Ip Addres Dalam Jaringan Kompuer
Ip Addres Dalam Jaringan Kompuer
Oleh :
NIM : 061830330879
Kelas : 4 TC
1
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “IP ADDRESS” dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
telah banyak membantu sehingga pembuatan makalah ini dapat berjalan lancar. Semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Judul....................................................................................................................................................
i
Kata Pengantar..................................................................................................................................
ii
Daftar Isi.............................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................
1
1.3 Tujuan......................................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................
3
2.1 Pengertian IP Address............................................................................................................
3
2.1.1 IP Version..............................................................................................................................
3
2.1.2 Aturan Dasar Pemilihan Network ID dan Host ID..................................................................
4
2.1.3 Subnet Mask.........................................................................................................................
5
2.1.4 Format Penulisan Ip Addressing.............................................................................................
5
2.1.5 Jenis-Jenis IP Address............................................................................................................
6
2.2 Klasifikasi Jaringan Internet................................................................................................
7
3
2.2.1 Berdasarkan Kelasnya............................................................................................................
7
2.2.2 Berdasarkan Pada Ukuran Jaringan........................................................................................
10
2.3 Address Khusus.......................................................................................................................
11
2.3.1 Aturan dasar pemilihan Network ID dan Host ID..................................................................
11
2.3.2 Perngalokasian IP Address...................................................................................................
14
2.4 Pengertian Subnetting............................................................................................................
13
2.4.1 Dua Alasan Utama Melakukan Subnetting.............................................................................
13
2.4.2 Tujuan dari Subnetting...........................................................................................................
13
2.4.3 Fungsi Subnetting...................................................................................................................
14
2.4.4 Proses Subnetting...................................................................................................................
14
2.4.5 Cara Pembentukan Subnetting .............................................................................................
14
BAB III PENUTUP............................................................................................................................
15
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................
17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
Pengembangan dan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kini kian pesat
menjadikan kebutuhan akan komputer dan perangkat teknologi lainnya yang berkaitan dengan
Teknologi Informasi semakin menjadi kebutuhan tersendiri. Dan berbicara tentang jaringan komputer
saat ini sangatlah bermanfaat dan mungkin sudah sangat biasa penggunaannya, karena hampir semua
orang sangat membutuhkan jaringan komputer ini terutama bagi mereka yang menggunakan internet.
Komunikasi data dalam suatu jaringan membutuhkan suatu aturan tertentu sehingga komputer–
komputer yang terhubung dapat saling terjadi proses komunikasi data. Dalam istilah jaringan
komputer, aturan tersebut disebut sebagai protokol.
Untuk dapat saling berkomunikasi data dalam suatu jaringan dibutuhkan protocol yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai jenis Sistem Operasi. Protokol yang dapat diimplementasikan pada
berbagai macam Sistem Operasi adalah protokol IP. Dengan adanya protokol IP komunikasi antara
Ms. Windows dan Novel Netware dapat dilakukan. Oleh karena itu makalah ini akan membahas
semua yang berkaitan dengan IP.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan IP addressing?
1.2.2 Bagaimana pengklasifikasian jaringan internet?
1.2.3 Apa sajakah yang termasuk dalam address khusus?
1.2.4 Apakah yang dimaksud dengan subnetting?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan IP addressing.
1.3.2 Untuk mengetahui pengklasifikasian jaringan internet.
1.3.3 Untuk mengetahui yang termasuk dalam address khusus.
1.3.4 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan subnetting.
BAB 2
PEMBAHASAN
5
2.1 Pengertian IP Address
IP Address adalah alamat yang diberikan ke jaringan dan peralatan jaringan yang
menggunakan protocol TCP/IP. IP Address terdiri dari 32 bit angka biner yang dapat
dituliskan sebagai empat angka desimal yang dipisahkan oleh tanda titik seperti 192.16.10.1.
Oleh karena protocol IP adalah protocol yang paling banyak dipakai untuk
meneruskan (routing) informasi didalam jaringan komputer satu dengan lain, maka kita harus
benar-benar memahami IP address ini.
2.1.1 IP Version
Saat ini ada dua versi dari ip yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
1. IP Versi 4 (IPv4)
6
Internet protocol version 4 atau IPv4 terdiri dari 32-bit dan bisa menampung lebih dari
4.294.967.296 host di seluruh dunia. Sebagai contoh yaitu 172.146.80.100, jika host di
seluruh dunia melebihi angka 4.294.967.296 maka dibuatlah IPv6. Pengalamatan IPv4, yaitu
dekomposisi dari alamat IPv4 dari notasi dot-desimal ke nilai biner. Dalam IPv4 alamat
terdiri dari 32 bit yang membatasi ruang alamat ke 4294967296 (232) alamat unik mungkin.
IPv4 mencadangkan beberapa alamat untuk tujuan khusus seperti jaringan privat (~ 18 juta
alamat) atau alamat multicast (~ 270 juta alamat). Alamat IPv4 yang kanonis diwakili dalam
notasi dot-desimal, yang terdiri dari empat angka desimal, masing-masing mulai dari 0
sampai 255, dipisahkan oleh titik, misalnya, 172.16.254.1. Setiap bagian mewakili
sekelompok 8 bit (oktet) alamat. Dalam beberapa kasus penulisan teknis, alamat IPv4 dapat
disajikan dalam berbagai heksadesimal, oktal, atau representasi biner.
2. IP Versi 6 (IPv6)
IPv6 diciptakan untuk menjawab kekhawatiran akan kemampuan IPv4 yang hanya
menggunakan 32 bit untuk menampung IP Address di seluruh dunia, semakin banyaknya
pengguna jaringan internet dari hari ke hari di seluruh dunia IPv4 dinilai suatu saat akan
7
mencapai batas maksimum yang dapat ditampungnya, untuk itulah IPv6 versi 128 bit
diciptakan. Dengan kemampuanya yang jauh lebih besar dari IPv4 dinilai akan mampu
menyediakan IP Address pada seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia yang
semakin hari semakin banyak. Pengalamatan IPv4, yaitu dekomposisi dari alamat IPv6 dari
representasi heksadesimal ke nilai biner. Ukuran alamat meningkat 32-128 bit atau 16 oktet.
Secara matematis, ruang alamat baru menyediakan potensi maksimal 2.128, atau sekitar
3,403 × 1038 alamat.
Tujuan utama dari desain baru tidak hanya untuk memberikan jumlah yang cukup
alamat, melainkan untuk memungkinkan agregasi efisien subnetwork Routing prefiks
pada node routing. Akibatnya, ukuran tabel routing yang lebih kecil, dan kemungkinan
alokasi individu terkecil adalah subnet untuk 264 host, yang merupakan kuadrat dari ukuran
seluruh internet IPv4. Pada tingkat ini, tingkat pemanfaatan alamat sebenarnya akan menjadi
kecil pada setiap segmen jaringan IPv6.
IP Address terdiri dari 2 bagian yaitu network ID dan host ID, dimana network ID
menentukan alamat dari jaringan dan host ID menentukan dari peralatan jaringan. IP address
memberikan alamat lengkap dari suatu peralatan jaringan beserta alamat jaringan dimana
peralatan itu berada. Aturan dasar pemilihan network ID dan Host ID ada tiga, yaitu :
1. Network ID tidak boleh sama dengan 127, karena network ID 127 secara default digunakan
sebagai alamat loopback yakni alamat IP address yang digunakan oleh suatu komputer
yang menunjuk dirinya sendiri
2. Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255, karena akan diartikan sebagai
alamat broadcast. ID ini merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan
3. Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0, karena akan diartikan sebagai alamat
network. Alamat network digunakan untuk menunjuk suatu jaringan buka host. Host ID
harus unik dalam suatu network, dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang
memiliki host ID yang sama.
IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8
bitnya. Tiap bit ini disebut sebagai octet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai berikut:
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
9
Jadi, IP address memiliki range dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai
11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address dengan bilangan biner seperti
ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal yang masing-
masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan ‘notasi desimal bertitik’.
Setiap bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP address. Contoh hubungan IP
address dalam format biner dan desimal:
1. IP Public
Ini adalah Internet Assigned Numbers Authority (IANA) terdaftar alamat yang terlihat
di Internet. Public bit tertinggi range address bit network address
1. kelas A 0 0 – 127* 8
2. kelas B 10 128 – 191 16
3. kelas C 110 192 – 223 24
4. kelas D 1110 224 – 239 28
2. Privat
Privat Address adalah kelompok IP Addres yang dapat dipakai tanpa harus melakukan
pendaftaran. IP Address ini hanya dapat digunakan untuk jaringan lokal (LAN) dan tidak
dikenal dan diabaikan oleh Internet. Alamat ini adalah unik bagi jaringan lokalnya tetapi
tidak unik bagi jaringan global. Agar IP Private ini dapat terkoneksi ke internet, diperlukan
peralatan Router dengan fasilitas Network Address Traslation (NAT).
10
· Private Address Kelas C:
192.168.0.0 – 192.168.255.254, setara dengan 256 jaringan yang masing-masing
jaringan memiliki host efektif sebanyak 254 host.
IP address dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu bagian network (net ID) dan bagian hist
(host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang lain,
sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi seluruh host
yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian dari bit-bit
bagian awal pada bagian awal address merupakan network bit/network number, sedangkan
sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung
kepada kelas network.
Berdasarkan kelasnya IP address dibagi ke dalam lima kelas yaitu kelas A, B, C, D, E.
perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Perangkat lunak Internet protocol
menentukan pembagian jenis kelas ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP address.
Penentuan kelas ini dilakukan dengan cara berikut:
1) Kelas A
IP address kelas A terdiri atas 8 bit untuk network ID dan sisanya 24 bit digunakan
untuk host ID, sehingga IP address kelas A digunakan untuk jaringan dengan jumlah host
sangat besar. Pada bit pertama diberikan angka 0 sampai dengan 127.
Karakteristik IP Kelas A
Format : 0NNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit pertama :0
NetworkID : 8 bit
HostID : 24 bit
Oktat pertama : 0 - 127
11
Jumlah network : 126 (untuk 0 dan 127 dicadangkan)
Rentang IP : 1.x.x.x - 126.x.x.x
Jumlah IP address : 16.777.214
Contoh
IP address 120.31.45.18 maka :
NetworkID = 120
HostID = 31.45.18
Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 31.45.18 pada jaringan 120.
2) Kelas B
IP address kelas B terdiri atas 16 bit untuk network ID dan sisanya 16 bit digunakan
untuk host ID, sehingga IP address kelas B digunakan untuk jaringan dengan jumlah host
tidak terlalu besar. Pada 2 bit pertama, diberikan angka 10.
Karakteristik IP Kelas B
Format : 10NNNNNN. NNNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit pertama : 10
NetworkID : 16 bit
HostID : 16 bit
Oktat pertama : 128 - 191
Jumlah network : 16.384
Rentang IP : 128.1.x.x - 191.255.x.x
Jumlah IP address : 65.534
Contoh
IP address 150.70.60.56 maka :
NetworkID = 150.70
HostID = 60.56
Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 60.56 pada jaringan 150.70
12
3) Kelas C
IP address kelas C terdiri atas 24 bit untuk network ID dan sisanya 8 bit digunakan
untuk host ID, sehingga IP address kelas C digunakan untuk jaringan berukuran kecil. Kelas
C biasanya digunakan untuk jaringan Local Area Network atau LAN. Pada 3 bit pertama,
diberikan angka 110.
Karakteristik IP Kelas C
Format : 110NNNNN.NNNNNNNN. NNNNNNNN.HHHHHHHH
Bit pertama : 110
NetworkID : 24 bit
HostID : 8 bit
Oktat pertama : 192 - 223
Jumlah network : 2.097.152
Rentang IP : 192.0.0.x - 223.255.225.x
Jumlah IP address : 254
Contoh
IP address 192.168.1.1 maka :
NetworkID = 192.168.1
HostID =1
13
Tabel : Rentang IP address untuk setiap kelas
A XXX.0.0.1 XXX.255.255.255
B XXX.XXX.0.1 XXX.XXX.255.255
C XXX.XXX.XXX.1 XXX.XXX.XXX.255
4) Kelas D
IP address kelas D digunakan untuk keperluan IP multicasting. 4 bit pertama IP
address kelas D di set 1110. Bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang
menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal network bit dan host bit.
Karakteristik:
Format : 1110MMMM.MMMMMMMM.MMMMMMMM.MMMMMMMM
4 bit pertama : 1110
Bit multicast : 28 bit
Byte insial : 224-247
Deskripsi : kelas D adalah ruang alamat multicast (RFC 1112)
5) Kelas E
IP address kelas E tidak digunakan untuk umum. 4 bit pertama IP address ini de set
1111.
Karakteristik
Format : 1111RRRR.RRRRRRRR.RRRRRRRR.RRRRRRRR
4 bit pertama : 1111
Bit cadangaN : 28 bit
Byte inisial : 248-255
Deskripsi : kelas E adalah ruang alamat yang di cadangkan untuk keperluan
eksperimenta
14
Selain network ID, istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP address
yang menunjukkan jaringan ialah Network Prifix. Biasanya dalam menuliskan network prefix
suatu kelas IP address digunakan tanda garis miring (slash) “I” yang diikuti dengan angka
yang menunjukkan panjang network prefix dalam bit.
Berdasarkan pada ukuran jaringan Internet dibagi dalam empat bagian, yaitu :
· Internet
Internet adalah interkoneksi antar jaringan–jaringan komputer yang ada di dunia yang
bisa saling berkomunikasi dan bertukar informasi menggunakan standar Internet Protocol
(IP).
15
Selain address yang digunakan untuk pengenal host ada beberapa address yang
digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk pengenal host. Address
itu adalah:
a) Network Address
Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan internet.
Misalkan untuk host dengan IP address kelas B 192.168.9.35 tanpa memakai subnet, network
address ini adalah 192.168.0.0 address ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada
segmen 2 terakhir menjadi 0. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan
informasi routing pada internet. Router cukup melihat network address 192.168 untuk
menentukan ke router mana datagram tersebut harus dikirimkan. Analoginya mirip dengan
tuang pos cukup melihat kota tujuan pada alamat surat tidak perlu membaca seluruh alamat
untuk menentukan jalur mana yang harus ditempuh surat tersebut.
b) Broadcast Address
Address ini digunakan untuk mengirim dan menerima informasi yang harus
diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu network. Seperti diketahui setiap datagram IP
memiliki header alamat tujuan berupa IP address dari host yang akan dituju oleh datagram
tersebut. Dengan adanya alamat ini maka hanya host tujuan saja yang memproses datagram
tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Tidak efisien apabila harus membuat
replikasi datagram sebanyak jumlah host tujuan, pemakai bandwith akan meningkat dan
beban kerja host pengirim bertambah, padahal isi datagram tersebut sama. Oleh karena itu
dibuat konsep broadcast address, host cukup mengirim ke alamat broadcast maka seluruh
host pada network akan menerima datagram tersebut.
Jadi sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk menerima datagram, pertama
adalah IP addressnya yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast
address pada network tempat host tersebut berada. Broadcast address diperoleh dengan
membuat bit-bit hst pada IP address menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address
192.168.9.35 atau 192.168.240.2 broadcast addressnya 192.168.255.255 (2 segmen dari
IP address tersebut disebut berharga 11111111.11111111, sehingga secara decimal terbaca
255.255) jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah informasi routing.
c) Multicast Address
16
Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan untuk komunikasi
antar host yang menggunakan datagram unicast. Artinya datagram memiliki address tujuan
berupa satu host tertentu. Hanya host yang memiliki IP address sama dengan
destination address pada datagram yang akan menerima datagram tersebut,
sedangkan host lain akan mengabaikannya. Jika datagram ditujukan untuk 2 mode pengirman
ini (unicast dan broadcast) muncul pula mode ke tiga. Diperlukan suatu mode khusus jika
suatu host ingin berkomunikasi dengan beberapa host sekaligus (host group) dengan hanya
mengirimkan satu datagram saja.Namun berbeda dengan mode broadcast hanya host-host
yang tergabung dalam sutu group saja yang akan menerima datagram ini, sedangkan host lain
tidak akan terpengaruh. Oleh karena itu dikenalkan konsep multicast. Pada konsep ini setiap
group yang menjalankan aplikasi bersana mendapatkan satu multicast address. Struktur
kelas multicast address dapat dilihat pada gambar dibawah
Berikut adalah aturan-aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang
digunakan:
17
Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini merupakan
alamat yang mewakili seluruh jaringan.
3. Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0
IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. alamat network
digunakan untuk menunjuk suatu jaringn bukan suatu host.
4. Host ID harus unik dalam suatu network.
Dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama.
Bagian ini memegang peranan yang sangat penting karena meliputi perencanaan
jumlah netwok yang akan dibuat dari alokasi IP Address untuk tiap network. Kita harus
membuat subneting yang tepat untuk keseluruhan jaringan degan mempertimbangkan
kemungkinan perkembangan jaringan dimasa yang akan dating. Sebagai contoh, sebuah
kantor memasang jaringan internet via V- SAT mendapat alokasi IP addres dari INTERNIC
(http://www.internic.net) untuk kelas B yaitu 192.168.xxx.xxx. Jika diimplementasikan
dalam suatu jaringan saja (flat), maka dengan IP Address ini kita hanya dapat membuat satu
network dengan kapasitas lebih dari 65.000 host. Karena letak fisik jaringan tersebar (dalam
beberapa departemen dan laboratorium) dan tingkat kongesti yang akan sangat tinggi, tidak
mungkin menghubungkan seluruh komputer dalam kantor tersebut hanya dengan
menggunakan satu buah jaringan saja (flat). Maka dilakukan pembagian jaringan sesuai letak
fisiknya.
Pembagian ini tidak hanya pada level fisik (media) saja, namun juga pada level logik
(network layer), yakni pada tingkat IP address.. Pembagian pada level network membutuhkan
segmentasi pada IP Address yang akan digunakan. Untuk itu, dilakukan proses pendelegasian
IP Address kepada masing-masing jurusan, laboratorium dan lembaga lain yang memiliki
LAN dan akan diintegrasikan dalam suatu jaringan kampus yang besar. Misalkan dilakukan
pembagian IP kelas B sebagai berikut :
18
4. Ip address 192.168.4.xxx dialokasikan untuk unit X
Pembagian ini didasari oleh jumlah komputer yang terdiri dari suatu jurusan dan
prediksi peningkatan populasinya untuk beberapa tahun kemudian. Hal ini dilakukan semata-
mata karena IP Address bersifat terbatas, sehingga pemanfaatannya harus diusahakan
seefisien mungkin.
Jika seorang administrator di salah satu departemen mendapat alokasi IP addres
192.168.48.xxx, maka alokasi ini akan setara dengan sebuah IP address kelas C karena
dengan IP ini kita hanya dapat membentuk satu jaringan berkapasitas 256 host yakni dari
192.168.9.0 sampai 192.168.9.255.
Dalam pembagian ini, seorang network administrator di suatu lembaga mendapat
alokasi IP Address 192.168.9.xxx. Alokasi ini setara dengan satu buah kelas C karena sama-
sama memiliki kapasitas 256 IP Address, yakni dari 192.168.9.0 sampai dengan
192.168.9.255.
Misalkan dalam melakukan instalasi jaringan, ia dihadapkan pada permasalahan-
permasalahan sebagai berikut :
1. Dibutuhkan kira-kira 7 buah LAN.
2. Setiap LAN memiliki kurang dari 30 komputer.
Berdasarkan fakta tersebut, ia membagi 256 buah IP address itu menjadi 8 segmen
karena pembagian ini berbasis bilangan biner, pembagian hanya dapat dilakukan untuk
kelipatan 2 yakni 2 dibagi 4,8,16,32, dst. Jika ditinjau secara biner, maka kita menghasilkan :
Jumlah bit host dari subnet 192.168.9.xxx adalah 8 bit (segmen terakhir). Jika hanya
akan diimplementasikan menjadi satu jaringan, maka jaringan tersebut dapat menampung
sekitar 256 host.
Jika ingin membagi menjadi 2 segmen, maka bit pertama dari 8 bit segmen terakhir IP
Address di tutup (mask) menjadi bit network, sehingga masking keseluruhan menjadi 24 + 1
= 25 bit. Bit untuk host menjadi 7 bit. Ia memperoleh 2 buah sub network, dengan kapasitas
masing-masing subnet 128 host. Subnet pertama akan menggunakan IP Address dari
192.168.9.(0-127), sedangkan subnet kedua akan menggunakan IP Address 192.168.9.(128-
255).
19
Karena ingin membagi menjadi 8 segmen, maka ia harus mengambil 3 bit pertama dari
8 bit segmen terakhir IP Address untuk ditutup (mask) menjadi bit network. Sehingga
masking keseluruhan menjadi 24 + 3 = 27 bit. Bit untuk host menjadi 5 bit. Dengan masking
ini, ia memperoleh 8 buah subnetwork, dengan kapasitas masing-masing subnet 32 (=25) host.
2.4 Pengertian Subnetting
Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih
kecil dengan cara mengorbankan bit host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID
baru. Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang
lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP address kelas A, IP Address kelas B
dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan,
tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Jika seorang pemilik sebuah IP Address kelas B misalnya memerlukan lebih dari satu network
ID maka ia harus mengajukan permohonan ke internic untuk mendapatkan IP Address baru. Namun
persediaan IP Address sangat terbatas karena banyak menjamurnya situs-situs di internet.
Untuk mengatasi ini timbulah suatu teknik memperbanyak network ID dari satu network
yang sudah ada. Hal ini dinamakan subnetting, di mana sebagian host ID dikorbankan untuk
dipakai dalam membuat network ID tambahan.
20
Atau akan lebih mudah dengan suatu perumusan baik dalam menentukan subnet
maupun jumlah host persubnet.Jumlah subnet = 2n-2, n = jumlah bit yang terselubung.
Jumlah host persubnet = 2N-2, N = jumlah bit tidak terselubung.
Sebagai contoh, misalnya suatu subnet memiliki network address 193.20.32.0 dengan
subnet mask 255.255.255.224. Maka:
Jumlah subnet adalah 6, karena dari network address 193.20.32.0 dengan memperhatikan
angka dari oktet pertama yaitu 193, maka dapat di ketahui berada pada kelas C. dengan
memperhatikan subnetmask 255.255.255.224 atau 11111111.11111111.11111111. 11100000
dapat diketahui bahwa tiga bit host ID diselubung, sehingga didapat n = 3 dan didapat:jumlah
subnet = 23-2 = 6.
Sedangkan untuk jumlah host persubnet adalah 30, ini didapat dari 5 bit yang tidak
terselubung, maka N = 5 dan akan didapat: jumlah host per subnet = 25-2 = 30.
Bit terselubung adalah bit yang di wakili oleh angka 1 sedangkan bit tidak terselubung
adalah bit yang di wakili dengan angka 0.
Contoh 2:
Suatu perusahaan mendapatkan IP adress dari suatu ISP 160.100.0.0/16, perusahan tersebut
mempunyai 30 departemen secara keseluruhan, dan ingin semua departemen dapat akses ke
internet. Tentukan network tiap departemen ?
Solusi ;
21
2. Berapa jumlah network yang dibutuhkan ? dengan rumus 2n > network yang
dibutuhkan 25 > 30
Cara 2
Mengurangi subnet mask dgn bilangan 256
11111 000 = 248
256 – 248 = 8 maka subnetwork adalah kelipatan 8
No Depertemen Subnetwork (255.255.248.0)
1 Pertama 160.100.8.0
2 Kedua 160.100.16.0
22
3 Ketiga 160.100.24.0
4 Keempat 160.100.32.0
5 Kelima 160.100.40.0
6 Keenam 160.100.48.0
7 Ketujuh 160.100.56.0
.. ………….
30 Ketigapuluh 160.100.248.0
Maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.8.0 160.100.15.255 160.100.8.1 - 160.100.15.254
160.100.16.0 160.100.23.255 160.100.16.1 - 160.100.23.254
160.100.24.0 160.100.31.255 160.100.24.1 - 160.100.31.254
160.100.32.0 160.100.39.255 160.100.32.1 - 160.100.39.254
160.100.40.0 160.100.47.255 160.100.40.1 - 160.100.47.254
160.100.48.0 160.100.55.255 160.100.48.1 - 160.100.55.254
160.100.56.0 160.100.63.255 160.100.56.1 - 160.100.63.254
160.100.64.0 160.100.71.255 160.100.64.1 - 160.100.71.254
160.100.72.0 160.100.79.255 160.100.72.1 - 160.100.79.254
…….. ………. ………….
160.100.248.0 160.100.255.255 160.100.248.1 - 160.100.255.254
1. Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Jika internet terbatas oleh
alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network akan memliki 254, 65.000, atau 16 juta
IP address untuk host devicenya. Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah
host lebih dari 254, namun hanya sedikit network (kalau tidak mau dibilang ada) yang
memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki lebih dari
254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan menghamburkan
percuma sekitar 10 ribuan IP address.
23
2. Alasan kedua adalah, walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host device,
mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang sama akan
memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur agar semua komputer
dengan network ID yang sama harus berada di physical network yang sama
juga. Physical network memiliki domain broadcast yang sama, yang berarti sebuah
medium network harus membawa semua traffic untuk network. Karena alasan
kinerja, network biasanya disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil
bahkan lebih kecil dari Class C address.
2.4.3 Fungsi subnetting
2.4.4 Proses Subnetting
Misal jika jaringan kita adalah 192.168.0.0 dalm kelas B (kelas B memberikan range
192.168.0.0 – 192.168.255.255). Ingat kelas B berarti 16 bit pertama menjadi NetID
yang dalam satu jaringan tidak berubah (dalam hal ini adalah 192.168) dan bit
selanjutya sebagai Host ID (yang merupakan nomor komputer yang terhubung ke dan
setiap komputer mempunyai no unik mulai dari 0.0 – 255.255). Jadi
netmasknya/subnetmasknya adalah 255.255.0.0 Kita dapat membagi alokasi jaringan
diatas menjadi jaringan yang kebih kecil dengan cara mengubha subnet yang ada.
25
1. Menentukan jumlah jaringan yang dibutuhkan dan merubahnya menjadi biner.
11111111. Misalkan kita ingin membuat 255 jaringan kecil dari nomor jaringan yang
sudah ditentukan. 255
2. Menghitung jumlah bit dari nomor 1. Dan jumlah bit inilah yang disebut sebagai
subnetID 11111111 Dari 255 jumlah bitnya adalah 8
3. Jumlah bit hostID baru adalah HosiID lama dikurangi jumlah bit nomor 2.
Misal dari contoh diatas hostIDbaru: 16 bit – 8 bit = 8 bit.
4. Isi subnetID dengan 1 dan jumlahkan dengan NetID Lama.
Jadi NetID baru kita adalah NetIDlama + SubNetID :
11111111.11111111.11111111.00000000 (24 bit bernilai 1 biasa ditulis /24).
Berkat perhitungan di atas maka kita mempunyai 256 jaringan baru yaitu :
192.168.0.xxx, 192.168.1.xxx, 192.168.2.xxx, 192.168.3.xxx hingga 192.168.255.xxx
dengan netmash 255.255.255.0. Menunjukkan hostID antara 0-255. xxx 192.168.0
menunjukkan NetID dan 24. Biasa ditulis dengan 192.168.0/24 menunjukkan
subnetmask (jumlah bit yang bernilai 1 di subnetmask). Dengan teknik ini kita bisa
mengalokasikan IP address kelas B menjadi sekian banyak jaringan yang berukuran
sama.
26
dengan range IP dari 1 -254 menjadi 8 jaringan, dengan setiap jaringan ada 30
host/computer.
Ada dua bentuk notasi subnet, notasi standar dan CIDR (Classless Internet Domain
Routing) notasi. Kedua versi dari notasi menggunakan alamat dasar (atau alamat
jaringan) untuk menentukan titik awal jaringan, seperti 192.168.1.0. Ini berarti bahwa
jaringan dimulai di 192.168.1.0 dan host mungkin pertama alamat IP di subnet ini akan
192.168.1.1.
Dalam standar subnet mask notasi, empat oktet nilai numerik digunakan sebagai
dengan alamat dasar, misalnya 255.255.255.0. Topeng standar dapat dihitung dengan
menciptakan empat biner oktet nilai untuk masing-masing, dan menempatkan biner
digit .1. dengan ramuan jaringan, dan menempatkan digit biner 0. dengan ramuan
jaringan. Pada contoh di atas nilai ini akan menjadi
11111111.11111111.11111111.00000000. Dalam kombinasi dengan alamat dasar yang
Anda memiliki definisi subnet, dalam hal ini subnet dalam notasi standar akan
192.168.1.0 255.255.255.0.
27
28
Konsep subneting memang menjadi solusi dalam mengatasi jumlah pemakaian IP
Address. Akan tetapi kalau diperhatikan maka akan banyak subnet. Penjelasan lebih
detail pada contoh:
contoh 2:
2. Departemen B = 57 host
4. Departemen D = 9 host
6. Departemen F = 25 host
Apabila kita menggunakan subneting biasa maka akan mudah di dapatkan akan tetapi
hasil dari subneting (seperti contoh 1) tersebut akan terbuang sia-sia karena hasil dari
subneting terlalu banyak daripada jumlah host yang dibutuhkan. Maka diperlukan
perhitingan VLSM yaitu :
4. Departemen B = 57 host
5. Departemen F = 25 host
29
6. Departemen D = 9 host
network-portion host-portion
Jika pada subneting dimabil dari network maka pada VLSM diambil pada dari host 1
Untuk 500 host
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000000 00000000
11111111 11111111 00000000 00000000
Misal 160.100.2.0/24
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000010 00000000
30
Maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.2.0/24 160.100.2.255 160.100.2.1 - 160.100.2.254
160.100.3.0/24 160.100.3.255 160.100.3.1 - 160.100.3.254
Untuk 57 host menggunakan 26 >57 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya
yang belum terpakai.
Misal 160.100.3.0/24
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.0/26 160.100.3.91 160.100.3.1 - 160.100.3.90
160.100.3.64/26 160.100.3.63 160.100.3.65 - 160.100.3.126
160.100.3.128/26 160.100.3.127 160.100.3.129 - 160.100.3.190
160.100.3.192/26 160.100.3.191 160.100.3.193 - 160.100.3.254
Untuk 25 host menggunakan 25 > 25 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya
yang belum terpakai.
Misal 160.100.3.192/25
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
Maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.192/27 160.100.3.223 160.100.3.193 - 160.100.3.222
160.100.3.224/27 160.100.3.255 160.100.3.225 - 160.100.3.254
Untuk 9 host menggunakan 24 > 16 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya
yang belum terpakai.
Misal 160.100.3.224/25
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
31
maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.224/28 160.100.3.239 160.100.3.225 - 160.100.3.227
160.100.3.240/28 160.100.3.255 160.100.3.241 - 160.100.3.254
Kalau sudah mantap dan paham benar, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama
saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di
oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2,
3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting
class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
32
Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti
dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-
masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok
subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya
blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang
“dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet
kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju
(coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Sekarang kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai
dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network
address 172.16.0.0/18.
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi
Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu
banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 =
16.382 host
Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan
128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
Alamat host dan broadcast yang valid?
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan
subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Penghitungan:
33
Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126 host
Blok Subnet = 256 - 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
Alamat host dan broadcast yang valid?
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
IP Address adalah alamat yang diberikan ke jaringan dan peralatan jaringan yang
menggunakan protocol TCP/IP. IP Address terdiri dari 32 bit angka biner yang dapat
dituliskan sebagai empat angka desimal yang dipisahkan oleh tanda titik seperti 192.16.10.1.
IP Address terdiri dari 2 bagian yaitu network ID dan host ID, dimana network ID
menentukan alamat dari jaringan dan host ID menentukan dari peralatan jaringan. Nilai
subnet mask berfungsi untuk memisahkan network ID dengan host ID. Subnet mask
diperlukan oleh TCP/IP untuk menentukan apakah jaringan yang dimaksud adalah jaringan
lokal atau nonlokal.
Klasifikasi jaringan internet di kelompokkan menjadi dua yaitu klasifikasi berdasarkan
kelasnya dan klasifikasi berdasarkan pada ukuran jaringan. Berdasarkan kelasnya IP address
34
dibagi ke dalam lima kelas yaitu kelas A, B, C, D, E. Perbedaan tiap kelas adalah pada
ukuran dan jumlahnya. Perangkat lunak Internet protocol menentukan pembagian jenis kelas
ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP address. Berdasarkan pada ukuran jaringan
Internet dibagi dalam empat bagian, yaitu a) LAN, b) MAN, c) WAN, dan d) Internet.
Selain address yang digunakan untuk pengenal host ada beberapa address yang
digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk pengenal host, yaitu:
a) Network Address
Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan internet.
Address ini digunakan untuk mengirim dan menerima informasi yang harus diketahui
oleh seluruh host yang ada pada suatu network.
c) Multicast Address
Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan untuk komunikasi antar host yang
menggunakan datagram unicast.
Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil
dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru.
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih
kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP Address kelas B dan IP
Address kelas C.
35
DAFTAR PUSTAKA
(online)https://bintinurulqomariyah.wordpress.com/2012/03/23/ip-address-dan-subnetting/
(diakses pada tanggal 17 Maret 2016, pada pukul 13.02)
(online)http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-ip-address-menurut-para-desainer-
internet-protocol/ (diakses pada tanggal 18 Maret 2016, pada pukul 10.30)
(online)http://technopark.surakarta.go.id/id/media-publik/komputer-teknologi-informasi/191-
ip-address-fungsi-dan-kelas-ip (diakses pada tanggal 18 Maret 2016, pada pukul 10.37)
(online)http://perdimendila.blogspot.co.id/2015/04/makalah-ip-address.html
(diakses pada tanggal 18 Maret 2016, pada pukul 13.03)
36
(online)http://louisbutarbutar.blogspot.co.id/2012/11/klasifikasi-jaringan-internet.html (diaks
es pada tanggal 22 Maret 2016, pada pukul 11.44)
http://inspirasimalamhari.blogspot.com/2012/12/ip-address-dan-subnetting.html
https://zachjr.wordpress.com/2016/01/26/ip-address-dan-subnetting/
https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/989/belajar-dan-mengenal-ip-address-subnetting-dan-vlsm
37