Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aulia Baidhotunnisa

NIM : P27820518007

Mengupas Tentang Perilaku Kesehatan Pada Suku-Suku Di Indonesia

1. SUKU NUAULU, MALUKU TENGAH (Memotong tali pusar menggunakan bambu)


Saat melahirkan perempuan Suku Nuaulu ditolong oleh seorang dukun
beranak atau mama biang yang disebut Irihitipue. Ilihiritipue merupakan gelar yang
khusus diberikan kepada seorang wanita yang bertugas menolong proses kelahiran.
Pada saat melahirkan biasanya Irihitipue melaksanakan tugasnya dengan terlebih
dahulu mempersiapkan alat yang diperlukan menolong persalinan seperti alat
pemotong tali pusar yang terbuat dari bambu. Alat ini dinamakan kaitimatana atau
wane. Di samping alat ini, juga disediakan air untuk dipakai memandikan bayi. Air itu
diambil dari sungai yang dianggap keramat oleh masyarakat.
Praktek pemotongan tali pusat dengan bambu yang dilakukan oleh dukun pada
perempuan Suku Naulu dapat merugikan kesehatan ibu dan anak karena
menyebabkan infeksi yang berakibatkan kematian ibu dan bayi.
2. SUKU BATAK (Pemanggilan roh orang sakit oleh baso atau datu)
Kepercyaan kuno batak adalah syamaisme, yaitu suatu kepercayaan dengan
melakukan pemasukan roh kedalam tubuh seseorang sehingga roh itu dapat berkata-
kata. Orang yang menjadi perantara disebut “shaman”. Shaman bagi orang batak
disebut si “baso” yang berarti “kata”. Pada umumnya, si “baso” ini adalah dukun
wanita. Ketika baso ini berkatat-kata, bahasanya harus ditafsirkan secara khas.
Pembicaraan inilah yang dipercayai akan menjadi petunjuk bagi orang untuk
pengobatan dan ramalan. Selain Baso, ada juga yang memegang peranan penting
yaitu Datu,biasanya seorang pria. Berlainan dengan baso,datu didalam kegiatanya
tidak menjadi medium, melainkan langsung berbicara dengan roh. Datu bertugas
mengobati orang sakit sehingga dalam tugas ini datu tidak saja mengetahui white
magic, tetapi juga mengetahui black magic atau magis jahat. Tugas lain dari datu
adalah memimpin upacara pesta sajian besar dan menjadi pawing hujan.
Menurut kepercayaan orang batak, apabila seseorang sakit, “tondi” atau
“tendi” si sakit pergi kesuatu tempat meninggalkan tubuhnya. Karena tondi itu pergi,
orang tersebut jatuh sakit. Agar orang yang sakit dapat sembuh, tendinya harus
dipanggil agar masuk kembali ketubuh orang yang sakit itu (tondi mulak tu badan).
Mediator untuk memanggil tondi tersebut adalah baso atau datu. Kalau tondi itu
setelah beruang-ulang dipanggil tidak mau pulang juga, berarti orang sakit tersebut
tidak ada harapan lagi untuk hidup.
3. SUKU SASAK (Budaya Lantai terbuat dari kotoran kerbau dan budaya pemberian
Nasi papah)
Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, ada beberapa kampung yang masih
mempertahankan kehidupan suku aslinya, Suku Sasak. Di Desa Sade salah satunya.
Hal itu bisa terlihat dari rumah adat mereka.  Rumah Suku Sasak disebut dengan Bale
Tani. Semua rumah masih beratapkan rumbia, berdinding anyaman bambu, dan yang
paling unik, lantainya terbuat dari kotoran kerbau dan kerap dilap dengan kotoran
kerbau. Suku Sasak meyakini bahwa saat musim hujan rumah jadi terasa hangat
karena dibuat dari kotoran kerbau. Sebaliknya, saat musim panas rumah terasa adem.
Nyamuk-nyamuk juga hilang.
Mengingat lantai rumah Suku Sasak tersebut yang terbuat dari campuran tanah
liat dan kotoran kerbau dan sebagainya serta menggunakan kotoran tersebut sebagai
bahan untuk mengepel lantai, memungkinkan adanya bakteri maupun virus berbahaya
yang tentu saja tidak baik bagi kesehatan, dan menimbulkan berbagai macam penyakit
saluran pernafasan.
Selain itu budaya yang masih ada di Suku Sasak khususnya di Lombok Timur
hingga sekarang yaitu Nasi Papah. Nasi Papah yaitu nasi yang dilumatkan dengan
mulut yang kemudian diberikan kepada bayi dan itu sudah berlangsung secara turun
temurun. Menurut penduduk Pulau Lombok, nasi papah mempunyai pengaruh besar
pada perkembangan tubuh dan kecerdasan anak serta percaya bahwa bayi juga
memerlukan makanan pendamping selain ASI.
Nasi papah dapat menjadi media penyebaran penyakit antara si ibu degan bayi,
dimana jika seorang ibu menderita penyakit-penyakit infeksi menular tertentu yang
berhubungan dengan gigi dan mulut serta pernapasan maka akan sangat mudah untuk
ditularkan pada bayinya. Misalnya Tuberculosis. Dari segi kebersihan dan keamanan
pangan nasi papah masih perlu dipertanyakan juga, karena anak bisa tertular penyakit
yang diderita ibu melalui air liur, sedangkan dari segi kuantitas dan kualitas nilai gizi
jelas merugikan si bayi, karena ibu-ibu akan mendapatkan sari makanan sedangkan
bayinya akan mendapatkan ampasnya.

Anda mungkin juga menyukai