Anda di halaman 1dari 9

Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum

Amandemen Maupun Sesudah Amandemen UUD


1945
By Putra Muhammad at Monday, January 02, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam pemerintahan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar tahun 1945
sangatlah penting. Karena di dalamnya memuat tugas dan wewenang lembaga
negara di Indonesia ini. Selain itu juga terdapat aturan-aturan, bentuk negara,
lambang, lagu kebangsaan dan lain-lain. Undang-undang dibuat harus sesuai
dengan keperluan dan harus peka zaman, artinya aturan yang dibuat oleh para DPR
kita sebelum di syahkan menjadi Undang-Undang sebelumnya harus
disosialisasikan dahulu dengan rakyat, apakah tidak melanggar norma- norma adat
atau melanggar hak – hak azazi manusia. Salah satu bukti bahwa Undang–undang
yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi zamanya adalah Undang-Undang
Dasar 1945. Oleh karena itu Undang-Undang Dasar tahun 1945 diamandemen
sebanyak 4 kali, yaitu pada tanggal 19 Oktober 1999 yang merupakan amandemen
pertama, tanggal 18 Agustus 2000 yang merupakan amandemen kedua, tanggal 10
November 2001 yang merupakan amandemen ketiga dan tanggal 10 Agustus 2002
yang merupakan amandemen yang terakhir atau amandemen keempat. Hal ini
dilakukan agar isi dari Undang-Undang Dasar tersebut bisa sesuai dengan
perkembangan zaman dan memperbaikinya, sehungga dapat menjadi dasar hukum
yang baik dan tegas. Dan dalam proses tersebut ada perbedaan antara sebelum
amandemen dengan yang setelah amandemen.

2. Tujuan
Tujuan yang dilakukan dalam penyususnan makalah ini adalah untuk mengetahui
perbedaan fungsi, tugas, dan wewenang lembaga Negara baik sebelum maupum
sesudah dilakukan amandemen Undang-Undang Dasar 1945.

BAB II
PEMBAHASAN

Negara adalah suatu organisasi yang meliputi wilayah, sejumlah rakyat, dan
mempunyai kekuasaaan berdaulat. Setiap negara memiliki sistem poitik, yaitu pola
mekanisme atau pelaksanaan kekuasaan. Sedangkan kekuasaan sendiri adalah hak
dan kewenangan serta tanggung jawab untuk mengelola tugas tertentu.

Pembagian kekuasaan pemerintah RI 1945 berdasarkan ajaran pembagian


kekuasaan atau yang disebut sebagai Trias Poltiica. Trias Politica adalah suatu
prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan yang baik, sebaiknya tidak diserahkan
pada orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan.  Ajaran ini
diajarkan oleh pemikir Inggris John Locke dan pemikir Perancis Montesquieu.
Menurut ajaran tersebut dijelaskan bahwa sistem pemerintahan dibagi menjadi tiga :
1.    Badan Legislatif 
Badan yang bertugas membentuk Undang-Undang
2.    Badan Eksekutif   
Badan yang bertugas melaksanakan Undang-Undang
3.    Badan Yudikatif 
Badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-Undang, memeriksa, dan
mengadilinya

Pembagian  kekuasaan pemerintahan seperti didapat garis-garis dalam susunan


ketatanegeraan menurut UUD 1945 adalah bersumber pada susunan
ketatanegaraan Indonesia asli yang dipengaruhi besar oleh pikiran-pikiran falsafah
negara Inggris, Perancis, Arab, AS, dan Rusia. Aliran-aliran itu oleh Indonesia
diperhatikan sungguh-sungguh dalam penguasaan ketatanegaraan ini, karena
semata-mata untuk menjelaskan pembagian kekuasaan pemerintahan menurut
konstitusi proklamasi. 
Di Indonesia pengaturan sistem ketatanegaraan diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945, Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah.
Sedangkan kewenangan kekuasaan berada di tingkat nasional sampai kelompok
masyarakat terendah yang meliputi MPR, DPR, Presiden dan Wakil Presiden,
Menteri, MA, MK, BPK, DPA, Gubernur, Bupati/ Walikota, sampai tingkat RT.
Lembaga-lembaga yang berkuasa ini berfungsi sebagai perwakilan dari suara dan
tangan rakyat, sebab Indonesia menganut sistem demokrasi. Dalam sistem
demokrasi, pemilik kekuasaan tertinggi dalam negara adalah rakyat. Kekuasaan
bahkan diidealkan penyelenggaraannya bersama-sama dengan rakyat. Pada kurun
waktu tahun 1999-2002, Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami empat kali
perubahan (amandemen). Perubahan (amandemen) Undang-Undang Dasar 1945
ini, telah membawa implikasi terhadap sistem ketatanegaraan Indonesia. Dengan
berubahnya sistem ketatanegaraan Indonesia, maka berubah pula susunan
lembaga-lembaga negara yang ada.

A.    SEBELUM AMANDEMEN UUD 1945


Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi dan
lembaga tinggi negara, serta hubungan antar lembaga-lembaga tersebut.  Undang-
Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat diberikan
seluruhnya kepada MPR (Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya
(distribution of power) kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu
Mahkamah Agung (MA), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Adapun kedudukan dan hubungan antar lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga


tinggi negara menurut UUD 1945 sebelum diamandemen, dapat diuraikan sebagai
berikut:

1.    Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 tidak dapat dirubah karena di dalam Pembukaan UUD 1945
terdapat tujuan negara dan pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia. Jika
Pembukaan UUD 1945 ini dirubah, maka secara otomatis tujuan dan dasar negara
pun ikut berubah.
2.    MPR
Sebelum perubahan UUD 1945, kedudukan MPR berdasarkan UUD 1945
merupakan lembaga tertinggi negara dan sebagai pemegang dan pelaksana
sepenuhnya kedaulatan rakyat. MPR diberi kekuasaan tak terbatas (Super Power).
karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan
MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang
menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.

3.    Mahkamah Agung


Mahkamah Agung (disingkat MA) adalah lembaga tinggi negaradalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman
bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-
cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.

4.    BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembagatinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan
lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan
diresmikan oleh Presiden. Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa
untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil
pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

5.    DPR
Tugas dan wewenang DPR sebelum amandemen UUD 1945 adalah memberikan
persetujuan atas RUU [pasal 20 (1)], mengajukan rancangan Undang-Undang [pasal
21 (1)], Memberikan persetujuan atas PERPU [pasal 22 (2)], dan Memberikan
persetujuan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara [pasal 23 (1)]. UUD
1945 tidak menyebutkan dengan jelas bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran dan pengawasan.
6.    Presiden
a)    Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR,
meskipun kedudukannya tidak “neben” akan tetapi “untergeordnet”.
b)    Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration
of power and responsiblity upon the president).
Artikel Terkait
 Pembahasan Lengkap Tentang Sistem Pemerintahan Parlementer UUDS
1950
 BUNYI PASAL 33 UUD 1945 SEBAGAI BERIKUT
 Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum Amandemen Maupun Sesudah
Amandemen UUD 1945
 Analisis UUD 1945 Sebelum Dan Sesudah Amandemen Pasal 1 s/d 18B

c)    Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga


memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif
(judicative power).
d)    Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
e)    Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai
presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.

B.    SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)
terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain
karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada
kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada
Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga dapat menimbulkan
mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara
negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya
lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat
dijelaskan sebagai berikut:  Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi
dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut
UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6
lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung
(MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

1.    BPK
a)    Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
b)    Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN)
dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD
dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
c)    Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
d)    Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen
yang bersangkutan ke dalam BPK.

2.    MPR
a)    Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara
lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
b)    Menghilangkan supremasi kewenangannya.
c)    Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
d)    Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden
e)    Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
f)    Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui
pemilu.

3.    DPR
a)    Posisi dan kewenangannya diperkuat.
b)    Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden,
sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah
berhak mengajukan RUU.
c)    Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
d)    Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.

4.    DPD
a)    Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya
utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR.
b)    Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.
c)    Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
d)    Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan
kepentingan daerah.

5.    Presiden
a)    Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat
sistem pemerintahan presidensial.
b)    Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
c)    Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
d)    Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
e)    Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
f)    Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil
presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai
pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.

6.    Kehakiman 
a.    Mahkamah Agung
1)    Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat
(1)].
2)    Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-
undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan Undang-
undang.
3)    Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
4)    Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara
dan lain-lain.

b.    Mahkamah Konstitusi


1)    Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the
guardian of the constitution).
2)    Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa
kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus
sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.
3)    Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh
Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga
mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif,
dan eksekutif.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :  
1.    Setelah amandemen UUD 1945 banyak perubahan terjadi, baik dalam struktur
ketatanegaraan maupun perundang-undangan di Indonesia.  
2.    Tata urutan perundang-undangan Indonesia adalah UUD 1945, UU/ Perpu, PP,
Peraturan Presiden dan Perda.  
3.    Lembaga-lembaga Negara menurut sistem ketatanegaraan Indonesia meliputi:
MPR, Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, dan Komisi Yudisial. Lembaga
pemerintahan yang bersifat khusus meliputi BI, Kejagung, TNI, dan Polri. Lembaga
khusus yang bersifat independen misalnya KPU, KPK, Komnas HAM, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai