Anda di halaman 1dari 8

Atekan 39

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN KOLABORASI

Atekan
SD Negeri Weduni, Deket, Lamongan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan proses pembelajaran Pendidikan


Agama Islam (PAI) melalui model pembelajaran kolaborasi dan (2) mendeskripsikan
prestasi belajar PAI melalui model pembelajaran kolaborasi. Penelitian yang dilakukan
pada Kelas VI SDN Weduni, Deket, Lamongan ini dirancang dengan pendekatan
penelitian tindakan kelas (PTK) dalam tiga siklus. Setiap siklus dilakukan melalui
empat tahap: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai
dengan III yaitu, siklus I (73,17%), siklus II (82,93%), siklus III (95,12%). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran kolaborasi dapat meningkatkan
prestasi l belajar PAI.

Kata kunci : PTK, prestasi belajar PAI, model pembelajaran kolaborasi

Abstract: The study was aimed to (1) describe the Islamic Education (PAI) learning
process through collaborative learning model and (2) describes the learning
achievement of PAI through collaborative learning model. The study was conducted at
the sixth graders of state elementary school Weduni, Deket – Lamongan, which was
designed to classroom action research (PTK) within three cycles. Each cycle was done
through four stages: planning, implementation, observation, and reflection. The results
showed that the students’ achievement has increased from cycle I to III, that was the
first cycle (73.17%), Cycle II (82.93%), and the third cycle (95.12%). The results
showed that the method of collaborative learning can improve Islamic education
learning achievement.

Keywords: classroom action research, Islamic education learning achievement,


collaborative learning model.

PENDAHULUAN (materi), anak didik, sarana, media,


Dalam mengajar, guru harus pandai metode, partisipasi masyarakat,
menggunakan pendekatan secara arif dan performance sekolah, dan evaluasi
bijaksana, bukan sembarangan yang bisa pembelajaran (Moh, Shochib, 1998).
merugikan anak didik. Pandangan guru Performance sekolah, dan evaluasi
terhadap anak didik akan menentukan pembelajaran (Moh, Shochib, 1998).
sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak Optimalisasi komponen ini, menentukan
selalu mempunyai pandangan yang sama kualitas (proses dan produk)
dalam menilai anak didik. Hal ini akan pembelajaran. Upaya yang dapat
mempengaruhi pendekatan yang guru dilakukan oleh pendidik adalah
ambil dalam pengajaran. melakukan analisis tentang karakteristik
Kualitas pembelajaran ditentukan setiap komponen dan mensinkronisasikan
oleh interaksi komponen-komponen sehingga ditemukan konsistensi dan
dalam sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar keserasian di antaranya untuk tercapainya
40 MEDIA DIDAKTIKA, Vol. 1, No. 1, Mei 2015

tujuan pembelajaran. Karena Agar hasil ini dapat optimal, guru


pembelajaran mulai dari perencana, dituntut untuk mengubah peran dan
pelaksanaan dan evaluasinya senantiasa fungsinya menjadi fasilitator, mediator,
merujuk pada tujuan yang diharapkan mitra belajar anak didik, dan evaluator.
untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak Ini berarti, guru harus menciptakan
didik baik instructional effect (sesuai interaksi pembelajaran yang demokratis
dengan tujuan yang dirancang) maupun dan dialogis antara guru dengan anak
nurturrant effect (dampak pengiring) didik, dan anak didik dengan anak didik
(Moch. Shochib: 1999). (Moh. Shochib: 1999; dan Paul Suparno
Sejalan dengan inovasi dkk: 2001).
pembelajaran akhir-akhir ini termasuk di Dengan interaksi pembelajaran
Sekolah Dasar, yaitu: Kolaborasi. yang mengemas nilai-nilai tersebut dapat
Interaksi belajar mengajarnya menuntut membuat pembelajaran lingking (link and
anak didik untuk aktif, kreatif dan senang math atau life skill) dan delinking
yang melibatkan secara optimal mental (pemutusan lingkungan negatif),
dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, diversifikasi kurikulum, pembelajaran
kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam kontekstual, kurikulum berbasis
belajar merupakan rentangan kontinum kompetensi, dan otonomi pendidikan
dari yang paling rendah sampai yang pada tingkat sekolah taman kanak-kanak
paling tinggi. dengan manajemen berbasis sekolah, dan
Interaksi belajar mengajar idealnya bertujuan untuk mengupayakan fondasi
mampu membelajarkan anak didik dan mengembangkan anak untuk
berdasarkan problem based learning, memiliki kemampuan yang utuh yang
authentic instruction, inquiry based disebut: Pendidikan Anak Seutuhnya
learning, project based learning, service (PAS).
learning, and cooperative learning. Pola Bertitik tolak dari latar belakang di
interaksi yang mampu mengemas hal atas maka penulis merumuskan
tersebut dapat mengubah paradigma permasalahannya sebagai berikut:
pembelajaran aktif menjadi paradigma bagaimanakah peningkatan prestasi
pembelajaran reflektif. belajar Pendidikan Agama Islam dengan
Dengan interaksi pembelajaran diterapkannya model pengajaran
reflektif dapat membuat anak didik untuk kolaborasi pada siswa kelas VI tahun
menjadikan hasil belajar sebagai referensi pelajaran 2013/2014? dan bagaimanakah
refleksi kritis tentang dampak ilmu pengaruh model pengajaran kolaborasi
pengetahuan dan teknologi terhadap terhadap motivasi belajar Pendidikan
masyarakat; mengasah kepedulian sosial, Agama Islam pada kelas VI tahun
mengasah hati nurani, dan pelajaran 2013/2014?
bertanggungjawab terhadap karirnya
kelak. Kemampuan ini dimiliki anak KAJIAN PUSTAKA
didik, karena dengan pola interaksi Pembelajaran PAI
pembelajaran tersebut, dapat membuat Pembelajaran adalah proses, cara,
anak didik aktif dalam berfikir (mind-on), menjadikan orang atau makhluk hidup
aktif dalam berbuat (hand-on), belajar. Sedangkan belajar adalah
mengembangkan kemampuan bertanya, berusaha memperoleh kepandaian atau
mengembangkan kemampuan ilmu berubah tingkah laku atau tanggapan
berkomunikasi, dan membudayakan yang disebabkan oleh pengalaman,
untuk memecahkan permasalahan baik (KBBI, 1996:14)
secara personal maupun sosial.
Atekan 41

Sutomo (1993:68) mengemukakan mengaktifkan siswa dalam belajar; Guru


bawah belajar adalah proses pengelolaan yang baik memberikan pengertian, bukan
lingkungan seseorang dengan sengaja hanya dengan kata-kata belaka. Hal ini
dikelukan sehingga memungkinkan dia untuk menghindari verbalisme pada
belajar untuk melakukan atau murid; Guru menghubungkan pelajaran
mempertunjukkan tingkah laku pula. pada kehidupan siswa; Guru terikat
Sedangkan belajar adalah suatu proses dengan texs book; Guru yang baik tidak
yang menyebabkan perubahan tingkah hanya mengajar dalam arti
laku yang bukan disebabkan oleh proses menyampaikan pengetahuan melainkan
pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi senantiasa membentuk kepribadian
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, siswanya.
bertambah pengetahuan, berkembang
daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, Model Pembelajaran Kolaborasi
1993:120). Pembelajaran kolaborasi
Telah disepakati oleh pendidikan bahwa (Colaboration Learning) merupakan
guru merupakan kunci dalam proses model pembelajaran yang menerapkan
belajar mengajar. Bila hal ini dilihat dari paradigma baru dalam teori-teori belajar
segi nilai lebih yang dimiliki oleh guru (Yufiarti 2003). Pendekatan ini dapat
dibandingkan dengan siswanya.nilai lebih digambarkan sebagai suatu moel
ini dimiliki oleh guru terutama dalam pembelajaran dengan menumbuhkan para
ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru siswa untuk bekerja sama dalam
bidang studi pengajarannya. Walau kelompok-kelompok kecil untu
demikian nilai lebih itu tidak akan dapat mencapai tujuan yang sama.
diandalkan oleh guru, apabila ia tidak Pendekatan kolaborasi bertujuan
memiliki teknik-teknik yang tepat untuk agar siswa dapat membangun
mentransfer kepada siswa. Disamping itu pengetahuannya melalui dialog, saling
kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas membagi informasi sesame siswa dan
yang sangat kompleks , karena itu sukar guru sehingga siswa dapat meningkatkan
bagi guru PAI bagaimana caranya kemampuan mental pada tingkat tinggi.
mengajar dengan baik agar dapat Model ini digunakan pada setiap mata
meningkatkan motivasi siswa dalam pelajaran terutama yang mungkin
belajar PAI. berkembang sharing of information di
Untuk merealisasikan keinginan antara siswa.
tersebut kana ada beberapa prinsip umum Belajar kolaborasi digambarkan
yang harus dipegang oleh guru PAI sebagai suatu model pengajaran yang
dalam menjalankan tugasnya. Menurut mana para siswa bekerja sama dalam
Prof DR. S. Nasution, prinsip-prinsip kelompok –kelompok kecil untuk
umum yang harus dipegang oleh guru mencapai tujuan yang sama. Hal yang
PAI dalam menjalankan tugasnya adalah perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar
sebagai berikut: Guru yang baik kolaboratif, para siswa bekerja sama
memahami dan menghormati siswa; Guru menyelesaikan masalah yang sama, dan
yang baik harus menghormati bahan bukan secara individual menyelesaikan
pelajaran yang diberikannya; Guru bagian-bagian yang terpisah dari masalah
hendaknya menyesuaikan bahan tersebut. Dengan demikian, selama
pelajaran yang diberikan dengan berkolaborasi para siswa bekerja sama
kemampuannya siswa; Guru hendaknya membangun pemahaman dan konsep
menyesuaikan metode mengajar dengan yang sama menyelesaikan setiap bagian
pelajarannya; Guru yang baik dari masalah atau tugas tersebut.
42 MEDIA DIDAKTIKA, Vol. 1, No. 1, Mei 2015

Pendekatan kolaboratif dipandang Hasil Penelitian


sebagai proses membangun dan Siklus I
mempertahankan konsepsi yang sama Pada tahap perencanaan, peneliti
tentang suatu masalah. Dari sudut mempersiapkan perangkat pembelajaran
pandang ini, model belajar kolaboratif yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal
menjadi efisien karena para anggota tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran
kelompok belajar dituntut untuk berfikir yang mendukung. Selain itu juga
secara interaktif. Para ahli berpendapat dipersiapkan lembar observasi
bahwa berfikir secara interaktif. Para ahli pengelolaan model pembelajaran
berpendapaat bahwa berfikir bukanlah KOLABORASI , dan lembar observasi
sekedar memanipulasi objek-objek aktivitas guru dan siswa.
mental, melainkan juga interaksi dengan Pelaksanaan kegiatan belajar
orang lain dan dengan lingkungan. mengajar untuk siklus I dilaksanakan
Salah satu ciri penting dari kelas pada tanggal 4 pebruari 2014 di Kelas VI
yang menerapkan model pembelajaran jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini
kolaboratif adalah siswa tidak dikotak- peneliti bertindak sebagai pengajar.
kotakan berdasarkan kemampuannya, Adapun proses belajar mengajar mengacu
minatnya, ataupun karakteristik dan pada rencana pelajaran yang telah
mengurangi kesempatan siswa untu dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
belajar bersama siswa lain. Dengan dilaksanakan bersamaan dengan
demikian, semua siswa dapat belajar dari pelaksanaan belajar mengajar.
siswa dan tidak ada siswa yang tidak Pada akhir proses belajar mengajar
mempunyai kesempatan untuk siswa diberi tes formatif dengan tujuan
memberikan masukan dan menghargai untuk mengetahui tingkat keberhasilan
masukan yang diberikan orang lain. siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Hasil penelitian
METODE PENELITIAN pada siklus ini menunjukkan bahwa
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menerapkan pembelajaran model
tindakan (action research), karena Kolaborasi diperoleh nilai rata-rata
penelitian dilakukan untuk memecahkan prestasi belajar siswa adalah 70,00 dan
masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau
ini menggunakan rancangan Penelitian ada 15 siswa dari 22 siswa sudah tuntas
Tindakan Kelas (PTK). Rancangan belajar. Hasil tersebut menunjukkan
penelitian yang digunakan mengacu pada bahwa pada siklus pertama secara
rancangan Kemmis & Taggart (1988) klasikal siswa belum tuntas belajar,
dengan 3 siklus. Masing-masing siklus karena siswa yang memperoleh nilai  65
terdiri dari 4 tahapan yaitu : (1) hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari
penyusunan rencana tindakan, (2) persentase ketuntasan yang dikehendaki
pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan
dan (4) Pengambilan kesimpulan. karena siswa masih merasa baru dan
Pengumpulan data dilakukan dengan belum mengerti apa yang dimaksudkan
menggunakan instrumen berupa pedoman dan digunakan guru dengan menerapkan
tes, pengamatan, dan wawancara. pembelajaran model Kolaborasi.
Hasil pengamatan menunjukkan
guru kurang maksimal dalam memotivasi
siswa dan dalam menyampaikan tujuan
HASIL PENELITIAN pembelajaran dan siswa kurang aktif
selama pembelajaran berlangsung.
Atekan 43

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Pelaksanaan kegiatan belajar pada


pada siklus I ini masih terdapat siklus II ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi kekurangan. Maka perlu adanya revisi
untuk dilakukan pada siklus berikutnya. untuk dilaksanakan pada siklus II antara
lain guru dalam memotivasi siswa
Siklus II hendaknya dapat membuat siswa lebih
Pada tahap perencanaan, peneliti termotivasi selama proses belajar
mempersiapkan perangkat pembelajaran mengajar berlangsung dan guru harus
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal lebih dekat dengan siswa sehingga tidak
tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran ada perasaan takut dalam diri siswa baik
yang mendukung. untuk mengemukakan pendapat atau
Pelaksanaan kegiatan belajar bertanya.
mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 11 pebruari 2014 di Kelas Siklus III
VI dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam Pada tahap ini peneliti
hal ini peneliti bertindak sebagai mempersiapkan perangkat pembelajaran
pengajar. Adapun proses belajar yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal
mengajar mengacu pada rencana tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran
pelajaran dengan memperhatikan revisi yang mendukung.
pada siklus I, sehingga kesalahan atau Pelaksanaan kegiatan belajar
kekurangan pada siklus I tidak terulang mengajar untuk siklus III dilaksanakan
lagi pada siklus II. Pengamatan pada tanggal 18 pebruari 2014 di Kelas
(observasi) dilaksanakan bersamaan VI dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam
dengan pelaksanaan belajar mengajar. hal ini peneliti bertindak sebagai
Pada akhir proses belajar mengajar pengajar. Adapun proses belajar
siswa diberi tes formatif II dengan tujuan mengajar mengacu pada rencana
untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelajaran dengan memperhatikan revisi
siswa dalam proses belajar mengajar pada siklus II, sehingga kesalahan atau
yang telah dilakukan. Instrumen yang kekurangan pada siklus II tidak terulang
digunakan adalah tes formatif II. Hasil lagi pada siklus III. Pengamatan
penelitian pada siklus II menunjukkan (observasi) dilaksanakan bersamaan
nilai rata-rata prestasi belajar siswa dengan pelaksanaan belajar mengajar.
adalah 77,73 dan ketuntasan belajar Pada akhir proses belajar mengajar
mencapai 79,01% atau ada 17 siswa dari siswa diberi tes formatif III dengan
22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini tujuan untuk mengetahui tingkat
menunjukkan bahwa pada siklus II ini keberhasilan siswa dalam proses belajar
ketuntasan belajar secara klasikal telah mengajar yang telah dilakukan.
mengalami peningkatan sedikit lebih baik Instrumen yang digunakan adalah tes
dari siklus I. Adanya peningkatan hasil formatif III. Hasil penelitian pada siklus
belajar siswa ini karena setelah guru III menunjukkan nilai rata-rata tes
menginformasikan bahwa setiap akhir formatif sebesar 82,73 dan dari 22 siswa
pelajaran akan selalu diadakan tes telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3
sehingga pada pertemuan berikutnya siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
siswa lebih termotivasi untuk belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar
Selain itu siswa juga sudah mulai yang telah tercapai sebesar 86,36%
mengerti apa yang dimaksudkan dan (termasuk kategori tuntas). Hasil pada
diinginkan guru dengan menerapkan siklus III ini mengalami peningkatan
pembelajaran model kolaborasi. lebih baik dari siklus II. Adanya
44 MEDIA DIDAKTIKA, Vol. 1, No. 1, Mei 2015

peningkatan hasil belajar pada siklus III berdampak positif terhadap prestasi
ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan
kemampuan guru dalam menerapkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
pembelajaran model Kolaborasi sehingga siswa pad setiap siklus yang terus
siswa menjadi lebih terbiasa dengan mengalami peningkatan.
pembelajaran seperti ini sehingga siswa Berdasarkan analisis data, diperoleh
lebih mudah dalam memahami materi aktivitas siswa dalam proses
yang telah diberikan. Pada tahap ini akan pembelajaran PAI pada pokok bahasan
dikaji apa yang telah terlaksana dengan kisah nabi Ibrahim a.s, dan nabi Ismail
baik maupun yang masih kurang baik a.s dengan model pengajaran kolaborasi
dalam proses belajar mengajar dengan yang paling dominan adalah,
penerapan pembelajaran model mendengarkan/memperhatikan
Kolaborasi penjelasan guru, dan diskusi antar
Pada siklus III guru telah siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
menerapkan pembelajaran model dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
Kolaborasi dengan baik dan dilihat dari dapat dikategorikan aktif.
aktivitas siswa serta hasil belajar siswa Sedangkan untuk aktivitas guru
pelaksanaan proses belajar mengajar selama pembelajaran telah melaksanakan
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak langkah-langkah kegiatan belajar
diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi mengajar dengan menerapkan pengajaran
yang perlu diperhatikan untuk tindakan konstekstual model pengajaran berbasis
selanjutnya adalah memaksimalkan dan masalah dengan baik. Hal ini terlihat dari
mempertahankan apa yang telah ada aktivitas guru yang muncul di antaranya
dengan tujuan agar pada pelaksanaan aktivitas membimbing dan mengamati
proses belajar mengajar selanjutnya siswa dalam menemukan konsep,
penerapan model pengajaran kolaborasi menjelaskan materi yang sulit, memberi
dapat meningkatkan proses belajar umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana
mengajar sehingga tujuan pembelajaran prosentase untuk aktivitas di atas cukup
dapat tercapai. besar.

PEMBAHASAN PENUTUP
Melalui hasil penelitian ini Simpulan
menunjukkan bahwa pembelajaran model Berdasarkan hasil penelitian yang
Kolaborasi memiliki dampak positif telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil
dalam meningkatkan prestasi belajar seluruh pembahasan serta analisis yang
siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin telah dilakukan dapat disimpulkan
mantapnya pemahaman siswa terhadap sebagai berikut: (1) Model pengajaran
materi yang disampaikan guru kolaborasi dapat meningkatkan kualitas
(ketuntasan belajar meningkat dari siklus pembelajaran PAI; (2) Pembelajaran
I, II, dan III) yaitu masing-masing model Kolaborasi memiliki dampak
68,18%, 79,01%, dan 86,36%. Pada positif dalam meningkatkan prestasi
siklus III ketuntasan belajar siswa secara belajar siswa yang ditandai dengan
klasikal telah tercapai. peningkatan ketuntasan belajar siswa
Berdasarkan analisis data, diperoleh dalam setiap siklus, yaitu siklus I
aktivitas siswa dalam proses belajar (68,18%), siklus II (79,01%), siklus III
mengajar dengan menerapkan model (86,36%); (3) Model pengajaran
pengajaran kolaborasi dalam setiap kolaborasi dapat menjadikan siswa
siklus mengalami peningkatan. Hal ini merasa dirinya mendapat perhatian dan
Atekan 45

kesempatan untuk menyampaikan Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam


pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan; Proses Belajar Mengajar.
(4) Siswa dapat bekerja secara mandiri Bandung: Sinar Baru Algesindon.
maupun kelompok, serta mampu Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen
mempertanggungjawabkan segala tugas Mengajar Secara Manusiawi.
individu maupun kelompok; (5) Jakarta: Rineksa Cipta.
Penerapan pembelajaran model Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar
Kolaborasi mempunyai pengaruh positif, Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
yaitu dapat meningkatkan motivasi Aksara.
belajar siswa. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Saran Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Dari hasil penelitian yang diperoleh Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses
dari uraian sebelumnya agar proses Belajar Mengajar Pendidikan.
belajar mengajar PAI lebih efektif dan Jakarta: Usaha Nasional.
lebih memberikan hasil yang optimal Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan
bagi siswa, maka disampaikan saran Konsep Pendidikan Moral
sebagai berikut: (1) Untuk melaksanakan Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
model pengajaran kolaborasi Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi
memerlukan persiapan yang cukup Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa
matang, sehingga guru harus mampu Cipta.
menentukan atau memilih topik yang Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi
benar-benar bisa diterapkan dengan Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
pembelajaran model Kolaborasi dalam Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi
proses belajar mengajar sehingga Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP.
diperoleh hasil yang optimal; (2) Dalam Fak. Psikologi UGM.
rangka meningkatkan prestasi belajar Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar
siswa, guru hendaknya lebih sering dan Mengajar. Bandung: Sinar
melatih siswa dengan berbagai metode Baru Algesindo.
pengajaran, walau dalam taraf yang Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998.
sederhana, dimana siswa nantinya dapat Proses Belajar Mengajar.
menemukan pengetahuan baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.
memperoleh konsep dan keterampilan, Margono. 1997. Metodologi Penelitian
sehingga siswa berhasil atau mampu Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
memecahkan masalah-masalah yang Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes.
dihadapinya; (4) Perlu adanya penelitian Surabaya: Universitas Press.
yang lebih lanjut, karena hasil penelitian Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
ini hanya dilakukan di kelas VI tahun Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
pelajaran 013/2014; (5) Untuk penelitian Rosdakarya.
yang serupa hendaknya dilakukan Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa
perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil untuk Belajar. Surabaya: University
yang lebih baik. Press. Univesitas Negeri Surabaya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Bina Aksara.
46 MEDIA DIDAKTIKA, Vol. 1, No. 1, Mei 2015

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar
Model Pembelajaran. Jakarta: Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.
PAU-PPAI, Universitas Terbuka. Rineksa Cipta.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi
Penelitian Tindakan Kelas. Pendidikan, Suatu Pendekatan
Surabaya: Insan Cendekia. Baru. Bandung: Remaja
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Rosdakarya.
Pengajaran Nasional. Bandung: Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru
Jemmars. Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai