AKHLAK ISLAMI
oleh :
Kelompok VIII
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Salawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Penyusun sangat bersyukur atas segala rahmat
dan hidayah Allah SWT sehingga bisa menyelesaikan makalah Akhlak Islami.
Adalah kebahagian yang tak ternilai ketika selesai menyelasaikan sebuah karya tulis
ilmiah yang dimana dalam makalah ini membahas mengenai akhlak, terutama akhlak
Islami yang sangat penting bagi semua orang terkhusus bagi pembaca. Dengan
disusun nya makalah ini diharapkan para pembaca dapat memahami secara teori
bagaimana akhlak Islami, dan yang terpenting dapat mengaplikasikanya ke dalam
kehidupan pribadi maupun masyarakat.
Semoga makalah ini bermanfaat, dan jika ada kesalahan di dalamnya itu
adalah bentuk kekurangan dari kami sebagai manusia yang tak luput dari salah dan
khilaf. Dan penyusun mengharapkan masukan serta kritikan dari pembaca yang
sifatnya membangun sehingga dapat menjadi bahan perbaikan makalah-makalah yang
mungkin akan disusun di kemudian hari.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak adalah pembahasan yang penting bagi seluruh umat manusia, demi
tercapainya kebaikan dan keutamaan. Menurut imam Al-Ghazali, akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sedangkan akhlak Islami sendiri adalah akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau
akhlak yang bersifat Islami. Jika standar baik dan buruk akhlak hanya dari akal
manusia, maka akhlak Islami memiliki standar baik dan buruk yang bersumber dari
Al-Quran dan Hadist. Adapun dalam makalah ini, ruang lingkup akhlak Islami
berkaitan dengan pola hubungan; akhlak kepada Allah, Rasulullah, sesama
manusia, dan lingkungan, serta pokok keutamaan akhlak yang baik; hikmah,
saja’ah, dan iffah, yang wajib bagi kita seorang muslim untuk mengetahuinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak Islami?
2. Apa saja ruang lingkup akhlak Islami?
4. Apa yang dimaksud dengan hikmah, syaja’ah, dan iffah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak Islami.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup akhlak Islami.
3. Untuk mengetahui hikmah, syaja’ah, dan iffah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
digagas oleh Hamid Yunus, akhlak ialah ألدبية األ خالق هي صفات االنسان
(Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik). Apakah sifat-sifat itu terdidik
baik, dinamakan akhlak baik (mahmudah), jika sifat sesorang itu buruk, maka
dinamakan akhlak buruk (mazmumah).3
Akhlak Islami sendiri dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan
ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di
belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sabagai sifat. Dengan
demikian, akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah,
disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran
Islam.4
Akhlak Islami menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada
telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak
1
Nasharuddin, Akhlak (ciri manusia paripurna), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) hlm.206-207
2
Nasharuddin, Akhlak..........hlm.206
3
Nasharuddin, Akhlak..........hlm.207
4
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.147
4
merupakan sifat lahiriah. Misalnya, yang berkaitan dengan sikap batin maupun
pikiran. Selanjutnya akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang
menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Rumusan akhlak Islami yang
demikian itu menurut Quraish Shihab adalah rumusan yang diberikan oleh
kebanyakan ulama.5
5
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf......... hlm.148
6
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf......... hlm.149
7
Nasharuddin, Akhlak........... . hlm. 215
8
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf......... hlm.149
5
“Wahai Mu’âdz! Tahukah engkau apa hak Allâh yang wajib dipenuhi
oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh
Allâh?’ Aku menjawab, ‘Allâh dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’
Beliau bersabda, ‘Hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya
ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi
Allâh ialah sesungguhnya Allâh tidak akan menyiksa orang yang tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’ Aku bertanya, ‘Wahai
Rasûlullâh! Tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada
orang-orang?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
‘Janganlah kau sampaikan kabar gembira ini kepada mereka sehingga
mereka akan bersikap menyandarkan diri (kepada hal ini dan tidak
beramal shalih)’.” (HR. AHMAD)
Jadi berdasarkan hadits ini kewajiban manusia kepada Allah pada garis
besarnya ada 2; 9
1). Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrikan-Nya kepada sesuatu
apapun,
2). Beribadat kepada-Nya.
9
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm.156-158
10
Nasharuddin, Akhlak........... . hlm.
11
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm.71
6
1). Mematuhi dan Mengikuti Sunnahnya12
12
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak.........hlm.72
13
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak.........hlm.72
7
Quran telah memerintahkan untuk memperhatikan diri terlebih dahulu baru
orang lain.14
14
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak.........hlm.73
15
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak.........hlm.73-74
8
juga manusia lain yang tidak seagama, akhlak dalam keluarga, akhlak
terhadap orang tua, dan lain-lain. Akhlak terhadap tetangga antara lain:
1. Tolong menolong antara sesama tetangga
2. Meminjamkan sesuatu yang dibutuhkan tetangga, jika seseorang
memilikinya
3. Membantu tetangga yang fakir dan miskin
4. Ikut berbahagia atas kesuksesan tetangga
9
C. Pokok Keutamaan Akhlak
Menurut pemikir Islam Klasik yang membahas tentang akhlak secara
intens (seperti ibn Miskawiyah dan al-Ghazali) pokok keutamaan akhlak yang
baik, antara lain:
1. Al-Hikmah atau Kebijaksanaan
Kebijaksanaan adalah keutamaan jiwa rasional yang mengetahui
segala maujud, baik hal-hal yang bersifat ketuhanan maupun hal-hal yang
bersifat kemanusiaan. Menurut Al-Ghazali al-Hikmah merupakan keutamaan
jiwa rasional yang memelihara jiwa sahwiyyat dan jiwa ghadabiyyat yang
memungkinkan seseorang membedakan yang benar dari yang salah dalam
semua perbuatan yang disengaja. Menurutnya, keutamaan al-Hikmah ada lima
bagian, yaitu; pemikiran yang baik, pemikiran yang jernih, pendapat yang
cemerlang, praduga yang benar, dan selalu sadar terhadap sekecil apapun
perbuatan dan sehalus apapun kejahatan jiwa.16
Dengan demikian, kebijaksaan adalah kemampuan dan kemauan
seseorang menggunakan pemikiranya secara benar untuk memperoleh
pengetahuan apa saja sehingga memperoleh pegetahuan rasional. Pengetahuan
rasional itu kemudian diaplikasikan dalam wujud perbuatan berupa keputusan
untuk wajib melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Ini akan tercapai jika
berusaha untuk mencapai kebenaran dan menghindar dari segala kesalahan
dalam segala hal.17
16
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak.........hlm.23
17
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak.........hlm.24
10
kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan
menjatuhkannya. 18
Nilai dan wibawa seseorang tidaklah ditentukan oleh kekayaan, dan
jabatannya, dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan
oleh kehormatan dirinya. Oleh sebab itu, untuk menjaga kehormatan diri
tersebut, setiap orang haruslah menjauhkan diri dari segala perbuatan dan
perkataan yang dilarang oleh Allah Swt. Dia harus mampu mengendalikan
hawa nafsunya, tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan kadang-kadang
harus juga menjaga dirinya dai hal-hal yang halal karena bertentangan dengan
kehormatan dirinya.19
Ada beberapa contoh atau bentuk dari Iffah, diantaranya sebagai
berikut :20
1. Menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual,
seorang muslim dan muslimah diperintahkan untuk menjga penglihatan,
pergaulan, dan pakaiannya. Tidak mengunjungi tempat-tempat hiburan
yang ada kemaksiatannya, dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan
yang bisa mengntarkannya kepada perzinaan.
2. Menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta,
Islam mengajarkan terutama bagi orang miskin untuk tidak menadahkan
tangan untuk meminta-minta. Meminta-minta adalah perbuatan yang
merendahkan kehormatan diri. Daripada meminta-minta seseorang lebih
baik mengerjakan apa saja untuk mendapatkan penghasilan, asalkan hal
itu halal.
3. Menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan kepercayaan orang
lain kepada dirinya, seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam
bentuk ketidakjujuran. Sekali-kali jangan dia berkata berbohong, ingkar
18
Ilyas Yunahar, Akhlak Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999), hlm 103
19
Ilyas Yunahar, Akhlak .........................................hlm 103
20
Ilyas Yunahar, Akhlak..........................................hlm 103-107
11
janji, dan berkhianat. Karena hal itu akan merendahkan kehormatan
dirinya meskipun suatu saat nanti ia berkata benar tetapi tetap saja orang
akan menilainya sebagai pembohong.
Demikianlah sikap iffah yang sangat diperlukan untuk menjaga
kehormatan dan kesucian diri sehingga tidak ada peluang bagi orang lain yang
tidak senang dengannya untuk melemparkan tuduhan dan fitnahan. Orang yang
mempunyai sikap iffah akan dihormati dan mendapat kepercayaan dari
masyarakat. Dan yang lebih penting lagi dia akan mendapatkan ridha Allah
SWT.
21
Ilyas Yunahar, Akhlak....................hlm 116-118
12
3. Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah sekalipun dia mampu
melampiaskannya.
Sumber-sumber Keberanian
Menurut Ra’id Abdul Hadi, dalam bukunya Mamarat Al-Haqq paling kurang
ada tujuh faktor yang menyebabkan seseorang meiliki sifat syaja’ah, diantaranya
sebagai berikut : 22
1. Rasa takut kepada Allah
2. Lebih mencintai akhirat daripada dunia
3. Tidak takut mati
4. Tidak ragu-ragu
5. Tidak menomor satukan kekuatan materi
6. Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah Swt
7. Hasil Pendidikan
22
Ilyas Yunahar, Akhlak....................hlm.118-121
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari
karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang
menjadi istimewa. Akhlak Islami sendiri dapat diartikan sebagai akhlak yang
berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang
berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sabagai sifat.
Dengan demikian, akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada
ajaran Islam. Ruang akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran
Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak
diniyah (agama/Islami) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak kepada
Allah SWT, kepada Rasulullah, hingga kepada sesama makhluk (manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Terdapat
beberapa pokok keutamaan akhlak baik yang meliputi; Al-Hikmah, As-Sajaah,
Al-Iffah.
Apabila manusia sudah memiliki kehalusan budi dan akhlak yang
mulia, berarti ia sudah mulai mengisi potensi sifat ketuhanan yang ada dalam
dirinya, dimanan Allah sudah senantiasa berbuat baik kepada hamba-hambaNya
dan memerintahkan manusia supaya meniru sifat-sifat Nya. Dengan demikian
barulah manusia bisa berasa sedekat mungkin dengan Tuhan, sebab kedekatan
dengan Tuhan itulah merupakan impian yang hakiki.
14
DAFTAR PUSTAKA
15