Anda di halaman 1dari 11

Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.

I (2017) 1-11 |1

MOTIVASI KADER DAN KELENGKAPAN PENGISIAN KARTU


MENUJU SEHAT BALITA DI KABUPATEN KUDUS
IkaTristantia,*, Indah Risnawatia, b
a, b
STIKESMuhammadiyah Kudus
*ikatristanti@stikesmuhkudus.ac.id
indahrisnawati@stikesmuhkudus.ac.id

Abstrak
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan oleh
keadaan gizi yang buruk. Di Indonesia, saat ini tercatat 4,5% dari 22 juta balita atau 900 ribu balita di
Indonesia mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak.
Status gizi balita di Jawa Tengah tahun 2012 menunjukkan status gizi kurang sebesar 4,88% dan gizi
buruk sebesar 0,06% .Kabupaten Kudus tahun 2013 terdapat 3,74% balita menderita gizi kurang dan
0,76% gizi buruk. Penggunaan Kartu Menuju Sehat(KMS) untuk memantau pertumbuhan balita sangat
efektif dan bermanfaat untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan seperti gizi kurang ataupun gizi
buruk. Pengisian KMS dilakukan oleh kader kesehatan. Hasil survei pendahuluan dengan wawancara
yang mendalam kepada 10 kader posyandu pada bulan Desember 2016 di Kabupaten Kudus, diperoleh 4
kader (40%) lengkap dalam pengisian KMS dan 6 kader (60%) tidak lengkap dalam pengisian KMS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi kader terhadap kelengkapan pengisian
Kartu Menuju Sehat di Kabupaten Kudus. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan
rancangan cross sectional. Tempat penelitian ini di Posyandu Kabupaten Kudus pada bulan Januari 2017.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 39 kader yang bertugas mengisi KMS. Teknik pengambilan
sampel dengan accidental sampling.Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan uji univariat dan
bivariat dengan menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh motivasi kader
dengan kelengkapan pengisian Kartu Menuju Sehat. Hendaknya kader kesehatan lebih diberikan
kesempatan untuk mengikuti pelatihan tentang posyandu dan pengisian KMS. Selain itu, insentif yang
diberikan kepada kader lebih ditingkatkan lagi.
Kata kunci : Motivasi, Kader, Kartu Menuju Sehat

Abstract
The World Health Organization (WHO) estimates that 54% of child deaths are caused by poor
nutritional status. In Indonesia, there are 4.5% from 22 million children less than 5 years or 900 thousand
children less than 5 yearsin Indonesia suffered malnutrition or poor nutrition, and there are resulted more
than 80% from childhood deaths .Nutritional status of children in Central Java in 2012 showed that
malnutrition status is 4.88% and malnutrition is 0.06% .Kudus Regency in 2013 has 3.74%toodlerunder
five suffer from malnutrition and 0.76% severe malnutrition. The use of Kartu Menuju Sehat (KMS) to
monitor the growth of children is very effective and useful for detecting the presence of growth disorders
such as malnutrition or poor nutrition. Charging KMS is done by health workers/ health cadre. The results
of preliminary survey with in-depth interviews to 10 cadres Posyandu in December 2016 in Kudus,is
there are four cadres (40%) complete in charging KMS and 6 (60%) did not complete in charging KMS.
The purpose of this study was to determine the effect of the motivation of cadres in completeingKartu
Menuju Sehat in Kudus. The study was observational analytic with cross sectional design. This study
place at Kudus District in January 2017. The population in this study is the total 39 cadres and their duty
to fill KMS. The sampling technique is accidental sampling. Furthermore, the data obtained were
analyzed by univariate and bivariate using SPSS version 20. The results of this study are there is no
motivational effect cadre completeness Kartu Menuju Sehat. Health workers should be given the
opportunity to attend training on posyandu and charging KMS. In addition, the incentives for the cadres
can be added and developed. Top of Form
Key words: Motivation, cadres, KMS

I. PENDAHULUAN yang paling pesat dibandingkan dengan


Masa balita merupakan masa kelompok umur lain, masa ini tidak terulang
pertumbuhan dan perkembangan berat badan sehingga disebut window of opportunity,
2 | Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 1-11

untuk mengetahui apakah balita tumbuh dan kali, dan sebanyak 65% (sekitar 12 juta)
berkembang secara normal atau tidak, balita memiliki KMS (Depkes RI, 2010).
penilaian tumbuh kembang balita yang Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu
mudah diamati adalah pola tumbuh kembang yang memuat kurva pertumbuhan normal
fisik, salah satunya dalam mengukur berat anak berdasarkan indeks antropometri berat
badan balita (Soetjiningsih, 2002). Perubahan badan menurut umur. Dengan KMS
berat badan merupakan indikator yang sangat gangguan pertumbuhan atau resiko kelebihan
sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga
Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dapat dilakukan tindakan pencegahan secara
dari yang seharusnya, pertumbuhan anak lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya
terganggu dan anak beresiko akan mengalami lebih berat (Depkes RI, 2010). Kartu Menuju
kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan Sehat (KMS) merupakan suatu kartu atau alat
berat badan lebih besar dari yang seharusnya penting yang digunakan untuk memantau
merupakan indikasi resiko kelebihan gizi pertumbuhan dan perkembangan anak
(Depkes RI, 2010). (Soetjiningsih 1995). Kartu Menuju Sehat
Badan kesehatan dunia (WHO, 2011) (KMS) yang ada untuk saat ini adalah KMS
memperkirakan bahwa 54% kematian anak balita, yaitu kartu yang memuat grafik
disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Di pertumbuhan serta indikator perkembangan
Indonesia, saat ini tercatat 4,5% dari 22 juta yang bermanfaat untuk mencatat dan
balita atau 900 ribu balita di Indonesia memantau tumbuh kembang balita pada
mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan setiap bulannya, dari anak sejak lahir sampai
mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak berusia 5 tahun (Depkes RI, 1996). Dengan
(Kemenkes,2012). Hasil Riskesdas (2010), demikian Kartu Menuju Sehat (KMS) dapat
menunjukkan pravelensi gizi kurang menjadi diartikan sebagai raport kesehatan serta gizi
17,9% dan gizi buruk menjadi 4,9%, artinya pada balita.Bentuk dan pengembangan
kemungkinan besar sasaran pada tahun 2014 KMS ditentukan oleh rujukan atau standar
sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,5% antropometri yang dipakai, tujuan
untuk gizi buruk dapat tercapai. pengembangan KMS serta sasaran
Status gizi balita di Jawa Tengah tahun pengguna. KMS di Indonesia telah
2012 menunjukkan status gizi kurang sebesar mengalami 3 kali perubahan. KMS yang
4,88% dan gizi buruk sebesar 0,06% (Dinkes pertama dikembangkan pada tahun 1974
Provinsi Jawa Tengah, 2012). Kabupaten dengan menggunakan rujukan Harvard.
Kudus tahun 2013 terdapat 3,74% balita Pada tahun 1990 KMS revisi dengan
menderita gizi kurang dan 0,76% gizi buruk. menggunakan rujukan dari WHO-NCHS.
Prevalensi status gizi kurang-buruk terbesar Pada tahun 2008 KMS balita di revisi
berada di Puskesmas Undaan yaitu sebesar berdasarkan standar antropometri WHO
17,56% dengan 14,24% gizi kurang dan tahun 2005, yang telah membedakan antara
3,32% gizi buruk sehingga termasuk dalam KMS untuk laki-laki dan perempuan. KMS
keadaan rawan gizi (Dinkes Kabupaten ini juga untuk mengetahui keadaan gizi
Kudus, 2013). dan mengenali apakah seorang anak
Pada saat ini pemantauan pertumbuhan tumbuh normal.
merupakan kegiatan utama posyandu yang Kartu menuju Sehat di Indonesia saat ini
jumlahnya mencapai lebih dari 260.000 yang memakai beberapa standar baku, salah
tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Hasil satunya menurut baku WHO-NCHS dimana
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang keadaan status gizi baik berada pada warna
dikutip dari Peraturan Menteri Kesehatan hijau/hijau tua,gizi kurang pada warna
tahun 2007 Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 kuning, gizi buruk dibawah garis merah dan
Tentang pengunaan KMS bagi balita gizi lebih berada jauh diatas warna hijau
menunjukkan bahwa sebanyak 74,5 % (>10%baku ). Ibu adalah orang yang paling
(sekitar 15 juta) balita pernah ditimbang dekat dengan balita dan diharapkan
minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, mempunyai pengetahuan yang memadai
60,9% di antaranya ditimbang lebih dari 4 mengenai tumbuh kembang anak serta dapat
Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 1-11 |3

mengatasi permasalahan gizi. Dengan sarana air sederhana.Melakukan program


melihat grafik pertumbuhan berat badan anak dana sehat, pos kesehatan desa, dan berbagai
dari bulan ke bulan pada KMS, seorang ibu program kesehatan lainnya.
dapat mengetahui dan secara dini dapat Kartu Menuju Sehat sudah digunakan di
segera melakukan tindakan penanggulangan Indonesia sejak tahun 1970-an sebagai alat
sesuai dengan pengetahuan dan sikap yang di untuk memantau pertumbuhan anak dibawah
miliki oleh ibu, sehingga keadaan gizi yang umur 5 (lima) tahun (Balita). Pada tahun
memburuk dapat dicegah dan 2010 Kementrian Kesehatan telah
mempertahankan gizi baik tetap baik. Semua menerbitkan sebuah Peraturan Menteri
informasi atau data yang diperlukan untuk (PERMENKES) Nomor :
pemantauan balita, pada dasarnya bersumber 155/Menkes/Per/I/2010, tentang Penggunaan
dari data penimbangan berat badan balita Kartu Menuju Sehat bagi balita.
yang didapat setiap bulan saat balita di bawa Pendokumentasian KMS sangat penting
ke posyandu. Hasil penimbangan selanjutnya baik bagi ibu balita maupun petugas
diisikan ke dalam KMS untuk dinilai naik kesehatan karena sebagai media edukasi bagi
(N) dan tidak naiknya (T). Ada tiga bagian orang tua balita tentang kesehatan anak
penting dalam pemantauan pertumbuhan balitanya dan sebagai sarana komunikasi
yaitu : kegiatan penimbangan yang terus yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan
menerus dilakukan setiap bulannya, kegiatan untuk menentukan penyuluhan dan tindakan
mengisikan data berat badan anak ke dalam pelayanan kesehatan gizi serta dapat
KMS, serta ada penilaian naik atau turunnya membantu deteksi dini adanya
berat badan anak sesuai dengan arah garis penyimpangan tumbuh kembang balita,
pertumbuhannya(Depkes. RI, 2002).Tiga selain dicatat dalam KMS, pencatatan juga
kegiatan tersebut dilakukan oleh kader dilakukan pada buku rekapitulasi pemantau
kesehatan. Batasan pengertian kader status gizi balita (Depkes RI, 2000).
kesehatan menurut Departemen Kesehatan Dari hasil pengamatan dan wawancara
RI di bidang Direktorat Bina Peran Serta dengan bidan dan kader posyandu pada
Masyarakat yaitu kader kesehatan adalah dokumen KMS ditemukan 50%
warga dari masyarakat lingkungan setempat ketidaklengkapan dalam pengisian, mereka
yang dipilih masyarakat dan juga ditinjau menyatakan bahwa mengetahui tujuan dari
oleh masyarakat serta dapat bekerja dengan pengisian KMS dan tahu akibat jika KMS
sukarela.Fungsi kader adalah mampu tidak diisi dengan lengkap, dengan alasan
melaksanakan sejumlah kegiatan yang ada di mereka hanya menulis dari apa yang
lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan diobservasi saja, dan apa yang dianggap
sifatnya sederhana akan tetapi juga harus penting saja, apabila pada saat pertama
berguna untuk masyarakat dan kelompok. pasien datang tidak ditulis dengan lengkap
Adapun berbagai macam kegiatan yang dapat maka bidan akan kesulitan apabila pasien
dilakukan oleh kader kesehatan, melakukan kunjungan kembali dalam
misalnya:Pemberian obat cacing, diare, mengambil keputusan apabila terdapat
larutan gula garam, dan lain-lain.Melakukan masalah dalam menentukan tumbuh
kegiatan penimbangan bayi dan balita serta kembang balita dan sta sus gizi balita.
memberikan penyuluhan tentang gizi
masyarakat secara rutin. Melakukan Penyelenggaraan posyandu memerlukan
adanya para kader kesehatan yang bertugas
pemberantasan terhadap berbagai penyakit
menular, mendata kasus kesehatan, untuk mengelola segala kegiatan yang ada.
Salah satu peran penting kader posyandu
memberikan laporan mengenai vaksinasi,
pendistribusian obat atau alat kontrasepsi KB, adalah memberikan motivasi kepada ibu
khususnya yang mempunyai balita, agar
juga pemberian berbagai bentuk penyuluhan
tentang pentingnya Norma Keluarga Kecil selalu rutin tiap bulan menimbangkan
anaknya ke posyandu (Rusmi, 2008). Kader
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).Memberi
dan membimbing materi kesehatan tentang posyandu juga dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang cukup tentang tugas dan
lingkungan, pembuatan jamban keluarga dan
tanggung jawabnya, seperti cara
4 | Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 1-11

penimbangan, pengisian KMS dan pemberian Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah


makanan tambahan. Penyelenggaraan Tangga (SKRT) susenas 2001, hanya 46,6%
posyandu juga dapat berjalan dengan baik kader posyandu yang pernah mendapat
jika para kader memiliki motivasi yang tinggi. pelatihan tentang KMS(Pusat penelitian dan
Kader yang memiliki pengetahuan baik dapat pengembangan Depkes RI, 2001).
berperan serta untuk meningkatkan kualitas Hasil penelitian Suliasih tahun 2013
pelayanan posyandu, salah satunya didapatkan informasi bahwa di Posyandu
pengetahuan tentang pengisian KMS. Sedap Malam Wilayah Kerja Puskesmas
Pengetahuan yang cukup tentang pengisian Colomadu I didapatkan hasil 55%
KMS berpengaruh terhadap kepatuhan kader ketidaklengkapan penulisan pada kolom
dalam pengisian KMS. Apabila pengetahuan identitas anak dan orang tua, dan 45%
kader kurang maka akan berdampak pada tidak dituliskan pada kolom pemberian ASI
ketidaklengkapan pengisian KMS. Motivasi eksklusif.
seorang kader sangat penting karena akan Hasil survei pendahuluan dengan
mempengaruhi kemauan kader untuk bekerja wawancara yang mendalam kepada 10 kader
keras dalam menyelesaikan pekerjaannya dan posyandu pada bulan Desember 2016 di
pencapaian produktivitas kerja yang tinggi. Kabupaten Kudus, diperoleh 4 kader (40%)
Motivasi kader sebagai daya pendorong yang lengkap dalam pengisian KMS dan 6 kader
membuat kader mengembangkan kreativitas (60%) tidak lengkap dalam pengisian KMS.
dan menggerakkan segala kemampuannya Dampak jika kader tidak mengetahui
demi mengoptimalkan pelayanan posyandu. mekanisme pencatatan KMS maka akan
Peran serta masyarakat tentu sangat kesulitan untuk menentukan status
penting untuk bisa menekan angka kejadian pertumbuhan dan perkembangan anak.
gizi buruk pada balita. Diperlukan kesadaran Rumusan masalah dalam penelitian ini
yang tinggi dari tiap keluarga untuk menjaga adalah adakah pengaruh motivasi kader
kesehatan anggota keluarganya. Ibu dengan kelengkapan pengisian Kartu Menuju
memegang peran yang penting dalam hal ini, Sehat di Kabupaten Kudus?
mengingat ibulah pendidik dan pengasuh
utama bagi anaknya. Satu hal yang sederhana II. LANDASAN TEORI
tetapi sering dilupakan oleh para ibu dan A. Motivasi Kader
kader kesehatan adalah Kartu Menuju Sehat Motivasi merupakan kekuatan yang
(KMS). Posyandu melakukan pemantauan menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang
pertumbuhan dan perkembangan anak merangsang perilaku tertentu dan respon
melalui grafik berat badan dan mencatatnya instrinsik yang menampakkan perilaku-
pada KMS (Kartu Menuju Sehat). Kartu perilaku manusia (Swanburg, 2006).
Menuju Sehat (KMS) merupakan kartu yang Motivasi merupakan upaya untuk
memuat kurva pertumbuhan normal anak menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun
berdasarkan indeks antropometri berat badan pembangkit tenaga pada seseorang atau
menurut umur (Kemenkes, 2010). KMS juga kelompok masyarakat yang mau berbuat dan
berfungsi sebagai alat penyuluhan gizi bekerjasama secara optimal melaksanakan
kepada ibu-ibu yang memiliki anak balita sesuatu yang telah direncanakan untuk
(bawah lima tahun). Seperti ditulis oleh mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Mudjianto (2001), KMS sebagai alat (Notoadmodjo, 2007). Motivasi dapat timbul
penyuluhan gizi masih belum efektif. dari dalam individu atau datang dari
Ketidakefektifan ini terjadi karena masih lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah
rendahnya pemahaman kader posyandu dan motivasi yang datang dari dalam diri sendiri,
ibu balita terhadap arti dari grafik bukan pengaruh dari lingkungan. Perilaku
pertumbuhan anak. Rendahnya pengetahuan yang dilakukan dengan motivasi yang tinggi
kader untuk memberikan nasehat gizi kepada maka akan menghasilkan kepatuhan yang
ibu balita ikut berpengaruh juga terhadap tinggi (Asnawi, 2007). Tingginya motivasi
kekurangefektifan KMS. ini juga dimiliki kader di Desa Pucangan dan
Kelurahan Kartasura yang berdampak pada
Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 1-11 |5

kepatuhan kader dalam pengisian KMS. BPS Blitar (nilai p<0,05). Penelitian Sari
Seseorang yang memiliki intelegensi dan (2008) juga menunjukkan ada hubungan
tingkat pendidikan yang semakin tinggi, yang signifikan antara motivasi kerja bidan
semakin aktif dalam berbagai kegiatan dalam pelayanan antenatal dengan kepatuhan
posyandu dan secara sadar pula dalam pendokumentasian kartu ibu hamil di
melakukan perbuatan untuk memenuhi Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung (nilai
kebutuhan tersebut. Sebaliknya seseorang p = 0,001).
yang memiliki intelegensi dan tingkat Motivasi dapat timbul dari dalam individu
pendidikan yang rendah, akan kurang aktif atau datang dari lingkungan. Motivasi yang
pula dalam kegiatan posyandu. terbaik adalah motivasi yang datang dari
Kader yang memiliki motivasi tinggi juga dalam diri sendiri, bukan pengaruh dari
membutuhkan pengetahuan dan informasi lingkungan.Perilaku yang dilakukan dengan
yang jelas, sehingga kader harus patuh dalam motivasi ekstrinsik penuh dengan
pengisian KMS. Pengetahuan yang baik kekhawatiran, kesangsian, apabila tidak
dapat membawa seseorang ke arah motivasi tercapai. Motivasi dapat dipengaruhi oleh
yang tinggi sehingga kader dapat patuh pengalaman masa lampau, taraf intelegensi,
dalam pengisian KMS (Notoatmodjo, 2007). kemampuan fisik, lingkungan dan sebagainya.
Motivasi kader yang tinggi juga didorong Makin tinggi intelegensi dan tingkat
oleh lama bekerja kader. Kader yang bekerja pendidikan seseorang akan semakin aktif
lebih dari 10 tahun sebagian memiliki dalam berbagai kegiatan posyandu dan secara
motivasi tinggi (54,5%), sebagian lagi sadar pula dalam melakukan perbuatan untuk
memiliki motivasi sedang (45,4%) dan yang memenuhi kebutuhan tersebut, Dan
patuh dalam pengisian KMS balita sebesar sebaliknya makin rendah intelegensi dan
(63,6%). Menurut Widiastuti (2006), seorang tingkat pendidikan seseorang akan kurang
akan lebih baik dalam bekerja bila memiliki aktif pula dalam kegiatan posyandu (Chalik,
ketrampilan dalam melaksanakan tugas, 1994).
ketrampilan seorang dapat terlihat pada Motivasi merupakan dorongan yang
lamanya seseorang bekerja. Begitu juga timbul dari dalam diri seseorang untuk
dengan pelatihan yang didapatkan oleh kader. melakukan perbuatan tertentu, Seseorang
Kader yang pernah mengikuti pelatihan kader yang tahu tentang pengertian, tujuan
sebagian memiliki motivasi sedang (55,9%), dan manfaat posyandu baik dari petugas
sebagian lagi memiliki motivasi tinggi kesehatan, media cetak maupun media
(44,1%) dan yang patuh dalam pengisian elektronik, maka kader akan bersikap
KMS balita sebesar (70,6%). Pelatihan mendukung untuk menimbulkan motivasi
adalah suatu upaya kegiatan yang yang tinggi untuk lebih aktif dalam kegiatan
dilaksanakan untuk meningkatkan posyandu. Karena kader mempunyai
kemampuan, pengetahuan, keterampilan motivasiyang tinggi, sehingga muncul suatu
teknis dan dedikasi kader (Notoatmodjo, keinginan untuk memenuhi kebutuhan
2005). tersebut yaitu dengan cara aktif dalam
Motivasi seorang kader sangat penting berbagai kegiatan posyandu. Namun
karena akan mempengaruhi kemauan kader sebaliknya jika kader tidak bersikap
untuk bekerja keras dalam menyelesaikan mendukung untuk aktif dalam kegiatan
pekerjaannya dan pencapaian produktivitas posyandu, maka dalam diri kader tersebut
kerja yang tinggi. Motivasi kader sebagai terdapat motivasi yang.
daya pendorong yang membuat kader B. Kader Kesehatan
mengembangkan kreativitas dan Kader kesehatan adalah tenaga yang
menggerakkan segala kemampuannya demi berasal dari masyarakat, dipilih oleh
mengoptimalkan pelayanan posyandu. Hal masyarakat itu sendiri dan bekerja secara
ini sejalan dengan penelitian oleh Diajeng sukarela untuk menjadi penyelenggara
(2009) yang menyimpulkan bahwa ada posyandu(Fallen dan Dwi, 2010)
pengaruh yang signifikan antara motivasi
Persyaratan sebagai kader menurut
terhadap kepatuhan pencatatan buku KIA di
Sulistyarini (2010) antara lain : Dapat
6 | Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 1-11

membaca dan menulis, berjiwa sosial dan pencatatan dan pengisian KMS yang
mau bekerja secara sukarela, mengetahui menuntut kader agar bisa membaca dan
adat istiadat serta kebiasaan masyarakat, menulis. Kemampuan dalam membaca dan
mempunyai waktu yang cukup,bertempat menulis ini merupakan hasil dari
tinggal di wilayah Posyandu, berpenampilan pendidikan dasar kader tersebut. Menurut
ramah dan simpatik, mengikuti pelatihan- Rosphita (2007), terdapat hubungan yang
pelatihan yang berkaitan dengan kegiatan bermakna antara pengetahuan dan
Posyandu sebelum menjadi kader. pendidikan kader dengan interprestasi
Peranan kader sangat penting karena hasil penimbangan dan menggambar grafik
kader bertanggung jawab dalam pertumbuhan anak. Interpretasi tersebut
pelaksanaan program posyandu. Bila hanya dapat dilakukan jika kader dapat
kader tidak aktif maka pelaksanaan membaca dan menuliskan hasil penimbangan
posyandu juga akan menjadi tidak di KMS. Ketiga, kader sebaiknya dapat
lancar. Hal ini secara langsung akan menggerakkan masyarakat untuk
mempengaruhi tingkat keberhasilan berpartisipasi dalam kegiatan di Posyandu
program posyandu khususnya dalam serta bersedia bekerja secara sukarela,
pemantauan tumbuh kembang balita memiliki kemampuan dan waktu luang agar
(Andira, dkk 2012). Pada tahun 2007, kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Jika
lebih kurang 250.000 posyandu di kader dapat meningkatkan partisipasi
Indonesia hanya 40% yang masih aktif masyarakat dalam arti sebagian besar ibu dari
dan terlihat kecenderungan proporsi balita bayi dan balita mau datang ke Posyandu,
yang tidak pernah ditimbang enam bulan maka keberhasilan program Posyandu akan
terakhir semakin meningkat dari 25,5 % terwujud.
(2007) menjadi 34,3 % (2013) (Riskesdas, Jadi, persyaratan-persyaratan yang
2013). diutamakan dapatlah disimpulkan bahwa
Menurut Anggidin (2011), kader kriteria pemilihan kader kesehatan antara
Posyandu adalah warga masyarakat yang lain sanggup bekerja secara sukarela,
ditunjuk untuk bekerja secara sukarela mendapat kepercayaan dari masyarakat
dalam melaksanakan kegiatan yang serta mempunyai kredibilitas yang baik
berhubungan dengan pelayanan kesehatan dimana perilakunya menjadi panutan
sederhana di Posyandu. Kader Posyandu masyarakat, memiliki jiwa pengabdian
dipilih oleh pengurus Posyandu dari yang tinggi, mempunyai penghasilan
anggota masyarakat yang bersedia, mampu tetap, pandai baca tulis, sanggup
dan memiliki waktu untuk membina masyarakat sekitarnya. Kader
menyelenggarakan kegiatan Posyandu. kesehatan mempunyai peran yang besar
Kriteria kader posyandu menurut dalam upaya meningkatkan kemampuan
Kemenkes RI (2011) ada tiga, yaitu masyarakat menolong dirinya untuk
pertama, kader yang dipilih diutamakan mencapai derajat kesehatan yang optimal.
berasal dari anggota masyarakat setempat Selain itu peran kader ikut membina
sehingga kader lebih mengetahui masyarakat dalam bidan.
karakteristik dan memahami kebiasaan Tugas kader dibagi menjadi tiga
masyarakat. Selain itu kader lebih mudah kelompok , yaitu: tugas pada sebelum hari
dalam memantau situasi dan kondisi bayi dan Posyandu, tugas pada hari Posyandu,
balita yang ada di wilayah kerja Posyandu dan tugas setelah hari buka Posyandu
dengan melakukan kunjungan rumah bagi (Kemenkes RI, 2012). Tugas sebelum hari
bayi dan balita yang tidak datang pada hari buka Posyandu, yaitu berupa tugas-tugas
buka Posyandu maupun memantau status persiapan yang dilakukan oleh kader agar
pertumbuhan bayi dan balita yang mengalami kegiatan pada hari buka Posyandu
gizi kurang dan gizi buruk. Kedua, kader berjalan dengan baik. Misalnya melakukan
juga harus bisa membaca dan menulis persiapan penyelenggaraan kegiatan
huruf latin karena pelaksanaan tugas di Posyandu berupa penyiapan tempat,
Posyandu berhubungan juga dengan pemeriksaan alat penimbangan apakah masih
Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 1-11 |7

layak digunakan atau sudah tiba waktunya data bulanan untuk pelaporan ke
untuk ditera atau dikalibrasi, menyiapkan Puskesmas. Secara teknis tugas-tugas
materi penyuluhan, menyiapkan buku tersebut sangat sempurna untuk
register Posyandu, dan menyiapkan menghasilkan pelayanan yang baik,
pemberian makanan tambahan. Selain itu namun untuk operasional di lapangan
kader juga bertugas untuk sekiranya belum dilaksanakan dengan
menyebarluaskan informasi tentang hari maksimal oleh kader.
buka Posyandu melalui pertemuan warga Menurut Abdullah (2010) dalam
setempat atau surat edaran agar partisipasi Agustina (2013) bahwa kader dalam
masyarakat meningkat dalam kegiatan pelaksanaan posyandu merupakan titik
Posyandu sehingga pemantauan sentral kegiatan posyandu, keikutsertaan
pertumbuhan bayi dan balita dapat dan keaktifannya diharapkan mampu
dilaksanakan dengan optimal. Tugas pada menggerakkan partisipasi masyarakat.
hari buka Posyandu, yaitu berupa tugas- Namun keberadaan kader relatif labil
tugas dalam melaksanakan pelayanan lima karena partisipasinya bersifat sukarela
kegiatan. Kegiatan wajib yang selalu sehingga tidak ada jaminan bahwa para
dilaksanakan di Posyandu adalah kader akan tetap menjalankan fungsinya
pendaftaran, penimbangan, pencatatan dengan baik seperti yang diharapkan.
(pengisian KMS), penyuluhan, dan Jika ada kepentingan keluarga atau
pelayanan kesehatan yang berkoordinasi kepentingan lainnya maka posyandu akan
dengan petugas kesehatan dari ditinggalkan.Kenyataan dilapangan
Puskesmas. Pendaftaran dilakukan sebagai menunjukkan masih ada posyandu yang
rekapitulasi data hasil penimbangan dan mengalami keterbatasan kader, yaitu tidak
seterusnya dilaporkan ke Puskesmas. semua kader aktif dalam setiap kegiatan
Penimbangan merupakan kegiatan yang posyandu sehingga pelayanan tidak
wajib dilakukan setiap bulan untuk berjalan lancar. Keterbatasan kader
memantau pertumbuhan bayi dan balita disebabkan adanya kader drop out karena
kemudian kader memplot hasil lebih tertarik bekerja ditempat lain yang
penimbangan pada KMS sehingga memberikan keuntungan ekonomis, kader
membentuk grafik berat badan dan kader pindah karena ikut suami, dan juga setelah
memberikan penjelasan kepada ibu bayi bersuami tidak mau lagi menjadi kader,
dan balita tentang keadaan pertumbuhan kader sebagai relawan merasa jenuh dan
anaknya berdasarkan hasil penimbangan tidak adanya penghargaan kepada kader
yang tertera di KMS melalui konseling yang dapat memotivasi mereka untuk
ataupun penyuluhan. Tugas kader dalam bekerja dan faktor-faktor lainnya seperti
pelayanan kesehatan biasanya hanya untuk adanya keterbatasan pengetahuan karena
mendampingi ibu yang mempunyai bayi berdasarkan penelitian sebelumnya kader
dan balita saat imunisasi. Sedangkan yang direkrut oleh staf puskesmas
pelayanan kesehatan yang lain, seperti KB kebanyakan hanya berpendidikan sampai
dilakukan sendiri oleh petugas kesehatan. tingkat SLTA dengan pengetahuan yang
Tugas sesudah hari buka Posyandu, sangat minim (Agustina, 2013).
yaitu berupa tugas-tugas kader yang Sebaliknya seseorang yang memiliki
dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan intelegensi dan tingkat pendidikan yang
Posyandu yang telah diselenggarakan, rendah, akan kurang aktif pula dalam
melakukan kunjungan rumah pada balita kegiatan posyandu.
yang tidak hadir pada hari buka
Posyandu, pada anak yang kurang gizi, III. METODE PENELITIAN
atau pada anak yang mengalami gizi Jenis penelitian adalah observasional
buruk rawat jalan, dan lain-lain . Selain analitik dengan rancangan cross sectional.
itu kader juga merencanakan waktu Tempat penelitian ini di Posyandu Kabupaten
penyelenggaraan Posyandu pada bulan Kudus pada bulan Januari 2017. Populasi
berikutnya dan melengkapi rekapitulasi dalam penelitian ini sebanyak 39 kader yang
bertugas mengisi KMS. Teknik pengambilan
8 | Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 1-11

sampel dengan accidental sampling. Jenis (46,2%), sedangkan kader yang memiliki
data yang digunakan adalah data kuantitatif motivasi tinggi dalam pengisian KMS
menggunakan instrument kuesioner dan sejumlah 21 orang (53,8%).
checklist. Selanjutnya data yang diperoleh B. Kelengkapan Pengisian KMS
dianalisis dengan uji univariat dan bivariat
dengan menggunakan SPSS versi 20. Tabel 2. Kelengkapan Pengisian KMS
Kelengkapan Jumlah Persentase
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN pengisian KMS
Lengkap 20 51,3
A. Motivasi Kader Tidak lengkap 19 48,7
Tabel 1. Motivasi Kader Total 39 100
Motivasi mengisi Jumlah Persentase Kader yang melakukan pengisian KMS
KMS
tidak lengkap sejumlah 19 orang (48,7%),
Tinggi 21 53,8
Rendah 18 46,2 sedangkan kader yang melakukan pengisian
Total 39 100 KMS secara lengkap sejumlah 20 orang
(51,3%).
Kader yang memiliki motivasi rendah
dalam pengisian KMS sejumlah 18 orang
C. Pengaruh Motivasi Kader
Tabel 3. Pengaruh motivasi kader terhadap kelengkapan pengisian KMS
Motivasi mengisi KMS Kelengkapan pengisian KMS Total
Tidak lengkap Lengkap
Rendah 12(30,8%) 6 (15,4%) 18(46,2%)
Tinggi 7 (17,9%) 14 (35,9%) 21(53,8%)
Total 19 (48,7%) 20(51,3%) 39(100%)
kelengkapan mengisi keadaan naik atau tidak
Kader yang memiliki motivasi rendah, dan naik pada KMS, kelengkapan pengisian ASI
mengisi KMS secara tidak lengkap sejumlah eksklusif, kelengkapan pengisian imunisasi
12 orang (30,8%). Sedangkan kader yang dan kelengkapan pengisian pemberian
mempunyai motivasi rendah dan mengisi vitamin A. Data tambahan yang didapat dari
KMS secara lengkap sejumlah 6 orang penelitian ini adalah kurang cermatnya kader
(15,4%). Kader yang memiliki motivasi dalam pengisian data berat badan anak di
tinggi, dan mengisi KMS secara tidak kolom berat badan dan pengisian status
lengkap sejumlah 7 orang (17,9%). naik(N) atau tidak naik(T) pada kolom KMS.
Sedangkan kader yang mempunyai motivasi Kader juga tidak cermat dalam pengisian
tinggi dan mengisi KMS secara lengkap diagram kenaikan berat badan karena banyak
sejumlah 14 orang (35,9% ). Berdasarkan titik yang tidak dihubungkan sehingga sulit
hasil uji statistik menggunakan uji Chi square diinterpretasikan saat membaca diagram
didapatkan hasil nilai p-value 0,038 sehingga pertumbuhan anak di KMS.
dapat disimpulkan ada pengaruh motivasi Motivasi merupakan kekuatan yang
kader dengan kelengkapan pengisian Kartu menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang
Menuju Sehat. merangsang perilaku tertentu dan respon
Kelengkapan pengisian KMS ditinjau dari instrinsik yang menampakkan perilaku-
Sembilan aspek, antara lain: kelengkapan perilaku manusia (Swanburg, 2006).
pengisian biodata atau identitas diri anak, Motivasi merupakan upaya untuk
ketepatan memilih KMS berdasarkan jenis menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun
kelamin anak, ketepatan pengisian hasil pembangkit tenaga pada seseorang atau
timbangan, ketepatan mengisi titik berat kelompok masyarakat yang mau berbuat dan
badan pada diagram /kurva pertumbuhan, bekerjasama secara optimal melaksanakan
kelengkapan mengisi berat badan anak di sesuatu yang telah direncanakan untuk
setiap bulannya, kelengkapan pengisian mencapai tujuan yang telah ditetapkan
keadaan kesehatan anak setiap bulan, (Notoadmodjo, 2007). Motivasi akan
Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 1-11 |9

merangsang kader untuk melakukan tugasnya patuh dalam pengisian KMS balita sebesar
dengan baik. Dengan motivasi tinggi maka (70,6%). Pelatihan adalah suatu upaya
diharapkan kader akan bersemangat kegiatan yang dilaksanakan untuk
melakukan tugasnya salah satunya adalah meningkatkan kemampuan, pengetahuan,
mengisi KMS di setiap penimbangan balita keterampilan teknis dan dedikasi kader .
setiap bulannya di Posyandu. Jika dalam Selain pengaruh pengetahuan, pengalaman
pengisian KMS kader bersemangat atau atau lama bekerja sebagai kader kesehatan
memiliki motivasi yang tinggi maka KMS juga mempengaruhi ketrampilan dalam
yang diisi pun akan terisi secara lengkap dan pengisian KMS. Hal tersebut sesuai dengan
baik. Tetapi sebaliknya, jika kader kesehatan hasil penelitian Widiastuti (2006), seorang
dalam melaksanakan kewajibannya sudah akan lebih baik dalam bekerja bila memiliki
tidak bersemangat atau motivasinya rendah ketrampilan dalam melaksanakan tugas,
maka dalam mengisi KMS akan asal-asalan ketrampilan seorang dapat terlihat pada
sehingga banyak hal atau bagian dari KMS lamanya seseorang bekerja. Sebaiknya kader
yang kosong ataupun salah. memang berasal dari warga yang secara
Motivasi yang terbaik adalah motivasi ikhlas dan sukarela mau berperan sebagai
yang datang dari dalam diri sendiri, bukan kader sehingga nantinya akan langgeng tidak
pengaruh dari lingkungan. Perilaku yang hanya sewaktu saja menjadi kader karena
dilakukan dengan motivasi yang tinggi maka lama bekerja atau pengalaman sebagai kader
akan menghasilkan kepatuhan yang tinggi juga akan mempengaruhi kualitas
(Asnawi, 2007). pekerjaannya , dalam hal ini adalah
Motivasi bagi kader dapat dilakukan oleh kelengkapan pengisian KMS oleh kader.
tenaga kesehatan khususnya bidan. Bidan Kader yang dipilih diutamakan berasal
dapat mendampingi kader ketika melakukan dari anggota masyarakat setempat sehingga
tugasnya di Posyandu. Bidan dapat kader lebih mengetahui karakteristik
memberikan pelatihan tentang Posyandu, dan memahami kebiasaan masyarakat.
KMS dan lain-lain. Pelatihan bagi kader Selain itu kader lebih mudah dalam
dapat meningkatkan pengetahuan kader memantau situasi dan kondisi bayi dan balita
tentang kesehatan sehingga motivasinya yang ada di wilayah kerja Posyandu dengan
dalam melakukan tugasnya juga akan melakukan kunjungan rumah bagi bayi dan
meningkat karena didasari oleh adanya balita yang tidak datang pada hari buka
pengetahuan dan pemahaman yang baik Posyandu maupun memantau status
tentang tugas kewajibannya. Selain pertumbuhan bayi dan balita yang mengalami
memberikan pelatihan, motivasi bagi kader gizi kurang dan gizi buruk. Jika kader
dapat diwujudkan dengan adanya kesehatan bertugas di wilayah/lingkungannya
penghargaan bagi kader berprestasi dan sendiri maka motivasi bekerjanya pun akan
insentif bagi kader yang berwujud uang lebih tinggi karena dia merasa ikut
maupun barang yang diberikan oleh bertanggungjawab terhadap keadaan atau
pemerintah daerah. Dengan adanya kondisi kesehatan masyarakat di
penghargaan bagi kader maka kader akan lingkungannya sehingga kualitas
merasa dihargai sehingga akan muncul pekerjaannya akan semakin baik.
perasaan bangga dan senang pada dirinya V. KESIMPULAN
sehubungan dengan tugas sosialnya sebagai Kader yang memiliki motivasi rendah
kader kesehatan. Perasaan senang tersebut dalam pengisian KMS sejumlah 18 orang
akan memunculkan motivasi yang tinggi (46,2%), sedangkan kader yang memiliki
untuk melaksanakan tugas sebagai kader motivasi tinggi dalam pengisian KMS
sehingga hasil pekerjaan atau tugas yang sejumlah 21 orang (53,8%). Kader yang
dilakukan akan maksimal. Menurut melakukan pengisian KMS tidak lengkap
Widiastuti (2006), Kader yang pernah sejumlah 19 orang (48,7%), sedangkan kader
mengikuti pelatihan sebagian memiliki yang melakukan pengisian KMS secara
motivasi sedang (55,9%), sebagian lagi lengkap sejumlah 20 orang (51,3%).
memiliki motivasi tinggi (44,1%) dan yang Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan
10 | Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 1-11

uji Chi square didapatkan hasil nilai p-value pemantauan pertumbuhan balita,
0,038 sehingga dapat disimpulkan ada http://alulum.baak.web.id/files/2.%20juh
pengaruh motivasi kader dengan airiyah%januari%202010.pdf. Diakses
kelengkapan pengisian Kartu Menuju Sehat. tanggal 20 Februari 2017 jam 12.45 WIB.
Hendaknya tenaga kesehatan khususnya Latif,Vita Nur RR, 2010. Hubungan faktor
bidan beserta pemerintah daerah lebih predisposing Kader (Pengetahuan dan
memperhatikan kader kesehatan dengan cara sikap kader terhadap posyandu) dengan
meningkatkan frekuensi pelatihan yang praktik kader dalam pelaksanaan
diberikan kepada kader sehingga posyandu di wilayah kerja Puskesmas
pengetahuan dan ketrampilan kader dalam Wonokerto. Universitas Pekalongan.
pelaksanaan posyandu dan pengisian KMS Merdawati,Leni & Dewi Eka Putri. 2008.
meningkat. Selain itu, insentif yang diberikan Perilaku ibu terhadap Kartu Menuju
kepada kader dapat ditingkatkan sehingga Sehat (KMS) Balita dan hubungannya
motivasi kerja kader juga akan meningkat dengan Status Gizi Balita di Kecamatan
sehingga kualitas pekerjaannya akan semakin Padang Timur Padang.
baik. Nugroho,Haryanto Adi & Nurdiana, Dewi.
2007. Hubungan antara pengetahuan dan
DAFTAR PUSTAKA
motivasi kader posyandu dengan
Ariawati, H. 2007. Tingkat Pengetahuan
keaktifan kader Posyandu di Desa
Mahasiawa Tingkat II Tentang KMS di
Dukuh Tengah Kecamatan
Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘ulum
Ketanggungan Kabupaten Brebes.
tahun 2010.Surakarta: Akademi
Jurnal FIKKeS. Jurnal Keperawatan
Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Vol.2 No.1 . Oktober 2008.
Depkes, RI. 2008. Referensi Kesehatan.
Nursalam. 2005. Ilmu kesehatan anak.
http://creasoft.wordpress.com.Diakses
Jakarta : Salemba Medika
pada tanggal 14 Februari 2017 jam 14.20
Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan
WIB
Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta
Depkes.RI. 2009. Pedoman Penggunaan
___________. 2007. Kesehatan Masyarakat
Kartu Menuju Sehat (KMS)Balita.
Ilmu dan Seni. Jakarta:Rineka Cipta.
Jakarta
Putri, Zulaicha Hartono. 2016. Hubungan
_________, 2009. Pedoman penggunaan
pengetahuan dan motivasi Kader
Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita,
Posyandu dengan Kepatuhan Pengisian
Direktorat Bina Gizi M asyarakat,
KMS Balita di desa Pucangan dan
Direktorat Jendral BinaKesehatan
Kelurahan Kartasura. Universitas
Masyarakat, Departemen Kesehatan RI
Muhammadiyah Surakarta.
2009.
Riwidikdo. 2007. Statistik
Depkes Jawa Barat. 2011.
Kesehatan.Yogyakarta : Mitra Cendikia
http://jabar.bkkbn.go.id/detail/program/2
Press
1/ diakses tanggal 15 februari 2017
Roseliana. 2013. Gambaran pengetahuan ibu
Erawati,Susan. 2013. Pengetahuan Kader
tentang Kartu Menuju sehat Balita di
tentang Kartu Menuju Sehat (KMS) di
Puskesmas Ciputat Timur Kota
desa Manang, Grogol,Sukoharjo.
Tangerang Selatan . UIN Syarif
STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Hidayatullah.
Giatno, B. 2005. Buku Pegangan Kader
Setyatama,Ike P. 2012. Hubungan
Posyandu. Jawa Timur : DinasKesehatan
pengetahuan dan motivasi Kader dengan
Jifrisher, Erlin. 2007. Persepsi ibu tentang
Peran Kader Posyandu Lansia di desa
Kartu Menuju Sehat (KMS) di desa
Kangkung Kecamatan Mranggen
Sukorejo Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Demak. Jurnal Dinamika
Kabupaten Ponorogo. Universitas
Kebidanan vol. 2 no. 2.
Muhammadiyah Ponorogo.
Setyorini,Catur & Ekowati,Deti. 2012.
Juhairiyah. 2010. Hubungan tingakat
Hubungan tingkat pengetahuan ibu bayi
pengetahuan dengan sikap ibu balita
balita tentang Kartu Menuju Sehat
dalam penggunaan KMS untuk
Ika Tristanti, Indah Risnawati / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 1-11 | 11

(KMS) dengan sikap ibu balita dalam Wibowo, A. 2011. Kartu Menuju Sehat
penggunaan Kartu menuju sehat di (KMS) Untuk Tumbuh Kembang
Posyandu Cempaka II Biru Pandanan Optimal.http://medicalera.com/info_ans
Wonosari Klaten. Akademi Kebidanan wer.php.thread=20359.Diakses tanggal 4
Mamba’ul Ulum Surakarta. Februari 2017 jam 13.30 WIB
Suliasih.2013. Analisis pelaksanaan Widagdo,Laksmono & Husodo, Besar Tirto.
pendokumentasian data pemantauan 2007. Pemanfaatan buku KIA oleh
status gizi balita di Posyandu Sedap Kader Posyandu : Studi pada Kader
malam Wilayah Kerja Puskesmas Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Colomadu I tahun 2013. Universitas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro.
Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Makara, Kesehatan. Vol.13, No. 1.
Suranadi,Luh. 2010. Hubungan tingkat Juni 2009.
pengetahuan dan ketrampilan kader Windasari, Ike Pertiwi & Rika Rizki Yana,
posyandu dengan capaian pemantauan Aplikasi Mobile Kartu Menuju Sehat
pertumbuhan balita di Puskesmas (M-KMS) . Jurnal Sistim Komputer.
Gerung Lombok Barat. Vol.6, No.2 , November 2016.
Wawan, Dewi. 2010. Teori & Pengukuran
Pengetahuan Sikap Dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai