Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR KEGAWAT DARURATAN PADA BY.NY.

D
DENGAN SYNDROM GAWAT NAPAS
DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Laporan Studi Kasus Disusun Untuk Memenuhi Target Pada Stase “GADAR”

Disusun Oleh :

Kharisma Rakhmah
22101800004

PRODI KEBIDANAN SARJANA DAN PENDIDIKANPROFESI BIDAN


Fakultas KedokteranUniversitas Islam Sultan Agung Semarang
Alamat: Jl.RayaKaligaweKm.4Semarang50112 POBox 1054
Telepon.(024) 6583584Faksimile:(024) 6581278
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. BAYI BARU LAHIR


1. Pengertian
Bayi Baru Lahir (BBL) adalah saat kelahiran sampai umur 1 bulan sedangkan masa
bayi adalah saat bayi umur 1 bulan sampai 12 bulan (Saifuddin, 2011; h.93).
Periode neonatal adalah periode kehidupan dari intra uteri ke ekstra uteri. Bayi Baru
Lahir normal adalah berat lahir bayi antara 2500-4000 gram cukup bulan, bayi langsung
menangis kuat, dan tidak ada kelainan kongenital (Prawirohardjo, 2009).
2. Adaptasi BBL Terhadap Lingkungan Luar Uterus
Transisi ke kehidupan ekstrauterin dimulai ketika tali pusat dipotong. Plasenta tida lagi
bekerja sebagai paru. Paru bayi mulai bekerja dalam pertukaran gas. Napas pertama
menyebabkan paru mengembang dan darah bersirkulasi melalui jantung, paru, dan seluruh
tubuh. Periode transisi berlangsung selama 1-12 jam. Waktu yang direkomendasikan untuk
menilai kesehatan neonatus.
a. Lakukan penilaian segera setelah lahir
b. Lakukan penilaian dalam 1-4 jam setelah lahir
c. Lakukan penilaian dalam waktu 24 jam pertama/sebelum dipulangkan.
Terdapat 3 fase transisi antara lain, yaitu :
a. Fase satu “periodereaktivitas” berlangsung 1-2 jam
b. Fase dua “periode tidur” berlangsung 1-4 jam setelah lahir
c. Fase tiga “periode reaktivitas kedua” yaitu 2-8 jam berikutnya (Soetjiningsih, 2012).
Agar transisi ke kehidupan ekstrauterin dapat berhasil, maka perubahan fisiologis berikut ini
harus terjadi pada sistem, antara lain :
a. Sistem Respirasi
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus mengatasi
resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali. Pada umur kehamilan 34-36
minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan
sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem
alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.Rangsangan
gerakan pernapasan pertama :
1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasimekanik)
2) Penurunan Pa02 dan peningkatan PaC02 merangsang kemoreseptor yangterletak
disinus karotikus (stimulasi kimiawi)
3) Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalam uterus(stimulasi
sensorik).
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain
adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih
sehingga tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik
dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum teratur.Apabila surfaktan
berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis,
dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena
adannya kelanjutan metabolisme anaerobik (Varney, 2008).
b. Sistem Sirkulasi Darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati,
sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung.Dari bilik kiri
darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh.Dari bilik kanan darah di pompa
sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.Setelah bayi lahir,
paru akan berkembang mengakibatkan tekanan-tekanan arteriol dalam paru menurun.
Tekanan dalam jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung kanan yang
mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional. Hal ini terjadi pada jam-
jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan
dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan biokimia (pa02 yang naik), duktus
arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada hari
pertama ialah 4-5 liter per menit / m2. Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah
yaitu 1.96 liter/menit/m2 karena penutupan duktus arteriosus (Cunningham, 2014).
c. Sistem Truktus digestivenus
Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan
orang dewasa.Pada neonatus traktus digestivenus mengandung zat yang berwarna
hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut meconium. Pengeluaran
mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk
dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivenus biasanya sudah terdapat pada
neonatus kecuali amilase pankreas.Bayi sudah ada refleks hisap dan menelan,
sehingga pada bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh sering terjadi akibat dari
hubungan oesofagus bawah dengan lambung belum sempurna, dan kapasitas dari
lambung juga terbatas yaitu < 30 cc (Varney, 2008).
d. Sistem Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa sehingga
metabolisme basal per kg BB akan lebih besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak.Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.Pada hari
kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.Setelah mendapat suhu <pada hari
keenam, energi 60% di dapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat (Saifuddin, 2011).
e. Sistem Hati
Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam
keadaan matur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar
untuk menghilangkan bekas penghancuran dalam peredaran darah. Setelah segera
lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein
dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang
walaupun memakan waktu yang lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi
baru lahir, daya detoksifikasihati pada neonatus juga belum sempurna,contohnya
peberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat
menimbulkan grey baby syndrome (Manuaba, 2010).
f. Sistem Urinaria
Pada sistem urinaria darah memperfusi ginjal bayi baru lahir untuk menstsimulasi
produksi urin. Ginjal nenonatus yang imatur tidak memiliki kemampuan yang memadai
untuk memekatkan atau mengencerkan urin sebagaimana yang diperlukan
(Prawirohadjo, 2009).
g. Sistem Imunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang
akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut
beberapa contoh kekebalan alami : Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi
saringan saluran nafas, Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus, Perlindungan
kimia oleh lingkungan asam lambung (Soetjiningsih, 2009).
Neonatus dilindungi dari sejumlah infeksi tertentu, sebgaian karena adanya
antibodi ibu yang bersirkulasi pada sistem janin hingga usia 4-6 bulan. Imunologi G
(IgG) melewati plasenta masuk ke janin hingga usia masih berada dalam kandungan.
Bayi yang mendapatkan ASI menerima antibodi dari air susu, termasuk IgE, IgA, IgM,
dan IgG (Varney, 2008).
3. Tanda Bahaya BBL
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak spesifik.
Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau
saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah
stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk. Tanda ini mencakup:
1) Tidak bisa menyusu
2) Kejang
3) Mengantuk atau tidak sadar
4) Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama>15 detik),
Frekuensi napas > 60 kali/menit
5) Merintih
6) Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
7) Sianosis sentral (Prawirohadjo, 2009).
4. Masalah Umum pada BBL
Masalah pada bayi baru lahir antara lain, yaitu :
1) Asfiksia
Asfiksia pada bayi baru lahir dikenal juga dengan asfiksia perinatal atau
neonartum. Kondisi ini terjadi ketika bayi kekurangan oksigen sebelum, selama, dan
setelah proses persalinan. Tanpa asupan oksigen yang cukup, jaringan dan organ tubuh
bayi akan mengalami kerusakan. Bayi yang mengalami asfiksia bisa
mengalami sianosis atau kondisi ketika kuku, biru, dan bibir tampak kebiruan. Selain
gejala yang telah disebutkan di atas, asfiksia pada bayi baru lahir juga ditandai dengan
detak jantung yang lambat, otot dan refleks yang lemah, kejang, kadar asam dalam
darah yang sangat tinggi (asidosis), dan cairan ketuban yang berubah warna menjadi
hijau.
Kondisi ini membutuhkan penanganan medis segera, karena semakin lama bayi
tidak mendapatkan cukup oksigen, akan semakin besar pula risikonya mengalami
kerusakan pada organ, seperti paru-paru, jantung, otak, dan ginjal ( Saifuddin, 2009).
2) Gangguan nafas
Sindrom gawat nafas adalah syndrome gawat nafas yang disebabkan defisiensi
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.Disebabkan
karena alveoli masikh kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang
sempurna karena dinding thorax masih leemah, produksi surfaktan
berkurang.Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-
paru menjadi kaku.Hal ini menyebabkan perubahan fisiologis pada paru (Cunningham,
2014).
3) Hipotermi / hipertermi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36ºC) pada
pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah
36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung paru dan kematian (Varney, 2008).
4) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir
kurang dari 2500 gram. Istilah BBLR sama dengan prematuritas. Namun, BBLR tidak
hanya terjadi pada bayi prematur, juga bayi yang cukup bulan dengan BB < 2.500 gram
(Manuaba, 2010).
5) Ikterus/hiperbiliruin
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dg konsentrasi bilirubin serum yg menjurus ke
arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dapat
dikendalikan. Ikterus adalah perubahan warna kulit dan sklera menjadi kuning akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinema). Pada bayi aterm ikterus
tampak jika konsentrasi bilirubin serum mencapai 85-120 μmol/L (myles,2009).
6) Infeksi / sepsis
Sepsis neonatorum adalah infeksi darah yang terjadi pada bayi yang baru
lahir.Infeksi ini bisa menyebabkan kerusakan di berbagai organ tubuh bayi.WHO
memperkirakan terdapat sekitar 3 juta bayi di seluruh dunia meninggal karena sepsis
neonatorum setiap tahunnya.Sepsis neonatorum umumnya disebabkan oleh infeksi
bakteri.Namun, pada kasus tertentu, sepsis neonatorum juga dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan jamur.Apabila tidak diobati, infeksi ini bisa menyebabkan kecacatan
hingga kematian pada bayi (Chris tanto, 2014).
7) Tetanus neonatonum
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang menyerang bayi baru lahir.
Bayi baru lahir berisiko tinggi terkena tetanus apabila ia dilahirkan dengan bantuan
peralatan persalinan yang tidak steril.   Pencegahan sejak dini dari tetanus neonatorum
lebih diutamakan dibandingkan pengobatan, karena tingkat kematian penderita tetanus
neonatorum sangat tinggi.Penyakit ini masih banyak ditemukan di daerah pedesaan
atau terpencil di mana fasilitas dan tenaga medis masih sulit untuk ditemui.
Penyebab utama tetanus adalah infeksi bakteri Clostridium tetani, yaitu bakteri
yang dapat menghasilkan racun yang dapat menyerang otak dan sistem saraf
pusat.Bakteri ini biasa ditemukan di tanah, debu, dan kotoran hewan.Bakteri C.
tetani bisa menginfeksi seseorang, termasuk bayi, melalui luka goresan, sobekan, atau
luka tusukan yang disebabkan oleh benda-benda yang terkontaminasi.Pada bayi yang
baru lahir, tetanus neonatorum terjadi akibat bakteri ini masuk ke dalam tubuh bayi
melalui praktik persalinan yang tidak higienis, seperti memotong tali pusar dengan alat-
alat yang tidak steril (Prawirohadjo, 2012).
8) Kejang
Kejang merupakan gerakan involunter klonik atau tonik pada satu atau lebih
anggota gerak. Biasanya sulit di kenali dan terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahunKejang
disebabkan oleh Serebral hipoksia, trauma lahir, malformasi kongenital, Metabolik,
Sepsis, Obat-obatan, Perubahan suhu yg cepat dantiba-tibademam (Victoria Goverment
Melbourne, 2010).
5. Ciri-Ciri BBL Normal
a. Ciri-ciri BBL normal Menurut Walsh (2008; h. 359-362).
1) Berat badan 2500-4000 gram, Panjang badan lahir 48-52 cm., Lingkar dada 30-38
cm, Lingkar kepala 33-35 cm .
2) Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit, kemudian menurun
sampai 120-140×/menit.
3) Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian menurun
setelah tenang kira-kira 40×menit.
4) Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup terbentuk
dan diliputi vernix caseosa,Kuku panjang .
5) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
6) Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), Testis
sudah turun (pada laki-laki).
7) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
8) Refleksmoro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti
memeluk.
9) Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas telapak tangan,
bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.
10)Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada pipi dan daerah
mulut Sudah terbentuk dengan baik.
11)Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
Tabel 1.1.Skor Apgar Bayi Baru Lahir
Tanda 0 1 2

Apperance Biru/pucat Badan bewarna merah Seluruh badan


muda, ekstremitas bewarna merah
bewarna biru muda

Pulse Tidak teraba Lambat, <100x/mnt >100x/mnt

Grimace Tidak ada Lambat, Meringis Menangis kuat

Activity Lemas/Lumpuh Gerakan sedikit/tungkai Tungkai baik,


fleksi reaksi melawan

Respiratory Tidak ada Lambat, irreguler Baik, Menangis


kuat

Sumber:Cristanto, 2014 ; hal.160.


Interpretasi:Nilai 1-3 asfiksia berat, Nilai 4-6 asfiksia sedang, Nilai 7-10 asfiksia
ringan.Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan 0, 1, dan 2 nilai tertinggi
adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut:
a. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik.
b. Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan
resusitasi
c. Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi
segera sampai ventilasi
b. Antropometri
Panjang bayi diukur dari ujung kepala sampai ujung tumit dengan keyakinan
bahwa kaki terektensi penuh, panjang tubuh kemudian digambarkan pada grafik
pertumbuhan yang dapat dibandingkan dengan berat badan untuk menentukan apakah
pertumbuhan telah tepat (panjang badan normal 48-52 cm), lingkar kepala didapatkan
dengan menggunakan pita pengukur yang dilingkarkan ke oksiput, pada bagian atas
telinga, dan pada bagian atas alis, lingkar dada diukur pada garis puting.
Normalnya lingkar kepala sedikit lebih besar dari lingkar dada, lingkar kepala harus
dibandingkan dengan ukuran sebelumnya, tetap ingat bahwa tanda mulding pada
kelahiran dapat mengganggu pengukuran peningkatan lingkar kepala dapat
menunjukkan tekanan intrakranial, lingkar kepala dan dada juga digambarkan pada
grafik pertumbuhan untuk mengetahui normal apa tidak, mengukur lingkar kepala bayi
normalnya 33-37cm.
Timbang berat badan bayi dengan mengunakan timbangan khusus untuk bayi.
Berat badan bayi normalnya 2500-4000 gram. Dalam minggu pertama berat badan bayi
menurun, kemudian naik kembali pada usia 2 minggu umumnya telah mencapai berat
lahirnya. Maksimal berat badan bayi turun adalah 10% untuk bayi lahir cukup bulan,
15% untuk bayi kurang bulan.
Suhu bayi dapat diukur melalui aksila atau rektum, atau melalui telinga dengan
elektronik. Suhu aksila normalnya 10C (lebih dingin dari suhu inti tubuh 36,50C - 37,50C).
Normalnya frekuensi pernafasan bayi 30-60x/menit ketika istirahat. Karena pernafasan
dan frekuensi jantung bayi normalnya berfluktasi ketika bayi berespon terhadap
berbagai stimulasi selama pemeriksaan, pemeriksaan harus berupaya untuk
menghitung frekuensi selama satu menit penuh (Walsh, 2007; h.368).
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (bayi tidak menangis) dan
pemeriksaan tidak harus berurutan.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan :
1) Lihat postur, tonus otot dan aktivitas.
2) Normalnya adalah posisi dan lengan fleksi dan bayi sehat akan bergerak aktif.
3) Lihat kulit dan nilai normalnya adalah wajah, bibir, dada harus bewarna merah muda
tanpa adanya kemerahan atau bisul.
4) Hitung pernapasan dan hitung tarikan dinding dada ke dalam ketika bayi sedang
tidak menangis. Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam yang kuat pada bayi
normal.
5) Lihat dan raba pada bagian kepala. Bentuk kepala kadang asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya hilang dalam 48 jam. Ubun-
ubun besar atau tidak menonjol, dapat sedikit menonjol saat bayi menangis.
6) Lihat bagian mulut, masukkan satu jari yang menggunakan sarung tangan kedalam
mulut, raba langit-langit bayi, bibir, gusi dan langit-langit utuh tidak ada bagian yang
terbelah.
7) Lihat dan raba perut dan lihat tali pusat bayi. Perut bayi datar, terba lemas, tidak ada
perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat atau
kemerahan sekitar tali pusat.
8) Lihat punggung dan raba tulang belakang bayi. Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
lubang dan benjolan pada tulang belakang.
9) Lihat ekstremitas hitung jumlah jari tangan dan jari kaki, lihat apakah kaki posisinya
baik atau bengkok kedalam atau keluar, dan lihat gerakan ekstremitas simetris atau
tidak.
10)Lihat lubang anus, hindari alat atau jari dalam pemeriksaan anus, tanyakan apakah
bayi sudah buang air besar apa belum, dan periksa apakah mekonium sudah keluar
apa belum selama 24 jam setelah lahir.
11)Lihat dan raba alat kelamin luar. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air
kecil. Pada bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina bewarna putih atau
kemerahan. Pada bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung penis. Pastikan
bayi sudah buang air kecil dalam waktu 24 jam setelah lahir.
12)Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya. Kepala dan bahan dalam
garis, wajah bayi menghadap payudara, ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya. Biar
bawah melengkung keluar, sebagian besar areolla berada didalam mulut bayi.
Menghisap dalam dan pelan kadang disertai berhenti sesaat (Kliegman RM, 2011).
6. Kebijakan Program Asuhan BBL
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan
kesehatan dasar, untuk mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelianan kesehatan pada
neonatus (Kemenkes RI, 2014; h. 66).
a. Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam).
b. Pada usia 6 – 48 jam (kunjungan neonatal 1).
c. Pada usia 3 – 7 hari (kunjungan neonatal 2).
d. Pada usia 8 – 28 hari (kunjungan neonatal 3) (Kemenkes RI, 2012; h. 16).
7. Asuhan Dasar pada BBL
a. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
1) Hangatkan Bayi
Langkah pertama dalam penatalaksanaan bayi baru lahir adalah menempatkan
dilingkungan yang hangat untuk meminimalkan kehilangan panas (Cunningham,
2012; h. 617).
2) Bersihkan Jalan Nafas
Neonatus mulai bernafas dan menangis segera setelah dilahirkan, hal ini
menunjukkan terjadinya pernafasan aktif. Dengan melakukan rangsangan fisik
seperti memegang neonatus selama pelahiran dan melakukan pembersihan jalan
udara/nafas, jika terdapat kesulitas akibat adanya mekonium dan bayi tidak aktif
dianjurkan melakukan instubasi trakea (Cunningham, 2012; h. 616 – 617).
3) Keringkan Tubuh Bayi Tanpa Membersihkan Verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks, karena verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk yang basah dengan handuk yang
kering (Kemenkes RI, 2010; h. 7).
4) Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat
a) Klem potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir, dan penyuntikan
oksitosin dilakukan sebelum tali pusat di potong.
b) Lakukan penjepitan ke – 1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepittan, takan tali pusat dengan dua jari
kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu. Lakukan penjepitan ke - 2 dengan
jarak 2 cm dari tempat jepitan ke – 1 ke arah ibu.
c) Pegang tali pusat diantara dua klem, satu tangan menjadi landasan tali pusat
sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
d) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
e) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin
0,5%.
f) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini
(Kemenkes RI, 2010; h. 9 – 10).
5) Inisiasi Menyusu Dini
Agar terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi setalah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap didada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi
menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu (Kemenkes RI, 2010;
h. 7).
Tabel 1.2. Tahapan IMD
Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan waktu
1 Bayi beristirahat dan melihat. 30- 40 menit pertama
Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa
2
jarinya ke mulut. 40 – 60 menit setelah
3 Bayi mengeluarkan air liur. lahir dengan kontak
Bayi menendang, menggerakkan kaki,bahu, kulit dengan kulit terus
4 lengan dan badannya ke arah dada ibu dengan menerus tanpa
mengandalkan indra penciumannya. terputus.
5 Bayi meletakkan mulutnya ke puting susu.

Sumber : Kemenkes RI, 2013.


6) Pencegahan perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka
semua bayi akan beresiko untuk mengalami perdarahan. Untuk mencegah, maka
pada semua bayi baru lahir, apalagi Bayi Baru Lahir Rendah diberikan suntikan
vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada
antero lateral pada paha kiri (Chris Tanto,2014).
7) Semua bayi di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama untuk dilakukan pemantauan sehingga mencegah
resiko terbesar kematian pada bayi baru lahir (Prawirohadjo, 2012).
8) Profilaksis Mata
Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada bayi dengan ibu
yang menderita penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidiasis. Pemberian
antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis.
Provilaksis mata yang sering di gunakan yaitu tetes mata silver 1 %, salep mata
eritromisin,dan tetrasiklin.
Salep mata atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera
setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir.
Pencegahan infeksi mata dianjurkan mengunakan salep mata antibiotik tetrasiklin
1% (Prawirohadjo, 2009; h.371).
9) Pemberian Imunisasi
Imunisasi hepatitis B peratam (HB 0 ) diberikan 1-2 jam setelah pemberian
vitamin K1 secara secara intramuskuler. Imunisasi hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan bayi (Saifuddin, 2009).
10)Pemberian Identitas
Semua bayi baru lahir di fasiliats kesehatan harus segera mendapatkan tanda
pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk melindungi
tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD. Gelang pengenal berisi
identitas nama ibu dan ayah, jam lahir, jenis kelamin (Kemenkes, 2013; h.15).
b. Asuhan Byi Baru Lahir Masa Pandemi Covid-19
1) Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi virus COVID-19 dikarenakan belum sempurna
fungsi imunitasnya.
2) Bayi baru lahir dari ibu yang BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 tetap
mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0 – 6 jam) yaitu pemotongan
dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), injeksi vit K1, pemberian
salep/tetes mata antibiotik, dan imunisasi Hepatitis B.
3) Bayi baru lahir dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19:
a) Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (Delayed Chord Clamping).
b) Bayi dikeringkan seperti biasa.
c) Bayi baru lahir segera dimandikan setelah kondisi stabil, tidak menunggu setelah
24 jam
d) TIDAK DILAKUKAN IMD. Sementara pelayanan neonatal esensial lainnya tetap
diberikan.
e) Bayi lahir dari ibu hamil HbsAg reaktif dan COVID-19 terkonfirmasi dan bayi
dalam keadaan.
4) Klinis baik (bayi bugar) tetap mendapatkan pelayanan injeksi vitamin K1 dan tetap
dilakukan pemberian imunisasi Hepatitis B serta pemberian HbIg (Hepatitis B
immunoglobulin kurang dari 24 jam).
5) Klinis sakit (bayi tidak bugar atau tampak sakit) tetap mendapatkan pelayanan injeksi
vitamin K1 dan tetap dilakukan pemberian HbIg (Hepatitis B immunoglobulin kurang
dari 24 jam). Pemberian vaksin Hepatitis B ditunda sampai keadaan klinis bayi baik
(sebaiknya dikonsultasikan pada dokter anak untuk penatalaksanaan vaksinasi
selanjutnya).
6) Bayi baru lahir dari ibu dengan HIV mendapatkan ARV profilaksis, pada usia 6-8
minggu dilakukan pemeriksaan Early Infant Diagnosis(EID) bersamaan dengan
pemberian imunisasi DPT-HB-Hib pertama dengan janji temu.
7) Bayi lahir dari ibu yang menderita sifilis dilakukan pemberian injeksi Benzatil Penisilin
sesuai Pedoman Neonatal Esensial.
8) Bayi lahir dari Ibu ODP dapat dilakukan perawatan RAWAT GABUNG di RUANG
ISOLASI KHUSUS COVID-19.
9) Bayi lahir dari Ibu PDP/ terkonfirmasi COVID-19 dilakukan perawatan di ruang
ISOLASI KHUSUS COVID-19, terpisah dari ibunya (TIDAK RAWAT GABUNG).
10)Untuk pemberian nutrisi pada bayi baru lahir harus diperhatikan mengenai risiko
utama untuk bayi menyusui adalah kontak dekat dengan ibu, yang cenderung terjadi
penularan melalui droplet infeksius di udara. Sesuai dengan protokol tatalaksana
bayi lahir dari Ibu terkait COVID-19 yang dikeluarkan IDAI adalah :
a) Bayi lahir dari Ibu ODP dapat menyusu langsung dari ibu dengan melaksanakan
prosedur pencegahan COVID-19 antara lain menggunakan masker bedah,
menjaga kebersihan tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi, dan rutin
membersihkan area permukaan di mana ibu telah melakukan kontak.
b) Bayi lahir dari Ibu PDP/Terkonfirmasi COVID-19, ASI tetap diberikan dalam
bentuk ASI perah dengan memperhatikan:
- Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan pembersihan
pompa setelah digunakan.
- Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah harus diperhatikan.
- Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi yang
sehat untuk memberi ASI.
- Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik), sehingga bayi
dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga persediaan ASI agar proses
menyusui dapat berlanjut setelah ibu dan bayi disatukan kembali. Jika
memerah ASI menggunakan pompa ASI, pompa harus dibersihkan dan
didesinfeksi dengan sesuai.
- Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke lokasi penyimpanan
harus menggunakan kantong spesimen plastik. Kondisi penyimpanan harus
sesuai dengan kebijakan dan kantong ASI harus ditandai dengan jelas dan
disimpan dalam kotak wadah khusus, terpisah dengan kantong ASI dari
pasien lainnya.
11)Ibu PDP dapat menyusui langsung apabila hasil pemeriksaan swab negatif,
sementara ibu terkonfirmasi COVID-19 dapat menyusui langsung setelah 14 hari dari
pemeriksaan swab kedua negatif.
12)Pada bayi yang lahir dari Ibu ODP tidak perlu dilakukan tes swab, sementara pada
bayi lahir dari ibu PDP/terkonfirmasi COVID-19 dilakukan pemeriksaan swab dan
sediaan darah pada hari ke 1, hari ke 2 (dilakukan saat masih dirawat di RS), dan
pada hari ke 14 pasca lahir.
13)Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan, pengambilan
sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Idealnya waktu pengambilan sampel dilakukan pada 48 – 72 jam setelah lahir. Untuk
pengambilan spesimen dari bayi lahir dari Ibu ODP/PDP/terkonfirmasi COVID-19,
tenaga kesehatan menggunakan APD level 2. Tata cara penyimpanan dan
pengiriman spesimen sesuai dengan Pedoman Skrining Hipotiroid Kongenital.
Apabila terkendala dalam pengiriman spesimen dikarenakan situasi pandemi
COVID-19, spesimen dapat disimpan selama maksimal 1 bulan pada suhu kamar.
14)Pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN1) dilakukan di fasyankes. Kunjungan
neonatal kedua dan ketiga dapat dilakukan dengan metode kunjungan rumah oleh
tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan
dengan kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya
pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.
15)Periode kunjungan neonatal (KN) yaitu :
a) KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat puluh delapan) jam
setelah lahir.
b) KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari setelah lahir.
c) KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari
setelah lahir.
16)Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI ekslusif dan
tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tercantum pada buku KIA).
Apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
apabila ditemukan tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.
Penggunaan face shield neonatus menjadi alternatif untuk pencegahan COVID-
19 di ruang perawatan neonatus apabila dalam ruangan tersebut ada bayi lain yang
sedang diberikan terapi oksigen. Penggunaan face shield dapat digunakan di rumah,
apabila terdapat keluarga yang sedang sakit atau memiliki gejala seperti COVID-19.
Tetapi harus dipastikan ada pengawas yang dapat memonitor penggunaan face
shield tersebut.
B. SUNDROME GAWAT NAPAS
1. Pengertian
RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan
tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap
atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik (Stark,2012).
RDS adalah suatu sindrom kegawatan pada pernafasan yang terdiri atas gejala
dispneu, pernafasan cepat lebih dari 60 kali permenit, sianosis, merintih pada saat
ekspirasi; terdapat retraksi pada suprasternal, interkostal dan epigastrium. Pada penyakit ini
terjadi perubahan paru yaitu berupa pembentukan jaringan hialin pada membran paru yang
rusak.Kerusakan pada paru timbul akibat kekurangan komponen surfaktan pulmonal.
Surfaktan adalah suatu zat aktif yang memberikan pelumasan pada ruang antar alveoli
sehingga dapat mencegah pergesekan dan timbulnya kerusakan pada alveoli yang
selanjutnya akan mencegah terjadinya kolaps paru. (Wong, 2010)
2. Etiologi
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi
surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia
kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab
defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes,
secsiocaesaria.(Bobak, Lowdermik.  2013)
Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk
menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang
paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul
segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat (Leiver, 2011) .
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur.Sindrom ini dapat
terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan
dengan penyebab sindrom ini.Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah
pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH) (Masjoer, 2012).

3. ManifestasiKlinis

Gejala utama Gawat napas / distress respirasi pada neonatus yaitu :


 Takipnea : laju napas > 60 kali per menit (normal laju napas 40 kali per menit)
 Sianosis sentral pada suhu kamaryang menetap atau memburuk pada 48-96 jam
kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik
 Retraksi : cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi
 Grunting : suara merintih saat ekspirasi
 Pernapasan cuping hidung (Prawirohardjo, 2013)

Tabel . Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes

Skor
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi napas < 60 /menit 60-80 /menit > 80/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan 02 walaupun diberi O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar tanpa
dengan stetoskop alat bantu
Evaluasi: < 3 = gawat napas ringan
4-5 = gawat napas sedang
> 6 = gawat napas berat (Mansjoer 2012)
4. Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan
oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna
kerana dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal
tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru
(compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal
meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis
respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap
mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna
kemerahan seperti hati.Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang
tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara
bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga
menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi
alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini.
Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma
dan keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan
pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari
darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah
lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir.
Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit
yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut
menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD) (Masjoer, 2012).

5. Pathways

(Bobak, 2013)
6. PemeriksaanDiagnostik
Pemeriksaan Kegunaan
Kultur darah Menunjukkan keadaan bakteriemia
Analisis gas darah Menilai derajat hipoksemia dan keseimbangan asam basa
Glukosa darah Menilai keadaan hipoglikemia, karena hipoglikemia dapat
menyebabkan atau memperberat takipnea
Rontgen toraks Mengetahui etiologi distress nafas
Darah rutin dan hitung jenis Leukositosis menunjukkan adanya infeksi
Neutropenia menunjukkan infeksi bakteri
Trombositopenia menunjukkan adanya sepsis
Pulse oximetry Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen
Sumber: Masjoer, 2012)

7. Komplikasi
Menurut wong (2010) terjadinya kompilkasi pad sidrom gawat nafas sebagai berikut ini :
a. Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :
1) Ruptur alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba2
memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi.
2) Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul
karena tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat
respirasi.
3) Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventricular
Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
4) PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi
dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.
b. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1) Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi
dengan masa gestasi 36 minggu.BPD berhubungan dengan tingginya volume dan
tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya
infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A.
2) Retinopathy premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan
masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
8. Penatalaksanaan
a. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar
tetap dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara meletakkan bayi dalam incubator.
Kelembapan ruangan juga harus adekuat.
b. Pemberian oksigen. Pemberian /oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena
berpengaruh kompleks pada bayi premature.pemberian oksigen yang terlalu banyak
dapat menimbulkan komplikasi seperti fobrosis paru,dan kerusakan retina. Untuk
mencegah timbulnya komplikasi pemberian oksigen sebaiknya diikuti dengan
pemeriksaan analisa gas darah arteri. Bila fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas
darah arteri tidak ada, maka oksigen diberikan dengan konsentrasi tidak lebih dari 40%
sampai gejala sianosis menghilang.
c. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah
yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis
metabolic yang selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3
secara intravena yang berguna untuk mempertahankan agar pH darah 7,35-7,45. Bila
tidak ada fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas darah, NaHCO3 dapat diberi
langsung melalui tetesan dengan menggunakan campuran larutan glukosa 5-10% dan
NaHCO3 1,5% dalam perbandinagn 4:1
d. Pemberian antibiotic. bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotic untuk mencegah
infeksi sekunder. dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 U/kgBB/hari
atau ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari.
e. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan
eksogen (surfaktan dari luar). Obat ini sangat efektif tapi biayanya sangat mahal
(Masjoer, 2012).
9. FokusPengkajian
Menurut Leiver (2011) fokus pengkajian RDS sebagi beriut ini :
a. Riwayat maternal
-   Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
-   Kondisi seperti perdarahan placenta
-   Tipe dan lamanya persalinan
-   Stress fetal atau intrapartus
b. Status infant saat lahir
-  Prematur, umur kehamilan
-   Apgar score, apakah terjadi aspiksia
-    Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar
c. Cardiovaskular
-    Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
-    Murmur sistolik
-    Denyut jantung dalam batas normal
d. Integumen
-   Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral
-     Pitting edema pada tangan dan kaki
-     Mottling
e. Neurologis
-     Immobilitas, kelemahan, flaciditas
-     Penurunan suhu tubuh
-     Pulmonary
- Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x )
-      Nafas grunting
-      Nasal flaring
-      Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
-      Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan persentase
desaturasi hemoglobin
-      Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea
f. Status Behavioral
-      Lethargy
g. StudyDiagnostik
-     Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma
dengan overdistensi duktus alveolar
-    Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
Data laboratorium
-     Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk
janin yang mempunyai predisposisi RDS)
   Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru
   Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
   Tingkat phosphatydylinositol
-    Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg,
saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 –
7,45-     Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel
alveolar yang rusak
C. KAJIAN JOURNAL
a. Data Subjektif
a. Kajian Jornal
Bayi laki-laki lahir dengan berat badan 1800 gram, PB 45 cm apgar score 5/6/7.
Bayi menangis setelah dilakukan resusitasi, pergerakan bayi tidak aktif dan menangis
lemah dan tidak ada kelainan bawaan.
b. Kajian Kasus
Nama Bayi : By.Ny.D
Umur Bayi : 6 Jam
Tanggal/jam lahir : 14-09-2020/ Pukul : 01.20 WIB/umur 6 Jam.
Bayi lahir spontan ditolong bidan, bayi menangis setelah dilakukan resisitasi dan hasil
nilai apgarnya 5/7/9.
b. Data Objektif
a. Kajian Jornal
Dari pemeriksaan fisik didapatkan BB sekarang 1.800 gram, PB 45 cm, Ballard
score 22 (usia gestasi 32 minggu), keadaan tampak sakit berat, kesadaran compos
mentis, suhu per aksila 36,9 oC, frekuensi denyut jantung 138 x/menit, frekuensi
pernapasan 64 x/menit, bayi tampak sianosis, pernapasan cuping hidung (+), retraksi
suprasternal dan subcostal, merintih (+) dengan stetoskop, pernafasan vesikuler (+/+).
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan hasil Hb: 16,8 gr/dl; leukosit:
24.400/ul; Trombosit: 255.000/ul; CRP: (-).
b. Kajian Kasus
Dari hasil pemeriksaan didapatkan yaitu Keadaan umum : lemah, kesadaran letargi, Nadi
Nadi 170x/mnt, Suhu 36,00OC, Pernapasan 68x/mnt, SPO2 70%. Dengan BB 2500 gram,
PB 50 cm. Hasil pemeriksaan fisik didaptkan wajah tampak pucat dan kebiruan, bibir pucat,
kuku dan telapak tangan teraba dingin, terdapat retraksidinding dada, pernapasan cepat
dan terdengan bunyi rintihan pada saat bayi bernapas, pada alat genetalia testis belum
turun. Hasil pemeriksaan labolatorium yairu pada pemeriksaaan Rongent Terdapat
gambaran hiperinflasi dada, infiltrat kasar yang menyebar di lapang paru-paru Efusi pleura
minimal,dan terdapat atelektasis di paru-paru.
c. Assesment
a. Kajian Jornal
Pasien didiagnosis dengan neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan post
Sectio Cesarea (SC) atas indikasi perdarahan ante partum et causa Plasenta Previa
Totalis dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan respiratory distress syndrome.
b. Kajian Kasus
Diagnosis Kebidanan By.Ny.D Cukup Bulan umur 6 Jam dengan Syndrome Gawat
Napas. Masalahnya adalah Letargi, Diagnosis Potensial yaitu Apneu dan
Bronchopneumony Displasia. Antisipasi Segera yaitu antara lain Pindahkan bayi
diruang NICU, Oksigenasi dengan target O2 88 – 92%, Beri cairan ruatan secara
parenteral 60 – 150 ml/Kg BB/Hari. Bila terjadi hiperfusi berikan ciran NaCl 0,9 % 10
ml/Kg BB dalam 30 menit, Berikan Antibiotik. Tindakan Segera yaitu Kolaborasi dengan
Dokter Spesialia Anak.
c. Planning
a. Kajian Jornal
Penatalaksanaan pasien pada kasus ini yaitu rawat inkubator untuk
mempertahankan suhu bayi 36,5%-37,5% 0C; Pasang CPAP dengan FiO2 30%; Penuhi
kebutuhan cairan 144 cc/ hari terdiri dari IVFD D10% 144cc. Diberikan obat- obatan
yaitu Injeksi Ceftazidime dengan dosis 90 mg/12 jam, Aminophilin dengan dosis loading
13 mg dan dosis maintenance 4,5mg/12 jam. Pemeriksaaan laboratorium darah dan
rontgen torakoabdominal bedside. Juga dilakukan monitor suhu, pernafasan, sesak,
saturasi.
b. Kajian Kasus
- Beritahu keadaan bayi kepada ibu dan keluarga
- Pindahkan bayi ke ruang NICU
- Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak
- Lakukan advis dokter
- Pasang nesting untuk mengatur posisi bayi
- Pantau tanda-tanda vital bayi dan suhu inkubator
- Ganti popok/pampers bayi apabila penuh atau ganti tiap 3-4 jam sekali.
- Pantau tanda-tanda vital bayi tiap 1 jam dan suhu ruangan inkubator
- Berikan surfactan dengan menggunakan tehnik INSURE/i-gelSA
BAB II
TINJAUAN KASUS
ASUHANKEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGI
PADA BY. NY. D DENGAN SYNDROME GAWAT NAPASDI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN
AGUNG SEMARANG

PENGKAJIAN
Tanggal : 14 September 2020
Jam : 09.00 WIB
Tempat : di Ruang NICU Rumah Sakitislam Sulan Agung Semarang
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama Bayi : By.Ny.D
Umur Bayi : 6 Jam
Tanggal/jam lahir : 14-09-2020/ Pukul : 01.20 WIB/umur 6 Jam
No. Register : 05568
Nama Ibu : Ny.D Nama Ayah : Tn.R
Umur : 23 th Umur : 25 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Smp Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Semarang Alamat : Semarang
2. Riwayat Kehamilan Ibu
- GPA : Ibu mengatakan kehamilan pertama, belum melahirkan, dan
belum pernah keguguran (G1P0A0).
- Umur kehamilan : 8 bulan 3 minggu (35 mingggu).
- ANC : 5 kali
Frekuensi :
TM I 1 kali umur kehamilan 2 bulan.
TM II 2 kali umur kehamilan 5 bulan dan 6 bulan.
TM III 2 kali umur kehamilan 7 bulan dan 8 bulan.
Tempat periksa : di PMB Rismawati
- Keluhan hamil muda : Tidak ada
- Keluhan hamil tua : Nyeri Punggung dan bengkak pada kaki dan tangan.
- Riwayat Kesehatan : Ibu mengatakan selama hamil trimestr II menderita penyakit
hipertensi dan ibu mengatakan didalam keluarganya terdapat riwayat penyakit Diabetes
Mellitus yaitu ibunya kandung dan terdapat riwayat kehamilan kembar yaitu suami.
3. Kebiasaan Waktu Hamil
a. Makanan : Tidak ada alergi terhadap makanan dan makanan beragam
seperti sayuran, nasi, ikan, telor, daging, ayam, jenis makanan seafood, tahu, tempe,
biskuit dll.
b. Obat-obatan/jamu : Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat selain yang
diberikan Bidan dan ibu mengatakan pernah mengkonsumsi jamu gendong.
c. Merokok : Tidak Merokok
d. Aktivitas : Melakukan aktivitas ibu rumah tangga seperti : menyapu,
mengepel, memasak, memcuci dan melakukan senam hamil dan yoga.
4. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Riwayat Persalinan : Ibu mengatakan datang ke Rumah Sakit pada pukul 22.55
WIB dan ketuban sudah pecah ngepyok pada pukul 22.50 dan perutnya sudah mulas
sejak 3 jam yang lalu pada pukul 19.00 WIB. dari hasil pemeriksaan bidan pada pukul
23.00 ibu sudah buka lengkap, kemudian dipimpin meneran selama 2 jam 20 menit bayi
lahir pada pukul 01.20 WIB dengan jenis kelamin laki-laki, ibu khawatir karena bayinya
tidak langsung menangis dan kulitnya bewarna kebiruan, setelah bayi ditangani oleh
bidan bayi menangis, kemudia IMD selama 1 jam. Setelah 4 jam ibu mengatakan
bayinya tidak mau menyusu dan wajahnya tampak kebiruan dan telapak tangan teraba
dingin.
b. Jenis persalinan : Spontan
c. Penolong : Bidan
d. Lama persalinan
Kala I : 0 jam, 50 menit
Kala II : 2 jam, 20 menit
Kala III : 0 jam, 15 Menit
Kala IV: 2 jam, 0 menit
e. Ketuban pecah
Pecah jam : 22.50 WIB
Jenis : Spontan / amniotomi
Warna : Keruh Bercampur Mekonium
Bau : Anyir dan Busuk
Jumlah : ± 500 cc
f. Komplikasi persalinan
Ibu : Tidak ada
Bayi : Asfiksia Sedang
B. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Letargi
Hasil Penilaian Selintas
Warna Kulit : Kebiruan dibagian perut dan dada.
Gerakan : Lemah
Tangisan : Bayi tidak menangis
Hasil APGAR SCORE
TANDA I II III
Apperance 1 2 2
Pulse 1 1 2
Grimace 1 2 2
Aktivity 1 1 2
Respirasi 1 1 1
Jumlah 5 7 9
c. Tanda-Tanda Vital
a. Nadi : 170x/mnt
b. Suhu : 36,00OC
c. Pernapasan : 68x/mnt
d. SPO2 : 70%
d. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat Badan : 2500 gr
b. Panjang Badan : 50 cm
c. Lingkar Kepala : 33 cm
d. Lingkar Dada : 32 cm
e. LiLA : 10 cm
e. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada caput succedanium, tidak ada cephal
hematom, dan ubun-ubun datar.
b. Rambut : Rambut tebal, bewarna hitam
c. Muka : Wajah tampak kebiruan, tidak kuning, tidak terlihat seperti wajah
mongoloid (syndrom down).
d. Mata : Simetris kanan dan kiri, konjungtiva merah muda, sklera tidak kuning,
tidak ada secret, tidak ada kelainan seperti mata juling dan katarak kongenital.
e. Hidung : Terdapat dua lubang hidung terlihat jelas, tidak ada secrtet, terdapat
pernapasan cuping hidung, dan tidak ada kelainan.
f. Mulut : Bibir bersih dan tidak kering, tampakkebiruan, tidak ada bibi sumbing,
lidah bersih, tidak ada lubang di pallatum, mulut tidak sulit untuk membuka, tidak ada
lendir sisa persalinan, reflek hisap lemah.
g. Telinga : Simetris kanan dan kiri, fungsi pendengaran baik, tulang rawan
terbentuk dengan baik, tidak ada serumen, terdapat lubang telinga, tidak ada vernik,
lanugo sedikit, dan tidak ada kelainan.
h. Leher : Pendek, kulit berlipat, vernik sudak bersih, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, ataupun kelenjar vena jugularis.
i. Dada : Pernapasan cepat dan terdapat rintihan pada saat bernapas, terdapat
retraksi dinding dada, tidak ada suara tambahan seperti ronchi, stidor, atau wheezing.
j. Perut : Perut datar, turgor kulit baik <1 detik, tidak kembung, tidak ada
pembesaran pada hati dan organ lainnya, tali pusat terbungkus kasa kering, tidak ada
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
k. Punggung : Rambut lanugo tidak terlihat, tidak ada pembengkakan, tidak ada
kelainan seperti spina bifida.
l. Genitalia : Testis belum turun, skrotum terdapat garis2 halus dan berkerut,
terdapat lubang pada ujung penis, BAK (+) Frekuensi 2 kali bewarna jernih.
m. Anus : Terdapat lubang anus, BAB (+) berupa mekonium, dan tidak ada
kelainan.
Eliminasi
- Miksi : Sudah / BAK 2 kali, warna jernih.
- Meconeum : Sudah / BAB mekonium bewarna hitam-kehijauan.
n. Ekstremitas :
1) Atas : Terdapat verniks, simetris kanan dan kiri, jari-jari lengkap, gerakan
lemah, kuku bewarna kebiruan, warna kulit tidak kuning, tidak ada fraktur clavicula
dan humerus, tidak ada kelainan seperti polidaktili, syndaktilli, brakidaktilli.
2) Bawah : Simetris kanan dan kiri, jari-jari lengkap, gerakan lemah, warna kulit
tidak kuning, kuku bewarna kebiruan, tidak ada kelainan seperti polidaktili, syndaktili,
brakidaktilli, dan tidak ada kelainan CTEV (congenital talipes equinovarus).
f. Pemeriksaan Refleks
1) Refleks Moro (+) : Lemah Tangan dan kaki terbuka, kemudian seperti gerakan
memeluk pada saat bertepuk tangan di depan bayi.
2) Refleks Rooting (-) : Tidak ada
3) Refleks Grasping (+) : Lemah
4) Reflek Plantar (-) : Tidak ada
5) Reflek Tonic Neck (-) : Tidak ada
6) Refleks Sucking (+) : Bayi menghisap lemah pada saat menyusu ibunya dan pada
saat memasukkan jari kedalam mulut bayi.
g. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(14 September 2020 pukul 09.05 WIB)
Pemeriksaan Rontgen :
Menunjukkan retikulargranular/ gambaran ground glass bilateral. Difus, air bronchograms
menunjukkan bronkiolus yang terisi udara didepan alveoli yang kolaps, dan ekspansi paru
yang jelek.
Terdapat gambaran hiperinflasi dada, infiltrat kasar yang menyebar di lapang paru-paru
Efusi pleura minimal,dan terdapat atelektasis di paru-paru.
Pemeriksaan Labolatorium :
Pemeriksaan Salih Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hema Rutin 5 Diff
Kadar Gula Darah 40 Mg/dl 50-60
Hemoglobin 17,6 g/dl 12,0-15,0
Eritrosit 4,97 jt/ul 4,0-5,1
Hematokrit 52,6 % 36-47
Trombosit 248 ul/3^10 150-400
Leokosit 25,6 ul/3^10 0,4-0,12
Netrofil L 48,1 % 50-70
Limfosit H 40,1 % 25-40
Monosit H 9,3 % 2-8
Eosinofil L 1,0 % 2-4
Basofil H 1,5 % 0-1
MCH H 35,4 Pg 27,0-31,0
MCHC 33,5 g/dl 33,0-37,0
MCV H 105,8 fL 79,0-99,0
RDW H 18,7 % 10,0-15,0
MPV H 11,3 fL 6,5-11,0
PDW 12,6 fL 10,0-18,0
ELEKTROLIT
Calsium 2,42 mmol/L 0,20-1,20
Kalium 4,8 mmol/L 0,0-0,40
Natrium L 132 mmol/L 0-0,75
Klorida 100 mmol/L 0-50
Magnesium H 1,1 mmol/L 0-50
Pemeriksan Gas Darah
Tekanan parsial karbon
70 mmHg 38-42
dioksida (PaCO2)
Tekanan parsial
62 mmHg. 75-100
oksigen (PaO2)
Bikarbonat (HCO3) 20 mEq/L. 22-28
PH 7,2 >7,3

C. ASSESMENT
1. Diagnosis Kebidanan
By.Ny.D Neonatus Kurang Bulan umur 6 Jam dengan Syndrome Gawat Napas.
2. Masalah
Letargi
3. Diagnosis Potensial
- Apneu
- Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Antisipasi Segera
- Oksigenasi dengan target O2 88 – 92%
- Beri cairan ruatan secara parenteral 60 – 150 ml/Kg BB/Hari. Bila terjadi hiperfusi
berikan ciran NaCl 0,9 % 10 ml/Kg BB dalam 30 menit.
- Berikan Antibiotik
4. Tindakan Segera
Lakukan kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak.
D. PLANNING
14 September 2020 Pukul 09.20 WIB
1. Beritahu keadaan bayi kepada ibu dan keluarga
2. Pindahkan bayi ke ruang NICU
3. Berikan Oksigenasi sebagai penanganan awal terhadap bayi
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak
5. Lakukan advis dokter
6. Pasang nesting untuk mengatur posisi bayi
7. Pantau tanda-tanda vital bayi dan suhu inkubator
8. Ganti popok/pampers bayi apabila penuh atau ganti tiap 3-4 jam sekali.
9. Pantau tanda-tanda vital bayi tiap 1 jam dan suhu ruangan inkubator
10. Berikan surfactan dengan menggunakan tehnik INSURE/i-gelSA
E. CATATAN IMPLEMENTASI
Jam Implementasi Jam Evaluasi
09.20 1. Memberitahukan kepada ibu mengenai 09.20 1. Ibu mengerti dan faham tentang keadaan bayinya
WIB kondisi bayinya bahwasannya bayi WIB saat ini.
mengalami syndrome gawat napas
dimana ketidakmampuan untuk usaha
napas pada bayi, sehingga bayi harus
dirawat secara intensif.
09.20 2. Memindahkan bayi ke ruang NICU 09.22 2. Bayi sudah di ruang NICU dan didalam inkubator.
WIB agar mendapatkan penanganan WIB
secara intensif.
09.22 3. Memberikan Oksigen kepada bayi 09.22 3. Oksigen nasal kanul sudah erpasang dihing bayi
WIB untuk penanganan awal dengan target WIB dan oxymetri di jempol kaki kanan bayi.
saturasi yaitu 88-92 % dan memasang
oxymetry di jempol kaki bayi untuk
menilai SPO2 pada bayi.
09.22 4. Melakukan kolaborasi dengan dokter 09.23 4. Kolaborasi sudah dilakukan dan dokter sudah
WIB spesialis anak melalui telpon WIB memberikan advis.
09.24 5. Memberikan advis dokter yaitu : 09.28 5. CPAP dan OGT sudah terpasang dan sudah
WIB - Memasang CPAP dengan FiO2 WIB diberikan surfaktan dan obat injeksi, beserta
30%. terpasang infus di kaki kiri bayi .
- Memasang OGT ukuran 8
untuk membersihkan residu
dalam lambunng dan
persiapan diit nutrisi.
- Memberikan dosis 3 hingga 4,5 ml
Kg/BB surfaktan (Beractant)
diulang setelah 6 jam sampai total
4 dosis dalam 48 jam.
- Memenuhi kebutuhan cairan 144
cc/hari yang terdiri dari IVFD
D10% 144 cc.
- Memberikan obat injeksi
Ceftazidime dengan dosis 90
mg/12 jam. Dan Aminophilin
dengan dosis loading 13 mg dan
maintenance 4,5mg/12 jam.
09.29 6. Memasang nesting untuk mengatur 09.30 6. Bayi sudah terpasang nesting
WIB posisi bayi menggunakan gulungan WIB
dua kain bedung dari bahan phlanyl
yang halus kemudian dibuat bulatan
dengan perekat plester tissue. Bulatan
bedung tadi diletakkan di atas kain dari
bahan phlanyl dengan ukuran 30x40
cm memiliki perekat di bawahnya,
bagian bawah dari bahan phlanyl
tersebut dibuat tali sebanyak dua
dengan ukuran 50 cm. Sehingga tetap
dalam posisi fleksi, hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi
perubahan posisi yang drastis pada
bayi yang dapat mengakibtkan
hilangnya banyak energi dari tubuh
neonatus.
09.30 7. Memantau tanda-tanda vital bayi pada 09.32 7. Hasil periksaan yaitu :
WIB tiap jam dan suhu ruangan inkubator WIB Jam Nx/mnt SC Px/mnt SpO2%
bayi 09.30 170 36,3 62 88
10.30 174 36,4 64 89
11.30 170 36,5 60 90
12.30 172 36,3 60 89
13.30 178 36,2 64 89
14.30 174 36,5 60 89
15.20 8. Mengganti popok/diapers bayi apabila 15.23 8. Diapers sudah diganti dengan yang baru.
WIB penuh dan bersihkan dengan tissu WIB
basah dari depan baru kebelakang,
dan mengganti diapers 3-4 jam sekali
untuk menjaga kebersihan area
genetalia pada bayi.
15.30 9. Memberikan surfactan kedua 15.33 9. Surfactan sudah diberikan melalui metode
WIB (Baractant) sebanyak 3-4 ml/kgBB WIB INSURE dengan endotracheal tube.
dengan menggunakan metode Hasil periksaan yaitu :
INSURE/i-gelSA dengan catatan - Nadi : 168x/mnt
tanda-tanda vital baik dan SPO2 bayi - Suhu : 36,48OC
88-92%. - Pernapasan : 59x/mnt
- SPO2 : 89%
15.30 10. Memberikan surfactan ketiga 15.33 10. Surfactan sudah diberikan melalui metode
WIB (Baractant) sebanyak 3-4 ml/kgBB WIB INSURE dengan endotracheal tube.
dengan menggunakan metode Hasil periksaan yaitu :
INSURE/i-gelSA dengan catatan - Nadi : 160x/mnt
tanda-tanda vital baik dan SPO2 bayi - Suhu : 36,48OC
88-92%. - Pernapasan : 58x/mnt
- SPO2 : 90%
CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL DAN JAM : 14 September 2020/ 21.00 WIB
TEMPAT : DI RUANG NICU
Subjektif Objektif Assesment Planning Jam Implementasi Jam Evaluasi
Pasien 1. KU : Lemah, 1.Diagnoisis Kebidanan 1. Pastikan Tanda- 21.00 1. Melakukan 21.00 1. Hasil pemeriksaan yaitu :
terpasang 2. Kesadaran : By Ny.d Neonatus Kurang tanda vital dan monitoring TTV tiap
CPAP dan Komposmentis Bulan Umur 18 Jam suhu inkobator. WIB 1 jam selama 24 WIB Monitoring TTV tiap 1 jam sudah dilakukan
tampak 3. TTV : dengan Syndrome Gawat jam, dengan hasil pada 11 jam awal dengan hasil :
lemah. a. Suhu : 36,4̊C Napas. 11 jam awal dan
b. Denyut jantung : memastikan suhu Jam Nx/mnt SC Px/mnt SpO2
163x/menit 2.Masalah : inkubator berada di 21.00 160 36,3 56 89
c. SPO2 : 90% suu 36,05-37,05 oC. 22.00 162 36,2 55 90
d. Pernafasan: Sianosis 23.00 162 36,6 54 88
64x/menit 00.00 160 36,6 55 94
Status present : 3.Diagnosis Potensial 01.00 161 36,5 57 91
Wajah tampak pucat dan - Apneu 02.00 162 36,7 56 87
bibir bewarna kebiruan, - BPD 03.00 160 36,6 58 90
ujung kuku kebiruan dan (Brochopulmonary
04.00 162 36,7 57 90
telapak tangan teraba Dysplasia)
- Pneumonia. 05.00 158 36,6 56 91
dingin.
06.00 159 36,6 54 92
Bayi bernapas cepat dan Antisipasi Segera
07.00 157 36,7 55 92
merintih, nafas sesak,
tidak ada retraksi dinding - Oksigenasi dengan 2. Berikan surfaktan 15/9/20 2. Memberikan 15/9/20 2. Surfactan sudah diberikan melalui metode
dada dan terdapat target O 2 88 – 92% ke empat pada surfactan keempat INSURE dengan endotracheal tube.
pernapasan cuping - Pasang CPAP jika gagal bayi dengan 03.30 (Baractant) 03.30 Hasil periksaan yaitu :
hidung. pasang ventilator atau metode INSURE. sebanyak 3-4
nHFOV. WIB ml/kgBB dengan WIB - Nadi : 160x/mnt
kedua tangan lemah,
- Beri cairan rumatan menggunakan - Suhu : 36,48OC
terpasang infus di kaki
secara parenteral 60 – metode INSURE/i- - Pernapasan: 58x/mnt
kiriIVFD D10% 144 cc.
150 ml/Kg BB/Hari. Bila gelSA dengan - SPO2 : 90%
BAB (+), BAK (+).
Pemeriksaan Penunjang terjadi hiperfusi berikan catatan tanda-tanda
vital baik dan SPO2
ciran NaCl 0,9 % 10 bayi 88-92%.
Pemeriksaan Rontgen ml/Kg BB dalam 30 3. Bersihkan badan 15/9/20 3. Membersihakan 15/9/20 3. Diapers bayi sudah diganti dengan yang baru
Infiltrat dibagian paru-paru menit. bayi dengan air badan bayi dengan beserta tempat tidurnya sudah dibersihkan.
kanan, hiperinflasi hangat 05.30 air hangat 05.35
4.Tindakan Segera menggunakan menggunakan
Pemeriksaan LAB waslah beserta WIB waslah dan WIB
- Kadar gula darah : 42 Konsultasi Dokter Spesialis mengganti diapers mengganti diapers
mg/dl Anak. bayi dan tempat dengan baru,
- Hemoglobin : 16,8 tidurnya. memberikan minyak
gr/dl telon pada badan
- Hematokrit : 50 % bayi agar hangat
- Trombosit : 255.00/ul dan harum, serta
- Leukosit : 24.400/ul membersihkan dan
mengganti kain
P.Gas Darah : tempat tidur bayi.
- Tekanan parsial 4. Berikan dukungan 15/9/20 4. Memberikan 15/9/20 4. Ibu dan suami mencoba untuk tetap tegar dan
karbon dioksisa dan semangat dukungan dan semangat.
(PaCO2) : 60 mmHg pada orang tua 05.37 semangat pada 05.37
- Tekanan parsial bayi. orang tua dan
oksigen (PaO2) : 58 WIB keluarga dan selalu WIB
mmHg untuk berfikir posisif.
- PH : 7,3 5. Berikan 15/9/20 5. Memberikan penkes 15/9/20 5. Ibu dan suami mengerti dan faham dan
pendidikan tentang syndrom mencoba tetap tegar dan berfikir positif
kesehatan gawat napas yaitu mengenai kesembuhan bayinya.
mengenai konsisi 08.05 08.20
bayinya. WIB Bahwasannya WIB
sindrome gawat napas
sangat sering terjadi
apabila bayi lahir
kurang bulan atau
umur kehamilan <9
bulan, karena paru-
paru bayi untuk
menghasilkan zat yang
bernama surfaktan
belum sempurna.
Surfaktan sangan
penting dalam paru2
karena surfaktan dapat
mempertahankan agar
alveoli tetap
mengembang dan
tidak mengalamikolaps
pada saat bayi
bernapas untuk
pertama kalinya
diluaruterus.
Sehingga bayi
dengan kondisi
syndrome gawat napas
memerlukan
perawatan intensiv
sampai paru2 bayi
matang dan bayi dapat
bernapas tanpa
adanya alat bantuan.
Apabila bayi tidak
segera ditngani dapat
memperburuk keadaan
dan dapat meninggal
karena tidak adanya
pasokan oksigen
didalam paru2 bayi.
Karena bayi sudah
mendapatkan
perawatan intensiv ibu
dan keluarga tetap
berdoa dan berfikir
positif mengenai
kesehatan bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermik.  2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.Jakarta :
EGC
Leifer, Gloria. 2011. Introduction to maternity & pediatric nursing. Saunders
Elsevier : St. Louis Missouri
Perwawirohardjo, Sarwano. 2013. Ilmu KeSbidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Mansjoer. (2002). Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.: EGC.
Wong. Donna L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai