Devi Dwiyanti Suryono Dan Setyo S. Moersidik PDF
Devi Dwiyanti Suryono Dan Setyo S. Moersidik PDF
net/publication/283558569
CITATIONS READS
0 1,619
9 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Devi Dwiyanti Suryono on 08 November 2015.
ABSTRAK
Perairan muara Sungai Ciliwung yang terletak di Teluk Jakarta, merupakan tempat bermuaranya Daerah
Aliran Sungai (DAS) Ciliwung yang menggambarkan adanya interaksi antara wilayah darat dan wilayah
pesisir. Kasus pencemaran kawasan pesisir Teluk Jakarta akibat tingginya tekanan lingkungan sebagai salah
satu dampak pembangunan telah lama terjadi. Salah satu penyebab utama terjadinya degradasi ekosistem
muara adalah akibat penggunaan muara sebagai tempat pembuangan limbah secara terus-menerus, terutama
limbah dari kegiatan di darat (land based pollution). Sumber limbah dari kegiatan di darat terutama dari
aktivitas rumah tangga dan pertanian yang sebagian besar mengandung bahan organik.Hasil penguraian
bahan organik tersebut akan menghasilkan unsur hara, diantaranya nitrogen (N), yang merupakan unsur
sangat penting di perairan karena peranannya dalam reaksi biologi perairan. Nitrogen dalam air dapat
berbentuk ion amonia (NH3), nitrat (NO3-), dan nitrit (NO2-).Dinamika reaksi yang terjadi pada perairan
muara Sungai Ciliwung adalah reaksi reduksi baik pada musim timur maupun musim barat. Hal ini
mengindikasikan buruknya kondisi kualitas perairan muara Sungai Ciliwung. Buruknya kondisi tersebut
disebabkan adanya laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat
mengakibatkan adanya perubahan peruntukan penggunaan lahan menjadi pemukiman dan kawasan industri.
Peningkatan pertumbuhan penduduk dan perubahan penggunaan lahan di DKI Jakarta berpengaruh
signifikan (p<0,05) terhadap peningkatan konsentrasi NH3, NO3-, dan NO2-. Peningkatan input konsentrasi
NH3, NO3-, dan NO2- dari Sungai Ciliwung berpengaruh pada kualitas perairan muara Sungai Ciliwung.
PENDAHULUAN
Perairan muara Sungai Ciliwung mempunyai fungsi dan arti penting bagi wilayah DKI Jakarta,
tetapi kondisinya sangat memprihatinkan karena pencemaran yang ditimbulkan dari daerah alirannya
seiring dengan meningkatnya jumlah atau kepadatan penduduk, pertumbuhan industri yang sangat
pesat, perkembangan infrastruktur, aktivitas pelabuhan, dan perkembangan transportasi menjadikan
lingkungan perairan muara Sungai Ciliwung tidak dapat lagi menanggung segala hasil buangan dari
aktivitas tersebut.Beban pencemaran di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sudah sangat
tinggi, dan hal ini berkontribusi juga pada tingginya tingkat beban pencemaran pada muara Sungai
Ciliwung. Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dan pusat pertumbuhan ekonomi
dengan berbagai sarana dan prasarana yang berkembang dan dilintasi oleh Sungai Ciliwung juga
berkontribusi pada peningkatan beban pencemaran di perairan muara Sungai Ciliwung. Saat ini DKI
Jakarta yang mempunyai luas 661,52 km2 telah dihuni lebih dari 8,8 juta penduduk (BPS, 2009).
Tingginya pertumbuhan penduduk di wilayah DKI Jakarta berimplikasi juga pada peningkatan jumlah
beban pencemaran.Kompleksitas berbagai kegiatan di sepanjang DAS Ciliwung yang menimbulkan
beban polutan dan dipengaruhi oleh karakteristik DAS seperti aktivitas sosial ekonomi dan
pemanfaatan lahan di sepanjang DAS seperti terlihat pada Gambar 1.
Kondisi perairan muara Sungai Ciliwung yang sudah tercemar mengakibatkan terjadinya kematian
massal ribuan ikan di Pantai Marina Ancol pada bulan Mei dan Oktober 2004 serta pada bulan April
2005. Kematian massal ikan tersebut disebabkan oleh fenomena alga bloom yang terjadi akibat
ketidakseimbangan lingkungan khususnya di kawasan muara Sungai Ciliwung.Berdasarkan hasil
penelitian nilai Indek Pencemaran muara Sungai Ciliwung adalah 10,39;nilai ini menunjukkan bahwa
kondisi muara Sungai Ciliwung sudah tercemar berat (Suhartono, 2009). Ketidakseimbangan
Dinamika nitrogen di perairan muara sungai Ciliwung (Devi Dwiyanti Suryono) 1152
Gambar 1. Pola pemanfaatan lahan di sepanjang DAS Ciliwung (Sumber: KLH, 2009)
lingkungan yang menimbulkan fenomena alga bloom tersebut disebabkan karena kandungan unsur
hara nitrogen yang berlebihan akibat pembuangan limbah organik di perairan muara yang melebihi
kemampuan daya asimilasi muara tersebut. Gejala ini akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen
terlarut sehingga dapat menyebabkan kematian organisme perairan.Sumber nitrogen berasal dari
limbah kegiatan di darat (landbased pollution) terutama dari aktivitas rumah tangga dan pertanian
yang sebagian besar mengandung bahan organik. Hasil penguraian bahan organik tersebut akan
menghasilkan unsur hara, diantaranya nitrogen (N).Senyawa nitrogen merupakan unsur sangat penting
di dalam perairan karena peranannya dalam reaksi biologi perairan dan merupakan salah satu nutrisi
di perairan. Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan organisme dan proses
pembentukan protoplasma, serta merupakan salah satu unsur utama pembentukan protein. Jika
oksigen normal maka keseimbangan akan menuju nitrat. Pada saat oksigen rendah keseimbangan
akan menuju amonia dan sebaliknya. Dengan demikian nitrat adalah hasil akhir dari oksida nitrogen.
Tetapi apabilakandungan nitrogen berlebihan akibat pembuangan limbah organik di perairan yang
melebihi kemampuan daya asimilasi muara tersebut akan menyebabkan pencemaran.Penelitian ini
secara umum bertujuan untuk mengetahui dinamika reaksi nitrat (NO3-), nitrit (NO2-), dan amonia
(NH3) di sekitar perairan muara Sungai Ciliwung.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di sekitar perairan muara Sungai Ciliwung meliputi wilayah yang
diidentifikasi dipengaruhi oleh kegiatan domestik, pemukiman, industri, dan kondisi alamiah di
1153 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013
wilayah pantai. Konsentrasi nitrogen dan dinamikanya di perairan muara Sungai Ciliwung diidentifikasi
berdasarkan konsentrasi nitrat (NO3-), nitrit (NO2-), dan amonia (NH3).Lokasi pengambilan sampel
kualitas air untuk kualitas air muara, laut, dan sungai ditetapkan secara purposive dengan menggunakan
GPS (Global Positioning System). Penentuan posisi sampling dilakukan dengan asumsi titik tersebut
dekat dengan sumber pencemaran dan meluas hingga ke pantai. Penentuan titik sampling juga
memperhatikan pengaruh situasi pasang surut seperti terlihat pada Gambar 2. Selain data kualitas
air, dilakukan juga pengambilan data pasang surut dan kecepatan arus.
Analisis Data
Metode analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui dinamikaNO3-, NO2-, dan NH3di perairan
muara Sungai Ciliwung. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang
kondisi konsentrasi NO3-, NO2-, dan NH3di perairan dibandingkan dengan baku mutu. Selain analisis
deskriptif dilakukan juga analisis kuantitatif dengan uji statistik korelasi regresi untuk mengetahui
adanya hubungan antara faktor sosial ekonomi dan lingkungan, seperti pertumbuhan penduduk,
perubahan penggunaan lahan, dan peningkatan konsentrasi NH3, NO3-, NO2- di perairan.Dalam hal
ini konsentrasi NH3, NO3-, NO2- dinyatakan sebagai fungsi dari pertumbuhan penduduk dan perubahan
penggunaan lahan.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
dimana:
Y = Konsentrasi NH3, NO3-, NO2-
X 1 = Persentase pertumbuhan penduduk
X 2 = Persentase peningkatan permukiman
X 3 = Persentase peningkatan/penurunan luas hutan
X 4 = Persentase peningkatan/penurunan luas kebun
garis pantai dalamnya semakin bertambah. Kedalaman perairan muara Sungai Ciliwung dipengaruhi
oleh pasokan sedimen dari daratan dan pola arus yang selalu bergerak sepanjang tahun, sehingga
menyebabkan perairan tersebut mengalami pendangkalan.
Kondisi perairan muara Sungai Ciliwung sangat mengkhawatirkan karena pencemaran yang terjadi
akibat berbagai kegiatan yang dilakukan di sepanjang aliran Sungai Ciliwung. Konsentrasi nitrogen
dan dinamikanya di perairan muara Sungai Ciliwung dapat dilihat pada Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa parameter NH3 dan NO3- di perairan muara Sungai Ciliwung
telah melampaui baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
51 Tahun 2004, sedangkan untuk parameter NO2-tidak tercantum di dalam baku mutu, karenaNO2-
merupakan ion yang tidak stabil.Kosentrasi NH3 dan NO3-yang telah melebihi baku mutu tersebut
dapat disebabkan karena berbagai aktivitas sepanjang aliran Sungai Ciliwung yang memberikan
kontribusi terhadap terakumulasinya beban pencemaran di muara Sungai Ciliwung, seperti kegiatan
pemukiman penduduk, industri, pertanian, dan lain-lain. Kondisi pasang surut di perairan muara
juga mempengaruhi dinamika reaksi yang terjadi. Seperti pada Gambar 3 yang memperlihatkan
konsentrasi NO3- yang tinggi pada saat pasang, hal ini menunjukkan adanya reaksi oksidasi akibat
adanya limpasan air pada saat pasang yang menyebabkan tingginya konsentrasi NO 3-. Kondisi
sebaliknya terjadi pada Gambar 3 dimana konsentrasi NH 3 lebih tinggi pada saat surut, hal ini
disebabkan adanya reaksi reduksi yang menyebabkan tingginya konsentrasi NH3.
Gambar 4 menunjukkan hubungan antara konsentrasi parameter NO3-, NO2-, dan NH3. Konsentrasi
oksigen sangat berpengaruh pada terbentuknya ketiga bentuk parameter tersebut. Pada konsentrasi
oksigen rendah, maka akan terjadi reaksi denitrifikasi, sedangkan pada konsentrasi oksigen yang
cukup yang terjadi adalah reaksi nitrifikasi.
Fenomena nitrifikasi dan denitrifikasi ini terjadi di perairan muara Sungai Ciliwung. Seperti terlihat
pada distribusi konsentrasi NO2-, NO3-, dan NH3 pada tahun 2003 terjadi proses denitrifikasi, demikian
juga hal yang sama terjadi pada tahun 2004, 2005, 2007, dan 2008. Fenomena denitrifikasi yang
terjadi di muara Sungai Ciliwung baik pada musim timur maupun musim barat merupakan indikasi
buruknya kualitas perairan muara Sungai Ciliwung.
N organik + O2 -> NH3-N + O2 -> NO2-N + O2 -> NO3-N
amonifikasi nitrifikasi
Proses denitrifikasi yang terjadi di musim barat pada perairan muara tersebut menunjukkan
buruknya kondisi kualitas perairan muara.Seharusnya pada musim barat yang biasanya terjadi musim
hujan, debit air yang masuk ke muara akan lebih besar dibandingkan debit air pada musim timur
akan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi, tetapi fenomena yang terjadi adalah sebaliknya. Pada
musim barat terjadi reaksi reduksi, hal ini terjadi karena kandungan oksigen terlarut sangat rendah
atau bahkan perairan sudah bersifat anoksik, dimana reaksi yang terjadi adalah reaksi pada kondisi
anaerob. Hal ini dapat disebabkan karena sumber pencemar yang berasal dari kegiatan di darat.
Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada kebutuhan lahan untuk pemukiman seperti terlihat
pada Gambar 5, dan menimbulkan peningkatan beban pencemaran domestik. Hal ini didukung juga
oleh hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penduduk yang berimplikasi
pada penggunaan lahan untuk pemukiman berdampak pada kualitas perairan muara Sungai Ciliwung.
Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pertumbuhan
penduduk, peningkatan persentase permukiman, dan konsentrasi NO3- (p<0,05). Berdasarkan uji
korelasi parsial diketahui bahwa untuk pertumbuhan penduduk memiliki nilai korelasi yang paling
tinggi, yaitu 0,960. Sedangkan untuk parameter NO3-, peningkatan pemukiman memiliki nilai korelasi
parsial paling tinggi yaitu 0,977. Dengan demikian, kegiatan di darat (land based pollution) berkontribusi
pada tingginya beban pencemaran di muara Sungai Ciliwung yang akan mempengaruhi kualitas
perairannya.
Dinamika nitrogen di perairan muara sungai Ciliwung (Devi Dwiyanti Suryono) 1156
KESIMPULAN
1. Dinamika reaksi yang terjadi pada perairan muara Sungai Ciliwung adalah reaksi reduksi baik
pada musim timur maupun musim barat. Hal ini mengindikasikan buruknya kondisi kualitas perairan
muara Sungai Ciliwung.
2. Peningkatan pertumbuhan penduduk dan perubahan penggunaan lahan di DKI Jakarta berpengaruh
signifikan (p<0,05) terhadap peningkatan konsentrasi NH3, NO3-, dan NO2- pada kualitas perairan
Muara Sungai Ciliwung.
DAFTAR ACUAN
Anggraeni. 2002.Kualitas Air Perairan Laut Teluk Jakarta Selama Periode 1996-2002, Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Cole. 1988.Cole, G. A., Textbook of Limnology, Third Edition, Waveland Press, Inc., Illnois, USA.
Dahuri, R., Jacub, R., Sapta, P.G., &Sitepu, M. J. 2004.Menata Ruang Laut Terpadu, Cetakan ketiga,
Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.
Damar, A. 2003, Effects of Enrichment On Nutrient Dynamics, Phytoplankton Dynamics and Productivity in
Indonesia Tropical Waters: A Comparasion Between Jakarta Bay, Lampung Bay and Semangka Bay, disertasi
Kiel. Christian Albrechts University.
Effendi, H. 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Fachrul, M.F., Herman, H., &Anita,A. 2006, Distribusi Spasial Nitrat, Fosfat, dan Ratio N/P di Perairan
Teluk Jakarta. Makalah Seminar Nasional Penelitian Lingkungan di Perguruan Tinggi, IATPI-ITB,
Bandung.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH-RI).2009.Laporan Akhir Pengelolaan DAS
Terpadu, KLH, Jakarta
Mukhtasor, 2007, Pencemaran Pesisir dan Laut, Cetakan Pertama, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Ongkosongo, O.S.R. 2010.Kuala, Muara Sungai, dan Delta, LIPI, Jakarta.
Rais, J., Budi, S., &Son, D., 2004, Menata Ruang Laut Terpadu, Cetakan Pertama, Penerbit Pradnya
Paramita, Jakarta.
Rompas, R.M. 1998.Kimia Lingkungan, Penerbit Tarsito, Bandung.
Rompas, R.M., Natalie, D.C.R., &Julius, R.R. 2009.Oseanografi Kimia, Penerbit Dewan Kelautan Indonesia,
Jakarta.
Soemirat, J.2003.Toksikologi Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suhartono, E. 2009, Identifikasi Kualitas Perairan Pantai akibat Limbah Domestik Pada Monsun Timur
dengan Metode Indeks Pencemaran, Studi Kasus di Jakarta, Semarang, dan Jepara, Wahana Teknik Sipil
Vol. 14 No. 1
1157 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013
Supriadi, I.H., Dinamika Estuaria Tropik, Oseana, Volume XXVI, Nomor 4, 2001: 1-11.
Supriharyono.2002.Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
UNEP. 2007.Land Based Pollution in The South China Sea, UNEP/GEF/SCS Technical Publication No. 10.