BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
negara maju adalah penyakit pembuluh darah dan jantung. Pada tahun 2030
diperkirakan akan terjadi peningkatan angka menjadi 23.3 juta karena telah
dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta
Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke (Artikel
DepKes, 2017).
0,13% atau 229.696 orang dari total penduduk Indonesia dan Provinsi yang
masalah sosial ekonomi bagi keluarga pasien. Selain itu juga akan
2016). Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) memiliki tanda dan gejala
yang berhubungan dengan aktivitas fisik pada pasien. Pada pasien CHF tanda
dan gejala yang muncul diantaranya yaitu dyspnea, gelisah dan fatigue.
Dyspnea adalah gejala yang timbul pada penderita CHF dan sering keluhkan.
Menurut New York Heart Assosiation (NYHA) pada pasien CHF biasanya
Wendy; 2010). Dyspnea adalah suatu keadaan dimana usaha pasien untuk
meningkatkan usaha pernapasan. Kondisi ini dapat muncul saat istirahat atau
pasien dengan edema paru akut. Namun, dyspnea juga terlihat pada pasien
yang lebih banyak mengalami gagal jantung tipe kronis dan yang tidak
kronis saat istirahat atau dengan aktivitas minimal muncul tergantung pada
akan memperberat kondisi dari pasien CHF tersebut. Dalam pengobatan gagal
sering digunakan dalam terapi gagal jantung sudah disusun dalam tingkatan-
digitalis. saat ini hanya digoksin yang digunakan untuk terapi gagal jantung,
digoksin untuk pengobatan gagal jantung telah dilakukan selama kurang lebih
tetapi digoksin memiliki jendela terapi yang sempit dan kesalahan peresepan
digoksin dapat menambah risiko terjadinya efek samping obat. Saat ini telah
diketahui bahwa tidak semua pasien gagal jantung perlu diberikan digitalis,
beberapa indikasinya tidak tepat, bahkan ada tipe tertentu yang merupakan
kontra indikasi.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Sina Padang.
2. Tujuan Khusus
dengan CHF
f. Dokumentasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Defenisi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini
jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk
waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam
beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau
2. Etiologi
ruang, seperti stenosis katub aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan
ke ventrikel kiri.
b Aterosklerosis koroner
memompa.
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis
a Atrium
Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah
oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava
superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari
jantung sendiri. Dari atrium kanan kemudian darah di pompakan ke
ventrikel kanan. Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari
4. Patofisiologi
akan terjadi redistribusi cairan dan elektrolit (Na) melalui pengaturan cairan
oleh ginjal dan vasokonstriksi perifer dengan tujuan untuk memperbesar aliran
sirkulasi darah dalam badan belum juga terpenuhi maka terjadilah keadaan
gagal jantung. Sedangkan menurut Smeltzer (2002), gagal jantung kiri atau
gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah
oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan
akhir diastol dalam ventrikel kiri dan volume akhir diastole dalam ventrikel
kiri meningkat. Keadaan ini merupakan beban atrium kiri dalam kerjanya
untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu diastolik, dengan akibat terjadinya
aliran masuknya darah dari vena-vena pulmonal. Bila keadaan ini terus
berlanjut maka bendungan akan terjadi juga dalam paru-paru dengan akibat
terjadinya edema paru dengan segala keluhan dan tanda-tanda akibat adanya
tekanan dalam sirkulasi yang meninggi. Keadaan yang terakhir ini merupakan
hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi pompa darah untuk sirkuit paru
(sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel kanan itu terus bertambah, maka
beban tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi gagal jantung kanan,
sehingga pada akhirnya terjadi gagal jantung kirikanan. Gagal jantung kanan
dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel
kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didahului oleh gagal
jantung kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan dan
volume akhir diastol ventrikel kanan akan meningkat dan ini menjadi beban
atrium kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastol,
2002).
aliran masuknya darah dalam vena kafa superior dan inferior kedalam jantung
sistemik yang berat dengan akibat timbulnya edema tumit dan tungkai bawah
5. Manifestasi Klinik
Menurut Hudak dan Gallo (2000), Gejala yang muncul sesuai dengan
gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dan terjadinya di dada
tanda – tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan
3) Edema
7) Crackles paru
8) Disritmia
10) Dyspneu
11) Batuk
1) Peningkatan JVP
2) Edema
3) Curah jantung menurun
4) Disritmia
5) Kelemahan
6. Pemeriksaan Diagnostik
dinding.
membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis
h. Analisa Gas Darah (AGD) Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
yaitu :
b. Penatalaksanaan Keperawatan
2) Diet Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal.
mengurangi edema.
8. Komplikasi
(2002) :
a. Syok kardiogenik
oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40% atau lebih jaringan
otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena
b. Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana
alveoli.
dari kapiler.
dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik dan dialisis yang
tidak adekuat.
renin-angiotensin-aldosteron.
darah merah.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Usia
jantung. Selain itu, hal ini juga terjadi karena pada usia tua fungsi
2) Jenis Kelamin
Insiden CHF lebih sering terjadi pada perempuan karena Pada saat
b. Riwayat Kesehatan
d. Pola Nutrisi/Metabolisme
e. Pemeriksaan Fisik
4) Kepala
6) Dada
bantu pernafasan
7) Abdomen
8) Ektremitas
f. Pemeriksaan Diagnostik
metabolik.
4) Laktat : meningkat
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
kebutuhan oksigen
3. INTERVENSI
tambahan sebelum
perjalanan udara atau
perjalanan ke daratan tinggi
dengan cara yang tepat
13. anjurkan pasien dan
keluarga mengenai
penggunaan oksigen
dirumah
14. atur dan ajarkan pasien
mengenai penggunaan
oksigen dirumah
15. rubah kepada pilihan
peralatan pemberian
oksigen lainnya untuk
meningkatkan kenyamanan
dengan tepat
Terapi relaksasi
Aktivitas :
1. Gambarkan rasionalisasi
dan manfaat relaksasi sera
jensi relaksasi yang tersedia
2. Uji penurunan tingkat
energi saat ini
ketidakmampuan untuk
konsentrasi atau gejala lain
yang mengiringi yang
mungkin mempengaruhi
kemampuan kognisi untuk
befokus pada teknik
relaksasi
3. Tentukan apakah ada
intervensi relaksasi yang
sudah diberikan manfaat
4. Petimbangkan keingin
individu untuk
berpatisipasi , pilihan,
pengalaman masa lalu dan
konraindikasi sebelum
memilih strategi relaksasi
tertentu
5. Ciptakan lingkungan yang
tenag dan tanpa distraksi
dengan lampu yang redup
dan suhu lingkungan yang
nyaman, jika
memungkinkan
6. Dorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman dengan pakaina
longgar dan mata tertutup
7. Spesifikan isi intervensi
relaksasi
8. Dapatakan perilaku yang
menunjukan terjadi
relaksasi,misalnya bernafas
dalam,menguap,pernafasan
perut,atayu bayangan yang
menenangkan
9. Minta klien untuk rileks dan
merasakan sensasi yang
terjadi
10. Gunakan suara yang lembut
dengan irama yang lambat
untuk setiap kata
11. Tunjukana dan praktikan
teknik relaksasi pada klien
12. ]dorong klien untuk
mengulang praktek teknik
relaksasi,jika
memungkinkan
13. Antisipasi penggunan
relaksasi
14. Berikan informasi tertulis
mengenai persiapan
keterlibatan didadalam tenik
relaksasi
15. Dorong pengulangan teknik
praktik-praktik tertentu
secara berkala
16. Berikan waktu yang tidak
terganggu karena mungkin
saja klien tertidur
17. Dorong knotrol sendiri
ketika relaksasi dilakukan
18. Kembangkan kaset teknik
relaksasi untuk digunakan
individu dengan tepat
Pengaturan posisi
aktivitas :
1. tempatkan pasien diatas
matras atau tempat tidur
teraupetik
2. berikan matras yang lembut
3. dorong pasien untuk terlibat
dalam perubahan posisi
4. monitor status oksigen
5. berikan obat sebelum
membalikkan badan pasien
dengan tepat
6. masukkan posisi tidur yang
diinginkan kedalam rencana
keperawatan jika tidak ada
kontraindiksi
7. impbilisasi atau sokong
bagian tubuh yang terkena
dampak
8. tinggikan bagian tubuh yang
terkena dampak
9. dorong latihan ROM aktif
dan pasif
10. sokong leher pasien dengan
tepat
11. jangan tempatkan paien
pada posisi yang
meningkatkan nyeri
yang disukai
12) Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang
13) Bantu pasien atau keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
14) Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
15) Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
16) Monitor respon fisik, emosi,
sosial, dan spiritual
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M No RM : 010153
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Solok
Tanggal Masuk : 18-09-2019
Yang Mengirim : Datang Sendiri
Cara Masuk RS : IGD
Diagnosa Medis : CHF (Congestive Hearth Failure)
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien datang ke RSI Ibnu Sina Padang pada tanggal 18 September 2019
dengan alasan sesak nafas sejak siang, sesak bertambah ketika beraktivitas,
badan terasa lemah.
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak nafas, dan bertambah sesak ketika beraktivitas.
4. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 19 September 2019 klien
mengatakan sesak nafas, sesak bertambah ketika beraktivitas, badan
terasa letih, dan kepala terasa pusing. Wajah klien tampak lemas dan
kadang-kadang terlihat meringis. Klien mengatakan hal yang
memperberat sesak nafas nya yaitu ketika klien beraktivitas dan faktor
yang memperingan ketika klien tidak beraktivitas/klien istirahat. Klien
terlihat hanya berbaring di tempat tidur.
Pasien BAK ditoilet dibantu oleh keluarganya dengan warna urin kuning
jernih produksi ±300cc/24 jam. Pasien tidak mengeluhkan nyeri saat BAK.
Pasien mengatakan BAB terakhir pagi ini dengan karakter feses lembek
berwarna kuning. Riwayat hemoroid tidak ada. Pasien tidak mengalami diare
dan tidak terjadi perdarahan saat BAB.
9. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan biasa tidur 7-8 jam perhari dari pukul
21.00 sampai 05.00 kadang juga tidur siang selama lebih kurang 1 jam
Saat sakit : pasien mengatakan susah untuk memulai tidur karena nafas terasa
sesak sehingga pasien tidak nyaman dan susah untuk tidur.
10. Pola Kognitif –Persepsi
Pasien mengatakan kadang kepala terasa pusing, terdapat rasa kelemahan
pada bagian ekstremitas kiri, dan Ny. M memiliki riwayat stroke. Ukuran
atau reaksi pupil pasien isokor 2/2. Pasien tidak mengalami masalah dalam
pendengaran. Status mental pasien baik dengan kesadaran compos mentis,
orientasi pasien baik terhadap waktu dan ruang, dan memori pasien baik saat
ini maupun yang lalu juga baik. Pasien kooperatif selama berinteraksi.
Pada tanggal 20 September 2019 pasien masih mengeluhkan sesak nafas.
Pasien terlihat susah untuk bernafas, pasien tampak terpasang oksigen nasal
kanul 3L/i.
11. Pola Persepsi Diri/ Konsep Diri
Penampilan umum dan cara berpakaian pasien terlihat bersih, bau badan tidak
ada, kondisi kulit kepala terlihat bersih dan rambut beruban. Pasien masih
dibantu ADL oleh keluarga dan perawat.
12. Pola Keyakinan Nilai
Klien mengatakan semenjak klien mengalami stroke, klien tidak dapat
melakukan kegiatan pengajian disekitar lingkungan tempat tinggalnya karena
klien dalam keadaan lemah dan klien hanya dapat berdoa untuk
kesembuhannya, klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu ketika dirumah.
2) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 28x/menit
Suhu : 36,8oC
3) Pemeriksaan Head To Toe
a) Kepala
Warna rambut hitam dan terdapat sebagian uban, kulit kepala dan
rambut bersih, tidak ada benjolan di kepala.
b) Mata
Konjungtiva sedikit anemis (+), ikterik (-), bentuk pupil isokor,
respon pupil terhadap cahaya kanan/kiri : - / -
c) Hidung
Tidak terdapat polip, terdapat pernapasan cuping hidung, terpasang
oksigen nasal kanul 3L/i
d) Mulut
Tidak terdapat sekret, gusi dan gigi tidak terdapat perdarahan,
mukosa kering
e) Telinga
Bersih, tidak ada penumpukan serumen, simetris kanan/kiri, tidak
terdapat sekret
f) Leher
Reflek menelan (+), tidak terdapat benjolan, tidak ada kaku duduk,
tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
g) Dada
Paru-Paru
Inspeksi : Pergerakan kanan lebih tertinggal dari kiri, tidak terdapat
jejas, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi : fremitus kanan < kiri, tidak terdapat nyeri tekan, tidak
terdapat benjolan, terdapat udem paru pada hasil Rontgen
thorak
Perkusi : sonor seluruh lapang paru.
ANALISA DATA
DO :
Ny. M tampak sesak
Ny. M tampak sesak setiap
setelah beraktivitas
Akral pasien teraba dingin
CRT > 3 detik
Pasien tampak lemah
Pasien terpasang 02 kanul 3L/i
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 28x/menit
Suhu : 36,8oC
2 DS : Ketidakefektifan Hipoventilasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Penurunan curah jantung b.d peningkatan beban kerja jantung
2) Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoventilasi
C. INTERVENSI
DIAGNOSA NOC NIC
Penurunan curah Cardiac pump Cardiac Care
effectiveness Aktivitas Keperawatan :
jantung b/d Kriteria Hasil : Evaluasi adanya nyeri
1) Tanda vital dalam dada (intensitas, lokasi,
rentang normal dan durasi).
peningkatan beban
(tekanan darah, Catat adanya disritmia
nadi, dan jantung.
kerja jantung pernafasan). Catat adanya tanda dan
2) Dapat mentoleransi gejala penurunan
aktivitas, tidak ada cardiac output.
kelelahan. Monitor balance cairan.
3) Tidak ada edema Anjurkan untuk
paru, perifer, dan menurunkan stress.
tidak ada asites. Anjurkan untuk
4) Tidak ada meminimalkan aktivitas
penurunan
kesadaran. Vital Sign Monitoring
Aktivitas Keperawatan :
Ukur TD, nadi, suhu,
dan RR.
Ukur TD, nadi, RR
sebelum dan setelah
aktivitas.
Monitor sianosis
perifer.
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
Pola nafas tidak Respiratory status : Terapi Oksigen
Ventilation Aktivitas :
efektif b/d Indikator: Pertahankan kepatenan
hipoventilasi Tingkat pernafasan jalan nafas
dalam batas normal Siapkan peralatan
Irama pernafasan oksigen dan berikan
dalam batas normal melalui sistem
Kedalaman humidifier
Inspirasi dalam Berikan oksigen
batas normal tambahan seperti yang
Suara nafas diperintahkan
auskultasi dalam Monitor aliran oksigen
batas normal amati tanda tanda
jalan nafas paten hipoventilasi induksi
Volume tidal dalam oksigen
batas normal Sediakan oksigen ketika
Saturasi oksigen pasien dibawa atau
dalam batas normal dipindahk
Tidak ada retraksi Vital sign Monitoring
dinding dada Aktivitas :
Terapi relaksasi
Aktivitas :
Dorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman dengan pakaina
longgar dan mata
tertutup
Minta klien untuk rileks
dan merasakan sensasi
yang terjadi
Tunjukana dan
praktikan teknik
relaksasi nafas dalam
pada klien
Dorong klien untuk
mengulang praktek
teknik relaksasi,jika
memungkinkan
Berikan waktu yang
tidak terganggu karena
mungkin saja klien
tertidur
Pengaturan posisi
aktivitas :
Berikan matras yang
lembut
Kolaborasi pemberian
obat sebelum
membalikkan badan
pasien dengan tepat
Atur posisi pasien semi
fowler
Tanda
No.
tangan dan
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Hari/Tgl/Jam Evaluasi
nama
Kep
terang
1. Kamis/ 1 Mengukur TTV : TD, Kamis/ S = Ny. M mengatakan masih Ria Utami
Nadi, Suhu, Respirasi cepat lelah, nafas masih sesak
19-09-2019 19-09-2019 dan bertambah sesak ketika
Mengauskultasi nadi beraktivitas
09.20 wib (frekuensi, dan irama 09.35 Wib
jantung) O = Gambaran EKG : CHF FC
masih sesak
P = intervensi dilanjutkan :
mengkaji TTV sebelum dan
sesudah Aktivitas, mengatur
posisi semi fowler
P = Intervensi dilanjutkan
3. Kamis/ 3 Mengkaji kemampuan Kamis/ S = pasien mengatakan masih Ria Utami
pasien sejauh mana dapat sesak bila beraktivitas
19-09-2019 beraktivitas dan aktivitas 19-09-2019
yang dapat dilakukan tanpa 09.50 wib Pasien mengatakan badan masih
09.45 wib lemah
menambah beban kerja
jantung O = pasien tampak sesak, letih,
Mengkaji penyebab dan tidak bersemangat
kelemahan umum A = masalah belum teratasi :
Mengevaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
toleransi terhadap aktivitas
P = lanjutkan intervensi :
Berkolaborasi untuk
mengikutkan pasien rehabilitasi
jantung, memantau pola nafas
yang abnormal
Jum’at 1 Mengukur TTV sebelum Jum’at S = Pasien mengatakan masih Ria Utami
dan sesudah aktivitas : sesak bila beraktivitas berjalan
20-09-2019 mengukur RR sebelum 20-09-2019 menuju toilet
14.30 pasien berjalan kekamar 14.40
mandi dan sesudah kembali O = Pasien tampak sesak
dari kamar mandi RR sebelum beraktivitas : 24x/i
Mengatur posisi semi RR sesudah beraktivitas : 27x/i
fowler : meninggikan
tempat tidur bagian kepala A = Masalah belum teratasi :
30-45o Penurunan Curah Jantung
Mengkaji keadaan kulit P = Lanjutkan Intervensi :
(sianosis atau pucat):
Berkolaborasi dengan dokter
mengamati warna kulit dan
sesuai indikasi
membran mukosa bibir
Jum’at 2 Melakukan pengkajian Jum’at S : Pasien mengatakan masih Ria Utami
terhadap irama sesak ketika beraktivitas
20-09-2019 pernapasan. 20-09-2019
O : Pasien tampak sesak napas
14.35
Meninggikan kepala klien 14.40 setelah berjalan dari toilet
dengan mengatur posisi
tempat tidur 30-40o dan Posisi semi fowler
mengatur posisi klien. RR 24 x/i.
Mengajarkan klien latihan Oksigen kadang dipasang,
napas dalam kadang tidak
Memberikan oksigen A : Masalah belum teratasi :
tambahan melalui nasal Ketidakefektifan pola nafas
sesuai indikasi.
P : Lanjutkan intervensi :
pengaturan posisi dan pemberian
oksigen
Jum’at 3 Memantau pola nafas yang Jum’at S = Pasien mengatakan ketika Ria Utami
abnormal : sesak nafas beraktivitas sesak sudah
20-09-2019 (RR), dan adanya 20-09-2019 berkurang
14.45 pernafasan cuping hidung 14.47 O = RR : 24x/i
Berkolaborasi untuk
mengikutkan pasien Pasien tampak tidak memakai
rehabilitasi jantung
oksigen
P : lanjutkan intervensi :
Sabtu 1 Berkolaborasi dengan Sabtu S = Pasien mengatakan sesak Ria Utami
dokter pemberian obat : ketika berkativitas sudah
21-09-2019 21-09-2019 berkurang
Athor Vastatine 1x2 mg
14.35 Wib 14.45 Wib O = RR : 23x/i
Clopidogrel 1x75 mg
Pasien tidak terpasang Oksigen
Tanapres 1x5 mg
A : Masalah teratasi sebagian :
Concor 2x2,5 mg Penurunan Curah Jantung
Sprionolacton 1x100 mg P : Lanjutkan Intervensi :
Kolaborasi dalam pemberian
obat
Sabtu 2 Mengatur posisi pasien Sabtu S = pasien mengatakan sesak Ria Utami
semi fowler : meninggikan hanya kadang-kadang
21-09-2019 tempat tidur bagian kepala 21-09-2019
30-45o O = pasien tampak tidak
14.40 Wib 14.40 Wib terpasang Oksigen
P : intervensi dilanjutkan :
Sabtu 3 Membantu pasien ketika Sabtu S = pasien mengatakan ketika Ria Utami
berakivitas : misalnya beraktivitas sesak sudah
21-09-2019 menyisir rambut, berjalan 21-09-2019 berkurang
14.40 Wib menuju toilet 14.45 Wib O = pasien tampak tenang,
pernafasan dalam batas normal
RR : 23x/i
setelah beraktivitas
P = intervensi dilanjutkan :
memberikan bantuan ketika
pasien beraktivitas untuk
memenuhi kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo. 2002. Keperawatan Kritis. Edisi IV Vol. 1. Jakarta : ECG
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta :
EGC