ITS Paper 19492 4207100002 Paper PDF
ITS Paper 19492 4207100002 Paper PDF
KM.KUMALA
Dhani Priatmoko
Taufik Fajar Nugroho ST, MSc.
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Fakultas Teknologi Kelautan ITS
Abstract
MV. Kumala was operated under high vibration condition, increase of exhaust gas temperature and
lube oil pressure on the reduction gear. High vibration level especially occurs on the shaft bearings
and reduction gears which forcing the captain to reduce ship to 7-8 knots from its normal cruising
speed 10 knots, after several voyages it was decided that MV Kumala undergo emergency docking.
The research purpose is to measure and determine the vibration level comparing with standard and
estimating performance of reduction gear and propulsion system after emergency docking.
Vibration measurement was taken during normal operating condition with full load condition. Data
then analyze using ABS, DNV and ISO 18016:1995 criterias to estimate the successfulness of
emergency docking.
Based on data analisys, the vibration level of reduction gear and propulsion system are on several
zone and some measurement point data went beyond recommendation limit. The reduction gear and
propulsion system will not in good condition if running beyond 400 rpm in prolonged and continuous
operation.
1. Pendahuluan 2. Tujuan
Tingkat getaran yang terjadi dikapal berubah sesuai 1. Melakukan pengukuran getaran pada sistem
dengan kondisi kapal. Seiring dengan propulsi KM. KUMALA dan menentukan tingkat
pengoperasian kapal, tingkat getaran yang getaran yang terjadi berdasarkan aturan yang
dihasilkan akan berubah terkait dengan perubahan berlaku.
tingkat keausan, titik berat atau munculnya ketidak 2. Menentukan performance engine dari KM
seimbangan pada permesinan, gesekan berlebih Kumala setelah emergencydocking
yang muncul, kemunduran performance dari
permesinan. Apabila permesinan mendapatkan 3. Pengertian Getaran
perbaikan baik di motor induk, reduction gear,
sistem perporosan dan propeller maupun peralatan- Getaran timbul akibat transfer gaya siklik melalui
peralatan lainnya, maka tingkat getaran yang elemen-elemen mesin yang ada, dimana elemen-
dihasilkan juga akan berubah. elemen tersebut saling beraksi satu sama lain dan
energi didesipasi melalui struktur dalam bentuk
KM Kumala diinformasikan mengalami getaran yang
getaran. Kerusakan atau keausan serta deformasi
berlebih dan peningkatan temperatur serta tekanan
akan merubah karakteristik dinamik sistem dan
minyak pelumas pada reduction gear. Peningkatan
cenderung meningkatkan energi getaran.
getaran juga dirasakan pada sistem propulsi
Sedangkan gaya yang menyebabkan getaran ini
(bantalan-bantalan). Peningkatan getaran ini
dapat ditimbulkan oleh beberapa sumber
menyebabkan KKM dan Nahkoda menurunkan
kontak/benturan antara komponen yang
kecepatan dinas sampai dengan 2 knots dari
kecepatan dinas normal. bergerak/berputar, putaran dari massa yang tidak
1|D h a ni P ria tm ok o
seimbang (unballance mass), missalignment dan Getaran Longitudinal
juga karena kerusakan bantalan (bearing fault).
2|D h a ni P ria tm ok o
Beberapa kemungkinan sumber eksitasi getaran Skew
adalah : Yaitu membuat bentuk daunnya menyimpang
dari bentuk daun konvensional dengan memberi
Gelombang laut
Gelombang laut umumnya mempunyai frekuensi sudut yang disebut sudut skew. Dengan bentuk
yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan daun yang seperti itu maka masuknya daun
frekuensi natural sistem. Sebagai contoh, pada daerah wake menyesuaikan dengan
gelombang laut yang cukup berarti mempunyai kondisi distribusi wake yang tidak uniform.
frekuensi natural tidak lebih dari 1 Hz. Clearance
Gelombang dapat menjadi eksitasi yang Secara umum semakin besar clearance maka
berbahaya, misalnya bila terjadi slamming.
distribusi wake semakin mendekati uniform.
Namun demikian fenomena slamming adalah
masalah transient sehingga tidak relevan Dalam praktek besar clearance diambil sekitar
dengan masalah yang sedang dianalisa. 20%. Cara lain untuk memperbesar clearance
dengan memasang baling-baling menggantung
Motor induk agak kebelakang.
Untuk getaran longitudinal pengaruh motor
induk adalah kecil, pengaruh mesin diesel lebih Getaran Torsional
ke getaran torsional dan lateral.
Getaran torsi adalah getaran sudut periodik poros
Propeller elastis dengan rotor bulat yang dikaitkan kepadanya.
Untuk getaran longitudinal, propeller hampir Pada sistem propulsi getaran yang terjadi
selalu menjadi penyebab utama dari getaran
diakibatkan bekerjanya eksitasi torsi (momen).
longitudinal sistem propulsi kapal.
Untuk baling baling yang mempunyai N daun Pada propeller akan bekerja enam komponen
maka untuk setiap putaran akan terjadi N kali gaya/momen osilasi (unsteady force/moment) yaitu
kenaikan gaya dorong, karena sebanyak itu tiga komponen gaya dan tiga komponen momen.
daun baling baling akan melewati daerah Gaya dan momen tersebut terjadi karena propeller
dengan wake tinggi tersebut. Dari sini dapat berputar pada daerah wake yang tidak uniform.
didefinisikan besarnya frekuensi eksitasi yang Gaya/momen ini bekerja pada/terhadap hub.
disebut blade rate frequency akibat pengaruh
jumlah daun tersebut, yaitu:
3. Aturan Terkait Getaran
RPM
2 N
60
Standart ABS
Dimana :
RPM : RPM baling baling
N : jumlah daun baling baling Berdasarkan Guidance Notes on Ship Vibration
Angka 60 karena 1 menit = 60 detik (ABS, 2006) getaran longitudinal (rms, free route)
pada thrust bearing (dan bull gear untuk geared
Resonansi akan terjadi pada sistem apabila besar turbin drives) tidak boleh lebih dari 5 mm/s rms.
frekuensi eksitasi sama dengan frekuensi natural.
Untuk komponen sistem propulsi yang lain selain
Besarnya amplitudo eksitasi ditulis sebagai engine, propeller dan shafting aft dari thrust bearing,
prosentase dari besarnya thrust dengan koefisien β. getaran longitudinal tidak boleh lebih dari 13 mm/s
Semakin kecil harga ini tentu saja semakin kecil rms. Untuk stern tube dan line shaft bearing, getaran
eksitasi yang terjadi. Karena itu upaya untuk lateral tidak boleh lebih dari 7 mm/sec rms. Untuk
mengurangi getaran juga harus dilakukan pada direct diesel engine (lebih dari 1000 HP, slow dan
sumber getaran disamping pada sistemnya itu medium speed diesels terhubung dengan
sendiri. Besarnya β berkisar antara 0 – 15% perporosan), batasan getaran adalah 13 mm/sec
tergantung dari bentuk buritan (stern) dan pada bearings dan 18 mm/sec pada engine top,
tergantung pada perencanaan baling-baling sendiri. pada ketiga sisi. Untuk high seed diesel engines
(kurang dari 1000 HP) , getaran tidak boleh lebih
Ada beberapa cara untuk memperkecil β : dari 13 mm/sec pada bearing dan engine top pada
semua sisi.
3|D h a ni P ria tm ok o
Gambar 2. Acceptance criteria ABS
4|D h a ni P ria tm ok o
Gambar 6. Zona dan klas getaran menurut ISO 18016:1995
Berdasarkan alat yang dimiliki oleh laboratorium secara rigid dengan pondasi khusus (sampai
getaran sistem permesinan jurusan teknik sistem dengan 300 kW)
perkapalan, hanya dapat mengukur getaran pada
bagian yang tidak bergerak, sehingga dipergunakan Class III: Penggerak utama ukuran besar dan
ISO 18016. permesinan besar lainnya dengan dengan pondasi
bersifat rigid dan berat serta relatif tegar.
Zona Evaluasi
Class IV: Penggerak utama ukuran besar dengan
Sesuai dengan ISO 18016, berdasarkan tingkat pondasi yang relatif lunak pada arah getaran
kecepatan (velocity, mm/s) suatu permesinan dapat (contoh: turbo generator set dan gas turbin dengan
di masukkan dalam suatu zona tertentu yaitu A-D, daya lebih dari 10 MW.
dengan deskripsi sebagai berikut
5|D h a ni P ria tm ok o
B : 19,2 m Sebelum dilakukan pengukuran getaran terlebih
H : 6,3 m dahulu ditentukan daerah yang mengalami getaran
T : 4,4 m dan perambatan getaran tersebut. Daerah inilah
V (trial) : 20,3 knot yang nantinya akan dilakukan pengukuran getaran
DWT (ton) : 1146 dengan menggunakan suatu alat ukur getaran.
GT : 5764 Sebagai contoh tipe alat untuk mengukur suatu
NT : 1978 getaran adalah sebagai berikut :
Galangan (shipbuilder) : KURUSHIMA ZOSEN a. Accelerometer
CO.LTD Accelerometer ini akan memproduksi semacam
Tahun Bangun : 1989 sinyal. Ukuran sinyal tersebut sangatlah
Sarana Angkut : 60 kendaraan campuran proporsional untuk diaplikasikan di dalam
ABK : 35 orang mengukur perlajuan daripada getaran.
Owner : PT. Dharma Lautan Utama b. Frequency Analyzer
Class : BKI Pada alat ini akan didapatkan distribusi daripada
perlajuan getaran frekuensi yang berbeda.
c. Frequency weighting network
Alat ini menirukan sensitif pada manusia
terhadap getaran pada frekuensi yang berbeda.
Dengan menggunakan alat ini dalam mengukur
dan mengekspresikan paparan getaran akan
diberikan angka tunggal yang dinyatakan dalam
2
m/s (satuan perlajuan)
Frekuensi range
Acceleration : 10 Hz – 200 Hz,
10 Hz – 500 Hz, 10 Hz– 1 kHz,
Gambar 7. Kapal Ro Ro Kumala
10 Hz – 10 kHz
MAIN ENGINE Velocity : 10 Hz – 1 kHz
Manufacture : NIIGATA Displacement : 10 Hz – 500 Hz
Type : 6MMG. 31 Accurasi : ≤5%
EZ Temp range : 00 C – 400 C
Dia x langkah (diameter X stroke) : 310 x 380 Humidity range : ≤ 80 %
Max. continous output : 600 RPM
Display screen : LCD 320 x 200 pixels (LED
Power/No. of cylinder : 2000
BHP/6 cylinder backlight)
No. of set : 4 sets Battery parameter: Li battery (20 hours continuously)
GEAR BOX Dimension : 171 mm x 78,5 mm
Type : MMG N 4001-2 (TWIN DISC) SAE
30 HAD
Ratio : 310 x 380
Weight : 13500 kg
6|D h a ni P ria tm ok o
Penentuan Titik Pengukuran
Dalam melakukan pengukuran getaran maka harus
ditentukan titik pengukuran terlebih dahulu.
Menentukan titik pada sistem propulsi pada kapal
Ro Ro Kumala. Pada sistem propulsi kapal
dilakukan pengukuran pada pondasi gear box dan
shaft bearing.
7|D h a ni P ria tm ok o
Analisa 5. Pembahasan
5.1. Kerusakan Pada Sistem Perporosan
Berdasarkan wawancara dengan kepala kamar
mesin (KKM) Kumala, sebelum emergency docking
getaran sistem perporosan terasa jauh meningkat
pada beban yang sama, pada bantalan-bantalan
dan reduction gear. Tekanan minyak pelumas pada
reduction gear tinggi, temperatur gas buang
meningkat dan kecepatan kapal menurun 2-3 knot
menjadi 7-8 knot pada putaran mesin rata-rata 400
rpm.
Diindikasikan terdapat kerusakan pada propeller –
shaft – reduction gear yang menyebabkan getaran
meningkat dan performance kapal menurun.
Pada docking sebelumnya pada tanggal 20-24 Juni
2009. perbaikan yang sudah dilaksanakan pada
propeller dan sistem perporosan adalah sebagai
berikut:
2. Baling – baling
Setelah pengambilan data dan identifikasi masalah
dilakukan maka akan dilakukan hal-hal sebagai a. Baling - baling kanan
berikut : Daun baling - baling dicabut, diletakkan dalam
graving dock dibawa ke darat untuk diganti baru
- pengolahan hasil pengukuran dan perhitungan (spare kapal).
- membandingkan tingkat getaran dengan
standart yang berlaku yaitu berdasarkan aturan b. Baling - baling kiri.
dari ISO, DNV dan ABS Daun baling – baling dicabut, diletakkan dalam
- mempelajari pemeliharaan/perbaikan pada graving dock dibawa ke darat untuk perawatan
sistem perporosan KM Kumala pada docking dan perbaikan.
tahun 2009 dan emergency docking 2011
- menganalisa tingkat getaran pada setiap titik 3. Rudder, Rudder Stock & Pintle.
dengan membandingkannya terhadap aturan Dilaksanakan pengukuran clearance poros
serta merunut history perbaikan dan pengukuran kemudi pintle dan dibuatkan record.
terhadap sistem perporosan
- menarik kesimpulan dan memberikan 4. Gear Box
rekomendasi General overhaul gear box M/E no 3,4 kiri
Metal duduk dilepas dan diganti baru 8 set
General overhaul Gear box shaft ME No. 4 kiri
8|D h a ni P ria tm ok o
mengalami perbaikan berarti. Perbaikan
dilaksanakan terhadap propeller (baling-baling)
terhadap retakan dan penambahan material (static
balancing).
9|D h a ni P ria tm ok o
Gambar 27,28.Pengecekan kondisi gear box
Gambar 19,20. Proses balancing propeller kiri dan
kanan
10 | D h a n i P r i a t m o k o
Pengukuran ke
titik property no. 1 no. 2 no. 3 no. 4
1 a - peak (m/s2) 1,52 1,21 0,94 3,17
a - rms (m/s2) 1,07 0,85 0,66 2,24
v (cm/s) 0,029 0,031 0,022 0,057
d (mm) 0,0002 0,0349 0,0034 0,0005
2 a - peak (m/s2) 2,39 1,38 1,75 3,6
a - rms (m/s2) 1,69 0,98 1,24 2,54
v (cm/s) 0,067 0,031 0,06 0,064
d (mm) 0,0047 0,0023 0,0064 0,0005
3 a - peak (m/s2) 0,56 0 0,68 29,84
a - rms (m/s2) 0,39 0,38 0,48 21,1
v (cm/s) 0,071 0,032 0,058 0,622
d (mm) 0,0318 0,0425 0,0494 0,0049
4 a - peak (m/s2) 1,84 1,36 1,71 3,92
a - rms (m/s2) 1,3 0,96 1,21 2,77
v (cm/s) 0,139 0,033 0,087 0,069
d (mm) 0,0444 0,0075 0,0474 0,0009
5 a - peak (m/s2) 1,98 6,49 2,33 30,25
a - rms (m/s2) 1,4 4,58 1,64 21,38
v (cm/s) 0,069 0,188 0,069 0,632
d (mm) 0,007 0,0061 0,0051 0,005
6 a - peak (m/s2) 3,03 3,99 3,65 30,07
a - rms (m/s2) 2,14 2,82 2,58 21,25
v (cm/s) 0,068 0,1 0,102 0,635
d (mm) 0,0038 0,0029 0,0016 0,0051
7 a - peak (m/s2) 1,93 1,38 1,35 31,27
a - rms (m/s2) 1,36 0,98 0,95 22,11
v (cm/s) 0,04 0,046 0,058 0,646
d (mm) 0,0023 0,0036 0,0058 0,0049
8 a - peak (m/s2) 1,77 1,92 2,04 32,24
a - rms (m/s2) 1,25 1,35 1,44 22,79
v (cm/s) 0,044 0,055 0,05 0,66
d (mm) 0,0057 0,0044 0,0021 0,0058
9 a - peak (m/s2) 9,18 9,77 8,92 31,56
a - rms (m/s2) 6,49 6,9 6,31 22,31
v (cm/s) 0,203 0,238 0,196 0,654
d (mm) 0,0039 0,0039 0,0033 0,0048
10 a - peak (m/s2) 11,59 12,9 7,82 32,71
a - rms (m/s2) 8,19 9,12 5,53 23,13
v (cm/s) 0,211 0,225 0,16 0,685
d (mm) 0,0033 0,0031 0,0035 0,005
11 a - peak (m/s2) 4 3,44 3,34 31,35
11 | D h a n i P r i a t m o k o
Pengukuran ke
titik property no. 1 no. 2 no. 3 no. 4
a - rms (m/s2) 2,82 2,43 2,36 22,16
v (cm/s) 0,136 0,114 0,087 0,655
d (mm) 0,0078 0,0057 0,0074 0,005
12 a - peak (m/s2) 4,11 6,73 7,31 33,51
a - rms (m/s2) 2,9 4,76 5,16 23,69
v (cm/s) 0,068 0,067 0,07 0,704
d (mm) 0,0043 0,0031 0,0037 0,0053
13 a - peak (m/s2) 18,32 19,21 11,75 32,33
a - rms (m/s2) 12,95 13,58 8,31 22,85
v (cm/s) 0,346 0,38 0,235 0,672
d (mm) 0,0048 0,006 0,0044 0,005
14 a - peak (m/s2) 13,96 25,39 17 34,79
a - rms (m/s2) 9,87 17,95 12,02 24,6
v (cm/s) 0,278 0,486 0,244 0,725
d (mm) 0,0051 0,0043 0,0042 0,0056
Kondisi pengukuran adalah sebagai berikut: shaft bearing, getaran lateral tidak boleh lebih dari 7
mm/sec rms.
pengukuran rpm mesin 330 rpm
no 1 rpm propeller 135 rpm Pengukuran vibration velocity (mm/s) ke
titik
Tanggal 16 Juli 2011 jam 04:00 1 2 3 4
1 0,29 0,31 0,22 0,57
pengukuran rpm mesin 370; 375; 400; 330 2 0,67 0,31 0,6 0,64
no 2 rpm propeller 140, 135 3 0,71 0,32 0,58 6,22
Tanggal 16 Juli 2011 jam 09.15 4 1,39 0,33 0,87 0,69
5 0,69 1,88 0,69 6,32
pengukuran rpm mesin 370,375,400,330 6 0,68 1 1,02 6,35
no 3 rpm propeller 140,135 7 0,4 0,46 0,58 6,46
Tanggal 16 Juli 2011 jam 12;00 8 0,44 0,55 0,5 6,6
9 2,03 2,38 1,96 6,54
pengukuran rpm mesin 380,395,410,345 10 2,11 2,25 1,6 6,85
no 4 rpm propeller 150,145 11 1,36 1,14 0,87 6,55
Tanggal 16 Juli 2011 jam 17.00 12 0,68 0,67 0,7 7,04
12 knot 13 3,46 3,8 2,35 6,72
belford scale 2 14 2,78 4,86 2,44 7,25
5.4. Analisa Getaran Tabel 2. velocity getaran (mm/s) pada setiap titik
pengukuran dengan standar ABS
Analisa berdasarkan standar ABS
Berdasarkan ABS, untuk komponen sistem propulsi Berdasarkan tabel diatas, tingkat velocity getaran
yang lain selain engine, propeller dan shafting aft yang melebihi 7 mm/s adalah pada titik pengukuran
dari thrust bearing, getaran longitudinal tidak boleh no 12 dan 14 pada pengukuran ke 3. Namun
lebih dari 13 mm/s rms. Untuk stern tube dan line pengukuran pada titik tersebut adalah pada gear
12 | D h a n i P r i a t m o k o
box sehingga mengikuti kriteria dibawah 13 mm/s, Berdasarkan standar DNV titik 3,5,6,7,11,12 dan 14
masih memenuhi peraturan ABS. pada pengukuran ke 4 tidak memenuhi kriteria, dan
disebutkan merupakan indikator bagi performance
yang tidak baik.
Analisa berdasarkan standar DNV
Analisa berdasarkan standar ISO 18016:1995
Berdasarkan standar DNV, kriteria getaran yang
diaplikasikan untuk shaft line bearing adalah 5 mm/s
sedangkan untuk gear (reduction gear) adalah 7 Berdasarkan ISO 18016:1995, “Mechanical
mm/s, sehingga: vibration-Evaluation of machine vibration by
measurements on non rotating parts” Motor
Pengukuran vibration velocity (mm/s) ke penggerak utama pada KM Kumala termasuk
titik permesinan kelas III ( Penggerak utama ukuran
1 2 3 4 besar dan permesinan besar lainnya dengan
1 0,29 0,31 0,22 0,57 dengan pondasi bersifat rigid dan berat serta relatif
2 0,67 0,31 0,6 0,64 tegar
velocity Pengukuran ke
mm/s (rms) 1 2 3 4
0,28 A A A A
0,45 1,2,3,4,5,6, 1,2,3,4,5,6,7, 3,4,5,6,7,8,9 1,2,3,4,5,
0,71 10,11,12,13, 11,12,13,14 10,11,12, 12,13,14
1,12 7,8,9, 14 8,9,10 13,14 6,7,8,9,
1,8 10,11
2,8 B 9,10,13 B B
4,5 9,10,7,13 B
7,1 C 14 C 5,6,7,8,9,,14
11,2 C C 10,11,12,13
18 D D D D
28
45
Tabel 4. Zona dari getaran sistem propulsi KM yang termasuk pada kelas III
13 | D h a n i P r i a t m o k o
Berdasarkan pada tabel 4. pada pengukuran ke 2 bearing antara dan defleksi dari poros itu sendiri
titik nomor 14 perlu mendapat perhatian. Sedangkan tidak dilaksanakan pengecekan. Keduanya dapat
pada pengukuran ke 4 hampir separoh titik mengakibatkan getaran torsional dan axial yang
pengukuran berada dizona C yang artinya adalah berlebih apabila tidak ditangani dengan baik.
Permesinan dengan getaran pada zona ini,
termasuk pada kondisi yang tidak memuaskan untuk Sehingga dengan kondisi sekarang, untuk
dioperasikan secara terus menerus pada jangka memperpanjang usia sistem propulsi, akan lebih
panjang. Umumnya, permesinan dapat dioperasikan baik apabila untuk kondisi full load (overload), motor
untuk waktu yang terbatas sampai mendapatkan diesel dijaga pada putaran engine 400 rpm. Dan
kesempatan untuk memperbaiki kondisi. apabila ada kesempatan perawatan berikutnya
dilakukan overhaul terhadap engine nomor 4 dan
Analisa kondisi kerja pengukuran defleksi pada tiap bantalan maupun
defleksi dari poros itu sendiri.
14 | D h a n i P r i a t m o k o