Anda di halaman 1dari 12

Nama : Dwi Melinia

NIM : 08061181823126
Kelas : B
“KONTROL UJI SDEDIAAN STERIL”

Evaluasi Fisik

1. Uji pH (Farmakope Indonesia V Halaman 1572-1573)


Bertujuan untuk menetapkan pH suatu sediaan larutan agar sesuai dengan
monografi. Nilai pH dalam darah normal 7,35 – 7,45. Harga pH adalah harga
yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah
dibakukan sebagaimana mestinya, yang marmpu mengukur harga pH sarnpai 0,02
unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka, elektrode kaca, dan
elektrode pembandihg yang sesuai.
Alat :

Harus mampu menunjukan potensial dari pasangan elektrode dan untuk


pembakuan pH menggunakan potensial yang dapat diukur oleh sirkuit dengan
menggunakan "pembakuan" , "nol" , "asirnetri" , atau "kalibrasi" dan harus
mampu mengontrol perubahan dalam milivolt per perubahan unit pada
pembacaan pH melalui kendali "suhu" dan/ atau kemiringan. Pengukuran
dilakukan pada suhu 25° ±2°, kecuali dinyatakan Iain dalam masing·masing
monografi. Skala pH ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:

(E−E 1)
PH = PH +
k

E dan E1 berturut-turut adalah potensial terukur dengan sel galvanik berisi


larutan uji, dinyatakan sebagai pH dan Larutan dapar untuk pembakuan yang
tepat, dinyatakan sebagai pH, harga k adalah perubahan dalam potensial per
pcrubahan unit dalam pH, dan secara Initeoritis sebesar { 0,05916 + 0,000198 (t
25°)} volt pada suhu. Perlu ditekankan disini bahwa definisi pH, skala pH, dan
harga yang ditunjukkan oleh Larutan dapar untuk pembakuan ditujukan untuk
memperoleh system operasional yang praktis, sehingga hasil dapat dibandingkan
antar laboratorium. Harga pH yang diukur disini tidak persis sama dengan yang
diperoleh dengan definisi klasik, bahwa pH - [log H'(dalam air)]. Jika pH larutan
yang diukur mempunyai komposisi yang cukup mirip dengan larutan dapar yang
digunakan untuk pembakuan, pH yang diukur mendekati pH teoritis. Meskipun
tidak ditegaskan hubungan pcngukuran kesesuaian sistem untuk aktivitas ion
hidrogen dalam larutan air. Jika pH meter dibakukan menggunakan larutan dapar
dalam air, kemudian digunakan untuk mengukur "pH" larutan atau suspensi dalam
pelarut bukan air, maka tetapan pengionan dari asam atau basa, tetapan dielektrik
dari medium, potensial sambungan cairan (yang dapat memberikan kesalahan
lebih kurang 1 unit pH), dan respons ion hidrogen dari elektrode kaca, semua akan
berubah.

Cara Kerja :

Larutan dapar untuk pembakuan buat menurut petunjuk sesuai tabel. Simpan

dalam wadah tahan bahan bahan kimia, tertutup rapat, sebaiknya dari kaca tipe 1.

Larutan segar sebaiknya dibuat dengan interval tidak lebih dari 3 bulan. Tabel

berikut menunjukkan pH dari larutan dapar sebagai fungsi dari suhu. Petunjuk ini

digunakan untuk pembuatan larutan dapar dengan kadar molal sebagaimana

disebutkan. Untuk memudahkan, petunjuk diberikan dengan pengenceran hingga

volume 1000 ml. bukan dengan menyebutkan penggunaan 1000 g pelarut yang

merupakan dasar system molalitas dari kadar larutan. Jumlah yang disebutkan

tidak dapat secara sederhana diperhitungkan tanpa informasi tambahan.

Syarat : pH sediaan tidak boleh menyimpang dari pH cairan tubuh (7,35 – 7,45).

2.       Uji Kebocoran

Bertujuan untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas

dan volume serta kestabilan sediaan.

Cara kerja :
Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi

dalam jumlah besar hal ini tidak mungkin bisa dikerjakan.Wadah-wadah takaran

tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan

biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan metilena

akan masuk kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam tersebut.

Sehingga cara ini tidak digunakan/dipakai untul larutan-larutan yang sudah

berwarna.

Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan cara

unjungnya di bawah.ini digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika terjadi

kebocoran maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah dan wadah menjadi

kosong.Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa

dengan memasukkan wadah-wadah tersebut eksikator, yang kemudian

divakumkan. Jika terjadi kebocoran larutan akan diserap keluar. oleh karena itu,

harus dijaga agar jangan sampai larutan yang keluar, diisap kembali jika di vakum

dihilangkan.

Syarat: Tidak ada satupun dari 10 botol yang mengalami kebocoran

3.      Kejernihan Larutan

Bertujuan untuk sediaan infuse atau injeksi yang berupa larutan harus jernih

dan bebas dari kotoran, maka perlu dilakukan uji kejernihan secara visual.

Cara kerja :

Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar berdiameter 15 mm hingga 25

mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Masukkan kedalam

dua tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan suspense padanan yang
sesuai secukupnya. Setelah itu, bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit

pembutan suspense padanan, dengan dengan latar belakang hitam. Pengamatan

dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi, tegal lurus kearah bawah tabung.

Syarat : larutan jernih atau sama dengan larutan pembanding

4.     Uji Keseragaman Bobot (FI ed IV hal 999)

Pada sediaan steril untuk parenteral :timbang secara seksama 10 vial satu
persatu, beri identitas tiap vial/ keluarkan isi dengan cara yang sesuai. Timbang
seksama tiap vial kosong, dan hitung bobot netto dari tiap isi vial dengan cara
mengurangkan bobot vial dari masing-masing bobot sediaan (bobot vial yang
adaisinya).
Syarat : %CV nya tidak boleh >5%

5. Uji kelarutan (Farmakope Indonesia V Halaman 1521)


Metode visual
Lakukan penetapan menggunakan tabung realsi alas datar dengan diameter
dalam 15-25 mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral.
Bandingkan larutan uji dengan larutan suspense padanan yang dibuat segar,
setinggi 40 mm. bandingkan kedua larutan di bawah cahaya yang terdifusi 5 menit
setelah pembuatan suspense padanan dengan tegak lurus ke arah bawah tabung
menggunakan latar belakang berwarna hitam. Difusi cahaya harus sedemikian
rupa sehingga suspense pandanan 1 dapat dibedakan dari air dan suspense
padanan II dapat dibedakan daei suspense padanan I. larutan dianggap jernih
apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan dalam pengujian dengan
kondisi yang dipersyaratkan, atau jika oplosan tidak lebih dari suspensi padanan 1

6. Uji volume (Farmakope V halaman 1131)


Pilih salah satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau
lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau lebih
bila volume 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik
kering berukuran tidak lebih dan tiga kali volume yang akan diukur dan
dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
keluarkan gelembung udara dari dalam jarum clan alat suntik dan pindalikan isi
dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering
volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi
sekurang-kurangnya 40% volume dan kapasitas tertera (garis-garis penunjuk
volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang).
Cara lain, isi alat suntik dapat dipindahkan ke dalam gelas piala kering yang
telah ditara, volume dalam ml diperoleh dari basil perhitungan berat dalam g
dibagi bobot jenis cairan. Isi dari dua atau tiga wadah 1 ml atau 2 ml dapat
digabungkan untuk pengukuran dengan menggunakan jarum suntik kering
terpisah untuk mengambil isi tiap wadah. Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat
ditentukan dengan membuka wadah, memindahkan isi secara langsung ke dalam
gelas ukur atau gelas piala yang telah ditana.

Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertera, lakukan
penentuan seperti di atas dengan sejumlah alat suntik terpisah sejumlah dosis
tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dan dosis yang tertera.
Untuk injeksi mengandung minyak, bila perlu hangatkan wadah dan segera kocok
baik-baik sebelum memisahkan isi. Dinginkan hingga suhu 250 sebelum
pengukuran volume.
Syarat:
Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu per
satu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume
wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.
7. Uji Sterilitas (Farmakope V halaman71)
Tujuan :

Bertujuan untuk menetapkan apakah bahan farmakope yang harus steril

memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan uji sterilisasi yang tertera pada

masing-masing monografi.

Tindakan pencegahan terhadapkontaminasi mikroba


Pengujian sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik. Untuk mencapai
kondisi tersebut, lingkungan pengujian harus dibuat sama seperti ketika uji
sterilitas dilakukan. Tindakan pencegahan untuk mencegah kontaminasi tidak
boleh mempengaruhi mikroba yang ada dalam pengujian. Kondisi pengerjaan,
ketika uji dilakukan dimonitor secara berkala dengan melakukan sampling yang
sesuai pada area kerja dan kontrol yangsesuai.
Media dan suhu inkubasi
Media untuk pengujian dapat dibuat seperti tertera dibawah ini atau setara
dengan media komersil yang memenuhi syarat. Uji Fertilitas Aerob, Anaerob
danKapang.Media berikut adalah media yang sesuai untuk ujisterilitas.Media Cair
Tioglikolat terutama digunakanuntuk pertumbuhan bakteri anaerob, termasuk
jugauntuk mendeteksi bakteri aerob. “Soybean-Casein DigestMedium”sesuai
untuk pertumbuhan kapang dan bakteriaerob.

Campur dan panaskan hingga larutL-sistin P,natriumklorida P,


dekstrosa,yeast extractdanpancreatic digestof caseindalam air
murni.Larutkannatrium tioglikolatPatauasam tioglikolat Pke dalam larutan dan
atur pHhingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2 dengan penambahannatrium hidroksida
1 N.Jika diperlukan penyaringan,panaskan kembali larutan tanpa mendidih, dan
saringselagi panas melalui kertas saring yang telah dibasahkan.Tambahkan
larutannatrium resazurin P, campur dantempatkan media dalam tabung yang
sesuai, yang memberikan perbandingan permukaan dengan kedalaman media
sedemikian rupa sehingga tidak lebihdari setengah bagian atas media yang
mengalamiperubahan warna sebagai indikasi masuknya oksigenpada akhir masa
inkubasi.
Sterilisasi menggunakanproses yang telah divalidasi. Jika media disimpan,
makasimpan pada suhu antara 2º dan 25º dalam wadah steril tertutup rapat. Jika
lebih dari sepertiga bagian atas mediaterjadi warna merah muda, media dapat
diperbaikikembali dengan pemanasan diatas tangas air atau dalamuap air yang
mengalir bebas hingga warna merah mudahilang, dan dinginkan secepatnya,
cegahmasuknyaudara tidak steril ke dalam wadah.
Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yangtelah
tervalidasi.Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 30° - 35°.Untuk sediaan
yang mengandung pengawet raksa yang tidak dapat diuji menggunakan metode
Penyaringan membran, Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu20° - 25°
sebagai pengganti “Soybean Casein Digest Medium” yang telah tervalidasi yang
tertera pada uji Fertilitas Anaerob, Aerob dan Kapang. Media Tioglikolat
Alternatif dapat digunakan jika sudah disetujui. Buat campuran menggunakan
komposisi sama seperti Media Cair Tioglikolat tetapi tidak menggunakan agar
Pdan larutan natrium resazurin P. Sterilkan sama seperti di atas. pH setelah
sterilisasi 7,1 ± 0,2. Panaskan dalam tangas air sebelum digunakan dan inkubasi
pada suhu 30° - 35° dalam kondisi anaerob.
Larutkan semua bahan padat dalam air murni, hangatkan hingga larut.
Dinginkan larutan hingga suhu ruang, danjika perlu atur pH larutan hingga setelah
sterilisasi 7,3 ±0,2 dengan penambahan natrium hidroksida 1N.Jikaperlu saring
hingga jernih, bagikan dalam wadah-wadahyang sesuai dan sterilisasi
menggunakan proses yangtelah divalidasi. Simpan pada suhu antara 2º dan 25º
dalam wadah steril dan tertutup baik, kecuali jika segera digunakan. Media tidak
boleh digunakan lebih lama dariwaktu penyimpanan yang telah
tervalidasi.Soybean Casein Digest Medium diinkubasi pada 22,5 ± 2,5º.
Media untuk Golongan Penisilin dan Sefalosporin.
Jika media uji sterilitas akan digunakan pada metodeInokulasi langsung ke
dalam Media Uji seperti tertera pada Uji Sterilitas Sediaan, modifikasi pembuatan
media, baik Media Cair Tioglikolat maupun “Soybean Casein Digest Medium”
sebagai berikut: Masukkan secara aseptik pada setiap wadah media sejumlah β-
laktamase untuk menginaktifkan sejumlah antibiotikdalam zat uji. Tetapkan
jumlah β-laktamase yang diperlukan untuk menginaktifkan antibiotic
menggunakan sediaan β-laktamase yang sebelumnya sudah diuji inaktivasi daya
hambat dari penisilin atau sefalosporin.
Catatan Media yang telah mengandung ß-laktamase dapat juga digunakan
untukpengujian dengan metode penyaringan membran.Sebagai alternatif
(Lakukan uji di daerah yang benar-benar terpisah dari tempat uji sterilitas),
tetapkan jumlahβ-laktamase yang diperlukan di dalam media seperti tertera
padaUji kesesuaian metode menggunakan Staphylococcus aureus kurang dari 100
koloni (lihatTabel 1) sebagai bakteri tantang. Amati pertumbuhan mikroba yang
khas sebagai konfirmasi bahwa kadar β-laktamase sudah tepat.
Syarat : Inkubasi sebagian dari media pada suhu yang sesuai selama 14 hari.
Tidak boleh ada pertumbuhan mikroba

Evaluasi Biologi

1.      Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba

Bertujuan untuk menunjukkan efektifitas pengawet antimikroba yang

ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan

pembawa air seperti produk-produk parenteral, telinga, hidung, dan mata yang

dicantumkan pada etiket produk yang bersangkutan.

Cara kerja :

Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptic menggunakan jarum suntik

melalui sumbat karet. Lakukan pengujian pada 5 wadah asli sediaan. Jika wadah
sediaan tidak dapat ditembus secara aseptic, pindahkan 20 ml sampel ke dalam

masing-masing 5 tabung bakteriologik tertutup berukuran sesuai dan steril.

2.      Uji Kandungan Zat Antimikroba

Bertujuan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada tetapi

tidak lebih dari 20% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Cara kerja :

Benzyl alcohol. Larutan baku internal larutkan lebih kurang 380mg fenol p dalam

10 ml etnol p dalam labu ukur 200ml tambahkan air, sampai tanda. Larutan

baku. Timbang seksamalebih kurang 180mg benzyl alcohol p. larutkan dalam 20

ml etanolP dalam labu ukur 100ml. tambahkan larutan baku internal sampai tanda.

Prosedur : suntikan secara terpisah sejumlah volum sama (lebih kurang 5

mikroliter), larutan baku dan larutan uji, gunakan farameter oprasional

pramatograf gas seperti yang tertera pada table.Ukur luas puncak benzyl alcohol

dan fenol larutan baku,tandai masing-masing dengan p1 dan p2, dan luas puncak

p1 dan p2 dari larutan uji.

3.      Uji Pirogen

Tujuan :

Bertujuan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat

diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.

Cara kerja :

Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogan dan

kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan
yang menyebabkan kegelisahan.Kelinci tidak diberi makan selama waktu

pengujian, apabila pengujian menggunakan termistor, masukkan kelinci kedalam

kotak penyekap, sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar. Tidak

lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan “suhu awal”

masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu.

Syarat : Suhu tiap kelinci tidak boleh lebih dari 1°c dan suhu setiap kelinci tidak

boleh > 39,8°C. Dan T responnya < 1,2C.

4.   Penetapan Potensi Antimikroba (untuk zat aktif antibiotik)

Bertujuan untuk mengetahui aktivitas (potensi) antibiotic. Metode:

Lempeng silinder atau tabung. Prinsip : Metode lempeng silinder berdasarkan

difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat

dalam cawan petri.sehingga mikroba yang di tamabahkan di hambat

pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau zona di sekeliling silinder

yang berisi larutan antibiotik.

5.      Uji Endokrin Bakteri

Bertujuan untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin

ada di dalam atau pada bahan uji.

Cara Kerja : pengujian dilakukan menggunakan limulus amebocyte lysate

(LAL). Deteksi dilakukan dengan metode turbidimetri atau kolorimetri, penetapan

titik akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan langsung enceran dari zat uji

dengan enceran endotosin baku, dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam unit

endotoksin (UE).Sebelum melakukan pengujian dilakukan persiapan: Uji


konfirmasi kepekaan reaksi LAL. Uji pengambatan atau pemacuan. Pengenceran

maksimum yang absah (PMA).

Anda mungkin juga menyukai