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang
menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi
atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis
dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut
dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya
osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
2.3 Etiologi
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2010), penyebab osteomyelitis adalah
Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2011).
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami
infeksi melalui 3 cara:
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada
anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).Orang yang menjalani
dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi
tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika
sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada
perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama
pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di
daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau
kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah
atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi,
bisa menyebar ke tulang tengkorak.
2.4 Patofisiologi
(Brunner, suddarth. (2011) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70%
sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering
dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia
Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan
ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan
sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat
penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis
tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi
kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan
dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila
proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum)
tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis
dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi
pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius
kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
2.5 Manifestasi klinis
1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada
awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi
menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri
konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
4. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
1) Kesadaran [GCS]
2) Kondisi klien secara umum (tanda-tanda dari distress, penampilan dengan
usia, ekspresi wajah, bicara, mood, berpakaian dan kebersihan umum)
3) Tanda – tanda vital
4) Pertumbuhan fisik : TB, BB, postur tubuh
5) Keadaan kulit : warna, tekstur, kelainan kulit.
a. kepala
b.Leher
Bentuk, gerakan, pembesaran thyroid, kelenjer getah bening, tonsil, JVP, nyeri
telan ,arteri carotis
c.Dada Jantung
d.Paru
e.Punggung
g.Ekstremitas
1) Atas ;kelengkapa, kelainan jari, tonu otot, kesimetrisan gerak, ada yang
menganggu gerak, kekutan otot,gerakan otot, gerakan bahu, siku,
pergelangan tangan dan jari – jari
2) Bawah ; kelengkapan, edema perifer, kekuatan otot, bentuk kaki, varices,
gerakan otot, gerakan panggul, lutut, persendian, pergelangan kaki dan jari
– jari.
H.Integumen
1) Warna kulit
2) Pola pigmentasi,keadaan pembuluh darah,temperature, tekstur, turgor, lesi,
edem, kekeringan, bersisik, ecchymosis, massa, pendarahan.
No SLKI SIKI
1. DX 1 : DX 1 :
Tingkat nyeri diharapkan Manajemen nyeri
menurun dengan kriteria Observasi
hasil: Identifikasi lokasi, karakteristik,
Keluhan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
menurun skor 5 intensitas nyeri
Meringis menurun Identifikasi skala nyeri
skor 5 Identifikasi respons nyeri non
Gelisah menurun verbal
skor 5 Identifikasi faktor yang
Frekuensi nadi memperberat dan memperingan
membaik skor 5 nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
2 DX 2 : DX 2 :
Termoregulasi diharapkan Manajemen hipertermia
membaik dengan kriteria Observasi
hasil: Identifikasi penyebab
Menggigil menurun hipertermia
skor 1 Monitor suhu tubuh
Suhu tubuh membaik Monitor komplikasi akibat
skor 5 hipertermia
Suhu kulit membaik Terapeutik
skor 5 Sediakan lingkaran yang dingin
Takikardi menurun Longgarkan atau lepaskan
skor 5 pakaian
Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
Berikan cairan oral
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan titah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
3 DX 3 : DX 3:
Mobilitas fisik diharapkan Dukungan mobilisasi
meningkat dengan kriteria Observasi
hasil: Identifikasi adanya nyeri atau
Pergerakan keluhan fisik lainnya
ekstremitas Identifikasi toleransi fisik
meningkat skor 5 melakukan pergerakan
Nyeri menurun skor Monitor kondisi umum selama
5 melakukan mobilisasi
Kecemasan menurun Terapeutik
skor 5 Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Gerakan terbatas dengan alat bantu
menurun skor 5 Fasilitasi melakukan pergerakan
Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
4 DX 4: DX 4:
Gangguan Integritas kulit Perawat luka
dan jaringan meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: Monitor karakteristik luka
Kerusakan jaringan Monitor tanda-tanda infeksi
menurun skor 5 Terapeutik
Nyeri menurun skor Cukur rambut disekitar daerah
5 luka
Suhu kulit membaik Berikan salep yang sesuai ke
skor 5 kulit/lesi
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu
D. Implementasi
Melakukan semua yang sudah direncanakan pada SIKI untuk mecapai tujuan
keperawatan.
E. Evaluasi
Merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien.
S : Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan
dan dikemukakan klien
O : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain
A : Kedua jenis data tersebut, baik subjectif dinilai dan dianalisis, apakah
berkembang kearah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat
menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi atau adakah
perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan baru.
P : Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis
diatas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak
efektif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Keimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis,
yaitu:
1. Osteomielitis Primer
2. Osteomielitis Sekunder
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain
3.2 Saran
Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama pada osteomielitis untuk pencapaian kualitas
keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan
yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh
sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat
serta pentingnya kesehatan.
Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan osteomielitis.
DAFTAR PUSTAKA