Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik
STROKE HEMORAGIK
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusun oleh:
Fitri Wahyu Ramadhani
1807101030009
Dokter Pembimbing:
Dr.dr. Suherman , Sp.S (K)
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
BAB II LAPORAN KASUS..............................................................................................5
2.1 Identitas Pasien......................................................................................................5
2.2 Anamnesis.............................................................................................................5
2.3 Pemeriksaan Fisik..................................................................................................6
2.4 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................7
2.5 Diagnosis.............................................................................................................10
2.6 Tatalaksana..........................................................................................................10
2.7 Planning...............................................................................................................10
2.8 Prognosis.............................................................................................................10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................11
3.1 Definisi................................................................................................................13
3.2 Epidemiologi.......................................................................................................13
3.3 Etiologi dan Patofisiologi....................................................................................14
3.4 Manifestasi Klinis................................................................................................14
3.5 Diagnosis.............................................................................................................15
3.6 Tatalaksana..........................................................................................................16
3.7 Komplikasi...........................................................................................................17
3.8 Prognosis.............................................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................18
BAB V KESIMPULAN....................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................39
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Stroke
Hemoragik”. Shalawat beserta salam penulis sanjungkan ke pangkuan Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa manusia ke zaman yang berpendidikan dan terang benderang.
Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik
senior pada Bagian / SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Unsyiah / RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapat bantuan, bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada dr. Nasrul Musadir, Sp.S yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang
telah memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian
demi kesempurnaan laporan kasus ini nantinya. Harapan penulis semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran
khususnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita
semua.
Banda Aceh, September 2020
Penulis,
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Penurunan kesadaran
Keluhan Tambahan :
Nyeri kepala, muntah menyemprot, kelemahan anggota gerak kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan dari RS daerah dengan Penurunan Kesadaran secara tiba tiba
saat beraktifitas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Menurut keluarga, awalnya
pasien mengalami kelemahan anggota gerak kiri disertai nyeri kepala hebat yang
berdenyut di seluruh lapangan kepala sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit yang
tidak berkurang dengan istirahat.
Muntah menyemprot dengan frekuensi 3 kali. Mulut merot, bicara pelo tidak ada,
kejang tidak ada.
Riwayat Penggunaan Obat:
Amlodipin 5 mg, pasien tidak teratur minum obat
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Hipertensi dan DM sejak 3 tahun terakhir tidak terkontrol.
Riwayat stroke, penyakit jantung dan kelainan pembuluh darah disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada
Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan Sosial:
Riwayat merokok, alkohol, dan napza disangkal
2.3 Status Internus
Keadaan Umum : Sakit berat
Kesadaran : E4 M6 V5
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Nadi : 75 kali/ menit
Pernafasan : 20 kali/menit
SpO2 : 99%
Suhu : 37.2 oC
Skala nyerri : 5 (RFlacc)
2.4 Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
Warna : Sawo Matang
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Anemia : Tidak ada
b. Kepala
Bentuk : normocephali, tidak terdapat deformitas
Wajah : tidak simetris, edema dan deformitas tidak dijumpai
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3 mm/3 mm, refleks
cahaya langsung (+/+), dan reflex cahaya tidak langsung ( +/+),edema
kelopak mata (-/-),sekret (-/-), ptosis (-/-), lagoftalmus (-/-)
Telinga : serumen (-/-), darah (-/-)
Hidung : sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut : sudut nasolabial kiri tidak dijumpai, bibir pucat dan sianosis tidak
dijumpai, lidah deviasi kearah kiri
c. Leher
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
Trakhea : Lurus, tidak ada deviasi
JVP : TVJ (N) R-2 cm H2O.
d. Thoraks
Inspeksi
Statis : simetris, bentuk normochest
Dinamis : simetris, pernafasan abdominothorakal, retraksi suprasternal dan
retraksi interkostal tidak dijumpai
Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada jejas di dada
Kanan Kiri
Palpasi Simetris , nyeri tekan Simetris , nyeri tekan
tidak ada, tidak ada
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler Vesikuler
Ronki(-) wheezing (-) Ronki(-) wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra.
Perkusi : Atas : ICS III sinistra
Kiri : ICS V satu jari di dalam linea midklavikula sinistra.
Kanan : ICS IV di linea parasternal dextra
Auskultasi : BJ I > BJ II normal, reguler, murmur tidak dijumpai
e. Abdomen
Inspeksi : Bentuk tampak simetris dan tidak tampak pembesaran, keadaan di
dinding perut: sikatrik, striae alba, kaput medusa, pelebaran vena, kulit
kuning, gerakan peristaltik usus, dinding perut tegang, darm steifung,
darm kontur, dan pulsasi pada dinding perut tidak dijumpai.
Auskultasi : Peristaltik usus kesan normal, bising pembuluh darah tidak dijumpai
Palpasi : Nyeri tekan dan defans muskular tidak dijumpai.
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement tidak di jumpai
Perkusi : Batas paru-hati relatif di ICS V, batas paru-hati absolut di ICS VI, suara
timpani di semua lapangan abdomen.
f. Tulang Belakang : Simetris, nyeri tekan (-)
g. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB tidak dijumpai
h. Ekstremitas : Kelemahan anggota gerak kiri
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kelompok Sensoris:
1. Nervus I (fungsi penciuman) Sulit dinilai
2. Nervus II
-Tajam penglihatan
Sulit dinilai
-Lapangan pandang Sulit dinilai
-Fundus okuli Tidak dilakukan
-Pengenalan warna Tidak dilakukan
3. Nervus V (fungsi sensasi wajah) Sulit dinilai
4. Nervus VII (fungsi pengecapan 2/3 anterior lidah) Sulit dinilai
5. Nervus VIII (fungsi pendengaran dan Sulit dinilai
keseimbangan)
6. Nervus IX (pengecapan 1/3 posterior lidah) Sulit dinilai
1. Bicara
2. Menelan Sulit dinilai Sulit dinilai
1. Mengangkat bahu
Sulit dinilai Sulit dinilai
2. Memutar kepala
A. Badan
Motorik
1. Gerakan respirasi : Abdomino Thorakalis
2. Bentuk columna vertebralis : Simetris
3. Gerakan columna vertebralis : Kesan simetris
Sensibilitas
1. Rasa suhu : Sulit dinilai
2. Rasa nyeri : Sulit dinilai
3. Rasa raba : Sulit dinilai
B. Anggota Gerak Atas
Motorik
1. Pergerakan : (+/+)
2. Kekuatan : sulit dinilai
3. Tonus : N/N
4. Atrofi : -/-
5. Gerakan Involunter : -/-
Refleks Fisiologis
1. Biceps : (+2/+3)
2. Triceps : (+2/+3)
D. Gerakan Involunter
1. Tremor : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
2. Chorea : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
3. Atetosis : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
4. Myocloni : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
5. Spasme : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
E. Fungsi Vegetatif
1) Miksi : dalam batas normal
2) Defekasi : dalam batas normal
KIMIA KLINIK
434 47
Osmolaritas 2(145+4,5) + +
18 6,4
330,4 mosmol/L
ICH Score :
30 day mortality : 72%
13
2.7 Diagnosis
a. Diagnosis klinis : Penurunan Kesadaran, Hemiparesis Sinistra
b. Diagnosis Topis : Lobus parietal hemisfer cerebri dextra, Ventrikel Lateral dan
ventrikel III
c. .Diagnosis Etiologi : Ruptur mikroaneurisma
d. Diagnosa patologi : Hemoragik, oedema serebri
e. Diagnosa Tambahan :DM tipe 2, hipertensi stage 2
2.8 Terapi
- Primary survey ABC
- Head up 300
- 02 3 L/i (Nasal Canul)
- Pasang NGT – alirkan (bersih)
- Pasang Kateter
- IVFD NaCl 0,9% (Guyur) 200 cc kemudian 20 tpm
- IV Ceftriaxon 1 gr/12 jam.
- Drip Novorapid 2cc/jam
- IV Citicolin 500 mg/12 jam
14
2.9 Prognosis
Qou ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Lainnya :
Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkan dengan stroke, seperti
prolaps katup mitral, patent foramen ovale, defek septum atrium,
aneurisma septum atrium, dan lesi aterosklerotik dan trombotik dari
ascending aorta.
Merokok Beberapa laporan, termasuk meta-analisis angka studi,
18
Kegemukan :
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body mass indexs, obesitas
telah secara konsisten meramalkan berikutnya
stroke. Asosiasi dengan stroke dapat dijelaskan sebagian oleh
adanya hipertensi dan diabetes. Sebuah berat relatif lebih dari
30% di atas rata-rata kontributor independen ke-atherosklerotik
infark otak berikutnya.
Infeksi Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral melalui
pengembangan perubahan inflamasi dalam dinding pembuluh
darah. Sifilis meningovaskular dan mucormycosis dapat
menyebabkan arteritis otak dan infark.
Sirkadian dan Variasi sirkadian dari stroke iskemik, puncaknya antara pagi dan
faktor musim siang hari. Hal ini telah menimbulkan hipotesis bahwa perubahan
diurnal fungsi platelet dan fibrinosis mungkin relevan untuk
20
B. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun, perdarahan
karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap sebagai
stroke.[6]
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan yaitu,
ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti kecelakaan atau
jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya aneurisma mendadak di
sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah yang lemah
dari dinding arteri itu.[6]
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada
saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun
21
stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali, hal ini disebabkan
peningkatan tekanan intrakranial. Meningismus dapat terjadi akibat adanya darah dalam
ventrikel.[2]
Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat.
Jika belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari
hemiparesis kanan, kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan preferensi,
bidang visual kana terpotong, dan aphasia mungkin terjadi. Jika belahan nondominant
(biasanya kanan) terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri, kerugian hemisensory kiri,
preferensi tatapan ke kanan, dan memotong bidang visual kiri. Sindrom belahan
nondominant juga dapat mengakibatkan pengabaian dan kekurangan perhatian pada sisi
kiri.[2]
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan
kompresi batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat
kesadaran, apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau
batang otak antara lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah,
hemiparesis atau quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari semua empat
anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau nistagmus,
kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan kontralateral tubuh.[2]
A. Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari jumlah
penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas. Namun,
pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada. Gejala disfungsi otak
menggambarkan perkembangan yang terus memburuk sebagai perdarahan. Beberapa
gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi, dan mati rasa, sering hanya
mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi
bingung. Visi dapat terganggu atau hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang
berbeda atau menjadi lumpuh. Mual, muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang
umum dan dapat terjadi dalam beberapa detik untuk menit.[8]
B. Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali menekan
pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah besar (yang
menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan, seperti berikut:[8]
24
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang disebut
sakit kepala halilintar)
Sakit pada mata atau daerah fasial
Penglihatan ganda
Kehilangan penglihatan tepi
Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum pecahnya aneurisma.
Individu harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke dokter segera.[8]
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah dan
mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan kehilangan
kesadaran singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena meninggal sebelum
mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan
sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan mengantuk. Dalam beberapa jam atau
bahkan menit, penderita mungkin menjadi tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan.
[8]
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak mengiritasi
lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher kaku serta sakit
kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. [2]
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan
kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: [2,8]
Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum)
Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh
Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa
Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa menit
atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama. Sebuah
perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius lainnya, seperti:
[2,8]
mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke iskemik.
Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik, seperti
kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu sisi tubuh, kesulitan menggunakan
atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi terganggu.
Pecah kedua: Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu.
Sistem skoring pada no 1 dan 2 dipakai pada kasus SAH primer akibat rupturnya
aneurisma. [10]
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis stroke dan
menyingkirkan diagnosis bandingnya. Laboratorium yang dapat dilakukan pada
penderita stroke diantaranya adalah hitung darah lengkap, profil pembekuan darah,
kadar elektrolit, dan kadar serum glukosa. [2]
Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak adalah
langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis kedaruratan.
Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta dapat
menidentifikasi komplikasi seperti perdarahan intraventrikular, edem otak, dan
hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun MRI otak merupakan pilihan yang dapat
digunakan.2
27
CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dari
stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke dari patologi
intrakranial lainnya. CT non kontras dapat mengidentifikasi secara virtual hematoma
yang berdiameter lebih dari 1 cm.2
MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa
diandalkan daripada CT scan, terutama stroke iskemik. MRI dapat mengidentifikasi
malformasi vaskular yang mendasari atau lesi yang menyebabkan perdarahan.2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG) untuk
memulai memonitor aktivitas hantung. Disritmia jantung dan iskemia miokard memiliki
kejadian signifikan dengan stroke.2
Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas, maka untuk
memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain, misalnya sistem skoring
yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien masuk Rumah
Sakit. Sistem skoring yang sering digunakan antara lain:
Siriraj Hospital Score [11]
Versi orisinal:
= (0.80 x kesadaran) + (0.66 x muntah) + (0.33 x sakit kepala) + (0.33x tekanan darah
diastolik) – (0.99 x atheromal) – 3.71.
Versi disederhanakan:
= (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan darah
diastolik) – (3 x atheroma) – 12.
Kesadaran:
Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
Muntah: tidak = 0 ; ya = 1
Sakit kepala dalam 2 jam: tidak = 0 ; ya = 1
Tanda-tanda ateroma: tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1
(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)
Pembacaan:
Skor > 1 : Perdarahan otak
< -1: Infark otak
Sensivitas : Untuk perdarahan: 89.3%.
Untuk infark: 93.2%.
Ketepatan diagnostik : 90.3%.
Bed rest total dengan posisi kepala ditinggikan 30 dalam ruangan dengan
lingkungan yang tenang dan nyaman, bila perlu diberikan O2 2-3 L/menit.
Hati-hati pemakaian obat-obat sedatif.
Pasang infus IV di ruang gawat darurat dan monitor ketat kelainan-kelainan
neurologi yang timbul.
b. Penderita dengan grade III, IV, atau V (H&H PSA), perawatan harus lebih intensif:
1
keadaan klinis lain, operasi yang segera atau ditunda direkomendasikan tergantung
pada situasi klinik khusus.
c. Aneurisma yang incompletely clipped mempunyai resiko yang tinggi untuk
perdarahan ulang.
6. Antihipertensi 1
a. Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mmHg atau tekanan darah sistolik
(TDS) tidak lebih dari 160 dan tekanan darah diastolic (TDD) 90 mmHg (sebelum
tindakan operasi aneurisma clipping).
b. Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHg dan TDD lebih
dari 90 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg.
c. Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2 mg/menit sampai
mencapai maksimal 20 mg/jam atau esmolol infuse dosisnya 50-200 mcg/kg/menit.
Pemakaian nitroprussid tidak danjurkan karena menyebabkan vasodilatasi dan
memberikan efek takikardi.
d. Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapat diberikan
vasopressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan iskemik penumbra yang
mungkin terjadi akibat vasospasme.
7. Hiponatremi
Bila Natrium di bawah 120 mEq/L berikan NaCl 0,9% IV 2-3 L/hari. Bila perlu
diberikan NaCl hipertonik 3% 50 mL, 3 kali sehari. Diharapkan dapat terkoreksi 0,5-1
mEq/L/jam dan tidak melebihi 130 mEq/L dalam 48 jam pertama.1
Ada yang menambahkan fludrokortison dengan dosis 0,4 mg/hari oral atau 0,4 mg
dalam 200 mL glukosa 5% IV 2 kali sehari. Cairan hipotonis sebaiknya dihindari karena
menyebabkan hiponatremi. Pembatasan cairan tidak dianjurkan untuk pengobatan
hiponatremi.1
8. Kejang
Resiko kejang pada PSA tidak selalu terjadi, sehingga pemberian antikonvulsan tidak
direkomendasikan secara rutin, hanya dipertimbangkan pada pasien-pasien yang
mungkin timbul kejang, umpamanya pada hematom yang luas, aneurisma arteri serebri
media, kesadaran yang tidak membaik. Akan tetapi untuk menghindari risiko
perdarahan ulang yang disebabkan kejang, diberikan anti konvulsan sebagai profilaksis.1
33
Dapat dipakai fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari oral atau IV. Initial dosis
100 mg oral atau IV 3 kali/hari. Dosis maintenance 300-400 mg/oral/hari dengan dosis
terbagi. Benzodiazepine dapat dipakai hanya untuk menghentikan kejang.1
Penggunaan antikonvulsan jangka lama tidak rutin dianjurkan pada penderita yang
tidak kejang dan harus dipertimbangkan hanya diberikan pada penderita yang
mempunyai faktor-faktor risiko seperti kejang sebelumnya, hematom, infark, atau
aneurisma pada arteri serebri media.1
9. Hidrosefalus 1
a. Akut (obstruksi)
Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari pertama.
Kejadiannya kira-kira 20% dari kasus, dianjurkan untuk ventrikulostomi (atau
drainase eksternal ventrikuler), walaupun kemungkinan risikonya dapat terjadi
perdarahan ulang dan infeksi.
b. Kronik (komunikan)
Sering terjadi setelah PSA. Dilakukan pengaliran cairan serebrospinal secara
temporer atau permanen seperti ventriculo-peritoneal shunt.
Antagonis H2
Antasida
Inhibitor pompa proton selama beberapa hari.
Pepsid 20 mg IV 2 kali sehari atau zantac 50 mg IV 2 kali sehari.
Sucralfate 1 g dalam 20 mL air 3 kali sehari.
14
15
BAB IV
KESIMPULAN
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat lokal dan atau global, terjadi
secara akut berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah otak. Stroke yang menyebabkan perdarahan di otak disebut sebagai stroke hemoragik
yang salah satu faktor penyebabnya adalah hipertensi kronis. Penanganan stroke
hemoragik dapat bersifat medik atau bedah tergantung keadaan dan syarat yang diperlukan
untuk masing-masing jenis terapi. Penanganan medik fase akut dilakukan pada penderita
stroke hemoragik dengan menurunkan tekanan darah sistemik yang tinggi dengan obat-
obat anti hipertensi yang biasanya kerja cepat untuk mencapai tekanan darah pre morbid
atau diturunkan kira-kira 20 % dari tekanan darah waktu masuk rumah sakit. Prognosis
bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi serta ukuran dari
perdarahan.
20
DAFTAR PUSTAKA
5. Ropper AH, Brown RH. Adams dan Victor’s Principles of Neurology. Edisi 8.
BAB 4. Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease.
McGraw Hill: New York.2005.
7. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC: Jakarta,
2007.
11. Poungvarin, N. Skor Siriraj stroke dan studi validasi untuk membedakan
perdarahan intraserebral supratentorial dari infark.
16. Alway D. Esensial Stroke Untuk Layanan Primer. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2009.
18. Stroke Association. State of the Nation Stroke Statistics January 2016. London;
21
2015.