Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA GAGAL GINJAL KRONIK

OLEH

PUTU KOLA INDRIANI


17.321.2760
A11-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2020
I. KONSEP DASAR PENYAKIT

1 DEFINISI
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD atau gagal ginjal
kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi
secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)

2 ETIOLOGI
1) Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2) Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3) Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4) Gangguan jaringan penyambung (lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodusa,
sklerosis sitemik progresif)
5) Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6) Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7) Nefropati toksikmisalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal.
8) Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
3 PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring.Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak.Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus.Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah
banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.Titik dimana timbulnya gejala-gejala
pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-
kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

4 Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
1) Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal
dan penderita asimptomatik.
2) Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3) Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
5 PATWAY

Infeksi saluran kemih penyakit metabolic(DM) nefropati toksik


Penyakit vaskuler hipertensi gangguang jaringan ikat gangguan congenital

Gagal ginjal kronik

Sekresi protein terganggu sekresi eritropoetin turun proteinuria

Sindrom uremia produksi hb turun kadar protein dalam darah


turun

Perpospatemia suplai nutrisi dalam darh turun penurunan tekanan osmotic

Pruritus oksihemoglobin turun cairan keluar ke ekstravaskuler

Gangguan integritas kulit supalai O2 turun edema

Intoleransi aktivitas hipervolemia

Perfusi perifer tidak efektif

Retensi natrium

Tekanan kapiler naik

Vol. interstisial naik

Edema bendungan atrium kiri naik

Preload naik tekanan vena pulmonalis

Beban jantung naik kapiler paru naik

Hipertropi ventrikel kiri gangguan pertukaran gas


6 MANIFESTASI KLINIK
1 Kardiovaskuler
1) Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis
2) Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital
3) Friction rub pericardial, pembesaran vena leher
2 Dermatologi
1) Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik
2) Pruritus, ekimosis
3) Kuku tipis dan rapuh
4) Rambut tipis dan kasar
3 Pulmoner
1) Krekels, Sputum kental dan liat
2) Pernafasan kusmaul
4 Gastrointestinal
1) Anoreksia, mual, muntah, cegukan
2) Nafas berbau ammonia
3) Ulserasi dan perdarahan mulut
4) Konstipasi dan diare
5) Perdarahan saluran cerna
5 Neurologi
1) Tidak mampu konsentrasi
2) Kelemahan dan keletihan
3) Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
4) Disorientasi
5) Kejang, Rasa panas pada telapak kaki
6) Perubahan perilaku
6 Muskuloskeletal
1) Kram otot, kekuatan otot hilang
2) Kelemahan pada tungkai
3) Fraktur tulang, foot drop
7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1 Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
2 Dialysis
1) peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis)
2) Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan : - AV fistule :
menggabungkan vena dan arteri - Double lumen : langsung pada daerah jantung (
vaskularisasi ke jantung )
3) Operasi
1 Pengambilan batu
2 Transplantasi ginjal

8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :
1 Pemeriksaan Laboratorium
1) Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein
dan immunoglobulin)
2) Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
3) Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
4) Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate
5) Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen

9 Komplikasi
1 Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic, katabolisme dan masukan
diet berlebihan.
2 Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
3 Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiostensin-aldosteron
4 Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinalakibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisis.
5 Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolism vitamin D abnormal dan peningkatan kadar alumunium.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian ( data subyektif dan obyektif )


Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesa pada pasien. Data – data yang
dikumpulkan atau di kaji :
1 Identitas diri
Pada pengkajian yang dilakukan pada pasien CKD diperoleh secara autoanamnesis dan
alloanamnesis. Dimana identitas pasien meliputi nama (anonym), usia, jenis kelamin,
agama, alamat, pekerjaan dan diagnose medis.
2 Riwayat Kesehatan
1) Keluahan Utama
Keluhan yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit tidak
dapat BAB, gelisah sampai penurunan kesadaran, anoreksia, dyspnea, nausea,
vomiting, mulut terasa kering (xerostomia), nafas berbau (ureum), dan gatal pada
kulit. Pada kasus CKD dapat terjadi pada segala usia dan jenis kelamin (tidak ada
perbandingan antara wanita dan pria).
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi penyakiy terutama pada prerenal
dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan keluhan yang oasien rasakan saat
ini, seperti berapa lama penurunan jumlah output urine dan apakan penuruna jumlah
urine ada hubungannya dengan predisposisi.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah ada riwayat penyakit infeksi system perkemihan, diabetes militus,
hipertensi dan batu ginjal. Kemudian tentang riwayat konsumsi obat-obatan dan
riwayat alergi.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah ada riwayat penyakit ginjal dari keluarga
3 Pola kesehatan fungsional
1) Pemeliharaan kesehatan
Penggunaan obat laksatif, diamox, vitamin D, antacid, aspirin dosis tinggi,
personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan tinggi kalsium,
purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum suplemen, control tekanan darah
dan gula darah tidak teratur pada penderita tekanan darah tinggi dan diabetes
mellitus.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake cairan inadekuat, peningkatan
berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa
metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), penggunanan diuretic,
demam karena sepsis dan dehidrasi.
3) Pola eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen
kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan gerak sendi.
5) Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot, perubahan
tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki (memburuk pada
malam hari), perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak, ansietas,
takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian, kesulitan menentukan
kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran.
8) Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi testikuler.
9) Pola toleransi terhadap strees – koping
Sifat pencentus strees yang dirasakan baru – baru ini, Tingkat strees yang
dirasakan, Gambaran respon umum dan khusus terhadap strees, Strategi mengatasi
strees yang biasa digunakan dan keefektifannya, Strategi koping yang biasa
digunakan, Penhetahuan dan penggunaan teknik manajemen strees, Hubungan
manajemen strees dengan keluarga
10) Pola keyakinan – nilai
Latar belakang budaya, Status ekonomi, perilaku kesehatan, yang berkaiatan
dengan kelompok budaya, Tujuan kehidupan bagi pasien, Peningnya agama /
spiritualitas, Dampak masalah kesehatan terhadap spiritual, Keyakinan dalam
budaya ( mitos, kepercayaan, larangan, adat)yang dapat mempengaruhi kesehatan.
4 Pengkajian fisik
1) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.
2) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.
3) Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar lengan atas (LILA)
menurun.
4) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi
lemah, disritmia, pernapasan kusmaul, tidak teratur.
5) Kepala
1 Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema
periorbital.
2 Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
3 Hidung : pernapasan cuping hidung
4 Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta
cegukan, peradangan gusi.
6) Leher : pembesaran vena leher.
7) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub
pericardial.
8) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
9) Genital : atropi testikuler, amenore.
10) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot,
Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.
11) Neurologis : Kaji status mental emosi pasien, kaji fungsi setiap saraf kranial
pasien, kaji pemeriksaan refleks seperti tricep bisep, patella
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, kelebihan
asupan cairan, kelebihan asupan natrium.(D.0022)
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hb(D.0015)
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi, perubahan membran alveoluskapiler(D.0003)
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialisis.(D.0056)
5) Resiko gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi
toksik dalam kulit dan gangguan turgor kulit, gangguan status
metabolik.(D.0139)

3. Intervensi keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan


Tujuan & kreteria hasil Intervensi Rasional Ttd
1. Hipervolemia Setelah diberikan SIKI: Manajement
berhubungan dengan tindakan asuhan hipervolemia
gangguan mekanisme keperawatan selama 3x24 1 Pemeriksaan 1 Untuk
regulasi, kelebihan jam diharapkan dapat tanda dan gejala mengetahui
asupan cairan, kelebihan mempertahankan berat hipervolemia keadaan umum
asupan natrium. badab ideal tanpa (mis. Ortopnea, pasien
kelebihan cairan Dengan dyspnea, edema, 2 Untuk mencegah
kreteria hasil: JVP/CVP peningkatan
SLKI: Keseimbangan meningkat, reflek cairan dan
cairan hepatojegular terjadinya edema
positif, suara 3 Untuk
1 Keseimbangan antara napas tambahan) mengetahui
intake dan output 2 Monitor intake keseimbangan
2 Kelembaban dan output
intake dan output
membrane mukosa cairan
pasien
3 Berat badan stabil 3 Timbang berat
4 Tidak adanya edema badan setiap hari 4 Untuk
5 Tanda-tanda vital pada waktu yang mengurangi
dalam batas normal sama terjadinya
4 Batasi asupan kelebihan cairan
cairan dan garam 5 Untuk mencegah
5 Anjurkan terjadinya
melapor jika peningkatan
haluaran urin 1 volume cairan
kg dalam sehari yang berlebihan
6 Ajarkan keluarga 6 Agar keluarga
pasien cara pasien bisa ikut
mengukur dan 20 mengontrol dalam
mencatat asupan
asupan dan
dan haluaran
haluaran cairan
cairan
7 Untuk
7 Kolaborasi
pemberian
deuretik
2. Perfusi perifer tidak Setelah diberikan SIKI: Perawatan
efektif berhubungan tindakan asuhan Sirkulasi
dengan penurunan keperawatan selama 3x24 1 Identifikasi faktor 1 Untuk
konsentrasi hemoglobin. jam diharapkan perfusi resiko gangguan memgetahui
perifer dalam keadaan sirkulasi ( mis. faktor resiko
normal Dengan kreteria Diabetes, gangguan
hasil: perokok, orang sirkulasi pasien
SLKI:Perfusi Perifer tua hipertensi 2 Untuk
dan kadar menghindari
1 Ttv pasien dalam
kolestrol tinggi) terjadinya
batas normal
2 Hindari bendungan darah
2 Warna kulit pucat
pemasangan 3 Untuk mengindari
menurun infus atau adanya kebiruan
3 Edema perifer pengambilan pada kulit
menurun darah di daerah 4 Untuk
4 Kelemahan otot keterbatasan mengontrol
menurun perfusi hipertensi dan
3 Hindari tekanan darah px
pengukuran 5 Untuk
tekanan darah mempercepat
pada ekstermitas kenaikan hb
dengan
keterbatasan
perfusi
4 Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah,
antikoagulan,dan
penurun
kolestrol, jika
perlu
5 Colaborasi
dengan ahli gizi
program diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi ( mis.
Rendah lemak
jenuh, minyak
ikam omega 3)
3. Gangguan pertukaran gas Setelah diberikan SIKI:Terapi
berhubungan dengan tindakan asuhan Oksigen
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 1 Monitor ttv 1 Untuk
ventilasi-perfusi, jam diharapkan gangguan psien mengetahui
perubahan membran pertukaran gas efektif 2 Auskultasi keadaan umum
alveolus-kapiler Dengan kreteria hasil: bunyi napas pasien
SLKI: pertukaran gas 3 Siapkan dan 2 Untuk
atur peralatan mengetahui
1 Dispnea menurun
untuk apakah adanya
2 Bunyi napas tambahan
pemberian bunyi nafas
menurun
oksigen tambahan
3 Napas cuping hidung
4 Pertahankan 3 Untuk
menurun
posisi nyaman memberikan
4 PCO2 membaik
misalnya posisi oksigen kepada
5 PO2 membaik
semi fowler pasien
6 Takikardia membaik
5 Ajarkan pasien 4 Agar pasien
dan keluarga lebih nyaman
cara 5 Untuk membantu
menggunakan keluarga dan
oksigen di pasien jika
rumah berada dirumah
6 colaborasi dan pasien
penggunaan memerlukan
oksigen saat menggunakan
aktivitas oksigen
dan/atau tidur

4 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan SIKI:Terapi


berhubungan dengan tindakan asuhan Aktivitas 1 Untuk
keletihan, anemia, retensi keperawatan selama 3x24 1 Identifikasi mengetahui
produk sampah dan jam diharapkan pasien kemampuan kemampuan
prosedur dialisis. pasien dapat berpartisipasi pasien dalam
meningkatkan aktivitas dalam aktivitas melakukan
yang dapat ditoleransi tertentu kegiatan sehari-
Dengan kreteria hasil: 2 Fasilitasi memilih hari
aktivitas dan 2 Untuk megetahui
SLKI:Toleransi
tetapkan tujuan
Aktivitas aktivitas yang kegitan yang bisa
1 TTV pasien dalam konsisten sesuai dilkukan oleh
batas normal kemampuan fisik, pasien
2 Kemudahan dalam psikologis, dan 3 Untuk
melakukan aktivitas sosial membangkitkan
seharihari meningkat 3 Fasilitasi motivasi pasien
Perasaan lemah menurun mengembangkan dalam melakukan
motivasi dan kegiatan sehari-
penguatan diri hari secara
4 Ajarkan cara mandiri
melakukan 4 Untuk
aktivitas yang memudahkan
dipilih
pasien dalam
Kolaborasi dengan
melakukan
terapi okupasi dalam
aktivitas secara
merencanakan dan
mandiri
memonitor program
Untuk mempercepat
aktivitas, jika sesuai
kemampuan pasien
dalam melakukan
kegiatan sehari-hari
5 Resiko kerusakan Setelah diberikan SIKI:Perawatan
intregitas kulit tindakan asuhan Integritas Kulit
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 1 Identifikasi 1 Untuk
akumulasi jam diharapkan integritas penyebab mengetahui
toksik dalam kulit dan kulit pasien dalam gangguan penyebab
gangguan turgor kulit, keadaan normal Dengan integritas kulit kerusakan
gangguan status kreteria hasil: (mis. perubahan integritas kulit
metabolik. SLKI: Integritas Kulit sirkulasi, pasien
dan Jaringan perubahan status 2 Untuk mencegah
nutrisi, terjadinya
1 Elastisitas meningkat
penurunan dikubitus an
2 Kerusakan jaringan
kelembaban,
menurun suhu lingkungan kerusakan
3 Jaringan parut ekstrem, integritas kulit
menurun penurunan 3 Agar tidak
4 mobilitas) merusak jaringan
2 Anjurkan untuk kulit
mengubah 4 Untuk menjga
posisis tiap 2 jam kelembaban kulit
jika tirah baring pasien
3 Anjurkan
penggunaan
produk berbahan
petrolium atau
minyak pada kulit
kering
4 Colaborasi
menggunakan
pelembab (mis.
lotion, serum)

4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan yang terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan, dengan cara melibatkan pasen yang nantinya
diharapkan dapat memperoleh evaluasi disetiap diagnosa sebagai berikut.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary, dkk. (2009). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC


PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Definisi dan Kreteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Nahas, Meguid EL & Adeera Kilat. (2010). Kronis Ginjal Penyakit: Sebuah Praktis
Panduan Untuk Pemahaman dan Pengelolaan.

Smeltzer, S. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC. 2001

Anda mungkin juga menyukai