Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KOMUNIKASI DATA

“PENERAPAN IP ADDRESS DALAM JARINGAN KOMPUTER”

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Komunikasi Data

Oleh :

Nama : VIOLA ADELIA ZAHRA

NIM : 061830330879

Kelas : 4 TC

Dosen Pengampuh : Ir. Ali Nurdin, MT

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNKASI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

1
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “IP ADDRESS” dengan lancar.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
telah banyak membantu sehingga pembuatan makalah ini dapat berjalan lancar. Semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Penulis

2
DAFTAR ISI

Judul....................................................................................................................................................     
i
Kata Pengantar..................................................................................................................................     
ii
Daftar Isi.............................................................................................................................................     
ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................     
1
1.1  Latar Belakang.........................................................................................................................     
1
1.2  Rumusan Masalah....................................................................................................................     
1
1.3  Tujuan......................................................................................................................................     
2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................     
3
2.1 Pengertian IP Address............................................................................................................     
3
2.1.1 IP Version..............................................................................................................................     
3
2.1.2 Aturan Dasar Pemilihan Network ID dan Host ID..................................................................
4
2.1.3   Subnet Mask.........................................................................................................................     
5
2.1.4 Format Penulisan Ip Addressing.............................................................................................     
5
2.1.5 Jenis-Jenis IP Address............................................................................................................     
6
2.2  Klasifikasi Jaringan Internet................................................................................................     
7

3
2.2.1 Berdasarkan Kelasnya............................................................................................................     
7
2.2.2 Berdasarkan Pada Ukuran Jaringan........................................................................................  
10
2.3 Address Khusus.......................................................................................................................  
11
2.3.1 Aturan dasar pemilihan Network ID dan Host ID..................................................................
11
2.3.2 Perngalokasian IP Address...................................................................................................  
14
2.4 Pengertian  Subnetting............................................................................................................  
13
2.4.1 Dua Alasan Utama Melakukan Subnetting.............................................................................  
13
2.4.2 Tujuan dari Subnetting...........................................................................................................  
13
2.4.3 Fungsi Subnetting...................................................................................................................  
14
2.4.4 Proses Subnetting...................................................................................................................  
14
2.4.5 Cara Pembentukan Subnetting .............................................................................................  
14
BAB III PENUTUP............................................................................................................................  
15
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................  
15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................  
17

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

4
          Pengembangan dan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kini kian pesat
menjadikan kebutuhan akan komputer dan perangkat teknologi lainnya yang berkaitan dengan
Teknologi Informasi semakin menjadi kebutuhan tersendiri. Dan berbicara tentang jaringan komputer
saat ini sangatlah bermanfaat dan mungkin sudah sangat biasa penggunaannya, karena hampir semua
orang sangat membutuhkan jaringan komputer ini terutama bagi mereka yang menggunakan internet.
Komunikasi data dalam suatu jaringan membutuhkan suatu aturan tertentu sehingga komputer–
komputer yang terhubung dapat saling terjadi proses komunikasi data. Dalam istilah jaringan
komputer, aturan tersebut disebut sebagai protokol.
            Untuk dapat saling berkomunikasi data dalam suatu jaringan dibutuhkan protocol yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai jenis Sistem Operasi. Protokol yang dapat diimplementasikan pada
berbagai macam Sistem Operasi adalah protokol IP. Dengan adanya protokol IP komunikasi antara
Ms. Windows dan Novel Netware dapat dilakukan. Oleh karena itu makalah ini akan membahas
semua yang berkaitan dengan IP. 

1.2  Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1.2.1  Apakah yang dimaksud dengan IP addressing?
1.2.2  Bagaimana pengklasifikasian jaringan internet?
1.2.3  Apa sajakah yang termasuk dalam address khusus?
1.2.4  Apakah yang dimaksud dengan subnetting?

1.3  Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.3.1  Untuk mengetahui yang dimaksud dengan IP addressing.
1.3.2  Untuk mengetahui pengklasifikasian jaringan internet.
1.3.3  Untuk mengetahui yang termasuk dalam address khusus.
1.3.4  Untuk mengetahui yang dimaksud dengan subnetting.

BAB 2
PEMBAHASAN

5
2.1 Pengertian IP Address

            IP Address adalah alamat yang  diberikan ke jaringan dan peralatan jaringan yang
menggunakan protocol TCP/IP. IP Address terdiri dari 32 bit angka biner yang dapat
dituliskan sebagai empat angka desimal yang dipisahkan oleh tanda titik seperti 192.16.10.1.
Oleh karena protocol IP adalah protocol yang paling banyak dipakai untuk
meneruskan (routing) informasi didalam jaringan komputer satu dengan lain, maka kita harus
benar-benar memahami IP address ini.

  IP address digunakan sebagai alamat dalam hubungan antar host di internet sehingga


merupakan sebuah sistem komunikasi yang universal karena merupakan metode
pengalamatan yang telah diterima di seluruh dunia. Dengan menentukan IP address berarti
kita telah memberikan identitas yang universal bagi setiap interface komputer. Jika suatu
computer memiliki lebih dari satu interface maka kita harus memberi dua
IP address untuk komputer tersebut masing-masing untuk setiap interfacenya.

2.1.1 IP Version

  Saat ini ada dua versi dari ip yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. IP Versi 4 (IPv4)

6
  Internet protocol version 4 atau IPv4 terdiri dari 32-bit dan bisa menampung lebih dari
4.294.967.296 host di seluruh dunia. Sebagai contoh yaitu 172.146.80.100, jika host di
seluruh dunia melebihi angka 4.294.967.296 maka dibuatlah IPv6. Pengalamatan IPv4, yaitu
dekomposisi dari alamat IPv4 dari notasi dot-desimal ke nilai biner. Dalam IPv4 alamat
terdiri dari 32 bit yang membatasi ruang alamat ke 4294967296 (232) alamat unik mungkin.
IPv4 mencadangkan beberapa alamat untuk tujuan khusus seperti jaringan privat (~ 18 juta
alamat) atau alamat multicast (~ 270 juta alamat). Alamat IPv4 yang kanonis diwakili dalam
notasi dot-desimal, yang terdiri dari empat angka desimal, masing-masing mulai dari 0
sampai 255, dipisahkan oleh titik, misalnya, 172.16.254.1. Setiap bagian mewakili
sekelompok 8 bit (oktet) alamat. Dalam beberapa kasus penulisan teknis, alamat IPv4 dapat
disajikan dalam berbagai heksadesimal, oktal, atau representasi biner.

2. IP Versi 6 (IPv6)

            IPv6 diciptakan untuk menjawab kekhawatiran akan kemampuan IPv4 yang hanya
menggunakan 32 bit untuk menampung IP Address di seluruh dunia, semakin banyaknya
pengguna jaringan internet dari hari ke hari di seluruh dunia IPv4 dinilai suatu saat akan

7
mencapai batas maksimum yang dapat ditampungnya, untuk itulah IPv6 versi 128 bit
diciptakan. Dengan kemampuanya yang jauh lebih besar dari IPv4 dinilai akan mampu
menyediakan IP Address pada seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia yang
semakin hari semakin banyak. Pengalamatan IPv4, yaitu dekomposisi dari alamat IPv6 dari
representasi heksadesimal ke nilai biner. Ukuran alamat meningkat 32-128 bit atau 16 oktet.
Secara matematis, ruang alamat baru menyediakan potensi maksimal 2.128, atau sekitar
3,403 × 1038 alamat.

            Tujuan utama dari desain baru tidak hanya untuk memberikan jumlah yang cukup
alamat, melainkan untuk memungkinkan agregasi efisien subnetwork Routing prefiks
pada node routing. Akibatnya, ukuran tabel routing yang lebih kecil, dan kemungkinan
alokasi individu terkecil adalah subnet untuk 264 host, yang merupakan kuadrat dari ukuran
seluruh internet IPv4. Pada tingkat ini, tingkat pemanfaatan alamat sebenarnya akan menjadi
kecil pada setiap segmen jaringan IPv6.

2.1.2 Aturan Dasar Pemilihan Network ID dan Host ID

            IP Address terdiri dari 2 bagian yaitu network ID dan host ID,  dimana network ID
menentukan alamat dari jaringan dan host ID menentukan dari peralatan jaringan. IP address
memberikan alamat lengkap dari suatu peralatan jaringan beserta alamat jaringan dimana
peralatan itu berada. Aturan dasar pemilihan network ID dan Host ID ada tiga, yaitu :

1. Network ID tidak boleh sama dengan 127, karena network ID 127 secara default digunakan
sebagai alamat loopback yakni alamat IP address yang digunakan oleh suatu komputer
yang menunjuk dirinya sendiri
2. Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255, karena akan diartikan sebagai
alamat broadcast. ID ini merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan
3. Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0, karena akan diartikan sebagai alamat
network. Alamat network digunakan untuk menunjuk suatu jaringan buka host. Host ID
harus unik dalam suatu network, dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang
memiliki host ID yang sama.

2.1.3 Subnet Mask


8
            Nilai subnet mask berfungsi untuk memisahkan network ID dengan host ID. Subnet
mask diperlukan oleh TCP/IP untuk menentukan apakah jaringan yang dimaksud adalah
jaringan lokal atau nonlokal. Untuk jaringan nonlokal berarti TCP/IP harus mengirimkan
paket data melalui sebuah router. Dengan demikian, diperlukan address mask untuk
menyaring IP address dan paket data yang keluar masuk jaringan tersebut.

            Network ID dan host ID di dalam IP address dibedakan oleh penggunaan subnet mask.


Masing–masing subnet mask menggunakan pola nomor 32-bit yang merupakan bit groups
dari semua satu (1) yang menggunakan network ID dan semua nol (0) menunjukkan host ID
dari porsi IP address.

Sebagai contoh, alamat kelas B: 170.203.93.5 bilangan binernya adalah:


10101010 11001011 01011101 00000101
Subnet mask default untuk alamat kelas B adalah:
11111111 11111111 00000000 00000000
Bisa juga ditulis dalam notasi desimal:
255.255.0.0
Tabel : Subnet mask untuk internet address classes

Kelas Bit Subnet Subnet mask

A 11111111 00000000 00000000 00000000 225.0.0.0

B 11111111 11111111 00000000 00000000 225.225.0.0

C 11111111 11111111 11111111 00000000 225.225.225.0

2.1.4 Format Penulisan Ip Addressing

            IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8
bitnya. Tiap bit ini disebut sebagai octet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai berikut:
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx

9
            Jadi, IP address memiliki range dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai
11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address dengan bilangan biner seperti
ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal yang masing-
masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan ‘notasi desimal bertitik’.
Setiap bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP address. Contoh hubungan IP
address dalam format biner dan desimal:

Desimal 167 205 206 100

Biner 10100111 11001101 11001110 01100100

2.1.5 Jenis-Jenis IP Address

1.   IP Public
            Ini adalah Internet Assigned Numbers Authority (IANA) terdaftar alamat yang terlihat
di Internet. Public bit tertinggi range address bit network address
1.    kelas A     0          0 – 127* 8
2.    kelas B     10        128 – 191 16
3.    kelas C     110      192 – 223 24
4.    kelas D     1110    224 – 239 28

2.    Privat
            Privat Address adalah kelompok IP Addres yang dapat dipakai tanpa harus melakukan
pendaftaran. IP Address ini hanya dapat digunakan untuk jaringan lokal (LAN) dan tidak
dikenal dan diabaikan oleh Internet. Alamat ini adalah unik bagi jaringan lokalnya tetapi
tidak unik bagi jaringan global. Agar IP Private ini dapat terkoneksi ke internet, diperlukan
peralatan Router dengan fasilitas Network Address Traslation (NAT).

            Berikut adalah alamat yang dicadangkan untuk jaringan private:


·      Private Address Kelas A: 
            IP Address dari 10.0.0.0 – 10.255.255.254, setara dengan sebuah jaringan dengan 24
bit host. Atau sekitar 16.777.214 host
·      Private Address Kelas B:
            172.16.0.0 – 172.31.255.255, setara dengan 16 jaringan yang masing-masing jaringan
memiliki host  efektif sebanyak 65.534 host

10
·      Private Address Kelas C:
            192.168.0.0 – 192.168.255.254, setara dengan 256 jaringan yang masing-masing
jaringan memiliki host  efektif sebanyak 254 host.

2.2 Klasifikasi Jaringan Internet

            IP address dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu bagian network (net ID) dan bagian hist
(host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang lain,
sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi seluruh host
yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian dari bit-bit
bagian awal pada bagian awal address merupakan network bit/network number, sedangkan
sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung
kepada kelas network.

2.2.1 Berdasarkan Kelasnya

            Berdasarkan kelasnya IP address dibagi ke dalam lima kelas yaitu kelas A, B, C, D, E.
perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Perangkat lunak Internet protocol
menentukan pembagian jenis kelas ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP address.
Penentuan kelas ini dilakukan dengan cara berikut:

1) Kelas A

IP address kelas A terdiri atas 8 bit untuk network ID dan sisanya 24 bit digunakan
untuk host ID, sehingga IP address kelas A digunakan untuk jaringan dengan jumlah host
sangat besar. Pada bit pertama diberikan angka 0 sampai dengan 127.

Karakteristik IP Kelas A

Format : 0NNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit pertama :0
NetworkID : 8 bit
HostID : 24 bit
Oktat pertama : 0 - 127
11
Jumlah network : 126 (untuk 0 dan 127 dicadangkan)
Rentang IP : 1.x.x.x - 126.x.x.x
Jumlah IP address : 16.777.214

Contoh
IP address 120.31.45.18 maka :
NetworkID = 120
HostID = 31.45.18

Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 31.45.18 pada jaringan 120.

2) Kelas B

IP address kelas B terdiri atas 16 bit untuk network ID dan sisanya 16 bit digunakan
untuk host ID, sehingga IP address kelas B digunakan untuk jaringan dengan jumlah host
tidak terlalu besar. Pada 2 bit pertama, diberikan angka 10.

Karakteristik IP Kelas B

Format : 10NNNNNN. NNNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit pertama : 10
NetworkID : 16 bit
HostID : 16 bit
Oktat pertama : 128 - 191
Jumlah network : 16.384
Rentang IP : 128.1.x.x - 191.255.x.x
Jumlah IP address : 65.534
Contoh
IP address 150.70.60.56 maka :
 NetworkID = 150.70
HostID = 60.56

Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 60.56 pada jaringan 150.70

12
3) Kelas C
IP address kelas C terdiri atas 24 bit untuk network ID dan sisanya 8 bit digunakan
untuk host ID, sehingga IP address kelas C digunakan untuk jaringan berukuran kecil. Kelas
C biasanya digunakan untuk jaringan Local Area Network atau LAN. Pada 3 bit pertama,
diberikan angka 110.

Karakteristik IP Kelas C

Format : 110NNNNN.NNNNNNNN. NNNNNNNN.HHHHHHHH
Bit pertama : 110
NetworkID : 24 bit
HostID : 8 bit
Oktat pertama : 192 - 223
Jumlah network : 2.097.152
Rentang IP : 192.0.0.x - 223.255.225.x
Jumlah IP address : 254

Contoh
IP address 192.168.1.1 maka :
NetworkID = 192.168.1
HostID =1

Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 1 pada jaringan 192.168.1

Tabel : Jumlah networkID dan hostID


Jumlah Host
Kelas Antara Jumlah jaringan
Jaringan
A 1 s.d. 126 126 16.777.214
B 128 s.d. 191 16.384 65.534
C 192 s.d. 223 2.097.152 254

13
Tabel : Rentang IP address untuk setiap kelas

Kelas Alamat Awal Alamat Akhir

A XXX.0.0.1 XXX.255.255.255
B XXX.XXX.0.1 XXX.XXX.255.255
C XXX.XXX.XXX.1 XXX.XXX.XXX.255

4) Kelas D
IP address kelas D digunakan untuk keperluan IP multicasting. 4 bit pertama IP
address kelas D di set 1110. Bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang
menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal network bit dan host bit.

Karakteristik:
Format : 1110MMMM.MMMMMMMM.MMMMMMMM.MMMMMMMM
4 bit pertama : 1110
Bit multicast : 28 bit
Byte insial : 224-247
Deskripsi : kelas D adalah ruang alamat multicast (RFC 1112)

5) Kelas E

IP address kelas E tidak digunakan untuk umum. 4 bit pertama IP address ini de set
1111.

Karakteristik
Format : 1111RRRR.RRRRRRRR.RRRRRRRR.RRRRRRRR
4 bit pertama : 1111
Bit cadangaN : 28 bit
Byte inisial : 248-255
Deskripsi           : kelas E adalah ruang alamat yang di cadangkan untuk keperluan
eksperimenta

14
Selain network  ID, istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP address
yang menunjukkan jaringan ialah Network Prifix. Biasanya dalam menuliskan network prefix
suatu kelas  IP address digunakan tanda garis miring (slash) “I” yang diikuti dengan angka
yang menunjukkan panjang network prefix dalam bit.

2.2.2 Berdasarkan Pada Ukuran Jaringan

            Berdasarkan pada ukuran jaringan Internet dibagi dalam empat bagian, yaitu : 

·      LAN (Local Area Network)


            LAN adalah jaringan lokal atau jaringan private yang ada dalam satu gedung atau
dalam satu ruangan. LAN biasa digunakan untuk jaringan kecil yang menggunakan satu
resource secara bersama–sama, misalnya penggunaan printer secara bersama–sama,
penggunaan media penyimpanan secara bersama, dan lain–lain.

·      MAN (Metropolitan Area Network)


            MAN adalah pengembangan dari LAN yang menggunakan metode yang sama dengan
LAN tetapi daerah cakupannya lebih luas. Daerah cakupan LAN yang hanya ada pada suatu
ruangan atau gedung, tetapi pada MAN cakupannya bisa sampai satu RT atau beberapa
kantor yang berada dalam komplek yang sama.
·      WAN (Wide Area Network)
            WAN dengan cakupan yang lebih luas lagi, cakupannya meliputi satu kawasan, satu
pulau atau satu negara bahkan benua. Sedangkan metode yang dipakai dalam WAN hampir
sama dengan yang dipakai di dalam LAN dan MAN.

·      Internet
            Internet adalah interkoneksi antar jaringan–jaringan komputer yang ada di dunia yang
bisa saling berkomunikasi dan bertukar informasi menggunakan standar Internet Protocol
(IP).

2.3 Address Khusus

15
            Selain address yang digunakan untuk pengenal host ada beberapa address yang
digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk pengenal host. Address
itu adalah:

a)   Network Address
            Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan internet.
Misalkan untuk host dengan IP address kelas B 192.168.9.35 tanpa memakai subnet, network
address ini adalah 192.168.0.0 address ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada
segmen 2 terakhir menjadi 0. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan
informasi routing pada internet. Router cukup melihat network address 192.168 untuk
menentukan ke router mana datagram tersebut harus dikirimkan. Analoginya mirip dengan
tuang pos cukup melihat kota tujuan pada alamat surat tidak perlu membaca seluruh alamat
untuk menentukan jalur mana yang harus ditempuh surat tersebut.

b)  Broadcast Address
               Address ini digunakan untuk mengirim dan menerima informasi yang harus
diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu network. Seperti diketahui setiap datagram IP
memiliki header alamat tujuan berupa IP address dari host yang akan dituju oleh datagram
tersebut. Dengan adanya alamat ini maka hanya host tujuan saja yang memproses datagram
tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Tidak efisien apabila harus membuat
replikasi datagram sebanyak jumlah host tujuan, pemakai bandwith akan meningkat dan
beban kerja host pengirim bertambah, padahal isi datagram tersebut sama. Oleh karena itu
dibuat konsep broadcast address, host cukup mengirim ke alamat broadcast maka seluruh
host pada network akan menerima datagram tersebut.
            Jadi sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk menerima datagram, pertama
adalah IP addressnya yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast
address pada network tempat host tersebut berada. Broadcast address diperoleh dengan
membuat bit-bit hst pada IP address menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address
192.168.9.35 atau 192.168.240.2 broadcast addressnya 192.168.255.255 (2 segmen dari
IP address tersebut disebut berharga 11111111.11111111, sehingga secara decimal terbaca
255.255) jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah informasi routing.

c)   Multicast Address

16
            Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan untuk komunikasi
antar host  yang menggunakan datagram unicast. Artinya datagram memiliki address tujuan
berupa satu host tertentu. Hanya host yang memiliki IP address sama dengan
destination address pada datagram yang akan menerima datagram tersebut,
sedangkan host lain akan mengabaikannya. Jika datagram ditujukan untuk 2 mode pengirman
ini (unicast dan broadcast) muncul pula mode ke tiga. Diperlukan suatu mode khusus jika
suatu host ingin berkomunikasi dengan beberapa host sekaligus (host group) dengan hanya
mengirimkan satu datagram saja.Namun berbeda dengan mode broadcast hanya host-host
yang tergabung dalam sutu group saja yang akan menerima datagram ini, sedangkan host lain
tidak akan terpengaruh. Oleh karena itu dikenalkan konsep multicast. Pada konsep ini setiap
group yang menjalankan aplikasi bersana mendapatkan satu multicast address. Struktur
kelas multicast address dapat dilihat pada gambar dibawah

224-239 0-255 0-255 0-255

1110xxxx xxxxxxxx Xxxxxxxx xxxxxxxx


Untuk keperluan multicast sejumlah IP address dialokasikan sebagai multicast address. Jika
struktur IP address mengikuti bentuk 1110xxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx (bentuk
desimal 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255) maka IP address merupakan multicast address.
Alokasi ini ditujukan untuk keperluan group buka untuk host seperti pada kelas A, B dan
C. Anggota group ini juga tidak terbatas pada jaringan di satu subnet,namun bisa mencapai
seluruh dunia karena menyerupai sutu backbone maka jaringan multicast ini dikenal pula
sebagai Multicast Bacbone (Mbone).

2.3.1 Aturan dasar pemilihan Network ID dan Host ID

Berikut adalah aturan-aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang
digunakan:

1.     Network ID tidak boleh sama dengan 127


Network ID 127 secara default digunakan sebagai alamat loopback yakni IP address
yang digunakan oleh suatu computer untuk menunjuk dirinya sendiri.
2.     Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255

17
Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini merupakan
alamat yang mewakili seluruh jaringan.
3.     Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0
IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. alamat  network
digunakan untuk menunjuk suatu jaringn bukan suatu host.
4.     Host ID harus unik dalam suatu network.
Dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama.

2.3.2 Perngalokasian IP Address

            Bagian ini memegang peranan yang sangat penting karena meliputi perencanaan
jumlah netwok yang akan dibuat dari alokasi IP Address untuk tiap network. Kita harus
membuat subneting yang tepat untuk keseluruhan jaringan degan mempertimbangkan
kemungkinan perkembangan jaringan dimasa yang akan dating. Sebagai contoh, sebuah
kantor memasang jaringan internet via V- SAT mendapat alokasi IP addres dari INTERNIC
(http://www.internic.net) untuk kelas B yaitu 192.168.xxx.xxx. Jika diimplementasikan
dalam suatu jaringan saja (flat), maka dengan IP Address ini kita hanya dapat membuat satu
network dengan kapasitas lebih dari 65.000 host. Karena letak fisik jaringan tersebar (dalam
beberapa departemen dan laboratorium) dan tingkat kongesti yang akan sangat tinggi, tidak
mungkin menghubungkan seluruh komputer dalam kantor tersebut hanya dengan
menggunakan satu buah jaringan saja (flat). Maka dilakukan pembagian jaringan sesuai letak
fisiknya.

Pembagian ini tidak hanya pada level fisik (media) saja, namun juga pada level logik
(network layer), yakni pada tingkat IP address.. Pembagian pada level network membutuhkan
segmentasi pada IP Address yang akan digunakan. Untuk itu, dilakukan proses pendelegasian
IP Address kepada masing-masing jurusan, laboratorium dan lembaga lain yang memiliki
LAN dan akan diintegrasikan dalam suatu jaringan kampus yang besar. Misalkan dilakukan
pembagian IP kelas B sebagai berikut :

1.     IP address 192.168.1.xxx dialokasikan untuk cadangan


2.     IP address 192.168.2.xxx dialokasikan untuk departemen A
3.     IP address 192.168.3.xxx dialokasikan untuk departemen B

18
4.     Ip address 192.168.4.xxx dialokasikan untuk unit X

Pembagian ini didasari oleh jumlah komputer yang terdiri dari suatu jurusan dan
prediksi peningkatan populasinya untuk beberapa tahun kemudian. Hal ini dilakukan semata-
mata karena IP Address bersifat terbatas, sehingga pemanfaatannya harus diusahakan
seefisien mungkin.
Jika seorang administrator di salah satu departemen mendapat alokasi IP addres
192.168.48.xxx, maka alokasi ini akan setara dengan sebuah IP address kelas C karena
dengan IP ini kita hanya dapat membentuk satu jaringan berkapasitas 256 host yakni dari
192.168.9.0 sampai 192.168.9.255.
Dalam pembagian ini, seorang network administrator di suatu lembaga mendapat
alokasi IP Address 192.168.9.xxx. Alokasi ini setara dengan satu buah kelas C karena sama-
sama memiliki kapasitas 256 IP Address, yakni dari 192.168.9.0 sampai dengan
192.168.9.255.
Misalkan dalam melakukan instalasi jaringan, ia dihadapkan pada permasalahan-
permasalahan sebagai berikut :
1.     Dibutuhkan kira-kira 7 buah LAN.
2.     Setiap LAN memiliki kurang dari 30 komputer.

Berdasarkan fakta tersebut, ia membagi 256 buah IP address itu menjadi 8 segmen
karena pembagian ini berbasis bilangan biner, pembagian hanya dapat dilakukan untuk
kelipatan 2 yakni 2 dibagi 4,8,16,32, dst. Jika ditinjau secara biner, maka kita menghasilkan :

Jumlah bit host dari subnet 192.168.9.xxx adalah 8 bit (segmen terakhir). Jika hanya
akan diimplementasikan menjadi satu jaringan, maka jaringan tersebut dapat menampung
sekitar 256 host.

Jika ingin membagi menjadi 2 segmen, maka bit pertama dari 8 bit segmen terakhir IP
Address di tutup (mask) menjadi bit network, sehingga masking keseluruhan menjadi 24 + 1
= 25 bit. Bit untuk host menjadi 7 bit. Ia memperoleh 2 buah sub network, dengan kapasitas
masing-masing subnet 128 host. Subnet pertama akan menggunakan IP Address dari
192.168.9.(0-127), sedangkan subnet kedua akan menggunakan IP Address 192.168.9.(128-
255).

19
Karena ingin membagi menjadi 8 segmen, maka ia harus mengambil 3 bit pertama dari
8 bit segmen terakhir IP Address untuk ditutup (mask) menjadi bit network. Sehingga
masking keseluruhan menjadi 24 + 3 = 27 bit. Bit untuk host menjadi 5 bit. Dengan masking
ini, ia memperoleh 8 buah subnetwork, dengan kapasitas masing-masing subnet 32 (=25) host.

2.4  Pengertian  Subnetting

          Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih
kecil dengan cara mengorbankan bit host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID
baru. Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang
lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP address kelas A, IP Address kelas B
dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan,
tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.

Jika seorang pemilik sebuah IP Address kelas B misalnya memerlukan lebih dari satu network
ID maka ia harus mengajukan permohonan ke internic untuk mendapatkan IP Address baru. Namun
persediaan IP Address sangat terbatas karena banyak menjamurnya situs-situs di internet.
Untuk mengatasi ini timbulah suatu teknik memperbanyak network ID dari satu network
yang sudah ada. Hal ini dinamakan subnetting, di mana sebagian host ID dikorbankan untuk
dipakai dalam membuat network ID tambahan.

Sebagai contoh, misal di kelas B network ID 130.200.0.0 dengan subnet mask


255.255.224.0 dimana oktet ketiga diselubung dengan 224. maka dapat di hitung dengan
rumus 256-224=32. maka kelompok subnet yang dapat dipakai adalah kelipatan 32, 64, 128,
160, dan 192. Dengan demikian kelompok IP address yang dapat dipakai adalah:

130.200.32.1 sampai 130.200.63.254

130.200.64.1 sampai 130.200.95.254

130.200.96.1 sampai 130.200.127.254

130.200.128.1 sampai 130.200.159.254

130.200.160.1 sampai 130.200.191.254

130.200.192.1 sampai 130.200.223.254

20
Atau akan lebih mudah dengan suatu perumusan baik dalam menentukan subnet
maupun jumlah host persubnet.Jumlah subnet = 2n-2, n = jumlah bit yang terselubung.
Jumlah host persubnet = 2N-2, N = jumlah bit tidak terselubung.

Sebagai contoh, misalnya suatu subnet memiliki network address 193.20.32.0 dengan
subnet mask 255.255.255.224. Maka:

Jumlah subnet adalah 6, karena dari network address 193.20.32.0 dengan memperhatikan
angka dari oktet pertama yaitu 193, maka dapat di ketahui berada pada kelas C. dengan
memperhatikan subnetmask 255.255.255.224 atau 11111111.11111111.11111111. 11100000
dapat diketahui bahwa tiga bit host ID diselubung, sehingga didapat n = 3 dan didapat:jumlah
subnet = 23-2 = 6.

Sedangkan untuk jumlah host persubnet adalah 30, ini didapat dari 5 bit yang tidak
terselubung, maka N = 5 dan akan didapat: jumlah host per subnet = 25-2 = 30.

Bit terselubung adalah bit yang di wakili oleh angka 1 sedangkan bit tidak terselubung
adalah bit yang di wakili dengan angka 0.

Seorang Network Administrator sering kali membutuhkan pembagian network dari


suatu IP Address yang telah diberikan oleh Internet Service Provider (ISP). Dikerenakan
persedian IP Address pada saat ini sangat terbatas akibat menjamurnya situs-situs di internet.
Cara untuk membagi network ini disebut dengan subneting dan hasil dari subneting disebut
subnetwork. Langkah-langkah subneting adalah sbb :

Contoh 2:
Suatu perusahaan mendapatkan IP adress dari suatu ISP 160.100.0.0/16, perusahan tersebut
mempunyai 30 departemen secara keseluruhan, dan ingin semua departemen dapat akses ke
internet. Tentukan network tiap departemen ?

Solusi ;

1. Tentukan berada dikelas mana ip tersebut ? B

21
2. Berapa jumlah network yang dibutuhkan ? dengan rumus 2n > network yang
dibutuhkan 25 > 30

3. Ubah menjadi biner network-portion host-portion

10100000 01100100 00000000 00000000


11111111 11111111 00000000 00000000

4. Ambil bit host-portion sesuai dengan kebutuhkan network, sehingga


network-portion host-portion
10100000 01100100 _ _ _ _ _ 000 00000000
11111111 11111111 1 1 1 1 1 000 00000000

perhatikan oktet ketiga


_ _ _ _ _ 000
1 1 1 1 1 000
Cara 1
Dengan mengkombinasikan bit
00001 000 = 8
00010 000 = 16
00011 000 = 24
00100 000 = 32
00101 000 = 40
00110 000 = 48
……………
11111 000 = 248

Cara 2
Mengurangi subnet mask dgn bilangan 256
11111 000 = 248
256 – 248 = 8 maka subnetwork adalah kelipatan 8
No Depertemen Subnetwork (255.255.248.0)
1 Pertama 160.100.8.0
2 Kedua 160.100.16.0

22
3 Ketiga 160.100.24.0
4 Keempat 160.100.32.0
5 Kelima 160.100.40.0
6 Keenam 160.100.48.0
7 Ketujuh 160.100.56.0
.. ………….
30 Ketigapuluh 160.100.248.0
Maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.8.0 160.100.15.255 160.100.8.1 - 160.100.15.254
160.100.16.0 160.100.23.255 160.100.16.1 - 160.100.23.254
160.100.24.0 160.100.31.255 160.100.24.1 - 160.100.31.254
160.100.32.0 160.100.39.255 160.100.32.1 - 160.100.39.254
160.100.40.0 160.100.47.255 160.100.40.1 - 160.100.47.254
160.100.48.0 160.100.55.255 160.100.48.1 - 160.100.55.254
160.100.56.0 160.100.63.255 160.100.56.1 - 160.100.63.254
160.100.64.0 160.100.71.255 160.100.64.1 - 160.100.71.254
160.100.72.0 160.100.79.255 160.100.72.1 - 160.100.79.254
…….. ………. ………….
160.100.248.0 160.100.255.255 160.100.248.1 - 160.100.255.254

2.4.1 Dua alasan utama melakukan subnetting

Dua alasan utama melakukan subnetting antara lain :

1. Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Jika internet terbatas oleh
alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network akan memliki 254, 65.000, atau 16 juta
IP address untuk host devicenya. Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah
host lebih dari 254, namun hanya sedikit network (kalau tidak mau dibilang ada) yang
memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki lebih dari
254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan menghamburkan
percuma sekitar 10 ribuan IP address.

23
2. Alasan kedua adalah, walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host device,
mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang sama akan
memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur agar semua komputer
dengan network ID yang sama harus berada di physical network yang sama
juga. Physical network memiliki domain broadcast yang sama, yang berarti sebuah
medium network harus membawa semua traffic untuk network. Karena alasan
kinerja, network biasanya disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil
bahkan lebih kecil dari Class C address.

2.4.2 Tujuan dari subnetting

      Tujuan dari subnetting adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengefisienkan pengalamatan (misal untuk jaringan yang hanya mempunyai


10 host, kalau kita menggunakan kelas C saja terdapat 254 – 10 =244 alamat yang
tidak terpakai).
2. Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu
kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
3. Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
4. Untuk mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
5. Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa
memaksimalkan penggunaan IP Address.
6. Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan daam suatu
network, karena router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan
media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
7. Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya
host dalam suatu network.

2.4.3 Fungsi subnetting

      Fungsi subnetting antara lain sebagai berikut:


24
1. Mengurangi lalu-lintas jaringan, sehingga data yang lewat di perusahaan tidak akan
bertabrakan (collision) atau macet.
2. Teroptimasinya unjuk kerja jaringan.
3. Pengelolaan yang disederhanakan.
4. Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang menjauh,

2.4.4 Proses Subnetting

            Untuk melakukan proses subnetting kita akan melakukan beberapa proses, yaitu:


1. Menentukan jumlah subnet yang dihasilkan oleh subnet mask
2. Menentukan jumlah host per subnet
3. Menentukan subnet yang valid
4. Menentukan alamat broadcast untuk tiap subnet
5. Menentukan host–host yang valid untuk tiap subnet

2.4.5 Cara Pembentukan Subnet :

Misal jika jaringan kita adalah 192.168.0.0 dalm kelas B (kelas B memberikan range
192.168.0.0 – 192.168.255.255). Ingat kelas B berarti 16 bit pertama menjadi NetID
yang dalam satu jaringan tidak berubah (dalam hal ini adalah 192.168) dan bit
selanjutya sebagai Host ID (yang merupakan nomor komputer yang terhubung ke dan
setiap komputer mempunyai no unik mulai dari 0.0 – 255.255). Jadi
netmasknya/subnetmasknya adalah 255.255.0.0 Kita dapat membagi alokasi jaringan
diatas menjadi jaringan yang kebih kecil dengan cara mengubha subnet yang ada.

Ada dua pendekatan dalam melakukan pembentukan subnet yaitu :


1. Berdasarkan jumlah jaringan yang akan dibentuk
2. Berdasarkan jumlah host yang dibentuk dalam jaringan.

Cara perhitungan subnet berdasarkan jumlah jaringan yang dibutuhkan :

25
1. Menentukan jumlah jaringan yang dibutuhkan dan merubahnya menjadi biner.
11111111. Misalkan kita ingin membuat 255 jaringan kecil dari nomor jaringan  yang
sudah ditentukan. 255
2. Menghitung jumlah bit dari nomor 1. Dan jumlah bit inilah yang disebut sebagai
subnetID 11111111 Dari 255 jumlah bitnya adalah 8
3. Jumlah bit hostID baru adalah HosiID lama dikurangi jumlah bit nomor 2.
Misal dari contoh diatas hostIDbaru: 16 bit – 8 bit = 8 bit.
4. Isi subnetID dengan 1 dan jumlahkan dengan NetID Lama.
Jadi NetID baru kita adalah NetIDlama + SubNetID :
11111111.11111111.11111111.00000000 (24 bit bernilai 1 biasa ditulis /24).

Berkat perhitungan di atas maka kita mempunyai 256 jaringan baru yaitu :
192.168.0.xxx, 192.168.1.xxx, 192.168.2.xxx, 192.168.3.xxx hingga 192.168.255.xxx
dengan netmash 255.255.255.0. Menunjukkan hostID antara 0-255. xxx 192.168.0
menunjukkan NetID dan 24. Biasa ditulis dengan 192.168.0/24 menunjukkan
subnetmask (jumlah bit yang bernilai 1 di subnetmask). Dengan teknik ini kita bisa
mengalokasikan IP address kelas B menjadi sekian banyak jaringan yang berukuran
sama.

Cara perhitungan subnet berdasarkan jumlah host adalah sebagai berikut :


1. Ubah IP dan netmask menjadi biner
IP : 192.168.1.0 11000000.10101000.00000001.00000000
Netmask : 255.255.255.0 11111111.11111111.
11111111.00000000 16 bit. Panjang hostID kita adalah yang netmasknya semua 0.
2. Memilih jumlah host terbanyak dalam suatu jaringan dan rubah menjadi biner.
Misal dalam jaringan kita membutuhkan host 25 maka menjadi 11001.
3. Hitung jumlah bit yang dibutuhkan angka biner pada nomor 1. Dan angka inilah nanti
sebagai jumlah host dalam jaringan kita. Jumlah host 25 menjadi biner 11001 dan
jumlah bitnya adalah 5.
4. Rubah netmask jaringan kita dengan cara menyisakan angka 0 sebanyak jumlah
perhitungan nomor 3. Jadi netmasknya baru adalah
11111111.11111111.11111111.11100000. Identik dengan 255.255.255.224 jika
didesimalkan. Jadi netmask jaringan berubah dan yang awalnya hanya satu jaringan

26
dengan range IP dari 1 -254 menjadi 8 jaringan, dengan setiap jaringan ada 30
host/computer.

2.4.5 Subnet Mask Notasi

Ada dua bentuk notasi subnet, notasi standar dan CIDR (Classless Internet Domain
Routing) notasi. Kedua versi dari notasi menggunakan alamat dasar (atau alamat
jaringan) untuk menentukan titik awal jaringan, seperti 192.168.1.0. Ini berarti bahwa
jaringan dimulai di 192.168.1.0 dan host mungkin pertama alamat IP di subnet ini akan
192.168.1.1.
Dalam standar subnet mask notasi, empat oktet nilai numerik digunakan sebagai
dengan alamat dasar, misalnya 255.255.255.0. Topeng standar dapat dihitung dengan
menciptakan empat biner oktet nilai untuk masing-masing, dan menempatkan biner
digit .1. dengan ramuan jaringan, dan menempatkan digit biner 0. dengan ramuan
jaringan. Pada contoh di atas nilai ini akan menjadi
11111111.11111111.11111111.00000000. Dalam kombinasi dengan alamat dasar yang
Anda memiliki definisi subnet, dalam hal ini subnet dalam notasi standar akan
192.168.1.0 255.255.255.0.

27
 

2.4.6 VLSM (Variable Leght Subnet Mask)

28
Konsep subneting memang menjadi solusi dalam mengatasi jumlah pemakaian IP
Address. Akan tetapi kalau diperhatikan maka akan banyak subnet. Penjelasan lebih
detail pada contoh:

contoh 2:

Pada suatu perusahaan yang mempunyai 6 departemen ingin membagi networknya,


antara lain :

1. Departemen A = 100 host

2. Departemen B = 57 host

3. Departemen C = 325 host

4. Departemen D = 9 host

5. Departemen E = 500 host

6. Departemen F = 25 host

IP Address yang diberikan dari ISP adalah 160.100.0.0/16

Apabila kita menggunakan subneting biasa maka akan mudah di dapatkan akan tetapi
hasil dari subneting (seperti contoh 1) tersebut akan terbuang sia-sia karena hasil dari
subneting terlalu banyak daripada jumlah host yang dibutuhkan. Maka diperlukan
perhitingan VLSM yaitu :

1. Urut kebutuhan host yang diperlukan

1. Departemen E = 500 host

2. Departemen C = 325 host

3. Departemen A = 100 host

4. Departemen B = 57 host

5. Departemen F = 25 host

29
6. Departemen D = 9 host

2. Ubah menjadi biner

network-portion host-portion

10100000 01100100 00000000 00000000


11111111 11111111 00000000 00000000

Jika pada subneting dimabil dari network maka pada VLSM diambil pada dari host 1
Untuk 500 host
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000000 00000000
11111111 11111111 00000000 00000000

Untuk 500 host dimabil 9 bit dari host-portion karena


2n-2 > jumlah host
Hasilnya 160.100.0.0/23
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.0.0/23 160.100.0.255 160.100.0.1 - 160.100.1.254
160.100.2.0/23 160.100.2.255 160.100.2.1 - 160.100.3.254
160.100.4.0/23 160.100.4.255 160.100.4.1 - 160.100.5.254
160.100.6.0/23 160.100.6.255 160.100.6.1 - 160.100.7.254
160.100.8.0/23 160.100.8.255 160.100.8.1 - 160.100.9.254
…….. ………. ………….
160.100.254.0/23 160.100.254.255 160.100.254.1 - 160.100.255.254
Untuk 325 host kita masih dapat menggunakan subnet dari 500 host karena masih
dalam arena 29 dan pilihlah subnet yang belum digunakan.
Untuk 100 host menggunakan 28 > 100 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya
yang belum terpakai.

Misal 160.100.2.0/24
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000010 00000000
30
Maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.2.0/24 160.100.2.255 160.100.2.1 - 160.100.2.254
160.100.3.0/24 160.100.3.255 160.100.3.1 - 160.100.3.254
Untuk 57 host menggunakan 26 >57 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya
yang belum terpakai.
Misal 160.100.3.0/24
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.0/26 160.100.3.91 160.100.3.1 - 160.100.3.90
160.100.3.64/26 160.100.3.63 160.100.3.65 - 160.100.3.126
160.100.3.128/26 160.100.3.127 160.100.3.129 - 160.100.3.190
160.100.3.192/26 160.100.3.191 160.100.3.193 - 160.100.3.254
Untuk 25 host menggunakan 25 > 25 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya
yang belum terpakai.

Misal 160.100.3.192/25
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
Maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.192/27 160.100.3.223 160.100.3.193 - 160.100.3.222
160.100.3.224/27 160.100.3.255 160.100.3.225 - 160.100.3.254
Untuk 9 host menggunakan 24 > 16 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya
yang belum terpakai.

Misal 160.100.3.224/25
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
31
maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.224/28 160.100.3.239 160.100.3.225 - 160.100.3.227
160.100.3.240/28 160.100.3.255 160.100.3.241 - 160.100.3.254

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A

Kalau sudah mantap dan paham benar, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama
saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di
oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2,
3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting
class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.

Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.


Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti
11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:

 Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet


 Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 = 65534 host
 Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, dan seterusnya.
 Alamat host dan broadcast yang valid?

 Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes


(dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga
CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-
Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan
kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam
beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus
penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B

32
Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti
dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-
masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok
subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya
blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang
“dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet
kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju
(coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.

Sekarang kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai
dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network
address 172.16.0.0/18.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti


11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).

Penghitungan:

 Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi
Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
 Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu
banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 =
16.382 host
 Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan
128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
 Alamat host dan broadcast yang valid?

Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan
subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti


11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).

Penghitungan:

33
 Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
 Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126 host
 Blok Subnet = 256 - 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
 Alamat host dan broadcast yang valid?

BAB 3
PENUTUP

3.1    Kesimpulan

      IP Address adalah alamat yang  diberikan ke jaringan dan peralatan jaringan yang
menggunakan protocol TCP/IP. IP Address terdiri dari 32 bit angka biner yang dapat
dituliskan sebagai empat angka desimal yang dipisahkan oleh tanda titik seperti 192.16.10.1.
IP Address terdiri dari 2 bagian yaitu network ID dan host ID,  dimana network ID
menentukan alamat dari jaringan dan host ID menentukan dari peralatan jaringan. Nilai
subnet mask berfungsi untuk memisahkan network ID dengan host ID. Subnet mask
diperlukan oleh TCP/IP untuk menentukan apakah jaringan yang dimaksud adalah jaringan
lokal atau nonlokal.

      Klasifikasi jaringan internet di kelompokkan menjadi dua yaitu klasifikasi berdasarkan
kelasnya dan klasifikasi berdasarkan pada ukuran jaringan. Berdasarkan kelasnya IP address

34
dibagi ke dalam lima kelas yaitu kelas A, B, C, D, E. Perbedaan tiap kelas adalah pada
ukuran dan jumlahnya. Perangkat lunak Internet protocol menentukan pembagian jenis kelas
ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP address. Berdasarkan pada ukuran jaringan
Internet dibagi dalam empat bagian, yaitu a) LAN, b) MAN, c) WAN, dan d) Internet.

            Selain address yang digunakan untuk pengenal host ada beberapa address yang
digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk pengenal host, yaitu:

a)      Network Address

Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan internet.

b)   Broadcast Address

       Address ini digunakan untuk mengirim dan menerima informasi yang harus diketahui
oleh seluruh host yang ada pada suatu network.

c)   Multicast Address

Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan untuk komunikasi antar host  yang
menggunakan datagram unicast.

      Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil
dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru.
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih
kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP Address kelas B dan IP
Address kelas C.

   

35
DAFTAR PUSTAKA

(online)https://bintinurulqomariyah.wordpress.com/2012/03/23/ip-address-dan-subnetting/
            (diakses pada tanggal 17 Maret 2016, pada pukul 13.02)

(online)http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-ip-address-menurut-para-desainer-
internet-protocol/ (diakses pada tanggal 18 Maret 2016, pada pukul 10.30)

(online)http://technopark.surakarta.go.id/id/media-publik/komputer-teknologi-informasi/191-
ip-address-fungsi-dan-kelas-ip (diakses pada tanggal 18 Maret 2016, pada pukul 10.37)

(online)http://perdimendila.blogspot.co.id/2015/04/makalah-ip-address.html
(diakses pada tanggal 18 Maret 2016, pada pukul 13.03)

36
(online)http://louisbutarbutar.blogspot.co.id/2012/11/klasifikasi-jaringan-internet.html (diaks
es pada tanggal 22 Maret 2016, pada pukul 11.44)

http://inspirasimalamhari.blogspot.com/2012/12/ip-address-dan-subnetting.html
https://zachjr.wordpress.com/2016/01/26/ip-address-dan-subnetting/
https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/989/belajar-dan-mengenal-ip-address-subnetting-dan-vlsm

37

Anda mungkin juga menyukai