Anda di halaman 1dari 28

KITAB SHOLAT

Sholat yang difardlukan ada lima:(1)


Sholat dhuhur: awal waktunya ketika matahari sudah tergelincir, (2) akhir
waktu sholat dhuhur ketika bayangan suatu benda sama panjang dengan
bendanya sesudah matahari tergelincir.(3)
Sholat ashar: awal waktunya ketika bayangan suatu benda sudah lebih
panjang dari bendanya,(4) akhir waktu ashar ikhtiyar (baik)(5) sampai
bayangan dua kali panjang bendanya, dan waktu jawaz (masih
diperbolehkan) sampai terbenamnya matahari.(6)

)1(
Asausul disyari’atkannya sholat adalah ayat-ayat al Qur’an, di antaranya firman Allah
Ta’alaa: “Sesungguhnay sholat itu bagi orang mukmin sebagai kewajiban yang terikat dengan
waktu” (an NiasaK: 103). Dan banyak hadits, di antaranya hadits dari Ibnu Umar ra. yang
diriwayatkan oleh al Bukhary (8), Muslim (16) dan lain-lain. Rasulullah saw. bersabda:
“Islam itu dibangun di atas lima dasar: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji, dan berpuasa
di bulan Romadlon”. Juga pada hadits Isrok: “Maka Allah menfardlukan kepada ummatku
lima puluh kali sholat …. Kemudian saya kembali kepada Allah (memohon keringan). Allah
berfirman: Sholat itu hanya lima kali dan sama dengan pahal lima puluh kali, tidak ada
perobahan lagi dari Aku”.
)2(
Hadits yang mengumpulkan tentang waktu sholat yang lima, adalah yang diriwayatkan
oleh Muslim (614) dan lainnya, dari Abu Musa al Asy’ary ra., dari Rasulullah saw.,
bahwasanya ada seorang datang kepada beliau bertanya tentang waktu-waktu sholat, dan
beliau tidak menolak sedikitpun terhadap penanya, beliau bersabda: “Maka dibunyikan
iqomah untuk sholat fajar (shubuh) ketika sudah terbit fajar, dan manusia hampir tidak
mengenal antara yang satu dengan yang lain (karena masih gelap), lalu beliau memerintahkan
untuk iqomah untuk sholat dhuhur ketika matahari sudah tergelincir, ada yang mengatakan:
apabila sudah siang ahri, beliau lebih tahu dari pada mereka, lalu beliau memerintahkan
iqomah untuk sholat ashar, matahari masih tinggi, lalu beliau memerintahkan iqomah untuk
sholat maghrib ketika matahari sudah terbenam, kemudian beliau memerintahkaniqomah
untuk sholat isyak ketika mega merah sudah hilang. Kemudian beliau mengakhirkan sholat
fajar pada besuk pagi (hari kedua), waktunya hampir habis, ada yang mengatakan sudah
menjelang terbitnya matahari, lalu beliau mengakhirkan sholat dhuhur hampir masuk waktu
sholat ashar kemarin, lalu beliau mengakhirkan sholat maghrib, sampai hampir hilangnya
mega merah, kemudian beliau mengakhirkan sholat isyak sampai sepertiga malam yang awal,
lalu sebentar lagi shubuh datang. Kemudian beliau memanggil si penanya, dan bersabda:
“Waktu sholat adalah rentang waktu di antara dua waktu-waktu ini”. Di sana masih banyak
hadits yang menjelaskan sebagian yang masih mujmal (umum) tenatng hal waktu, atau
menambahkannya, sebagaimana yang akan anda lihat nanti.
)3(
Bayangan akan terjadi ketika diketahui bahwa benar-benar matahari sudah tergelincir.
)4(
Artinya bila sudah lebih panjang sedikt saja, sudah diketahui bahwa sudah masuk waktu
sholat ashar.
)5(
Yang dimaksud waktu ikhtiyar adalah waktu yang terpilih (diusahakan) agar tidak
mengakhirkan sholat dari waktunya.
)6(
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (554) dan Muslim (608), dari Abi Hurairoh ra.
bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang mendapatkan satu roka’at sholat
shubuh sebelum terbitnya matahari, maka berarti dia mendapatkan sholat shubuh

25
Sholat maghrib: waktunya hanya satu, yakni terbenamnya matahai, dan
sekedar cukup waktu untuk mengumandangkan adzan, berwudlu,
menutup aurat, lalu sholat maghrib, ditambah kira cukup untuk sholat
lima roka’at.(7)
Sholat isyak: awal waktunya ketika mega merah sudah hilang, dan akhir
waktu ikhtiyar sampai sepertiga malam, dan waktu jawaz (masih
diperbolehkan) sampai terbitnya fajar yang kedua. (8)
Sholat Shubuh: awal waktunya ketika sudah terbit fajar kedua, dan akhir
waktu ikhtiyar sampai ufuq timur kelihatan memerah, dan waktu jawaz
sapai matahari terbit.(9)

(Fasal): Syarat seseorang diwajibkan sholat ada tiga macam: beragama


Islam, sudah baligh, dan berakal sehat, ketiga-tiganya merupakan batasan
taklif ( sudah dibebani hukum).(10)

(diperbolehkan), dan barang siapa ayng mendapatkan satu roka’at sholat ashar sebelum
matahari terbenam, berarti dia mendapatkan sholat ashar (diperbolehkan).
)7(
Ini pendapat madzhab as Syafi’ie qaul jadid, dalilnya adalah hadits tentang Malaikat Jibril
as. Yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (393) dan at Tirmidzy (149) dan lainnya, dari Ibnu
Abbas ra. Di dalam hadits tersebut menceritakan bahwa Jibril as. Sholat maghrib bersama
Nabi saw. dalam dua hari berturut-turut ketika saat orang berbuka puasa, artinya dalam satu
waktu yang sama, yakni setelah matahari terbenam. Menurut madzhab as Syafi’ie qual qodim,
waktu maghrib diperpanjang sampai hilangnya mega merah. Pengikut madzhab ini
memperkuat beradasarkan dalil, seperti ahdits yang diriwayatkan oleh Muslim di Muka
(perhatikan catatan kaki/CK no: 2. Di mana peristiwa itu terjadi ketika beliau sudah berada di
Madinah, dan ini lebih kuat dibandingkan dengan hadits Jibril yang ketika itu masih di
Makkah, oleh karena berita tersebut lebih akhir dibanding dengan hadits Jibril. Dan di
dalamnya terdapat pernyataan: Lalu beliau mengakhirkan sholat maghrib sampai hilangnya
mega merah. Dan hadits Rasulullah saw. beliau bersabda: “Waktu sholat maghrib selama
belum hilangnya mega merah”, diriwayatkan oleh Muslim (612).
)8(
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (681) dan lainnya, dari Abi Qotadah
ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Ketahuilah, bahwa di dalam tidur tidak ada yang
dinamakan sembrono, sesungguhnya kesembronoan itu adalah bagi orang yang tidak
melaksanakan sholat sampai dengan datangnya waktu sholat berikutnya”. Hal ini
menunjukkanbahwa waktu sholat tidak keluar (habis) kecuali setelah masuk waktu sholat
berikutnya, waktu shubuh dikecualikan dari ketentuan ini. Perhatikan CK. no: 1, sedangkan
yang lain tetap sebagaimana yang telah dijelaskan. Fajar kedua adalah terpancarnya cahaya
melintang di ufuq timur yang diikuti oleh makin terangnya cahaya, berbeda dengan fajar awal,
sesungguhnya fajar awal itu terbit memanjang ke atas seperti ekor serigala, kemudian gelap
lagi.
)9(
Perhatikan CK. No: 1 dan 6.
)11(
Artinya apabila terkumpul tiga macam syarat tersebut di atas, maka orang tersebut disebut
mencapai taklif (diwajibkan) untuk melakukan sholat dan kewajiban lain berdasarkan syari’at
Islam. Apabila tidak terkumpul tiga syarat tersebut pada seseorang, maka lepas dari taklif.
Dalil ayng menunjukkan bahwa orang orang beragama Islam, adalah hadits yang diriwayatkan
oleh al Bukahry (1331) dan Muslim (19), dari Ibnu Abbas ra.. bahwasanya Nabi saw.
mengutus Muadz bin Jabal ra. ke Yaman, beliau berpesan: “Ajak mereka untuk mengucapkan
syahadat, bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah, apabila mereka taat
yang demikian itu, maka beritahukan kepada mereka, bahwa Allah menfardlukan kepada
mereka lima kali sholat setiap sehari semalam”. Dalil yang menunjukkan dipersyaratkan

26
Sholat yang disunnatkan(11) ada lima: sholat dua hari raya, sholat dua
gerhana (bulan/matahari) dan sholat istisqok (meminta hujan.
Sholat sunnat yang mengikuti sholat fardlu (rowatib) ada 19 roka’at: dua
roka’at sebelum shubuh,(12) empat roka’at sebelum dhuhur dan dua
roka’at sesudahnya,(13) empat roka’at sebelum ashar,(14) dua roka’at
sesudah maghrib,(15) dan tiga roka’at sesudah isyak, yang satu sebagai
sholat witir.(16)

berakal sehat dan sudah baligh (dewasa), adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
(4403) dan lainnya, dari Ali ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Diangkat pena dari tiga
orang: dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak-anak sampai dia bermimpi, dan dari
orang gila sampai dia berakal kembali”.
)11(
Artinya sunnat muakkad (hebat) lebih dibandingkan sholat sunnat yang lainnya, oleh
karena independensinya serta harus dilaksanakan secara berjama’ah, akan dijelaskan pada bab
masing-masing, insya Allah.
)12(
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (1116) dan Muslim (724), dari A’isyah ra. ia
berkata: Nabi saw. tidak melakukan sunnat yang paling lebih diperhatikan dibandingkan
dengan sholat dua roka’at fajar (sebelum shubuh).
)13(
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukahry (1127) dari A’isyah ra., bahwasanya Nabi saw.
tidak pernah meninggalkan empat roka’at sebelum dhuhur, dan dua roka’at sebelum sholat
shubuh. Dari riwayat Muslim (730(: Beliau sholat di rumahku sebelum dhuhur empat roka’at,
allu beliau keluar untuk sholat berjama’ah bersma orang-orang, lalu beliau masuk ke rumah
lagi dan sholat dua roka’at. Bisa juga ditambah lagi dua roka’at sesudah dhuhur, berdasarkan
hadits yang diriwayatkan al Khomsah dan dishohihkan oleh at Tirmidzy (427 – 428), dari
Ummi Habibah ra. ia berkata: Saya mendengar Nabi saw. bersabda: “Barang siapa yang sholat
empat roka’at sebelum dhuhur dan empat roka’at sesudahnya, Allah mengharamkan dia dari
api neraka”. Sholat Jum’ah disamakan dengan sholat dhuhur, oleh karena sholat Jum’ah
sebagai pengganti dhuhur, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (881), dari Abi
Hurairoh ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila seseorang sholat Jum’ah, maka
hendaklah dia sholat empat roka’at sesudahnya”. Hadits yang diriwayatkan oleh at Tirmidzy
(523): bahwa Ibnu Mas’ud ra. melakukan sholat sebelum sholat Jum’ah empat roka’at dan
sesudahnya empat roka’at. Jelasnya hal itu tauqif, artinya dia mengetahuinya dari perbuatan
Nabi saw.
)14(
Berdasarkan hadits riwayat at Tirmidzy (430), dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw.
bersabda: “Allah memberikan rahmat kepada seseorang yang sholat sebelum ashar empat
roka’at”. Dan di lakukan dua roka’at dua roka’at, berdasarkan hadits riwayat at Tirmidzy
(429), danlainnya, dari Ali ra. Nabi saw. sholat sebelum ashar empat roka’at dipisahkan
dengan salam.
)15(
Hadits riwayat al Bukhary (1126) dan Muslim (729), dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Saya
ingat dari Rasulullah saw. sepuluh roka’at: dua roka’at sebelum dhuhur, dan dua roka’at
sesudahnya, dua roka’at sesudah maghrinb di rumah beliau, dua roka’at sesudah isyak di
rumah beliau, dan dua roka’at sebelum shubuh. Itu merupakan waktu di amna beliau tidak
menerima tamu. Sepuluh roka’at yang disebutkan dalam hadits ini hukumnya lebih muakkad
dibandingkan yang lain, dalil tentang sunnatnya yang lain adalah dalil-dalil yang telah
disebutkan di muka. Disunnatkan untuk sholat sunnat dua roka’at yang ringan sebelum sholat
maghrib, berdasarkan hadits riwayat al Bukhary (599) dan Muslim (837), dari Annas ra. ia
berkata: Kami di Madinah, ketika muadzin selesai adzan sholat amghrib, manusia bergegas
untuk masuk ke masjid, masing-masing sholat dua roka’at, sampai bagi orang yang tidak
pernah masuk masjid mengira, bahwa sholat maghrib sudah dimulai, sebab saking banyaknya
orang yang sholat sebelum maghrib. Pengertian sholat ringan adalah: tidak memperpanjang
bacaan surat. Dan disunnatkan pula untuk sholat dua roka’at ringan sebelum sholat isyak,
berdasarkan hadits riwayat al Bukhary (601) dan Muslim (838), dari Abdullah bin Mufaddlol

27
Tiga macam sholat sunat muakkad:(17) sholatul lail (sholat malam),(18)
sholat dluha,(19) sholat tarowih.(20)

ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Di antara dua adzan ada sholat, di antara dua adzan ada
sholat”, kemudian beliau bersabda untuk yang ketiga: “Bagi orang yang mau”. Dua adzan
maksudnya adalah: adzan dan iqomah.
)16(
Berdasarkan hadits Ibnu Umar ra. di muka, perhatikan CK. No: 15. Dan hadits riwayat
Muslim (752) dari Ibnu Umar ra. ai berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sholat witir itu satu
roka’at di akhir malam”. Ini paling sedikit, yang sedang tiga roka’at, dan yang paling banyak
11 roka’at. Hadits riwayat al Bukahry (1071) dan Muslim (736) sesuai dengan lafadh Muslim,
dan lainnya, dari A’isyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. sholat antara sesudah sholat isyak
sampai terbit fajar, sebanyak 11 roka’at, beliau salam setiap dua roka’at, dan berwitir satu
roka’at. Apabila muadzin sudah selesai adzan shubuh, dan sudah jelas bagi beliau fajar, dan
muadzin sudah datang menjemput beliau, beliau melakukan sholat dua roka’at ringan, lalu
tidur-tiduran sejenak miring ke kanan sampai datang waktunya iqomah. Dan hadits riwayat
Abu Dawud (1422) dan lainnya, dari Abi Ayyub ra. dia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“sholat witir itu hak (disyari’atkan dan dituntut), barang siapa yang suka berwitir satu roka’at
silakan untuk mengerjakannya”.
)17(
Sesudah sholat sunbnat yang dituntut untuk dilaksanakan berjama’ah dan sholat sunnat
yang mengikuti sholat fardlu (rowatib).
)18(
Hadits riwayat Muslim (1163) dan lainnya, dari Abi Hurairoh ra. ia berkata: Rasulullah
saw. ditanya: Mana sholat yang afdlol sesudah sholat fardlu? Beliau menjawab: “Sholat di
tengah malam”. Tengah malam merupakan waktu yang lapang untuk beribadah. Dinamakan
qiyamul lali atau tahajjud, apabila dilaksanakan sesudah bangun dari tidur malam,
sebagaimana firman Allah Ta’alaa: “Di sebagian malam hendaklah engkau bertahajjud
sebagai nafilah bagimu” (al Isrok: 79). Artinya tinggalkan tempat tidur, dan bangun untuk
melaksanakan sholat dan membaca al Qur’an, sebagai nafilah bagimu artinya: tambahan dari
sholat fardlu yang telah difardlukan bagimu secara khusus.
)19(
Hadits riwayat al Bukhary (1880) dan Muslim (721), dari Abi Hurairoh ra. ia berkata:
Kekasihku memberi wasiyat kepadaku tiga hal: berpuasa tiga hari di setiap bulan, dua roka’at
dluha, dan sholat witir sebelum aku tidur. Sholat dluha itu paling sedikit dua roka’at,
berdasarkan apa ayng dijelaskan dalam hadits, paling banyak delapan roka’at, berdasarkan
hadits riwayat al Bukhary (350) dan Muslim (336) sesuai dengan lafadh Muslim, dalam hadits
Ummi Hanik ra., bahwasanyaketika tahun terbukanya kota Makkah, dia datang kepada
Rasulullah saw. ketika itu beliau di atas Makkah. Maka Rasulullah saw. siap akan mandi.
Fatimah menutupi beliau, lalu beliau mengambil baju beliau dan berselimut dengannya, lalu
beliau sholat delapan roka’at sholat dluha. Yang afdlol sholat dluha itu dipisah setiap dua
roka’at, berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud (1290) dariUmmi Hanik juga, bahwasanya
Rasulullah saw. sholat pada hari terbukanya kota Makkah sholat dluha sebanya delapan
roka’at, beliau salam setiap dua roka’at. Waktu sholat dluha sejak matahari mulai meninggi
sampai tergelincir, yang afdlol dilaksanakan ketika sudah seperempat siang. Diriwayatkan
oleh Muslim (748) dan lainnya, dari Zaid bin Arqom ra. ia berkata: Nabi saw. keluar ke
penduduk Qubak, mereka sedang melaksanakan sholat dluha, maka beliau bersabda:
“Sholatnya kaum awwabiin (kembali kepada Allah) ketika matahari sudah terasa panas di
waktu dluha”.
)21(
Disebut dengan qiyamu romadlon, sebanyak 20 roka’at setiap malam di malam
Romadlon, sholat setiap dua roka’at dengan salam, waktunya antara sholat isyak dan sholat
shubuh, dan dilaksanakan sebelum sholat witir. Hadits riwayat al Bukhary (37) dan Muslim
(659) dan lainnya, dari Abi Hurairoh ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa
yang berdiri di malam Romadlon dengan penuh iman dan ikhlas karena Allah, maka akan
diampuni semua dosanya yang telah lampau”. Dan hadits riwayat al Bukhary (882) dan
Muslim (761) dengan lafadh Muslim, dari A’isyah ra. bahwasanya Nabi saw. sholat di masjid
di suatu malam, maka banyak orang yang sholat bersama beliau, lalu beliau sholat pada
malam berikutnya, makin banyak orang yang ikut sholat beliau, kemudian mereka berkumpul

28
(Fasal): Syarat sholat yang dilaksanakan sebelum memasuki sholat ada
lima hal: suci anggota badan dari hadats(21) dan dari najis,(22) menutup
aurat menggunakan pakaian yang suci,(23) berdiri di tempat yang suci,(24)

pada malam ke tiga atau ke empat, tetapi beliau tidak keluar menemui mereka. Ketika pagi
hari beliau bersabda: “Sungguh saya tahu apa yang kamu perbuat, tidak ada yang menghalangi
saya untuk keluar kepadamu, kecuali bahwa saya khawatir bila akan dianggap sebagai sholat
fardlu bagimu”. Yang demikian itu dalam bulan Romadlon. Dan diriwayatkan oleh al Bukhary
(906), dari Abdur Rohman bin Abdil Qory ia berkata: saya keluar bersama Umar ibnul
Khothob di malam Romadlon ke masjid, ternyata manusia berkelompok secara terpisah-pisah,
ada pula yang sholat sendirian, ada pula seorang yang sholat kemudian diikuti beberapa orang.
Maka Umar berkata: Saya berpendapat seandainya mereka sholat berjama’ah dengan satu
imam, niscaya cukup baik. Lalu Umar berniyat menyatukan mereka dengan Ubai bin Ka’ab
sebagai imam. Kemudian saya keluar bersamanya pada malam yang lain, manusia sholat
berjama’ah dengan satu imam mereka. Maka Umar berkata: sebaik-baik bid’ah adalah ini.
Bagi mereka yang tidur lebih afdlol dibandingkan yang sholat, yakni yang mengakhirkan
waktu tarowih di tengah malam lebih afdlol, sedangkan manusia melakukannya diawal
malam. Bid’ah adalah sesuatu yang terjadi tanpa ada contoh sebelumnya, dan bid’ah itu
menjadi baik dan disyari’atkan ketika sesuai dengan syari’at dan termasuk di bawah ruang
lingkup istihsan (hal yang dipandang baik), dan bid’ah menjadi tercela ketika tertolah dan
bertentangan dengan syari’ah, atau termasuk ke dalam sesuatu yang menimbulkan kejelekan,
apabila tidak bertentangan dengan syari’ah dan tidak termasuk ke dalam kedua hal di atas,
maka hukumnya mubah (diperbolehkan). Hadits riwayat al Baihaqy dan lainnya dengan
sanad shohih (II/996): bahwa mereka mendirikan sholat tarowih di masa pemerintahan Umar
ibnul Khothob ra. pada bulan Romadlon sebanyak 20 roka’at. Diriwayatkan oleh Malik dalam
kitab al Muwathok (I/115): Manusia pada zaman Umar Ibnul Khothob mendirikan sholat di
bulan Romadlon sebanyak 33 roka’at. Al Baihaqy menyatukan dua riwayat di atas: bahwa
yang tiga dari 33 roka’at adalah sholat witir.
)21(
Hadats kecil atau hadats besar, berdasarkan firman Allah Ta’alaa: “Wahai orang-orang
yang beriman apabila kamu hendak mkendirikan sholat, maka basuhlah wajahmu, dan kedua
belah tanganmu sampai dengan siku, dan usaplah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai
dengan matakaki, apabila kamu dalam keadaan sakit atau junub, maka bersucilah” (al
Maidah:6). Dan perhatikan CK. No: 35 dan 104 dalam kitab Thoharoh.
)22(
Yang menunjukkan demikian adalah perintah Rasulullah saw. untuk membasuh anjis,
sebagtaimana sabda beliau kepada Fathimah binti Abi Hubasy ra.: “Apabila datang haid, maka
tinggalkan sholat, apabila sudah habis dari perkiraan waktu haid, maka basuhlah dara darimu,
dan sholatlah. Perhatikan CK. No: 90 Kitab Thoharoh. Dan hadits Ali ra. tentang membasuh
madzi, perhatikan CK. No: 76 kitab thoharoh. Diqiyaskan kepada mensucikan baju, yang
diperintahkan berdasarkan firman Allah: “Dan sucikanlah bajumu” (al Muddatsir: 5).
)23(
Berdasarkan firman Allah Ta’alaa: “Pakailah perhiasanmu setiap kali masuk masjid” (al
A’rof:31). Ibnu Abbas ra. berkata: Yang dimaksud dengan perhiasan adalah baju untuk sholat
(Mughny al Muhtaj: I/174). Diriwayatkan oleh at Tirmidzy (377) dan dinyatakan hadist hasan,
dari A’isyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak diterima sholat wanita yang
sudah haid, kecuali memakai khimar (jilbab), apabila diwajibkan menutup kepalanya, maka
menutup yang lain lebih diperintah. Dalil yang menunjukkan demikan ialah hadits riwayat al
Bukhary (365) dari A’isyah ra. ia berkata: Rasulullah sholat fajar, beliau menyaksikan bersma
dalam sholat tersebut wanita mukminat, yang menutup badannya dengan pakaiannya,
kemudian wanita-wanita itu kembali ke rumah masing-masing, tidak ada yang seorangpun
yang mengnal mereka. Dalil yang mempersyaratkan pakain harus suci, adalah firman Allah
Ta’ala: “Sucikanlah bajumu” (al Muddatsir: 5). Dah hadits riwayat Abu Dawud (365), dari
Abi Hurairoh ra., bahwa Khaulah binti Yasar datang kepada Nabi saw. dan bertanya: Wahai
rasulullah, saya tidak mempunyai pakain kecuali hanya satu saja, dan saya dalam keadaan
hadis, bagaiamakah saya harus berbuat? Beliau menjawab: “Apabila engkau sudah suci, maka

29
mengetahui bahwa sudah masuk waktu sholat,(25) dan menghadap ke arah
qiblat.(26) Diperbolehkan tidak menghadap ke arah qiblat dalam dua
keadaan: dalam keadan khauf (ketakutan), (27) dan sholat sunnat dalam
bepergian di atas kendaraan.(28)

(Fasal): Rukunnya sholat ada 18 macam: niyat, (29) berdiri bila mampu,(30)
takbirotul ihrom, membaca al Fatihah, dan Bismillaahir Rohmaanir
Rohiim termasuk ayat al Fatihah, ruku’ dengan tuma’ninah, berdiri dari

sucikanlah baju itu dan sholatlah menggunakan baju itu”. Dia bertanya lagi: Apabila tidak
mengeluarkan darah? Beliau menjawab: “Cukup bagimu membasuh darah, dan bekasnya
tidak menyulitkan engkau”.
)24(
dalil yang menunjukkan demikan adalah perintah Rasulullah saw. menuangkan sair ke
atas bekas kencing orang Arab gunung di dalam masjid, perhatikan CK. No:2 kitab thoharoh.
Diqiyaskan kepada pensucian pakaian.
)25(
Berdasarkan firman Allah Ta’alaa: “Sesungguhnya sholat itu bagi orang mukmin sebagai
kewajiban yang bersangkut paut dengan waktu” (an Nisak:103). Atau fardlu yang dibatasi
dengan waktu, maka tidak boleh tidak orang harus mengetahui masuknya waktu sholat.
)26(
Allah berfirman: “Sungguh Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke
arah Masjidil Harom” (al Baqoroh:144). Al harom artinya: tidak diperbolehkan memalingkan
muka atau melanggar larangan. Hadits riwayat al Bukahry (5897) dan Muslim 397) hadits
tentang orang yang sholatnya tidak baik (musi-us sholah), bahwasanya Rasulullah saw.
besabda kepadanya: “Apabila kamu sholat, maka sempurnakanlah wudlumu lebih dulu, lalu
menghadaplah ke arah qiblat, kemudian bertakbirlah”, perhatikan CK. No: 31. Yang
dimaksud Masjidil Harom dalam ayat dan qiblat dalam hadits adalah Ka’bah. Hadits riwayat
al Bukahry (390) dan Muslim (525), dari al Barrok bin Azib ra. ia berkata: Rasulullah saw.
sholat menghadap kearah Baitul maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan, dan Rasulullah saw.
lebih suka bila menghadap ke arah Ka’bah, maka Allah menurunkan: surat al baqoroh:144,
kemudian beliau menghadap ke arah Ka’bah.
)27(
Disebabkan dalam peperangan dan sebagainya, apabila terdapat sebab yang mubah,
sebagaimana firman Allah ta’alaa: “Apabila kamu dalam keadaan ketakutan, maka sholatlah
sambil berjalan atau naik kendaraan” (al Baqoroh:239). Artinya apabila tidak memungkinkan
bagimu untuk sholat secara sempurna, karena takut atau sebab lainnya, maka sholatlah kamu
menurut apa yang bisa kamu lakukan, baik berjalan kaki, atau naik hewan tunggangan
(kendaraan). Ibnu Umar ra. berkata: menghadap kearah qiblat atau tidak. Nafi’ menyatakan:
Saya tidak yakin bahwa Ibnu Umar berkata demikian, kecuali yang demikian itu berasal dari
Rasulullah saw. (al Bukahry:4261).
)28(
Hadits riwayat al Bukhary (391), dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. sholat di atas
kendaraan beliau ketika menghadap ke arah qiblat. Dalam satu riwayat: menghadap ke arah
timur, apabila beliau menghendaki sholat fardlu, maka beliau turun dan menghadap ke arah
qiblat. Dalam satu riwayat (1045) dari Ibnu Umar ra. : Beliau saw. sholat dalam bepergian…..
)29(
Berdasarkan firman Allah Ta’alaa: “Mereka tidak diperintahkan kecuali agar mereka
beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan” (al Bayyinah:5). Al Mawardie
mengatakan: Ikhlas di dalam pernyataan mereka adalah niyat. Berdasarkan hadits:
“Sesungguhnya semua amal itu harus disertai niyat”, perhatikan CK. No:19 kitab thoharoh.
)31(
Hadits riwayat al Bukhary (1066), dari Amron bin Hushoin ra. ia berkata: Saya menderita
sakit bawasir (ambeyen), maka saya bertanya kepada Nabi saw. tentang sholat, maka beliau
menjawab: “Sholatlah kamu dalam keadaan berdiri, bila tidak mampu dengan duduk, bila
tidak ammpu, maka dengan tidur. An Nasaie menambahkan: Apabila tidak bisa maka dengan
terlentang, Allah tidak akan memperberat beban kepada seseorang kecuali sesuai dengan
kemampuannya (Kifayatul Akhyar: I/103).

30
ruku’ dan I’tidal dengan tuma’ninah, sujud dengan tuma’ninah, duduk di
antara dua sujud dengan tuma’ninah,(31) duduk akhir,(32) tasyahud (tahiyat)
di dalamnya,(33) mengucapkan sholawat kepada Nabi Muhammad saw. di
)31(
Dalil dari rukun-rukun tersebut di atas sampai di sisi, adalah hadits riwayat al Bukahry
(724) dan Muslim (397), dari Abi Hurairoh ra. bahwasanya Nabi saw.masuk ke dalam masjid,
kemudian ada seorang lelaki masuk masjid dan langsung sholat, lalu dia mengucapkan salam
kepada Nabi saw., maka Nabi saw. menjawab: “alaihis salaam”, dan bersabda: “Kembalilah
dan sholatlah, sesungguhnya engkau belum sholat”. Maka lelaki itu sholat lagi, lalu datang
lagi dan mengucapkan salam kepada Nabi saw. Beliau bersabda: “Kembali lagi dan sholatlah,
sesungguhnya engkau belum sholat” peristiwa itu terjadi sebanyak tiga kali. Lalu lelaki itu
bertanya: Demi dzat yang mengutus engkau dengan benar, apakah ada cara sholat lain yang
lebih baik, maka ajarilah aku. Maka beliau bersabda: “Apabila mendirikan sholat, maka
bertakbirlah, lalu bacalah apa yang mudah bagimu dari al Qur’an, lalu ruku’lah sampai
tuma’ninah, lalu bengkitlah dari ruku’sampai benar-benar berdiri tegak, lalu sujudlah sampai
tuma’ninah, lalu bangunlah sampai duduk dengan tuma’ninah, lalu sujudlah sampai
tuma’ninah, kemudian lakukanlah yang demikian itu di dalam keseluruhan sholatmu”. Para
ulama memastikan bahwa hadits ini disebut dengan: Khobarul musi-us sholatih (hadits
tentang lelaki yang sholatnya tidak baik). Kalimat: Bacalah mana yang paling mudah bagimu
dari al Qur’an, menurut Ibnu Hibban (484): “Kemudian bacalah ummil Qur’an”, yakni al
fatihah. Dalil yang menunjukkan demikian adalah hadits riwayat al Bukahry (723) dan
Muslim (394): “Tidak sah sholat seseorang yang tidak membaca surat al Fatihah”. Dalil yang
menjelaskan bahwa Basmalah termasuk dari al Fatihah dan semua surat dalam al Qur’an,
adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (400) dari Annas ra. ia berkata: Suatu ketika
Rasulullah saw. pada suatu hari di antara kami ketika beliau tidur-tidur sejenak, lalu beliau
mengangkat kepala beliau sambil tersenyum, maka kami bertanya: Apakah yang membuat
engkau tersenyum wahai rasulullah? Beliau menjawab: “Diturunkan kepadaku baru saja
sebuah surat, maka beliau mebacanya: ‫بسم للهما للمن ال للمن إ ا أعمي اك إلميث لل م ن‬
beliau menghitung basmalah termasuk ayat dari surat al Qur’an. Pengertian: di dalam
keseluruhan sholatmu adalah: di setiap roka’at sholatmu.
)32(
Berdasarkan hadits riwayat al Bukhary (794), dari Abi Humaid as Sa’idy ra., tentang
tatacara sholat Nabi saw.: Apabila beliau duduk pada roka’at akhir, beliau menyelipkan kaki
kiri beliau dan menegakkan yang lain, dan beliau duduk di atas tempat duduknya. Oleh karena
tempat dzikir yang diwajibkan (tasyahud), sebagaimana akan dijelaskan nanti, maka duduk
akhir hukumnya wajib, seperti berdiri untuk membaca surat al fatihah.
)33(
Berdasarkan hadits riwayat al Bukhary (5806) dan Muslim (402), dan lainnya, dari Ibnu
Mas’ud ra. ia berkata:Kami ketika sholat bersama Nabi saw. mengucapkan - menurut al
Baihaqy (II/138) dan ad Daroquthny (I/3501): Kami sebelum difardlukan tasyahud – ‫للسمم‬
‫ للسم كهى فممن‬,‫ للسم كهىاإ يئل‬,‫ للسم كهى جبنيل‬,‫( كهى للها قبل كبيده‬Semoga
keselamatan bagi Allah sebelum hamba-nya, semoga keselamatan bagi Jibril, semoga
keselamatan bagi Mika-il, semoga keselamatan bagi si Fulan), setelah Nabi saw. selesai
sholayt, beliau menghadap kepada kami dan bersabda: “Sesunguhnya Allah adalah pemilih
keselamatan, apabila kamu duduk dalam sholat, maka ucapkanlah at tahiyaatu…”. Telah
diriwayatkan tentang bacaan (kalimat) tasyahud banyak sekali hadits shohih, kalimat tasyahud
yang sempurna dan afdlol menurut as Syafi’ie, ialah yang diriwayatkan oleh Muslim (403),
dan lainnya dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya dia berkata: Rasulullah saw. mengajari kami
tasyahud seperti halnya beliau mengajari kami surat al Qur’an, beliau mengucapkan:
‫ للسممم كهإممر اي ممي لللب م ا ا مة للهمما‬,‫"للتحإمميا للابياتمميا للتممه لا لل إبمميا لهمما‬
‫ ا م ان ـ للم ا لـ للهما ا م ان‬,‫ للسم كهإلي كهى كبميد للهما للتميلحإل‬,‫بنتيتا‬
"‫( محام ل اوم ا للهما‬Puji sanjungan yang penuh barikah, pujian yang indah hanya bagi
Allah, semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya terlimpah kepadamu wahai Nabi,

31
dalamnya,(34) salam yang pertama,(35) berniyat keluar dari sholat,(36) tertib
sesuai dengan tata urutan rukun sholat sebagaimana yang telah kami
jelaskan.(37)

Yang disunnatkan sebelum memasuki pelaksanaan sholat ada dua hal:


adzan dan iqomah.(38)

semoga pula keselamatan terlimpah kepada kami dan seluruh hamba Allah yang baik-baik,
aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah).
)34(
Berdasarkan firman Allah Ta’alaa: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya mengucapkan
sholawat kepada kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah dan
berikanlah ucapan selamat dengan benar” (al Ahzab:56). Ulama telah sepakat bahwa tidak
wajib mengucapkan sholawat di luar sholat, maka cukup jelas diwajibkannya sholawat dalam
sholat. Ibnu Majah telah meriwayatkan hadits (515) dan al Hakim (268) dan dinyatakan
shohih, dari Ibnu Mas’ud ra. pertanyaan tentang tatacara bersholawat kepada Nabi saw.:
Bagaimana kami bersholawat kepadamu, ketika kami bersholawat kepadamu di dalam sholat
kami? Beliau bersabda: Ucapkanlah dst. Ini sebagai ketegasan bahwa tempat bersholawat
kepada Nabi saw. adalah di dalam sholat., dan bertepatan di akhir sholat, maka wajiblah
diucapkan ketika duduk akhir sesudah tasyahud. Adapun kalimat sholawat yang sempurna
‫ تامي لمهإر كهمى أبمنل إ‬, ‫"لله م لم عل كهمى محام كهمى ما محام‬
sebagai berikut:
‫ تاي بياتر كهى أبنل إ كهى‬, ‫ بياث كهى محا كهى ما محا‬, ‫كهى ما أبنل إ‬
" ‫ فمى لللميلاإل أعمر اإم م إم‬, ‫( ما أبمنل إ‬Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberikan kesejahteraan
kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji lagi Maha Perkasa). Sungguh kalimat ini sudah tegas jelas dalam hadits riwayat
al Bukhary dan Muslim dan lainnya, di sebagian riwayat ada kuranng atau lebih dari kalimat
ini.
)35(
Hadits riwayat Muslim (498) dari A’isyah ra. Rasulullah saw. membuka (memulai) sholat
beliau dengan takbir dan mengakhirinya dengan salam.
)36(
Yang benar bahwa hal ini bukan rukun sholat, tetapi hanya sunnat, untuk menjaga orang
yang menganggap sebagai rukun.
)37(
Berdasarkan khobarul musi-us sholah, di dalamnya ada kata sambung yakni: “lalu”, ini
menunjukkan tertib. Dan perbuatan Nabi saw.yang dinukil dengan hadits yang shohih.
)38(
Khusus untuk sholat fardlu. Dalil yang menunjukkan disyari’atkannya adzan dan iqomah,
adalah hadits riwayat al Bukhary (602) dan Muslim (674), dari Malik Ibnu al Huwairits ra.
bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Apabila waktu sholat sudah datang, maka hendaklah salah
seorang dari kamu mengumandangkan adzan, dan hendklah ada yang menjadi imam sholat
yang tertua di antara kamu”. Menurut riwayat Abu dawud (499) dari Abdullah bin Zaid ra.
“Apabila kamu iqomah untuk sholat ucapkanlah: "… ‫"للها اتبمن للهما اتبمن‬ Pergeseran dari
‫"للهما اتبمن‬
wajib ke sunnat terdapat dalil yang lain. Adapun kalimat adzan sebagai berikut:
‫ ا م ان‬,‫ان ـ ألا أـ للها ا م ان ـ ألما أـ للهما‬ ‫ ا‬,‫ للها اتبن للها اتبن‬,‫للها اتبن‬
, ‫ م كهمى للتممي م كهمى للتمم‬,‫ان محا ل او ا للها‬ ‫محا ل او ا للها ا‬
"‫ ـ ألما أـ للهما‬,‫ للها اتبن للها اتبن‬, ‫كهى للفم‬ ‫كهى للفم‬ Dan digabungkan
di dalam adzan shubuh kalimat: " ‫ للتمي خإن مل للل‬, ‫ "للتمي خإن مل للل‬sesudah:
"‫ " كهى للتمي‬yang kedua. Kalimat iqomah: ‫ ا م ان ـ ألما‬,‫"للها اتبن للهما اتبمن‬

32
Yang disunnatkan sesudah masuk ke dalam sholat ada dua hal: tasyahud
awal,(39) dan qunut pada sholat shubuh,(40) dan dalam sholat witir di
separoh kedua dari bulam Romadlon.(41)

‫ قم قيمممر‬,‫ م كهممى للفمممي‬,‫ م كهممى للتمممي‬,‫ ا م ان محام ل اوم ا للهمما‬,‫أـ للهمما‬


"‫ ـ ألا أـ للهما‬,‫ للها اتبن للها اتبن‬,‫ للتمي ق قيمر للتمي‬. Kalimat adzan dan iqomah
sudah baku berdasarkan banyak hadits baik yang diriwayatkan oleh al Bukhary, Muslim dan
lain-lain. Bagi orang yang mendengar adzandisunnatkan untuk mengucapkan kalimat sperti
yang diucapkan oleh muadzin, apabila adzan sudah selesai disunnatkan membaca sholawat
Nabi saw. dan berdo’a, dengan kalimat yang dijelaskan oleh hadits. Hadits riwayat Muslim
(384) dan lainnya, dari Abdullah bin Amer ra. bahwa dia mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Apabila kamu mendengar seruan adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan
oleh muadzin, lalu bersholawatlah untukku, sesungguhnya barang siapa yang mengucapkan
sholawat kepada sekali, maka Allah akan memberikan shoawat kepadanya sepuluh kali, lalu
mintakanlah kepada Allah wasilah untukku, sesungguhnya wasilah itu adalah suatu tempat di
dalam surga, tidak ada yang pantas menempatinya, kecuali seorang hamba dari hamba Allah,
dan aku berharap, bahwa akulah yang dimaksud, barang siapa yang memintakan kepada Allah
wasilah untukku, maka dia berhak mendapatkan syafa’at”. Hadits riawaya al Bukahry (589),
dan lainnya, dari Jabir ra. bahwasanya Rasulullah saw.bersabdaL “Barang siapa yang ketika
selesai mendengar adzan mengucapkan: ,‫"لله اب ذه للم ك ي للتيممة للتممي للميئامة‬
"‫ك تممما‬ ‫ لبلمممما مميممممي محاممم دل للمممذ‬,‫( ما محاممم ل لل ومممإهة للفومممإهة‬Yaa Allah
Tuahnpemilik seruan yang sempurna, dan sholat yang berdiri tegak, datangkanlah kepada
Muhammad al wasilah dan fadlilah, dan bangkitkanlah beliau di tempat yang terpuji,
sebagaimana yang telah Engkau janjikan kepada beliau). Arti rangkaian kata-kata: da’watit
tammah: seruan untuk bertauhid ayng tidak pernah berobah dan tergantikan, alfadlilah: suatu
martabat/kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan semua makhluk, maqooman
mahmuuda: Terpuji orang ayng menempati di dalamnya, alladzi wa’adtah: berdasarkan
firman Allah: “pasti Tuhanmu akan membangkitkan engkau di tempat terpuji” (al Isrok:79).
Dan disunnatkan pula bagi muadzin membaca sholawat kepada Nabi saw. dan berdo’a,
dengan suara rendah dan ada tenggang waktu dengan adzan, agar orang tidak ragu atau
menduga bahwa itu termasuk kalimat adzan. Dikecualikan dari mengucapkan kalimat ayng
sama dengan muadzin, ketika mendengar:"‫للتممي‬ ‫ " م كهمى‬dan " ‫" م كهمى للفمم‬
hendaknya pendengar mengucapkan: "‫ "ـ م ا ـ قم ي أـ بيلهما‬demikian diriwayatkan
oleh al Bukhary (588) dan Muslim (385) dan lainnya. Dan apabila mendengar ucapan:
" ‫ "للتممي خإمن ممل لللم‬pendengar mengucapkan: "‫( "لم قر بمناا‬Engkau Maha
benar dan Maha Pencipta). Dan disunnatkan pula ketika mendengar iqomah, dan akhirannya,
ketika mendengar ucapan: "‫للتمي‬ ‫"ق قيمر‬ hendaknya pendengar mengucapkan: ‫"اقيم مي‬
"‫( للهما ادلم مي‬Semoga Allah mengegakkannya dan mengekalkannya), diriwayatkan oleh Abu
Dawud (528).
)39(
Mengikuti apa yang diketahuia dari banyak hadits shohih, antara lain hadits riwayat al
Bukhary (1167), bahwasanya Rasulullah saw. berdiri sesudah roka’at kedua dari sholat
dhuhur, beliau tidak duduk (untuk tasyahud awal), ketika selesai sholat beliau sujud dua kali
kemudian salam sesudah sujud, Sujud disebkan meninggalkan tasyahud awal karena lupa,
sebagai dalil bahwa tasyahud awal hukumnya sunnat (sunnat penting). Di dalam hadits musi-
us sholah menurut Abu Dawud (860): “Apabila engkau duduk di ttengah sholat, maka
tuma’ninahlah, dan duduklah di atas paha kiri (seharusnya telapak kaki kiri), lalu
bertasyahudlah.
)41(
Hadits riwayat al Hakim, dari Abi Hurairoh ra. ia berkata: Rasulullah saw. ketika bangun
dari ruku’ dalam sholat shubuh, pada roka’at kedua, beliau mengangkat dua belah tangan

33
Sunnat hai-at dalam sholat ada 15 macam: mengangkat dua belah tangan
ketika bertakbirotul ihrom, ketika ruku’, dan ketika bangun dari ruku’, (42)
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, (43) bertawajjuh (membaca
do’a iftitah),(44) isti’aadzah (membaca ta’awudz),(45) menjaharkan
(mengeraskan) bacaan pada tempatnnya dan merendahkan suara (isror)
pada tempatnya,(46) mengucapkan “aamiin”,(47) membaca surat al Qur’an

beliau berdoa’ dengan do’a ini: "‫( "لله م ل م عى فممإال م ير …ا‬kitab al Mughni al
Muhtaj:I/166).
)41(
Hadits riwayat Abu Dawud (1425), dari al Hasan bin Ali ra. ia berkata: Rasulullah saw.
mengajari aku kalimat yang aku ucapkan di dalam sholat witir:,‫"لله ل عى فمإال م ير‬
‫ قلمى ممن مممي‬,‫ بممياث لممى فإاممي اك إممر‬,‫ تم للى فممإال ت لإممر‬,‫كميفلى فممإال كيفإممر‬
,‫ ـ يلم ممل كيديمر‬,‫ أعما ـ يمذا ممل للإمر‬,‫ أعر تموى ـ يمومى كهإمر‬,‫قوإر‬
"‫( تبياتممر ابلممي تليلإممر‬Yaa Allah tunjukilah aku kejalan orang yang Engkau beri
petunjuk, dan sehatkanlah aku sebagaimana orang yang telah Engkau beri kesehatan, dan
tolonglah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau tolong, dan berkatilah aku dalam
segala yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan jauhkanlah aku dari jahatnya apa saja
yang Engkau putuskan. Engkau Maha penentu, dan bukat ditentukan oleh sesuatu,
sesungguhnya tidak akan menjadi hina orang yang Engkau tolong, dan tidak akan mulya
orang yang Engkau musuhi, Engkau Maha Pemberi berkat dan Engkau Maha Tinggi). At
Tirmidzy menyatakan (464) hadits ini hasan. Ia juga menyatakan: saya tidak tahu dari do’a
qunut Nabi saw. dalam sholat witir yang lebih baik dari kalimat ini. Menurut riwayat Abu
Dawud (1428) bahwasanya Ubai bin Ka’ab ra. menjadi imam – dalam sholat di bulan
Romadlon – dia membaca qunut di seperdua yang akhir pada bulan Romadlon, dan perbuatan
sahabat itu menjadi hujjah (dasar hukum) apabila tidak diingkari (ditolak).
)42(
Hadits riwayat al Bukhary (705) dan Muslim (390), dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Saya
menayksikan Nabi saw. membuka sholat dengan takbir, beliau mengangkat dua belah tangan
beliau ketika bertakbir, sampai menjadikan dua belah tangan tersebut setinggi dua bahu
beliau. Apabila bertakbir untuk ruku’ juga melakukan seperti itu, ketika mengucapkan:
"‫ "واع للها لال ام ه‬juga berbuat begitu, sambil mengucapkan: " ‫ "ابلمي لمر للحام‬, dan
beliau tidak mengangkat dua belah tangan belaiu ketika sujud dan ketika bangun dari sujud.
)43(
Berdasarkan hadits riwayat Muslim (401), dari Wa-il bin Hijri ra. bahwa dia menyaksikan
Nabi saw. mengangkat dua tangan beliau ketika masuk pelaksanaan sholat, lalu beliau
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri beliau.
)44(
Hadits riwayat Muslim (771), dari Ali ra. dari Rasulullah saw., bahwasanya apabila sudah
berdiri sholat beliau mengucapkan: ‫" ج ر ج م لهمذ ف من للسماي لا لألاض لإفمي ممي‬
‫ بمذلر‬,‫ ـ ممنير لما‬,‫محإمميل ماميت لهم ا اب لللميلاإل‬ ‫ أن لمممت عسم‬,‫اعمي مممل للايمنتإل‬
"‫ اعمي ممل للاسمهاإل‬,‫اممنا‬ (Saya hadapkan wajhku kehadlirat Tuhan Maha Pencipta langit
dan bumi, teguh beragama, dan saya tidak termasuk golongan orang musyrik. Sesungguhnya
sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada sekutu
bagi Allah, oleh karena itu aku diperintah, dan aku termasuk orang yang bersrah diri).
)45(
Berdasarkan firman Allah ta’alaa: “Apabila engkau membaca al Qur’an, maka
berlindunglah kamu kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk” (an Nahl:98).
)46(
Mengeraskan bacaan pada: sholat shubuh, dua roka’t awal sholat maghrib dan isyak,
sholat jum’ah, sholat dua hari raya, sholat gerhana bulan, sholat istisqok, sholat tarowih,
sholat witir di malam Romadlon, dan sholat thowaf di malam hari atau waktu shubuh, akan
dijelaskan kemudian pada tempatnya. Dan dengan suara tengahan (tidak keras dan tidak isror
untuk sholat mutlk di malam hari sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Dan janganlah kamu

34
sesudah al fatihah,(48) bertakbir setiap kali bangun dan menunduk, (49)
mengucapkan: " ‫ "واع للها لال ا ه ابعلمي لمر للحام‬,(50) membaca
kerskan atau kamu isrorkan dalam sholatmu, tetapi usahakanlah tengah-tengah di antara
keduanya” (al Isrok:110), yang dimaksudkan adalah sholat malam. Dan sholat yang selain
tersebut di atas di-isrorkan bacaannya. Dalil yang menunjukkan demikian adalah hadits
riwayat al Bukhary (735) dan Muslim (463), dari Jubair bin Math’am ra. ia berkata: Saya
mendengar Nabi saw. membaca di dalam sholat maghrib surat at Thur. Dan hadits riwayat al
Bukhary (733) dan Muslim (463), dari al barrok ra. ia berkata: Saya mendengar Nabi saw.
membaca: "‫ " للتمإل لل يتم ن‬dalam sholat isyak, dan saya tidak mendengar seorangpun
yang lebih baik dibanding suara beliau, atau bacaan beliau. Dan hadits riwayat al Bukhary
(739) dan Muslim (449), dari Ibnu Abbas ra. tentang kehadliran jin dan usaha jin
mendengarkan al Qur’an dari Nabi saw. di dalamnya, beliau sedang dalam sholat bersama
para sahabat yakni sholat shubuh, ketika mereka (jin) mendengar al Qur’an, mereka
memasang telinga terhadap bacaan beliau. Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa beliau saw.
menjaharkan bacaan beliau sampai dapat didengar oleh yang hadlir. Dan dalil yang
menyatakan bacaan isror (suara rendah) adalah yang tidak disebutkan di sini, adalah hadits
yang diriwayatkan oleh al Bukhary (713) dari Khubab ra. ada seorang penanya: Apakah
Rasuliullah saw. membaca sesuatu ketika sholat dhuhur atau ashar? Ia menjawab: Ya. Kami
bertanya: Dengan apa kalian mengetahui yang demikian itu? Ia menjawab: Dengan bergerak-
geraknya jenggot beliau. Dan hadits riwayat al Bukhary (738) dan Muslim (396), dari Abi
Hurairoh ra. ia berkata: Didalam sholat beliau membaca. Apa yang diperdengarkan oleh
Rasulullah saw. kepada kami, maka kami perdengarkan kepada kamu, dan apa yang di
rahasiakan (isror), maka kami rendahkan suara dari kamu. Dan tidak ada penukilan dari
sahabat ra. bacaan keras selain di tempat-tempat tersebut.
)47(
Hadits riwayat Abu Dawud (934), dari Abi Hurairoh ra. ia berkata: Rasulullah saw.
apabila membaca: "‫ـ للوم"لإل‬ ‫ "غإمن للاضوم ب كهمإ‬beliau mengucapkan: Aamiin,
sampai didengar orang yang di belakang beliau dari shof pertama. Ibnu Majah menambahkan
(853): Maka bergemalah masjid karenanya. Disunnatkan juga aamiin diucapkan oleh
makmum, dan aminnya di belakang aminnya imam. Diriwayatkan oleh al Bukahry (749) dan
Muslim (410), dari Abi Hurairoh ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Apabila imam
membaca: "‫ـ للوم"لإل‬ ‫ "غإن للاضو ب كهإ‬maka ucapkanlah aamiin. Sseungguhnya
barang barang siapa yang bertepatan dengan ucapan para malaikat, maka diampuni baginya
dosanya yang telah lampau”. Di dalam satu riwayat dari Abu Dawud (936): “Apabila imam
mengucapkan aamiin, maka ucapkanlah aamiin..”.
)48(
Pada dua roka’at yang awal. Yang menunjukkan demikian adalah banyak hadits, antara
lain: hadits riwayat al Bukahry (745) dan Muslim (451), dari Abi Qotadah ra. bahwasanya
Nabi saw. membaca al Fatihah dan surat besertanya pada dua roka’at yang awal dari sholat
dhuhur dan ashar. Dalam satu riwayat: Demikian pula dalam sholat shubuh, beserta penjelasan
di atas dari hadits-hadits tentang mengeraskan bacaan. Makmum tidak membaca selain al
fatihah dalam sholat jahriyah (sholat harus dikeraskan bacaannya), berdasarkan ahdits
riwayat Abu Dawud (823 – 824), dan an Nasaie (II/141) dan lainnya, dari Ubadah ibnus
Shomit ra. ia berkata: Kami berada di belakang Rasulullah saw. dalam sholat shubuh, terrasa
beliau berat dalam membaca, maka setelah selesai sholat beliau bersabda: “Kiranya kamu
membaca sesuatu di belakang imammu, ia berkata, kami menjawab: wahai Rasulullah, lalu
bagaimana. Beliau menjawab: Jangan berbuat sesuatu kecuali hanya membaca al fatihah,
sesungguhnya tidak sah sholat seseorang yang tidak membaca al fatihah”.
)49(
Hadits riwayat al Bukhary (752) dan Muslim (392), dari Abi Hurairoh ra., bahwa dia
sholat bersama pada sahabat, maka ia bertakbir setiap kali menunduk (merendah) atau
mengangkat (bangun). Ketika selasai sholat ia berkata: Sesungguhnya saya sungguh membuat
kamu menyamakan diri dengan sholat Rasulullah saw. Pengertian menunduk dan
mengangkat: turun ketika ruku’ dan sujud, dan berdiri dari ruku’ atau sujud.

35
tasbih dalam ruku’ dan sujud,(51) meletakkan dua tangan di atas dua paha
ketika dudu, membuka tangan kiri dan menggenggam tangan kanan
kecuali jari telunjuk, oleh akrena akan untuk memberikan isyarat dengan
telunjuk ketika membaca syahadat,(52) duduk iftiros untuk semua jenis
duduk, dan tawarruk ketika duduk akhir,(53) salam yang kedua.(54)
(Fasal): Wanita berbeda dengan laki-laki dalam lima hal:
Bagi laki-laki mengangkat dan memisahkan dua siku-sikunya dari dua sisi
pinggangnya (lempeng bhs. Jawanya),(55) mengempiskan perutnya
terpisah dari kedua pahanya ketika ruku’ dan sujud, (56) mengeraskan suara
pada tempat yang seharusnya dibaca jahar, apabila mengingatkan di
dalam sholat bertasbih,(57) aurat lelaki adalah bagian antara pusat dan dua
lututnya.(58)
)51(
Perhatikan catatan kaki (CK.) No: 42.
)51(
Hadits riwayat Muslim (772), dan lainnya, dari Hudzaifah ra. ia berkata: Saya sholat
bersama Nabi saw. apad suatu malam …, lalu beliau ruku’, maka beliau mengucapkan:
"‫ "وبحين اب لللظإ اا‬lalu neliau sujud beliau mengucapkan: ‫ "وبحين اب لألكهى"ا‬.
)52(
Hadits riwayat Muslim(580), dari Ibnu Umar ra. - tentang tatacara duduknya Rasulullah
saw. - ia berkata: Beliau apabila duduk dalam sholat meletakkan telapak tangan kanan di atas
paha beliau sebelah kanan, dan mengikatkan seluruh jari-jari beliau, serta memberikan isyarat
menggunakan jari sesudah ibu jari (jari telunjuk), dan meletakkan telapak tangan beliau
sebelah kiri di atas paha beliau sebelah jiri.
)53(
Berdasarkan hadits riwayat al Bukhary (794), dari Abi Humaid as Sa’idy ra. ia berkata:
Saya adalah orang yang paling hafal di antara kamu terhadap sholat Rasulullah saw….., di
dalamnya: Apabila beliau duduk pada dua roka’at, maka beliau dudk di atas kaki kiri, dan
menegakkan kaki kanan, apabila duduk pada roka’at akhir, beliau menyelipkan kaki kiri
beliau (di bawah kaki kanan) dan menegakkan kaki kanan, dan beliau duduk di tempat duduk
(lantai). Menurut riwayat Muslim (579) dari Abdullah ibnuz Zubair ra.: Rasulullah saw.
apabila duduk dalam sholat beliau meletakkan kaki kiri di antara paha dan betis beliau, dan
duduk di atas kaki kanan (penerjemah: yang betul adalah: duduk di atas kaki kiri, ini
namanya tas-hif atau salah tulis).
)54(
Hadits riwayat Muslim (582), dari Sa’ad ra. ia berkata: Saya menyaksikan Rasulullah
saw. melakukan salam kekanan dan ke kiri, sampai terlihat putihnya pipi beliau. Diriwayatkan
oleh Abu Dawud (996) dan lainnya, dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi saw. melakukan
salam ke kanan dan ke kiri, sehingga terlihat putihnya pipi beliau: ‫ا امة‬ ‫"للسمم كهمإ‬
"‫ا امة للهما‬ ‫ للسمم كهمإ‬,‫ للهما‬. At Tirmidzy menyatakan: (295) Hadits Ibnu Mas’ud ini
adalah hadits hasan shohih.
)55(
Hadits riwayat al Bukhary (383) dan Muslim (495), dari Abdulah bin Malik bin Buhainah
ra. bahwasanya Nabi saw. apabila sholat merenggangkan di antara dua tangan beliau sehingga
terlihat putihnya kedua ketiak beliau. Menurut riwayat Abu dawud (734) dan at Tirmidzy
(270), dari Abi Hamid ra. : Beliau menjauhkan kedua tangan beliau dari sisi kiri dan kanan
pinggang beliau, dan meletakkan dua telapak belia sejajar dengan bahu.
)56(
Hadits riwayat Abu dawud (735) dari Abi Hamid ra. tentang tatacara sholat Rasululah
saw. ia berkata: Apabila beliau bersujud memisahkan antara kedua paha beliau, dan pahanya
tidak menopang perutnya.
)57(
Apabila mendapati imam atau lainnya sesuatu dan hendak menngingatkan, maka
mengucapkan: "‫ "ومبحين للهما‬Berdasarkan hadits riwayat al Bukahry (652) dan Muslim
(421), dari Sahal bin Sa’ad ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang
merasa ragu di dalam sholatnya, maka bertasbihlah, sesungguhnya apabila bertasbih, maka

36
Wanita: mempertemukan (merapatkan) antara anggota badan yang satu
dengan lainnya,(59) merendahkan suaranya ketika di hadapan laki-laki
ajnabie (bukan mahrom),(60) apabila memperingatkan sesuatu yang
meragukan di dalam sholat dengan tashfiq,(61) dan seluruh tubuhnya
menrupakan aurat, kecuali bagian wajah dan dua telapak tangannya, (62)
dan bagi amat (wanita budak) auratnya sama dengan kaum lelaki. (63)

(Fasal): Hal-hal yang membatalkan sholat ada 11 macam: berbicara


dengan sengaja,(64) perbuatan (gerakan) yang banyak,(65) berhadats,

memperhatikan kepadanya, sesungguhnya tashfiq (tepukan du tangan) bagi wanita. Tashfiq:


memukulkan telapakh tangan kiri bagian luar ke telapak tangan kanan bagian dalam. Kata:
"‫ "الب ا‬ragu terhadap sesuatu dan memerlukan untuk diperingatkan/teguran.
)58(
Hadits riwayat ad daroquthny (I/231) dan al Baihaqy (II/229) marfu’: Apa yang berada di
atas dua lutut termasuk aurat, dan apa yang berada di bawah pusat termasuk aurat. Hadits
riwayat al Bukhary (346) dari Jabir ra. bahwanya dia sholat dengan satu pakaian, dia berkata:
Saya melihat Nabi saw. pernah sholat dengan satu pakaian. Dalam riwayat lain (345): Jabir
sholat menggunakan sarung, dia mengikatkan dari arah tengkuknya. Sarung menurut istilah
umum: pakaian yang bisa menutup bagaian tengah badan, atua antara pusat dengan dua lutut,
atau yang berdekatan dengan itu.
)59(
Hadits riwayat al baihaqy (II/223), bahwasanya Nabi saw. melewati dua wanita yang
sedang sholat, maka beliau bersabda: “Apabila kalian bersujud, maka pertemukan sebagian
daging ke tanah, sesungguhnya wanita dalam hal ini tidak seperti kaum lelaki”.
)61(
Dikhawatirkan menimbulkan fitnah, Allah berfirman: “Janganlah kamu tunduk dalam
berbicara, sehingga menimbulkan keinginan (rangsangan) bagi orang yang berpenyakit dalam
ahtinya” (al Ahzab:32). Pengertian tunduk dalam berbicara: memperlembut/memperindah
penuturan. Ayat ini menunjukkan, bahwa suara wanita itu kadang-kadang bisa menimbulkan
fitnah (bencana), oleh karena itu dituntut untuk merendahkan suara di hadapan lelaki ajnabie.
)61(
Perhatikan CK. No: 57.
)62(
Berdasarkan firman Allah Ta’alaa: “Janganlah wanita memperlihatkan perhiasa mereka,
kecuali anggota badan yang boleh ditampakkan” (an Nur:31). Menurut Jumhur ulama, bahwa
yang dimaksud dengan perhiasan adalah tmpatnya, yakni bagian tubuh yang diberi perhiasan,
sedangkan maksud: anggota tubuh yang tampak adalah: wajah dan dua telapak tangan. (Ibnu
Katsir:III/283). Hadits riwayat Abu Dawud (640) dan lainnay, dari Ummi Salamah ra.
bahwasnya dia bertanya kepada Nabi saw.: Apakah wanita boleh sholat hanya dalam satu
pakaian (baju) dan satu jilbab, tanpa sarung? Beliau menjawab: “Apabila bajunya cukup luas,
menutup sampai permukaan telapak kaki”. Jelasnya: Pakaiannya harus mampu menutup
permukaan telapak kaki ketika berdiri, ketika ruku’, dan menutup telapak kaki bagian dalam
(bawah) ketika sujud, oleh karena bagi wanita harus mempertemukan semua bagian tubuhnya
dalam sujud, perhatikan CK. No: 23.
)63(
Artinya dalam kewajiban menutup aurat di waktu sholat, adapun di luar sholat aurat amat
sama dengan wanita merdeka (wanita biasa).
)64(
Hadits riwayat al Bukhary (4260) dan Muslim (539), dari Zaid bin Arqom ra. ia berkata:
Kami berbicara di saat sholat, salah seorang dari kami membicarakan saudaranya tenatng
kebutuhannya, sampai turun ayat ini: “Peliharalah semua sholatmu dan pelihara pula sholat
wustho. Berdirilah untuk Allah dalam sholatmu dengan khsyu’”(al Baqoroh:238). Kemudian
beliau memerintahkan kami untuk diam. Hadits riwayat Muslim (537) dan lainnya, dari
Mu’awiyah Ibnu Hakam as Salmie ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya
sholat ini tidak tidak sepatutnya ada sedikitpun dari perkataan manusia. Sesungguhnya isi
sholat adalah tasbih, atkbir, dan bacaan al Qur’an”.
)65(
Oleh karena akan merusak tatanan (sistem) sholat.

37
terkena najis, terbuka aurat, perubahan niyat, (66) membelakangi qiblat,(67)
makan, minum tertwa terbahak-bahak dan murtad.(68)

(Fasal): Jumlah roka’at sholat fardlu ada 17 roka’at meliputi: 34 kali


sujud, 94 takbir, sembilan tasyahud, 10 kali salam, 153 kali tasbih.
Jumlah seluruh rukun sholat fardlu ada 126: sholat shubuh ada 30, sholat
maghrib ada 42, sholat yang empat roka’at masing-masing 54 rukun.
Barang siapa yang tidak mapu berdiri dalam sholat fardlu, diperbolehkan
sholat dalam keadaan duduk, dan barang siapa tidak mampu duduk,
diperbolehkan sholat sambil berbaring.(69)

(fasal): Hal-hal yang tertinggal dari sholat ada tiga kategori: fardlu,
sunnat, dan sunnat hai-at.
Yang fardlu: tidak dapat diganti dengan sujud sahwi (sujud karena
kelupaan), tetapi apabila ingat dalam waktu yang dekat (segera) hendknya
dia mengerjakan lagi yang terlupa, dan sholatnya tetap dapat diteruskan,
kemudian dia melakukan sujud sahwi.(70)
Yang sunnat (sunnat ab’adl): Tidak perlu diulangi setelah sudah
mengerjakan fardlu berikutnya, tetapi dia haurs sujud sahwii sebagai
pengganti yang dilupakannya.(71)
Yang sunnat hai-at: Tidak usah diganti setelah ditinggalkan, dan tidak
perlu sujud sahwii karenanya.(72)

)66(
Misalnya berniyat keluar dari sholat.
)67(
Oleh karena lima hal tersebut berarti meninggalkan syarat-syarat sholat atau rukun sholat,
sebagai yang telah anda ketahui.
)68(
Oleh karena murtad itu menghilangkan (merusak) semua urusan yang berkaitan dengan
perbuatan dan persyaratan sholat. Perhatikan CK. No: 64.
)69(
Berdasarkan hadits Amron bin Hushoin ra.: “Sholatlah dengan berdiri, apabila tidak
mampu, maka dengan duduk, apabila tidak mampu, maka dengan berbaring”. Perhatikan CK.
No:30.
)71(
Hadits riwayat al Bukhary (1169), dari Abi Hurairoh ra. ia berkata: Nabi saw. sholat
dhuhur atau ashar bersama kami, lalu salam, maka Dzul Yadain bertanya kepada beliau:
Wahai Rasulullah, apakah tuan mengurangi roka’at sholat? Nabi saw. bertanya kepada para
sahabat beliau: “Apakah benar apa yang dikatakannya?” Mereka menjawab: Ya, maka beliau
sholat (melanjutkan sholat) dua roka’at berikutnya, lalu beliau sujud dua kali.
)71(
Hadits riwayat al Bukhary (1166) dan Muslim (570(, dari Abdullah bin Buhainah ra. ia
berkata: Rasulullah saw. sholat bersama kami dua roka’at dari sebagian sholat – dalam satu
riwayat: beliau berdiri dari rako’at kedua sholat dhuhur – lalu beliau berdiri dan tidak duduk
(untuk tasyahud awal). Maka manusia juga berdiri bersama beliau, ketika sudah selesai sholat
beliau dan kami menunggu beliau salam, ternyata beliau bertakbir sebelum salam, beliau
sujud dua kali lalu dudk dan kemudian salam. Perhatikan CK. No:39. Dan hadits riwayat Ibnu
Majah (1208), Abu Dawud (1036) dan lainnya, dari al Mughiroh Ibnu Syu’bah ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kamu sholat, pada roka’at kedua langsung berdiri tetapi
belum berdiri tegak, maka duduklah (untuk tasyahud awal), apabila sudah berdiri tegak,
jangan duduk kembali, gantilah dengan suhud sahwi dua kali”.
)72(
Karena tidak adanya takkid (penguatan) dan tidak ada hadits yang menganjurkan untuk
sujud karenanya.

38
Apabila orang ragu-ragu tentang sudah berapa jumlah roka’at yang sudah
dilakukan, maka orang harus berpegang kepada apa yang meyakinkan,
yakni yang lebih sedikit, lalu melakukan sujud sahwii. (73)
Sujud sahwii itu hukumnya sunnat,(74) dan tempatnya sebelum salam.(75)

(Fasal): Ada lima waktu yang tidak diperbolehkan untuk melakukan


sholat, kecuali sholat yang memiliki sebab: sesudah sholat shubuh sampai
dengan terbit matahari, ketika saat-saat matahari terbit sampai sempurna
dan meninggi kira-kira setinggi tombak (lembing), ketika matahari persis
di tengah (kulminasi) sampai matahari tergelincir, sesudah sholat ashar
sampai matahari ternbenam, dan ketika mataahri terbenam sampai
sempurna betul terbenamnya.(76)

(Fasal): Sholat berjama’ah hukumnya sunnat muakkad,(77) dan bagi


makmum wajib berniyat bermakmum kepada imam, tidak demikan bagi
imam.(78)

)73(
Hadits riwayat Muslim (571), dari Abi Sa’id ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila orang ragu di dalam sholatnya, dan dia tidak athu sudah berapa roka’at di sholat, tiga
atau empat roka’at? Maka hilangkan keraguan itu, dan tetapkan berdasarkan yang
meyakinkan, lalu ia bersujud sahwii sebelum salam. Apabila ternyata sholat yang ia lakukan
lima roka’at, maka dijadikan jodoh baginya (tambahan), apabila sholatnya ternyata tepat
roka’at, maka sebagai pembangkit kemarahan dan kehinaan bagi syaitan.
)74(
Karena tidak di syari’atkan untuk yang meninggalkan yang wajib.
)75(
Sebagaimana ditegaskan di dalam hadits di muka.
)76(
Hadits riwayat al Bukhary (561) dan Muslim (827), dari Abi Sa’id al Khudry ra. ia
berkata: Saya mendengar Rasululah saw. bersabda: “Janganlah sholat sesudah shubuh sampai
matahari sudah tinggi, dan jangan sholat sesudah ashar sampai matahari ternbenam”. Hadits
riwayat Muslim (831), dari Uqbah bin Amir ra. ia berkata: Tiga waktu di mana Rasulullah
saw. melarang kami untuk sholat di dalamnya, dan mengubur jenazah kami: ketika matahari
terbit kelihatan bulat penuh sampai meninggi, ketika matahari tepat berada di tengah sampai
tergelincir, dan ketika matahai mulai terbenam. Larangan ini hukumnya haram. Adapun sholat
yang mempunyai sebab, dapat dilakukan di setiap waktu, baik sunnat atau fardlu. Dalil yang
menyatakan demikian antara lain: Hadits riwayat al Bukahry (572) dan Muslim (684), dri
Annas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barang siapa yang lupa terhadap suatu sholat,
maka hendaklah di sholat ketika dia ingat, tiada kafarat (tebusan) kelupaan tersebut kecuali
demikian” Firman Allah: “Tegakkanlah sholat untuk mengingat Aku” (Thoha:14). Hadits
riwayat al Bukhary (1176) dan Muslim (834), dari Ummi Salamah ra. bahwasanya Nabi saw.
sholat dua roka’at sesudah sholat ashar, Ummi Salamah bertanya kepada beliau tentang hal
itu, maka beliau menjawab: “Wahai anak Abi Umaiyah, engkau bertanya tentang dua roka’at
sesudah ashar, sesungguhnya saya kedatangan banyak orang dari Abdil Qois, sehingga
membuat aku sibuk dan lupa mengerjakan dua roka’at sesudah dhuhur, maka itulah dua
roka’at tadi”.
)77(
Baik bagi laki-laki atau wanita, berdasarkan hadits riwayat al Bukhary (619) dan Muslim
(650), dari Abdullah bin Umar ra. bahwasanay Rasulullah saw. bersabda: “Sholat berjama’ah
itu lebih afdlol dibandingkan dengan sholat sendirian dengan 27 derajat”. Yang benar bahwa
sholat berjama’ah itu hukumnya fardlu kkifayah bagi kaum lelaki yang mukim, selama jelas
arahnya, berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud (547) dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban
(425): “Tidak tiga orang di dalam kota atau padang pasir yang tidak mendirikan sholat

39
Orang yang merdeka diperbolehkan menjadi makmum seorang budak,
dan orang ayng sudah baligh boleh bermakmum kepada anak menjelang
baligh,(79) tidak shah laki-laki bermakmum kepada wanita,(80) dan tidak
boleh orang yang qorik (mampu membaca) bermakmum kepada yang
ummi (butahuruf).(81) Makum boleh sholat di mana saja di dalam masjid
di mana imam sholat di dalamnya, dan dia tahu sholatnya imam, (82) maka
sudah mencukupi, selama tidak medahului imam, hal itu apabila makmum
sholat di dalam masjid. Apabila makmum berada di luar masjid yang
masih berdekatan dengan masjid, dia tahu sholat imam, tanpa adanya
pembatas(83) di sana, maka diperbolehkan.

(Fasal): Bagi orang musafir (bepergian jauh) diperboelhkan mengqoshor


(meringkas) sholat yang roka’atnya empat(84) dengan lima macam syarat:
kepergiannya bukan untuk perbuatan ma’siyat (dosa), jaraknya minimal
16 farsah,(85) sholat yang diqoshor adalah sholat ada-an (bukan qodlok)

berjama’ah, kecuali mereka akan dikuasai oleh syaitan”. Artinya mereka akan mengalahkan
mereka dan menguasai mereka dan memalingkan mereka kepadanya.
)78(
Agar shah ikutnya kepada imam dan mendapatkan pahala dari berjama’ah, berdasarkan
hadits: “Sesungguhnya semua amal itu ahru diserat dengan niyat…”.
)79()81(
Murahiq : anak yang mendekati baligh, yang dimaksudkan adalah anak yang sudah
mumayyiz. Berdasarkan hadits riwayat al Bukahry (4051): bahwasanya Amru bi Salamah ra.
dia menjadi imam bagi kaumnya (masyakatnya) ketiak dia berumur enam atau tujuh tahun.
)81(
Hadits riwayat Abu Dawud (596) dan lainnya, dari Malik Ibnul Huwairits ra. ia berkata:
Saya mendengar rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang berziarah kepada suatu kaum,
maka jangnalah dia menjadi imam, dan hendaklah yang menjadi imam adalah laki-laki”.
Mafhum dari hadits ini: bahwa wanita tidak boleh menjadi imam di mana ada kaum lelakinya.
)81(
Qorik adalah orang yang baik dalam bacaan surat al Fatihah, sedang ummi adalah orang
buta huruf, dan tidak shah ikut sholat dengannya, oleh karena bacaannya bacaan al Fatihah
harus sempurna sebagai rukun sebagaimana telah engkau ketahui. Orang yang ummi itu sah
sholat secara dlarurat, akrena ketidak mampuannya untuk belajar.
)82(
Dia tahu sholatnya imim, mungkin dengan melihat atau mendengar suara imam, atau
mendengar suara muballigh (seorang makmum yang meneruskan suara imam dengan suara
keras agar didengar oleh makmum yang dibelakang), atau melihat sebagian shof yang ada.
)83(
Tabir yang menghalangi jalan untuk menuju ke imam atau menghalangi pandangan.
)84(
Berdasarkan firman Allah Ta’alaa: “Apabila kamu bepergian jauh, maka tidak berdosa
bila kamu mengqoshor sebagian sholat” (an Nisak:101). Hadits riwayat Muslim (686), dari
Ya’laa bin Ummayah ia berkata: Saya bertanya kepada Umar Ibnul Khothob: “Tidak ada
berdosa atas kamu untuk mengqoshor sebagian sholat apabila kamu dalam keadaan takut
orang kafir akan menfitnah (mencelakai) kamu”, sungguh manusia dalam keadaan aman?
Umar menjawab: Saya heran sebagaimana engkau heran. Maka saya bertanya kepada
Rasulullah saw. tenatng hal itu. Maka beliau menjawab: “Itu adalah sedekah dari Allah
kepadamu, maka terimalah sedekah Allah itu”. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa
mengqoshor sholat itu tidak hanya ketika dalam keadaan ketakutan. Hadits riwayat al Bukhary
(1039) dan Muslim (690), dari Annas ra. ia berkata: Saya sholat dhuhur bersama Nabi saw. di
Madinah sebanyak empat roka’at, dan sholat ashar di Dzul Halifah sebanyak dua roka’at.
)85(
Hadits riwayat al Bukhary mu’allaq (tentang mengqoshor sholat dalam Bab: Tentang
berapa jauh jarak boleh mengqoshor sholat). Ibnu Umar dan Ibnu Abbas ra. mengqoshor

40
yang empat roka’at,(86) harus berniyat qoshor ketika melaksanakan
takbirotul ihrom, dan tidak bermakmum kepada orang yang mukim. (87)

Diperbolehkan bagi orang musafir untuk menjamak (menyatukan dalam


satu waktu) antara sholat dhuru dengan ashar di waktu yang dikehendaki,
dan antara maghrib dengan isyak di waktu yang ia kehendaki. (88) Bagi
orang yang tidak bepergian jauh juga diperbolehkan menjamak antara dua
sholat di waktu awal (sholat pertama) dari keduanya. (89)

(Fasal): Syarat orang diwajibkan melaksanakan sholat Jum’ah(90) ada


tujuh macam: Islam, baligh, berakal sehat, merdeka, laki-laki, sehat
jasmani dan mustauthin.(91)

sholat dan berbuka puasa pada jarak empat barid (pos), yakni 16 farsah, kira-kira sama dengan
81 kilometer. Dan hal yang serupa dikerjakan karena tauqif, atau berdasarkan pengetahuan
dari Nabi saw. (Penerjemah: untuk bahan perbandingan: Kitab al Mjmuk II/210: Qoshor boleh dilakukan bila
jarak perjalanan mencapai: dua hari perjalanan, atau empat burud (pos) atau 16 farsah, atau 48 mil Hasyimy,
satu mil Hasyimy sama dengan 6000 dzirok, satu dzirok kira-kira = 50 cm, silakan dihitung).
)86(
Artinya mengqoshor sholat yang empat roka’at yang harus dikerjakan di waktu bepergian
tersebut, apabila mengqodlok sholat yang ditinggalkan ketika masih di rumah di tengah
perjalanan, maka tidak dipoerbolehkan mengqoshor, demikian pula apabila mengqodlok
sholat yang ditinggalkan ketika bepergian setelah ia sampai di rumah.
)87(
Berdasarkan hadits Ahmad bin Hanbal, dari Ibnu Abbas ra. ia ditanya: Apa alasan bahwa
orang musafir sholat dua roka’at bila sendiri dan empat roka’at bila bermakmum kepada orang
yang mukim? Ibnu Abbas menjawab: Itu adalah berdasarkan sunnah Rasul saw.
)88(
Hadits riwayat al Bukhary (1056), dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah
saw.menjamak antara sholat dhuhur dengan asahar ketika beliau sedang dalam perjalanan
bepergian, dan menjamak antara maghrib dan isyak. Hadits riwayat Abu Dawud (1208) dan at
Tirmidzy (553) dengan lafadh at Tirmidzy, dan lainnya, dari Mu’adz ra., bahwasanya Nabi
saw. pada peperangan Tabuk: Ketika berangkat sebelum matahari tergelincir, maka beliau
mengakhirkan sholat dhuhur sampai waktu ashar, lalu beliau sholat jamak (tak-khir), apabila
beliau berangkat setelah matahari tergelincir, maka beliau menjamak sholat dhuhur dan ashr
(jamak taqdim) kemudia beliau berangkat. Dan apabila beliau bengkat sebelum maghrib,
maka mengakhirkan sholat maghrib sampai waktu isyak, lalu beliau menjamak sholat maghrib
dan isyak, apabila beliau berangkat sesudah maghrib, maka beliau mempercepat waktu isyak
ke waktu amghrib, lalu menjamak sholat isyak dengan maghrib (di waktu maghrib).
)89(
Hadits riwayat al Bukhary (518) dan Muslim (705), dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya
Nabi saw. di Madinah ada tujuh atau delapan kali: menjamak sholat dhuhur dengan ashar, dan
maghrib dengan isyak. Muslim menambahkan: Tanpa adanya rasa ketakutan dan tidak
bepergian. Menurut al Bukhary: Ayyub berkata – salah seorang perowi hadits – boleh jadi
pada malam dalam keadaan hujan? Ia menyatakan: Barang kali. Dan dipersyaratkan sholat
jama’ah dilaksanakn di masjid, atau di tempat yang jauh menurut kebiasaan. Dan tidak
diperbolehkan menjamak sholat di waktu sholat kedua, oleh karena dimungkinkan hujan
sudah reda, sehingga orang akan meninggalkan sholat tanpa suatu udzur (halangan).
)91(
Dasar hukum tentang wajibnya sholat Jum’ah: firman Allah Ta’alaa: “Wahai orang-orang
yang beriman, apabila telah diseru untuk melaksanakan sholat Jum’ah, maka bergegaslah
untuk berdzikir kepada Allahj, dan tinggalkan jual beli, yang demikian itu lebiha baik bagimu,
bila kalian mengetahuinya” (al Jumu’ah: 9). Hadits riwayat Muslim (865), dan lainnya, dari
Abi Hurairoh dan Ibnu Umar ra. bahwa keduanya mendengar Nabi saw. bersabda ketika
beliau di atas mimbar beliau: Hendklah suatu kaum mencegah orang dari meninggalkan sholat

41
Syarat pelaksanaan sholat Jum’ah ada tiga macam: tempat tersebut
merupakan kota atau desa,(92) jumlah mencapai 40 orang terdiri dari orang
yang wajib sholat Jum’ah,(93) bahwa waktunya masih ada,(94) apabila
sudah keluar waktu dhuhur atau tidak terpenuhinya persyaratan dimaksud,
maka wajib melaksanakan sholat dhuhur.
Yang difardlukan di dalam rangkaian sholat Jum’ah ada tiga macam: dua
khotbah dalam keadaan berdiri dan duduk di antara keduanya, (95) sholat
dua roka’at,(96) dengan berjama’ah.(97)
Sunnat hai-atnya ada empat macam: mandi dan membersihkan badan,
memakai pakaian serba putih, memotong kuku, dan memakai
wewangian.(98)

Jum’ah, atau membiarkan Allah akan menutup hati mereka, kemudian mereka menjadi orang
yang lalai”
)91(
Artinya dia mukim, tidak bepergian jauh. Dalil yang menunjukkan tiga syarat pertama,
adalah apa yang sudah berlaku di awal kitab sholat. Dan dalil yang menunjukkan empat syarat
terakhir, adalah hadits riwayat ad Daroquthny (II/3) dan lainnya dari Jabir ra., dari Nabi saw.:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka dia wajib melaksanakan sholat
Jum’ah, kecuali bagi wanita, musafir, budak dan orang sakit”. Menurut riwayat Abu Dawud
(1067) dari Thoriq biun Syhab ra. dari nabi saw. beliau bersabda; “Sholat Jum’ah itu hak dan
kewajiban bagi setiap muslim dalam berjama’ah kecuali empat orang: hamba sahaya, wanita,
anak-anak, dan orang sakit”.
)92(
Oleh karena Nabi saw. dan sahabat-sahabat beliau tidak melaksanakan sholat Jum’ah
kecuali demikian. Ada beberapa kabilah (suku) yang tinggal di sekitar Madinah, mereka tidak
melaksanakan sholat Jum’ah, dan Nabi saw. tidak memerintahkan mereka untuk
melaksanakannya. Kota (mishro) adalah satu tempat yang terdapat di dalamnya: pasar,
pemerintahan sah, dan hakim, ada ulama yang menyatakan tidak demikian.
)93(
Mereka adalah yang telah memenuhi syarat wajib melaksanakan sholat Jum’ah
sebagaimana dijelaskan di muka. Dalil ayng menunjukkan syarat jumlah adalah hadits riwayat
ad Daroquthny (II/4) dan al Baihaqy (III/177), dari jabir ra. ia berkata: Telah berlalu sunnah
Rasul, bahwa di setiap 40 atau lebih, maka ada Jum’atan. Dan hadits riwayat Abu Dawud
(1069) dan lainnya, dari Ka’ab bin Malik ra. : bahwa mula pertama orang yang melakukan
sholat Jumlah dengan mereka adalah As’ad bin Zaroroh ra., mereka waktu itu berjumlah 40
orang.
)94(
Hadits riwayat al Bukhary (3935) dan Muslim (860), dari Salamah bin Aku’ ra. ia
berkata: Kami sholat Jum’ah bersama Nabi saw., lalu kami bubaran dan di perjalanan tidak
ada naungan untuk kami bernaung. Menurut riwayat keduanya (597 – 859) dari Sahal bin
Sa’ad ra. Kami tidak pernah tidur istirahat di siang hari dan makan sebelum selesai sholat
Jum’ah. Kedua hadits di atas menunjukka, bahwa sholat Jum’ah tidak dilaksanakan kecuali
pada waktu dhuhur, bahkan dilaksanakan di awal waktu.
)95(
Hadits riwayat al Bukhary (878) dan Muslim (861), dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Nabi
saw. berkhotbah dalam keadaan berdiri, lalu duduk, lalu berdiri lagi, sebagaimana yang kalian
laksanakan sekarang ini.
)96(
Berdasarkan kesepakatan ulama, dan berdasarkan hadits riwayat an Nasaie (III/111), dan
lainnya, dari Umar ra. ia berkata: Sholat Jum’ah dua roka’at …. berdasarkan ucapan
Muhammad saw.
)97(
Oleh karena tidak pernah dilaksanakan sholat sejak zaman Nabi saw. dan Khulafaur
Rosyidin kecuali dengan berjama’ah. Dan berdasarkan hadits riwayat Abu dawud (1067), dari
Thoriq bi Syihab ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sholat Jum’ah itu hak dan kewajiban
bagi setiap ummat Islam dengan berjama’ah”

42
Disunnatkan diam ketika waktu khotbah,(99) bagi yang baru masuk masjid
dan imam masih berkhotbah, maka disunatkan sholat dua roka’at ayng
ringan, lalu duduk.(100)

(Fasal): Sholat Ied hukumnya sunnat muakkad,(101) sebanyak dua


roka’at,(102) pada roka’at pertama bertakbir sebanyak tujuh kali selain
takbirotul ihrom, pada roka’at kedua bertakbir lima kali selain takbir
ketika berdiri dari sujud.(103) Berkhotbah sesudah sholat sebanyak dua
kali, pada khotbah pertama bertakbir sebanyak 9 kali, dan pada khotbah
kedua sebanyak tujuh kali.(104)

)98(
Hadits riwayat al Bukhary (843) dan lainnya, dari Sulaiman al Farisie ra. ia berkata: Nabi
saw. bersabda: “Tidak mandi seseorang pada hari Jum’at, dan bersuci sesuai dengan
kemampuannya, dan memakai minyak wangi, atau mengusapkan sesuatu yang harum di
rumahnya, lalu di kaluar, tidak memisahkan antara dua orang, lalu dia sholat yang tentukan
baginya, dia diam ketika imam berbicara, keculai akan diampuni baginya dosa antara di
(sekarang) dan Jumu’ah yang akan datang” Menurtu riwayat Ahmad (III/81): “Dan memakai
pakaian yang paling bagus di antara pakaiannya”. Dipilihnya pakain serba putih, berdasarkan
hadits at Tirmidzy (994) dan lainnya: “Pakailah pakaianmu yang serba putih, sesungguhnya
itu adalah yang terbaik dari pakaianmu, dan kafanilah dengan kain putih mayitmu”.
Diriwayatkan oleh al Bazzar di dalam kitab Musnadnya: bahwasanya Nabi saw. memotong
kuku beliau dan mencukur kumis beliau pada hari Jum’at. Perhatikan CK no: 54 kitab
Thoharoh.
)99(
Hadits riwayat al Bukhary (892) dan Muslim (851), dan lainnya, dari Abi Hurairoh ra.,
bahwasanay Nabi saw. bersabda: “Apabila engkau mengtakan kepada temanmu pada hari
Jum’ah: diamlah kau, dan imam sedang berkhotbah, maka sungguh engkau telah berbuat
lagho (sia-sia)” Menurut riayat Abu Dawud ( 1051) dari Ali ra.: “Barang siapa yang lagho,
maka dia tidak mendapatkan apa-apa dari sholat Jum’ah tersebut” Artinya tidak mendapatkan
pahalanya secara sempurna, dan Lagho adalah perkataan yang tidak baik. Perhatikan CK.
No: 97.
)111(
Hadits riwayat Muslim (875) dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila seorang dari kami datang pada hari Jum’ah di mana imam sedang berkhotbah, maka
ruku’lah dua roka’at dan hendaknya meperringan sholatnya itu”. Perhatikan al Bukhary (888).
)111(
Hadits riwayat al Bukahry (913) dan Muslim (889), dari Abu Sa’id al Hudry ra. ia
berkata: Rasulullah saw. keluar pada Iiedul Fitri dan Iedul Adl-ha ke musholla, yang lebih
dahulu dilaksanankan adalah sholat Ied, setelah selesai beliau berdiri menghadap ke manusia,
ketika itu amnusia duduk di shof masing-masing, beliau memberikan wejangan dan wasiyat,
dan memerintahkan kepada mereka, apabila beliau berkeinginan untuk memutus sesuatu maka
beliu putuskan untuk berjihad, atau memerintahkan dengan sesuatu yang beliau diperintah,
kemudian beubaran.
)112(
Hadits riwayat an Nasie (III/111), dan lainnya, dari Umar ra. ia berkata: “Sholat Iedul
Fitri dua roka’at, sholat Iedul Adl-ha dua roka’at …, lau ia berkata: Berdasarkan ucapan
Muhammad saw., dan atas dasar kesepakatan ini.
)113(
Dari Amru bin Auf al Muzanie ra. bahwasanya Nabi saw. bertakbir dalam sholat dua hari
raya, pada roka’at pertama sebanyak tujuh kali sebelum membaca al Fatihah, pada roka’at
akhir sebanyak lima kali sebelum membaca al Fatihah. Hadits riwayat at Tirmidzy (536), dan
dia berkata: Ia adalah sesuatu ayng terbaik dalam bab ini dari Nabi saw.
)114(
Hadits riwayat al Bukhary (920) dan Muslim (888), dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Nabi
saw., Abu Bakar dan Umar ra. melaksanakan sholat dua hari raya sebelum khotbah. Hadits
riwayat al Bukhary (932), dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Saya keluar bersama Nabi saw. pada
hari raya Fitri atau Iedul Adl-ha, beliau sholat, lalu berkhotbah. Diriwayatkan oleh as

43
Disunnatkan mengumandangkan takbir sejak terbenamnya matahari pada
malam Ied, sampai saat imam mulai sholat, (105) pada Iedul Adl-ha takbir
dilaksanakan setiap sesudah sholat fardlu, sejak dari shubuh hari Arofah,
sampai dengan ashar dari akhir hari tasyriq.(106)

(Fasal): Sholat gerhana hukumnya sunnat muakkad, apabila sudah lewat


tidak perlu diqodlok. Sholat gerhana matahari dan gerhana bulan
sebanyak dua roka’at, setiap roka’at dua kali berdiri dengan
memanjngkan bacaan di dalamnya dan dua ruku’ dengan memperpanjang
tasbih dalam kedua ruku’ tersebut, dan tidak di dalam sujud. Sesudah
sholat imam berkhotbah dua kali.(107) dengan suara rendah ketika terjadi
gerhana matahari dan suara keras ketika gerhana bulan. (108)

Syafi’ie rohimaullah Ta’alaa (al Um:I/211), ia berkata: Disunnatkan agar imam berkhotbah
dalam sholat Ied sebanyak dua kali khotbah, beliau memisahkan antara kedua khotbah dengan
duduk. Dan hadits riwayat al Baihaqy (III/299) ia berkata: Disunnatkan untuk membuka
khotbah dengan mengucapkan takbir sembilan kali secara beruntun, dan untuk yang kedua
sebanyak tujuh kali secara beruntun.
)115(
Berdasarkan firman Allah Ta’alaa: Hendklah kamu sempurnakan jumlah hitungan
harinya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah sebagaimana Allah telah memberikan
petunjuk kepadamu, agar kamu sekalian bersyukur” (al Baqoroh:185). Ia berkata: Ini takbir
pada Iedul Fitri, dan diqiyaskan dengannya untuk Iedul Adl-ha.
)116(
Hadits riwayat al Hakim (I/299), dari Ali dan Ammar ra. bahwasanya Nabi saw.
menjaharkan di dalam sholat fardlu bacaan: " ‫ "بسم للهما للمن ال للمن إ‬, beliau berdo’a
qunut pada sholat shubuh, beliau bertakbir mulai hari Arofah pada waktu sholat shubuh, dan
berhenti pada waktu sholat ashar akhir dari hari tasyriq. Ia berkata: Ini adalah hadits shohih
sanadnya, dan saya tidak mengetahui adanya cacat. Al Bukhary menyatakan: Umar ra.
bertakbir di qubahnya di Mina, dan didengarkan oleh yang ada di masjid dan mereka bertakbir
bersama-sama. Orang yang di pasar sehingga bergema karena takbir. Ibnu Umar ra. bertakbir
di Mina pada hari itu, dan di setiap sesudah sholat, di atas tempat duduk, di rumah, di
pertemuan, dan di perjalanan, pada hari itu secara keseluruhan. (Kitab Iedaini: bab: at
Takbir ayyaami minan).
)117(
Hadits riwayat al Bukhary (997) dan Muslim (901), dari A’isyah ra. ia berkata: Terjadi
gerhana matahari pada zaman Rasulullah saw., maka Rasulullah saw. sholat bersama
manusia, beliau berdiri lama, lalu ruku’ juga lama, lalu berdiri lagi lama, dan ruku’lagi juga
lama, lalu beliau sujud dan lama, lalu beliau melakuka pada roka’at kedua seperti pada
roka’at pertama, lalu selesai, pada waktu itu matahari sudah tampak jelas kembali, maka
beliau berkhotbah untuk manusia. Dalam khotbah beliau memuji Allah dan menyanjung
kepada-Nya. Lalu beliau menyatakan: “Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan
sebagian tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Terjadinya gerhana bukan sebab kematian
atau kehidupan seseorang. Apabila kamu melihat terjadi gerhana, maka berdo’alah kepada
Allah, bertakbirlah, sholatlah, dan bersedekahlah”. Gerhana pada waktu itu bertepatan dengan
meninggalnya Ibrohim putera beliau. Sujud: artinya sujud dua kali. Pada zaman Jahiliyah
apabila terjadi gerhana, mereka menduga ada ulama besar yang mati.
)118(
Hadits riwayat at Tirmidzy (562) dan ia menyatakan bahwa hadits ini hasan shohih, dari
Samuroh bin Jundab ra. ia berkata: Nabi saw. sholat gerhana bersama kami, dan kami tidak
mendengar suara beliau. Hadits riwayat al Bukhary (1016) dan Muslim (901), dari A’isyah ra.
Nabi saw. menjaharkan bacaan dalam sholat gerhana. Hadits pertama menunjukkan bahwa itu
adalah sholat gerhana matahari, sedangkan hadits kedua menunjukkan gerhana bulan.

44
(Fasal): Sholat istisqok (meminta hujan) hukumnya sunnat.(109) Imam
(kepala negara) memerintahkan kepada masyarakat untuk bertaubat,
bersedekah, meninggalkan dari perbuatan dholim, berusaha untuk
memperbaiki hubungan dengan musuhnya, dan berpuasa selama tiga
hari.(110) Selanjutnya imam keluar bersama masyarakat pada hari ke empat
dengan berpakaian sederhana,(111) berlaku tenang/sopan dan merendahkan
diri,(112) melaksanakan sholat dua roka’at seperti sholat dua hari raya, (113)
kemudian berkhotbah sesudah selesai sholat, (114) memindahkan
selendangnya,(115) memperbanyak istighfar dan berdo’a,(116) berdo’a
‫"لله ممم‬dengan do’a yang berasal dari rasulullah saw. yakni:
, ٍ‫ق ـ بمء‬ ٍ ‫ ـ مح‬,‫ب‬ ٍ ‫ ـ ت له ي ومإي كذل‬,‫لجله يومإي ا اة‬
‫) لله م كهممى للظممنلب لوتممي ا مليب مر‬117(‫ـ م ٍ ـ غممن ٍ ا‬
‫) لله مم‬118(‫للإلممي ـ كهإلمميا‬ ‫لليمم ن ب مم ن لأل ديممةا لله مم‬
‫ و م عحي ك عاممي غ م قي بمممي‬,‫ لإئممي منيئممي منيلممي‬,‫لوممملي غإمممي مضإمممي‬
)119(
Hadits riwayat al Bukhary (966) dan Muslim (894), dari Abdullah bin Zaid bin Ashim ra.
bahwasanya Nabi saw. keluar ke musholla dan sholat istisqok, beliau menghadap ke arah
qiblat dan meindahkan letak selendang beliau, dan sholat sebanyak dua roka’at. Dalam suatu
riwayat menurut al Bukhary: beliau menjaharkan bacaan sholat.
)111(
Oleh karena dengan perbuatan demikian itu, akan sangat berpengaruh terhadap
terkabulnya do’a, sebagaimana telah tegas dinyatakan dalam banyak hadits. Maksud musuh di
sini adalah: bagi orang yang di antara dia dengan orang lain terjadi permusuhan persoalan
duniawi antara ummat Islam.
)111(
Artinya memakai pakaian yang hina dan tingkah laku yang tidak membanggakan diri,
dan tidak pamer.
)112(
Hadits riwayat Ibnu Majah (1266) dan lainnya, dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah
saw. keluar dalam keadaan tawadlu’, hina, khusyuk, bebas, merendahkan diri, lalu beliau
sholat dua roka’at seperti sholat Ied.
)113(
Artinya bertakbir paad roka’at pertama sebanyak tujuh kali dan pada roka’at kedua
sebanyak lima kali. Berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud (1165) dan at Tirmidzy (558),
dari Ibnu Abbas ra., dia ditanya tentang tatacara Rasulullah sholat istisqok, ia menjawab:
Beliau sholat dua roka’at seperti sholat Ied. Perhatikan: CK no: 109.
)114(
Hadits riwayat Ibnu Majah (1267) dari Abi Hurairoh ra. ia berkata: Rasulullah saw. pada
hari permohonan hujan, beliau sholat bersama kami dua roka’at tanpa adzan dan aiqomah, lalu
beliau berkhotbah dan berdo’a kepada Allah, dan memalingkan wajah beliau menghadap ke
arah qiblat, beliau mengangkat kedua belah tangan, lalu memindahkan selendang beliau
dengan cara meletkaan yang kanan ke sebelah kiri dan yang sebelah kiri ke sebelah kanan.
Beliau beristighfar di dalam khotbah beliau, sebagai ganti takbir dalam khotbah Ied,
berdasarkanfirman Allah Ta’alaa: “Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun, yang mengirimkan hujan dari langit berupa hujan lebat dan terus
menerus” (Nuh: 10 – 11).
)115(
Membalikkan selendang yang atas ke bawah yang kanan ke kiri, dengan harapan bahwa
Allah akan membalikkan dari gersang menjadi subur. Perhatikan: CK. no: 114.
)116(
Perhatikan: CK. No:114.
)117(
Mursal, diriwayatkan oleh as Syafi’ie di dalam kitab al Um:I/222.
)118(
Hadits riwayat al Bukhary (967) dan Muslim (897).

45
‫) لله م لومملي للضإمال ـ ت لهلمي‬119(‫م ِّهعما دلئاي للى ي للم يلا‬
‫) لله م أن بيللبميد للمبمد ممل لل م لل م‬121(‫مل للميع إلا‬
‫ادا‬
‫ع‬ ‫) لله م اعبمر للمي للم ا‬121(‫للولر مي ـ عي أـ ألإرا‬
‫) اعم ا كهإلمي ممل بنتميا للسمايءا اعبمر ممل‬122(, ‫للي للون‬
‫ لتيم كلمي ممل للمبمء ممي ـ ي يمفا غإمنثا‬,‫بنتيا لألاض‬
‫ فعاوممل للسممايء كهإلممي‬,‫لله مم أعممي عسممتضفنث أعممر تلممر غفمميال‬
)123(
‫م الالا‬
(Yaa Allah jadikanlah air hujan sebagai minuman yang penuh rahmat, dan
jangan Engkau jadikan sebagai minuman siksa, bukan sebagai pemusnah
dan bukan pual sebagai cobaan, bukan penghancur dan bukan untuk
menenggelamkan, yaa Allah, terhadap bukit, dan tanah, tetumbuhan dan
lembah. Ya Allah, rubahlah kami kearah yang lebih baik, bukan kearah
kerusakan. Yaa Allah, berilah kami minum dari air hujan yang mampu
merobah kesengsaraan kearah yang baik dan terpuji, dan pengembalaan
yang berlipat ganda, suatu kejadian yang hebat, menyeluruh, yang
banyak, merata keseluruh bumi dengan nyata, selamanya sampai hari
qiyamat. Ya Allah, berilah kami minum dari air hujan, dan janganlah
menjadikan kami orang yang berputus asa menunggu datangnya hujan
dari-Mu. Ya Allah, sesungguhnya penduduk ini, negeri ini dalam keadaan
kesempitan dan kemelaratan, kami tidak mengeluh kecuali hanya
mengeluh kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkanlah pertanian, dan perbanyak
curahan air susu hewan kami, dan turunkanlah kepada kami keberkatan
dari langit dan tumbuhkan pula keberkatan dari bumi. Dan bebaskanlah
dari kami balak (bencana) di mana tidak ada yang mampu
menghindarkannya selain Engkau. Ya Allah, kami memohon ampunan-
Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, maka curahkanlah dari
langit kepada kami air yang deras dan terus menerus). Selanjutna mandi
di telaga setelah air mengalir,(124) dan bertasbih ketika mennyaksikan
guntur dan kilat.(125)

)119(
Diriwaytatkan oleh Abu dawud (1169) dan lainnya.
)121(
Berputus asa dengan terlambatnya hujan.
)121(
‫ = لل‬kemelaratan, ‫ = للولر‬kesempitan atau kesengsaraan.
)122(
‫ = ادا‬perbanyaklah, ‫ = للون‬air susu sebelum melahirkan anaknya.
)123(
Unrtuk diikuti, diriwayatkan oleh as Syafi’ie di dalam al Um: I/222, dan perhatikan CK.
No: 114.
)124(
Berdasarkan hadits riwayat as Syafi’ie, bahwasanya Nabi saw. apabila air sudah
mengalir, beliau bersabda: “Keluarlah kamu bersama kami, ke tempat yang dijadikan oleh
Allah sebagai sarana bersuci, bersucilah dari air itu dan pujilah Allah” (al Um:I/223). Hadits
riwayat Muslim (898) dan lainnya, dari Annas ra. ia berkata: Kami bersama Rasulullah saw.

46
(Fasal): Sholat khauf (dalam keadaan takut) ada tiga macam:
Pertama: musuh tidak berada di arah qiblat (di belakang), maka jama’ah
dibagi oleh imam menjadi dua bagian, satu bagian berdiri menghadap
musuh (kelompok I) dan satu bagian membelakangi musuh (kelompok
II), imam sholat bersama dengan bagian yang membelakangi musuh
(kelompok II) satu roka’at, selanjutnya mereka (II) menyelesaikan
sendiri, lalu menghadap ke arah musuh, lalu datang kelompok I sholat
bersama imam satu roka’at, lalu menyelesaikan sendiri, imam menunggu
sehingga salam bersama kelompok I.(126)
Kedua: musuh berada di arah qiblat (di depan mereka), maka imam
mebentuk mereka menjadi dua shof, dan beliu bertakbirotul ihrom
bersama mereka, ketika beliau imam sujud, maka ikut sujud makmum
salah satu shof (shof I), dan tetap berdiri shof yang lain untuk menjaga
keselamatan mereka, ketika imam sudah bangun, maka shof berikutnya
sujud dan mengejar imam (untuk roka’at kedua).(127)
Ketiga: Dalam keadaan ketakutan ya(128)ng hebat dan perang berkecamuk,
maka orang sholat dengan cara yang memungkinkan, mungkin sambil

kehujanan, maka beliau membuka baju beliau sampai beliau kehujanan. Maka kami bertanya:
Mengapa Tuan berbuat demikian? Beliau menjawab: Oleh karena ini suatu kejadian yang
dijanjikan oleh Tuhan Allah”. An Nawawy menyatakan: Maksudnya, bahwa hujan adalah
rahmat Allah, dan beliau adalah manusia yang paling dekat dengan Alalh, dan beliau
bertabaruk dengan air hujan tersebut. Syarh Muslim: VI/195.
)125(
Berdasarkan hadits riwayat Malik di dalam al Muwathok (II/992), dari Abdullah ibnuz
Zubair ra. bahwasanya Nabi saw. bila mendengar guntur meninggalkan pembicaraan dan
mengucapkan: "‫( "وممبحين للممذ يسممبد للنكم بحام ه للامئ ممة مممل خإفتمما‬Maha Suci
Allah, membuat guntur bertasbih dengan memuji-Nya, dan para malaikat karena rasa takut
kepada-Nya). Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya ini adalah peringatan keras bagi
penduduk bumi. Ketika beliau menyaksikan turunnya suara petir dan sejenisnya. Do’a ini
diambil dari al Qur’an Surat ar Ra’du ayat: 13.
)126(
Hadits riwayat al Bukhary (3900) dan Muslim (842) dan lainnya, dari Sholih bin
Khowwat, dari orang yang menyaksikan Rasulullah saw. sholat khauf pada hari Dzatir
Ruqok, bahwa sebagian membentuk shof untuk sholat bersama beliau, sedang sebagian
menghadap ke arah musuh. Maka beliau sholat bersama sebagian yang bersma belaiu satu
roka’at, lalu beliau tetap dalam keadaan berdiri, sementara makmum menyelesaikan sendiri-
sendiri sholat mereka, lalu bubar dan membentuk barisan menghadap musuh. Lalu datang
sebagian lain, mnaka beliau sholat bersama mereka satu roka’at sisa darei sholat beliau, lalau
beliau tetap dalam duduk beliau, sedangkan makmum menyelesaikan sholat mereka, lalu
beliau salam bersma mereka.
)127(
Hadits riwayat al Bukhary (902), dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Nabi saw. untuk sholat
bersma manusia, maka beliau bertakbir, dan mereka bertakbir pula bersam beliau, beliau ruku’
sebagian mereka ruku’, lalu beliau dan mereka sujud bersmam beliau, lalu beliau berdiri
untuk roka’at kedua, maka berdiri pula mereka yang sujud bersama beliau, lalu mereka
menjaga temannya, lalu shof berikutnya ruku’ dan sujud dan selanjutnya mereka berdiri, dan
seluruhnya dalam keadaan sholat, tetapi sebagian menjaga sebagian yang lain.
)128(
Allah Ta’ala berfirman: “Peliharalah sholatmu dan pelihara sholat wustho. Bedirilah
untuk Allah (dalam sholat) dengan khusyu’ Jika akmu dalam keadaan takut, maka sholatlah
sambil berjalan, atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah

47
berjalan, atau berkendaraan, mungkin bisa menghadap ke qiblat mungkin
membelakangi qiblat.

(Fasal): Diharamkan bagi kaum lelaki memakai pakaian dari bahan


sutera, dan memakai cincin dari emas, dan hal itu dihalalkan bagi kaum
wanita. Emas yang sedikit atau banyak sama saja keharamannya bagi
kaumlelaki.(129)
Apabila baju sebagian dari bahan sutera dan sebagian dari bahan katun
atau bulu, maka diperbolehkan memakainya, selama bahan sutera tidak
dominan.(130)

(Fasal): Hal-hal yang wajib dilakukan terhadap mayit ada empat macam:
memandikannya, mengafaninya (membungkus), melakukan sholat
atasnya, dan menguburkannya.(131)
Ada dua jenis mayit yang tidak perlu dimandikan dan disholati untuk
keduanya: mati syahid dalam pertempuran melawan kaum musyrikin, (132)
dan janin yang dilakhirkan karena keguguran dalam keadaan meninggal,
yang belum mengeluarkan suara tangisan.(133)

(sholatlah) sebagaimana Allah telah emngajarkan kepada kamu, apa yang belum kamu
ketahui”. (al Baqoroh: 238 – 239). Hadits riwayat al Bukhary ( 4261), dari Ibnu Umar ra.
tentang tatacara sholat khauf: Apabila keadaan sangat menakutkan, maka mereka sholat
dengan berjalan kaki, atau berkendaraan, baik menghadap atau tidak menghadap qiblat. Malik
berkata: Nafi’ menyatakan: Saya berpendapat bahwa Ibnu Umar tidak akan menjelaskan
demikian, kecuali berasal dari Rasulullah saw.
)129(
Hadits riwayat al Bukhary (5110) danMuslim (2067), dari Hudzaifah ra. ia berkata: Saya
mendengar Nabi saw. bersabda: “Janganlah memakai sutera, dan jangan pula sutera kualitas
tinggi ….”. Hadits riwayat al Bukhary (5526) dan Muslim (2089), dair Abi Hurairoh ra. dari
Nabi saw. : Bahwasanya beliau melarang memakai cincin dari emas. Hadits riwayat at
Tirmidzy (1720), bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Diharamkan memakai sutera dan
emas untuk kamu lelaki dari ummatku, dan dihalalkan bagi kaum wanita”.
)131(
Hadits riwayat al Bukhary (5490) dan Muslim (2069), dari Umar ra. bahwasanya
Rasulullah saw. melarang lelaki memakai sutera kecuali yang demikian, dia memberikan
isyarat dengan dua jari-jarinya yang berdekata dengan ibu jari (telunjuk dan jari tengah).
Ibroisim adalah sutera kelas tinggi.
)131(
Ummat Islam sepakat atas wajibnya empat hal tersebut, sebagai wajib kifayah (apabila
sudah ada beberapa orang yang melakukannya maka gugur kewajiban atas yang lain). Dalil
yang mewajibkannya adalah Ijma’ (kesepakatan ulama), disandarkan kepada hadits-hadits
shohih, yang akan dijelaskan berikutnya.
)132(
Berdasarkan ahdits riwayat al Bukhary (1278), dari Jabir ra. bahwasanya Nabi saw.
memerintahkan terhadap orang yang terbunuh dalam peperangan Uhud untuk dikuburkan
dengan pakaian yang berlumuran darah, tidak dimandikan dan tidak disholati jenaazah
mereka.
)133(
Berdasarkan hadits riwayat at Tirmidzy (1032), dan lainnya, dari Jabir ra. dari Nabi saw.
beliau bersabda: “Bayi tidak disholati jenazahnya, dan tidak berhak mewarisi dan diwarisi,
sampai dia menagis”. Hadits riwayat Ibnu Majah (1508) dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah
saw. bersabda: “Apabial bayi lahir menangis (lalu meninggal), maka disholati jenazahnya dan
diwarisi”. Pengertian: "‫ = "لومت ل ممل لتومت ما‬menjerit, atau bersin, atau bergerak yang
dengannya diketahui bahwa dia lahir dalam keadaan hidup.

48
Dimandikan mayit dengan witir (ganjil), diawali dengan air bercampur
dedaunan yang digiling (sidir), diakhiri dengan air bercampur kapur
barus.(134)
Dan dikafani sebanyak tiga lapis dengan kain putih, tanpa baju dan
surban.(135).
Ditakbirkan sebanyak empat kali (dalam sholat), (136) membaca al Fatihah
sesudah takbir pertama,(137) membaca sholawat kepada Nabi saw. sesudah
takbir kedua,(138) berdoa’ untuk mayit sesudah takbir ketiga dengan
ucapan: ‫ خمن ممل ا ِّ للم عإي‬,‫"لله ذل كبم ث لبمل كبم ير‬
‫ للى ظهاة للمبن مي ـقإماا‬,‫ محب با ا بعيؤه فإ ي‬,‫ولت ي‬
‫ ان محام ل‬,‫تين يي ان ـ ألما أـ اعمر م ث ـ منير لمر‬
‫ اعمر اكهم بما ملعميا لله م أعما عم ا بمر اعمر‬,‫كب ث او لر‬
‫ٍا باا الممبد فمإممنل ألممى ا اتممر اعممر غل م كممل‬ ‫خإممن مل م‬
‫ ق جئليث الغبإل ألإر فليء لاا اله أن تمين محسملي‬,‫كذلبا‬
‫ أن تمين مسمإئي فت مي ه كلماا لمما بن اتمر‬,‫ف د فى أ سميعا‬
ِ‫جمي‬
ِّ ,‫ لفسمد لما فمى قبمنه‬,‫ قما فتلمة للمبمن كذلبما‬,‫اضيث‬
‫ تى تبلما‬,‫لألاض كل جلبإاا لما بن اتر لألمل مل كذلبر‬

)134(
Dalil yang menjelaskan demikian adalah hadits riwayat al Bukhary (165) dan Muslim
(939), dari Ummi Athiyah al Anshorie ai berkata: Rasulullah saw. masuk ke rumah akmi
ketika akmi memandikan jenazah puteri beliau, maka beliau bersabda: “Mandikanlah
sebanyak tiga kali, atau lima kali, atau lebih dari itu, apabila kamu memandang itu baik,
menggunakan air bercampur dengan sidir (dedaunan yang digiling). Dan akhirilah
menggunakan air bercamapur kapur (kamper), atau sedikit kapur, mulailah dari anggota
bagian kanan dan anggota wudlunya”
)135(
Hadits riwayat al Bukhary (1214) dan Muslim (941), dari A’isyah ra. ia berkata:
Rasulullah saw. dikafani dengan tiga lapis kain putih suhuliyah (dari bahan katun murni),
tanpa baju dan surban di dalamnya. Perhatikan CK. No:134.
)136(
Hadits riwayat al Bukhary (1188) dan Muslim (951), dari Abi Hurairoh ra. bahwasanya
Rasulullah saw. mengumumkan kematian raja Najasyie pada hari kematiannya, beliau keluar
ke musholla, kemudian orang membentuk shof untuk sholat dengan empat kali takbir.
)137(
Hadits riwayat al Bukahry (1270), dari Tholhah bin Abdullah bin Auf, ia berkata: Saya
sholat jenazah di belakang Ibnu Abbas ra. , ia membaca al Fatihah, ia berkata: agar diketaui,
bahwa itu adalah sunnah Rasul.
)138(
Diriwayatkan oleh as Syafi’ie di dalam kitab Musnad an Nasaie (IV/75) dengan sanad
shohih, dari Abi Umamah bin Sahal ra. bahwa dia diberitahu leh seorang lalaki dari kalangan
sahabat Nabi saw., bahwa menurut sunnah sholat jenazah adalah: imam bertakbir, lalu
membaca al Fatihah, sesudah takbir pertama, secara sir dalam dirinya sendiri, lalu membaca
sholawat kepada Nabi saw., dan dengan ikhlas berdo’a untuk jenazah di setiap takbir, dan
tidak membaca bacaan apapun (dari al Qur’an), lalu salam secara sir pula. (Perhatikan
Hamasy al Um: VI/265).

49
)139(
‫ بن اتممر يممي اا م للممنل اإلا‬,‫مملممي ألممى جلتممر‬(Ya Allah,
inilah hamba-Mu putera dua hamba-Mu, dia keluar dari kenikmatan
dunia dengan segala keluasannya, dan segala yang dicintai dan yang
mencintainya, menuju ke kegelapan kubur dengan segala apa yang ia
temui. Ia bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau satu-satunya tanpa
sekutu bagi-Mu, dan Muhammad adalah hamba-Mu dan utusan-Mu.
Engkau Maha Mengetahui tentang dia dari pada kami. Ya Allah,
sesungguhnya dia turun karena-Mu dan Engkau yang terbaik sebagai
tempat turun. Maka ia sangat membutuhkan rahmat-Mu, dan Engkaulah
yang Maha kaya (mampu) untuk menghidarkan dari siksa. Dan sungguh
kami datang kepada-Mu penuh harap kepada-Mu agar diberikan syafa’at
baginya. Ya Allah, bila dia orang yang baik, maka tambahlah
kebaikannya, dan apabila dia jahat, maka bebaskanlah dari kejahatan itu.
Dan pertemukanlah dia dengan rahmat dan ridlo-Mu. Selamatkanlah dia
dari fitnah kubur dan siksanya. Luaskanlah kuburnya, jauhkanlah
himpitan bumi dari tubuhnya, dan pertemukanlah dengan rahmat-mu
keamanan dari siksa-Mu, sampai Engkau bangkitkan nati, selamat sampai
masuk surga-Mu, berkat rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha Pemurah lagi
Penyayang).
Sesudah takbir keempat mengucapkan: ‫"لله ـ تحنملمي اجمنه ـ‬
‫ لغفن للمي لماا‬,‫(تفتلي بل ه‬140) (Ya Allah, janganlah Engkau haramkan
kami untuk menrima pahala dia, dan janganlah Engkau timpakan fitnah
kepada kami sesudah di tiada, ampunilah kami dan dia), salam sesudah
berdo’a pada takbir ke empat.(141)

)139(
Do’a ini ditemukan oleh as Syafi’ie di dalam kitab Majmuk al Akhbar, mungkin
periwayatannya belmakna. Kemudian diperindah oleh para pengikutnya. Yang sah dari hadits
adalah riwayat Muslim (963) dari Auf bin Malik ra. ia berkata: Rasulullah saw. sholat
jenazah, saya dengar beliau membaca: ‫ اتن‬,‫"لله لغفن لا لا اا كيفا لك كلا‬
‫ لغسممها بامميء ه م بممندا عممما مممل للو ييممي تاممي يلمممى للم م ب‬,‫ع لمما وممع م خهمما‬
‫لألبإض مل لل عسا لب لا دلال خإنل مل دلاه ا م خإنل مل ا هاا ه جي خإنل ممل‬
"‫ قما فتلمة للمبمن كمذلب لللميا‬,‫( ه جما‬Yaa Allah,ampunilah dosanya dan rahmatilah dia,
dan sehatkan dan maafkan dia, mulyakanlah turunnya, lapangkanlah tempat masuknya.
Mandikanlah dengan air, dan salju. Dan bersihkanlah dia dari dosa sebagaimana Engkau
membersihkan pakain putih dari noda. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari
rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, isteri yang lebih baik dari isterinya, dan
jauhkanlah dia dari fitnah/siksa kubur dan siksa api neraka)
)141(
Hadits riwayat Abu Dawud (3201) :Jangalah Engkau menyesatkan kami sesudah dia.
)141(
Hadits riwayat al Baihaqy (IV/43) dengan sanag yang bagus, dari Abdullah bin Mas’ud
ra. ia berkata: Nabi saw. melakukan salam pada sholat jenazah sama dengan salam pada
sholat.

50
Menguburkan di dalam liang lahat menghadap ke arah qiblat, (142) dan
ditarik dari arah kepalanya dengan lembut (pelan-pelan),(143) orang yang
memasukkan ke dalam liang lahat mengucapkan: ‫"بس للهما كهمى مهمة‬
)144( ‫ع‬‫اوم ا للهمما لممهى للهمما كهإمما و مه "ا‬ (Dengan nama Allah,
sesuai dengan agama Rasulillah saw.), meletakkan jenazah dengan posisi
miring menghadap qiblat setelah liang kubur digali sampai dalam dan
sesuai dengan ukuran panjang.(145) ratakanlah pekuburan, dan janganlah
didirikan bangunan, dan jangan diplester.(146)
Tidak berdosa orang menangisi mayit,(147) dengan tanpa meratap dan
menyobek saku baju.(148) Berta’ziyah kepada keluarganya selama tiga hari
sesudah pemakaman.(149)
)142(
Hadits riwayat Muslim (966) dari Sa’ad bin Waqosh ra. bahwasanya ia berpesan kertika
dalam sakit menjelang maut: Kuburkanlah saya dalam liang lahat, dan tuangkan kepadaku
laban (air susu) satu kali, sebagaimana diperbuat terhadap Rasulullah saw. Liang lahat adalah
lobang di sisi depan dari liang kubur.
)143(
Hadits riwayat Abu Dawud (3211) dengan sanad shohih, bahwa Abdullah bin Yazid al
Khothmie seorang sahabat, memasukkan al harits ke dalam kubur dari arah kedua kaki, dan ai
berkata: Ini menurut sunnah.
)144(
Hadits riwayat Abu Dawud (3213) dan at Tirmidzy (1046) dinyatakan hadits hasan, dari
Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw.apabila meletakkan mayit di dalam kubur, beliau
mengucapkan: "‫ "بس للها كهى مهة او ا للها‬.
)145(
Kira-kira dalamnya setinggi orang normal berdiri dan mengangkat tangan ke atas. Hadits
riwayat Abu dawud (3215) dan at Tirmidzy (1713) dan haidts dinyatakan hasan shohih, dari
Hiayam bin Amir ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda di dalam peperangan Uhud:
“Galilah lobang, dan perluaslah dan perbaikilah”.
)146(
Dasar larangan ini, hadits riwayat Muslim (969) bahwa Ali bin Abi Tholib ra. berkata
kepada Abil Hayyaj al Asadie: Saya menganjurkan engkau, sebagaimana aku dianjurkan
untuk itu oleh Rasulullah saw.: Agar tidak ada gambar yang tertinggal kecuali kamu
hapuskan, dan tidak pula kubur yang tinggi, kecuali engkau ratakan sedikit di atas tanah.
"‫ "تامميـ‬:gambar makhluk yang bernyawa. Dan hadits riwayat Muslim (970) dari Jabir ra. ia
berkata: Rasulullah saw. melarang orang memlester (menembok) kuburan, duduk di atas
kubur, dan mnendirikan bangunan di atasnya. Apa gunanya memasang marmer dan
sebagainya, meninggikan kuburan dan menghiasnya, sesudah jelas bahwa itu dilarang oleh
Rasulullah saw. Tidak diragukan lagi, bahwa hukumnya adalah haram, karena bertentangan
dengan sunnah Rasul, dan dianggap menghabur-hamburkan harta yang dilarang oleh syara’.
)147(
Hadits riwayat al Bukhary (1241) dan Muslim (2315 – 2316), bahwasanya Rasulullah
saw. menangis atas putera beliau yakni Ibrahim sebelum meninggal, oleh karena belaiu
sangat terharu, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya mata mengeluarkan air mata, sedangkan
hati dalam keadaan duka, dan kami tidak megatakan kecuali apa yang diridloi oleh Tuhan
kami. Dan sesungguhnya kami dengan berpisahmu wahai Ibrahim benar-benar sedih”. Dan
hadits riwayat Muslim (976), dari Abi Hurairoh ra. ia berkata: Nabi saw. berziarahj ke kubur
ibu beliau, maka beliau menangis , dan menangis pula orang sekitar beliau.
)148(
Nahiyah (ratapan) adalah perbuatan atau perkataan yang menunjukkan keputus asaan,
dan meniadakan kepatuhan serta kepasrahan terhadap keputusan Allah Ta’alaa. Antara lain
merobek-robek saku baju, menampar pipi dan sebagainya. Kesemuanya itu hukumnya haram
menurut syara’ Allah Ta’alaa. Hadits riwayat Muslim (935) dari Abi Malik al Asy’arie ra.
bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Meratap, apabila tidak bertaubat sampai dia mati, maka dia
dibangkitkan nanti pada hari qiyamat diberi jubah yang dilumuri dengan tir, atau baju yang

51
Tidak diperbolehkan mengubur dua jenazah dalam satu liang kubur,
kecuali karena sangat diperlukan.(150)

dipenuhi oleh virus penyakit”. Hadits riwayat al Bukhary (1232) dari Abdullah bin Mas’ud ra.
ia berkaat: Rasulullah saw. bersabda: “Bukan termasuk golongan kami orang yang memukul
pipinya, atau merobek kantong bajunya, dan menyeru dengan seruan orang jahiliyah”.
)149(
Berdasarkan hadits riwayat Ibnu Majah (1601), dari Nabi saw. bahwasanya beliau
bersabda: “Tidak seorang Islam manapun, yang berta’ziyah saudaranya yang terkena musibah,
kecuali akan diberi pakaian kehormatan oleh Allah pada hari qiyamat nanti”. Berta’ziyah
kepada saudaranya, maksudnya memberikan anjuran untuk bersabar serta menghiburnya,
misalnya dengan ucapan: Semoga Allah memberikan kepadamu pahala yang besar. Dan
dimakruhkan berta’ziyah setelah lewat tiga hari setelah pemakaman, kecuali bagi yang
musafir, oleh karena kesusahan itu sudah hilang setelah tiga hari, maka tidak baik untuk
membangkitkan kembali kesusahannya, sebagaimana dimakruhkan berta’ziyah berulang-
ulang. Yang baik selesai pemakaman, orang sibuk untuk membantu keluarga si mayit, berupa
memberikan perbekalan dan lain-lain, kecuali bila sangat susah sekali, kedatangan mereka
sangat baik, karena untuk menghibur mereka.
)151(
Hadits riwayat al Bukhary (1280), dari Jabir bin Abdullah ra., bahwasanya Nabi saw.
pernah menyatukan dua orang laki-laki dalam satu kubur korban perang Uhud.

52

Anda mungkin juga menyukai