Anda di halaman 1dari 49

TUTORIAL KASUS 5

MENIERE DISEASE
SPESIAL SENSORI SISTEM (SSS)

Disusun Oleh:
Anggreani Christabella S (1610211140)
Kamila Nursyahla (1910211004)
Aisha Padma Taqia N (1910211012)
Ammara Aisyah (1910211021)
Zighri Fahroni (1910211049)
Nden Ajeng Tresnawati (1910211057)
Laksmiwati Nabila (1910211060)
Theresia Angelin Hulu (1910211092)
Rania Azaria (1910211113)
Nadila Puspita Ningrum (1910211119)
Muhammad Rizki Akbar (1910211144)

Tutor: Cut Fauziah, M.Biomed

KELAS TUTORIAL B1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN JAKARTA
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan banyak karunia serta rahmatNya, sehingga makalah Tutorial Kasus 5
“Meniere Disease“ blok Spesial Sensory Sistem (SSS) Fakultas Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta dapat kami selesaikan.
Adapun makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas kami untuk melaksanakan
Ujian Akhir Semester. Makalah ini memuat materi kasus 5 mengenai Meniere Disease dari
Overview Case, Basic Science, Clinical Science, dan Patofisiologi beserta learning progressnya.
Demikian makalah ini kami susun. Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
proses pembutan laporan ini, kami ucapkan terima kasih. Kami harap makalah ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi semua pihak.

Penyusun

Jakarta, 20 Mei 2020


CASE 4 – OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK – SSS

DATA TUTORIAL
Tutor : Cut Fauziah, M.Biomed
Ketua : Zighri Fahroni
Ketua Kasus : Kamila Nursyahla
Sekretaris Layar : Ammara Aisyah
Waktu Tutorial : 1. Senin, 11 Mei 2020
2. Rabu, 13 Mei 2020
I. OVERVIEW CASE / Kasus Tutorial

Tn. S, 32 tahun

KU : telinga kanan berdenging

RPS RPD
• Perasaan penuh di bagian dalam • Riwayat penyakit asam
telinga lambung disangkal
• Ada perasaan berputar (vertigo) • Pasien tidak pernah
selama kira-kira 30 menit dan mengalami hal yang sama
hilang sendiri
• Vertigo disertai mual sampai
muntah

HIPOTESIS

1. BPPV
2. Labyrinthitis
3. Vestibular Neuronitis
4. Motion Sickness
5. Meniere’s Disease

PEMERIKSAAN
STATUS LOKALIS TELINGA (OTOSKOPI)
• AD : Liang telinga lapang, membran timpani utuh, hiperemis
• AS : Liang telinga lapang, membran timpani utuh, hiperemis
• Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdenga pada telinga kiri

PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg ; N : 20x/menit ;
RR : 88x/menit ; T : 36 derajat celcius

STATUS GENERALIS
• Kepala : normocephali
• Mata : anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+
• Thorak : denyut jantung regular, tidak ada bising jantung
• Pulmo : suara dasar vesikuler, retraksi intercostae (-), wheezing (-), rhonki (-)
• Abdomen :
➢ Inspeksi : datar
➢ Auskultasi : bunyi usus normal
➢ Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
➢ Ekstremitas dan kulit : teraba dingin

STATUS LOKALIS HIDUNG


(RHINOSKOPI ANTERIOR)
Kavum nasi kanan dan kiri : lapang,
konka inferior dbn, tampak non
hiperemsi, sekret serous (-)
STATUS LOKALIS FARING DAN TONSIL
• Faring : non hiperemsi, dbn
• Tonsil : T0/T0, non hiperemsi, dbn

DIAGNOSIS

Meniere’s Disease

TATA LAKSANA

FARMAKOLOGI NON FARMAKOLOGI

• Antihistamin, seperti meklizin • Pasien harus diingatkan untuk


(antivert) makan makanan yang mengandung
• Tranquilizer, seperti diazepam kalium, seperti pisang, tomat, dan
(valium) jeruk
• Antiemetik, seperti supositoria • Rujuk ke Sp.THT-KL
prometazin (phenergan)
• Diuretik, seperti dyazide atau
hidroklortiazid
LEARNING PROGRESS REPORT
II. BASIC SCIENCE

EMBRIOLOGI TELINGA

Secara anatomis telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: telinga dalam, telinga tengah
dan telinga luar. Dimana pembentukannya dimulai dari pembentukan telinga dalam, telinga
tengah dan terakhir pembentukan telinga luar.

a. Telinga Dalam

Perkembangan telinga dimulai pada minggu ke empat, dimana terjadi penebalan pada
surface ectoderm yang diinduksi oleh sinyal induksi dari paraxial mesoderm dan notochord.
Kemudian setelah menebal, terbentuklah otic placode. Otic placode kemudian berinvaginasi dan
terbenam ke surface ectoderm dan menembus jaringan mesenkim dan membentuk otic pit.
Kedua ujung dari otic pit kemudian bersatu dan membentuk otic vesicle dan pada otic vesicle
terjadi pertumbuhan diverticulum dan pemanjangan.
Vesicle yang terus berkembang pada bagian ventralnya akan membentuk sacculus yang
kemudian menggulung dan membentuk cochlear duct. Cochlear duct yang menggulung sekitar
2,5 putaran akan membentuk membran cochlear dan terdapat penghubung dengan sacculus yaitu
ductus reuniens. Sedangkan pada bagian dorsal terjadi pembentukan dari endolymphatic duct,
utricle dan semicircular duct dengan ampulla pada salah satu ujungnya. Stimulasi dari otic
vesicle akan membuat mesenchyme di sekitarnya berkondensasi dan berdiferensiasi membentuk
cartilagoneus otic capsule. Karena pembesaran dari membranous labirynth, vakuola muncul di
cartilagoneus otic capsule dan segera membentuk perilymphatic space. Perilymphatic space yang
berhubungan dengan cochlear duct berkembang menjadi dua bagian yaitu scala tympani dan
scala vestibuli. Cartilagoneus otic capsule kemudian berosifikasi dan membentuk bony labyrinth
di telinga dalam.

b. Telinga Tengah
Bagian telinga tengah berkembang dari tubo tympanic recess dari first pharingeal pouch.
Bagian proksimalnya akan membentuk pharyngo thympanic tube (auditory tube). Sedangkan
bagian distalnya akan membentuk tympanic cavity yang nantinya akan meluas dan menyelimuti
tulang kecil telinga tengah/ auditory ossicles (malleus, incus dan stapes), tendon dan ligament
serta chorda thympani nerve.

c. Telinga Luar

Eksternal acoustic meatus terbentuk dari perkembangan first pharingeal groove bagian
dorsal. Pada awal bulan ke tiga, terjadi proliferasi sel-sel epitel di bawah meatus yang nantinya
akan membentuk sumbat meatus. Lalu pada bulan ke tujuh, sumbat meluruh dan lapisan epitel
dilantai meatus berkembang menjadi gendang telinga definitif. Dimana gendang telinga itu
dibentuk dari lapisan epitel ektoderm di dasar acoustic meatus, lapisan epitel endoderm
ditympani cavity dan lapisan intermediate jaringan ikat yang membentuk stratum fibrosum.
Sedangkan aurikula terbentuk dari hasil proliferasi mesenkim di ujung dorsal first and secondary
pharyngeal arch yang mengelilingi first pharyngeal groove dan membentuk auricular hillock
yang berjumlah tiga di masing-masing sisi eksternal acoustic meatus dan kemudian auricullar
hillock akan bersatu lalu membentuk auricula definitif. Pada awalnya, telinga luar berada di
regio leher bawah. Setelah terbentuk mandibula, telinga luar naik ke samping kepala setinggi
dengan mata.

HISTOLOGI TELINGA

Kulit yang melapisi kanalis auditori eksternus memiliki epitel squamus kompleks. Pada
jaringan submukosa sepertiga lateral kanalis auditori eksternus terdapat folikel rambut, glandula
sebasea dan glandula seruminosa. Glandula seruminosa merupakan modifikasi dari kelenjar
apokrin yang berbentuk tubuler kompleks. Seperti glandula apokrin yang lain, histologi glandula
seruminosa berubah ketika produknya sudah disekresikan. Ketika proses sekresi sedang
berlangsung, sel sekretori glandula seruminosa yang berbentuk kolumner berubah menjadi
kuboid. Sel myoepitel melapisi bagian luarglandula seruminosa membantu propulsi dari produk
glandula ke lumen kanalis auditori eksternus. Di bagian dalam kanalis auditori eksternus terdapat
membran tipis yang disebut membran timpani/gendang telinga. Membran ini tersusun dari
jaringan ikat. Terdapat migrasi epitel yang bermula dari bagian umbo membran timpani sisi luar
ke arah lateral.

Histologi Kanalis Auditori Eksternus

Keterangan : C: Serumen ; F: Folikel rambut; SG: Glandula Sebasea; CG : Glandula Seruminosa.

Pada telinga dalam terdapat dua sistem kanal yaitu labirin tulang dan labirin
membranosa. Labirin tulang terdiri dari vestibulum, kanal semisirkularis dan koklea. Labirin
tulang dilapisi oleh endosteum. Labirin tulang dan labirin membranosa terpisahkan oleh cairan
yang disebut perilimf. Labirin membranosa terdapat didalam labirin tulang dan mengandung
cairan endolimf. Terdiri dari utrikulus dan sakulus, duktus semisirkularis dan duktus koklearis.
ANATOMI TELINGA

Anatomi Auris Interna

Auris Interna

2. Labyrinthus Memranaceus

• Utrikulus dan Sacculus

• Ductus semisirkularis

• Ductus Cochlearis

1. Labyrinthus Osseus

• Vestibulum

• Kanalis semisirkularis ossus

• Cochlea
Labyrinthus Osseus

• Anterior vestibulum : Cochlea


• Posterosuperior : Canalis Semisirkularis
• Aqueductus Vestibuli : ke arah tulang temporale

Canalis Semisirkularis
• Anterior, posterior, lateral
• Salah satu ujungnya melebar (ampulla)

Cochlea
• Meluas ke lateral ada selapis tulang : lamina spiralis ossea
• Pefifer membentuk dua canalis : Scala Vestibuli dan Scala Tympani
• Dekat fenestra cochleae terdapat canaliculis cochlearis : berjalan ke tulang temporale
Labyrinthus Membraneus

• Diisi oleh endolympha


• Dipisahkan dari periosteum yang menutupi dinding labyrinthus osseus oleh
perilympha
• Terdiri dari 2 saccus (utriculus dan sacculus) dan 4 ductus (3 ductus semicircularis
dan ductus cochlearis)

Organ Keseimbangan
- Utrikulus dan sacculus berbentuk oval, memanjang, dan berada di dalam bagian
posterosuperior vestibulum labyrinthus osseus.
- 3 ductus semisirkularis bermuara ke utrikulus
Reseptor sensorium
- Macula utrikuli : utrikulus
- Macula Sacculi : sacculus
- Crista ampullaris : Ductus semisirkularis
- Terbagi menjadi 2 saluran (skala
vestibuli dan skala timpani) : cairan
perilimfe

Organum spirale (Organ Corrti) : Organ


pendengaran, bersandar pada
membrana/lamina basilaris. Berisi
endolymph

Organ Pendengaran (Ductus cochlearis)

- Posisi ductus cochlearis berada di


sentral dalam cochlea labyrinthus
osseus : cairan endolimfe

1. Vaskularisasi
• Labyrinthus Osseus : disuplai oleh
A.Tympanica anterior, A. Stylomastoidea,
dan A.Meningea media
• Labyrinthus Membranaceus : disuplai oleh
A. Labyrinthi
2. Inervasi
• Nervus vestibulocochlearis [N.VIII] :
serabut-serabut afferent khusus untuk
pendengaran dan keseimbangan.
- N. Cochlearis
- N.Vestibularis
• Nervus Facialis [N.VII] : berkaitan erat
dengan N.VIII ketika memasuki
meatus acusticus internus dalam tulang
temporale, beberapa cabangnya
langsung berhubungan dengan auris
interna dan media.

FISIOLOGI TELINGA
Fisiologi Keseimbangan (Sensasi Vestibuler dan Pemeiliharaan Keseimbangan)

• Di dalam Labirin Membranosa yang diselubungi oleh labirin tulang terdapat bagian
integral mekanisme keseimbangan :
a. Kanalis Semisirkularis
b. Utrikulus

c. Sakulus
• Organ Vestibuler
a. Makula pada Utrikulus dan Sakulus
b. Krista Ampularis pada Kanalis Semisirkularis

• Deteksi
a. Percepatan Linear (Keseimbangan Sttatis)
- Makula pada utrikulus terutama terletak pada bidang horizontal permukaan
inferior utrikulus dan berperan penting dalam mmenentukan orientasi kepala
ketika kepala dalam posisi tegak
- Makula pada Sakulus terutama terletak dalam bidang vertikal dan
memberikan sinyal orientasi kepala saat seseorang berbaring
b. Percepatan Angular (Keseimbangan Dinamis)
- KSS Lateral ada di Horizontal mendeteksi gerakan posisi kepala ditunduk 30
derajat
- KSS Anterior ada di Vertikal (Potongan Sagittal) mendeteksi gerakan posisi
kepala miring ke kiri / kanan 90 derajat
- KSS Posterior ada di Vertikal (Potongan Frontal) mendeteksi gerakan pada
posisi kepala tertunduk 120 derajat atau menengadah 30 derajat
• Proses Sensitivitas Sel Rembut pada Makula dan Krista
Ampularis
- Pada dasarnya saraf yang keluar dari sel-sel rambut
menghantarkan impuls saraf terus-menerus dengan
kecepatan sekitar 100 detik. Meningkat saat depolarisasi
dan menurun saat hiperpolarisasi
- Depolarisasi : Pada saat stereosilia dan kinosilium
menekuk ke arah kinosilium. Keadaan ini akan
meningkatkan tegangan perlekatan, membuka saluran ion
positif
- Hiperpolarisasi : Pada saat stereosilia dan kinosilium
menekuk ke arah stereosilia. Keadaan ini akan menurunkan tegangan perlekatan,
menutup saluran ion positif
• Nystagmus
- Refleks utk menjaga fiksasi penglihatan, Karena bila seseorang mengubah arah
geraknya dengan cepat atau mencondongkan kepalanya ke salah satu sisi, orang
tersebut tidak mungkin dapat mempertahankan bayangan yang stabil pada
retinanya
- Terdapat dua Komponen pada Nystagmus :
a. Komponen Lambat (Vestibulo-Ocular-Reflex) / VOR
✓ Reseptor : Vestibuler
✓ Aferen : N.VIII (Vestibulo-Cochlearis)
✓ Pusat : Oculomotor Nuclei
✓ Eferen :
➢ N.III (Okulomotor) mengatur semua otot bola mata selain nervus IV
dan nervus VI,
➢ N.IV (Trochlear) mengatur musculus oblique superior, dan
➢ N.VI (Abdusen) mengatur musculus rectus eksternal.
✓ Efektor : Otot penggerak bola mata (berlawanan arah rotasi)
b. Komponen Cepat (stretch reflex)
✓ Otot bola mata teregang → muscle spindle → kontraksi (searah rotasi)

• Orientasi Spasial membantu Keseimbangan


- Propioreseptor : Informasi dikirimkan dari proprioreseptor di otot leher →
nuclei vestibular dan nuclei reticular di batang otak → Cerebellum
- Eksteroreseptor : Sensasi tekanan pada saat orang berdiri dan tekanan udara
pada orang berlari yang dirasakan kulit
- Visual : Mata membantu organ vestibuler dalam menjaga
keseimbangan tubuh
• Tes untuk menilai keseimbangan ditandai dengan adanya nystagmus
- Tes Romberg, Pada orang normal mampu berdiri dalam sikap romberg selama 30
detik atau lebih.
- Tes melangkah di tempat, (stepping test) Hasil tes danggap abnormal bila
kedudukan akhir penderita bernajak lebih dari 1 m dari tempatnya semula, atau
badan berputar lebih 30○.
- Salah tunjuk, (Barany Test) Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk,
demikian juga dengan gangguan serebral.
- Past Rotatory Nystagmus dan Past Reflex, (Barany Test) menggunakan kursi
barany
- Tes Kalori, Mengandalkan cairan hangat dan dingin yang dimasukan ke liang
telinga dan memengaruhi organ vestibuler dengan konveksi
- Elektronistagmografi (ENG)
III. CLINICAL SCIENCE

MENIERE’S DISEASE

DEFINISI

Ditemukan oleh Meniere pada 1861, merupakan penyakit balance disorder karena
kelebihan volume cairan (endolimfe) pada labirin telinga sehingga menyebabkan : vertigo,
tinnitus, dan hilangnya fungsi pendengaran.

ETIOLOGI

• Hydrops endolimfe disebabkan oleh kegagalan penyerapan oleh saccus endolimfatik us


• (drainase terhambat) atau kelebihan produksi endolimfe
• Autoimun
Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik pada
sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh
gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan
bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun
terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar
40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan
autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren
• Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap
makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :
➢ Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang
dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
➢ Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari
sakus endolimfatikus
➢ Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari
sakus endolimfatikus
• Genetik
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita
penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan
kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya
• Infeksi virus
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari
16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya.
Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus
terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih
perlu penelitian yang lebih lanjut.

EPIDEMIOLOGI

• Insiden di seluruh dunia 12 : 1000


• Dapat berkembang di segala usia, namun tersering pada usia di atas 40 tahun

FAKTOR RISIKO

• Infeksi saluran pernapasan


• Merokok
• Kelelahan
• Riwayat alergi
• Stress
• Menggunakan alkohol dan aspirin
GEJALA KLINIS

Kriteria diagnosis menurut Guidelines of the American Academy of Otolaryngology-Head and


Neck Surgery, penyakit Meniere ditandai empat gejala yaitu:

1. Vertigo: rasa berputar, episodic, derajat ringan-berat, durasi minimal 20 menit setiap
episode serangan
2. Pendengaran menurun: tuli sensoris frekuensi rendah
3. Tinnitus
4. Rasa penuh dalam telinga

Berdasarkan Kapita Selekta, terdapat Trias Meniere yang terdiri dari

1. Vertigo: rekuren dan setiap episode vertigo berlangsung selama 20 menit – 24 jam,
nistagmus, mual dan muntah
2. Tuli: tuli sensorineural pada nada rendah, unilateral
3. Tinnitus: unilateral pada telinga yang sakit (sama seperti telinga yang tuli sensorineura l)

DERAJAT KEPARAHAN

Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere :

1. Derajat I : gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal
seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien
dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa
jam. Diantara serangan, pasien sama sekali normal.
2. Derajat II : gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul
gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
3. Derajat III : gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk.
Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo
mulai berkurang atau menghilang.
PATOFISIOLOGI

INTERPRETASI KASUS

1. KELUHAN UTAMA
•Telinga kanan sering berdenging
•Perasaan penuh dibagian dalam telinga
2. HIPOTESIS
- Meniere’s Disease: diambil karena terdapat beberapa TRIAS Meniere's disease dalam RPS
yaitu vertigo (perasaan berputar) dan tinnitus (berdenging), serta gejala lainnya yaitu perasaan
penuh di dalam telinga
•Beningn Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV): diambil karena gejala klinis pasien terdapat
vertigo yang merupakan gejala BPPV
•Tinnitus: diambil karena gejala klinis pasien berupa telinga berdenging yang merupakan gejala
tinitus.
•Labyrinithis: diambil karena gejala klinis pasien terdapat vertigo hingga mual dan muntah yang
merupakan gejala klinis dari Labyrinithis
• Motion sickness: diambil karena gejala klinis pasien terdapat perasaan mual hingga muntah.
Disangkal karena tidak ada penurunan pendengaran.
•Vestibular neuritis: diambil karena ada gejala vertigo, mual muntah tetapi serangan vertigo nya
lebih berat dari yang sebelumnya

3. RPS
•Terbangun dari tidur karena vertigo 30 menit dan hilang sendiri
•Mual dan muntah

4. RPD
•(-) Riwayat asam lambung
•Belum pernah mengalami hal yang sama
5. PEMERIKSAAN FISIK
6. PEMERIKSAAN THT

7. TES RINNE
Tes Rinne merupakan tes pendengaran yang dilakukan untuk mengevaluasi suara pendengaran
dengan membandingkan persepsi suara yang dihantarkan oleh konduksi udara dengan konduksi
tulang melalui mastoid.
•Pendengaran normal, menunjukkan waktu konduksi udara yang dua kali lebih lama dari waktu
konduksi tulang. Dengan kata lain, Anda akan mendengar suara di samping telinga Anda dua
kali selama Anda akan mendengar suara di belakang telinga Anda.
•Ganguan pendengaran konduktif, suara konduksi tulang terdengar lebih lama dari konduksi
udara.
•Gangguan pendengaran sensorineural, suara konduksi udara terdengar lebih lama dari konduksi
tulang, tapi mungkin tidak dua kali lebih lama.

8. TES WEBER
Tes Weber merupakan pemeriksaan untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran.
Gangguan pendengaran tersebut juga akan dikategorikan, apakah konduktif atau sensorineural.
•Pendengaran normal akan menghasilkan getaran yang sama di kedua telinga.
•Gangguan pendengaran konduktif akan menyebabkan getaran terasa di telinga yang tidak
normal.
•Gangguan pendengaran sensorineural akan menyebabkan getaran terasa di telinga normal.
9. TES GLISERIN
Tes ini dilakukan untuk membuktikan adanya hidrops. Tes ini berguna untuk menentukan
prognosis tindakann operatif pada pembuatan shunt. Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga
akan berhasil dengan baik.

TATA LAKSANA MENIERE’S DISEASE

FARMAKOLOGI

Diuretik, betahistin, benzodiazepin, anti emetik


Fungsi: Untuk mengontrol serangan vertigo akut (lini pertama)
Diuretik:
1. Mengubah konsentrasi elektrolit cairan endolimfe, menurunkan volume dan tekanan
2. Jenis paling sering digunakan: tiazid
Betahistin:
1. H1 agonis & H3 antagonis: meningkatkan aliran darah ke stria vaskularis
2. Mengurangi aktivitas nukleus vestibular melalui pelepasan neurotransmitter
3. Dosis: 48 mg/hari
Kortikosteroid oral:

1. Berefek terhadap sistem imun & sifatnya mineralokortikoid


2. Yang dipakai: prednison 1 mg/kg/hari selama 10 hari

Benzodiazepine:

1. Peran: Supresan vestibular


2. Bekerja di sentral H1 antagonis
3. Standar dosis oral: 2-5 mg (3 kali sehari)
Kortikosteroid intratimpanik:
1. Pasien yang gagal terapi lini pertama
2. Efek anti inflamasi
3. Efek mineralokortikoid: lebih kuat pada telinga dalam & meningkatkan transporter
natrium dari kanalis semisirkularis 3 kali lipat
4. Dosis tunggal: 4 mg
- Prosedur:
1. Anestesi lokal dengan krim lidokain & prilocaine 2,5%
2. Obat disuntikkan inferior sampai ruang telinga tengah penuh (0,4 ml)
3. Telinga yang disuntikan menghadap atas 20-30 menit

- Kontraindikasi: penyakit telinga tengah aktif, kelainan anatomi

Gentamisin intratimpanik:
1. Antibiotik bersifat vestibulotoksis & kokleotoksik
2. Menyebabkan hipofungsi vestibular
3. Mekanisme: secara ireversibel masuk rambut sel satu arah (akumulasi). Mengganggu
sinyal & fungsi sel-sel rambut vestibular
4. Dosis tunggal: 40 mg dalam 0,2ml
5. Kontraindikasi: telinga dapat mendengar, fungsi keseimbangn baik & infeksi telinga
tengah aktif.
NON FARMAKOLOGI
Diet rendah garam
a. Menurunkan jumlah cairan tubuh sehingga menurunkan cairan endolimfe
Bedah kantung endolimfatik
a. Prosedur ini mengurangi cairan pada telinga bagian dalam, dengan membuang sebagian
kecil tulang dari kantung endolimfatik
b. Pada sejumlah kasus, prosedur ini melibatkan pemasangan tabung (shunt)
Labirinektomi
a. destruksi total pada labirintus membranaseus, jaminan pasti untuk menyembuhkan
vertigo tetapi operasi ini menghasilkan ketulian secara total pada telinga yang
bersangkutan
b. dilakukan pada kasus-kasus tertentu apabila kehilangan pendengaran pada salah satu
telinga sudah demikian berat sedangkan telinga yang satu lagi masih mampu
mempertahankan fungsi

PROGNOSIS

Pada tahap awal penyakit, tidak dapat diprediksi seberapa parah penyakit itu akan mempengaruhi
individu dalam beberapa tahun mendatang.

Tidak dapat pulih sendiri dari kehilangan pendengaran.

Pasien dengan penyakit Meniere melaporkan mengalami gangguan kualitas hidup yang
signifikan.
IV. DIAGNOSIS BANDING

BPPV
VPPJ (Vertigo Posisi Paroksismal Jinak)
Vertigo adalah kiasan gerak, persepsi gerak meski tidak ada. Sensasi bergoyang, miring,
berputar, atau merasa tidak seimbang, yang mungkin dialami sebagai gerak-diri pada beberapa
lawan gerakan lingkungan di sekitarnya kepada orang lain.
Paroxymal : suatu serangan yang secara sering dalam waktu singkat

Etiologi
1. Penyakit degeneratif yang idiopatik yang sering ditemukan, kebanyakan diderita pada
usia dewasa muda dan usia lanjut.
2. Trauma kepala merupakan penyebab kedua terbanyak pada BPPV bilateral.
3. Penyebab lain yang lebih jarang adalah labirintitis virus, neuritis vestibuler, pasca
stapedectomi, fistula perilimfa dan penyakit meniere. BPPV merupakan penyakit pada
semua usia dewasa.
BPPV terjadi karena kristal kalsium-karbonat atau otoconia terlepas dari makula di utrikulus ke
salah satu kanal semisirkular dan menempel (memberatkan) cupula. Cupula tidak bisa bergerak
(berayun / miring) dengan baik dan mengirimkan pesan yang salah ke otak tentang posisi kepala.
• Canalithiasis : serpihan otoconia yang bergerak bebas di canal semisirkularis
• Cupulolithiasis : serpihan otoconia menempel pada permukaan cupula

Epidemiologi
1. Vertigo, menyerang 15% hingga 20% orang dewasa setiap tahun berdasarkan studi
populasi.
2. Prevalensi seumur hidup BPPV secara spesifik ditemukan 2,9%, dan insidensi meningkat
dengan bertambahnya usia karena degenerasi membran otolitik yang berkaitan dengan
usia.
3. BPPV sekitar dua hingga tiga kali lebih umum pada wanita dibandingkan pria.
Gejala
1. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba - tiba pada perubahan posisi
kepala, beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang
menimbulkan keluhan vertigonya.
2. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik saja
walaupun penderita merasakannya lebih lama.
3. Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai muntah, sehingga penderita merasa khawatir
akan timbul serangan lagi, hal ini yang menyebabkan penderita sangat hati-hati dalam
posisi tidurnya.
4. Vertigo jenis ini sering berulang kadang - kadang dapat sembuh dengan sendirinya.

Diagnosis
Diagnosis VPPJ pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan cara
memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis
semi sirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau side lying.
Pada pasien VPPJ setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, + 40
detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada
kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan
timbul bersamaan dengan nistagmus.
Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase cepat
nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke depan.
❑ Fase cepat ke atas, berputar kekanan menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kanan.
❑ Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kiri.
❑ Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kanan.
❑ Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kiri.

Tata Laksana
Tiga macam perasat dilakukan untuk menanggulangi BPPV yaitu CRT (Canalith
Repositioning Treatment), Perasat Liberatory dan latihan Brandt-Daroff.
Latihan Brandt dan Daroff dapat di lakukan oleh pasien di rumah tanpa bantuan terapist.
Pasien melakukan latihan secara rutin 10-20 kali, 3x sehari sampai vertigo hilang paling sedikit 2
hari.
Vertigo yang terkait dengan BPPV biasanya tiba-tiba timbul, sangat singkat, dan benar-
benar paroksismal, seperti namanya, dan obat-obatan mungkin tidak terlalu bermanfaat. Oleh
karena itu, manajemen medis rutin dengan Meclizine tidak diindikasikan kecuali frekuensi
vertigo yang tinggi dan mengganggu fungsi sehari-hari.
Mual dan muntah adalah keluhan umum lainnya dengan BPPV dan dapat diobati dengan
antiemetik sesuai kebutuhan: ondansetron, metoclopramide, atau promethazine /
prochlorperazine.

Prognosis
Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure) biasanya bagus.
Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan
sekali pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%
LABIRINITIS
Definisi

Labirinitis adalah suatu proses radang yang melibatkan mekanisme telinga dalam atau adanya
inflamasi pada bagian labirin telinga. Labirinitis merupakan komplikasi intratemporal dari otitis
media.

Etiologi
Labirinitis Viral:
• Labirinitis viral sering didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas.
• Cytomegalovirus, Mumps virus, Rubella virus, Influenza virus, Adenovirus, dll.
• Sering pada orang dewasa
• Vertigo, mual, muntah, 3-5 hari keluhan berkurang dan penderita kembali normal, telinga
yang terkena biasanya unilateral

Labirinits Bakterial:
• Labirinitis bakterial merupakan komplikasi dari meningitis atau otitis media yang terjadi
karena invasi langsung dari bakteri atau melalui toksin bakteri dan mediator inflamasi
lainnya ke telinga bagian dalam
• Anak usia <2 tahun
• Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Neisseria meningitidis,
Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Proteus sp., Bacteroides sp.

Epidemiologi
• Labyrinithis akibat virus lebih sering terjadi dibanding bakteri
• Sering terjadi pada orang berusia 30-60 thn
• Labirinitis supuratif lebih sering terjadi disbanding serosa
• Labyrinithis akibat meningitis sering terjadi pada anak usia sekitar 2 tahun.
• 1: 10.000 orang, 40% vertigo

Faktor Risiko
• Terlalu banyak minum alkohol.
• Kelelahan
• Riwayat alergi
• Baru menderita penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri pada saluran pernapasan
atau infeksi telinga
• Merokok.
• Stres.
• Mengonsumsi obat-obatan dengan resep atau tanpa resep tertentu (seperti aspirin)

Klasifikasi
Labirinitis yang disebabkan oleh bakteri, dibagi menjadi:
1. Labirinitis serosa → toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang
Etiologi:
• Sering dihubungkan dengan OSMK dengan kolesteatom.
• Infeksi akut dari telinga tengah.
• Akibat operasi stapedektomi.
Gejala Klinis:
• Kasus ringan: vertigo dan nausea
• Kasus berat: vertigo menjadi lebih berat, mual,muntah
• Proses peradangan yang difus dgn keterlibatan koklea → tuli sensorineural.
• Nystagmus spontan
2. Labirinitis supuratif → infeksi kronis disertai pus
Etiologi:
• Biasanya akibat labirinitis serosa, mikroba piogenik masuk melalui proses patologi atau
fistula akibat operasi.
Gejala Klinis:
• Vertigo yang berat dengan mual dan muntah yang disebabkan gangguan vestibular akut,
vertigo dapat membaik setelah 3-6 minggu oleh karena adanya adaptasi.
• Nystagmus spontan
• Tuli sensorineural

Gejala Klinis
Vertigo
• Gangguan pendengaran
• Rasa penuh pada telinga
• Tinitus, Otore, Otalgia
• Mual atau muntah
• Demam
• Kelemahan wajah atau asimetri
• Nyeri leher /Kaku
• Gejala infeksi saluran pernapasan atas
• Perubahan visual
Patofisiologi

Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik:
● Nystagmus spontan ke arah telinga yang sehat.
● Tidak ada respon setelah dilakukan caloric test.
● Jika disebabkan oleh herpes zoster ditemukan vesikel pada kanal eksterna.
● Jika disebabkan oleh OSMK dengan kolesteatom maka membran timpani hiperemis atau
bahkan ada perforasi.
Pemeriksaan penunjang
Lab:
● Examine cerebrospinal fluid (jika pasien meningitis)
● Kultur darah dan pemeriksaan darah lengkap (if systemic infection is considered)
● Kultur sekret
Radiologi:
● CT Scan: CT Scan tulang temporal untuk mengeliminasi DD mastoiditis, melihat adanya
fibrosis atau kalsifikasi pada labirin

Tata Laksana
Viral Labirinitis:
• Dapat diberi antivirus (famsiklovir, valasiklovir, asiklovir)
• Misal apabila pasien mengeluh vertigo maka diberi diazepam & benzodiazepine
lainnya yang dapat mencegah stimulasi vestibuler.
• Mual, muntah: antiemetic (Proklorperazin memblokir reseptor dopamin mesolimbik
postinaptik melalui efek antikolinergik dan menekan sistem pengaktif retikuler)
• Radang & edema: kortikosteroid
Bacterial Labirinitis:
• Antibiotik
Tata laksana lain:
• Miringotomi dilakukan jika labirinitis disertai dengan OMA dengan membran
timpani bulging. Kultur pus untuk terapi antibiotika spesifik
• Operasi Mastoidektomi kortikal (pada mastoiditis akut) atau mastoidektomi radikal
modifikasi (pada OMSK dengan kolesteatoma) dilakukan untuk pengobatan terhadap
sumber infeksi.

Komplikasi
• Ossifikasi labirin
• Nekrosis dan fibrosis membran koklea
• Meningitis
• Gangguan total pendengaran dan keseimbangan ( tuli saraf permanen dan kerusakan
permanen organ vestibuler)

Prognosis
• Viral labirinitis → bonam, boleh sembuh dalam jangka masa satu minggu tetapi
gangguan keseimbangan akan tetap bertahan selepas beberapa bulan jika terdapat stress
• Labirinitis serosa → bonam (kembalinya fungsi labirin secara lengkap). Tetapi tuli saraf
temporer yang berat dapat menjadi tuli saraf yang permanen bila tidak diobati dengan
baik
• Labirinitis supuratif → bonam jika tanpa komplikasi tetapi dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran yang permanen
VESTIBULAR NEURITIS

Definisi
Vestibular neuritis adalah gangguan yang ditandai dengan vertigo akut, mual sampai
muntah, dan nistagmus spontan tanpa disertai gangguan fungsi pendengaran. Pada studi
terhadap tulang temporal pasien vestibular neuritis ditemukan beberapa spektrum cedera
normal sampai degeneratif. Vestibular neuritis dapat terjadi di nervus vestibular superior dan
inferior, tetapi lokasi yang paling sering adalah di bagian nervus vestibular superior. Penyakit
ini biasanya terjadi pada orang yang memiliki riwayat infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA).

Etiologi
Penyebab utama vestibular neuritis masih belum diketahui. Beberapa teori menjelaskan
penyebab tersering vestibular neuritis adalah reaktivasi virus herpes simpleks laten tipe 1
(HSV-1). Teori ini diperkuat karena pada pemeriksaan histopatologi ditemukan gambaran
yang sama pada herpes zoster oticus. Penyakit ini juga biasanya muncul bersamaan dengan
musim endemik infeksi virus. Percobaan dengan tikus yang menderita vestibular neuritis
ditemukan juga adanya pertumbuhan herpes simpleks virus tipe 1 (HSV-1).

Epidemiologi
- Penyakit ketiga terbanyak dari vertigo perifer
- Usia terbanyak pada 30-60 tahun
- Dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan
- Insiden vestibular neuritis di Inggris dilaporkan mencapai 3,5/100.000 orang pertahun

Gejala Klinis
- Vertigo, biasanya terjadi secara tiba-tiba
- Nistagmus spontan
- Gejala sistemik seperti demam tinggi, malaise, sakit pada sendi-sendi
- Mual dan muntah, karena vertigo yang tiba-tiba
- Umumnya tidak disertai dengan gangguan pendengaran

Diagnosis
• Anamnesis:
- Pasien mengeluh tentang timbulnya vertigo mendadak yang mengakibatkan mual dan
muntah serta ketidakseimbangan tubuh dan nistagmus
- Tidak ada gangguan pendengaran
• Pemeriksaan fisik:
- Pemeriksaan subjective visual horizontal test (SVH): pemeriksaan ini dilakukan
dengan komputer yang terprogram. Pasien akan duduk di tempat yang gelap dan
tenang, kemudian pada layar yang jaraknya 2 meter dari pasien akan ditampilkan
garis. Pasien harus meluruskan garis tersebut menurut pandangannya dengan
joystick. Pada pasien yang positif akan didapatkan penyimpangan 20 dari true
gravitional horizontal.
- Head Impuls: dilakukan untuk membantu mengetahui prognosis dalam jangka
panjang. Kepala pasien akan digerakkan dengan cepat ke sisi telinga yang sakit. Pada
pasien yang positif, mata pasien akan bergerak mengikuti kepala, baru kemudian
menyesuaikan ke tengah kembali. Hal ini menunjukkan adanya gangguan satu sisi
dari refleks vestibulookular.
- Tes kalori: dilakukan untuk mengetahui gangguan fungsi vestibular dan monitor
perbaikan. Pemeriksaan ini mengandalkan air panas (40) dan air dingin (30).
Pasien yang positif akan menunjukkan hiporespon ipsilateral atau paresis kanalis
horizontal.
- Audiometri: dilakukan untuk mengevaluasi fungsi pendengaran dan mendifferensiasi
dengan Meniere’s Disease, labirinitis, dll.

• Pemeriksaan penunjang
- CT scan atau MRI: dilakukan apabila terdapat kecurigaan sentral atau pada batang
otak seperti stroke.
- Elektronistagmografi dengan lensa frenzel: pada pasien positif akan didapatkan
nistagmus ke arah telinga yang sehat.

Patofisiologi

Masukan sensoris
Informasi yang tidak seimbang
ditangkap oleh antara sisi kiri dan
Infeksi virus pada Kerusakan pada
reseptor tidak kanan sehingga
sistem vestibularis bagian superior
sampai ke korteks terjadi
di telinga dalam nervus vestibularis
pusat ketidaksinkronan
keseimbangan alat keseimbangan
tubuh (vertigo)

Tata Laksana
• Farmakologi:
- Kortikosteroid, seperti metilprednisolon untuk mempercepat perbaikan fungsi
vestibular
- Antihistamin/antivertigo, seperti dimenhidrinat 50-100mg setiap 6 jam
- Antikolinergik, seperti skopolamin metilbromida 1-2mg 3 kali sehari
• Nonfarmakologi:
- Berbaring di dalam kamar yang gelap dan tenang, karena pada pasien vestibular neuritis
biasanya mata menjadi lebih sensitif terhadap cahaya yang dapat memperparah pusing
dan mual bahkan sampai pingsan.
- Fisioterapi berupa latihan berdiri statis, latihan dinamis untuk menjaga keseimbangan
tubuh dan stabilisasi gerakan bola mata.
Komplikasi
Komplikasi pada vestibular neuritis adalah benign paroxysmal positioning vertigo (BPPV) dan
somatoform phobic postural vertigo. Tingkat kekambuhan vestibular neuritis cukup rendah,
sekitar 1,9% mengalami kekambuhan 29-39 bulan setelah episode yang pertama.

Prognosis
Prognosis pada pasien vestibular neuritis secara umum baik, sebagian pasien kembali normal.
Pasien dengan usia muda biasanya akan sembuh lebih cepat daripada pasien dengan usia tua.
Pada pasien usia tua biasanya mengalami gangguan keseimbangan yang menetap, sehingga
diperlukan latihan keseimbangan.
MOTION SICKNESS

Definisi
Suatu kondisi tidak menyenangkan yang terjadi ketika seseorang sedang mengalami gerak
Motion sickness adalah sindrom umum dan kompleks yang terjadi sebagai respons terhadap
gerakan nyata atau yang dirasakan

Etiologi
terjadi ketika salah satu sumber deteksi gerakan tidak setuju dengan dua lainnya.

Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, dapat dibedakan atas :
• Seasickness
• Carsickness
• Simulation Sickness
• Airsickness
• Space sickness

Faktor Risiko
-Usia
• 6 – 9 tahun ( Puncak 9 )
• Bertambah usia = adaptasi
• Lansia rentan terhadap penyakit ini
-Fisik
• Aktivitas aerobik tinggi ↑
• Penyakit vestibuler
• Perasaan takut dan cemas
-Gender
Perempuan > Laki –Laki, > Perempuan haid, hamil
-Posisi duduk
Posisi duduk di belakang ↑

Gejala Klinis
• Mual muntah
• Keringat dingin
• Pucat
• Pusing
• Malaise
• Peningkatan Saliva
• Mengantuk
Patofisiologi
Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Anxiety
3. Depression

Tata Laksana
ANTIKOLINERGIK
Scopolamine
Digunakan sebagai nonselektif antimuskarinik
• Cara kerja : penghambat input ke inti vestibular
• Efek samping : mata / mulut kering, fotosensitivitas, penglihatan kabur, pusing, sakit
kepala, dan sedasi
• Bentuk sediaan : Gel
• Cara pemberian : Intranasal > Transdermal > Oral

ANTIHISTAMINE
Promethazine
Antagonis reseptor H1
• Cara kerja : mengurangi rangsang saraf aferen dari kanal setengah lingkaran yang dipicu
oleh sistem histaminergik di hipotalamus
• Efek samping : Turunnya kinerja
• Cara pemberian : Intramuscular

SYMPHATOMIMETIC
Dexatroamphetamine
• Sinergis dengan antikolinergik dan antihistamin
• Biasa digunakan untuk penerbangan luar angkasa

NON-FARMAKOLOGI
• Perubahan postur tubuh: mengurangi gerakan kepala, menahan gerakan kepala, bahu,
pinggul, dan lutut
• Hindari membaca di kendaraan yang bergerak
• Duduk di kursi menghadap ke depan, kursi depan, atau aktif menyetir kendaraan. Duduk
di tengah.
• Mendengarkan musik yang menyenangkan
• Menghindari bepergian dalam kondisi yang bergejolak atau dengan visibilitas yang buruk
• Untuk menghindari seasickness : Hindari makanan dengan kandungan histamine tinggi
(i.e : Tuna, keju, wine )
DAFTAR PUSTAKA

Zamergrad MV, Grachev SP, Gergova AA. [Acute vestibular disorder in the elderly: stroke
or peripheral vestibulopathy]. Zh Nevrol Psikhiatr Im S S Korsakova. (6. Vyp. 2):46-49
Bull, T. R. (2003). Color atlas of ENT diagnosis. Thieme Medical. 25-27
James, A. L., & Thorp, M. A. (2007). Meniere's disease. BMJ clinical evidence, 2007
Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed) 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke 6. Jakarta Balai Penerbit FKUI. 102-
104
Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Penerjemah:
Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Ganong, W. F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai