Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FAKTO FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN


INTRANATAL DAN ADAPTASI PSIKOLOGIS FISIOLOGIS

Disusun oleh :
1. Fitri Ayu Anggraini (1801062)
2. Hide Sampurna (1801064)
3. Mega Silvia (1801071)
4. Putri Anugrah Heni Fajarnia (1801082)
5. Rizky Purnama Aji (1801084)

AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA KAMPUS PASURUAN


Jl. KH Mansyur No. 207, Tembokrejo, Purworejo
Kota Pasuruan, Jawa Timur 67118, Telp. (0343)426730
TAHUN AJARAN 2019-2020
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Kebutuhan Air Dalam Tubuh”
            Dengan selesainya modul ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih tang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ns. H. Nurul Huda, S.Psi, S.Kep, M.Si selaku Direktur Akper Kerta Cendekia
Kampus Pasuruan.
2. Ns. Dian Rahmadin Akbar, S.Kep, M.Kep, selaku dosen pembimbing mata kuliah
gizi yang banyak membantu dan memberikan masukan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Sehingga disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis,
masih dirasakan banyak kekurang tepatan, oleh karna itu penulis mengharapkan saran yang
membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Pasuruan, 12 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................2
1.4 Metode Penelitian ...........................................................................2
1.5 Ladasan Teori..................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN……................................................................4
2.1 Definisi…………………................................................................4
2.2 Peran Air Bagi Tubuh…...............................................................4
2.2.1 Air Memberikan Konstribusi suhu....................................4
2.2.2 Air Membantu Membuang Buangan Metabolik…………5
2.2.3 Peran lain dari air..............................................................5
2.3.Bahaya akibat Ketidakcukupan Intake Air…............................6
2.4 Rata-Rata Intake Air.....................................................................9
2.5 Definisi Gizi Makro dan Mikro……………................................11

BAB 3 PENUTUP.................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................13
BAB I
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan
lahir. Ini di definisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau
keduanya, akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya
setiap 5 menit dan berlangsung sampai 60 detik.

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani


komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan
untuk melakukan campur tangan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
Tiap campur tangan bukan saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga
resiko potensial pada sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik dapat
berupa “observasi yang cermat”.

Seorang bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab


persalinan sehingga diharapkan dalam membarikan asuhan kebidanan pada
proses persalinan dapat memperhatikan faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu
dalam Hand Out ini akan dibahas topik tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passanger, psykologis,
penolong.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari persalinan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan:
1. Untuk mengetahui definisi dari persalinan.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan.
1.4 Manfaat
1. Bagi penyusun
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses
persalinan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi perpustakaan yang berguna untuk menambah wawasan mahasiswa kebidanan.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi ibuataupunmasyarakattentangfaktor-faktor yang mempengaruhi
proses persalinan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persalinan


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Persalinan juga merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atautanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Faktor-faktor yang
berperan dalam persalinan: passage (jalan lahir), power (kekuatan), passanger (janin), psikis
(psikologis).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan


A. Power (Kekuatan)
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi
uterus dan tenaga meneran dari ibu. (Manuaba, 2005). Kala I pada ibu bersalin membutuhkan
waktu 7–13 jam. Jika melebihi waktu ini disebut kala I memanjang. Kala I memanjang jika tidak
ditangani dengan segera akan menyebabkan partus lama.
Pada masa kehamilan terjadi perubahan fisiologis sistem pernapasan yang erat kaitannya dengan
faktor power. Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Kekuatan his dan kekuatan ibu mengejan, passage:
jalan lahir dan passanger: janin dan plasenta, dari ketiga komponen tersebut hanya faktor power
yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan (Manuaba,
2010).
Kekuatan his atau kontraksi otot rahim pada akhir kala I atau kala II mempunyai amplitudo 60
mmHg dengan interval 2–3 menit durasi 60-90 detik. Kekuatan his dan meneran mendorong
janin kearah bawah menimbulkan peregangan yang pasif, sehingga terjadi putaran paksi dalam
dan penurunan kepala, menekan serviks dimana terdapat pleksus frankenhauser sehingga
menimbulkan efek meneran. Kedua kekuatan menyebabkan kepala crowning dan penipisan jalan
lahir sehingga lahirlah kepala.
Menurut Linda (2002), kekuatan his atau kontraksi dan kekuatan mengejan ibu yang sangat
penting dalam proses persalinan. His dapat dipengaruhi oleh:
1) Faktor usia relatif tua
2) Pimpinan persalinan
3) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4) Rasa takut dan cemas
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :
· Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam
bentuk gelombang. Istliah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara
lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks
menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga janin turun.
· Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi
ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada
semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak
mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting
dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.
proses persalinan.

a.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persalinan


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Persalinan juga merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atautanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Faktor-faktor yang
berperan dalam persalinan: passage (jalan lahir), power (kekuatan), passanger (janin), psikis
(psikologis).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan


A. Power (Kekuatan)
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus
dan tenaga meneran dari ibu. (Manuaba, 2005). Kala I pada ibu bersalin membutuhkan waktu 7–
13 jam. Jika melebihi waktu ini disebut kala I memanjang. Kala I memanjang jika tidak
ditangani dengan segera akan menyebabkan partus lama.
Pada masa kehamilan terjadi perubahan fisiologis sistem pernapasan yang erat kaitannya dengan
faktor power. Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Kekuatan his dan kekuatan ibu mengejan, passage:
jalan lahir dan passanger: janin dan plasenta, dari ketiga komponen tersebut hanya faktor power
yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan (Manuaba,
2010).
Kekuatan his atau kontraksi otot rahim pada akhir kala I atau kala II mempunyai amplitudo 60
mmHg dengan interval 2–3 menit durasi 60-90 detik. Kekuatan his dan meneran mendorong
janin kearah bawah menimbulkan peregangan yang pasif, sehingga terjadi putaran paksi dalam
dan penurunan kepala, menekan serviks dimana terdapat pleksus frankenhauser sehingga
menimbulkan efek meneran. Kedua kekuatan menyebabkan kepala crowning dan penipisan jalan
lahir sehingga lahirlah kepala.
Menurut Linda (2002), kekuatan his atau kontraksi dan kekuatan mengejan ibu yang sangat
penting dalam proses persalinan. His dapat dipengaruhi oleh:
1) Faktor usia relatif tua
2) Pimpinan persalinan
3) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4) Rasa takut dan cemas
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :
· Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam
bentuk gelombang. Istliah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara
lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks
menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga janin turun.
· Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi
ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada
semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak
mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting
dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.
B. Passage (Jalan Lahir)
Faktor passage atau biasa disebut dengan jalan lahir diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
jalan lahir lunak dan jalan lahir keras.
1. Jalan Lahir Lunak
Jalan lahir lunak terdiri dari serviks, vagina, dan otot rahim
a. Serviks
Serviks akan makin matang mendekati waktu persalinan. Selama masa hamil, serviks dalam
keadaan menutup, panjang serta lunak; dan pada saat mendekati persalinan, serviks masih lunak
dengan konsistensi seperti puding, mengalami sedikit penipisan (effacement), dan kemungkinan
sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan
paritasnya. Adanya peningkatan intensitas Braxton Hicks mengakibatkan perubahan serviks yang
terjadi. Kematangan serviks memiliki periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Hal ini
mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan. Serviks pada ibu primigravida umumnya akan
mengalami penipisan sebesar 50-60% dan membuka selebar ujung jari sampai 1 cm sebelum
mencapai persalinan. Pembukaan ini terjadi akibat kontraksi Braxton Hicks sebelum proses
persalinan dimulai. Peristiwa awal pembukaan dan penipisan inilah yang merupakan ciri-ciri dari
kematangan serviks.
b. Vagina
Vagina bersifat elastis dan berfungsi sebagai jalan lahir dalam persalinan normal.
c. Otot Rahim
Otot rahim tersusun dari tiga lapis, yang berasal dari kedua tanduk rahim, yaitu longitudinal
(memanjang), melingkar, dan miring. Segera setelah persalinan, susunan otot rahim tersebut
sedemikian rupa akan mengondisikan pembuluh darah menutup untuk menghindari terjadinya
perdarahan dari tempat implantasi plasenta. Selain menyebabkan mulut rahim membuka secara
pasif, kontraksi dominan yang terjadi pada bagian fundus (bagian atas rahim) pada kala 1
persalinan juga mendorong bagian terendah janin maju menuju jalan lahir sehingga ikut aktif
dalam membuka mulut rahim.
Bila terdapat keadaan panggul dan janin yang normal serta kerjasama antara tiga kekuatan his
dan mengejan, passenger dan passage, hal ini berarti telah terdapat keserasian untuk melahirkan
janin secara spontan (dengan kekuatan sendiri).
2. Jalan Lahir Keras
Panggul merupakan salah satu jalan lahir keras yang memiliki fungsi lebih dominan daripada
jalan lahir lunak. Oleh karena itu, janin harus berhasil menyesuaikan diri terhadap jalan lahir
yang relatif kaku.
a. Tulang-Tulang Panggul
Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu os coxae, os sacrum, dan os coccygis.
1) Os Coxae (Tulang Innominata)
Terdiri atas dua buah tulang, yaitu kiri dan kanan. Os coxae merupakan fusi dari os ilium, os
ischium, dan os pubis.
· Os Ilium, ciri-ciri:
- Tulang terbesar dari panggul, membentuk bagian atas dan belakang panggul
- Batas atasnya merupakan penebalan tulang yang disebut crista iliaca
- Ujung depan dan belakang crista iliaca menonjol: spina iliaca anterior superior dan spina
iliaca posterior superior.
- Terdapat tonjolan memanjang di bagian dalam tulang usus (os ilium) yang membagu pelvis
mayor dan pelvis minor disebut linea innominata (linea terminalis)
- Linea terminalis merupakan bagian dari PAP
· Os Ischium, ciri-ciri:
- Terdapat di bagian bawah tulang usus.
- Bagian pinggir belakangnya menonjol, disebut spina ischiadica
- Bagian pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang mendukung badan saat duduk
disebut tuber ischiadicum
· Os Pubis, ciri-ciri:
- Terdapat di sebelah bawah dan depan tulang usus
- Antara tulang kemaluan dan tulang duduk dibatasi oleh foramen obturatum
- Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus dinamakan ramus superior
ossis pubis.
2) Os Sacrum
Os sacrum berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan mengecil dibagian bawahnya.
Tulang ini terletak diantara kedua tulang pangkal paha yang memiliki karakteristik:
· Terdiri dari 5 ruas tulang yang berhubungan erat
· Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas ke bawah dan dari kanan maupun kiri
· Di kanan dan kiri, pada garis tengah terdapat lubang yang akan dilalui oleh saraf foramina
sacralia anterior
· Tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pinggang ruas kelima
· Bagian tulang kelangkang paling atas mempunyai tonjolan besar ke depan disebut
promontorium
· Ke samping, tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui articulatio
sacroiliaca
· Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging (os coccygis)
3) Os Coccygis
· Os coccygis berbentuk segitiga dengan ruas 3-5 buah dan bersatu
· Pada saat persalinan, tulang tungging dapat didorong ke belakang sehingga memperluas
jalan lahir.
b. Ukuran Panggul
Ukuran-ukuran panggul dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu pengukuran secara klinis,
pemeriksaan dengan Rontgen dan pelvis, serta pemeriksaan ultrasonografi.
c. Ciri Khas Jalan Lahir
Jalan lahir terdiri dari empat bidang yaitu pintu atas panggul, bidang terluas panggul, bidang
tersempit panggul, dan pintu bawah panggul.
1) Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul berbentuk seperti bulatan oval dengan panjang ke samping dan dibatasi oleh:
· Promontorium
· Sayap os sacrum
· Linea terminalis kanan dan kiri
· Ramus superior os pubis kanan dan kiri
· Pinggir atas simpisis pubis
Pada pintu atas panggul terdapat tiga ukuran penting yaitu:
· Conjugata vera: panjang sekitar 11 cm, pengukurannya tidak bisa secara langsung.
Pengukurannya diperhitungkan melalui pengukuran conjugata diagonalis (CD). Conjugata vera
(CV)= CD-1,5 cm. Conjugata obstetrika: ukuran antara promontorium dengan tonjolan simpisis
pubis
· Ukuran melintang: jarak antara kedua linea terminalis (12,5 cm)
· Ukuran oblik: jarak antara articulatio menuju tuberculum pubicum yang bertentangan.
Kedua ukuran ini tidak dapat diukur pada wanita yang masih hidup.
2) Bidan Terluas Panggul
Ukuran muka belakangnya 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5 cm.
3) Bidang Tersempit Panggul
Ukuran muka belakangnya 11,5 cm dan ukuran melintang 10 cm.
4) Pintu Bawah Panggul
Terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama, yaitu:
· Segitiga depan dasarnya tuber ischiadicum dengan dibatasi arcus pubis.
· Segitiga belakang dasarnya tuber ischiadicum dengan dibatasi ligamentum sacrotuberosum
kanan dan kiri.
Beberapa ukuran pintu bawah panggul yang penting adalah:
· Ukuran muka belakang dari tepi bawah simpisis menuju ujung tulang belakang 11,5 cm
· Ukuran melintang adalah jarak tuber ischiadicum kanan dan kiri sebesar 10,5 cm
· Diameter sagitalis posterior dari ujung tulang kelangkang ke pertengahan ukuran melintang
sebesar 7,5 cm.
d. Bentuk Panggul
1) Panggul Ginekoid
Panggul ginekoid adalah jenis yang paling banyak. Dilihat dari bidang pintu atas panggul tampak
berbentuk bulat atau agak lonjong/elips. Diameter transversal dari bidang pintu atas panggul
hanya sedikit lebih panjang dari diameter antero-posterior dan hampir seluruh daerah inlet
merupakan ruangan yang terpakai untuk kepala janin. Arkus pubis lebar dan memungkinkan
penempatan dua jari yang berdampingan tepat di bawah simpisis. Dinding samping sejajar.
Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul menyerupai silinder tanpa penyempitan dari
bidang pintu atas panggul sampai bidang pintu bawah panggul.
2) Panggul Android
Panggul android atau “mirip laki-laki” lebih jarang dijumpai dibanding bentuk ginekoid. Suatu
panggul android ditandai oleh daerah segmen posterior yang sempit dengan ujung sacrum
menonjol ke depan dan segmen anterior relatif panjang. Bila dilihat dari suatu titik di atas
panggul, bidang pintu atas panggul tampak seperti bentuk jantung. Konfigurasi segmen anterior
dan posterior ini membatasi volume panggul yang terpakai. Tulang-tulang dari panggul android
umumnya berat sehingga ruangan untuk penurunan kepala juga terbatas.
3) Panggul Antropoid
Panggul antropoid memiliki suatu bentuk oval yang jelas pada bidang pintu atas panggul dengan
diameter terpanjang adalah antero-posterior. Oleh karena itu segmen posterior panjang dan
sempit. “Engagement” harus terjadi dengan sumbu panjang kepala janin tegak lurus terhadap
diameter transversal dari pintu atas panggul.
4) Panggul Platipeloid
Suatu panggul platipeloid berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut. Jenis panggul ini
paling jarang dijumpai dari jumlahnya kurang dari 3% diantara pasien-pasien. Konfigurasi
panggul platipeloid pada pintu atas panggul lebih menyolok dimana menunjukkan pemendekka
yang mencolok dari diameter antero-posterior, sebaliknya diameter transversalnya lebar. Dalam
pemeriksaan ditemukan suatu konjugata yang pendek, segmen posterior yang luas dan bila
dilihat dari atas tampak mendatar dan elips/lonjong.
e. Bidang Hodge
Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai dimana bagian terendah janin turun dalam
panggul dalam persalinan.
Bidang Hodge I : bidang datar yang melalui bagian atas simpisis dan promontorium. Bidang
ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul
Bidang Hodge II : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I terletak setinggi bagian bawah
simpisis
Bidang Hodge III : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I dan II, terletak setinggi spina
ischiadica kanan dan kiri. Pada referensi lain, bidang hodge III ini disebut juga bidang O. Kepala
yang berada di atas 1 cm, disebut (-1) atau sebaliknya.
Bidang Hodge IV : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I, II, III, terletak setinggi os
coccygis.

C. Passenger (Penumpang)
1. Janin
Janin merupakan passenger utama dan dapat memengaruhi jalannya persalinan karena besar dan
posisinya. Bagian janin yang paling penting adalah kepala karena mempunyai ukuran yang
paling besar, sebesar 90% bayi di Indonesia dilahirkan dengan letak kepala.
a. Postur janin dalam rahim
Istilah-istilah yang dipakai untuk menentukan kedudukan dalam rahim adalah sebagai berikut :
1) Sikap (attitude atau habitus)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang
punggungnya. Bagian-bagian janin seperti kepala, tulang punggung, dan kaki, umumnya berada
dalam sikap fleksi, serta lengan bersilang dada. Hal ini disebabkan oleh pola pertumbuhan janin
dan penyesuaian janin terhadap bentuk rongga.
Sikap janin yang fisiologi adalah badan janin dalam keadaan kifosis sehingga punggung menjadi
konveks, kepala dalam sikap hiperfleksi dengan dagu dekat dada, lengan bersilang di depan
dada, tali pusat terletak diantara ekstremitas dan tungkai terlipat pada lipat paha, serta lutut yang
rapat pada badan. Sikap fisiologi ini akan menghasilkan sikap fleksi, tetapi jika dagu menjauhi
dada hingga kepala menengadah dan tulang puggung berada dalam posisi lordosis, akan
menghasilkan sikap defleksi.
2) Letak (Lie atau situs)
Bagaimana sumbu panjang janin berada terhadap sumbu ibu sering dikatakan sebagai letak janin,
misalnya letak lintang yaitu dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu panjang ibu; letak ini
dapat berupa letak kepala/letak sungsang. Frekuensi situs memanjang adalah 99,6% (96% letak
kepala; 3,6% letak bokong) dan 0,4% letak lintang/miring. Letak janin dipengaruhi oleh struktur
janin yang pertama memasuki panggul ibu. Letak janin dibagi menjadi tiga, yaitu :
a) Letak membujur (longitudinal)
· Letak kepala: letak fleksi dan letak defleksi (letak puncak kepala, dahi, dan muka).
· Letak sungsang/ letak bokong: letak bokong sempurna (complete breech), letak bokong
(frank breech), dan letak bokong tidak sempurna (incomplete breech).
b) Letak lintang (transverse lie)
c) Letak miring (oblique lie)
· Letak kepala mengolak
· Letak bokong mengolak
3) Presentasi
Istilah presentasi digunakan untuk menyebutkan bagian janin yang masuk di bagian bawah
rahim. Presentasi ini dapat diketahui dengan cara palpasi atau pemeriksaan dalam. Jika pada
pemeriksaan didapatkan presentasi kepala, maka pada umumnya bagian yang menjadi presentasi
adalah oksiput. Sementara itu, jika pada pemeriksaan didapatkan presentasi bokong, maka yang
menjadi presentasi adalah sakrum; sedangkan pada letak lintang, bagian yang menjadi presentasi
adalah skapula bahu. Faktor yang menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut adalah
letak janin dan sikap janin (kepala janin fleksi atau ekstensi).
b. Posisi janin
Untuk menetapkan bagian janin yang berada dibagian bawah, indikator yang dapat digunakan
adalah posisi janin. Posisi janin dapat berada pada sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang
terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Sebagai contoh, letak belakang kepala (LBK), ubun-ubun
kecil (UUK) kiri depan, dan UUK kanan belakang.
Saat melakukan pemeriksaan luar dengan palpasi, posisi janin didapatkan dengan menentukan
letak punggung janin terhadap dinding perut ibu, sedangkan pada pemeriksaan dalam, posisi
janin didapatkan dengan menentukan salah satu bagian janin yang terhadap jalan lahir, bagian
yang terendah tersebut dinamakan penunjuk. Penunjuk tersebut dinyatakan sesuai dengan bagian
kiri atau kanan dari ibu.
Pada bagian terendah tersebut terdapat UUK untuk presentasi belakang kepala, UUB untuk
presentasi puncak kepala, dahi untuk presentasi bentuk dahi, dagu untuk presentasi muka,
sacrum untuk presentasi bokong, dan akromiom skapula untuk presentasi bahu (letak lintang).
c. Kelainan-kelainan janin
1) Kelainan bentuk
a) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah salah satu kelainan bentuk yang terjadi pada kepala janin yang disebabkan
adanya penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga kepala menjadi besar,
serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
b) Pertumbuhan janin yang berlebihan (Makrosemia).
Kelainan bentuk berupa makrosemia, yaitu bila berat badannya melebihi dari 4000 gram.
c) Janin kembar melekat (Double Monster).
Janin kembar melekat adalah keadaan perlekatan antara dua janin pada kehamilan kembar.
2) Kelainan presentasi
a) Presentasi muka
Presentasi muka merupakan merupakan salah satu kelainan presentasi dimana kepala dengan
defleksi maksimal hingga oksiput mengenai punggungdan muka terarah kebawah (kaudal)
terhadap ibu. Punggung terdapat dalam lordosis dan biasanya terdapat di belakang.
b) Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah presentasi dimana kedudukan kepala janin berada diantara fleksi
maksimal, sehingga dahi janin merupakan bagian terendah. Pada umumnya, presentasi dahi ini
merupakan kedudukan janin yang bersifat sementara, sebagian besar presentasi tersebut akan
berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
c) Presentasi puncak kepala
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir, kepala janin berada dalam keadaan fleksi.
Pada umumnya, presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara, yang nantinya akan
berubah menjadi presentasi belakang kepala.
3) Kelainan letak
a) Letak dahi
Letak dahi merupakan salah satu kelainan letak janin dimana letak kepala janin berada dalam
defleksi yang sedang, sehingga dahi menjadi bagian yang terendah. Pada umumnya, kelainan
letak ini bersifat sementara dan seiring dengan majunya persalinan, akan berubah menjadi letak
muka atau letak belakang kepala.
b) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan letak janin yang memanjang dengan bokong sebagai bagian yanf
terendah (presentasi bokong). Angka kejadiannya adalah ± 3% dari kehamilan.Letak sungsang
dapat dibagi menjadi :
· Letak bokong murni (presentasi bokong murni = frank breech). Bokong saja yang menjadi
bagian depan, sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
· Letak bokong kaki (preesntasi bokong kaki = complete breech). Letak bokong kaki
sempurna atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau kaki saja.
· Letak lutut (presentasi lutut). Bisa sempurna atau tidak sempurna.
· Letak kaki (presentasi kaki = incomplete breech prensentation). Bisa sempurna atau tidak
sempurna.
c) Letak lintang
Kelainan letak ini adalah dimana sumbu panjang janin tegak lurus atau hampir tegak lurus pada
sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu janin akan menjadi bagian terenda, yang disebut
presentasi bahu atau presentasi akromion. Jiak punggung janin terdapat didepan disebut
dorsoanterior dan jika dibelakang disebut dorsoposterior.
d) Letak majemuk
Letak majemuk adalah letak dimana samping bagian terendah teraba anggota badan. Letak yang
tidak termasuk letak majemuk adalah tangan yang menumbung pada letak bahu atau adanya kaki
disamping bokong pada letak sungsang. Pada letak kepala dapat terjadi tangan, lengan atau kai
yang menumbung.
4) Kelainan posisi
a) Posisi oksipitalis posterior persisten.
Pada janin letak kepala, umumnya ubun-ubun kecil akan memutar kedepan dengan sendirinya
dan janin dapat lahir secara spontan. Akan tetapi, terkadang ubun-ubun kecil tidak berputar
kedepan, namun tetap berada dibelakang. Untuk menghadapi persalinan dengan ubun-ubun kecil
terdapat dibelakang, penolong harus sabar karena rotasi kedepan kadang-kadang baru terjadi saat
berada didasar panggul.

2. Plasenta
a. Peran plasenta dalam kehamilan
Plasenta merupakan salah satu organ yang merupakan ciri khas mamalia sejati pada saat
kehamilan, berfungsi sebagai jalur penghubung antara ibu dan anaknya, mengadakan sekresi
endokrin, serta pertukarab selektif substasi yang dapat larut dan terbawa darah melalui lapisan
rahim dan bagia tropoblast yang mengandung pembuluh-pembuluh darah, termasuk makanan
untuk janin. Dengan demikian, plasenta dapat disebut sebagai organ penting bagi janin karena
kelangsungan hidup dari janin bergantung pada plasenta.
b. Struktur plasenta
1) Bentuk dan ukuran
Pada umumnya plasenta berbentuk bundar atau oval yang memilki diameter 15-20 cm, dan berat
500-600 gram. Sementara itu, tali pusat yang menghubungkan plasenta memiliki panjang 25-60
cm. bentuk plasenta akan sempurna pada minggu ke-16, dimana desidua parietalis dan desidua
kapsularis telah menjadi satu, serta ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim.
2) Letak plasenta dalam rahim
Letak plasenta berada didepan atau belakang dinding uterus, agak keatas kearah fundus uteri. Hal
ini adalah fisiologi karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak
tempat untuk berimplantasi. Bila diperhatikan lebih lanjut, dapat ditemukan bahwa plasenta
sebenarnya berasal dari sebagian besar bagian janin, yaitu villi chorialis yang berasal dari korion
dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
3) Pembagian plasenta
a) Bagian janin (fetal portion), terdiri atas korion frondosum dan villi.
b) Bagian maternal (maternal portion), terdiri atas desidua kompakta yang berasal dari beberapa
lobus dan kotiledon sebanyak 15-20 buah. Bagian desidua basalis plasenta yang telah matang
disebut sebagai lempeng korionik atau basal, dimana melalui tali pusat, sirkulasi uteroplasenta
akan berjalan keruang-ruang intervili.
c) Tali pusat merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan janin. Panjang rata-rata
tali pusat tersebut adalah 50-55 cm dan diameter sebesar jari (1-2,5 cm).
4) Fungsi plasenta
5) Plasenta sebagai tempat pertukaran zat
a) Pertukaran zat pasif
· Filtrasi : plasenta bekerja sebagai membran semipremeabel.
· Difusi : molekul-moleku kecil melalui membran plasenta.
· Diapedese : seperti eritrosit.
b) Transpor aktif
· Diatur oleh enzim
Beberapa zat dalam darah janin (seperti asam amino, fosfat anorganik, vitamin-vitamin)
memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada yang ada dalam darah ibu, tetpai zat-zat tersebut
tetap dapat mengalir kedalam darah janin.
· Pinocytose
Molekul-molekul yang besar, seperti proyein, dikelilingi oleh penonjolan atau pencekungan dari
sitoplasma.
6) Plasenta penghasil hormon
7) Plasenta penghasil enzim
a) Alkalin fosfatase
b) Oksitosin
c) Protein spesifik kehamilan.
8) Plasenta sebagai barier
9) Proses lepasnya plasenta dalam persalinan
§ Tanda-tanda lepasnya plasenta
a) Perubahan tinggi fundus
b) Tali pusat memanjang
c) Semburan darah yang mendadak dan singkat.
§ Penyebab terlepasnya plasenta
a) Ketika bayi dilahirkan, ukuran rahim akan mengecilsecara tiba-tiba sehingga tempat
perlekatan plasenta juga akan mengecil. Proses pelepasan plasenta terjadi dalam startum
spongiosum yang memiliki banyak lubang. Jadi, faktor yang penting dalam pelepasan plasenta
adalah retraksi dan intensitas kontraksi otot-otot rahimsetelah anak lahir.
b) Pada tempat plasenta lepas akan terjadi perdarahan antara plasenta dan desisua besar.
Hematom yang dihasilkan ini membesar dan seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh
hematom tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
§ Cara pengeluaran plasenta
a) Secara schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta. Pada bagian ini terjadi hematoma
retroplancentair yang kemudian akan mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan
hematoma diatasnya sekarang jatuh kebawah dan menarik lepas selaput janin. Bagian
plasentayang tampak dalam vulva ialah permukaan fetal, sedangkan hematoma sekarang terdapat
dalam kantong yang berputar balik.
Pada pelepasan plasenta secara schultze, tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir atau
minimal terlepas seluruhnya. Setelah plasenta terlepas seluruh atau lahir, barulah darah
sekonyong-konyong akan mengalir.
b) Secara Duncan
Pelepasan dimulai pada pinggir plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding
rahim. Jadi, perdarahan yang terjadi sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus
berlangsung sampai seluruh plasenta lepas.
Plasenta dikeluarkan secara manual jika terjadi hal-hal seperti perdarahan lebih dari 400-500 cc,
terjadi retensio plasenta, bersamaan dengan tindakan yang disertai pembiusan, dan terdapat
anamnesis perdarahan terus-menerus. Apabila sebagian plasenta tertinggal, dapat menyebabkan
puerperium yang berkepanjangan, bahaya infeksi, terjadi polip plasenta. Dan degenerasi ganas
menjadi koriokarsinoma.
10) Kelainan plasenta dan asuhan kebidanan
1) Plasenta previa
Plasenta previa adalah suatu letak plasenta yang menutupi atau berada sangat dekat dengan
ostium uteri internum. Plasenta previa dibagi menjadi empat, yaitu :
a) Plasenta previa totalis : plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
b) Plasenta previa parsialis : plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.
c) Plasenta previa marginalis : bagian tepi plasenta terletak dipinggir ostium uteri internum.
d) Plasenta letak rendah : plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim, tetapi tepi dari
plasenta tidak mencapai ostium uteri internum, namun berada didekatnya.
2) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus
sebelum waktunya, yaitu sebelum janin dilahirkan. Definidi ini berlaku pada kehamilan dengan
gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram.
3) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah kelahiran plasenta yang tertahan atau belum lahir hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir.
3. Air ketuban
Liquor amnii yang sering juga disebut sebagai air ketuban merupakan cairan yang mengisi
ruangan yang dilapisi oleh selaput janin 9amnion dan korion).
a. Ciri-ciri air ketuban
1) Jumlah volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc.
2) Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis.
3) Reaksinya agak alkali atau netral, dengan berat jenis 1,008.
4) Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urat, kreatinin, sel-sel
epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa, dan garam-garam organik.
5) Kadar protein kira-kira 2,6% g per liter, terutama albumin.
6) Asal air ketuban
Beberapa perkiraan mengenai asal dari air ketuban, yaitu :
· Urin janin (fetal urine).
· Transudasi dari darah ibu.
· Sekresi dari epitel amniom.
· Asal campuran (mixed origin).
7) Cara mengenali air ketuban
· Menggunakan lakmus.
· Secara makroskopis, air ketuban memiliki karakteristik :
- Bau amis : adanya lanugo, rambut, dan verniks kaseosa.
- Bercampur mekoneum.
· Secara mikroskopis, pada air ketuban dapat ditemukan lanugo dan rambut.
· Laboratorium : kadar urea (ureum) rendah dibandingkan dengan urin
D. Psikologis Ibu
1. Perubahan Psikologis Ibu Bersalin
Lancar atau tidaknya proses persalinan banyak bergantung pada kondisi biologis, khususnya
kondisi wanita yang bersangkutan. Namun, perlu juga untuk diketahui bahwa hampir tidak ada
tingkah laku manusia (yang disadari) dan biologisnya yang tidak dipengaruhi oleh proses psikis.
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa membesarnya janin dalam kandungan mengakibatkan
ibu bersangkutan mudah lelah, badan tidak nyaman, tidak nyenyak tidur, sering kesulitan dalam
bernapas, dan beban jasmania lainnya saat menjalani proses kehamilan.
Pada ibu bersalin terjadi beberapa perubahan psikolgis diantaranya:
a. Rasa cemas pada bayinya yang akan lahir
b. Kesakitan saat kontraksi dan nyeri
c. Ketakutan saat melihat darah
Rasa takut dan cemas yang dialami ibu akan berpengaruh pada lamanya persalinan, his kurang
baik, dan pembukaan yang kurang lancar. Menurut pitchard, dkk., perasaan akut dan cemas
merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh
terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinannya lama. Apabila perasaan
takut dan cemas yang dialami ibu berlebihan, maka akn berujung pada stress.
Beberapa hal yang dapat memengaruhi psikolgi ibu meliputi :
a. Melibatkan psikologi ibu, emosi, dan persiapan intelektual
b. Pengalaman bayi sebelumnya
c. Kebiasaan adat
d. Hubungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
Sikap negatif yang mungkin muncul pada ibu menjelang proses persalinan adalah sebagai berikut
:
a. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
b. Persalinan sebagai ancaman terhadap self-image
c. Medikasi persalinan
d. Nyeri persalinan dan kelahiran.

Anda mungkin juga menyukai