Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemerintahan Orde Lama


selama pemerintahan orde lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat
buruk, walaupun sempat mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata per
tahun hampir 7% selama dekade 1950-an dan setelah itu turun drastis menjadi
rata-rata per tahun hanya 1,9% atau bahkan hampir mengalami stagflasi
selama tahun 1965-1966, dimana laju pertumbuhan ekonomi.
Selain laju pertumbuhan ekonomi yang turun terus sejak tahun 1958,
defisit saldo neraca pembayaran (BoP) dan defisit anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN) terus membesar. Misalnya, APBN berdasarkan data
yang di himpun Mas’oed (1989), jumlah pendapatan pemerintah rata-rata
pertahun selama periode 1955-1965 sekitar 151 juta rupiah,
Selain itu selama periode Orde Lama, kegiatan produksi sektor petanian
dan sektor industri manufaktur berada pada tingkat yang sangat rendah, karena
keterbatasan kapasitas produksi dan infrastruktur pendukung, baik fisik
maupun non-fisik seperti pendanaan dari bank. Rendahnya volume produksi
dari sisi suplai dan tingginya permintaan akibat terlalu banyaknya uang yang
beredar di masyarakat, mengakibatkan tingginya tingkat inflasi, yang sempat
mencapai lebih dari 300% menjelang akhir periode Orde Lama.
Selama pemerintahan Orde Lama masalah-masalah yang dihadapi dalam
membangun perekonomiannya disebabkan oleh hancurnya infrastruktur
ekonomi, baik fisik maupun non-fisik, selama pendudukan Jepang, Perang
Dunia II, dan Perang Revolusi, serta gejolak politik dalam negeri (termasuk
sejumlah pemberontakan di berbagai daerah), selain itu manajemen ekonomi
makro yang buruk pada masa tersebut. Hal ini menjadi penyebab tersendiri
sulitnya pemerintah untuk mengatur laju perekonomian dengan baik.

1
Dilihat dari aspek politiknya, selama periode orde lama Indonesia pernah
mengalami sistem politik yang sangat demokrasi, yaitu pada periode 1950-
1959, sebelum diganti dengan periode demokrasi terpimpin. Akan tetapi
sejarah Indinesia menunjukan bahwasistem politik demokrasi tersebut
menyebabkan kehancuran politik dan perekonomian nasional. Akibat terlalu
banyaknya partai politik yang ada dan semuanya ingin berkuasa, sering terjadi
konflik antar partai politik.
Pada masa politik demokrasi (demokrasi parlemen), tercatat dalam sejarah
bahwa rata-rata umur setiap kabinet hanya 1 tahun saja. Waktu yang sangat
pendek ini disertai dengan banyaknya keributan internal didalam kabinet tentu
tidak nmemberi kesempatan maupun waktu yang tenang bagi pemerintah yang
berkuasa untuk memikirkan bersama masalah-masalah sosial dan ekonomi
yang ada pada masa itu, apalagi untuk menyusun suatu program pembangunan
dan melaksanakannya.
Selama periode 1950-an struktur ekonomi Indonesia masih berupa
peninggalan zaman kolonialisasi. Sektor formal / modern seperti
pertambangan, distribusi, bank dan pertanian komersil, yang memiliki
kontribusi lebih besar daripada sektor informal / tradisional terhadap output
nasional atau PDB yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan asing yang
kebanyakan berorientasi ekspor. Pada umumnya, kegiatan-kegiatan ekonomi
yang masih di kuasai oleh perusahaan asing tersebut relatif lebih padat kapital,
dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang di dominasi oleh
pengusaha pribumi dan perusahaan-perusahaan yang beralokasi di kota-kota
besar seperti Jakarta dan Surabaya.

Selain kondisi politik yang tidak mendukung, buruknya perekonomian


Indonesia pada masa pemerintahan Orde Lama juga disebabkan oleh
keterbatasan akan faktor-faktor produksi, seperti orang-orang dengan tingkat
kewirausahaan dan kapabilitas manajemen yang tinggi, tenaga kerja dengan
pendidikan dan ketrampilan tinggi, dana untuk pembangunan infrastruktur
untuk industri, teknologi dan kemampuan pemerintah sendiri untuk menyusun

2
rencana dan strategi yang baik. Selain itu pada akhir 1965 ketidak-stabilan
politik ekonomi Indonesia mencapai puncaknya dengan terjadinya kudeta
yang gagal dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Sejak peristiwa tersebut
terjadi perubahan politik yang drastis dalam negeri, selanjutnya juga merubah
sistem ekonomi yang dianut Indonesia pada masa Orde Lama, yaitu dari
pemikiran-pemikiran sosialis ke semi kapitalis.

B. Pemerintahan Orde Baru


Pemerintah orde baru menjalin kembali hubungan baik dengan pihak
barat, dan menjauhi ideologi komunis. Indonesia juga kembali menjadi
anggota PBB dan lembaga-lembaga dunia lainnya seperti World Bank dan
IMF. SebelumSebelum rencana Rapelita dimulai, pemerintah terlebih dahulu
melakukan pemulihan stabilitas ekonomi, sosial dan politik serta rehabilitas
ekonomi di dalam negeri. Sasaran dari kebijakan tersebut adalah unntuk
menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah dan
menghidupkan kembali kegiatan produksi termasuk ekspor yang sempat
mengalami stagnasi pada masa orde lama. Usaha tersebut ditambah dengan
penyusunan rencana pembangunan lima tahun (Rapelita) secara bertahap
dengan target yang jelas.
Sebelum pembangunan di lanjutkan pada tahap berikutnya, yaitu tinggal
landas, selain stabilisasi dan rehabilitasi dan pembangunan yang menyeluruh
pada tahap dasar, tujuan utama dari Rapelita I adalah untuk membuat
Indonesia menjadi swasembada terutama dalam kebutuhan beras. Hal ini
dianggap sangat penting, mengingat penduduk Indonesia sangat besar dengan
pertumbuhan rata-rata pertahun pada saat itu sekitar 2,5% dan stabilitas politik
juga sangat tergantung pada kemampuan pemerintah menyediakan makanan
pokok bagi masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah
melakukan program penghijauan yang disebut revolusi hijau di sektor
pertanian dengan dimulainya program pengujian tersebut sektor pertanian
nasional memasukkan modernisasi dengan penerapan teknologi baru

3
khususnya dalam pengadaan sistem irigasi pupuk dan peralatan yang
menunjang.
Dampak dari pelaksanaan repelita 1 dan replita replita berikutnya selama
Orde Baru terhadap perekonomian indonesia sangat mengagumkan terutama
dilihat pada tingkat makro, proses pembangunan berjalan sangat cepat dengan
laju pertumbuhan rata-rata per tahun dan juga tinggi jangan lebih baik
daripada selama Orde Lama dan juga relatif lebih tinggi daripada rata-rata
pertumbuhan ekonomi dan kelompok NSB pada awal Repelita 1 PDB
indonesia tercatat 2,7 miliar rupiah pada harga berlaku atau 1,8 triliun rupiah
pada harga konstan dan pada tahun 1990 menjadi 188,5 dari Triliun rupiah
pada harga berlaku atau 112,4 triliun rupiah pada harga kontrak selama
periode 1969 sampai 1990 laju pertumbuhan pdb pada harga konstan rata-rata
per tahun di atas 7% keberhasilan pembangunan ekonomi di indonesia pada
zaman soeharto tidak saja disebabkan oleh kemampuan kabinet yang di
pimpin oleh presiden soeharto yang jauh lebih baik atau sulit dibanding pada
masa orde lama dalam menyusun rencana strategi dan kebijakan pembangunan
ekonomi tetapi juga berkat tiga hal penghasilan ekspor sangat besar dari
minyak terutama pada periode Pertama pada tahun 1973 sampai 1974
pinjaman lagu luar negeri dan penanaman modal asing, khususnya Sejak
dekade 1980-an perannya di dalam pembangunan ekonomi indonesia
meningkat tajam dapat dikatakan bahwa kebijakan soeharto yang
mengutamakan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dan didasarkan pada
sistem ekonomi liberal dan stabilitas politik yang pro barat telah membuat
kepercayaan pihak pada terhadap prospek pembangunan ekonomiIndonesia
jauh lebih kuat dibandingkan dengan kebanyakan NSB lainnya.
.
Sebagai suatu rangkuman sejak masa orde lama hingga berakhirnya masa
orde baru dapat dikatakan bahwa indonesia telah mengalami 2 orientasi
kebijakan ekonomi yang berbeda yakni dari ekonomi tertutup yang
berorientasi sosial pada zaman soekarno ke ekonomi terbuka berorientasi ke
kapitalis pada masa pemerintahan soeharto perubahan orientasi kebijakan

4
ekonomi ini membuat kinerja ekonomi nasional pada masa pemerintahan orde
baru menjadi lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan orde lama.
Pengalaman ini menunjukkan bahwa ada beberapa kondisi utama yang
harus dipenuhi terlebih dahulu agar suatu usaha membangun ekonomi dapat
berjalan dengan baik. Yakni sebagai berikut :
1. Kemauan politik yang kuat
Presiden soeharto memiliki kemauan politik yang kuat untuk membangun
ekonomi indonesia pada masa orde lama mungkin karena Indonesia baru
saja merdeka emosi nasionalisme baik dari pemerintah maupun kalangan
masyarakat masih sangat tinggi dan yang ingin ditunjukkan pertama
kepada kelompok negara-negara barat adalah kebesaran bangsa dalam
bentuk kekuatan militer dan pembangunan proyek proyek mercusuar.
2. Stabilitas politik dan ekonomi
Pemerintahan orde baru berhasil dengan baik menekan tingkat inflasi dari
sekitar 500% pada tahun 1966 menjadi sekitar 5% hingga 10% pada awal
dekade 1970-an pemerintahan orde baru Juga berhasil menyatukan bangsa
dan kelompok-kelompok masyarakat dan menyamakan kan mereka
bahwa pembangunan ekonomi dan sosial adalah jalan satu-satunya agar
kesejahteraan masyarakat di indonesia dapat meningkat
3. Sumber daya manusia (SDM) yang baik
Dengan SDM yang semakin baik pemerintahan orde baru memiliki
kemampuan untuk menyusun program strategi pembangunan dengan
kebijakan-kebijakan yang terkait serta mampu mengatur ekonomi makro
secara baik
4. Sistem politik dan ekonomi terbuka yang berorientasi ke barat
Pemerintahan orde baru menerapkan sistem politik dan ekonomi terbuka
yang berorientasi ke barat hal ini sangat membantu khususnya dalam
mendapatkan pinjaman luar negeri pinjaman modal asing dan transfer
teknologi dan ilmu pengetahuan,
5. Kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik

5
Selain nil botn Juga kondisi ekonomi dan politik dunia pada era orde
baru khususnya setelah perang vietnam berakhir atau lebih bagus setelah
pertandingan berakhir jauh lebih baik dari pada masa orde lama.
Akan tetapi hal-hal positif yang dibicarakan cepat kelas tersebut
tidak mengatakan bahwa pemerintah orde baru tanpa cacat kebijakan-
kebijakan ekonomi selama masa orde baru memang telah menghasilkan
suatu proses reformasi ekonomi yang pesat dan laju pertumbuhan ekonomi
yang tinggi tetapi dengan biaya ekonomi tinggi dan tunda mental ekonomi
yang rapuh hal terakhir ini dapat dilihat antara lain pada buruknya kondisi
sekitar perbankan nasional dan semakin besarnya ketergantungan dan
indonesia terhadap modal asing termasuk pinjaman dan ember itu semua
hanya membuat indonesia dilanda satu krisis ekonomi yang besar yang
lebih dikenal dengan sebutan krisis keuangan asia yang diawali oleh krisis
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pertengahan tahun 1997 dan
mencapai nilai terendah pada pertengahan tahun 1998.

C. Pemerintahan transisi
Pada tanggal 14 dan tanggal 15 mei 1997 nilai tukar bath thailand terhadap
dolar AS mengalami suatu guncangan hebat akibat para investor asing
mangabil Keputusan jual mereka mengambil sikap demikian karena tidak
percaya lagi terhadap prospek perekonomian negara tersebut paling tidak
untuk jangka pendek untuk mempertahankan nilai tutup agar tidak jatuh terus
pemerintah thailand melakukan intervensi dan didukung oleh intervensi yang
dilakukan oleh bank sentral singapura akan tetapi pada hari rabu 2 juli 1997
baru sentral thailand terpaksa meng umumkan bahwa nilai tukar bath
dibebaskan dari ikatan dengan dollar mereka seketika itu nasibnya diserahkan
sepenuhnya kepada pasar hari itu juga pemerintah thailand meminta bantuan
pmf pengumuman itu mendeskripsikan nilai bath Sekitar 13% hingga 30%
hingga mencapai nilai terendah yakni 28, 26 bath dolar AS apa yang terjadi di
thailand akhirnya mermbet ke indonesia dan beberapa negara asia lainnya,
inilah awal dari krisis keuangan di asia rupiah indonesia mulai terasa goyang

6
sekitar bulan juli 1997 dan Rp.2500 menjadi Rp.2650 per dolar as sejak saat
itu posisi uang indonesia mulai tidak stabil menanggapi perkembangan itu
pada bulan juli 1167 yang indonesia melakukan empat kali intervensi yakni
memberi lebar tentang intervensi akan tetapi pengaruhnya tidak banyak nilai
rupiah dan deras terus tertekan dan tanggal 13 agustus 1947 rupiah mencapai
rekor terendah dalam sejarah yakni Rp.2682 per dolar AS Sebelum akhirnya
ditutup Rp.2.655 per dolar as dalam aksinya pertama-tama BI memperluas
rentang intervensi rupiah dari 8% menjadi 12% serta biasanya juga menyerah
dengan melepas tentang intervensi nya dan pada hari yang sama rupiah anjlok
ke Rp.2.700 per dolar amerika serikat hari-hari dan bulan-bulan berikutnya
kursi rupiah terus melemah bulu-bulu sekali-kali mengalami penguatan
beberapa poin pada buku pada bulan maret 1998 nilai rupiah mencapai
Rp10.550 untuk 1 dolar amerika serikat walaupun sebelumnya antara bulan
januari sampai esok baru sampai menembus Rp11.000 per dolar as sekitar
bulan september 1009 to 97 anda atau karaoke biaya terus melemah mulai
mengguncang perekonomian nasional untuk mencegah agar keadaan tidak
tambah buruk pemerintah orde baru mengambil beberapa langkah konkret
antaranya penemuan proyek-proyek senilai Rp 39 triliun dalam upaya
mengimbangi keterbatasan anggaran belanja negara yang sangat dipengaruhi
oleh perubahan nilai rupiah tersebut pada awalnya pemerintah berusaha untuk
menangani masalah ini dengan kekuatan sendiri akan tetapi setelah menyadari
bahwa semua rasanya nilai tukar rupiah terhadap dolar as tidak dapat di
bandung lagi dengan kekuatan sendiri. Lebih lagi karena cadangan dolar AS di
BI sudah mulai menipis karena Digunakan untuk intervensi untuk menahan
atau mendongkrak Kembali nilai tukar rupiah tanggal 8 oktober 1997
pemerintah indonesia akarnya menyatakan secara resmi akan meminta
bantuan keuangan dari IMF.H.I Sini juga dilakukan oleh pemerintah thailand
filipina dan republik korea.
Pada akhir bulan oktober 1997 lembaga keuangan internasional itu
mengumumkan paket bantuan keuangannya pada indonesia yang mencapai 40

7
miliar dollar Amerika serikat 23 miliar diantaranya adalah perusahaan lapis
pertama.
Sehari setelah pengumuman itu seiring dengan reformasi yang dibentuk
oleh IMF pemerintah indonesia menghubungkan pencabutan izin usaha 16
bank swasta yang dinilai tidak sehat ini merupakan awal dari kehancuran
perekonomian indonesia.
Paket program pemulihan ekonomi yang disyaratkan IMF pertama kali
dilakukan pada bulan november 1997 bersama pinjaman angsuran pertama
senilai 3 miliar dolar as pertama diharapkan bahwa dengan disetujuinya paket
tersebut oleh pemerintah indonesia nilai rupiah akan menguat dan stabil
kembali akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa nilai rupiah terus
melemah sampai pernah mencapai Rp15.000 per dolar amerika serikat
Kepercayaan masyarakat di dalam dan luar negeri terhadap kinerja ekonomi
indonesia yang pada waktu itu terus menerus membuat kesepakatan itu harus
ditegaskan dalam nota kesepakatan. Yang ditandatangani bersama antara
pemerintah indonesia dan IMF pada bulan januari 1998 kota kesepakatan itu
terdiri atas 50 butir kebijaksanaan kebijaksanaan mencakup ekonomi makro
pisical dan moneter restrukturisasi Sektor keuangan dan reformasi struktural.

Pada pertengahan tahun 1998 ada kesepakatan dengan IMF memorandum


tambahan tentang kebijakan ekonomi dan keuangan akan tetapi strategi itu
menyeluruh stabilitas dan reformasi ini adalah tetap seperti yang tercantum
dalam memorandum kebijaksanaan ekonomi dan keuangan yang
ditandatangani pada tanggal 15 januari 1998 memorandum tambahan ini
melahirkan dokumen yang terdahulu Untuk menampung perubahan-perubahan
yang terjadi setelah jaman 1998 pada situasi perekonomian makro dan
prospeknya dan juga menunjukkan bidang-bidang yang strategi nya perlu
disesuaikan diperluas atau diperkuat.
Krisis rupiah yang menjelma menjadi satu krisis ekonomi akhirnya juga
menimbulkan suatu krisis politik yang dapat dikatakan terbesar dalam sejarah
indonesia sejak merdeka tahun 1945 versus politik tersebut diawali dengan

8
Penembakan oleh tentara terhadap 4 mahasiswa universitas trisakti tepatnya
pada tanggal 13 mei 1998 dan dikenal dengan sebutan tragedi trisakti
kemudian pada tanggal 14 dan 15 mei kota jakarta dilanda suatu kerusuhan
yang juga dapat dikatakan paling besar dan paling sadis yang pernah dialami
indonesia setelah peristiwa tersebut gerakan mahasiswa yang sebenarnya
sudah berlangsung semakin gencar.
Menjelang minggu minggu terakhir pada bulan mei 1998 dewan
perwakilan rakyat atau DPR untuk pertama kalinya dilakukan indonesia
dikuasai atau diduduki oleh ribuan mahasiswa dari buruan perguruan tinggi
dari jakarta dan luar jakarta puncak dari keberhasilan gerakan mahasiswa
tersebut satu pihak dan dari krisis politik lain adalah pada tanggal 21 mei 1998
yakni presiden soeharto mengundurkan diri dan diganti oleh wakilnya bj
habibie tanggal 23 mei 1998 presiden habibie membentuk kabinet baru awal
dari terbentuknya pemerintahan transisi pada awalnya pemerintahan yang
dipimpin oleh habibie tersebut pemerintahan sementara akan tetapi setelah
setahun berlalu masyarakat mulai melihat bahwa sebenarnya pemerintahan
baru itu tidak berbeda dengan pemerintahan sebelumnya mereka juga orang-
orang saya izin orde baru dan tidak banyak perubahan perubahan dan nyata
bahkan korupsi kondisi dan nepotisme KKN malah semakin menjadi-jadi
kerusuhan muncul di mana-mana dan masalah soeharto tidak terselesaikan
harganya banyak kalangan masyarakat lebih suka menyebutnya pemerintahan
transisi dari pada pemerintahan reformasi .
D. Pemerintahan di Transisi hingga pemerintahan jokowi
pada pertengahan tahun 1999 dilakukan pemilihan umum yang akhirnya
dimenangkan oleh partai demokrasi indonesia perjuangan atau pdip partai
golkar mendapatkan posisi kedua yang sebenarnya cukup mengejutkan banyak
kalangan di masyarakat perlu bulan oktober 1949 dilakukan sidang umum
majelis permusyawaratan rakyat mpr dan pemilihan presiden diselenggarakan
pada goblok topper 1999 kyai haji abdurrahman wahid atau dikenal sebagai
gus dur terpilih sebagai presiden republik indonesia serikat 4 dan megawati
soekarnoputri sebagai wakil presiden tanggal 20 oktober menjadi kahar dari

9
pada pemerintahan transisi dan awal pemberitaan gus dur yang sering disebut
juga pemerintahan reformasi pada awal pemerintahan reformasi yang
dipimpin oleh presiden wakil masyarakat umum dan kalangan pengusaha dan
never stop termasuk investor asing menaruh harapan besar terhadap
kemampuan dan kesungguhan gus dur untuk membangkitkan kembali
perekonomian nasional dan menuntaskan semua permasalahan yang ada di
dalam negeri barusan dancing orde baru seperti kkn super nasi hukum hak
asasi manusia penembakan tragedi trisakti dan semanggi 1 dan 2 peran
angkatan bersenjata republik indonesia abri di dalam politik masalah this
integrasi dan lainnya dalam hal ekonomi dibandingkan tahun sebelumnya
tahun 1199 kondisi perekonomian indonesia mulai menunjukkan adanya
perbaikan laju pertumbuhan pdb Mulai positif walau tidak jauh dari 0% dan
pada tahun 2000 proses pemulihan perekonomian lebih baik lagi dengan laju
pertumbuhan hampir mencapai 5% selain kamu tumbuhan biji laju inflasi dan
tingkat suku bunga yang diwakili oleh sertifikat bank indonesia juga Seindah
yang mencerminkan bahwa kondisi Moneter di dalam negeri sudah mulai
stabil akan tetapiKesenangan masyarakat setelah gus dur terbaru sebagai
presiden tidak berlangsung lama gus dur wulan menunjukkan sikap dan
mengeluarkan ungkapan yang kontroversial yang membingungkan pelaku
pelaku bisnis gus dur cenderung bersikap diktator dan praktek KKN
lingkungannya semakin intensif Bukannya semakin berkurang yang
merupakan salah satu tujuan dari pada gerakan reformasi Ini berarti bahwa
rezim gus dur walaupun namanya pemerintahan reformasi cara demokrasi
tidak jauh berbeda dengan rezim orde baru sikap gus dur tersebut juga
menimbulkan perseteruan dengan dpr yang klimaksnya Adalah
Dikeluarkannya peringatan resmi kepada gus dur lewat Memorandum 1 dan 2
dan dengan dikeluarkannya memorandum 2 gus dur terancam akan
dilangsungkan dari jabatannya sebagai presiden republik indonesia jika
percepatan Sidang istimewa mpr jadi dilaksanakan pada bulan agustus 2001
selama pemerintahan gus dur praktis tidak ada masalah di dalam negeri yang
dapat terselesaikan dengan baik berbagai kerusuhan sosial yang senantiasa di

10
integrasi dan secara terus berlanjut misalnya pemberontakan aja konflik
maluku dan Dan pertikaian etnis di kalimantan tengah belum lagi demo buruh
semakin gemar yang mencerminkan semakin tidak puas nya mereka terhadap
kondisi perekonomian di dalam negeri juga merdeka yan elit politik semakin
besar.
Selain itu hubungan pemerintah indonesia di bawah pimpinan
abdurrahman wahid dengan IMF juga tidak baik terutama karena masalah-
masalah seperti amandemen UU nomor 23 tahun 1999 mengenai di penerapan
otonomi daerah terutama menyangkut kebebasan daerah untuk pinjam uang
dari luar negeri dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda pelaksanaannya
tidak tuntas nya revisi tersebut mengakibatkan imf manunggal pencairan
munculnya kepada pemerintah indonesia padahal roda perekonomian nasional
saat itu sangat bergantung pada bantuan IMF itu indonesia terancam
dinyatakan bangkrut oleh negara-negara donor karena sudah kelihatan jelas
bahwa indonesia dengan kondisi perekonomian semakin buruk dan defisit
keuangan pemerintah yang terus membengkak dan tidak mungkin mampu
membayar kembali utangnya yang sebagian besar akan Jatuh tempo pada
2002 mendatang bahkan bank dunia juga sempat mengancam akan
menghentikan pinjaman baru jika kesepakatan ya mas dengan pemerintah
indonesia macet tidak stabil dan politik dan sosial yang tidak semakin surut
Selama pemerintahan abdurrahman wahid menaikkan tingkat country risk
Indonesia hal ini ditambah lagi dengan buruknya hubungan antara
pemerintahan indonesia dengan IMF membuat pelaku pelaku bisnis termasuk
investor asing menjadi enggan melakukan kegiatan bisnis atau menanam
modalnya di Indonesia akibat kondisi perekonomian nasional pada masa gus
dur cenderung lebih buruk daripada saat pemerintahannya akan lembaga
pemerintah internasional.investor service menginformasikan bertambah
buruknya resiko negara indonesia meskipun beberapa indikator ekonomi
makro mengalami perbaikan sama negara-negara kawasan kondisi politik dan
sosial lembaga perangkat lainnya seperti standar dan force menurunkan
prospek jangka panjang indonesia dari stabil ke negatif pada waktu itu banyak

11
orang menduga bahwa apabila kondisi seperti ini terus langsung tidak
mustahil tahun 2002 ekonomi indonesia akan mengalami pertumbuhan jauh
lebih kecil dari tahun sebelumnya akan bisa kembali negatif Gus dur dan
kabinet nya tidak menunjukan kelingan politik yang sungguh-sungguh untuk
menyelesaikan krisis ekonomi hingga tuntas dengan saya masih panas for all
pemerintah gus dur cenderung menyadari han akan segera edisi ekonomi
dewasa ini dengan menganggap personalia hanya terbatas pada agenda
masalah amandemen masalah intern restrukturisasi utang dan masalah
devertasi bank sentral asia BCA dan bank niaga munculnya berbagai
kebijakan pemerintah yang kontroversial daning konsisten termasuk
pengukuhan akan bisa masuk impor mobil mewah untuk kegiatan konferensi
tingkat tinggi 15 negara yang hanya 5% nominal nya dan pembebasan pajak
atas pinjaman luar negeri dan hibah menunjukkan tidak adanya sensi of crisis
terhadap kondisi riil perekonomian negara saat ini fenomena makin rumit nya
persoalan ekonomi ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi misalnya
pergerakan indeks harga saham gabungan IHSG antara 30 maret 2000 hingga
8 maret 2001 menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang negatif dalam
perkataan lain selama periode tersebut IHSG merosot lebih dari 300 poin
yang disebabkan oleh lebih besarnya kegiatan penjualan dari pada kegiatan
pembelian di dalam perdagangan saham di dalam negeri hal ini mencerminkan
semakin tidak perannya pelaku bisnis dan masyarakat pada umumnya terhadap
prospek perekonomian indonesia paling tidak untuk produk jangka pendek
indikator kedua yang menggambarkan rendahnya kepercayaan pelaku bisnis
dan masyarakat pada umumnya terhadap 4 agustus adalah pergerakan nilai
tukar rupiah yang terhadap dolar as pada awal tahun 2011 rupiah sekitar
Rp.7.000 dan pada tanggal 9 maret 2001 tercatat sebagai hari bersejarah
sebagai awal kejatuhan rupiah yang menembus level Rp.10.000 per dolar
untuk menahan penurunan lebih lanjut bank indonesia secara agresif terus
melakukan intervensi pasar dengan melepas puluhan juta dolar as per hari
melalui bank-bank pemerintah. Namun, pada 12 Maret 2001, ketika istana
presiden dikepung para demonstran yang menuntut Presiden Gus Dur muncur,

12
nilai tukar rupiah semakin merosot. Pada bulan April 2001, sempat menyentuh
Rp 12.000 per dolar AS. Inilah rekor kurs rupiah terendah sejak Abdurrahman
Wahid terpilih sebagai Presiden Replubik Indonesia berdampak negatif
terhadap roda oerekonomian nasioan yang bisa menghambat usaha pemulihan;
bahkan bisa membawa Indonesia ke krisis kedua yang dampaknya terhadap
ekonomi, sosial dan politik akan jauh lebih besar dari pada krisis pertama.
Dampak negatif ini terutama karena dua hal Pertama, perekonomian
Indonesia masih sangat tergantung pada impor, baik untuk barang-barang
modal dan pembantu, komponen dan bahan baku, maupun barang-barang
konsumsi. Kedua, ULN Indonesia dalam nilai dolar AS, baik dari sektor
swasta maupun pemerintah sangat besar. Indikator-indikator lainnya adalah
angka mitasi yang diprediksi dapat menembus dua digit dan cadangan devisa
yang pada minggu terakhir Maret 2000 menurun dari 29 miliar dolar AS
menjadi 28,875 dolar AS. Akhirnya Gus Dur dinakzul MPR tanggal 23 Juli
2001.
Setelah Presiden Wahid turun, Megawati menjadi presiden Indonesia yang
ke lima. Pemerintah Megawati mewarisi kondisi perekonomian Indonesia
yang jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan Gus Dur. Meskipun IHSG
dan nilai tukar rupiah meningkat cukup signifikan sejak diangkatnya
Megawati menjadi presiden melalui sidang istimewa (si) MPR, posisinya tetap
belum kembali pada tingkat pada saat Gus Dur terpilih menjadi presiden.
Keterpurukan kondisi ekonomi yang ditinggal Wahid kian terasa jika
dilihat dari perkembangan indikator ekonomu lainnya seperti tingkat suku
bunga, inflasi, saldo neraca pembayaran dan defiset APBN. Suku bunga untuk
SBI, misalnya pada awal pemerintahan Megawati Megawati mencapai di atas
17 persen, padahal saat awal pemerintahan Wahid hanya sekitar 13%.
Bersamaan dengan itu, tingkat suku bunga depasito perbankan kembali
kekhawatiran masyarakat dan pelaku bisnis bahwa bank-bank akan kembali
melakukan bleeding.
Inflasi yang dihadapi Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati juga
sangat berat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPK), inilasi tahunan

13
pada awal pemerintahan Wahid hanya sekitar 2 persen, sedangkan pada awal
pemerintahan Megawati atau periode Januari-Juli 2001 tingkat inflasi sudah
mencapai 7,7 persen. Bahkan laju inflasi tahunan selama periode Juli 2001
sudah mencapai 13,5 persen. Perkembangan ini pada saat itu sangat
mengkhawatirkan karena dalam asuransi APBN 2001 yang sudah direvisi,
pemerintah mentargetkan ingflasi dalam tahun 2001 hanya 9,4 persen.
Namun demikian dalam era Megawati, kinaerja ekonomi Indonesia
menunjukan perbaikan, paling tidak dilihat dari laju pertumbuhan PDB. Pada
tahun 2002 PDB Indonesia tumbuh 4,3 persen dibandingkan 3,8 persen pada
tahun sebelumnya, dan kemajuan ini berlangsung terus hingga akhir periode
Megawati yang mencapai 5,1 persen. PDB nominal meningkat dari 164 miliar
dolar AS tahun 2001 menjadi 258 miliar dolar AS tahun 2004 demikian juga
pendapatan perkapita meningkat dengan presentase yang cukup besar dari 697
dolar AS ke 1.191 dolar AS selama periode Megawati. Kinerja ekspor juga
membaik dengan pertumbuhan 5 persen yahun 2002 dibandingkan -9,3 persen
tahun 2001, dan terus naik hingga mencapai 12 persen tahun 2001. Namun
demikian, neraca perdagangan (NP), yakni saldo ekspor (X) import (M)
barang maupun transaksi berjalan (TB) sebagai presentase PDB, mengalami
penurunan.
Pada bulan-bulan pertama pemerintah Preside Sulilo Bambang
Yudhoyono SBY ditahun 2004, rakyat Indonesia. Pelaku usaha luar dan dalam
negeri maupun negara-negara donor serta lembaga-lembaga dunia seperti
IMF, Bank Dunia dan ADB sampai optimis bahwa kinerja ekonomi Indonesia
lima tahun kedepan akan jadi lebih baik dibandingkan pada masa
pemerintahan-pemerintahan sebelumnya sejak Soeharto lengser. Bahkan
kabinet SBY dan lembaga-lembaga dunia tersebut menargetkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2005 akan berkisar sedikit diatas 6 persen. Target ini
dilandasi oleh asumsi bahwa kondisi politik di Indonesia akan terus membaik
dan faktor-faktor eksternal yang kondusif (tidak memperhitungkan akan
adanya gejolak harga minyak dipasar dunia), termasuk pertumbuhan ekonomi
dari motor-motor utama penggerak perekonomian dunia seperti AS, Jepang,

14
Masyarakat Eropa (EU)dan RCC (China) akan meningkat. Namun, pada
pertengahan kedua tahun 2005 ekonomi Indonesia di guncang oleh dua
peristiwa yang tak terduga sama sekali, yakni naiknya harga BBM di pasar
internasional yang melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dua hal
ini membuat pertumbuhan PDB tahun 2005 lebih rendah dari target yang telah
ditentukan sebelumnya dan hal iini menjadi tantangan berat bagi Presisden
SBY karena jika tidak ditangani segera dan secara baik, pengaruh negatifnya
akan sangat besar terhadap perekonomian nasional dan akhirnya juga
terhadap kehidupan masyarakat, khususnya kelompok miskin.
Menjelang akhir jabatan SBY periode pertama yang berakhir pada tahun
2009, perekonomian Indonesia menghadapi dua guncangan eksternal, yakni
kenaikan harga minyak mentah harga pangan dipasar global. Kenaikan harga
minyak mentah yang terus menerus sejak tahun 2005 memaksa pemerinta
menaikkan lagi harga BBM terutama premium, didalam negeri tahun 2008.
Sedangkan kenaikan harga pangan tersebut tidak menguntungkan Indonesia
karena Indonesia cenderung menjadi net importir pangan, yang berarti harga
pangan di dalam negeri ikut naik. Kedua goncangan eksternal tersebut waktu
itu sangat mengancam kestabilan perekonomian nasional, khususnya tingkat
inflasi. Secara komulatif, inflasi pada periode Januari- Februari 2008 sudah
mencapai 2,44 persen yang merupakan angka tertinggi sejak tahun 2003.
Dengan inflasi year on year yang mencapai 7,4 persen maka ancaman inflasi
yang lebih tinggi selama tahun 2008 bukanlah suatu hal yang mustahil.
Selain itu, pada periode 2008-2009 terjadi krisis ekonomi global yang
berawal dari krisis keuangan di AS dan merembet ke sejumlah negara maju
lainnya, seperti Jepang dan negara-negara di Zona Euro, yang pada akhirnya
mengakibatkan suatu resesi ekonomi dunia. Krisis global ini yang membuat
permintaan dunia merosot juga berdampak pada perekonomian Indonesia
terutama lewat penurunan ekspor dari sejumlah komoditi penting. Untungnya
dampaknya terhadap perekonomian nasional tidak separah seperti pada saat
krisis keuangan Asia pada tahun 1997/1998 yang waktu itu membuat
pertumbuhan ekonomi nasional negatif hingga mencapai sekitar 13 persen.

15
Sedangkan krisis pada tahun2008/2009 tersebut hanya membuat laju
pertumbuhan ekonomi nasional lebih rendah dari yang diharapkan, namun
tetap positif. Banyak faktor yang membuat perekonomian di Indonesia lebih
baik dalam menghadapi krisis 2008/2009 tersebut dibandingkan pada tahun
1997/1998, di antaranya adalah kondisi perbankan nasional yang jauh lebih
baik dari pada masa Orde Baru dan keberhasilan pemerintah dalam
merespons krisis tersebut dengan tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
dan menambah pengeluaran pemerintah yang dikenal dengan sebutan stimulus
fiskal.
Pada periode kedua pemerintahan SBY (2009/2014), Indonesia kembali
menghadapi sebuah krisis ekonomi yang juga bersumber dari luar yakni krisis
ekonomi di sejumlah negara anggota EU, yang dikenal dengan sebutan krisis
zona euro. Namun, krisis tersebut sekitar periode 2010-2011 tidak terlalu
berdampak langsung pada perekonomian nasional karena EU bukan mitra
dagang Indonesia terpenting, melainkan AS, Jepang dan dalam beberapa tahun
belakangan ini juga Cina. Memang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
awalnya sempat mengalami kegoncangan, namun tidak terlalu besar dan
dalam waktu tidak lama kurs rupiah kembali menguat dan stabil.
Goncangan terakhir yang cukup serius yang dihadapi pemerintahan SBY
pada tahun 2013 adalah depresiasi rupiah yang mulai terjadi sejak bulan
agustus dan terus berlangsung secara bertahap dan hingga awal tahun 2014,
posisi rupiah tetap lemah diatas Rp 12.000 per satu dolar AS. Waktu itu baik
masyarakat umum maupun pembuat-pembuat kebijakan ekonomi sangat
kuatir melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus
berlangsung suatu saat akan berubah menjadi sebuah krisis rupiah seperti yang
pernah dialami Indonesia pada masa krisis keuangan Asia 1997/1998.
Depresiasi rupiah selalu merupakan masalah yang sangat serius karena
Indonesia sangat tergantung pada impor untuk semua jenis barang (barang
jadi, barang modal, barang pembantu dan bahan baku olahan). Menurut harian
Kompas tanggal 22 Agustus 2013 (Ekonomi, Kamis, hal: 17), sejumlah
industri dan pelaku usaha yang terkait dengan kegiatan impor mulai

16
merasakan dampak negatifnya, antara lain dirasakan oleh industri otomotif
dan ritel yang sangat tergantung pada impor. Bagi industri otomotif,
melemahnya rupiah membuat biaya produksi meningkat karena banyak
komponen yang selama ini harus diimpor. Menurut berita Kompas tersebut,
pada bulan sebelumnya, ongkos produksi masih berdasarkan kurs Rp 9,300
perdolar AS. Dengan kurs menjadi Rp 11.000, tentu biaya produksi dengan
sendirinya naik, apabila tidak ada cara-cara lain yang bisa dilakukan untuk
mengkompensasi kenaikan tersebut.
Yang paling terpukul dan menjadi berita setiap hari dimedia massa pada
waktu itu adalah produsen tempe dan tahu dan produk-produk turunannya
yang selama ini sangat bergantung pada impor kacang kedelai, terutama dari
AS. Menurut berita dari harian Kompas (jumat, 23 Agustus 2013. hal.:18),
harga kedelai terus naik menjelang Lebaran hingga mencapai Rp 6000 per kg,
bahkan dibeberapa tempat mencapai Rp. 8.500 per kg, dan ini adalah harga
tertinggi yang dialami produsen-produsen tahu dan tempe. Walaupun
kenaikan ini diduga kuat bukan hanya akibat melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, tetapi juga akibat sulitnya mendapatkan kedelai lokal
karena kosong ditingkat distributor yang mencapai berhari-hari, yang sangat
mungkin disebabkan adanya praktik spekulasi. Menurut Koperasi Produsen
Tempe Tahu Indonesia (Primkopti) Bangkit Usaha Kota Malang yang dikutip
oleh harian Kompas tersebut, melemahnya rupiah terasa langsung pada harga
kedelai sebagai bahan baku utama membuat tempe dan keripik tempe. Banyak
anggota koperasi ini, yakni sekitar 5 hingga 10 persen dari jumlah anggota
sebanyak 350 produsen, tidak lagi mampu membeli kedelai.
Dalam merespons terhadap kondisi diatas tersebut, pemerintah mengambil
kebijakan ekonomi yang terdiri atas 4 kebijakan dalam satu paket yang disebut
paket kebijakan penyelamatan ekonomi yang sebenarnya adalah kebijakan
bersama antara pemerintah, BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)) (Kompas,
Sabtu, 24 Agustus 2013, hal.:1). Pertama, memperbaiki defisit transaksi
berjalan dan nilai tukar rupiah yang hanya secara umum menawarkan insentif
local bagi perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor di industri-industri padat

17
karya serta relaksasi kuota ekspor mineral. Lebih rincinya, kebijakan ini
memiliki tiga komponen penting: (a) menghapus paja penjuaan atas barang
mewah (PPh BM) untuk produk dasar yang sudah tidak tergolong barang
mewah; (b) menurunkan impor migas dengan memperbesar biodiesel dalam
solar untuk mengurangi konsumsi solar yang beraasal dari impor; dan (c)
menetapkan pajak barang mewah lebih tinggi untuk mobil CBU (completely
buili up) dan barang-barang impor bermerek dari rata-rata 75 persen menjadi
125 persen hingga 150 persen. Kedua, menjaga pertumbuhan ekonomi dan
lapangan kerja, yang terdiri atas 2 kelompok: (a) memastikan dehsit APBN
2013 tetap 2.38 persen dan pembiayaan aman, dan (b) memberikan insentif
kepada industry padat karya termasuk keringanan pajak dengan tujuan untuk
membatasi angka pemutusan hubungan kerja. Khususnya, revisi yang
diusulkan adalah membahas mekanisme penentuan upah minimum. Ketiga,
menjaga kestabilitas harga dan inflasi dengan mengubah tata niaga daging sapi
dan holtikultural dari berbasis kuota menjadi berbasis harga. Keempat,
mempercepat/meningkatkan investasi dari aliran modal yang terdiri atas 4
komponen; (a) menyederhanakan pelayanan satu pintu, (b) mempercepat
peraturan presiden (PP) Daftar Negatif Investasi (DNI) yang lebih ramah
terhadap investor (c) mempercepat program investasi yang berbasi agro,
minyak kelapa sawit, kakao, rotan, mineral logam, bauksit, dan tembaga
dengan memberi intensif , dan (d) mempercepat pelayanan investasi yang
sudah ada, misalnya pembangkit tenaga listrik, migas, pertambangan, mineral,
dan infrastruktur.
Menjelang ahir tahun 2013, pemerintah menerbitkan paket kebijakan fiscal
jilid dua untuk menekan deficit perdagangan. Paket tersebut terdiri atas dua
peraturan, yakni kenaikan tariff pajak penghasilan (PPh) pasal 22 atas barang
impor tertentu dari 2,5 persen menjadi 7,5 dan fasilitas kemudahan impor
untuk ekspor dengan memberikan penambahan insentif fiskal dan kemudahan
perizinan serta peningkatan kualitas pelayanan fasilitas. Produk impor tertentu
yang dimaksud adalah bukan barang untuk keperluan industry di dalam
negeri. Ini agar kebijakan tersebut tidak sampai mengganggu produktivitas

18
industry manufaktur karena masih banyak bahan baku dan bahan penolong
yang diimpor. Juga bukan komoditas impor yang sensitive terhadap inflasi,
dan barang konsumtif dengan nilai impor yang signifikan tetapi tidak
berpengaruh besar pada inflasi di dalam negeri.
Dari sudut pandang masyarakat, memang di tataran makro SBY berhasil
dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap positif dan berhasil memperkuat
posisi Indonesia di dalam pergaulan dunia seperti misalnya Indonesia menjadi
anggota klub G-20 dan Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan internasional
di bidang ekonomi dan perdagangan seperti WTO dan APEC di Bali
menjelang akhir tahun 2013 walaupun dilanda beberapa krisis ekonomi yang
bersumber dari luar. Namun, SBY juga meninggalkan banyak catatan yang
tidak possitif, di antaranya adalah: (1) ketergantungan Indonesia terhadap
impor atas hamper semua barang-barang jadi maupun setengah jadi dan bahan
baku (terutama yang sudah diproses siap pakai untuk kegiatan industry),
termasuk komoditas-komoditas pertanian dan minyak mentah dan gas (migas)
semakin tinggi yang membat neraca perdagangan deficit dan cenderung
semakin membesar; (2) walaupun tingkat kemiskinan menurun, kesenjangan
antara kaum berada dan kaum miskin cenderung membesar; (3) kehidupan
sehari-hari masyarakat semain mahal terutama akibat pemotongan subsidi-
subsidi , khususnya pada BBM: (4) jumlah ULN semakin meningkat; (5)
infrastruktur semakin memburuk; (6) korupsi cenderung semakin merajalela,
dan masih banyak lagi.
Presiden Joko Widodo, yang lebih dikenal dengan panggilan Jokowi ,
memberikan perhatian sangat serius terhadap mengembangkan sektor
pertanian yang dilandasi oleh kesadarannya bahwa bagi Indonesia sebenarnya
pertanian adalah sektor kunci , berbeda dengan lainnya, misalnya Singapura,
dimana jasa dan perdagangan merupakan motor penggerak perekonomian dari
Negara kecil tersebut. Tentu perhatian Jokowi tersebut terhadap pertanian
bukan yang pertama di dalam sejarah modern Indonesia. Sebelumnya, dalam
era Orde Baru, perhatian Presiden Soeharto juga watu itu cukup besar dengan
dicanangkannya kebijakan yang dikenal dengan sebutan “revolusi hijau” yang

19
tujuan utamanya adalah intensifikasi dan modernisasi sektor pertanian dengan
dicanangkannya kebijakan revitalisasi sektor pertanian.
Keseriusan Jokowi dapat dilihat dalam sejumlah rencana besar atau
kebijakan penting; Presiden Jokowi menargetkan swasembada pangan,
terutama beras sebagai makanan pokok, jagung (terutama untuk memenuhi
kebutuhan pakan ternak, kedelai (terutama untuk memenuhi kebutuhan
produsen dan konsumen tempe di dalam negeri gula untuk memenuhi
kebutuhan gula rumah tangga dan industri gula rumah tangga atau skala kecil
dan menengah dan daging sapi untuk mengamankan konsumsi daging sapi di
tingkat rumah tangga) terwujud dalam kurun waktu 3 tahun atau paling lambat
hingga tahun 2019. sayangnya sampai saat ini Indonesia tetap sangat
tergantung pada kompor sejumlah komoditas penting pertanian termasuk
pangan.
Pemerintah juga melakukan pengawasan secara ketat terhadap proses
distribusi terutama beras di dalam negeri dan mengembangkan sistem logistik
pangan yang efisien dan efektif. selama ini seringkali harga beras khususnya
di daerah-daerah di luar pulau jawa mahal bukan karena gagal panen
melainkan karena tidak efisiennya sistem distribusi nya. Bahkan seringkali
stok beras tidak ada karena masalah distribusi dan penyebab masalah ini
adalah buruknya logistik di dalam negeri.
Selain itu pada waktu itu pemerintah merencanakan 25 hingga 30 waduk
baru di 43 lokasi dalam kurun waktu lima tahun. sampai dengan tahun 2013
jumlah waduk atau bendungan besar di Indonesia tercatat sekitar 281 buah dan
hanya dapat mengaliri sekitar 800000 hektar atau sekitar 11% dari 7,5 juta
hektar lahan irigasi teknis (Suryadi, 2015 ).
Langkah-langkah lain yang dilaksanakan oleh presiden Jokowi adalah
antara lain mendirikan bank pertanian dan usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) dan gudang-gudang dengan fasilitas pengelolaan pasca panen di
setiap sentra produksi di seluruh Indonesia, karena memang selama ini
keterbatasan akses petani ke bank bank komersial untuk pendanaan dan
keterbatasan gudang gudang penyimpanan dan peralatan yang dibutuhkan

20
untuk proses lebih lanjut pasca panen merupakan dua masalah serius yang
dihadapi petani Indonesia; menyerahkan lahan seluas 9 juta hektar dan
mencanangkan program 'Go Oeganic' dengan 1.000 desa sebagai proyek
percontohan yakni sebagai desa-desa berdaulat benih hingga tahun 2019
dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian petani dalam pengadaan
benih, yang selanjutnya bisa turut meningkatkan produktivitas dan lebih
memberi jaminan atas kelangsungan produksi mereka. selama ini sering
terdengar banyak petani yang menghadapi kesulitan mendapatkan benih
sehingga seringkali membuat mereka yang mengurangi atau menghasilkan
produksi. Pada tahun 2019 akan ada tambahan 1000 desa hingga tahun 2021.
(Kompas, Ekonomi, Selasa, 1 Juli 2014, hal.:17).
Pemerintah juga mengalihkan dana anggaran yang selama ini digunakan
untuk subsidi BBM ke program-program pembangunan yang lebih produktif
termasuk di sektor pertanian dalam bentuk subsidi pupuk subsidi benih dan
pembiayaan infrastruktur irigasi dan bendungan. (Kompas, Ekonomi, Rabu, 5
November 2014 hal.:19). Bukan lagi merupakan rahasia umum bahwa selama
ini porsi dari APBN untuk keperluan pertanian khususnya untuk sub sektor
pangan jauh lebih kecil daripada bagian dari APBN untuk pendanaan subsidi
energi. khususnya premium yang ternyata lebih banyak dinikmati oleh
kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke atas daripada kaum
miskin dan berpendapatan rendah.
Seriusnya Jokowi menangani pertanian juga tercerminkan oleh
pemerintah yang diberikan-nya kepada kepala staf TNI angkatan darat
jenderal Gatot nurmantyo untuk turut menentukan program ketahanan pangan.
Tindakan ini jauh di luar tradisi kerja sektor yang dikenal selama ini. Perintah
ini dirahasiakan dengan sebuah kesepakatan bersama antara TNI angkatan
darat dengan kementerian pertanian. dalam pelaksanaannya Adi akan
menerjunkan 50000 prajurit dan 50000 anggota Babinsa untuk mendukung
program tersebut. di sini jelas kelihatan bahwa presiden Joko Widodo
mengerahkan semua sumber daya termasuk kaum militer untuk menyukseskan
program kedaulatan pangan (Ali, 2015).

21
Pemerintah juga melakukan pengawasan secara ketat terhadap proses
distribusi terutama beras di dalam negeri dan mengembangkan sistem logistik
pangan yang efisien dan efektif. selama ini seringkali harga beras khususnya
di daerah-daerah di luar pulau jawa mahal bukan karena gagal panen
melainkan karena tidak efisiennya sistem distribusi nya. Bahkan seringkali
stok beras tidak ada karena masalah distribusi dan penyebab masalah ini
adalah buruknya logistik di dalam negeri. Selain itu pada waktu itu pemerintah
merencanakan 25 hingga 30 waduk baru di 43 lokasi dalam kurun waktu lima
tahun. sampai dengan tahun 2013 jumlah waduk atau bendungan besar di
Indonesia tercatat sekitar 281 buah dan hanya dapat mengaliri sekitar 800000
hektar atau sekitar 11% dari 7,5 juta hektar lahan irigasi teknis (Suryadi,
2015 ). langkah-langkah lain yang dilaksanakan oleh presiden Jokowi adalah
antara lain mendirikan bank pertanian dan usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) dan gudang-gudang dengan fasilitas pengelolaan pasca panen di
setiap sentra produksi di seluruh Indonesia, karena memang selama ini
keterbatasan akses petani ke bank bank komersial untuk pendanaan dan
keterbatasan gudang gudang penyimpanan dan peralatan yang dibutuhkan
untuk proses lebih lanjut pasca panen merupakan dua masalah serius yang
dihadapi petani Indonesia; menyerahkan lahan seluas 9000000 hektar dan
mencanangkan program 'Go Oeganic' dengan 1.000 desa sebagai proyek
percontohan yakni sebagai desa-desa berdaulat benih hingga tahun 2019
dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian petani dalam pengadaan
benih, yang selanjutnya bisa turut meningkatkan produktivitas dan lebih
memberi jaminan atas kelangsungan produksi mereka. selama ini sering
terdengar banyak petani yang menghadapi kesulitan mendapatkan benih
sehingga seringkali membuat mereka yang mengurangi atau menghasilkan
produksi. Pada tahun 2019 akan ada tambahan 1000 desa hingga tahun 2021.
Pemerintah juga mengalihkan dana anggaran yang selama ini digunakan
untuk subsidi BBM ke program-program pembangunan yang lebih produktif
termasuk di sektor pertanian dalam bentuk subsidi pupuk subsidi benih dan
pembiayaan infrastruktur irigasi dan bendungan. (Kompas, Ekonomi, Rabu, 5

22
November 2014 hal.:19). Bukan lagi merupakan rahasia umum bahwa selama
ini porsi dari APBN untuk keperluan pertanian khususnya untuk sub sektor
pangan jauh lebih kecil daripada bagian dari APBN untuk pendanaan subsidi
energi. khususnya premium yang ternyata lebih banyak dinikmati oleh
kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke atas daripada kaum
miskin dan berpendapatan rendah. Keseriusan Jokowi menangani pertanian
juga tercerminkan oleh pemerintah yang diberikan-nya kepada kepala staf TNI
angkatan darat jenderal Gatot nurmantyo untuk turut menentukan program
ketahanan pangan. Tindakan ini jauh di luar tradisi kerja sektor yang dikenal
selama ini. Perintah ini dirahasiakan dengan sebuah kesepakatan bersama
antara TNI angkatan darat dengan kementerian pertanian. dalam
pelaksanaannya Adi akan menerjunkan 50.000 prajurit dan 50.000 anggota
Babinsa untuk mendukung program tersebut. di sini jelas kelihatan bahwa
presiden Joko Widodo mengerahkan semua sumber daya termasuk kaum
militer untuk menyukseskan program kedaulatan pangan (Ali, 2015).
Mungkin langkah Jokowi yang paling disambut baik oleh petani
khususnya mereka yang tidak memiliki lahan sendiri atau punya lahan sangat
kecil yang umumnya disebut pertani gutern adalah rencana-nya meningkatkan
akses petani gurem terhadap kepemilikan lahan pertanian dan rata-rata 0,5
hektar menjadi 2,0 hektar per kepala keluarga (KK) petani . Untuk
mendukung kebijakan ini yang tentu akan memakan waktu dalam
implementasinya pemerintah akan membuka lahan baru seluas 1 juta hektar di
luar pulau Jawa dan Bali. (Kompas, Ekonomi, Selasa, 1 Juli 2014, hal.;17).
namun presiden Jokowi juga meminta para petani berpartisipasi sepenuhnya
dalam upaya ini misalnya menggenjot produktivitas padi, misalnya dari panen
6 ton per hektar menjadi 9 ton per hektar. Hanya dengan meningkatkan
produktivitas upaya pemerintah mengurangi untuk menghentikan sepenuhnya
impor beras bisa tercapai. Untuk itu pemerintah mengambil kebijakan
mendukung petani dengan anne-marie lain menjamin harga pembelian
penyediaan benih air serta pupuk untuk satu setengah juta hektar lahan pada
tahun 2015, dan membantu mekanisasi alat pertanian sesuai dengan

23
memberikan bantuan traktor tangan sebanyak 41.000 unit dan pompa 10.028
unit. (Kompas, Nusantara, Sabtu, 7 Maret 2015, hal.:21) selain itu presiden
Jokowi juga berjanji akan menaikkan harga pokok pembelian HPP ghibah dan
beras yang sudah 2 tahun tidak pernah berubah. Pemerintah juga akan
mengkaji perlu tidaknya menyusun HPP untuk jagung supaya tidak merugikan
petani pada saat panen raya. (Kompas, Nusantara, Sabtu, 7 Maret 2015,
hal.:21).

24

Anda mungkin juga menyukai