Anda di halaman 1dari 115

CATATAN KLIMATOLOGI & EKOLOGI

CHOIRIN WAHYUNING TYAS

134190082

AGROTEKNOLOGI

UPN VETERAN YOGYAKARTA

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iklim merupakan salah satu proses alam yang membawa pengaruh
terhadap kehidupan manusia, baik secara fisik maupun secara non fisik (sosial
budaya). Iklim di artikan sebagai suatu kondisi cuaca pada suatu daerah
dalam kurun waktu yang lebih lama (Prawirowardoyo, 1996).
Penilaian iklim biasanya didasarkan pada keberadaan parameter-
parameter seperti curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin yang
dilihat secara berurutan (Time Series) dan didukung pula dengan keberadaan
geografis daerah. Daerah dengan bentuk lahan pegunungan akan mempunyai
iklim yang berbeda dengan daerah yang bentuk lahannya berupa dataran
rendah. Suatu wilayah akan mempunyai iklim yang berbeda-beda
dibandingkan dengan wilayah yang lainnya. Berdasarkan kalsifikasi iklm
global, kepulauan Indonesia sebagian besar tergolong dalam zona iklim
tropika basah dan sisanya masuk dalam zona iklim pegunungan atau tropika
monsoon.
Iklim juga akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai
dibudidayakan pada suatu kawasan, penjadualan budidaya pertanian, dan
teknik budidaya yang dilakukan petani. Pengetahuan tentang iklim sangat
penting artinya dalam sektor pertanian, karena hubungan antara Klimatologi
dan Meteorologi dengan ilmu pertanian tercermin dengan berkembangnya
cabang Klimatologi yang khusus dikaitkan dengan kegiatan pertanian yang
disebut dengan Meteorologi dan klimatologi pertanian. Selain itu iklim
merupakan salah satu faktor (Selain Tanah) yang akan mempengaruhi
distribusi tumbuhan. Iklim berpengaruh terhadap penyebaran tumbuhan,
hewan dan manusia. Keberadaan suatu spesies tumbuhan pada suatu wilayah
dapat dijadikan indikator iklim wilayah yang bersangkutan.
Ekologi merupakan istilah yang berasal dari dua suku kata bahasa
Yunani yaitu “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu). Jadi, secara harfiah

2
ekologi memiliki arti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Sedangkan
pengertian dari ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari tentang
spektrum hubungan timbal balik antara tanaman dengan lingkungannya
beserta antara kelompok-kelompok tanaman. Tanaman saling mempengaruhi
antara yang satu dengan yang lainnya juga dengan lingkungan sekitarnya.

B. Manfaat
Buku catatan ini diperuntukkan untuk sebagai salah satu sumber
pengetahuan mengenai klimatologi dan ekologi tanaman.

3
BAB II
KLIMATOLOGI

Klimatologi atau ilmu iklim adalah cabang ilmu pengetahuan yang


membahas sintesis unsur-unsur cuaca dan berkaitan dengan faktor-faktor yang
menentukan dan mengontrol distribusi iklim di atas permukaan bumi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi iklim suatu wilayah adalah posisi garis lintang,
ketinggian tempat, daratan dan air, massa udara, dan angin, sabuk tekanan tinggi
dan rendah, halangan pegunungan, arus laut, luas hutan, dan sebagainya.
Berdasarkan penggolongan keilmuannya terdapat empat cabang
klimatologi:
1. Klimatografi (Climatography).
Klimatologi yang membahas secara deskriptif (apa adanya)
berdasarkan data, peta dan gambar/foto. Pembahasan iklim yang
tidak disertai analisis fisika maupun matematika yang mendalam,
dan umumnya dikembangkan oleh para pakar ilmu bumi
(geografi).
2. Klimatologi Fisik (Physical Climatology).
Klimatologi yang membahas perilaku dan gejala-gejala
cuaca yang terjadi di atmosfer dengan menggunakan dasar-dasar
ilmu fisika dan matematika. Tinjauan iklim ditekankan pada neraca
energi dan neraca air antara bumi dan atmosfer.
3. Klimatologi Dinamik (Dynamical Climatology).
Klimatologi yang membahas pergerakan atmosfer dalam
berbagai skala, terutama tentang peredaran atmosfer umum di
berbagai wilayah di seluruh dunia.
4. Klimatologi Terapan (Applied Climatology).
Klimatologi yang membahas penerapan ilmu iklim untuk
memecahkan berbagai masalah praktis yang dihadapi masyarakat.
Beberapa contoh klimatologi terapan adalah:

4
a. Klimatologi Perkotaan (Urban Climatology).
Klimatologi yang membahas berbagai aspek iklim
untuk perencanaan maupun penataan kota. Tujuan
utamanya adalah memperoleh tingkat kenyamanan
udara sebaik-baiknya. Cabang ilmu ini juga
membahas pengaruh konsentrasi pemukiman
penduduk, dan alokasi pusat-pusat kegiatan
penempatan jalur hijau dan taman-taman kota
terhadap unsur-unsur iklim.
b. Klimatologi Kelautan (Marine Climatology).
Klimatologi yang menekankan pembahasan
pengaruh timbal balik antara iklim dan lautan.
c. Klimatologi Bangunan (Building Climatology).
Klimatologi yang mempelajari pengaruh timbal
balik antara bentuk, ukuran, bahan dan warna
bangunan, dengan cuaca dan iklim baik di dalam
ruang maupun di luar bangunan.
d. Bioklimatologi (Bioclimatology).
Klimatologi yang membahas pengaruh iklim
terhadap kehidupan mahluk hidup secara umum.
Pembahasan meliputi berbagai kondisi iklim serta
perubahannya terhadap kesehatan manusia, hewan,
tumbuhan, serta terhadap aktivitas jasad renik.
e. Klimatologi Pertanian atau Agroklimatologi
(Agricultural Climatology).
Klimatologi yang membahas permasalahan iklim di
bidang pertanian. Membahas pengaruh positif
maupun negatif perilaku iklim terhadap usaha
pertanian.
Dalam Meteorological Glossary (McIntosh, 1972), Klimatologi Pertanian
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan membahas berbagai aspek iklim

5
yang berhubungan dengan permasalahan pertanian. Di dalam arti sempit,
pertanian hanya meliputi tanaman, dan dalam arti luas juga meliputi peternakan
dan perikanan.
Manfaat utama Klimatologi Pertanian adalah sebagai dasar strategi dalam
penyusunan rencana dan kebijakan pengelolaan usahatani pertanian dan
peternakan. Lingkup kebijakan dapat meliputi sebidang lahan, suatu wilayah atau
teritorial pertanian maupun untuk kebijakan pada lingkup nasional yang meliputi
berbagai hal sebagai berikut (Nasir A.A, 1999):
1. Seleksi terhadap kultivar tanaman, spesies, dan ras ternak yang
beradaptasi baik dengan kondisi iklim setempat sehingga potensial
untuk dibudidayakan secara luas.
2. Memiliki wilayah-wilayah yang kondisi iklimnya sesuai untuk
pengembangan suatu kultivar tanaman dan ras ternak tertentu yang
baru diintroduksi dari daerah lain atau dari luar negeri.
3. Berbagai hasil penelitian dan percobaan memungkinkan untuk
memilih teknologi yang terbaik untuk perbaikan iklim mikro
sehingga dapat mendorong pertumbuhan, perkembangan, serta
produksi tanaman dan ternak baik jumlah maupun mutunya.
Contohnya penggunaan berbagai jenis mulsa, rumah kaca, rumah
plastik, rumah jaring, irigasi, dan drainase dalam budidaya
tanaman. Dibidang peternakan dilakukan perbaikan desain
kandang, sistem ventilasi, drainase, sanitasi, dan pengaturan
kepadatan populasi ternak di dalam kandang.
4. Pengaturan pola tanam meliputi jadwal pergiliran tanaman dan
pemilihan kultivar untuk penanaman tumpangsari.
5. Pewilayahan komoditas pertanian dan pemetaannya.
Klimatologi pertanian melibatkan interaksi setiap hari secara berkelanjutan
dalam kurun waktu lama antara cuaca dan hidrologi sebagai komponen fisika
lingkungan atau iklim di satu sisi, dengan komponenkomponen pertanian dalam
arti luas di sisi lainnya. Secara luas pertanian meliputi budidaya: tanaman pangan,
tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, kehutanan, dan usaha peternakan.

6
Sebenarnya dapat ditambahkan budidaya perikanan darat (rawa, danau, tambak,
kolam, dan sebagainya), tetapi tidak seluas penangkapan ikan di laut sehingga
jarang dikaitkan dalam pertanian.

7
BAB III
ATMOSFER BUMI

4.1 Pengertian dan Fungsi Atmosfer


Atmosfer merupakan selimut tebal dari berbagai macam gas
(termasuk aerosol) yang menyelimuti seluruh permukaan bumi. Gas
tersebut terdiri dari udara kering dan uap air, sedangkan aerosol
merupakan bahan padat. Atmosfer yang menyelimuti seluruh permukaan
bumi berfungsi sebagai :
(a) Pelindung bumi terhadap pemanasan dan pendinginan yang
berlebihan (tanpa atmosfer suhu pada siang hari > 93oC dan malam
hari dapat mencapai – 1840C).
(b) Penyaring (filter) terhadap sinar surya yang berbahaya bagi mahluk
hidup (yaitu sinar UV yang dapat menyebabkan kanker kulit pada
manusia).
(c) Penyedia bahan baku bagi mahluk hidup (yaitu CO2 dalam proses
fotosintesis dan O2 dalam proses respirasi).
(d) Pengatur kelestarian mekanisme terjadinya cuaca & iklim.
4.2 Komposisi Udara Pada Atmosfer Bumi
Komposisi atmosfer terdiri dari : udara kering, uap air, dan aerosol.
Komposisi udara kering dan uap air pada ketinggian dibawah 100 km
terdiri atas :
(a) Gas utama : N2, O2, Ar, CO2, dan HO2 yang mendominasi sekitar
99.98% - 99,99% volume udara.
(b) Gas penyerta:
- Permanen : Ne, He, Kr, Xe, dan H2O
- Tidak permanen : CO, CH4, HC, NO, NO2, N2O, NH3, SO2
dan O3.
Sedangkan gas-gas yang mempunyai peranan penting secara
meteorologis adalah CO2, H2O, O3, dan aerosol.

8
(a) Karbon dioksida (CO2) terutama dihasilkan dari pelapukan bahan
organik oleh mikroorganisme secara alami dalam tanah dan
pembakaran bahan bakar fosil. Gas tersebut yang ada diatmosfer
akan diserap oleh tanaman sebagai bahan baku dalam proses
fotosintesis dan sebagai penyerap yang baik terhadap radiasi bumi
dan atmosfer secara selektif serta pada umumnya tidak menyerap
radiasi surya sebagai radiasi gelombang pendek. Laju kenaikan
konsentrasi CO2 cenderung meningkat meskipun saat terakhir ini
peningkatannya relatif lambat. Secara global kenaikan gas ini
sekitar 11% dengan konsentrasi 294 – 321 ppmv (1870-1970).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dari 30 stasiun di
dunia pada tahun 1992, konsentrasi gas tersebut mencapai 370
ppmv dengan laju kenaikan sekitar 0.4% dan meningkatkan suhu
udara sekitar 0.2-0.50C.
(b) Uap air berasal dari penguapan (evapotranspirasi) yang terjadi di
permukaan bumi dan merupakan sumber utama bagi pembentukan
awan dan presipitasi. Di samping sebagai penyerap radiasi surya,
bumi dan atmosfer, juga dapat berfungsi sebagai bahan pemindah
energi kalor (bahang ) laten. Kandungan uap air didaerah
subtropika bervariasi dari 0 pada saat angin kering bertiup hingga
3% volume pada saat angin laut bertiup pada musim panas.
Sedangkan pada daerah tropika, karena suhu udara rata-rata lebih
tinggi sehinga dapat mencapai 4% volume atau 3% dari massa
atmosfer.
(c) Ozone (O3) Ozone tersebut dapat terurai lagi menjadi oksigen jika
sinar ultra violet berlebihan atau adanya rampasan dari gas lain
hasil industri. Misalnya CFC dapat mengeluarkan atom klorin yang
merampas satu atom O dari molekul O3 atau dengan faktor
kesetimbangan dan momentum secara secar alami dengan atom O
seperti pada reaksi berikut :

9
Gas ini dihasilkan secara alamiah dari proses ionisasi pada
ketinggian 80-100 km dengan melalui reaksi :

Dampak negatif dari kegiatan manusia yang dapat menyebabkan


menipisnya lapisan ozon adalah terjadinya kerusakan secara fisik
oleh pesawat supersonik/antariksa dan akibat senyawa gas yang
mengandung sulfat dan nitrat. Ozone dapat berfungsi sebagai
penyerap yang baik terhadap sinar UV yang berbahaya bagi
kehidupan manusia dan kehidupan lainnya serta dapat menyerap
radiasi bumi pada panjang gelombang tertentu.
(d) Aerosol merupakan partikel-partikel kecil (zarah) di atmosfer
sebagai :
(1) Debu 20 % (terutama dihasilkan daerah kering)
(2) Kristal garam 40% (dihasilkan dari pecahan ombak lautan)
(3) Abu10% ( dihasilkan dari letusan gunung berapi dan
pembakaran)
(4) Asap 5 % (dihasilkan dari letusan gunung berapi dan
pembakaran)
(5) Lain-lain 25% (terutama dihasilkan oleh mokroorganisme)

4.3 Lapisan Atmosfer


Lapisan atmosfer terdapat 5 lapisan; Troposfer, Stratosfer,
Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.

10
(a) Troposfer (8 km di kutub, 16 km di katulistiwa)
Lapisan ini berada pada level yang terendah, campuran
gasnya paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam
lapisan ini kehidupan terlindung dari sengatan radiasi yang
dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan dengan
lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling tipis
(kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam lapisan
ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak,
angin, tekanan dan kelembapan yang kita rasakan sehari-hari
berlangsung. Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca seperti hujan,
angin, musim salju, kemarau, dan sebagainya.
Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling
hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi
panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara. Biasanya,
jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak
(steady), dari sekitar 17℃ sampai -52℃. Pada permukaan bumi
yang tertentu, seperti daerah pegunungan dan dataran tinggi dapat
menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut.
Di antara stratosfer dan troposfer terdapat lapisan yang
disebut lapisan Tropopause, yang membatasi lapisan troposfer
dengan stratosfer.
(b) Stratosfer (15 – 55 km)
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer
dimulai dari ketinggian sekitar 11 km. Suhu di lapisan stratosfer
yang paling bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu -70oF atau
sekitar -57oC. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi
dengan pola aliran yang tertentu. Lapisan ini juga merupakan
tempat terbangnya pesawat. Dari bagian tengah stratosfer keatas,
pola suhunya berubah menjadi semakin bertambah seiring kenaikan
ketinggian. Hal ini dikarenakan bertambahnya lapisan dengan
konsentrasi ozon. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra

11
violet. Suhu pada lapisan ini bisa mencapai sekitar 18oCpada
ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan
stratosfer dengan lapisan berikutnya.
(c) Mesosfer (55 – 75 km)
Suhu atmosfer akan berkurang dengan pertambahan
ketinggian. Udara yang di sini akan mengakibatkan pergeseran
yang berlaku dengan objek yang datang dari angkasa dan
menghasilkan suhu yang tinggi. Kebanyakan meteor yang sampai
ke bumi terbakar pada lapisan ini. Pada lapisan ini, suhu kembali
turun ketika ketinggian bertambah, hingga menjadi sekitar -143oC.
Suhu serendah ini memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang
terbentuk dari kristal es. Antara lapisan Mesosfer dan lapisan
Termosfer terdapat lapisan perantara yaitu Mesopause.
(d) Termosfer (75 – 375 km)
Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang
cukup tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1500oC. Perubahan ini
terjadi karena serapan radiasi sinar ultra violet. Radiasi ini
menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan
listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat
memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit,
lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan gelombang
radio.
Meski udara di lapisan ini bertemperatur cukup tinggi,
massa jenis udara di lapisan ini terlalu terlalu rendah sehingga tidak
akan mampu menghantarkan panas yang cukup ke benda-benda
yang berada di lapisan ini, termasuk astronot. ISS melayang
mengelilingi bumi pada lapisan ini.
(e) Eksosfer (<375km)
Eksosfer adalah lapisan bumi yang terletak paling luar.
Pada lapisan ini terdapat refleksi cahaya matahari yang dipantulkan

12
oleh partikel debu meteoritik. Cahaya matahari yang dipantulkan
tersebut juga dikenal sebagai cahaya Zodiakal.
4.4 Sifat Atmosfer Bumi
Sebagai lapisan pelindung bumi lapisan atmosfer memiliki
beberapa sifat. Sifat -sfat atmosfer, meliputi :
(a) Tidak mempunyai warna, tidak berbau, dan tidak memiliki wujud,
serta hanya dapat dirasakan oleh indra perasa manusia dalam
bentuk angin.
(b) Mempunyai berat sehingga dapat menyebabkan tekanan.
(c) Mempunyai sifat dinamis dan elastis, yakni dapat mengembang
dan mengerut.

13
BAB IV
FENOMENA ALAM YANG TERJADI DI ATMOSFER BUMI

4.1 Awan noctilucent

Gambar 4.1
Jenis awan ini terbentuk pada lapisan atas atmosfer, yaitu mesosfer.
Fenomena ini juga dikenal sebagai night-shining cloud. Ilmuwan meyakini
bahwa awan noctilucent terbuat dari kristal es yang bercampur dengan
partikel debu dari meteor. Biasanya awan ini terbentuk di musim panas.
4.2 Green flash atau sinar hijau

Gambar 4.2
Green flash biasa terjadi setelah matahari tenggelam atau sebelum
matahari terbit. Jika kondisinya tepat, titik hijau tersebut akan terlihat di
atas matahari. Namun kamu harus cepat jika ingin melihatnya sebab sinar
akan hilang setelah dua detik.

14
4.3 Pelangi Api

Gambar 4.3
Fenomena yang jarang terjadi ini sebenarnya bernama cicumhorizontal
arc. Ada banyak kondisi yang dibutuhkan agar pelangi api bisa terbentuk.
Di antaranya cahaya harus melewati awan cirrus, matahari harus berada di
titik yang tinggi, serta kristal es penyusun awan harus berbentuk seperti
lempengan.
4.4 Aurora

Gambar 4.4
Aurora adalah fenomena atmosfer yang sangat indah tetapi jarang terjadi.
Biasanya aurora bisa diamati di daerah kutub. Ia terbentuk dari jutaan
partikel energi yang dilontarkan matahari. Partikel tersebut kemudian akan
bereaksi saat bertemu dengan atmosfer dan membentuk cahaya yang
indah.
4.5 Sun dog atau parhelion
Orang juga mengenalnya sebagai fenomena empat matahari. Sun dog
tercipta saat cahaya matahari melewati lempeng kristal es penyusun awan

15
cirrus yang berada di lapisan atas atmosfer. Ini menyebabkan pembiasan
sehingga matahari terlihat seperti ada empat.

Gambar 4.5
4.6 Awan mammatus

Gambar 4.6
Awan mammatus terlihat seperti gelembung sabun yang berjajar-jajar di
langit. Walaupun terlihat menakjubkan awan ini merupakan pertanda
cuaca buruk, tepatnya puting beliung besar atau tornado.
4.7 Petir Mengarah ke Atas

Gambar 4.7
Petir biasanya datang dari langit menuju ke Bumi. Namun hal tersebut
tidak berlaku bagi petir yang satu ini, ia malah mengarah ke atas.

16
4.8 Pelangi Putih
Pelangi pada umumnya memiliki tujuh warna. Namun pelangi ini hanya
berwarna putih. Sebab terjadinya hampir sama dengan pelangi biasa.
Bedanya, moonbows muncul di malam hari saat bulan sedang berada di
titik yang rendah. Cahaya bulan yang lemah hanya bisa memantulkan sinar
putih sehingga terbentuklah moonbows.

Gambar 4.8
4.9 Fallstreak hole
Fallstreak hole bisa dibilang yang paling jarang terjadi. Kamu bisa
menyaksikan langit yang seakan-akan berlubang karena awan terbelah dan
membentuk lingkaran kosong, ini terjadi karena perbedaan suhu di awan.

Gambar 4.9

17
BAB V
PEMANASAN GLOBAL

Pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata


atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi
telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir.
Penyebab dan dampak dari pemanasan global;
a. Penyebab
1. Emisi gas rumah kaca dan hasil pembakaran bahan bakar fosil.
2. Gas metana.
3. Polusi Karbon dioksida.
b. Dampak
1. Mencairnya puncak es membuat permukaan air laut
meningkat.
2. Membahayakan ekosistem terumbu karang.
3. Meningkatnya suhu di laut.
4. Tingkat keasaman air laut meningkat.
Faktor-faktor pengendali iklim;
a. Pancaran radiasi surya.
Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada
malam hari dalam skala harian, atau musim panas dan musim
dingin dalam skala tahunan, berperan besar pada gerakan massa
udara dalam bentuk angin, baik dalam skala lokal maupun global.
Perpindahan posisi matahari dari utara ke selatan mengakibatkan
terjadi perubahan musim.
b. Ketinggian tempat diatas permukaan laut.
Suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin
tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut.
Indicator Dataran Tinggi Dataran Rendah
Suhu Rendah Tinggi
Tekanan Udara Rendah Tinggi
Kelembaban Tinggi Rendah

18
c. Letak Lintang.
Garis Lintang menandakan perbedaan zona iklim di bumi.
Daerah diantara garis Khatulistiwa yang diapit oleh garis
CANCER dan garis CAPRICORN (antara 23,27 o LU – 23,27 o
LS) disebut daerah tropis, karena di sanalah sepanjang waktu
matahari bersinar pada siang hari, di daerah ini hanya dikenal 2
musim yaitu musim panas dan penghujan. Sementara daerah antara
23,27o LU dan 66,33oLU serta antara 23,27oLS dan 66,33oLS
disebut daerah sub-tropis, di daerah ini dapat terjadi 4 musim yaitu
musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi.
Sementara di daerah dekat Kutub utara dan selatan (90oLU dan
90oLS) dapat terjadi masa dimana dalam satu hari tidak muncul
matahari, atau sebaliknya dalam satu hari matahari selalu bersinar
(dikenal dengan istilah matahari tengah malam).
d. Posisi Terhadap Lautan.
Pergerakan air laut meliputi 1/4 dari total penyebaran panas
untuk iklim di seluruh dunia, suhu suatu perairan dapat
memengaruhi suhu udara di atasnya yang kemudian bersama sama
membawa uap air (udara lembab) ke suatu daratan, misalnya angin
muson Barat yang lembab yang melewati perairan luas yang
kemudian melintasi Indonesia banyak menurunkan hujan di
sebagian besar wilayah Indonesia.
e. Pusat Tekanan Tinggi dan Rendah.
Pemusatan tekanan udara tinggi dan rendah menyebabkan
dinamika angin. Tekanan tinggi menyebabkan angin bergerak
menuju daerah bertekanan rendah. Sebagai salah satu unsur cuaca,
pemusatan tekanan sangat berperan sebagai pengendali cuaca.
f. Massa Udara.
Massa udara merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perbedaan dan perubahan iklim di permukaan

19
wilayah bumi. Hal ini disebabkan massa udara yang dinamis, tidak
selalu tetap berada di wilayahnya, tetapi dapat bergerak ke wilayah
lain. Sifat-sifat massa udara ini yang akhirnya mempengaruhi iklim
di permukaan bumi terutama pada suhu dan kelembapan massa
udara.
g. Arus Laut.
Arus laut yang dingin akan menurunkan suhu udara di
daratan, sedangkan arus laut panas akan menaikkan suhu di
daratan. Arus panas pada umumnya mengakibatkan peningkatan
curah hujan, karena udara di atas lautan banyak membawa uap air.
h. Topografi.
Dengan adanya gunung penghalang, cuaca dan iklim
disekitarnya mengalami curah hujan yang cukup tinggi dan
mengalami angin lokal.
Pengaruh posisi bumi terhadap matahari, apabila bumi berada dekat dengan
matahari (Perihelion) suhu di bumi akan meningkat. Apabila bumi berada jauh
dengan matahari (Aphelion) suhu dibumi akan menurun. Solusi dalam mengatasi
pemasan global dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mengurangi Penggunaan Bahan Bakar Fosil
Pembakaran bahan bakar fosil (seperti premium dan solar)
menghasilkan gas karbon dioksida sebagai gas buangan. Seandainya
alat transportasi yang berbahan bakar minyak marak digunakan dan
jumlahnya semakin bertambah, maka karbon dioksida yang dibuang
ke atmosfer juga semakin besar. Akibatnya pemanasan global yang
terjadi akan semakin buruk. Oleh sebab itu alat transportasi yang
berbahan bakar minyak sebaiknya diminimalisir pemakaiannya.
Kurangi penggunaan kendaraan pribadi dan gunakanlah alat
transportasi umum sehingga dapat mengurangi gas karbon dioksida
di udara.
Cara lain mengurangi penggunaan bahan bakar fosil adalah
dengan menggunakan alat transportasi yang tidak menghasilkan

20
karbon dioksida sebagai gas buangan nya misalnya dengan
menggunakan sepeda, mobil berbahan bakar hidrogen atau akan
lebih baik lagi jika kita biasakan jalan kaki untuk berpergian pada
jarak yang dekat.
2. Menggunakan Energi Alternatif
Cara mengatasi pemanasan global yang kedua adalah
dengan beralih ke Energi Alternatif. Manusia sejatinya dapat
menggunakan energi alternatif guna meminimalisir hal - hal yang
dapat menjadi penyebab pemanasan global. Penggunaan energi
alternatif terbarukan ini hendaknya harus segera di terapkan di
seluruh dunia. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil harus segera
diganti dengan energi bersih, seperti sinar matahari, angin, air, panas
bumi dan biomassa. Sumber energi tersebut sejatinya berlimpah
namun belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.
3. Tidak Menebang Pohon di Hutan Secara Sembarangan
Hutan merupakan elemen yang sangat penting bagi
kelestarian dunia, karena salah satu fungsi hutan adalah sebagai
paru-paru dunia sekaligus penyeimbang ekosistem. Hutan terutama
jenis hutan yang belum terjamah manusia memiliki keseimbangan
ekosistem yang sangat baik sehingga banyak hewan dan tumbuhan
yang hidup dan bertahan dari pengaruh lingkungan luar.
4. Melakukan Penanaman Pohon Kembali (reboisasi)
Pohon dan jenis tumbuhan berklorofil lainnya mempunyai
peran vital dalam membersihkan udara. Sebab tumbuhan berklorofil
mempunyai kemampuan untuk mengolah air, sinar matahari, karbon
dioksida dan unsur hara menjadi bahan organik dan oksigen.
Oksigen sendiri merupakan salah satu faktor penentu
kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi. Karena itulah
keberadaannya sangat dibutuhkan. Tanpa adanya oksigen, manusia
dan makhluk hidup lain tidak dapat bernapas. Karena itulah semakin

21
banyak pohon yang ditanam di bumi, maka semakin banyak udara
yang dapat dibersihkan dari berbagai macam polutan.
5. Melakukan Penghematan Listrik
Cara Mengatasi Pemanasan Global berikutnya adalah
dengan melakukan penghematan listrik. Listrik merupakan salah satu
bentuk energi yang banyak dibutuhkan manusia. Meskipun tidak
semua manusia menggunakan listrik, namun listrik merupakan
energi yang berperan vital dalam budaya hidup modern. Akantetapi
listrik dari pembangkit listrik saat ini kebanyakan menggunakan
bahan bakar fosil yang menghasilkan karbon dioksida. Semakin
banyak penggunaan listrik, maka semakin banyak gas buangan
berupa karbon dioksida sehingga efek rumah kaca bisa semakin
memburuk.
Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi kita untuk
melakukan penghematan listrik salah satu caranya adalah dengan
Cabut Kabel/Peralatan Dari Saklar Saat Tidak Digunakan dan
mengemat Pemakaian Lampu.
6. Tidak Menggunakan Alat Yang Menghasilkan Gas CFC
CFC (Cloro Four Carbon) merupakan senyawa-senyawa
yang mengandung atom karbon dengan klorin dan fluorin terikat
padanya. CFC umumnya dihasilkan oleh peralatan pendingin udara,
perlu diketahui bahwa saat ini CFC menyumbangkan 20% dalam
proses terjadinya efek rumah kaca. Oleh karenanya penggunaan CFC
harus dihentikan meskipun penggunaan CFC memang bermanfaat
untuk manusia, namun perlu diperhatikan juga dampak dari
penggunaan CFC ini.
Dalam mengatasi suhu ruangan yang panas, kita dapat
merancangsebuah bangunan yang mempunyai banyak ventilasi udara
sehingga tidak perlu memakai pendingin ruangan atau AC. namun
seandainya penggunaan AC memang diperlukan pastikan kita
memakai AC non CFC yang ramah lingkungan. Begitu juga dengan

22
kulkas, sebaiknya kita memakai kulkas non CFC untuk menghindari
efek rumah kaca serta agar pemanasan global agar tidak semakin
memburuk dan merugikan manusia.
7. Memperbaiki Kualitas Kendaraan dengan Uji Emisi
Semakin banyaknya kendaraan bermotor yang berlalu
lalang mengakibatkan meningkatnya emisi gas buang sebagai
residunya. Seperti yang telah diketahui, emisi gas buang merupakan
sisa hasil pembakaran mesin kendaraan baik itu kendaraan beroda,
perahu maupun pesawat terbang.
Memperketan standar dan pengawasan dalam uji emisi
sangat diperlukan untuk memastikan kondisi kendaraan apakah
sudah prima atau belum. Kendaraan yang memiliki kondisi prima
akan menghasilkan pembakaran yang lebuh sempurna sehingga tidak
terlalu merusak lingkungan.

8. Menerapkan Sistem Budidaya Peternakan dan Pertanian yang baik


Sistem budidaya pertanian yang memakai bahan kimia
sintetik berupa pupuk dan pestisida dapat mengakibatkan
pencemaran dan kerusakan pada lingkungan. Karena itulah sistem
pertanian organik yang tidak mencemari dan merusak lingkungan
harus segera digalakkan di seluruh dunia. Akantetapi penggunaan
bahan organik yang tidak tepat ternyata juga dapat berdampak buruk
pada lingkungan. Penggunaan pupuk organik berupa kotoran hewan
yang belum matang justrus turut berperan dalam terjadinya efek
rumah kaca. Hal tersebut terjadi karena kotoran hewan yang belum
matang merupakan sumber gas metana yang tidak lain adalah salah
satu penyebab terjadinya efek rumah kaca.
Sehingga kita harus memastikan bahwa pupuk kandang
yang kita gunakan merupakan pupuk kandang yang sudah matang
yaitu pupuk kandang yang sudah mengalami proses dekomposisi.
Pupuk kandang matang biasanya mempunyai warna yang lebih gelap

23
dibanding pupuk kandang segar dan juga sudah tidak memiliki
(sedikit) bau tidak sedapnya, tidak seperti pupuk kandang yang
masih segar. Pemakaian pupuk kandang yang benar dapat
mengurangi gas metana yang dilepas ke atmosfer bumi.
9. Melakukan Reduce, Reuse dan Recycle
Reduce, yaitu melakukan penghematan dan mengurangi
sampah. Misalnya hemat dalam pemakaian tissue dan kertas karena
tissue dan kertas terbuat dari kayu yang harus ditebang dari pohon di
hutan. Atau bisa juga membeli produk yang berlabel ramah
lingkungan serta meminimalisir pemakaian produk yang dikemas
styrofoam / plastik. Dan berhenti menggunakan semprotan aerosol
untuk mengurangi CFC yang dapat merusak lapisan Ozon bumi.
Reuse, merupakan cara pemanfaatan sampah atau
memanfaatkan kembali barang yang sudah tidak terpakai atau
penggunaan barang - barang yang sudah tidak digunakan, jadi
barang tersebut dimanfaatkan kembali untuk pemakaian kedua dan
seterusnya. Misalnya seperti menggunakan kertas bekas untuk kertas
corat-coret atau catatan keperluan sehari hari atau menggunakan
sapu tangan yang bisa digunakan kembali dibanding menggunakan
kertas tissue yang hanya sekali pakai.
Recycle, yaitu mendaur ulang barang yang sudah tidak bisa
digunakan menjadi barang yang lebih memberikan manfaat.
Contohnya dengan cara memisahkan barang yang berbahan organik
dan an-organik kemudian barang yang bukan organik seperti botol
plastik bisa dikreasikan menjadi pot tanaman atau kotak pensil dan
barang yang berbahan organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk
kompos.
10. Kurangi Penggunaan Kertas
Pemakaian kertas yang berlebihan merupakan salah satu
penyebab besar yang mempengaruhi pemanasan global sebab dengan
kita memakai banyak kertas berarti kita turut menghilangkan

24
(menebang) banyak pohon. Karena kertas berasal dari kayu.
Sehingga, konsumsi kertas yang tinggi menuntut penebangan pohon
yang semakin banyak. Ini alasan mendetail mengapa kita harus
meminimalisir konsumsi kertas sebisa mungkin, demi kelestarian
lingkungan. Oleh karena itu mulailah dari sekarang untuk
mengurangi penggunaan kertas misalnya gunakan kertas se-efisien
mungkin.

25
BAB VI
IKLIM KERJA DAN PENGENDALIAN IKLIM KERJA

Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja
yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan
kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja
(Subaris, dkk, 2008).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor, iklim
kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara
dan panas radiasi akibat dari tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat dari pekerjaannya (PER.13/MEN/X/2011).
Suhu di tempat kerja dapat dipengaruhi dari mesin dan faktor lingkungan
di tempat kerja. Selama tubuh beraktivitas maka tubuh secara otomatis akan
memelihara dan menyeimbangkan antara panas lingkungan yang diterima dengan
panas dari dalam tubuh melalui kehilangan panas dalam tubuh.
Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24 - 26 C. suhu yang
lebih dingin mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya
koordinasi otot dan suhu panas sendiri akan berakibat menurunkan prestasi kerja
berfikir. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan
memperlambat waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja
otak, mengganggu koordinasi saraf perasa motoris, serta memudahkan emosi
untuk dirangsang, maka dari itu bekerja pada lingkungan kerja yang tinggi dapat
membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan kerja sehingga perlu upaya
penyesuaian waktu kerja dan penyelenggaraan perlindungan yang tepat
(Suma’mur, 2014).
7.1 Sumber Panas Lingkungan Kerja
Menurut Suma’mur (2014), terdapat tiga sumber panas pada lingkungan
kerja, yaitu:

26
(a) Iklim kerja setempat. Keadaan udara di tempat kerja, ditentukan
oleh faktor-faktor keadaan antara lain suhu udara, penerangan,
kecepatan gerakan udara dan sebagainya.
(b) Proses produksi dan mesin. Mesin mengeluarkan panas secara
nyata sehingga lingkungan kerja menjadi panas.
(c) Kerja otot. Tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan memerlukan
energi yang diperlukan dalam proses oksidasi untuk menghasilkan
energi berupa panas.
Sedangkan menurut Wahyuni (2008), terdapat beberapa sumber tempat
kerja dengan iklim yang panas, yaitu:
(a) Proses produksi yang menggunakan panas, seperti: peleburan,
pengeringan, pemanasan.
(b) Tempat kerja yang terkena langsung matahari, seperti : pekerjaan
jalan raya, bongkar muat barang pelabuhan, nelayan dan petani.
(c) Tempat kerja dengan ventilasi kurang memadai.
7.2 Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tenaga Kerja
Menurut Gesang (2011), terdapat enam pengaruh iklim kerja yang tidak
sesuai terhadap tenaga kerja, yaitu sebagai berikut:
(a) Gangguan perilaku dan performa kerja, seperti terjadinya
kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.
(b) Dehidrasi, yaitu suatu kondisi kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang
tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan).
(c) Heat rash, seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit
akibat kondisi kulit terus basah.
(d) Heat cramps, merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan
kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya
garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan
karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.
(e) Heat syncope, keadaan yang disebabkan karena aliran darah ke
otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawah ke

27
permukaan kulit atau perifer yang disebabkan pemaparan suhu
tinggi.
(f) Heat exhaustion, keadaan yang terjadi apabila tubuh kehilangan
terlalu banyak cairan dan atau kehingan garam, dengan gejalanya:
mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah.
7.3 Pengukuran Iklim Kerja
Iklim kerja yang sesuai dengan tenaga kerja dapat diukur menggunakan
metode sebagai berikut:
(a) Suhu efektif. Yaitu indeks sensor dari tingkat panas yang oleh
seseorang tanpa baju dan kerja enteng dalam berbagai kombinasi
suhu, kelembaban, dan kecepatan aliran udara. Kelemahan
pemakaian suhu efektif adalah tidak memperhitungkan panas
radiasi dan panas metabolisme tubuh sendiri.
(b) Indek Suhu Bola Basah (Wet Bult Globe Temperature Index).
Untuk pekerjaan dengan sinar matahari dihitung dengan rumus:
I.S.B.B = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu
kering. Sedangkan untuk penilaian di dalam ruang kerja gedung
tanpa sinar matahari mengggunakan rumus: I.S.B.B = 0,7 x suhu
basah + 0,3 x suhu radiasi.
(c) Indek kecepatan keluar keringat selama 4 jam (Predicated Four
Hour Sweat Rate). Indek yang berdasarkan perhitungan kecepatan
keluar keringat selama 4 jam sebagai akibat kombinasi suhu,
kelembaban dan kecepatan gerakan udara serta panas radiasi.
(d) Indeks Belding-Hatch. Di Indonesia dikenal dengan nama indeks
tekanan panas. Indeks ini berdasarkan pada kebutuhan panas
penguapan yang digunakan untuk menghilangkan penimbunan
panas yang disebabkan oleh beban panas (lingkungan dan
metabolisme = E reg), dan panas penguapan maksimum yang dapat
dihasilkan oleh seseorang pada kondisi kerja tertentu.

28
7.4 Pengendalian dan Pengaturan Iklim Kerja
Menurut Harrianto (2010), terdapat dua cara pengendalian tekanan panas
di tempat kerja, yaitu sebagai berikut:
(a) Pengendalian teknik
Merupakan usaha yang paling efektif untuk mengurangi pajanan
lingkungan panas yang berlebihan, dengan cara :
(1) Mengurangi produksi panas metabolik dalam tubuh.
(2) Otomatisasi dan mekanisasi beban tugas akan meminimalisasi
kebutuhan kerja fisik para tenaga kerja.
(3) Mengurangi penyebaran panas radiasi dari permukaan benda-
benda yang panas, dengan cara memberikan Isolasi/penyekat
dan perisai.
(4) Mengurangi bertambahnya panas konveksi. Kipas angin untuk
meningkatkan kecepatan gerak udara di ruang kerja yang
panas.
(5) Mengurangi kelembaban. AC, peralatan penarik kelembaban,
dan upaya lain untuk mengeliminasi uap panas sehingga dapat
mengurangi kelembapan di lingkungan kerja.
(b) Pengendalian administratif
(1) Periode aklimatisasi yang cukup sebelum melaksanakan beban
kerja yang penuh.
(2) Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat
yang pendek tetapi sering dan rotasi tenaga kerja yang
memadai.
(3) Ruangan dengan penyejuk udara (AC) perlu disediakan untuk
memberikan efek pendinginan pada para tenaga kerja waktu
istirahat.
(4) Penyediaan air minum yang cukup.

29
BAB VII
KLASIFIKASI IKLIM

7.1 Pengertian Iklim Secara Umum


Iklim mengandung pengertian kebiasaan cuaca yang terjadi di
suatu tempat atau daerah, dan juga memberi pengertian bahwa iklim
adalah ciri kecuacaan suatu tempat atau daerah, dan bukan cuaca rata-rata.
Oleh karena itu, tidak mungkin kita mengatakan iklim hari ini, iklim besok
pagi, iklim minggu depan, dst.; tetapi kita dapat mengatakan iklim zaman
dahulu, iklim selama ini, iklim di waktu mendatang. Jadi, iklim berkaitan
dengan periode waktu panjang tidak tentu.
Ciri kecuacaan suatu tempat atau daerah ditetapkan berdasarkan
kriteria keseringan atau probabilitas nilai-nilai satu atau lebih unsur iklim
yang ditetapkan, misalnya: hujan, suhu, suhu dan hujan, suhu dan angin,
hujan dan penguapan. Setiap daerah mempunyai iklim yang berbeda.
Perbedaan tersebut karena bumi berbentuk bulat sehingga sinar matahari
tidak dapat diterima serbasama oleh setiap permukaan bumi. Selain itu,
permukaan bumi yang beraneka ragan jenisnya dan beraneka ragam
bentuk topografinya tidak sama caranya menanggapi sinaran matahari
yang diterimanya.
Untuk mengenali tentang iklim digunakan tinjauan dari berbagai
aspek, antara lain dari aspek waktu, skala, wilayah, dan jenis. Dari aspek
waktu dikenal Iklim Prasejarah, Iklim Sejarah, Iklim Quaterner. Iklim
Prasejarah adalah iklim zaman dahulu yang penetapannya didasarkan atas
cerita-cerita sebelum adanya fakta-fakta sejarah. Iklim Sejarah adalah
iklim yang penetapannya berdasarkan cerita-cerita yang tertulis atau
bendabenda sejarah. Iklim Quartener ditetapkan berdasarkan data-data
zaman quartener dengan menggunakan data lapisan bumi atau geologi.
Dari skala yang dipelajari iklim dibedakan dalam Iklim Mikro,
Iklim Meso, Iklim Ruangan. Iklim Mikro adalah iklim dalam skala kecil
dalam ukuran panjang orde meter dan ukuran waktu menit. Iklim Meso

30
adalah iklim dalam ukuran panjang orde kilometer dan ukuran waktu
dalam orde jam atau lebih. Iklim Ruangan adalah iklim yang dibuat dalam
ruangan tertutup, misalnya dalam rumahkaca yang biasa digunakan dalam
pertanian.
Dari aspek wilayah dibedakan Iklim Kutub (Polar Climate), Iklim
Tengah (Temperate Climate), Iklim Subtropis (Subtropical Climate), Iklim
Tropis (Tropical Climate), Iklim Khatulistiwa (Equatorial Climate).
Namun demikian, batas antar wilayah tidak jelas. Iklim Kutub dicirikan
dengan suhu sangat rendah. Koppen memberi kriteria suhu paling tinggi di
bawah 2 °C atau 52 °F tetapi lebih tinggi dari 0 °C atau 32 °F. Iklim
Tengah adalah jenis iklim yang terdapat di lintang tengah antara kawasan
kutub dan kawasan tropik, tetapi batasnya tidak jelas.
Iklim Tropis jenis iklim di kawasan tropik yang dicirikan dengan
suhu selalu tinggi dan variasi tahunannya kecil, hujan hampir dapat terjadi
di sembarang waktu dalam setahun. Iklim Subtropis dicirikan utamanya
kemarau di musim panas dan hujan di musim dingin. Iklim Khatulistiwa
dicirikan dengan variasi suhu harian kecil dan hujan di sembarang waktu
dan dalam setahun hujan dua kali maksimum.
Dari jenis atau ciri yang dibentuk oleh lingkungan dikenal tipe
iklim, yakni: Iklim Benua (Continental Climate), Iklim Bahari (Maritime/
Marine Climate), Iklim Monsun (Monsoon Climate), Iklim Mediteran
(Mediterranian Climate), Iklim Tundra (Tundra Climate), dan Iklim
Gunung (Mountain Climate). Iklim Benua adalah iklim yang dimiliki
daratan luas skala benua, dicirikan dengan julat yang besar dari suhu
tahunan dan suhu harian, kelembapan nisbah rendah serta (umumnya)
curah hujan sedang, kecil atau yang tak menentu. Suhu tahunan ekstrem
terjadi langsung setelah matahari berbalik.
Dalam keadaan ekstrem iklim benua menyebabkan terjadinya
penggurunan. Iklim Bahari adalah jenis iklim yang dicirikan dengan
perbedaan yang kecil antara suhu tahunan dan suhu udara harian. Iklim
tersebut terdapat di pulau-pulau yang kecil, dan di bagian dunia yang

31
menghadap angin, misalnya kepulauan Inggris utamanya di bagian paling
barat. Iklim Monsun jenis iklim di kawasan monsun; dicirikan dengan
perubahan unsur-unsur iklim secara musiman. Hujan banyak pada waktu
matahari di atas kawasan yang bersangkutan. Umumnya dimiliki
tempattempat di kawasan tropik. Iklim Mediteran adalah jenis iklim yang
dicirikan dengan panas, kering, musim panas yang cerah dan musim
dingin banyak hujan. Jenis iklim mediteran mempunyai ciri yang hampir
berlawanan dengan iklim monsun.
Iklim Tundra adalah iklim yang sesuai dengan tumbuh dan
hidupnya tumbuhan lumut, dicirikan dengan suhu sangat rendah tetapi
tidak tertutup salju. Iklim Gunung adalah iklim di tempattempat tinggi,
dicirikan dengan makin ke atas suhu makin rendah, demikian pula tekanan
makin rendah. Selain itu, penyuryaan matahari banyak, makin ke atas
sampai ketinggian tertentu hujan makin banyak, dan di atasnya hujan
makin berkurang. Daerah ketinggian dengan hujan makin berkurang
disebut daerah sungsangan hujan (rain inversion). Hujan banyak terdapat
di daerah yang menghadap angin.
7.2 Variasi Suhu di Indonesia
Kondisi dan peredaran matahari membentuk sistem cuaca dalam
berbagai skala, mulai dari skala kecil sampai skala sangat besar dengan
sifat berfluktuasi. Fluktuasi tersebut mempunyai ukuran variabilitas tak
hingga banyak mulai dari variabilitas sangat kecil variasi harian (diurnal
variation), variasi intra-musiman, variasi musiman, variasi intra tahunan,
variasi tahunan (annual variation), sampai variasi antar tahunan dst.
Khususnya kepada sistem cuaca kawasan tropik memberikan jenis-jenis
fluktuasi seperti dalam tabel berikut (Yamanaka M.D., 1996). Namun
demikian dalam buku ini yang dibahas hanya variasi harian dan variasi
tahunan.
Cuaca di Indonesia berfluktuasi dengan berbagai variasi, dari
variasi harian (diurnal variation), variasi tahunan (annual variation),
variasi musiman (seasonal variation), variasi intra musiman (intraseasonal

32
variation), variasi antartahunan (interannual variation), dst. Karena letak
wilayah Indonesia di sekitar khatulistiwa, maka wilayah tersebut
menerima sinaran matahari terus-menerus sepanjang tahun tetapi berbeda
mencolok pada waktu siang dan malam hari. Perbedaan sinaran siang dan
malam hari memberi ciri yang kuat berupa variasi harian unsur cuaca,
terutama pada suhu, tekanan, angin, dan kelembaban.
Variasi harian suhu yang jelas ditandai dengan maksimum pada
siang hari dan minimum pada malam menjelang pagi hari. Laju perubahan
(landaian) suhu pada waktu menuju maksimum lebih besar dibandingkan
dengan laju perubahan dari maksimum menuju ke minimum. Berbedanya
laju perubahan suhu tersebut karena permukaan bumi cepat menjadi panas
selama matahari naik, dan pelepasan panas sedikit pada waktu masih ada
penyinaran matahari.
Variasi harian tekanan mempunyai maksimum dua kali dan
minimum juga dua kali tetapi berbeda-beda waktunya. Namun demikian
rata-rata maksimum terjadi pada sekitar pukul 10 pagi dan 10 malam
waktu setempat, sedangkan minimum pada sekitar pukul 4 pagi dan pukul
4 sore waktu setempat. Umumnya tekanan maksimum pertama lebih tinggi
dibandingkan minimum kedua, dan tekanan minimum pertama lebih
rendah dibandingkan minimum kedua. Tingginya tekanan maksimum dan
minimum bergantung kepada lokasi daerah.
Variasi harian angin yang jelas terdapat di tempat-tempat tertentu,
misalnya di kawasan pantai variasi harian ditandai dengan adanya angin
darat dan angin laut, di pegunungan dengan angin lembah dan angin
gunung. Akan tetapi angin lokal tersebut menjadi tidak jelas karena adanya
angin dari sistem skala besar, misalnya monsun. Bila angin lokal kuat
interaksi dengan angin dari sistem skala besar tersebut menimbulkan angin
yang sangat berubah-ubah. Oleh karena itu, saat terjadinya angin berubah-
ubah dapat digunakan sebagai indikasi mulai berperannya angin dari
sistem skala besar tersebut.

33
Variasi harian kelembaban nisbi udara berkebalikan dengan variasi
harian suhu, yakni minimum pada saat suhu mencapai maksimum dan
maksimum pada waktu suhu mencapai minimum. Variasi harian curah
hujan sangat bergantung kepada tempatnya; di atas daratan hujan lebih
banyak terjadi pada siang dan sore hari, sedangkan di atas laut dan teluk
sering terjadi pada waktu malam dan menjelang pagi hari.
Sesuai dengan letak geografinya Indonesia mempunyai variasi
tahunan atau musiman. Namun demikian variasi musiman suhu dan
tekanan sangat kecil. Variasi tahunan yang jelas terlihat pada curah hujan
dan angin. Oleh karena itu, di Indonesia dikenal musim hujan dan musim
kemarau. Kedua musim tersebut dibedakan dari banyaknya curah hujan
dan bertiupnya angin.
Pada umumnya sewaktu matahari ada di belahan bumi selatan dari
bulan Oktober sampai Maret, curah hujan lebih banyak dibandingkan
sewaktu matahari di atas belahan bumi utara dari bulan April sampai
September. Untuk membedakan kedua musim tersebut BMKG
menggunakan kriteria banyaknya curah hujan sama atau lebih dari 50 mm
tiap dasarian; meskipun dengan kriteria tersebut banyak daerah yang sulit
dibedakan antara musim hujan dan musim kemarau.
Dalam tabel berikut ditunjukkan sebaran jumlah curah hujan
bulanan di beberapa tempat yang berbeda variasinya. Umumnya dalam
musim kemarau Juni - Juli - Agustus (JJA) koefisien variasinya besar,
sedangkan dalam musim hujan Desember-Januari - Februari (DJF)
koefisien variasinya kecil.

34
Tabel. 7.1. Koefisien variasi (%) hujan bulanan

Sumber data : Diolah dari data BMKG 1957-1997.


Minoru Tanaka (1994) mengemukakan bahwa daur musim
kemarau yang diidentifikasi dengan menggunakan jumlah liputan awan di
Jawa dan sekitarnya mempunyai variasi kisaran sampai 35% sedangkan
daur intra musiman sekitar 5%. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendapat M.J. Manton dan J.L. McBride. Besarnya variasi tersebut karena
dalam daerah monsun lebih banyak struktur cuaca skala meso.
Variasi tahunan suhu sangat kecil hanya sekitar 3 °C. Secara teori
suhu maksimum terdapat dalam bulan ketika posisi matahari di atas daerah
tersebut; tetapi di banyak daerah di dalam bulan-bulan tersebut suhunya
rendah karena justru saat matahari di atas daerah tersebut terjadi banyak
awan dan hujan. Awan dan hujan tersebut mengurangi banyaknya sinaran
yang sampai di permukaan bumi.
Variasi tahunan tekanan juga kecil; rata-rata kisarannya kurang
dari 3 hPa; kecuali di daerah-daerah yang berdekatan dengan daerah
tekanan tinggi Australia dan daerah tekanan tinggi Asia variasinya dapat
lebih dari 3 hPa. Pada waktu Asia musim dingin tekanan di atas Asia
tinggi dan pada waktu musim panas tekanannya rendah; demikian pula di
atas Australia. Dengan demikian daerah-daerah yang berdekatan dengan
Asia dan Australia mempunyai variasi tahunan tekanan yang agak nyata.
Variasi tahunan atau musiman juga terlihat pada arah angin
meskipun tidak sama arah dan perubahan anginnya; misalnya di Sumatra
Barat variasi musiman berupa perubahan dari angin barat daya dan timur

35
laut, di Jawa terlihat dari perubahan angin barat dan angin timur.
Variasivariasi tersebut berkaitan dengan monsun Asia dan monsun
Australia. Di beberapa daerah misalnya di Jawa bagian timur, Bali, Nusa
tenggara serta daerah lain yang berdekatan dengan Australia, variasi
musiman tekanan, suhu maksimum dan minimum juga terlihat jelas.

36
BAB VIII
KLASIFIKASI IKLIM MENURUT PARA AHLI

8.1 Klasifikasi Iklim Menurut Koppen


Wladimir Koppen merupakan seseorang yang sangat gigih
memperjuangkan serta mengembangkan temuannya. Hal ini terbukti ketia
ia menerbitkan skema pembagian iklim pertama pada tahun 1900 serta
versi revisi pada tahun 1918, dan ia terus merevisi sistem klasifikasinya
tersebut hingga akhir hidupnya pada tahun 1940. Klasifikasi iklim oleh
Koppen ini berdasar pada rata- rata curah hujan dan temperatur, baik
temperatur bulanan maupun tahunan. Hal tersebut disebabkan karena
kedua unsur tersebut, yakni curah hujan dan temperatur, merupakan unsur
yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan di permukaan Bumi.
Koppen sendiri menggunakan simbol huruf besar dan kecil untuk
membedakan ciri- ciri antara curah hujan dan temperatur. bSimbol ini juga
digunakan dalam menentukan pembagian daerah iklim berdasarkan
temperatur bulan terdingin dan juga bulan terpanas. Berikut ini merupakan
kode dari klasifikasi iklim Koppen:
A : iklim tropis
B : iklim kering
C : iklim sedang
D : iklim dingin
E : iklim kutub
f = selalu basah : hujan bisa jatuh dalam semua musim
s = bula kering pada musim panas di belahan bumi yang bersangkutan
w = bulan kering (winter)
m = hujan cukup/ medium
(a) Iklim Hujan Tropis (A)
Wilayah hujan tropis merupaka wilyah yang memiliki temperatur
bulanan terdingin sekitar 18 derajat Celcius. Iklim ini termasuk
kategori iklim yang panas. Iklim ini dibagi lagi menjadi tiga tipe

37
yakni Hutan hujan tropis (Af), Monsoon tropika (Am), dan Savana
(Aw). Untuk mengetahui lebih detail ketiganya, sebagai berikut:
(1) Hutan hujan tropis (Af), merupakan daerh tipe f pada bulan
terkering, curah hujan rata- rata lebih dari 60 mm. daerah
ini banyak memiliki hutan- hutan yang lebat, dan terdapat
di beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera dan
Kalimantan.
(2) Monsoon tropika (Am), merupakan daerah peralihan yang
mana jumlah hujan ketika bulan bsah dapat mengimbangi
kekurangan hujan pada saat bulan kering. Daerah ini juga
masih terdapat hutan- hutan yang cukup lebat, dan
persebarannya antara lain di wilayah Jawa Tengah dan
Jawa Barat.
(3) Savana (Aw), merupakan wilayah yang mempunyai musim
kering yang panjang. Jumlh hujan pada bulan basah tidak
akan mampu mengimbangi kekurangan hujan ketika bulan
kering. Tidak bnyak vegetasi yang bisa tumbih di tempat
seperti ini. beberapa tanaman yang tumbuh seperti rumput
dan pepohonan yang jarang, dan persebarannya antara lain
di Nusa Tenggara dan Madura.
(b) Iklim Kering (B)
Selanjutnya adalah iklim kering atau sub tropis, yakni
daerah yang memiliki tingkat penguapan tinggi daripada curah
hujan, dan temperatur pada bulan yang terdingin mencapai 18,3
derajat Celcius. Di iklim ini persediaan air bahkan tidak
mendukung untuk kehidupan tanaman. Iklim ini dibagi menjadi
dua tipe yaitu iklim stepa (Bs) dan juga iklim padang pasir (Bw).
Tanaman yang bisa bertahan di iklim ini diantaranya adalah kaktus.
(c) Iklim Sedang (C)
Selanjutnya adalah iklim hujan sedang. Daerah yang
beriklim ini memiliki suhu rata- rata di bulan terpanas lebih dari 10

38
derajat celcius. Sama seperti dua jenis iklim sebelumnya, iklim ini
dibagi menjadi tiga tipe yaitu iklim sedang dengan musim panas
yang kering (Cs), iklim sedang dengan musim dingin yang kering
(Cw), serta iklim sedang yang lembab (Cf).
(d) Iklim Dingin (D)
Wilayah yang memiliki iklim dingin mempunyai
temperatur atau suhu rata- rata di bulan- bulan terdingin kurang
dari -3 derajat Celcius, sedangkan di bulan- bulan terpanas suhunya
melebihi 10 derajat Celcius. Iklim ini dibagi menjadi dua tipe
yakni iklim dingin dengan musim dingin yang kering (Dw) dan
iklim dingin tanpa periode siang (Df)
(e) Iklim Kutub (E)
Iklim yang terakhir adalah iklim kutub. Daerah yang
memiliki iklim kutub memiliki temperatur rata- rata di bulan
terpanas kurang dari 10 derajat Celcius. Iklim kutub ini dibagi
menjadi dua tipe iklim yakni iklim tundra (ET) dan iklim Es Salju
Abadi (EF).
Gambar 8.1 Klasifikasi Iklim Menurut Koppen

8.2 Klasifikasi Iklim Menurut Mohr


Mohr (1933) merupakan ahli yang pertama yang mengajukan
klasifikasi iklim di Indonesia yang didasarkan pada curah hujan.
Klasifikasi iklim di Indonesia menurut Mohr didasarkan pada jumlah

39
bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-
rata dalam waktu yang lama. Curah hujan rata-rata yang digunakan
diperoleh dari pengamatan curah hujan selama minimal 10 tahun.
Klasifikasi Iklim Mohr berdasarkan hubungan antara penguapan dan
besarnya curah hujan. Asumsi untuk penguapan / evaporasi (E) adalah 2
mm per hari.
Berdasarkan keberadaan bulan basah dan bulan kering, terdapat
kelas iklim menurut Mohr yaitu sebagai berikut:
Tabel 8.1 Klasifikasi Iklim Mohr

8.3 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson


Klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson merupakan
salah satu jenis klasifikasi yang banyak digunakan di Indonesia.
Klasifikasi iklim ini mendasarkan pada curah hujan. F.H. Schmidt dan
J.H.A. Ferguson (1951) mendasari sistem klasifikasi iklim untuk Indonesia
dengan sifat basah dan keringnya bulan Kriteria basah dan kering diambil
tanpa perubahan apa pun dari Mohr Schmidt-Ferguson (1951) menentukan
tipe iklim di Indonesia berdasarkan bulan basah dan bulan kering yang
dianalisis dari data hujan minimal 10 tahun.
Schmidt-Ferguson menerima metode Mohr dalam menentukan
bulan kering dan bulan basah. Menurut Mohr berdasarkan penelitian
tanah, terdapat tiga derajat kelembaban yaitu:
(1) Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan > 100 mm =
bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui jumlah
penguapan.

40
(2) Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan < 60 mm = bulan
kering,
(3) penguapan banyak berasal dari air dalam tanah daripada
curah hujan.
(4) Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan 60 mm - 100 mm
= bulan lembab, curah hujan dan penguapan kurang lebih
seimbang.
Simbol A sampai H digunakan untuk klasifikasi iklim ini. Delapan
jenis ini batas antaranya berupa rasio (Q): nilai rasio dalam %, dan a =
indeks seharga 0-8. Schmidt-Ferguson menghitung jumlah bulan kering
dan bulan basah dari tiaptiap tahun kemudian diambil rata-ratanya. Tipe
iklim ditentukan dengan menghitung nilai Q yaitu perbandingan antara
rata-rata bulan kering dengan rata-rata bulan basah.
Hasilnya terdiri dari 8 tipe iklim yaitu:
(1) Tipe iklim A (sangat basah), vegetasinya hutan hujan tropis
(2) Tipe iklim B (basah), vegetasinya juga hutan hujan tropis
(3) Tipe iklim C (agak basah), vegetasinya hutan gugur
(4) Tipe iklim D (sedang), vegetasinya hutan musim
(5) Tipe iklim E (agak kering), vegetasinya sabana
(6) Tipe iklim F (kering), vegetasinya sabana
(7) Tipe iklim G (sangat kering), vegetasinya padang ilalang
(hanya ada di Palu)
(8) Tipe iklim H (luar biasa kering), vegetasinya dan lokasi
sama dengan G
Tabel 8.2 Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

41
8.4 Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
Dasar yang digunakan dalam sistem klasifikasi iklim Oldeman
adalah adanya bulan basah yang berturut-turut dan adanya bulan kering
yang berturut-turut pula. Kedua bulan ini dihubungkan dengan kebutuhan
tanaman padi sawah dan palawija terhadap air. Dalam konsep ini, curah
hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk
membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija
maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap
bulan.
Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk
membudidayakan padi sawah selama satu musim. Meskipun lamanya
periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis yang digunakan,
periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang optimal
untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat
menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah
berurutan maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan.
Dalam metode Oldeman bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang
mempun
Dari tinjauan di atas Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama
yaitu:
A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan
B: jika terdapat 7-9 bulan basah berurutan
C: jika terdapat 5-6 bulan basah berurutan
D: jika terdapat 3-4 bulan basah berurutan
E: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutanyai jumlah
curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm.
Stratifikasi kedua adalah jumlah bulan kering berurutan. Bulan
kering didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai curah hujan kurang
dari 100 mm, karena untuk pertumbuhan tanaman palawija diperlukan
curah hujan sekurang-kurangnya 100 mm tiap bulan. Jika terdapat kurang
dari 2 bulan kering, petani dengan mudah mengatasinya karena tanah

42
cukup lembab. Jika peiode bulan kering antara 2 dan 4, maka petani harus
hati-hati dalam membudidayakan tanaman. Periode 4 sampai 6 bulan
kering berurutan dipandang sangat lama jika irigasi tambahan tidak
tersedia.
Dengan demikian pendaerahan agroklimat dengan meninjau
stratifikasi kedua adalah sebagai berikut:
Zona A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan
B1 : jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan kurang dari 2
bulan kering
B2 : jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4
bulan kering
C1 : jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2
bulan kering
C2 : jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4
bulan kering
C3 : jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6
bulan kering
D1 : jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan kurang dari 2
bulan kering
D2 : jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4
bulan kering
D3 : jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6
bulan kering
D4 : jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6
bulan kering
E1 : jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari
2 bulan kering
E2 : jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4
bulan kering
E3 : jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6
bulan kering

43
E4 : jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6
bulan kering
Gambar 8.2 Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman

8.5 Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn


Franz Wilhelm junghuhn mengadakan penelitian di wilayah
Sumatera Selatan dan juga di Dataran Tinggi Bandung untuk
membandingkan iklim yang didasarkan pada ketinggian suatu tempat.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya semakin tinggi suatu
tempat maka udara yang dirasakan semakin sejuk dan dan dingin. Dengan
demikian sayuran atau tanaman pertanian yang ditanam pun akan berbeda
dengan yang ada di dataran rendah yang notabene lebih panas. Jughuhn
membagi iklim berdasarkan ketinggian suatu tempat ke dalam 4
kelompok. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kelompok iklim
tersebut, berikut adalah penjelasannya:
(a) Zona Iklim Panas
Kelompok pertama dari klasifikasi iklim Jughuhn ini adalah
zona iklim panas. Zona iklim panas merupakan iklim yang berada
di tempat dengan ketinggian antara 0 hingga 600 meter di atas
permukaan air laut. Di daerah dengan ketinggin ini, rata- rata suhu
yang kita rasakan antara 22 derajat Celcius hingga 26,3 derajat
Celcius. Iklim di daerah ini merupakan iklim yang paling panas
dari pada daerah yang lainnya, maka dari itulah tidak semua
tanaman bisa kita tanam, terlebih tanaman- tanaman yang

44
membutuhkan udara dingin. Beberapa tanaman yang cocok kita
tanam di wilayah iklim seperti ini misalnya padi, jagung, kopi,
tembakau, tebu, karet, kelapa dan tanaman cokelat. Tanaman-
tanaman ini biasanya kita temukan di wilayah pulau Sumatera,
seperti Sumatera Selatan yang menjadi lokasi penelitian oleh
Junghuhn.
(b) Zona Iklim Sedang
Kelompok kedua dari zona pembagian iklim menurut
Jughuhn adalah zona iklim sedang. Zona iklim sedang merupakan
iklim yang berada di tempat yang memiliki ketinggian antara 600
meter hingga 1500 meter di atas permukaan air laut. Di daerah ini
suhu udara yang akan kita rasakan rata- rata amtara 17,1 derajat
Celcius hingga 22 derajat Celcius. Iklim ini dirasa lebih dingin
daripada iklim yang sebelumnya, maka dari itulah jenis tanaman
yang cocok ditanam di daerah inipun sudah berbeda dengan daerah
sebelumnya, meskipun beberapa tanaman masih bisa hidup di
wilayah ini. Adapun beberapa jenis tanaman yang cocok kita
tanaman di wilayah yang memiliki iklim sedang antara lain adalah
padi, tembakau, the, kopi, cokelat, kina dan seyur- sayuran seperti
kol, sawi, selada dan lainnya. Beberapa tanaman tersebut sebagian
bisa hidup di iklimpanas dan juga iklim sedang, namun untuk
pertumbuhannya tentu saja akan berbeda dikedua tempat tersebut.
(c) Zona Iklim Sejuk
Kelompok ketiga dari zona pembagian iklim menurut
Junghuhn adalah zona iklim sejuk. Iklim ini tentu saja lebih dingin
daripada iklim sebelumnya, dan tempatnya pun juga lebih tinggi
daripada sebelumnya. Zona iklim sejuk ini merupakan iklim yang
berada di tempat dengan ketinggian antara 1500 meter hingga 2500
meter di atas permukaan air laut. Di tempat ini, rata- rata suhu
udara yang akan kita rasakan antara 11,1 derajat Celcius hingga
17,1 derajat Celcius, terbayang dinginnya bukan? di tempat ini ada

45
beberapa tanaman yang masih dapat hidup dari zona iklim sedang
tadi seperti the, kopi, kina dan juga sayur- sayuran. Tanaman-
tanaman ini dapat kita jumah di wilyaah Dataran tinggi Bandung.
(d) Zona Iklim Dingin
Zona iklim keempat dan yang terakhir dari klasifikasi iklim
Junghuhn adalah zona iklim dingin. Iklim dingin ini berada di
tempat yang memiliki ketinggian yang lebih dari 2500 meter di
atas permukaan air laut. Di tempat ini rata- rata suhu udara yang
akan kita rasakan sekitar 6,2 derajat celcius hingga 11,1 derajat
Celcius. Di wilayah iklim dingin ini tidak akan kita temukan
tanaman budidaya. Tanaman yang dapat hidup di iklim dingin ini
misalnya adalah lumut.
Gambar 8.3 Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn

46
BAB IX
IKLIM UNTUK USAHA PERTANIAN

9.1 Pengaruh Iklim Untuk Produksi Tanaman


Dampak perubahan iklim ekstrim berupa kekeringan menempati
urutan pertama penyebab gagal panen. Kondisi ini berimplikasi terhadap
penurunan produksi dan kesejahteraan petani (Hadi et al. 2000). Selain
berpengaruh langsung terhadap tingkat produksi tanaman pangan,
perubahan iklim juga memiliki pengaruh tidak langsung yang dapat
menurunkan produktivitas tanaman pangan dengan meningkatnya
serangan hama dan penyakit. Pada musim hujan, berkembang penyakit
tanaman seperti kresek dan blas pada tanaman padi, antranoksa pada cabai,
dan sebagainya. Pada musim kemarau berkembang hama penggerek
batang padi, hama belalang kembara, dan thrips pada cabai (Wiyono
2007).
Terdapat hubungan erat antara perubahan iklim dan produksi
pertanian (Winarto et al. 2013). Pengaruh perubahan iklim terhadap
pertanian bersifat multidimensional, mulai dari sumber daya, infrastruktur
pertanian, dan sistem produksi, hingga ketahanan pangan, kesejahteraan
petani dan masyarakat pada umumnya.
Estimasi pengaruh iklim dan dampak perubahan iklim dapat
dihitung dari selisih antara nilai aktual produksi dengan nilai ekspektasi
produksi. Jika dirumuskan, estimasi dan dampak perubahan iklim adalah
sebagai berikut:
Estimasi pengaruh = nilai ekspektasi produksi – nilai iklim (D) aktual
produksi
Dampak perubahan = (D) pada kondisi normal – (D) iklim pada kondisi
perubahan iklim
(D) pada kondisi normal merupakan ekspektasi produksi yang
terdiri atas batas bawah hingga batas atas nilai ekspektasi produksi. Batas
bawah dan batas atas tersebut dirumuskan:

47
Batas bawah = Nilai ekspektasi produksi – rata-rata
|D| pada kondisi iklim normal
Batas atas = Nilai ekspektasi produksi + rata-rata
|D| pada kondisi iklim normal
Faktor iklim yang mempengaruhi produktivitas tanaman terdiri
dari Suhu, Air, Radiasi matahari,dan Angin
(1) Suhu
Suhu udara merupakan faktor lingkungan yang penting
karena berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan berperan
hampir pada semua proses pertumbuhan. Suhu udara merupakan
faktor penting dalam menentukan tempat dan waktu penanaman
yang cocok, bahkan suhu udara dapat juga sebagai faktor penentu
dari pusat-pusat produksi tanaman, Suhu udara dan tanah
mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Setiap jenis tanaman
mempunyai batas suhu minimum, optimum dan maksimum yang
berbeda-beda untuk setiap tingkat pertumbuhannya. Gandum
dalam musim dingin tahan berada dalam kondisi suhu nisbi rendah
dan dan dapat bertahan dalam suhu beku selama periode musim
dingin. Tanaman tropis misalnya coklat memerlukan suhu tinggi
sepanjang tahun. Batas atas suhu yang mematikan aktivitas sel-sel
tanaman berkisar antara 1200 sampai 1400 F tetapi nilai ini
beragam sesuai dengan jenis tanaman dan tingkat pertumbuhannya.
Suhu tinggi tidak mengkhawatirkan dibandingkan suhu rendah
dalam menahan pertumbuhan tanaman, asal persediaan air
memadai dan tanaman dapat menyesuaikan terhadap daerah iklim.
Dalam kondisi suhu yang sangat tinggi, pertumbuhan
terhambat bahkan terhenti tanpa menghiraukan persediaan air, dan
kemungkinan keguguran daun atau buah sebelum waktunya.
Bencana terhadap tanaman pangan biasanya berasal dari keadaan
kering yang sangat panas dan angin yang mempercepat penguapan
dan mengakibatkan dehidrasi jaringan tanaman.

48
Ditinjau dari klimatologi pertanian, suhu udara di Indonesia dapat
berperan sebagai kendali pada usaha pengembangan tanaman padi
di daerah-daerah yang mempunyai dataran tinggi. Sebagian besar
padi unggul dapat berproduksi dengan baik sampai pada ketinggian
700 dpl, demikian juga tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang
hijau.
Suhu udara rata-rata yang tinggi baik untuk tanaman seperti
kacang tanah dan kapas. Sedangkan gandum, kentang dan tomat
dapat ditanam di dataran tinggi dengan suhu yang lebih rendah.
Jenis tanaman yang tahan kekeringan diantaranya ubi kayu, wijen,
kacang tanah, kacang hijau dan semangka.
(2) Air
Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi
tanaman dibandingakan dengan faktor lingkungan lainnya.
Tanaman pangan memperoleh persediaan air dari akar, itu
sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor yang
penting dalam pertanian. Jumlah air yang berlebih dalam tanah
akan mengubah berbagai proses kimia dan biologis yang
membatasi jumlah oksigen dan meningkatkan pembentukan
senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman. Curah hujan yang
lebat dapat menggangu pembungaan dan penyerbukan.
Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi
tanaman pangan. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur
hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya.
Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun
hilang, kemudian proses fotosintesis akan berhenti jika kehilangan
air mencapai 60% .
Pada kondisi alami, kelebihan air kurang bermasalah jika
dibandingkan dengan kekeringan. Kekeringan didefinisikan
sebagai sebuah keadaan yang membutuhkan air untuk transpirasi

49
dan penguapan langsunga melalui jumlah air yang tersedia di
tanah. Kekeringan dapat dibedakana menjadi tiga kelas yaitu :
(a) Kekeringan permanen yang disebabkan oleh iklim
kering.
(b) Kekeringan musiman yang terjadi pada iklim
dengan periode cuaca kering tahunan berbeda.
(c) Kekeringan akibat keadaan curah hujan yang
berubah-ubah.
Sumber pokok dari kekeringan adalah curah hujan,
meskipun faktor peningkatan kebutuhan air cenderung meningkat.
Kelembaban nisbi rendah, angin kencang dan suhu yang tinggi
merupaka faktor pendukung kekeringan karena faktor ini
mempercepat evapotranspirasi. Tanah yang kehilangan air secara
cepat oleh penguapan atau pembuangan air juga meningkatkan
kekeringan. Irigasi adalah cara yang paling cocok untuk mengatasi
kekeringan. Jika ada irigasi maka suhu menjadi faktor iklim yang
penting dalam mengendalikan produksi tanaman pangan.
(3) Radiasi matahari
Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman
yang mempunyai hijau daun merupakan energi dalam proses
fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam
pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan
laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya
mempercepat proses pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya,
penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa
pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan
produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan radiasi
matahari.
Tanaman yang dipanen buah atau bijinya akan tumbuh
dengan baik pada intensitas radiasi matahari yang tinggi. Pada
tanaman kedelai penurunan intensitsa radiasi matahari akan

50
menurunkan hasil polong dan biji kering. Intensitas radiasi yang
rendah sejak penanaman dapat menurunkan hasil yang sangat besar
jika dibandingakan jika hanya pada fase pengisian polong.
Radiasi matahari merupakan faktor penting dalam
metabolisme tanaman yang berklorofil, karena itu produksi
tanaman dipengaruhi oleh tersedianya cahaya matahari, Tapi
umumnya fluktuasi hasil dari tahun ke tahun tidak mempunyai
korelasi dengan ketersediaan radiasi matahari, karena produksi
tanaman ditentukan juga oleh faktor-faktor lainnya.
(4) Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan
tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki
tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah atau dari daerah
yang memiliki suhu / temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi.
Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena
daerah yang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki
suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari
daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran
udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda
sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat
lain.
Angin secara tidak langsung mempunyai efek penting pada
produksi tanaman.. Energi angin merupakan perantara dalam
penyebaran tepung sari pada penyerbukan alamiah, tetapi angin
juda dapat menyebarkan benih rumput liar dan melakukan
penyerbukna silang yang tidak diinginkan. Angin yang terlalu
kencang juga akan menggangu penyerbukan oleh serangga.
Angin dapat membantu dalam menyediakan karbon dioksida yang
membantu pertumbuhan tanaman, selain itu juga mempengaruhi
suhu dan kelembaban tanah, namun pada saat musim kemarau di
beberapa daerah di Indonesia bertiup angan fohn yang dapat

51
merusak karena bersifat kering dan panas. Pada siang hari didaerah
sekitar pantai, angin laut dapat menyebabkan masalah karena angin
ini membawa butiran garam yang dapat merusak daun(Tjasyono,
2004).
9.2 Tanaman dan Syarat Pertumbuhannya
(a) Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama
karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting. Untuk itulah
dibutuhkan penanganan yang lebih baik dalam penanaman dan
pemeliharaannya. Syarat pertumbuhan,kentang ditanam pada iklim
yang Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10
jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan
ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl, Kemudian mempunyai
Struktur tanah yang remah, gembur, banyak mengandung bahan
organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam
dan pH antara 5,8-7,0. Kentang (Solanum tuberosum L)
merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi
penting. Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-
10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan
ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Struktur remah, gembur,
banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki
lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-7,0.
(b) Kopi
Setiap jenis kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan
laut dan temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika dapat hidup
pada 1000-1700 m diatas permukaan laut dengan suhu 16
-200C.Jenis Robusta dapat hidup pada 500-1000 m diatas
permukaan laut tetapi yang baik 800 m diatas permukaan laut
dengan suhu 200C. Pertanaman kopi arabika yang dekat
permukaan laut banyak diserang penyakit karat daun, sedang
ketinggian lebih dari 2000 m sering diganggu embun upas. Jenis

52
Liberica dapat hidup baik didaratan rendah. Curah hujan yang
dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000-2000 mm,
optimal 2000-3000 mm sedang di Indonesia curah hujan terletak
2000 – 3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4
bulan, tetapi pada waktu itu harus sering ada hujan yang cukup.
Musim kering dikehendaki maksimal 1,5 bulan sebelum masa
berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga lebat
sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu.Pohon kopi tidak
tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau,
karena angin ini akan mempertinggi penguapan air dipermukaan
tanah dan juga dapat mematahkan pohon pelindung,untuk
mengurangi hal-hal tersebut ditepi-tepi kebun ditanam pohon
penahan angin Tanah yang dikehendaki adalah yang mempunyai
solum yang cukup dalam gembur dengan bahan organik yang
cukup, karenanya sangat cocok ditanam pada tanah bekas hutan.
Keasaman (pH) tanah 5,5 – 6,5 dengan air tanah cukup dalam.
(c) Alpukat
Bagi varietas-varietas alpukat Indonesia suhu optimum
adalah sekitar 25 – 300C (siang hari) dan 15 – 200C (malam
hari).Periode dengan suhu malam hari yang dingin dan
berkepanjangan, seperti yang biasanya terjadi antara bulan Juli dan
Agustus, akan merangsang produksi bunga. Pohon-pohon alpukat
yang sudah mapan dapat mentoleransi suhu sampai setinggi 400C,
tetapi tidak dapat mentoleransi kombinasi suhu > 400C yang
berkepanjangan dan kelembaban rendah, yang mengakibatkan
stress dan berkurangnya produktivitas. Pohon alpukat hanya
memerlukan syarat-syarat yang moderat mengenai kebasahan:
curah hujan 1.000 – 1500 mm/tahun sudah mencukupi. Malah
diketahui bahwa di Indonesia bagian Timur di mana curah hujan
hanya sekitar 500 mm/tahun, pohon alpukat masih dapat tumbuh.
Perlu diperhatikan bahwa kebutuhan akan air sangat kritis pada

53
waktu pohon berkembang dan pada waktu pembentukan buah.
Juga kebutuhan akan air sangat kritis tiga bulan sesudah pohon
berkembang, yaitu saat buah tumbuh maksimum dan berlanjut
sampai buah benar-benar tua. Pohon alpukat dapat tumbuh di
bermacam tanah, tetapi paling baik hidup di tanah bertekstur
medium dengan pH 5,5 – 6,5. Pohon alpukat tidak toleran terhadap
penggenangan yang berkepanjangan, karenanya sangat penting
untuk menanam pohon alpukat di daerah-daerah dengan struktur
tanah yang mudah terdrainase.
(d) Coklat
Tanaman coklat merupakan tanaman tropis yang
dipengaruhi oleh kelembaban dan temperatur. Coklat dapat hidup
pada daerah yang ada pada 200 LU dan 200 LS. Hidup dan
berkembang di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
Temperatur rata-rata tahunan yang dikehendakinya 250 C dengan
suhu rata-rata harian terendah tidak kurang dari 150 C. Tanaman
coklat sangat tidak tahan tehadap penyimpangan temperatur yang
mencolok, jika suhu harian di bawah 150 C mata-mata tunas akan
berkembang menjadi tunas-tunas, dan apabila hal ini terus terjadi
maka persediaan makanan dalam batang akan berkurang dan
mempengaruhi pertumbuhan. Curah hujan yang dikehendaki antara
1700 mm sampai 3000 mm per tahun. Namun dalam kondisi tanah
berlempung dengan distribusi merata dapat juga hidup dengan baik
pada daerah dengan curah hujan 1500 mm per tahun. Kebutuhan
cahaya untuk asimilasi yang maksimal 75% dari cahaya matahari.
Kelembaban tanah antara 6,1 sampai 7 dengan pH antara 6,1
sampai 8,1.
(e) Cengkeh
Tanaman cengkeh adalah tanaman daerah tropis.
Temperatur harian yana baik untuk tanaman ini antara 650 F
sampai 850 F. Cengkeh dapat tumbuh pada dataran rendah sampai

54
dataran tinggi dengan ketinggian 900 m dpl. Curah hujan yang
dikehendaki merata sepanjang tahun, dari 12 bulan dalam setahun
9 bulan dikehendaki bulan-bulan basah dan 3 bulan kering. Pada
bulan kering ini dikehendaki curah hujannya 60-80 mm. Curah
hujan per tahun yang dikehendaki antara 2000-6000mm. Tumbuh
baik pada tanah gembur dengan pH 4,5 (Anonim, 2010).

55
BAB X
EKOSISTEM PERTANIAN

10.1 Komponen-Komponen Ekosistem


Ekosistem adalah suatu kesatuan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Hubungan ini saling
memberikan pengaruh di antara keduanya. Ekosistem terdapat di semua
belahan bumi. Ada ekosistem hutan, ekosistem laut, ekosistem padang
rumput, dan lain-lain.
Tentunya ekosistem ini mempunyai komponen untuk melakukan
kegiatan timbal balik tersebut. Komponen dalam ekosistem ada 2, yaitu
komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik adalah komponen
ekosistem yang terdiri dari semua makhluk hidup, sementara komponen
abiotik adalah komponen yang tidak hidup.
(a) Komponen Biotik
Komponen biotik adalah semua makhluk hidup yang
terdapat dalam sebuah ekosistem, baik itu tumbuhan, hewan,
bahkan makhluk mikroskopik seperti bakteri. Komponen ini
nantinya akan membentuk sebuah rantai makanan yang akan
menjaga kestabilan sebuah ekosistem.
Komponen biotik dalam sebuah ekosistem dapat dibedakan
menjadi beberapa macam tergantung dari cara mendapatkan
makanannya, yaitu organisme autotrof atau produsen, heterotrof
atau konsumen, dan dekomposer atau pengurai.
Organisme Autotrof atau Produsen. Organisme ini adalah
semua makhluk hidup yang mampu membuat makanannya sendiri.
Yak betul, makhluk hidup ini adalah tumbuhan, tumbuhan dapat
menghasilkan makanannya sendiri karena mempunyai 2 hal,
seperti di bawah ini.
(1) Klorofil

56
Klorofil atau zat hijau daun adalah salah satu
komponen yang digunakan oleh tumbuhan dalam
menghasilkan makanannya, jika suatu mahluk hidup
tidak mempunyai klorofil maka dia tidak dapat disebut
sebagai produsen.
(2) Melakukan Fotosintesis
Syarat kedua sebagai organisme autotrof adalah
berfotosintesis. Fotosintesis adalah kegiatan
memproduksi makanan yang terjadi pada tumbuhan
dengan memanfaatkan sinar matahari, klorofil dan
karbon dioksida, kegiatan ini menghasilkan makanan
yang diperlukan oleh tumbuhan, selain itu kegiatan
fotosintesis ini mengeluarkan hasil berupa oksigen yang
berguna untuk mahluk hidup lain bernapas.
Organisme Heterotrof atau Konsumen. Organisme ini
adalah organisme yang tidak dapat membuat makanannya sendiri
dan bergantung kepada organisme lain sebagai bahan makanannya.
Contohnya seperti makhluk herbivora, karnivora, dan omnivora
(b) Komponen Abiotik
Komponen abiotik adalah komponen tidak hidup yang mendukung
serta menjaga keseimbangan suatu ekosistem, hal yang termasuk
dalam komponen abiotik adalah:
(1) Udara;
(2) Air;
(3) Cahaya matahari;
(4) Iklim;
(5) Kelembaban;
(6) Keasaman tanah;
(7) Jenis tanah;
10.2 Interaksi Antar Komponen

57
Interaksi antar makhluk hidup yang terjadi pada sebuah ekosistem,
berguna untuk menjaga kestabilan ekosistem tersebut. Jika interaksi antar
makhluk tidak berjalan dengan baik dan seimbang, akan ada sebuah
ketimpangan yang terjadi pada suatu ekosistem, dan itu tidak baik untuk
ekosistemnya, atau untuk makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Interaksi dalam sebuah ekosistem digolongkan menjadi 5, dimana
semuanya memiliki perannya masing-masing, interaksinya adalah sebagai
berikut:
(a) Netral
Jika makhluk hidup berinteraksi tetapi tidak mengganggu satu sama
lain, maka interaksi yang terjadi adalah netral. Mereka hanya hidup di
dalam ekosistem yang sama, tidak ada persaingan dan mangsa-
memangsa dalam interaksi ini.
(b) Predasi
Predasi adalah interaksi antara mangsa dan pemangsa dalam sebuah
ekosistem, interaksi ini menjaga keseimbangan jumlah pemangsa dan
mangsa dalam sebuah ekosistem.
(c) Simbiosis
Simbiosis adalah interaksi antara 2 makhluk hidup berbeda spesies
yang saling berhubungan, dalam hubungan ini ada 3 bentuk interaksi,
ada yang menguntungkan satu sama lain, menguntungkan satu pihak
dan merugikan pihak lain, serta menguntungkan satu pihak, tetapi
pihak lainnya tidak dirugikan. Simbiosis kemudian terbagi menjadi
beberapa jenis, di antaranya:
(1) Simbiosis Mutualisme
Simbiosis ini adalah jenis simbiosis dimana 2 makhluk hidup
yang berbeda spesies memberikan keuntungan satu sama lain.
(2) Simbiosis Parasitisme
Dalam simbiosis ini satu makhluk hidup mendapatkan
keuntungan tetapi merugikan makhluk yang menjadi teman
simbiosisnya. Hal ini terjadi karena biasanya salah satu

58
makhluk tersebut tidak bisa melakukan sesuatu karena
kekurangan organ atau enzim, tetapi membutuhkannya untuk
bertahan hidup.
(3) Simbiosis Komensalisme
Dalam interaksi ini satu organisme mendapatkan keuntungan
sedangkan yang lainnya tidak mendapatkan keuntungan.
(d) Antibiosis
Antibiosis adalah interaksi antara makhluk hidup dimana makhluk
hidup yang satu menghambat pertumbuhan makhluk hidup lainnya.
(e) Kompetisi
Kompetisi adalah interaksi 2 jenis makhluk hidup yang saling
bersaing untuk mendapatkan atau memperebutkan sebuah hal yang
sama.
10.3 Ekosistem Pertanian
Agroekosistem atau ekosistem pertanian merupakan satu bentuk
ekosistem binaan manusia yang perkembangannya ditujukan untuk
memperoleh produk pertanian yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Sifat-sifat Agroekosistem sebagai berikut:
(a) Agroekosistem tidak memiliki kontinyuitas temporal (tidak
stabil). Keberadaannya hanya dalam waktu yang terbatas
dan sering mengalami perubahan iklim mikro secara
mendadak akibat tindakan manusia, seperti pencangkulan,
penyiangan, pengairan dan sebagainya
(b) Struktur agroekosistem didominasi oleh jenis tanaman
tertentu yang dipilih oleh manusia dan sering merupakan
tanaman baru yang dimasukkan ke dalam ekosistem
tersebut
(c) Agroekosistem pada umumnya tidak memiliki keragaman
biotik dan genetik yang tinggi sehingga kurang stabil

59
(d) Umur tanaman yang ada dalam agroekosistem relatif
seragam
(e) Terdapat masukan berupa pupuk, pestisida dan air irigasi,
sehingga jaringan tanaman menjadi kaya akan unsur hara
dan air
(f) Akibat dari sifat-sifat tersebut di atas, dalam agroekosistem
sering terjadi,letusan populasi organisme pengganggu
tumbuhan (OPT).
10.4 Sistem Pemantauan Ekosistem

Gambar 10.1
(a) Hubungan Antara Pengambilan Sampel dan Program Pemantauan
Metode pengamatan yang dilakukan sederhana, mudah
dikerjakan, dan tidak memerlukan peralatan dan bahan yang mahal,
dan sedapat mungkin tidak mengambil waktu lama. Hasil
pengamatan harus dapat dipercaya berarti metode tersebut akan
menghasilkan data yang dapat mewakili atau menggambarkan
secara benar tentang sifat populasi sesungguhnya.
(b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesalahan Pengambilan Sampel
(1) Sifat dan keterampilan petugas pengamat
Mengikut sertakan banyak pengamatan dalam kegiatan
pengamatan mengakibatkan hasil kesimpulan yang salah.
Upayanya adalah membuat buku petunjuk standarisasi tabel
pengmatan yang jelas dan mudah digunakan para pengamat.
(2) Keadaan lingkungan setempat

60
Keadaan lingkungan yang mempengaruhi aktivitas serangga
yang kita amati. Menyesuaikan dengan irama kehidupan
serangga.
(3) Sifat sebaran spasial serangga
Sifat sebaran serangga harus diketahui terlebih dahulu
karena akan digunakan untuk menentukan besar ukuran dan
bentuk unit sampel, frekuensi pengamatan, ukuran sampel,
dll
(c) Sifat Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel adalah cara atau tehnik memperoleh
data tentang kepadatan populasi serangga yang diamati.
(1) Metode mutlak
Metode ini menghasilkan angka pendugaan populasi dalam
bentuk jumlah individu per satuan permukaan tanah atau
habitat serangga yang kita amati.
(2) Metode nisbi
Menghasilkan angka penduga populasi yang sulit untuk
dikonversikan dalam unit permukaan tanah karena
banyaknya factor yang mempengaruhi angka penduga.
(3) Metode indeks populasi
Menghasilkan hitungan dari apa yang ditinggalkan dari
hama tersebut
(d) Penyusunan Program Pengambilan Sampel
(1) Penentuan unit sampel
Unit pengamatan yang terkecil yang pada unit tersebut kita
adakan pengukuran dan penghitungan terhadap individu
serangga yang ada, dan apa yang ditinggalkan oleh serangga
yang diamati.
(2) Penentuan interval pengambilan sampel

61
Jarak waktu pengamatan yang satu dengan waktu
pengamatan yang berikutnya pada petak pengamatan yang
sama.
(3) Penentuan ukuran sampel
Dalam program pengambilan sampel dan pengamatan
penentuan berapa jumlah unit sampel yang harus diamati
pada setiap waktu pengamatan sangat menentukan kualitas
hasil pengamatan.
(4) Desain atau pola pengambilan sampel
a. Acak sederhana
b. Acak berlapis
c. Sistematik sampel
(5) Mekanik pengambilan sampel
Segala tehnik atau cara untuk meperoleh dan
mengumpulkan serta menghitung individu serangga yang
diamati atau bahan yang ditinggalkan oleh setangga yang
diamati pada unit sampel yang telah ditentukan.
(e) Pengembangan Program Pengambilan Sampel
Untuk mengurangi kelemahan dan waktu yang lama dalam
pengambilan sampel perlu menggunakan tehnik sampel yang lebih
praktis seperti pengambilan sampel berurutan.

62
BAB XI
EKOLOGI TANAH

13.1 Sifat dan Karakteristik Tanah


Tanah sebagai Media Tumbuh Tanaman memiliki sifat dan
karakteristik yang dapat dilihat dari sifat fisik, kimiawi , maupun
biologisnya dimana ketiganya berintegrasi dan saling mempengaruhi satu
sama lain dalam pertumbuhan suatu tanaman. Berikut ini penjabaran
masing-masing sifat dan karakteristik tanah baik dari sifat fisika,
kimiawi, maupun biologinya.
(a) Sifat Fisika Tanah
(1) Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun
tanah (separate) yang dinyatakan sebagai perbandingan
proporsi (%) relative antara fraksi pasir (sand), debu (silt),
dan liat (clay).
Tabel 10.1

Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah


digolongkan menjadi :

63
a) Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir
berarti tanah yang mengandung minimal 70%
pasir atau bertekstur pasir atau pasir
berlempung.
b) Tanah bertekstur halus atau tanah berliat
berarti tanah yang mengandung minimal
37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu
atau liat berpasir (3 macam)
c) Tanah bertekstur sedang atau tanah
berlempung, terdiri dari :
1) tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar
meliputi tanah yang bertekstur lempung
berpasir (Sandy Loam) atau lempung
berpasir halus (2 macam)
2) tanah bertekstur sedang meliputi yang
bertekstur lempung berpasir sangat
halus, lempung (Loam), lempung
berdebu (Silty Loam) atau debu (Silt) (4
macam)
3) tanah bertekstur sedang tetapi agak halus
mencakup lempung liat (Clay Loam)
atau lempung liat berdebu (Sandy-silt
Loam) (3 macam)
Tanah yang didominasi pasir akan banyak
mempunyai pori-pori makro (besar) (disebut lebih poreus),
tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-
pori meso (sedang) (agak poreus), sedangkan yang
didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro
(kecil) atau tidak poreus.

64
Pada tanah jenis Alfisol memiliki tekstur lempung
liat berpasir hingga liat, dan fraksinya halus, maka
terbentuk tanah liat (tanah lempung berat), yang mudah
padat-kompak.
(2) Struktur
Merupakan gumpalan tanah yang berasal dari
partikel-partikel tanah yang saling merekat satu sama lain
karena adanya perekat misalnya eksudat akar, hifa jamur,
lempung, humus, dll. Ikatan partikel tanah berwujud
sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya, yang
mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan)
yang berbeda-beda.
Pengamatan struktur tanah di lapangan (SSS, 1975)
terdiri dari :
a) Pengamatan bentuk dan susunan agregat tanah Þ tipe
struktur (lempeng, tiang, gumpal, remah, granuler, butir
tunggal, pejal)
b) Besarnya agregat Þ klas struktur (sangat halus, halus,
sedang, kasa, sangat kasar)
c) Kuat lemahnya bentuk agregat Þ derajad struktur (tidak
beragregat, lemah, sedang, kuat)
d) Pada tanah jenis Alfisol memiliki struktur butir hingga
tiang dan kemantapan agregatnya kuat.
(3) Konsistensi adalah derajad kohesi dan adhesi antara
partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap
perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang
mempengaruhi bentuk tanah. Konsistensi ditentukan oleh
tekstur tanah dan struktur tanah. Cara penentuan konsistensi
tanah yaitu : (a) lapangan : memijit tanah dalam kondisi
kering, lembab dan basah (b) laboratorium : Angka-angka
Atterberg

65
 Penentuan di lapangan :
Kondisi kering : kekerasan (lepas, lunak, keras)
Kondisi lembab keteguhan (lepas, gembur, teguh)
Kondisi basah : kelekatan dan plastisitas
 Penentuan di laboratorium : menentukan Batas Cair
(BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG) dan
Batas Berubah Warna (BBW)
Batas Cair : kadar air yang dapat ditahan oleh tanah
Batas Lekat adalah kadar air dimana tanah tidak
melekat ke logam
Batas Berubah Warna adalah batas air dimana air
sudah tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena
terikat kuat oleh tanah
Pada tanah jenis Alfisol memiliki konsistensi yang
teguh dalam kondisi lembab karena dipengaruhi tekstur
dominan liat yang membentuk agregat padat-kompak.
Sedangkan dilihat dari kondisi basah, tanah Alfisol
memiliki konsistensi lekat dan plastis, dipengaruhi pula
oleh teksturnya yang dominan lempung liat berpasir hingga
liat, sehingga lekat di tangan dan mudah digulung serta
dibentuk cincin.
(4) Porositas
Porositas atau pori-pori tanah adalah bagian yang tidak
terisi bahan padat tanah (terisi oleh air dan udara).
Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar
(makro pore) dan pori-pori halus (micro pore). Tanah-tanah
pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada
tanah liat.
Tanah dengan banyak pori-pori kasar (pasir) sulit menahan
air sehingga tanaman mudah kekeringan, tetapi sistem

66
perakarannya dalam. Sedangkan untuk tanah-tanah liat
dapat menahan air dengan baik hanya saja sistem
perakarannya lebih dangkal dibandingkan tanah dominan
pasir.
Porositas tanah dipengaruhi oleh :
a) Kandungan bahan organik
b) Struktur tanah
c) Tekstur tanah
Pada tanah jenis Alfisol memiliki tekstur yang dominan
lempung hingga liat, porositasnya rendah menyebabkan
penetrasi akar dangkal karena tekstur lempung hingga liat
memiliki pori-pori mikro yang tidak poreus selain itu
strukturnya padat-kompak sulit ditembus akar untuk
berpenetrasi.
(5) Warna tanah
Secara langsung mempengaruhi penyerapan sinar matahari
dan salah satu faktor penentu suhu tanah. Secara tidak
langsung berhubungan dengan sifat-sifat tanah, misal
informasi subsoil drainase, kandungan bahan organik
surface horizon, pembeda antar horison.
Diukur dengan menggunakan standar warna (Soil Munsell
Color Chart). Warna tanah dapat meliputi putih, merah,
coklat, kelabu, kuning, dan hitam, kadangkala dapat pula
kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai
warna yang tak murni tetapi campuran kelabu, coklat, dan
bercak (rust), kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk
spot-spot, disebut karatan (mottling). Warna tanah
disebabkan oleh adanya bahan organik, dan atau status
oksidasi senyawa besi dalam tanah.

67
Pada tanah jenis Alfisol memiliki warna coklat kemerahan
hingga merah gelap. Menunjukkan bahwa tanah tersebut
mengandung sedikit bahan organik tanah.
(b) Sifat Kimia Tanah
(1) Reaksi Tanah (pH Tanah)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau
alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di
dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+di dalam tanah,
semakin masam tanah tersebut. Hal ini berbanding terbalik
dengan ion OH– di dalam tanah. Pada tanah alkalis kandungan
OH– lebih banyak dari H+. Bila kandungan ion H+ sama
dengan OH– maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai
pH=7. Pentingnya pH tanah adalah untuk :
a) Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap
oleh tanaman
b) Menunjukkan kemungkinan adanya unsure-unsur beracun
c) Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah
adalah sekitar 7,0 karena pada pH ini semua unsur hara makro
tersedia secara maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan
terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan.
(2) Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca2+, Mg+,,
K+, Na+, NH4+, H+, Al3+, dan sebagainya. Di dalam tanah
kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap
oleh koloid-koloid tanah.
Banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap
oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100 gr)
dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kapasitas tukar
kation dinyatakan dalam satuan kimia yaitu miliekivalen per

68
100 gr (me/100 gr). Satu ekivalen adalah suatu jumlah yang
secara kimia setara dengan 1 gr hydrogen.
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat
erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan
KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsure hara
lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan
KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na
(kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah,.
Karena unsure-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan
koloid maka unsure-unsur hara tersebut tidak mudah hilang
tercuci oleh air.
(3) Kapasitas Pertukaran Anion (KTA)
Proses pertukaran anion berperan penting dalam kaitannya
dengan ketersediaan 3 anion hara makro yang diserap tanaman,
yaitu nitrat, fosfat, dan sulfat, yang secara alami dihasilkan dari
dekomposisi bahan organic dan pelapukan mineral tanah.
Makin tinggi nilai KTA berarti makin tinggi daya jerap
(fiksasi) tanah terhadap anion, sehingga pemberian pupuk
pelepas anion seperti TSP (H2PO4–), ammonium nitrat
(NO3–), dan ammonium sulfat (SO42-), makin tidak efisien
karena makin tidak tersedian bagi tanaman. Begitu juga
akibatnya pada daya tolak terhadap kation-kation juga makin
tinggi, sehingga pemupukan pelepas kation sperti KCl (K+),
kalsit (Ca2+) dan dolomite (Ca2+ dan Mg2+) juga makin tidak
efisien karena mudah tercuci/hilang dari tanah.
(4) Unsur-unsur Hara Esensial
Unsur-unsur hara esensial merupakan unsure hara yang
diperlukan oleh tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak
dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak terdapat
dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat

69
tumbuh optimal. Unsur-unsur hara ini dapat berasal dari udara,
air, atau tanah. Jumlah unsur hara esensial ada 17 yaitu :
v Unsur makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S
v Unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co
Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan dalam
jumlah banyak. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang
diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
Sifat kimia tanah pada jenis tanah Alfisol secara keseluruhan
yaitu cenderung memiliki pH basa, dan tingkat kejenuhan basa
yang tinggi di seluruh profil tanah. P-tersedia dari sangat
rendah hingga sedang, K-dd dari rendah hingga tinggi, Ca-dd
dari sedang hingga sangat tinggi, Mg-dd dari sedang hingga
tinggi, KTK dari sedang hingga sangat tinggi dan unsur mikro
(Fe dan Zn) yang tinggi.
13.2 Mikrohabitat dalam Struktur Tanah
Dalam tanah terdapat berbagai jenis organisme yakni hewan dan
tumbuhan, baik yang berukuran makro maupun yang berukuran mikro.
Berbagai mikroorganisme bertahan hidup dan berkompetisi dalam
memperoleh ruang, oksigen, air, hara, dan kebutuhan hidup lainnya
(Hanafiah dkk., 2007). Mikroorganisme tanah dapat dikelompokkan
menjadi bakteri, actinomycetes, jamur, alga dan protozoa (Sumarsih,
2003).
Fungsi mikroba di dalam tanah digolongkan menjadi empat, yaitu
sebagai penyedia unsur hara dalam tanah, perombak bahan organik dan
mineralisasi organik, memacu pertumbuhan tanaman, dan sebagai agen
hayati pengendali hama dan penyakit tanaman. Dengan demikian peranan
mikroba juga berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisik tanah serta
pertumbuhan tanaman (Saraswati dan Sumarno, 2008). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa mikrobia berperan atas perubahan
kimiawi yang terjadi di dalam tanah. Peranan mikrobia dalam beberapa
siklus unsur hara yang penting, seperti siklus Karbon, Nitrogen, Sulfur,

70
ditunjukkan oleh Winogradsky dan Beijerinck (Sumarsih, 2003).
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan
maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting
tanaman, yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) seluruhnya
melibatkan aktivitas mikroba. Mikroba dalam tanah memiliki
kemampuan untuk mengembalikan kesuburan tanah dan merupakan salah
satu faktor penting dalam pertumbuhan sebagian besar tanaman (Astuti,
2016).
13.3 Lingkungan Rhizosfer
Rizosfer adalah suatu zona lingkungan mikro yang berada di
sekitar perakaran tanaman. Secara teori luasnya daerah rizosfer sangat
dipengaruhi oleh seberapa luasnya daerah yang masih tercakup oleh
pengaruh aktivitas perakaran tanaman beserta dengan miroorganisme
yang berasosiasi dengannya. Sekedar gambaran bahwa pada daerah
rizosfer terdapat sekitar 106-109 sel populasi bakteri dan fungi sekitar 105
sampai dengan 106 per gram tanah rhizosfer (Sylvia et al., 2005).
Rizosfer merupakan daerah sekitar perakaran yang sifat-sifatnya baik
kimia, fisik dan biologi dipengaruhi oleh aktivitas perakaran
(Handayanto dan Hairiah, 2007).
Rizosfer tanaman adalah bagian dari tanah yang menutupi
permukaan perakaran tanaman dan merupakan habitat berbagai spesies
bakteri yang secara umum dikenal sebagai rizobakteri. Sebagian dari
rizobakteri yang mengkolonisasi akar tanaman tidak bersifat patogenik
dan bahkan menguntungkan tanaman karena mampu berfungsi sebagai
rizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman atau lebih umum disebut plant
growth promoting rhizobacteria (PGPR) (Sutariati, 2012).
13.4 Organisme Tanah
(a) Fauna Tanah
Dibedakan menjadi makrofauna dan mikrofauna
1) Makrofauna

71
Hewan-hewan besar (makrofauna) penghuni tanah dapat
dibedakan menjadi : (a) hewan-hewan besar pelubang
tanah, misalnya tikus, kelinci yang lebih sering merugikan
karena memakan dan menghancurkan tanaman, (b) cacing
tanah, berfungsi mengaduk dan mencampur tanah dan
memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi menjadi
lebih baik, dan lebih mudah ditembus akar, (c) arthropoda
dan moluska, membantu memperbaiki tata udara tanah
dengan membuat lubang-lubang kecil pada tanah tersebut.
2) Mikrofauna
Hewan-hewan mikrofauna dalam tanah yang terpenting
adalah protozoa dan nematoda.
Protozoa berperan dalam menghambat daur ulang
(recycling) unsure-unsur hara, ataupun menghambat
berbagai proses dalam tanah yang melibatkan bakteri.
Nematoda berdasarkan jenis makanannya dibedakan
menjadi : (a) omnivorous, memakan sisa-sisa bahan
organic, (b) predaceous, memakan hewan-hewan tanah, (c)
parasitic, merusak akar tanaman.
(b) Flora Tanah
Dibedakan menjadi makroflora dan mikroflora
1) Makroflora
Tanaman-tanaman tinggi merupakan makroflora sebagai
produsen primer bahan organic dan penyimpanan energy
surya. Akar-akar tanaman meningkatkan agregasi tanah,
dank arena akar menembus ke lapisan tanah yang dalam
maka bila membusuk menjadi sumber humus tidak hanya
dilapisan atas tetapi juga dilapisan yang lebih dalam.
2) Mikroflora
Mikroflora dalam tanah sangat beraneka ragam. Bakteri,
fungi, actinomycetes, dan algae dapat ditemukan pada

72
setiap contoh tanah. Bakteri, fungi, dan actinomycetes
membantu pembentukan struktur tanah yang mantap karena
tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan (sekresi) zat
perekat yang tidak mudah larut dalam air. Dalam hal
pembentukan struktur tanah ini, fungi dan actinomycetes
jauh lebih efisien (lebih 17 kali lebih efisien) daripada
bakteri, tetapi bakteri mempunyai fungsi lain yang lebih
penting.
Bakteri autotroph bermanfaat bagi manusia mempengaruhi
sifat-sifat tanah sehubungan dengan cara bakteri tersebut
untuk mendapatkan energy. Bakteri autotroph dalam tanah
terpenting adalah bakteri nitrifikasi yang dapat
mengoksidasi ammonia nitrit (oleh
nitrosomonas) dan nitrit nitrat (oleh nitrobacter).
13.5 Pengelompokan Organisme Tanah
(a) Berdasarkan ukuran
Berdasarkan ukurannya, maka organisme tanah atau jasad
hayati tanah ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu (1)
Makrobia tanah, jika berukuran di atas 10 mm, (2) Mesobia, jika
berukuran 0,2- 10 mm, dan (3) Mikrobia, jika berukuran < 0,2 mm
(200 mm).
(b) Berdasarkan Cara Memperoleh Energi
Berdasarkan cara memperoleh energi, mikroorganisme
tanah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (1) fototrof yaitu
mikroorganisme yang memperoleh energi dari sinar matahari, dan
(2) kemotrof yaitu mikrobia yang memperoleh energi dari oksidasi
senyawa anorganik, seperti senyawa N (amonia dan nitrit), sulfur,
zat besi atau senyawa karbon sederhana, dan metana. Selain itu
berdasarkan sumber karbon yang digunakannya, mikroorganisme
tanah dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu (1) ototrof
atau litotrof yaitu kelompok mikroorganisme yang menggunakan

73
CO2, HCO3, CO3 sebagai sumber karbon, dan (2) heterotrof atau
organotrof yaitu kelompok mikroorganisme yang menggunakan C
organik sebagai sumber karbon.
Mikroflora yang tergolong fototrof meliputi alga, bakteri
hijau biru (cianobactery), bakteri lembayung dan hijau. Mikroflora
yang tergolong fotohetotrof adalah bakteri lembayung non sulfur,
dan heliobakteri yaitu bakteri pembentuk endospora, bascilus dan
clostridium.
Mikroflora yang tergolong kemoototrof antara lain bakteri
pengoksidasi NH4+ (Nitrobacter), dan pengoksidasi nitrit.
Kelompok mikroflora kemoototrof dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu (1) kelompok yang menggunakan CO2 antara lain
bakteri nitrosomonas, bakteri pengoksidasi sulfur (Thiobacillus
thiooxidans), bakteri pengoksidasi Fe (Thiobacillus ferrooxidans)
dan (2) kelompok yang menggunakan HCO3, contoh Pseudomonas
sp. Sedangkan mikroflora yang termasuk kelompok kemoheterotrof
adalah bakteri perombak selulosa.
(c) Berdasarkan Keberadaanya dalam Tanah
Berdasarkan keberadaannya dalam tanah, mikroorganisme
tanah dibagi dalam dua kelompok besar yaitu (1) mikrobia otokton
(autochtonous) yakni mikrobia setempat pada tanah-tanah tertentu
dan atau bersifat endemik, contohnya bakteri Azospirillum
halopraeferen yang selalu ditemukan di tanah berkadar garam
tinggi (salin), (2) mikrobia zymogen yaitu mikrobia yang
pertumbuhannya dipengaruhi oleh adanya perlakuan khusus seperti
penambahan pupuk, bahan organik dan pengelolaan tanah. Selain
itu dikenal juga mikrobia trasien yaitu mikrobia yang
keberadaannya di dalam tanah bersifat sebagai penetap sementara.
Mikrobia trasien umumnya merupakan mikrobia yang dimasukkan
ke dalam tanah baik disengaja ataupun tidak disengaja.
(d) Berdasarkan Fungsi Khususnya

74
Berdasarkan spesifikasi fungsinya, mikroorganisme tanah
digolongkan menjadi dua kelompok utama, yaitu
(a) Mikroorganisme spesifik fungsional jika fungsinya dalam tanah
bersifat spesifik, misalnya bakteri nitrosomonas dan nitrobacter
yang berperan dalam nitrifikasi, bakteri rhizobium yang berperan
dalam fiksasi N bebas, endomikoriza yang berperan dalam
penyediaan dan penyerapan hara P oleh tanaman.
(b) Mikroorganisme non spesifik fungsional jika berperan tidak
spesifik, misalnya mikrobia dekomposer bahan organik.
(e) Berdasarkan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman
Jika dikaitkan dengan pertumbuhan tanaman, maka
mikroorganisme tanah dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu, (1) biota yang menguntungkan, (2) biota yang merugikan, (3)
biota tanpa pengaruh. Jika di suatu tanah, keberadaan kelompok
mikroorganisme yang menguntungkan dalam tanah jumlahnya
dominan, maka pertumbuhan tanaman menjadi baik. Jika
kelompok mikroornanisme yang merugikan dominan
keberadaannya dalam tanah, maka pertumbuhan tanaman akan
jelek.
Untuk tujuan agar mikroorganisme tanah yang
menguntungkan jumlahnya dapat dimaksimalkan, dan yang
merugikan dapat diminimalkan, serta mikrobia yang tanpa
pengaruh dapat dimanfaatkan, sehingga pertumbuhan dan produksi
tanaman dapat dioptimalkan, maka pengembangan biologis dan
bioteknologi tanah menjadi penting untuk dikembangkan sebagai
dasar pertanian organik.
13.6 Pentingnya Organisme Tanah
Salah satu fungsi penting tanah adalah menjadi habitat berbagai
organisme tanah dan memelihara keragamannya (Emmerling ., 2002).
Aktivitas perekayasa kimia, pengendali kehidupan dan perekayasa
lingkungan memberi dampak terhadap ekosistem tanah menurut luasan

75
area dan waktu. Hal ini sehubungan dengan ukuran tubuh, wilayah
jelajah dan umur (life time) dari masing-masing kelompok organisme
tersebut (BIS, 2010). Organisme yang memiliki ukuran kecil tentu saja
memiliki wilayah jelajah yang lebih sempit dibandingkan dengan yang
memiliki ukuran besar. Kelompok chemical engineers secara spesifik
mempengaruhi ekosistem setempat, berkisar antara mikrometer sampai
meter, dalam waktu yang singkat hanya berkisar detik sampai menit.
Sedangkan dua kelompok lainnya, memberi dampak pada ekosistem
berkisar antara beberapa meter sampai ratusan meter dalam waktu yang
berkisar harian sampai tahunan.
(a) Kelompok Fungsional Perekayasa Kimia
Sudah menjadi pemahaman umum bahwa mikroorganisme
tanah (bakteri, fungi, aktinomisetes) memainkan peranan yang
sangat penting pada proses humifikasi, mineralisasi bahan
organik tanah, sehingga menjadi unsur-unsur hara yang tersedia
untuk pertumbuhan tanaman. Sehingga mikroorganisme
digolongkan ke dalam perekayasa kimia, karena mereka
berperanmenguraikan sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati
menjadi unsur-unsur hara yang siap diserap oleh tanaman.
Sebagai perekayasa kimia, mikroorganisme tanah
memainkan beberapa peranan, antara lain mendekomposisikan
bahan organik. Salah satu proses dalam tanah yang sangat
tergantung pada keberadaan mikroorganisme tanah adalah proses
daur ulang bahan organik. Bahan organik tanah (BOT)
merupakan produk langsung dari gabungan aktivitas kimia
tumbuhan, mikroorganisme, fauna dan berbagai faktor abiotik.
BOT berperan dalam proses penting dalam tanah, seperti
kesuburan dan aerasi tanah (Breure, 2004). Dalam proses
pedogenesis (pembentukan tanah) mikroorganisme membantu
melepaskan unsur hara menjadi bentuk tersedia bagi tanaman dan
mempengaruhi pelapukan batuan dan melarutkan mineral, serta

76
berkontribusi terhadap pembentukan struktur dan agregasi tanah
(Breure,2004).
(b) Kelompok Fungsional Pengendali Kehidupan
Kelompok fungsional pengendali biologis (biological
control) berpengaruh secara langsung dalam menentukan
produktivitas lahan. Produktivitas lahan (tanaman) dapat
diturunkan karena adanya serangan patogen tular tanah. Beberapa
fauna tanah merupakan predator patogen, sehingga sangat penting
dalam menjaga kestabilan produktivitas lahan. Dalam beberapa
kejadian, patogen dapat berperan sebagai biological control yang
menguntungkan bagi keragaman hayati ketika mereka menyerang
tanaman invasif (BIS, 2010). Mikroorganisme tanah juga dapat
berperan sebagai pengendali biologi karena ketika mereka
membangun simbiosis dengan akar tanaman dan bersifat
antagonis terhadap patogen (Breure, 2004) sehingga dapat
memperbaiki kesehatan tanaman dan meningkatkan produktivitas.
(c) Kelompok Fungsional Perekayasa Lingkungan
Organisme digolongkan ke dalam perekayasa lingkungan
ketika mereka dapat menciptakan atau memodifikasi habitat bagi
organisme lain. Pada umumnya yang berperan sebagai perekayasa
lingkungan secara taksonomi umum tergolong sebagai fauna
tanah. Peranan fauna tanah terhadap produktivitas lahan bersifat
tidak langsung.
Sebagai perekayasa lingkungan fauna tanah terbagi menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah yang berperan
langsung dalam proses perombakan bahan organik secara
mekanik, termasuk di dalamnya adalah siput, cacing tanah, kaki
seribu, semut dan rayap. Dalam aktivitasnya mereka menggigit
dan mengunyah serasah menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga
akan mempermudah proses dekomposisi oleh mikroorganisme
tanah (Emmerling 2002).

77
Kelompok yang kedua adalah fauna yang berperan
menciptakan struktur tanah misalnya cacing tanah dan rayap.
Kelompok ini juga berperan dalam pendistribusian bahan organik
ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam (bioturbasi) dan
bertanggungjawab terhadap proses pencampuran bahan organik
dengan tanah (Emmerling ., 2002). Cacing tanah berperan dalam
proses inkorporasi bahan organik dari permukaan tanah ke lapisan
tanah yang lebih dalam. Akibat dari aktivitas cacing tanah ini
dapat meningkatkan ketersediaan air tanah, memperbaiki agregasi
tanah dan meningkatkan populasi mikroorganisme tanah (Breure,
2004) Peranan kedua kelompok tersebut akan berpengaruh positif
terhadap sifat fisik dan kimia tanah sehingga akan memperbaiki
kesuburan dan kualitas tanah. Meningkatnya kualitas dan
kesuburan tanah akan meningkatkan produktivitas lahan.
Perekayasa lingkungan juga bertanggungjawab terhadap
ketersediaan sumberdaya (makanan/ nutrisi, sumber energi, dan
sebagainya) bagi organisme lain karena struktur tanah merupakan
bagi aktivitas mikroorganisme. Cacing tanah, misalnya, dapat
menghasilkan kotoran yang disebut “casting ” dengan kecepatan
beberapa ratus ton per tahun per hektar (BIS, 2010). Menurut
Breure (2004) cacing tanah merupakan komponen utama
biomassa fauna tanah di daerah . Karena pada daerah tersebut
biomass cacing tanah mencapai 50% di ekosistem padang rumput
dan 60% di ekosistem hutan.
13.7 Mendaur Ulang Bahan Organik Tanah
Sampah organic terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan
hewan yang diambil dari alam atau yang didapat dari hasil pertanian,
perikanan dsb. Contoh dari sampah ni adalah daun-dauna, sisa makanan,
kulit buah dll.

78
Selama ini metode yang digunakan untuk mengolah aneka limbah
oganik tersebut adalah dengan cara membusukkan limbah tersebut untuk
mendapatkan kompos. Pada proses ini, akan ada energi organik yang
terbuang dalam bentuk panas dan gas ( hidrogen sulfida, amonia
merkaptan dan gas beracun lainnya ). Polusi yang terjadi mencakup
udara, tanah dan air yang terjadi dari proses pembusukan bahan organik,
karena aktifitas dari mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi
hewan dan manusia seperti : Salmonella, Escherischia coli dll.
Pencemaran secara kimia terjadi karena pelepasan ion negatif dari proses
pembusukan yang membentuk gas-gas dan senyawa beracun.
Proses pembusukan organik berlangsung 2 – 3 bulan. Proses ini
bisa berlangsung lebih lambat karena penambahan bahan organik secara
terus menerus serta tidak adanya peran mikroorganisme fermentasi.
Itulah sebabnya mengapa di tempat pembuangan gas busuk secara terus
menerus dihasilkan dalam radius 5 km.
Metode land fill system sampai saat ini masih merupakan cara
yang diunggulkan, sekalipun hanya dapat mengurangi bau kurang dari 40
%. Dan masalah ini tidak akan pernah tuntas mengingat bau adalah gas
yang bersifat ringan dan segera mengisi ruang.

79
BAB XII
EKOLOGI AIR

12.1 Ekologi Perairan Tawar


Ekosistem air tawar merupakan ekosistem akuatik, ciri-ciri ekosistem air
tawar:
(a) Kadar garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari
kadar garam protoplasma organisme akuatik.
(b) Variasi suhu sangat rendah.
(c) Penetrasi cahaya matahari kurang.
(d) Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
(e) Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya tumbuhan biji
(f) Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme
yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi
Klasifikasi Ekosistem Air Tawar
(a) Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof
(tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora
predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada
substrat sisa-sisa organisme.
(b) Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
1) Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya
melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
2) Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
3) Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di
permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya
serangga air.
4) Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang
melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya
keong.

80
5) Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup
pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak
bebas, misalnya cacing dan remis.
12.2 Ekologi Estuarine
Estuaria merupakan ekosistem khas yang pada umumnya terdiri atas
hutanmangrove, gambut, rawa payau dan daratan Lumpur. Ekosistem ini
mempunyai fungsi yang sangat penting untuk mendukung berbagai
kehidupan. Wilayah estuaria merupakan habitat yang penting bagi sejumlah
besar ikan dan udang untuk memijah dan membesarkan anak-anaknya.
Beberapa larva ikan yang dipijahkan di laut lepas juga bermigrasi ke
wilayah estuaria pada fase larvanya. Wilayah ini dapat dianggap sebagai
wilayah perairan peralihan (ekoton) antara habitat air tawar dengan habitat
laut yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan karakter lokasinya serta
morfologisnya yang landai. Wilayah estuaria sangat rentang terhadap
kerusakan dan perubahan alami atau buatan. Pembuangan limbah,
penggunaan perairan sebagai sarana pengangkutan, serta berubahnya sistem
daerah aliran sungai, merupakan sebagian dari penyebab degradasi kualitas
ekosistem estuaria.
Estuaria merupakan salah satu bentuk dari ekosistem lahan basah,
dimana lahan basah di Indonesia luasnya = 38 juta ha (Wibowo et al., 1996).
Kawasan lahan basah termasuk estuaria ini mengalami kerusakan yang
sangat serius karena pertumbuhan populasi manusia dan pembangunan,
yang antara lain berakibat terhadap menyusutnya hutan mangrove, hutan
rawa dan hutan gambut beserta keanekaragaman spesies flora dan fauna di
dalamnya, pencemaran air karena penggunaan pupuk dan racun hama dan
penyakit serta berbagai industri dan kegiatan pertambangan. Termasuk
masalah pelumpuran, karena kegiatan pertanian pada daerah atasnya yang
tidak memperhatikan teknik-teknik konservasi tanah dan air. Berdasarkan
hal tersebut, maka diperlukan adanya pengelolaan wilayah esruaria yang
berkelanjutan.

81
12.3 Ekologi Laut
Menurut Pillay (2003) Ekosistem laut sebagai salah satu ekosistem
di dunia, merupakan suatu dunia sendiri, di mana ada di dalamnya terdapat
proses dan komponen-kompenen kehidupan yang serupa dengan proses
yang terjadi pada ekosistem daratan. Ekosistem air laut luasnya lebih dari
2/3 permukaan bumi (+ 70 %), karena luasnya dan potensinya yang sangat
besar, ekosistem laut menjadi perhatian banyak orang. Ekosistem laut
disebut juga ekosistem bahari yang merupakan ekosistem yang terdapat di
perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir
dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.
Habitat laut (oceanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang
tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena
suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar
25°C.Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.Di daerah dingin, suhu
air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut
tetap subur dan banyak plankton serta ikan.Gerakan air dari pantai ke tengah
menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga
memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik.
Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah
permukaannya secara horizontal.
Ekologi laut tropis merupakan cabang ilmu ekologi perairan di wilayah
perairan tropis. Ekologi laut tropis adalah ilmu yang mempelajari ekosistem
baik itu antar organisme maupun lingkungan yang berada di wilayah
perairan laut tropis. Ciri-ciri dari laut tropis yaitu sinar matahari sepanjang
tahun dan memiliki dua musim. Kelebihan laut tropis yaitu keanekaragaman
organisme tinggi, sumber makanan, mineral dan hasil laut yang melimpah.
Ciri khas ekosistem laut tropis:
a) Kadar garam (salinitas) tinggi
b) Suhu tinggi
c) Sinar matahari menembus sangat baik
d) Habitat kontinuitas (saling berhubungan satu sama lain)

82
e) Komunitas terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton, dan
decomposer (pengurai)
f) Arus air terus bergerak
Tipologi umum ekosistem perairan laut lepas ditinjau dari darat ke laut
meliputi 3 jenis, yaitu mangrove, diikuti hamparan padang lamun, dan
bentang terumbu karang.
a) Ekosistem Mangrove
Mangrove bersifat halofit artinya mempunyai toleransi yang
tinggi terhadap tingkat salinitas air laut dan bersifat alkalin.
Ekofisiologi mangrove:
1) Bertahan dengan konsentrasi garam yang tinggi
2) Pemeliharaan air deslinasi
3) Spesialisasi akar
4) Reproduktif
5) Respon terhadap cahaya
Fungsi dan peran mangrove:
1) Fungsi fisik
2) Menjaga garis pantai
3) Mempercepat pembentukan lahan baru
4) Pelindung terhadap gelombang dan arus
5) Mendaur ulang unsur hara yang penting
Fungsi Biologi
1) Sebagai nursery ground, feeding ground dan spawning
ground untuk beberapa spesies udang
2) Habitat berbagai kehidupan liar
3) Fungsi Ekonomi
4) Akuakultur
5) Rekreasi
6) Penghasil kayu
b) Ekosistem Padang Lamun

83
amun merupakan satu satunya tumbuhan berbunga yang mampu
beradaptasi penuh di perairan dengan sailinitas tinggi.
Tumbuhan ini memiliki rhizome, pembuluh, akar, serta
berkembang biak dengan biji dan tunas. Ekosistem ini berada di
perairan landai yang mendapatkan sinar matahari cukup dan
kelimpahan nutrient yang tinggi karena merupakan peralihan
daratan dan laut sehingga produktivitas organiknya tinggi. Ciri-
ciri ekologis padang lamun:
1) Terdapat di perairan landai
2) Mampu hidup di kedalaman 30 meter di perairan tenang
dan terlindung
3) Batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau
atau di dataran terumbu karang
4) Tergantung pada cahaya matahari
5) Mampu melakukan metabolisme secara optimal jika
keseluruhan tubuhnya terendam air
6) Mampu hidup dimedia air asin
7) Memiliki perakaran yang berkembang baik
Fungsi dan peran ekosistem padang lamun:

1) Sebagai produsen
2) Habitat biota
3) Penangkap sedimen
4) Pandaur zat hara
c) Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun oleh biota laut
penghasil kapur khususnya jenis batu karang dan alga kapur.
Jenis lain yang hidup molusca, krustacea, porifera, dll. Fungsi
terumbu karang:
1) Habitat berbagai jenis spesies laut
2) Bahan bioaktif medis dan farmasi

84
3) Pelindung sempadan pantai dari arus
Manfaat ekosistem terumbu karang:
1) Perlindungan pantai dan pulau kecil
2) Wisata bahari
3) Marikultur
4) Aktivitas ekstraktif
5) Wilayah perindungan (barrier)
Interaksi yang terjadi pada terumbu karang:
1) Interaksi sederhana berupa: persaingan, predator,
grazing, komensalisme, dan jenis simbiosis mutualisme
2) Interaksi kompleks: interaksi jejaring makanan
12.4 Pengelolaan Ekosistem Perairan
Secara umum perencanaan tata ruang adalah suatu proses penyusunan
rencana tata ruang untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan
manusianya serta kualitas pemanfaatan ruang yang secara struktural
menggambarkan keterikatan fungsi lokasi yang terpadu bagi berbagai
kegiatan. Perencanaan tata ruang dilakukan melalui proses dan prosedur
penyusunan serta penetapan rencana tata ruang berdasarkan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku (UU No. 24 Tahun 1992, Pasal 13 ayat
1).
Sistem penangkapan ikan dengan cara yang merusak (misalnya
penggunaan racun ikan dan bahan peledak), serta penangkapan ikan secara
berlebihan dalam menyebabkan menurunya populasi anak ikan yang masih
muda sehingga berakibat pada penurunan keanekaragaman ikan danau.
Perubahan fungsi lahan di daerah tangkapan air dan pembangunan jalan di
tepian danau dapat berakibat pada rusaknya keanekaragaman hayati.
Demikian juga pembersihan tanaman air dan reklamasi lahan dapat
menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati perairan danau.
Perlu program pendataan dan evaluasi spesies endemik danau,
pemetaan jenis dan wilayah perkembangbiakan spesies-spesies terpenting.
Hasil pemetaan tersebut dapat digunakan untuk penetapan kawasan prioritas

85
perlindungan khusus. Konservasi yang benar dan pemanfaatan yang bijak
atas keanekaragaman hayati danau dapat menjamin berfungsinya ekosistem
secara efektif yang pada akhirnya mampu memberi berbagai manfaat bagi
manusia.
Sedimen yang berasal dari erosi lahan DAS dan DTA serta lahan
sempadan danau yang terakumulasi mengendap pada perairan danau.
Sedimentasi tersebut menyebabkan menurunnya kualitas air dan daya
dukung kehidupan biota akuatik. Dampak penting lainnya adalah
pendangkalan danau, khususnya pada tipe danau dangkal dan tipe danau
paparan banjir. Program pengerukan sedimen sangat mahal, sehingga lebih
baik pengendaliannya pada sumber erosi yaitu konservasi lahan.
12.5 Pencemaran dan Kesehatan Lingkungan
Perairan danau menampung berbagai bahan pencemaran air dari DAS
dan DTA termasuk daerah sempadan danau, yang disebut pencemaran
allochthonous. Sumber pencemarannya adalah limbah domestik, pertanian,
peternakan, dan industri. Selain itu terdapat juga sumber pencemaran air
yang bersumber dari berbagai kegiatan pada perairan danau, yang disebut
pencemaran autochthonous.
Sumber utama pencemaran air sungai di Indonesia sebagian besar
berasal dari limbah domestik atau rumah tangga, umumnya dalam bentuk
kotoran manusia, limbah cucian piring dan baju, kotoran hewan, dan pupuk
dari perkebunan dan peternakan. Ada pula jejak kontaminasi obat-obatan
medis seperti pil KB hingga pestisida dan minyak.
Limbah feses dan urin berperan dalam meningkatkan kadar bakteri E.
coli dalam air. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta,
kandungan E. coli di luar batas normal tak hanya di sungai melainkan
hingga ke air sumur di area tempat tinggal penduduk. Berdasarkan laporan
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di tahun 2015
hampir 68 persen mutu air sungai di 33 provinsi di Indonesia dalam status
tercemar berat. Di antaranya sungai Brantas, sungai Citarum, dan kali

86
Wonorejo yang selain berwarna keruh juga tampak menghasilkan busa putih
di permukaannya.
Penyakit akibat pencemaran air, termasuk:
a) Kolera, disebabkan oleh bakteri vibrio chlorae saat Anda
mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh feses
orang yang mengidap penyakit ini. Anda juga bisa terjangkit
kolera jika Anda mencuci bahan makanan dengan air yang
terkontaminasi. Gejala termasuk: diare, muntah, kram perut,
dan sakit kepala.
b) Amoebiasis, atau Diare Pelancong, disebabkan oleh amoeba
yang hidup di air tercemar. Amoeba ini mengakibatkan infeksi
pada usus besar dan hati. Gejala termasuk diare berdarah dan
berlendir, bisa ringan atau sangat parah.
c) Disentri, disebabkan oleh bakteri yang masuk dalam mulut
melalui air atau makanan yang tercemar. Tanda dan gejala
disentri termasuk demam, muntah, sakit perut, diare berdarah
dan berlendir parah.
d) Diare, diare infeksi adalah salah satu penyakit paling umum
akibat bakteri dan parasit yang berdian di air tercemar. Diare
mengakibatkan feses encer/cair yang menyebabkan
penderitanya mengalami dehidrasi, bahkan kematian pada
anak dan balita.
e) Hepatitis A,disebabkan oleh virus hepatitis A yang menyerang
hati. Biasanya menyebar melalui konsumsi air atau makanan
yang terkontaminasi feses, atau melalu kontak langsung
dengan feses dari pengidap.
f) Keracunan timbal, paparan kronis dari keracunan timbal bisa
mengakibatkan kondisi medis serius, termasuk kerusakan
organ, gangguan sistem saraf, anemia, dan penyakit ginjal.
g) Malaria, adalah virus yang disebarkan oleh parasit dari
nyamuk Anopheles betina. Nyamuk berkembang biak di air.

87
Tanda dan gejala malaria termasuk demam, sakit kepala, dan
kedinginan menggigil. Jika dibiarkan, malaria bisa berujung
pada komplikasi seperti pneumonia, anemia parah, koma, dan
kematian.
h) Polio, adalah virus menular akut yang disebabkan oleh
poliovirus. Polio menyebar melalui feses dari pengidap
penyakit.
i) Trachoma (infeksi mata), akibat kontak dengan air tercemar.
Setidaknya 6 juta orang pengidap trachoma mengalami
kebutaan.

88
BAB XIII
EKOLOGI UDARA

13.1 Definisi Udara


Definisi Udara menurut Fardiaz (1992) udara adalah suatu
campuran gas yang terdapat pada lapisan mengelilingi bumi. Udara
terdiri dari 78% nitrogen, 21,94% oksigen, 0,93% argon, 0,032%
karbondioksida, dan gas-gas mulia lain yang terdapat pada atmosfer
(Wardhana, 2001). Udara merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk
bernafas sehari-hari. Tanpa adanya udara, maka manusia dan makhluk
lainnya tidak mampu untuk hidup.
Udara bersih merupakan udara yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa. Kenyataannya, dewasa ini kita susah menemukan udara
yang bersih khususnya di kota-kota besar. Seiring semakin
berkembangnya ekonomi, teknologi, dan pembangunan maka diikuti pula
oleh peningkatan sektor industri serta transportasi. Peningkatan ini
merupakan suatu hal yang dapat menurunkan kualitas udara di suatu
daerah. Kualitas udara tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi zat
pencemar dalam udara (Soemarno, 1999).
13.2 Fungsi Udara
a) Pada udara ada oksigen yang bermanfaat untuk bernafas
b) Udara bisa berpengaruh terhadap jantung makhluk hidup
c) Udara yang bersih akan bebas dari polusi akan menghilangkan
rasa stres, membuat lebih santai dan terasa segar untuk tubuh.
d) Udara yang bersih bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh
e) Udara bisa menentukan klasifikasi iklim, cuaca ataupun musim
pada suatu tempat
f) Udara bermanfat untuk melakukan komunikasi seperti
menghantarkan gelombang suara dan untuk menghantar spora
atau benih-benihnya.

89
g) Pada udara ada karbondioksida yang bermanfaat untuk tumbuhan
berfotosintesis
h) Udara melindungi bumi dari benda-benda ruang angkasa, apabila
ada benda ruang angkasa yang jatuh menuju bumi maka akan
terkikis dan hancur di atmosfer menjadikan tidak jatuh ke bumi
atau dapat juga jatuh ke bumi tapi dengan ukuran yang lebih kecil
13.3 Manfaat Udara
Banyak sekali manfaat udara bersih yang paling penting dan utama
adalah untuk pernapasan manusia, karena seperti yang kita ketahui bawa
apabila kita tinggal didaerah pedesaan yang banyak pepohonan akan
berbeda dengan daerah perkotaan yang mendominasi kendaran,
bangunan, Gedung dan sebagainya. Udara di perkotaan cenderung kotor
dibandingkan udara di pedesaan karena banyaknya pohon, pohon akan
mengubah karbondioksida menjadi oksigen, sehingga udara yang kita
hirup akan lebih segar dibandingkan diaerah perkotaan yang kurang
wilayah pepohonan.
Selain udara bersih yang kita hirup manfaat lainnya adalah untuk
mencegah stress ketika orang-orang yang tinggal diperkotaan dengan
kesibukan yang dijalani sehari-hari; misalnya harus terjebak macet
tekanan pekerjaan yang tinggih sehingga membuat tingkat stresss
seseorang meningkat, sebab itu banyak sekali orang yang tinggal
didaerah perkotaan ketika libur weekend lebih memilih untuk pergi ke
pedesaan/pegunungan yang jauh dari hiruk/pikuk di kota, sehingga
disana udara yang dihirup bersih dan segar sehingga dapat menurunkan
tingkat stress seseorang, selain itu manfaat udara bersih juga agar kita
terhindar dari berbagai macam penyakit akibat udara kotor yang dihirup
misalnya penyakit paru-paru, batuk, asma, hipertensi dan lain-lain,
dengan menghirup udara bersih akan menghindari kita dari penyakit-
penyakit tersebut.
13.4 Pencemaran Udara

90
Pencemaran udara menurut Soedomo (2001) dapat didefinisikan
sebagai masuknya zat pencemar ke dalam udara baik secara alamiah
maupun akibat kegiatan manusia. Sumber pencemaran alami antara lain
kebakaran hutan, debu akibat letusan gunung api, debu meteorit, dan
pancaran garam dari laut. Sumber pencemaran akibat aktivitas manusia
misalnya aktivitas transportasi, industri, dan pembuangan sampah.
Pencemaran udara akibat aktivitas manusia merupakan sumber pencemar
yang paling banyak terjadi secara kuantitatif (Soedomo, 2001). Hal ini
terjadi akibat semakin bertambahnya pembangunan di kota-kota sehingga
meningkatkan jumlah industri serta transportasi semakin besar.
Peningkatan jumlah industri dan transportasi akan meningkatkan hasil
produksi sampingan, dampaknya adalah memperbesar jumlah polutan
yang mencemari udara dan dihirup oleh manusia.
Dampak negatif pencemaran udara bagi kehidupan manusia
diantaranya menyebabkan berbagai penyakit pernapasan karena udara
kotor yang terhirup, kulit yang kusam flek hitam dan membuat mata
menjadi kering karena terpapar udara yang kotor. Sedangkan dampak
bagi lingkungan secara umum adalah akan memicu terjadinya global
warming.
13.5 Cara Menanggulangi Percemaran Udara
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara, dapat dilakukan
dengan meminimalkan serta memperlambat terjadinya pemanasan global
yang dapat dilakukan dengan cara mengurangi pembangunan rumah kaca
dan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dengan mengganti
dengan bahan bakar alternatif.
Sedangkan untuk memperlambat terjadinya pemanasan global
dapat dilakukan dengan cara: menghentikan penggunaan emisi CFC yang
digunakan sebagai bahan dalam freezer ataupun lemari es dan juga dalam
pendingin ruangan atau AC, penggunaan bahan bakar minyak secara
efisien, penggunaan energi batubara dengan efisien.

91
Selanjutnya menggunakan filter pada asap pembuangan pabrik
untuk menyaring karbon dioksida, peningkatan dalam pemanfaatan
energi matahari, panas bumi, serta angin, penggunaan gas alam untuk
bahan alternatif pengganti bahan bakar minyak serta batubara, dan
mengurangi penebangan hutan serta mengadakan reboisasi.

92
BAB XIV
ASPEK EKOLOGI DAN IKLIM UNTUK USAHA DIBIDANG
PERTANIAN

14.1 Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang
panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Beberapa variabel
meteorologis yang biasanya diukur adalah suhu,kelembapan, tekanan
atmosfer, angin, dan curah hujan. Iklim suatu lokasi dipengaruhi oleh
garis lintang, medan, dan ketinggiannya, serta perairan di dekatnya dan
arusnya. Studi tentang iklim dipelajari dalam klimatologi. Secara lebih
umum, "iklim" suatu daerah adalah kondisi umum dari iklim di lokasi
tersebut pada kurun waktu tertentu.
Menurut Word Climate Conference menyatakan bahwa iklim
adalah suatu Sintesis kejadian suatu cuaca selama jangka waktu yang
lama atau panjang, yang secara statistik cukup untuk digunakan sebagai
menunjukkan suatu nilai statistik yang berbeda dengan sebuah keadaan
disetiap saatnya.
Menurut Glenn mengungkapkan bahwa iklim adalah suatu Konsep
abstrak yang menyatakan suatu kebiasaan cuaca dan juga sebuah unsur-
unsur atmosfer pada sebuah daerah selama jangka waktu yang lama.
Menurut Gibbs mengungkapkan bahwa iklim merupakan suatu peluang
statistik dalam berbagai keadaan atmosfer, antara lain yaitu suhu,
tekanan, angin kelembaban, yang terjadi pada suatu daerah selama dalam
jangka waktu yang panjang.
Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan
topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu
tempat di bumi menimbulkan musim, yang membedakan iklim satu
dengan yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem
klasifikasi iklim.

93
Berdasarkan posisi relatif suatu tempat di bumi terhadap garis
khatulistiwa dikenal kawasan-kawasan dengan kemiripan iklim secara
umum akibat perbedaan dan pola perubahan suhu udara, yaitu kawasan
tropika (23,5°LU-23,5°LS), subtropika (23,5°LU-40°LU dan 23°LS-
40°LS), sedang (40°LU-66,5°LU dan 40°LS-66,5°LS), dan kutub
(66,5°LU-90°LU dan 66,5°LS-90°LS).
14.2 Unsur-Unsur Cuaca Pada Iklim
Unsur iklim terdiri dari penyinaran matahari, suhu udara,
kelembaban udara, awan, curah hujan, dan tekanan udara.
1. Penyinaran Matahari
Matahari yaitu sebuah pengatur iklim di bumi yang sangat
penting dan menjadi sumber energi yang paling utama di bumi.
Energi matahari ini dipancarkan ke semua arah dalam bentuk
sebuah gelombang elektromagnetik. Penyinaran Matahari ke
Bumi ini dipengaruhi oleh sebuah kondisi awan dan perbedaan
sudut datangnya sinar matahari.
2. Suhu Udara
Suhu udara yaitu sebuah keadaan panas atau dinginnya
udara yang memiliki sifat menyebar dan berbeda-beda pada
sebuah daerah tertentu.
3. Kelembaban Udara (humidity)
Dalam sebuah udara terdapat air karena terjadinya
penguapan. Makin tinggi suhu udara, maka makin akan banyak
uap air yang dikandungnya. Hal ini yang menyebabkan makin
lembablah udara tersebut. Jadi, Humidity yaitu banyaknya uap
air yang dikandung oleh udara. Alat pengukurnya yaitu dengan
higrometer.
4. Awan
Awan adalah kumpulan titik air atau kristal es yang terjadi
karena adanya kondensasi uap air yang terdapat pada atmosfer,
awan terjadi karena udara yang mengandung uap air naik

94
sehingga suhunya turun sampai di bawah titik embun, awan ini
dapat berupa benda padat atau gas.
5. Curah Hujan
Curah hujan yaitu suatu jumlah hujan yang jatuh di sebuah
daerah pada kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui besarnya
curah hujan digunakan sebuah alat pengukur curah hujan yaitu
dengan penakar hujan (Rain Gauge).
6. Tekanan udara
Tekanan udara adalah udara yang mempunyai massa sehingga
dapat menekan permukaan bumi.
14.3 Perubahan Iklim
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam distribusi
pola cuaca secara statistik sepanjang periode waktu mulai dasawarsa
hingga jutaan tahun. Istilah ini bisa juga berarti perubahan keadaan cuaca
rata-rata atau perubahan distribusi peristiwa cuaca rata-rata, contohnya,
jumlah peristiwa cuaca ekstrem yang semakin banyak atau sedikit.
Perubahan iklim terbatas hingga regional tertentu atau dapat terjadi di
seluruh wilayah Bumi.
Perubahan iklim terjadi ketika perubahan dalam sistem iklim bumi
menghasilkan pola cuaca baru yang bertahan selama setidaknya beberapa
dekade, dan mungkin selama jutaan tahun. Sistem iklim terdiri dari lima
bagian yang saling berinteraksi, atmosfer (udara), hidrosfer (air), kriosfer
(es dan permafrost), biosfer (makhluk hidup), dan litosfer (kerak bumi
dan mantel atas). Sistem iklim menerima hampir semua energinya dari
matahari, dengan jumlah yang relatif kecil dari interior bumi. Sistem
iklim juga memberikan energi ke luar angkasa. Keseimbangan energi
yang masuk dan keluar, dan perjalanan energi melalui sistem iklim,
menentukan anggaran energi Bumi. Ketika energi yang masuk lebih
besar dari energi yang keluar, anggaran energi bumi positif dan sistem
iklim memanas. Jika lebih banyak energi keluar, anggaran energi negatif
dan bumi mengalami pendinginan.

95
Saat energi ini bergerak melalui sistem iklim Bumi, ia menciptakan
cuaca Bumi dan rata-rata cuaca jangka panjang disebut "iklim".
Perubahan rata-rata jangka panjang disebut "perubahan iklim".
Perubahan seperti itu bisa merupakan hasil dari "variabilitas internal",
ketika proses alami yang melekat pada berbagai bagian dari sistem iklim
mengubah anggaran energi Bumi.
Istilah "perubahan iklim" sering digunakan untuk merujuk secara
khusus pada perubahan iklim antropogenik (juga dikenal sebagai
pemanasan global). Perubahan iklim antropogenik disebabkan oleh
aktivitas manusia, berbeda dengan perubahan iklim yang mungkin
dihasilkan sebagai bagian dari proses alami Bumi. Dalam pengertian ini,
terutama dalam konteks kebijakan lingkungan, istilah perubahan iklim
telah menjadi identik dengan antropogenik pemanasan global. Dalam
jurnal ilmiah, pemanasan global mengacu pada kenaikan suhu permukaan
sementara perubahan iklim termasuk pemanasan global dan segala
sesuatu yang mempengaruhi peningkatan level gas rumah kaca.
Istilah terkait, "perubahan iklim", diusulkan oleh Organisasi
Meteorologi Dunia (WMO) pada tahun 1966 untuk mencakup semua
bentuk variabilitas iklim pada skala waktu lebih dari 10 tahun, tetapi
terlepas dari penyebabnya. Selama tahun 1970-an, istilah perubahan
iklim menggantikan perubahan iklim untuk fokus pada penyebab
antropogenik, karena menjadi jelas bahwa aktivitas manusia berpotensi
mengubah iklim secara drastis. Perubahan iklim dimasukkan dalam judul
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dan Konvensi
Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC). Perubahan
iklim sekarang digunakan sebagai deskripsi teknis dari proses, serta kata
benda yang digunakan untuk menggambarkan masalah.
Perubahan iklim terjadi ketika perubahan dalam sistem iklim bumi
menghasilkan pola cuaca baru yang bertahan selama setidaknya beberapa
dekade, dan mungkin selama jutaan tahun. Sistem iklim terdiri dari lima

96
bagian yang saling berinteraksi, atmosfer (udara), hidrosfer (air), kriosfer
(es dan permafrost), biosfer (makhluk hidup), dan litosfer (kerak bumi
dan mantel atas).
Sistem iklim menerima hampir semua energinya dari matahari,
dengan jumlah yang relatif kecil dari interior bumi. Sistem iklim juga
memberikan energi ke luar angkasa. Keseimbangan energi yang masuk
dan keluar, dan perjalanan energi melalui sistem iklim, menentukan
anggaran energi Bumi. Ketika energi yang masuk lebih besar dari energi
yang keluar, anggaran energi bumi positif dan sistem iklim memanas.
Jika lebih banyak energi keluar, anggaran energi negatif dan bumi
mengalami pendinginan.
Saat ini, energi yang diterima dari matahari semakin lama semakin
banyak namun, proses pengeluaran energi tersebut terhalang atau
terpantulkan karena adanya efek rumah kaca. Efek rumah kaca
merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bumi memiliki
efek seperti rumah kaca diatas dimana panas matahari terperangkap oleh
atmosfer bumi. Gas-gas di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2) dapat
menahan panas matahari sehingga panas matahari terperangkap di dalam
atmosfer bumi. Hal ini yang menyebabkan udara makin panas.
Seharusnya panas dari matahari dipantulkan ke luar atmosfer menjadi
terperangkap di atmosfer sehingga suhu di bumi naik.
14.4 Cara Untuk Mempertahankan Suhu, Intensitas Radiasi Matahari dan
Kelembaban Udara Pada Tanaman
Pengaruh negatif suhu terhadap lengas tanah dapat diatasi melalui
perlakuan pemulsaan (mengurangi evaporasi dan transpirasi). Penelitian
dengan cara mengerudungi tanah menggunakan mulsa plastik hitam
perak ternyata dapat mempertahankan kelembaban tanah, mengendalikan
suhu tanah dan mengurangi evaporasi yang berlebihan.
Adapun keuntungan dari pemakaian pemulsaan plastik antara lain :
a) Air yang ada dalam tanah tidak banyak yang terbuang atau hilang
karena menguap,

97
b) Warna hitam pada plastik mampu meningkatkan penyerapan air
oleh tanah, mempebaiki sifat fisik tanah dan mengurangi kisaran
suhu tanah,
c) Mengendalikan pertumbuhan gulma disekitar tanaman,
d) Memperbaiki aerasi tanah sehingga akar dapat berkembang
dengan baik dan pertumbuhan tanaman akan lebih subur,
e) Menstabilkan suhu iklim mikro yang ada disekitar tajuk tanaman,
f) Proses fisiologis tanaman terutama fotosintesis akan meningkat
karena pendistribusian cahaya di dalam tajuk tanaman lebih
merata oleh adanya plastik warna perak (mengurangi kasus
mutual shading).
14.5 Manfaat Informasi Iklim Dalam Budidaya Tanaman
Informasi iklim sangat dibutuhkan oleh petani dalam proses
pembudidayaan tanaman. Iklim sangat berpengaruh terhadap fisiologis
pertumbuhan tanaman. Dengan mengetahui informasi iklim, petani akan
mampu mengoptimalkan produksi lahan dan tanaman yang
dibudidayakannya.
Adapun manfaat dari informasi iklim dalam pertanian antara lain adalah :
a) Pengembangan wilayah dan komoditas pertanian seperti
kesesuaian lahan, perencanaan tata ruang, pemetaan wilayah
agroekologi dan komoditi, Sistem Informasi Geografi (GIS) dan
lain-lain.
b) Perencanaan kegiatan operasional (budidaya) pertanian, seperti
perencanaan pola tanam, penentuan waktu tanam, pengairan,
pemupukan, PHT (Pengendalian Hama Terpadu), sampai pada
proses pendistribusian hasil panen.
c) Peramalan dan analisis sistem pertanian, seperti daya dukung
lahan, ramalan produksi, pendugaan potensi hasil dan
produktivitas pertanian.
d) Pengelolaan dan konservasi lahan (tanah dan air).

98
e) Menunjang kegiatan penelitian komoditas dan sumberdaya lahan
serta pengkajian teknologi pertanian, terutama dalam
merumuskan atau menyimpulkan hasilnya.
14.6 Peranan Iklim Dalam Dunia Pertanian
Perlu diketahui bahwa iklim merupakan salah satu faktor yang
sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena iklim mempunyai
peranan yang besar terhadap kehidupan rakyat Indonesia yang sebagian
besar penduduknya masyarakat agraris yang bergerak di sektor pertanian.
Sifat-sifat iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban udara,
intensitas radiasi matahari dan musim sangat berpengaruh terhadap
kehidupannya. Faktor-faktor iklim seperti cuaca dan iklim benar-benar
dipertimbangkan dalam mengembangkan pertanian. Kondisi suhu, curah
hujan dan pola musim sangat menentukan kecocokan dan optimalisasi
pembudidayaan tanaman pertanian.
Dalam bidang usaha pertanian, telah terbukti bahwa pengetahuan
dan pengenalan ciri, jenis dan tipe cuaca maupun iklim pada suatu tempat
menjadi prasyarat dalam pemilihan dan perencanaan tanaman serta pola
tanam yang sesuai pada suatu sistem usaha tani.iklim digunakan sebagai
kalender dalam menentukan musim tanam dan musim panen. Iklim juga
digunakan untuk menentukan varietas yang akan ditanam.
Misalnya suatu daerah memiliki iklim tropis, maka tentulah petani
harus memilih tanaman yang cocok dengan suhu panas. Dalam
menentukan musim tanam, iklim harus diprediksi. Misalnya,
diperkirakan akan datang iklim penghujan, maka petani bisa mendapat
keuntungan dengan menanam tanaman yang sesuai dengan kadar air
yang banyak.
Contoh lain adalah padi sangat cocok dibudidayakan di daerah
yang bersuhu udara panas dengan curah hujan yang cukup tinggi.
Tanaman hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan cocok
dibudidayakan di daerah sedang sampai sejuk dengan intensitas curah
hujan tidak setinggi pada tanaman padi.

99
Iklim adalah unsur utama dalam sistem metabolisme dan fisiologi
tanaman. Menentukan pola tanam, menentukan jadwal dan saat tanam,
management pertanian yang lebih efisien dan pertanian berkelanjutan.
Selain itu, pengetahuan tentang iklim dapat digunakan untuk membantu
para petani menggunakan lingkungan fisiknya dengan lebih efisien dalam
menuju tujuan utama memperbaiki produksi pertanian baik kualitas
maupun kuantitasnya.
Iklim merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting
dalam kegiatan operasional di bidang pertanian. Ada sebuah ungkapan
yang mengatakan “ Iklim menentukan apa yang dapat ditanam pada suatu
lahan sedangkan cuaca sangat menentukan apa yang dapat dipanen “.
Ungkapan ini menggambarkan bahwa iklim merupakan salah satu faktor
penentu utama yang berpengaruh untuk menentukan jenis tanaman dan
sistem usaha tani yang sesuai dengan produktivitas potensi suatu lahan,
sedangkan cuaca lah yang akan menentukan produksi aktual (hasil
panen) yang akan diperoleh.
Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan
dan hasil tanaman. Kondisi iklim yang optimum dapat menunjang
tanaman untuk berproduksi dengan baik, sebaliknya kondisi iklim yang
ekstrim dapat menurunkan produksi tanaman.
Pada hakekatnya bahwa mengelola cuaca dan iklim tidak mudah.
Namun demikian bukannya tidak dapat dikelola, tetapi sampai batas
tertentu cuaca dan iklim dapat dikelola agar dapat meningkatkan hasil
pertanian dan menekan sekecil mungkin risiko akibat iklim ekstrim.
Pengelolaan sumberdaya iklim yang baik dapat menentukan
keberhasilan di sektor pertanian. Pengelolaan sumberdaya iklim tersebut,
meliputi : penyesuaian tanaman dengan kondisi iklim, mengikuti
informasi prakiraan cuaca dan iklim, modifikasi iklim dan substitusi yang
pada akhirnya dengan harapan bidang pertanian dapat meminimalisir
kerugian yang akan diderita akibat perlakuan iklim maupun cuaca
sehingga dapat memaksimalkan hasil yang akan diperoleh nantinya.

100
BAB XV
ALAT-ALAT KLIMATOLOGI

15.1 Sistem Klimatologi Pertanian


Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari atmosfer yang menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya
serta interaksinya dengan permukaan bumi di bawahnya. Iklim dapat
didefinisikan sebagai ukuran statistik cuaca untuk jangka waktu tertentu
dan cuaca menyatakan status atmosfer pada sembarang waktu tertentu
(Hermawan, 2010). Pengamatan cuaca atau pengukuran unsur cuaca
dilakukan pada lokasi yang dinamakan stasiun cuaca atau yang lebih
dikenal dengan stasiun meteorologi. Tujuan dari stasiun meteorologi
adalah menghasilkan data meteorologis seragam dan data biologis dan
atau datadata yang lain yang dapat menyumbangkan hubungan antara
cuaca dan pertumbuhan atau hidup tanaman dan hewan. Lokasi stasiun
ini harus dapat mewakili keadaan pertanian dan keadaan alami daerah
tempat stasiun itu berada. Informasi meteorologi yang secara rutin
diamati antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah,
suhu dan kelengasan tanah pada berbagai kedalaman, curah hujan, dan
curahan lainnya, durasi penyinaran dan reaksi matahari
(Prawirowardoyo, 1996).
Dalam bidang pertanian, menurut Wisnubroto (2000) ilmu
prakiraan penentuan kondisi iklim atmosfer ini adalah untuk
menentukan wilayah pengembangan tanaman. Iklim mempengaruhi
dunia pertanian. Presipitasi, evaporasi, suhu, angin, dan kelembaban
nisbi udara adalah unsur iklim yang penting. Dalam dunia pertanian,
air, udara, dan temperatur menjadi faktor yang penting. Kemampuan
menyimpan air oleh tanah itu terbatas. Sebagian air meninggalkan tanah
dengan cara transpirasi, evaporasi dan drainase.
Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai
arti penting dan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian.

101
Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh BMG, mempunyai arti
dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan
pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama
perlu dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore
hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai
arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah. Jadi,
bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim
mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya (Hermawan,
2010).
15.2 Penetapan Stasiun
Stasiun meteorologi mengadakan contoh penginderaan setiap 30 detik
dan mengirimkan kutipan statistik (sebagai contoh, rata-rata dan
maksimum). Untuk yang keras menyimpan modul-modul setiap 15
menit. Hal ini dapat menghasilkan kira-kira 20 nilai dari hasil rekaman
untuk penyimpanan akhir disetiap interval keluaran (Elder et. al., 2009).
Klimatologi yang pengukurannnya dilakukan secara kontinyu dan
meliputi periode waktu yang lama paling sedikit 10 tahun, bagi stasiun
klimatologi pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah
hujan, suhu udara, arah dan laju angin, kelembapan, macam dan tinggi
dasar awan, banglash horizontal, durasi penyinaran matahari dan suhu
tanah (Colbo and Robert, 2009). Oleh karena itu persyaratan stasiun
klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun dan lingkungan sekitar yang
tidak mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat tetap
memenuhi persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat
mewakili (Neiburger, 1982).
15.3 Peralatan dan Cara Pengukuran
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai keadaan rata-
ratacuaca pada wilayah dan waktu tertentu.
1. Pengukur Radiasi Matahari.
a. Gun Bellani

102
Gun Bellani adalah alat yang digunakan untuk mencatat
intensitas cahayamatahari dan untuk mengukur pengembunan
di pagi hari. Intensitas cahayamatahari dihitung dari selisih
pembacaan skala dikalikan dengan konstantakemudian dibagi
21 yang dinyatakan dalam satuan kalori/cm2(Langley).
Radiasimatahari harian telah diukur secara rutin setiap hari
menggunakan Gun Bellani Pyranometer sejak tahun 1997
(Abbadie et al., 2006). Untuk mengukur intensitascahaya
matahari, Gun Bellani selalu diamati setiap pagi pada jam
07.00 waktusetempat (Tio, 2010). Gun Bellani yang terdapat di
taman alat BMKG KotaSemarang penggunaannya masih
secara manual. Keseluruhan cara kerja Gun Bellani
memerlukan tenaga manusia untuk mengoperasikannya, yaitu
dengan pemasangan alat di pagi hari, dan dibalik pada sore
hari kemudian dikembalikanagar permukaan air dalam tabung
mendekati nol (Kimei dan Khabongo, 2004).
b. Actinograph Bimetal
Actinograph Bimetal adalah alat yang digunakan untuk
mengukur radiasimatahari dan lamanya penyinaran matahari
(Hendayana, 2003). Alat inimenggunakan sensor bimetal
dengan satuan K Cal/cm2 (Langley). Lempenglogam bimetal
akan memuai apabila terjadi perubahan suhu panas dan pena
yang ada di dalam Actinograph Bimetal akan bergerak dan
melukis kertas pias karenaadanya perbedaan suhu. Keping
bimetal terdiri dari dua lempeng logam yang memiliki
perbedaan koefisien muai dan memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap perubahan suhu (Prasodjo et al., 2006). Prinsip kerja
alat ini adalah bila kedua lempengan logam berada pada
temperatur yang sama maka pena akan menunjukkan angka
nol. Lempengan yang berwarna hitam berukuran lebih panjang
karena menyerap panas apabila terkena radiasi matahari.

103
Diantara lempengan tersebut ada pena yang akan bergerak naik
turun. Besarnya intensitasradiasi matahari yang mengenai
lempengan logam berbanding lurus dengan perbedaan
temperatur logam dan perbedaan panjang yang akan
menggerakkan pena.
c. Campbell Stokes
Campbell Stokes adalah alat yang sering digunakan di
Indonesia untukmencatat lamanya penyinaran matahari dengan
mengamati durasi matahari bersinar setiap hari (Sutinkjo,
2005). Pada Campbell Stokes terdapat bola kacayang terbuat
dari kaca masip yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya
matahari hingga membias. Pengamatan sinar matahari
dilakukan mulai pukul 07.00. Prinsipkerja alat ini yaitu sinar
matahari yang jatuh pada sekeliling permukaan bola kaca pejal
akan difokuskan ke atas permukaan kertas pias sehingga akan
meninggalkan bekas terbakas yang menjadi petunjuk berapa
lama matahari bersinar. Sinarmatahari yang difokuskan pada
pias akan membakar dan meninggalkan berkas pada pias
(Prawirowardoyo, 2000). Bekas terbakar pada kertas pias
menunjukkan lamanya matahari bersinar di hari itu (Asri,
2013).

2. Pengukur Suhu Udara.


 Psikrometer Standar
Psikrometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur kelembabanrelatif udara. Psikrometer terdiri dari
thermometer bola basah dan thermometer bola kering,
thermometer maksimum dan thermometer minimum, serta
piche 5 evaporimeter yang digunakan untuk mengukur suhu
ruangan (Arief, 2012). Psikrometer diletakkan di dalam
bangunan berbentuk rumah berwarna putih yangdisebut

104
sangkar meteorologi. Hal ini bertujuan agar semua alat
terlindung dariradiasi surya dan hujan. Thermometer bola
kering menunjukkan suhu udara,sedangkan thermometer bola
basah digunakan untuk mencari kelembaban udaradengan
bantuan tabel. Kedua thermometer diletakkan secara
bersebelahan.Thermometer bola basah yang mengandung air
raksa dibalut dengan kain muslinagar selalu basah oleh air
murni, sedangkan thermometer bola kering dibiarkankering.
Pengukuran suhu diperoleh menggunakan thermometer bola
kering dalamsatuan derajat celcius, sedangkan thermometer
bola basah menunjukkankelembaban yang dinyatakan dalam
persen (Sunitra, 2011). Suhu dan kelembabanudara merupakan
unsur yang berpengaruh terhadap iklim. Iklim yang baik
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Kartasapoetra,
2004).
3. Pengukur Suhu Tanah.
 Termometer Tanah Gundul dan Bervegetasi
Thermometer tanah berumput merupakan thermometer
yang digunakanuntuk mengukur suhu tanah yang ditumbuhi
vegetasi. Thermometer tanah gunduldigunakan untuk
mengukur suhu tanah yang tidak ditumbuhi vegetasi.
Keduathermometer tersebut pada dasarnya sama, yang
membedakan hanya jenistanahnya yaitu tanah berumput dan
tanah gundul (Muldawati, 2013). Penggunaanthermometer
tanah berumput dan thermometer tanah gundul yaitu dengan
caraditanam pada tanah dengan kedalaman yang berbeda-beda
(Pardosi, 2013).Bagian-bagian alat thermometer tanah
berbentuk bengkok yang ditanam dalamtanah pada kedalaman
yang berbeda dengan kemiringan 45 derajat.
Thermometertanah yang berbentuk silinder disebut juga
thermometer berselubung logamdengan kedalaman 50 dan100

105
cm. Hal ini bertujuan untuk memperlambat perubahan suhu
ketika thermometer terbaca di udara. Thermometer tanah
sangat berkaitan dengan cuaca karena suhu dan kelembaban
menentukan kondisi cuaca pada suatu daerah (Gusniawati,
2012).
4. Pengukur Arah dan Kecepatan Angin.
a. Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan angindan tekanan angin yang biasanya dipakai pada
bidang Meteorologi dan Geofisikaatau stasiun prakiraan cuaca
(Azwar & Kholiq, 2013). Secara umum ada dua
jenisanemometer, yaitu anemometer yang mengukur kecepatan
angin (velocityanemometer) dan yang mengukur tekanan angin
(anemometer tekanan). Velocityanenometer merupakan
anemometer yang paling banyak digunakan. Salah satu
jenisnya adalah thermalanemometer atau lebih dikenal dengan
hot wireanemometer yaitu anemometer yang mengkonversi
perubahansuhumenjadi kecepatan angin. Kecepatan angin
adalah perpindahan udara tiap satuanwaktu dengan satuan
meter per detik atau meter per menit. Kecepatan
anginditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat
asal dan tujuan angin(sebagai faktor pendorong) dan resistensi
medan yang dilaluinya (Lakitan, 2004). Angin berbanding
lurus dengan tekanan udara.
b. Cup Counter
Cup Counter adalah salah satu tipe anemometer yang
berfungsi sebagai penangkap angin dan pemutar piringan
derajat yang kecepatannya bergantung darikecepatan angin
(Chotimah, 2010). Anemometer ini tergolong pressure
anemometer yang sering dipakai stasiun prakiraan cuaca
(As’ari, 2011). Anemometer ini hanya dapat mengukur rata-

106
rata kecepatan angin selama suatu periode pengamatan. Cup
Counter terdiri dari tiga buah cup (mangkuk) yangdipasang
simetris pada sumbu vertikal. Pada bagian bawah dari sumbu
vertikal inidikopel dengan rotor generator arus serah.
c. Wind Force
Wind Force adalah sebuah alat yang digunakan dalam
pengamatanklimatologi untuk mengukur kecepatan dan
tekanan angin sesaat sementara sertamenunjukkan ke arah
mana angin itu berhembus. Kecepatan angin sesaat dapatdilihat
dari gerakan lempeng logam. Semakin cepat angin berhembus
semakin cepat Wind Force bergerak (As’ari, 2013).
Pengukuran angin yang maksimal yaitu10 m (Azwar dan
Kholiq, 2013).
5. Pengukur Kelembaban Udara.
 Thermohygrograph
Thermohygrograph merupakan alat yang berfungsi untuk
mengukur suhudan kelembaban (Falahnsia, 2013). Alat ini
mencatat otomatis temperatur dankelembaban sebagai fungsi
waktu selama 24 jam. Bimetal pada Thermohygrograph
berbentuk spiral dan terpasang pada sumbu horizontal
yangterletak di luar kotak Thermohygrograph dan satu ujung
bimetal lainnya dipasang pada kotak dengan sekrup penyetel
halus, sehingga letak pena pada Thermohygrograph dapat
diatur. Ujung lain dihubungkan ke tangkai pena melaluisumbu
horizontal sehingga dapat menimbulkan track rekaman pada
kertas piasyang berputar selama 24 jam per rotasi. Jika
temperatur naik, ujung bimetalmenggerakkan tangkai pena ke
atas begitu juga sebaliknya. Sebelum dipakai,
Thermohygrograph harus dikalibrasi terlebih dahulu. Alat ini
harus ditempatkandalam sangkar apabila dipakai untuk
mengukur atmosfer. Satuan suhu pada Thermohygrograph

107
adalah Celcius (oC), sedangkan satuan
padakelembaban/Relative Humadity (RH) adalah (%) (Asri,
2013).
6. Pengukur Penguapan Air.
a. Open Pan Evaporimeter
Open Pan Evaporimeter adalah alat yang berfungsi untuk
mengukurevaporasi (Siswanti, 2011). Alat ini digunakan setiap
hari dan hasilnyadiakumulasikan dalam jangka waktu satu
bulan. Air dalam unsur mengibaratkan jumlah penguapan
udara yang terjadi. Evaporimeter adalah alat yang
digunakanuntuk mengukur kadar penguapan yang terjadi
selama 24 jam (Muldawati, 2013).
b. Piche Evaporimeter
Piche Evaporimeter adalah suatu alat untuk mencatat jumlah
penguapanevaporimate menggunakan perubahan tinggi air
dalam unsur (Rayner, 2006).Psikrometer standar terdiri dari
termometer bola basah dan termometer bolakering, termometer
maksimum dan termometer minimum, serta picheevaporimeter
(Arief, 2012). Air dalam unsur mengibaratkan jumlah
penguapanudara yang terjadi. Evaporimeter adalah alat yang
digunakan untuk mengukurkadar penguapan yang terjadi
selama 24 jam (Muldawati, 2013).
7. Pengukur Curah Hujan.
a. Ombrometer Observatium
Ombrometer tipe observasi termasuk alat pengukur curah
hujan secaramanual. Penakar ini terdiri dari corong (mulut
penampung air hujan) dengan permukaan horizontal. Jumlah
air hujan yang tertampung diukur dengan gelasukur yang telah
dikonversi dalam gelas ukur yang kemudian dibagi 10 karena
luas penampangnya 100 cm sehingga dihasilkan mm.
Pengamatan dilakukan sekalidalam 24 jam yaitu pada pagi

108
hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah hujan kemarin
bukan hari ini (Sofendi, 2000). Bagian dasar dari corong
tersebut terdiridari pipa sempit yang menjulur ke dalam tabung
kolektor dan dilengkapi dengankran. Jumlah air yang
tertampung dalam tabung diketahui bila kran dibukakemudain
air diukur dengan gelas ukur (Nugroho, 2012).
b. Ombrometer tipe Hellman
Penakar hujan Hellman merupakan penakar hujan otomatis.
Bila air hujanterukur 10 mm, siphon bekerja mengeluarkan air
dari tabung penampungandengan cepat, kemudian siap
mengukur lagi dan seterusnya. Terdapat pelampungyang
dihubungkan dengan jarum pena penunjuk yang secara
mekanis membuat pada garis pada kertas pias posisi dari tinggi
air hujan yang tertampung. Bentuk pias yang digunakan adalah
harian, karena garis yang dibuat pena tidak terlalurapat ketika
hujan lebat. Banyak data dapat dianalisa dari pias, tinggi hujan
harian,waktu datangnya hujan, dan derasnya hujan per satuan
waktu (Haryono, 2001).Ombrometer tipe Hellman termasuk
penakar hujan yang dapat mencatat sendiri.Penakar ini dapat
merekam berapa lama terjadinya hujan pada hari tersebut, dan
penghitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan jam
bekker yang diberi pena dan memutar kertas pias (Permana
et al., 2015). Pengamatan denganmenggunakan alat ini
dilakukan setiap hari pada jam tertentu.
8. Pengukur Kualitas Air Hujan.
 Automatic Rain Sampler
Automatic Rain Sampler merupakan alat untuk mengambil
sampel airhujan secara otomatis untuk deposisi basah dan
kering. Fungsi alat ini adalah untuk mengumpulkan sampel
yang mewakili keseluruhan kondisi air hujan awaluntuk
analisis kimia dengan cara mempertahankan kondisi kimia

109
yang terkandung dalam air hujan tersebut (Allan, 2004).
Sistem kerja Automatic Rain Sampler tersebut yaitu jika terjadi
hujan maka sensor akan memberikan trigger kepadasistem
kontrol untuk membuka tutup tempat penampungan air yang
digerakkan oleh motor listrik. Selama hujan penutup tersebut
tetap terbuka kemudian setelahhujan berhenti maka penutup
akan bergerak ke posisi semula. Sehingga air hujan yang
berada di tempat penakar penampungan tidak terkena kotoran
lain karena tertutup rapat (Nugroho, 2012).
9. Pengukur Kualitas Udara.
 High Volume Sampler
High Volume Sampler merupakan alat yang digunakan untuk
pengumpulan kandungan partikel melalui filtrasi sejumlah
volume udara diatmosfer dengan memakai vakum kapasitas
tinggi, dan dilengkapi dengan filterserta alat kontrol laju air
(Aprianti et al., 2010). HV-AS berfungsi untukmenghisap dan
memompa udara masuk maupun keluar melalui sistem alat.
Udaraterhisap melalui filter sehingga SPM / debu yang
mengambang di udara akanmenempel pada filter. Volume
udara terhisap dapat diketahui dengan Flowmeter. Waktu
operasi dilakukan selama 24 jam (Prayudi dan Sutanto, 2010).
Pengukur hujan manual dan otomatis :
(a) Alat Penakar Hujan Manual
Alat penakar hujan manual adalah alat penakar hujan
standar dimana pencatatan data curah hujan berlangsung secara
manual (tidak otomatis). Alat ini dibuat berupa tabung dalam
bentuk bulat memanjang arah vertikal dengan diamater tertentu.
Diameter dan ketinggian bidang penangkap air hujan dari
permukaan tanah bervariasi, tapi ukuran standar yang digunakan
adalah diameter 20 cm dan ketinggian 79 cm dari permukaan
tanah. Hujan yang tertampung dalam tabung selanjutnya diukur

110
volumenya, tetapi jika curah hujan melebihi kapasitas tabung,
maka data curah hujan tidak akan tercatat.
(b) Alat Penakar Hujan Otomatis
Alat penakar hujan otomatis adalah alat penakar hujan
dengan mekanisme pencatatan curah hujan otomatis (mencatat
sendiri) untuk data hujan yang diperoleh selama periode waktu
tertentu. Selain besarnya curah hujan dapat dicatat, besarnya
intensitas curah hujan dan lama waktu terjadinya hujan juga
tercatat.
Ada dua jenis alat penakar hujan otomatis yang banyak
digunakan yaitu (1) weighing bucket rain gauge dan (2) tipping
bucket.
1) weighing bucket rain gauge terdiri dari corong
penangkap air hujan yang ditempatkan di atas tabung
penampung air yang terletak di atas timbangan dan
dilengkapi dengan alat pencatat otomatis. Alat
pencatat atau pen pada timbangan dihubungkan ke
permukaan kertas grafik yang tergulung pada sebuah
tabung silinder. Dengan demikian, setiap ada air hujan
yang tertampung dalam corong akan mengalir
kedalam tabung pengukur yang terletak di atas
timbangan. Setiap ada penambahan air hujan kedalam
tabung maka timbangan akan bergerak turun. Gerakan
timbangan ini akan menggerakkan alat pencatat yang
terhubung dengan kertas grafik sedemikian rupa
sehingga perubahan volume air hujan yang masuk
dapat tercatat di atas kertas grafik. Setiap periode
waktu tertentu gulungan kertas grafik dilepaskan
untuk dianalisis dan secara periodik kertas grafik dan
tinta perlu diganti dengan yang baru.

111
2) Tipping bucke, alat ini lebih canggih, beroperasi
secara otomatis dan tidak memerlukan tinta atau
kertas untuk mencatat data curah hujan. Cara kerja
alat sesuai dengan namanya, yaitu dengan cara tipping
atau seperti cara kerja timbangan duduk dimana salah
satu bucket atau tabung penampung air bergerak ke
bawah setiap kali menampung air hujan. Dengan cara
ini, air hujan dihitung dan dicatat oleh alat pencatat
otomatik (logger) yang diletakkan terpisah dari alat
ukur tipping bucket. Pada alat tipping bucket tipe
Argio setiap "tipping" atau jatuhnya tabung setara
dengan 0.2 mm. Dengan mengetahui jumlah tipping
dan lama waktu hujan, maka dapat diketahui
intensitas hujan untuk setiap kejadian hujan.
Pencatatan data dilakukan dengan bantuan komputer
karena data hujan dan waku hujan tersimpan dalam
data logger.

112
BAB XVI
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Syarifuddin.1996. Sain Geografi 1 untuk SMU Kelas 1. Bumi Aksara :


Bandung.
Ashari, Sumeru. 1999. Agronomi dan Tanaman Hortikultura. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya : Malang.
Ashari, Sumeru. 2002. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Rineka Cipta :
Jakarta.
Bambang, S. 2000. Biologi. Erlangga : Jakarta.
Gesang. 2010. Hubungan Tekanan Panas Dan Beban Kerja Dengan Kelelahan
Pekerja. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Herlina, Ninuk. 2010. Modul Klimatologi. Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya : Malang.
Harrianto, Ridwan. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC
Subaris, H dan Haryono. 2008. Hygiene Lingkungan Kerja. Yogjakarta: Mitra
Cendekia Press.
Suma'mur, PK. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).
Jakarta: Sagung Seto.
Wahyuni, Sri. 2008. Pengaruh kompensasi, kemampuan dan lingkungan kerja
terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. DUWA ATMI
MUDA Kudus.
Sumber Internet :
https://id.wikipedia.org/wiki/Atmosfer_Bumi
https://lingkunganhidup.co/pengertian-pemanasan-global-penyebab-dampak/
http://samudraituluas.blogspot.com/2017/01/faktor-pengendali-iklim-beserta.html
https://www.gurupendidikan.co.id/iklim-adalah/
https://www.academia.edu/31404953/ALAT-ALAT_KLIMATOLOGI

113
http://materipelajaranterbaruipa.blogspot.com/2016/05/alat-untuk-mengukur-
curah-hujan-manual.html
http://klikgeografi.blogspot.com/2015/07/klasifikasi-iklim-lengkap-koppen.html
https://www.kajianpustaka.com/2018/03/pengertian-pengukuran-dan-
pengendalian-iklim-kerja.html
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/meteorologi/klasifikasi-iklim-koppen
http://staffnew.uny.ac.id/upload/11310860302467/pendidikan/METEOROLOGI
%20DAN%20KLIMATOLOGI,%20CHAPTER
%2010%20KLASIFIKASI%20IKLIM.pdf
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/meteorologi/klasifikasi-iklim-junghuhn
https://media.neliti.com/media/publications/139083-ID-pengaruh-perubahan-
iklim-terhadap-produk.pdf
http://ika-akmala.blogspot.com/2012/01/pengaruh-iklim-pada-produksi-
tanaman.html
https://blog.ruangguru.com/komponen-pembentuk-ekosistem
https://blog.ruangguru.com/interaksi-yang-terjadi-di-dalam-ekosistem
http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/Modul
%20PTT/Bawang_Merah/Agroekosistem.pdf
https://justkie.wordpress.com/2012/02/26/karakteristik-tanah-sebagai-media-
tumbuh-secara-umum-dan-secara-khusus-pada-jenis-
tanah-alfisol/
http://repository.uin-suska.ac.id/16492/7/7.%20BAB%20II_2018231PTN.pdf
https://www.tneutron.net/blog/pengelompokan-organisme-tanah/
https://www.forda-mof.org/files/Tekno_6.1.2013-4.EnnyWidyati.pdf
https://www.kompasiana.com/gadis_madadeta/55094ebe8133110865b1e15b/penti
ngnya-daur-ulang-sampah-organik
http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_15IPA.504051
2.pdf
http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_12IPA.504051
1.pdf
https://materiipa.com/ekologi-laut-tropis

114
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/pencemaran-air-sebab-dan-dampak-
kesehatan/
https://definisimu.blogspot.com/2019/07/definisi-udara.html
https://www.siswapedia.com/cara-menanggulangi-dan-mengatasi-pencemaran-
lingkungan-air-udara-tanah/
https://id.wikipedia.org/wiki/Iklim
https://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_iklim

115

Anda mungkin juga menyukai