Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.2 Etiologi
1. Perubahan fungsi/struktur tubuh
2. Perubahan biopsikososial seksualitas
3. Ketiadaan model peran
4. Model peran tidak dapat mempengaruhi
5. Kurang privasi
6. Ketiadaan pasangan
7. Kesalahan informasi
8. Kelainan seksual
9. Konflik nilai
10. Penganiayaan fisik
11. Kurang terpapar informasi
1.1.3 Fisiologis
a. Alat Reproduksi Laki-laki
Alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat kelamin
bagian dalam. Perhatikan gambar di bawah. Alat kelamin bagian luar terdiri
dari penis dan skrotum. Sedangkan alat kelamin bagian dalam terdiri dari
testis, epididimis, vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan kelenjar
bulbouretral.
Alat Reproduksi Pria
1. Testis
Testis disebut juga dengan buah zakar. Testis merupakan organ kecil
dengan diameter sekitar 5 cm pada orang dewasa. Testis membutuhkan
suhu lebih rendah dari suhu badan (36,7 oC) agar dapat berfungsi secara
optimal. Oleh karena itu, testis terletak di luar tubuh di dalam suatu
kantong yang disebut skrotum. Ukuran dan posisi testis sebelah kanan
dan kiri berbeda. Testis berfungsi sebagai tempat pembentukan sperma
(spermatogenesis). Spermatogenesis pada manusia berlangsung selama 2
– 3 minggu. Bentuk sperma sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Sperma berbentuk seperti kecebong, dapat
bergerak sendiri dengan ekornya.
Testis juga memiliki tanggung jawab lain, yaitu membuat hormon
testosteron. Hormon ini merupakan hormon yang sangat bertanggung
jawab atas perubahan anak laki-laki menjadi dewasa. Membuat suara
laki-laki menjadi besar dan berat, dan berbagai perubahan lain yang
memperlihatkan bahwa seorang anak telah beranjak dewasa.
2. Skrotum
Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan berfungsi
sebagai tempat bergantungnya testis. Skrotum berwarna gelap dan
berlipat-lipat. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis
ke dinding perut. Dalam menjalankan fungsinya, skrotum dapat
mengubah ukurannya. Jika suhu udara dingin, maka skrotum akan
mengerut dan menyebabkan testis lebih dekat dengan tubuh dan dengan
demikian lebih hangat. Sebaliknya pada cuaca panas, maka skrotum akan
membesar dan kendur. Akibatnya luas permukaan skrotum meningkat
dan panas dapat dikeluarkan.
3. Vas deferens
Vas deferens adalah sebuah tabung yang dibentuk dari otot. Vas
deferens membentang dari epididimis ke uretra. Vas deferens berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis.
Saluran ini bermuara dari epididimis. Saluran vas deferens
menghubungkan testis dengan kantong sperma. Kantong sperma ini
berfungsi untuk menampung sperma yang dihasilkan oleh testis.
4. Epididimis
Epididimis adalah saluran-saluran yang lebih kecil dari vas deferens.
Alat ini mempunyai bentuk berkelok-kelok dan membentuk bangunan
seperti topi. Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan sperma.
5. Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan
berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-
getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang
terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.
a Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani)
merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang
kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
b Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di
bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah
yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan
untuk kelangsungan hidup sperma.
c Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar
yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper
menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
6. Uretra
Uretra merupakan saluran sperma dan urine. Uretra berfungsi
membawa sperma dan urine ke luar tubuh.
7. Penis
Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala penis. Pada
bagian kepala terdapat kulit yang menutupinya, disebut preputium. Kulit
ini diambil secara operatif saat melakukan sunat. Penis tidak mengandung
tulang dan tidak terbentuk dari otot. Ukuran dan bentuk penis bervariasi,
tetapi jika penis ereksi ukurannya hampir sama. Kemampuan ereksi
sangat berperan dalam fungsi reproduksi. Pada bagian dalam penis
terdapat saluran yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran ini untuk
mengalirkan sperma keluar. Jadi, fungsi penis sebagai alat sanggama,
saluran pengeluaran sperma, dan urine.
Proses Spermatogenesis
Spermatogenis terjadi di tubulus seminiferus testis. Dalam
tubulus tersebut terdapat sel sperma, yang disebut spermatogonium.
Spermatogonium kemudian membelah secara mitosis menghasilkan
spermatogonium yang haploid. Spermatogonium ini kemudian membesar
membentuk spermatosit primer. Spermatosit primer seterusnya akan
membelah secara meiosis I untuk menghasilkan dua spermatosit sekunder
yang haploid. Kemudian setiap spermatosit sekunder akan membelah
secara meiosis II untuk menghasilkan dua spermatid yang hapolid. Sel-sel
spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau sperma.
Proses Oogenesis
Proses pembentukan ovum disebut oogenesis dan terjadi di
ovarium. Pembentukan ovum diawali dengan pembelahan mitosis lapisan
luar ovarium untuk membentuk oogonium yang diploid. Setiap oogonium
dilapisi oleh sel folikel. Keseluruhan struktur ini disebut folikel primer.
Ketika folikel tumbuh, oosit primer membelah secara meiosis I
menghasilkan satu oosit sekunder dan badan kutub. Oosit sekunder
kemudian berkembang menjadi ovum haploid yang siap untuk dibuahi
oleh sperma.
1.1.4 Klasifikasi
Macam gangguan atau disfungsi seksual pada laki-laki dan perempuan secara
keseluruhan meliputi :
1. Gangguan Nafsu/Hasrat Seksual
Dua gangguan merefleksikan maalah-masalah yang terkait dengan
nafsu darisiklus respon seksual. Masing-masing gangguan ditandai oleh
sedikitnya atau tidak adanya minat terhadap seks yang menimbulkan
masalah dalam suatu hubungan.
Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hormon
testosteron, kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual
sebelumnya. Jika di antara faktor tersebut ada yang menghambat atau
faktor tersebut terganggu, maka akan terjadi ganggaun dorongan seksual
(GDS) (Pangkahila, 2007).
2. Gangguan Nafsu seksual hipoaktif
The Diagnostic and Statistical Manual-IV memberi definisi
dorongan seksual hipoaktif ialah berkurangnya atau hilangnya fantasi
seksual dan dorongan secara persisten atau berulang yang menyebabkan
gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal. Minat terhadap
kegiatan atau fantasi seksual yang sangat kurang yang mestinya tidak
diharapkan bila dilihat dari umur dan situasi kehidupan orang yang
bersangkutan.
3. Gangguan Aversi seksual
Perasaan tidak suka yang konsisten dan ekstrim terhadap kontak
seksual atau kegiatan serupa itu. Diduga lebih dari 15 persen pria dewasa
mengalami dorongan seksual hipoaktif. Pada usia 40-60 tahun, dorongan
seksual hipoaktif merupakan keluhan terbanyak. Pada dasarnya GDS
disebabkan oleh faktor fisik dan psikis, antara lain adalah kejemuan,
perasaan bersalah, stres yang berkepanjangan, dan pengalaman seksual
yang tidak menyenangkan (Pangkahila, 2006).
4. Gangguan Rangsangan Seksual
Gangguan ereksi pada laki-laki: ketidakmampuan sebagian laki-
laki untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis sampai aktivitas
seksual selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali.
Gangguan rangsangan seksual pada perempuan: ketidakmampuan
sebagian perempuan untuk mencapai atau mempertahankan lubrikasi
vagina dan respons keterangsangan seksual yang membuat vagina
membesar sampai aktivitas seksual selesai dan keadaaan ini terjadi
berulang kali.
Disfungsi ereksi (DE) berarti ketidakmampuan mencapai atau
mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan hubungan
seksual dengan baik (Pangkahila, 2007).
Disfungsi ereksi disebut primer bila sejak semula ereksi yang
cukup untuk melakukan hubungan seksual tidak pernah tercapai. Sedang
disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya pernah berhasil melakukan
hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena sesuatu sebab yang
mengganggu ereksinya (Pangkahila, 2006).
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor
psikis. Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor hormonal,
faktor vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor iatrogenik
(Pangkahila, 2007). Faktor psikis meliputi semua faktor yang
menghambat reaksi seksual terhadap rangsangan seksual yang diterima.
Walaupun penyebab dasarnya adalah faktor fisik, faktor psikis hampir
selalu muncul dan menyertainya (Pangkahila, 2007).
5. Gangguan Orgasme
Disfungsi orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya
orgasme yang bersifat persisten atau berulang setelah memasuki fase
rangsangan (excitement phase) selama melakukan aktivitas seksual.
Hambatan orgasme dapat disebabkan oleh penyebab fisik yaitu
penyakit SSP seperti multiple sklerosis, parkinson, dan lumbal
sympathectomy. Penyebab psikis yaitu kecemasan, perasaan takut
menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan. Pria yang mengalami
hambatan orgasme tetap dapat ereksi dan ejakulasi, tapi sensasi erotiknya
tidak dirasakan.
6. Gangguan nyeri Seksual
Sexual pain disorder adalah nyeri genital yang berulang kali
terjadi, baik yang dialami oleh laki-laki maupun perempuan sebelum,
selama, atau setelah hubungan seksual.
Dyspareunia adalah rasa nyeri/sakit atau perasaan tidak nyaman
selama melakukan hubungan seksual. Salah satu penyebab dispareunia ini
adalah infeksi pada kelamin. Ini berarti terjadi penularan infeksi melalui
hubungan seksual yang terasa sakit itu. Pada pria, dispareunia hampir
pasti disebabkan oleh penyakit atau gangguan fisik berupa peradangan
atau infeksi pada penis, buah pelir, saluran kencing, atau kelenjar prostat
dan kelenjar kelamin lainnya.
Vaginismus adalah spasme (kejang urat) pada otot-otot di pertiga
luar vagina, yang terjadi diluar kehendak, yang mengganggu hubungan
seksual, dan keadaan ini berulang kali terjadi.
1.1.6 Penatalaksanaan
Disfungsi seksual baik yang terjadi pada pria ataupun wanita dapat
mengganggu keharmonisan kehidupan seksual dan kualitas hidup, oleh karena
itu perlu penatalaksanaan yang baik dan ilmiah. Prinsip penatalaksanaan dari
disfungsi seksual pada pria dan wanita adalah sebagai berikut :
1. Membuat diagnosa dari disfungsi seksual
2. Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut
3. Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi seksual
4. Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual, yang terdiri dari
pengobatan bedah dan pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex
theraphy, obat-obatan, alat bantu seks, serta pelatihan jasmani).
1.2.2 DiagnosaKeperawatan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Disfungsi Seksual D.0069
Kategori : Fisiologis
Subkategori: Reproduksi dan Seksualitas
Definisi
Perubahan fungsi seksual selama fase respon seksual berupa hasrat, terangsang,
orgasme, dan/atau relaksasi yang dirasa tidak memuaskan tidak bermakna atau
tidak adekuat
Penyebab
1. Perubahan fungsi/struktur tubuh
2. Perubahan biopsikososial seksualitas
3. Ketiadaan model peran
4. Model peran tidak dapat mempengaruhi
5. Kurang privasi
6. Ketiadaan pasangan
7. Kesalahan informasi
8. Kelainan seksual
9. Konflik nilai
10. Penganiayaan fisik
11. Kurang terpapar informasi
Gejalah dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengungkapkan aktivitas (tidak tersedia)
seksual berubah
2. Mengungkapkan eksitasi
seksual berubah
3. Merasa hubungan seksual tidak
memuaskan
4. Mengungkapkan peran seksual
berubah
5. Mengeluh hasrat seksual
menurun
6. Mengungkapkan fungsi seksual
menurun
7. Mengeluh nyeri saat
berhubungan seksual
Mencari 1 2 3 4 5
informasi
untuk
mencapai
kepuasan
seksual
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menuru Meningkat
Verbalisasi 1 n 2 3 4 5
aktivitas
seksual
berubah
Verbalisasi 1 2 3 4 5
ekstasi
seksual
berubah
Verbalisasi 1 2 3 4 5
peran
seksual
berubah
Verbalisasi 1 2 3 4 5
fungsi
seksual
berubah
Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri saat
berhubunga
n seksual
(dispareunia)
Keluhan 1 2 3 4 5
hubungan
seksual
terbatas
Keluhan sulit 1 2 3 4 5
melakukan
aktivitas
seksual
Verbalisasi 1 2 3 4 5
aktivitas
seksual
berubah
Verbalisasi 1 2 3 4 5
perilaku
seksual
berubah
Konflik nilai 1 2 3 4 5
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menuru Meningkat
1 n 3 4 5
Hasrat 2
seksual
Orientasi 1 2 3 4 5
seksual
Keterkaitan 1 2 3 4 5
pada
pasangan
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2019 Standar Luaran
Keperawatan Indonesia. .Jakarta.DPP PPNI.
Fajarini, dkk. 2013. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
reproduksi.https://id.scribd.com/doc/148084983/ASUHAN-KEPERAWATAN-
PADA-PASIEN-DENGAN-GANGGUAN-SISTEM-REPRODUKSI-doc.
(diakses pada tanggal 14 September 2020 pukul 16.00)