Anda di halaman 1dari 81

BAB II

PROSES KEPERAWATAN KOGNISI DAN PERSEPSI PADA LANSIA

2.1 Konsep Dasar Kognisi Pada Lansia


1. Definisi
Fungsi kognitif adalah kemampuan untuk memberikan alasan,
mengingat, persepsi, orientasi, memperhatinkan, serta memberikan
keputusan. Sehingga gangguan kognitif merupakan respon maladaptive
yang ditandai dengan adanya gangguan daya ingat, disorientasi, inkoheren,
salah persepsi, penurunan perhatian serta sukar berpikir logis. Gangguan
ini membuat individu berada dalam kebingungan, tidak mampu
menghubungkan kejadian saat ini dengan kejadian yang lampau.
Gangguan (Cognitive impairment disorders) disebabkan oleh
kerusakan neuron temporer atau permanent, mengakibatkana tidak
berfungsinya proses kognitif (misalnya fungsi otak yang lebih tinggi) yang
meliputi memori, penalaran, orientasi, persepsi dan perhatian (Isaees Ann,
2005)
2. Klasifikasi
a. Demensia
Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirikan dengan
kerusakan berat pada proses kognitif dan disfungsi kepribadian serta
perilaku (Isaaes Ann, 2005). Demensia ditandai dengan dengan
berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.
Gangguan fungsi kognitif anatara lain pada intelegansi, belajar dan daya
ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan
konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi
b. Delirium
Delirium adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan
kesadaran dan kognisi yang terjadi secara akut an berfluktuasi. Delirium
memiliki banyak penyebab yang semuanya mengakibatkan pola gejala
yang serupa berkaitan dengan tingkat kesadaran dan gangguan kognitif
pasien.
c. Amnestik
Amnestik adalah gangguan kogntif yang dicirikan dengan
kerusakan memori yang parah dan ketidak mampuan untuk mempelajari
materi baru, dapat terjadi konfabulasi dana apatisme.
3. Etiologi
a. Demensia
1) Sindroma demensia dengan peyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolisme
2) Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenak tetapu belum
dapat diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
penyakit degenarasi spino – serebelar.
a) Sub akut leuko-eselfalitis sklerotik fan bogaert
b) Khores Hungtington
3) Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati,
dalam golongan ini diantaranya:
a) Penyakit cerrebro kardiovaskuler
b) Penyakit Alzheimer
b. Delirium
1) Penyakit vaskuler serperti hipertensi, arteosklerosis
2) Penyakit Parkinson
3) Gangguan genetika : korea hungtinton atau penyakit pick
4) Infeksi virus HIV yang menyerang system saraf pusat
5) Gangguan struktur jaringan otak seperti tekanan normal hidrosepalus
dan trauma kepala
6) Penyakit akut atau kronis seperti jantung congestive, pneumonia,
penyakit ginjal dan hati, kanker dan stroke
7) Faktor hormonal dan nutrisi seperti diabetes, ketidakseimbangan
adrenal atau tiroid, malnutrisi dan dehidrasi
8) Kehilangan penglihatan dan pendengaran
9) Obat – obatan antipsikotik, antihistamin, antidepresan, dan
antiparkinson
c. Amnestik
1) Kondisi medik sistemik : Defisiensi thiamine (Sindroma Korsakoff)
2) Hipoglikemia
3) Kondisi otak primer : Seisure, Trauma Kapitis, Tumor otak
(terutama lobus thalimic dan lobus temporalis), penyakit
cerebrovaskuler (terutama lobus thalimic dan lobus temporalis),
peosedur pembedahan otak, ensephalitis, Hypoxia (keracunan
karbonmonoksida), Transient global amnesia, E.C.T., Multiple
scelrisis
4. Manifestasi Klinis
a. Demensia
Gejala klinik dari demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat
secara umum tanda dan gejala demensia adalah :
1) Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2) Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
3) Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat
yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah
kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4) Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat
melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil
yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
5) Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-
perasaan tersebut muncul.
6) Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
b. Delirium
1) Afasia : Kehilangan kemampuan berbahasa
2) Apraksia : Rusaknya kemampuan melakukan aktivitas motorik
sekalipun fungsi sensorinya tidak mengalami kerusakan
3) Agnosia : Kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek atau
benda umum walaupun fungsi sensorinya tidak mengalami
kerusakan
4) Konfabulasi : mengisi celah – celah ingatannya dengan fantasi
yang diyakini individu yang terkena
5) Sundown syndrome : memburuknya disorientasi di malam hari
6) reaksi katastrofik : respon takut atau panik dengan potensi kuat
menyakiti diri sendiri atau orang lain
7) Perseveration phenomenon : perilaku mengulang, meliputi
mengulangi kata kata orang lain
8) Hiperoralitas : kebutuhan untuk mencicipi dan mengunyah benda
benda yang cukup kecil untuk dimasukkan ke mulut
9) Kehilangan memori : awalnya hanya hal – hal yang baru terjadi,
dan akhirnya gangguan ingatan masa lalu
10) Disorientasi waktu, tempat, dan orang
11) Berkurangnya kemampuan berkonsentrasi atau mempelajari materi
baru
12) Sulit mengambil keputusan
13) Penilaian buruk : Individu in tidak mempunyai kewaspadaan
lingkungan tentang keamanan dan keselamatan
14) Agitasi, Gerakan yang tidak terarah, tremor, ketakutan, keemasan,
depresi, euphoria, apatis dan gangguan pola tidur
15) Terdapat pula kemungkinan gangguan bicara, inkoherensi,
disorientasi, gangguan memori, dan persepsi yang salah seperti
ilusi dan halusinasi
16) Gangguan kesadaran dan pemahaman : berkurangnya kemampuan
untuk mempertahankan perhatian terhadap sesuatu hal
17) Pikiran yang kacau dan percakapan yang melantur
18) gangguan siklus tidur-bangun
19) Perubahan Psikomotor (Misalnya hiperaktif, hipoaktif, agitasi,
mengantuk)
5. Faktor yang mempengaruhi
a. Usia
Semakin tua usia seorang maka secara alamiah akan terjadi
apoptosis pada sel neuron yang berakibat terjadinya atropi pada otak
yang dimulai dari atropi korteks, atropi sentral, hiperintensitas subtantia
alba dan peraventrikuler. Mengakibatkan penurunan fungsi kognitif
pada seseorang, kerusakan sel neuron ini diakibatkan oleh radikal
bebas, penurunan distribusi energi dan nutri otak.
b. Stres, depresi, ansietas
Depresi, stres dan ansietas akan menyebabkan penurunan
kecepatan aliran darah dan stress memicu pelepasan hormon
glukokortikoid yang dapat menurunkan fungsi kognitif.
c. Latihan memori
Semakin sering seseorang menggunakan atau melatih
memorinya makan sinaps antar neuron akan semakin banyak terbentuk
sehingga kapasitas memori seseorang akan bertambah.
d. Lingkungan
Pada orang yang tinggal di daerah maju dengan sistem
pendidikan yang cukup maka akan memiliki fungsi kognitif yang lebih
baik dibandingkan pada orang dengan fasilitas pendidikan yang
minimal, semakin kompleks stimulus yang didapat makan akan
semakin berkembang pula kemampuan otak seseorang.
e. Obat-obatan
Beberapa zat seperti alkohol bersifat toksik bagi sel neuron
selain itu defesiensi vitamin B kompleks terbukti menyebabkan
penurunan fungsi kognitif seseorang.
f. Cara menstimulasi fungsi kognitif lansia
1) Senam otak
Senam otak merupakan gerakan tubuh sederhana yang
digunakan untuk merangsang otak kiri dan kanan, merangsang
sistem yang terikat dengan emosional serta relaksasi otak bagian
belakang ataupun depan.
a) Manfaat dan tujuan senam otak adalah:
b) Memperlambat kepikunan.
c) Menghilangkan stres.
d) Meningkatkan konsentrasi.
e) Membuat emosi yang tenang.
2) Terapi orientasi realitas
Terapi orientasi realitas adalah upaya untuk
mengonsentasiakan keadaan nyata kepada klien, yaitu dari diri
sendiri, orang lain, lingkungannya/tempat, dan waktu. Manfaat
dan tujuan orientasi realitas adalah mengorintasikan keadaan
nyata kepada lansia baik diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan (waktu, tempat).
3) Terapi kenangan
Terapi kenangan adalah teknik yang digunakan untuk mengingat
dan mebicarakan tentang kehidupan seseorang. Trrapi ini
digunakan untuk lansia yang mengalami ganggua kognitif,
kesepian dan pemulihan psikologis. Terapi ini dapat diberikan
pada lansia secara individu, keluarga, maupun kelompok.
Pelaksanaa kegiatan terapi secara kelompok memberi
kesempatan kepada lansia untuk mebagi pengalamannya pada
anggota kelompok, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan
sosialisasi dalam kelompok serta efesiensi biaya maupun
efektifitas waktu. Tujuan dari terapi ini adalah meningkatkan
hubungan lansia dengan orang lain, memberi stimulus kognitif
dan meningkatkan kepuasaan hidup lansia.
6. Penatalaksanaan
a. Delirium
Pengobatan difokuskan pada identifikasi dan penyembuhan
penyebab utama sambil mendukung proses fisiologik klien dalam
menjaga dan meningkatkan keselamatan. Pengibatan akut berbasis
rumah sakit biasanya diindikasikan untuk gangguan ini.
b. Demensia
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain
sebagai berikut
1) Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan; Untuk
mengobati demensia alzheimer digunakan obat – obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine
, Memantine. Dementia vaskuler membutuhkan obat –obatan
anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk
melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki
gangguan kognitif. Demensia karena stroke yang berturut-turut
tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat
atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi
atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
2) Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya
yang terang, jam dinding.
3) Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi
simtomatik, meliputi :
a) Latihan fisik yang sesuai
b) Terapi rekreasional dan aktifitas
c. Amnestik
Berdasarkan Videbeck (2008) pengobatan gangguan
amnestik berfokus pada menghilangkan penyebab yang mendasar
dan merehabilitasi kondisi klien, termasuk pencegahan masalah
medis lebih lanjut. Terapi untuk klien yang mengalami gangguan
amnestik akibat stroke mecakup rehabilitasi dan mengurangi faktor
resiko stroke lainnya. Klien yang mengalami gangguan amnestik
awitan akut atau cedera otak traumatik sering memperoleh kembali
sebagian besar memori mereka seiring berjalannya waktu.

7. Konsep Asuhan Keperawatan Kognisi


A. Identitas
1. Identitas Klien
Didalam identitas klien yang dikaji meliputi : Nama
lengkap, umur ( >60 tahun), agama, alamat asal dan tanggal datang
2. Data Keluarga
Dalam data keluarga berisikan wali dari pasien. Berisikan
Nama, hubungan, pekerjaan dan alamat.
3. Status Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada lansia dengan masalah
kognisi dan presepsi antara lain penurunan konsentrasi,
kecepatan dan memori.
b. Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan utama pada
lansia dengan masalah kognisi dan persepsi dengan
mengajarkan gerakan gerakan ringan untuk memneri
rangsangan dan stimulus pada otak sehingga dapat
mneingkatkan fungsi kognitif.
c. Obat- obatan
Obatan-obatan yang diterima dan dikonsumsi pasien
4. Age related changes (perubahan terkait proses menua)
a. Kondisi umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
kognisi dan persepsi biasanya lemah
b. Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan pada integumen,
hematopoetic, kepala, mata, telinga, hidung sinus, mulut dan
tenggorokan, leher, pernafasan, kardiovaskuler,
gastrointestinal, perkemahan, reproduksi, muskuloskeletal dan
persyarafan.
5. Potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual
Dalam potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual klien
lansia dengan masalah kognisi persepsi akan banyak memiliki
kesulitan dan hambatan baik dalam hal psikososial maupun
spiritual.
6. Lingkungan
Hal yang dikaji dalam lingkungan adalah keadaan kamar
tidur, kamar mandi, dalam rumah atau wisma dan keadaan diluar
rumah.
7. Negative functional consequences
a. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Skor
Dengan
No Kriteria Mandiri Yang
Bantuan
Didapat
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke
5-10 15
tempat tidur, atau sebaliknya
3. Personal toilet (cuci muka,
0 5
menyisir rambut, gosok gigi)
4. Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, 5 10
menyiram)
5. Mandi 0 5
6. Berjalan dipermukaan datar
(jika tidak bisa, dengan kursi 0 5
roda)
7. Naik turun tangga 5 10
8. Mengenakan pakaian 5 10
9. Kontrol bowel (BAB) 5 10
10. Kontrol Bladder (BAK) 5 10

b. Aspek kognitif
MMSE (Mini Mental satus Exam)

Nilai Nilai
No Aspek Kognitif Kriteria
maksimal klien
1. Orientasi Menyebutkan
dengan benar:
Tahun :
5 Hari :
Musim:
Bulan :
Tanggal :
2. Orientasi Dimana kita
sekarang berada?
Negara :
5 Panti :
Propinsi :
Wisma :
Kabupaten/kota :
3. Registrasi Sebutkan 3 nama
obyek (misal :
kursi, meja, kertas),
kemudian
3 ditanyakan kepada
klien, menjawab :
1) Kursi
2) Meja
3) Kertas
4. Perhatian dan 5 Meminta klien
kalkulasi berhitung mulai
dari 100 kemudian
kurangi 7 sampai 5
tingkat
Jawaban :
1) 93
2) 86
3) 79
4) 72
5) 65
5. Mengingat Minta klien untuk
mengulangi ketiga
3
obyek pada poin ke
2 (tiap poin nilai 1)
6. Bahasa 9 Menanyakan
kepada klien tetang
benda (sambil
menunjukkan
benda tersebut)
1) Lemari
2) Bedak botol
3) Minta klien
untuk
mengulangi kata
berikut :
“tidak ada, dan,
jika, atau tetapi”
Klien menjawab
:

Minta klien untuk


mengikuti perintah
berikut yang terdiri
dari 3 langkah
4) Ambil kertas di
tangan anda
5) Lipat dua
6) Taruh di lantai
Perintahkan pada
klien untuk hal
berikut (bila
aktivitas sesuai
perintah nilai satu
poin)
7) “tutup mata
anda”
8) Perintahkan
kepada klien
untuk menulis
kalimat dan
9) Menyalin
gambar 2 segi
lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :

c. Tes keseimbangan
Time Up Go Test
Hasil TUG
No Tanggal Pemeriksaan
(detik)
1
2
3
Rata-rata waktu TUG
Interpretasi hasil
Interpretasi Hasil :
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukkan hasil
berikut :

>13.5 detik Resiko tinggi jatuh


Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
>24 detik
bulan
Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
>30 detik
mobilisasi dan melakukan ADL

d. Kecemasan, GDS
Pengkajian depresi
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan
0 1
anda saat ini
2. Anda merasa bosan dengan
1 0
berbagai aktivitas dan kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda
1 0
hampa/kosong
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motivasi yang
0 1
baik sepanjang waktu
6. Anda takut ada sesuatu yang
1 0
buruk terjadi pada anda
7. Anda lebih merasa bahagia di
0 1
sepanjang waktu
8. Anda sering merasakan butuh
1 0
bantuan
9. Anda lebih senang tinggal di
rumah daripada keluar melakukan 1 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak
1 0
masalah dengan ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup
0 1
ini sangat luar biasa
12. Anda tidak tertarik dengan jalan
1 0
hidup anda
13. Anda merasa bahwa diri anda
0 1
sanagt energik/bersemangat
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain
1 0
lebih baik dari diri anda
Jumlah
Interpretasi :
Jika diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

e. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia

No. Indikators Score Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang 2
mengakibatkan perubahan jumlah
dan jenis makanan yang
dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam 3
sehari
3. Makan sedikit buah, sayur atau 2
olahan susu
4. Mempunyai tiga atau lebih 2
kebiasaan minum beralkohol setiap
harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut 2
atau giginya sehingga tidak dapat
makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup 4
uang untuk membeli makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1
8. Mempunyai keharusan 1
menjalankan terapi minum obat 3
kali atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 2
5 kg dalam enam bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai 2
kemampuan fisik yang cukup untuk
belanja, memasak atau makan
sendiri
Total score
Interpretasi :
0-2 : Good
3-5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk

f. Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Jenis pemeriksaan Tanggal
No. Hasil
Diagnostik Pemeriksaan
1.
2.
3.
4.
5.

g. Fungsi sosial lansia


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrinning yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial
lansia

No. URAIAN FUNGSI SKORE


1. Saya puas bahwa saya
dapat kembali pada
keluarga (teman-teman)
ADAPTATION
saya untuk membantu pada
waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya membicarakan sesuatu
PARTNERSHIP
dengan saya dan
mengungkapkan masalah
dengan saya
3. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
nsaya menerima dan
GROWTH
mendukung keinginan saya
untuk melakukan
aktivitas/arah baru
4. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan afek
AFFECTION
dan berespon terhadap
emosi-emosi saya seperti
marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara
teman-teman saya dan saya
RESOLVE
menyediakan waktu
bersama-sama
Kategori Skor : TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang
dijawab :
1) Selalu :
skore 2
2) Kadang-kadang :
skore 1
3) Hampir tidak pernah :
skore 0
Interpretasi :
< 3 = Disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
> 6 = fungsi baik
8. Faktor Predisposisi
Biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi biologis dan
sistem saraf pusat. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :
faktor usia, neurobiologis (gangguan suplai oksigen, glukosa dan
zat makanan yang penting untuk fungsi otak), penumpukan racun
pada jaringan otak otak, penyakit liver kronis, penyakit ginjal
kronis, kekurangan vitamin B1, malnutrisi, faktor genetik dan
gangguan genetik.
9. Faktor Presiptasi
Hipoksia, gangguan metabolisme, racun pada otak, adanya
perubahan struktur otak karena tumor dan trauma, stimulus
lingkungan yang kurang dan respon perlawanan terhadap
pengoatan.
10. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan yang sering digunakan adalah regresi,
denial dan kopensasi.
11. Perilaku
Rasa curiga, bermusuhan, depresi, mencela/ memaki dan menarik
diri.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas b.d krisis situasional/maturasional
2) Konfusi akut/kronik b.d delerium, demensia dan usia lebih daro 60
tahun
C. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas
klien menurun
Intervensi :
a) Pahami rasa takut atau ansietas klien
b) Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien dan tingkat ansietas
c) Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat
ini dan apakah yang telah terjadi untuk mengantisipasi perasaan
tidak tertolong serta ansietas
2) Diagnosa 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kemampuan kognitif klien meningkat
Intervensi :
a) Identifikasi kemungkinan delirium
b) kaji respon individu
c) Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat
ini dan apakah yang telah terjadi untuk mengantisipasi perasaan
tidak tertolong
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan bebagai strategi tindakan
keperawatan. tindakan ini berupa tindakan individu (mandiri) dan
tindakan bimbingan kolaboratif.
E. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. 3 hal alternatif
yang banyak dugunakan untuk menentukan sejauh mana intervensi yang
telah teratasi
1) Tujuan tercapai : mencapai kriteria hasil yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian : adanya perubahan perilaku namun tidak
sebaik yang diharapkan.
3) Tujuan tidak tercapai : tidak adanya perubahan setelah intervensi
dilakukan
2.2 Proses Keperawatan Presepsi Diri Pada Lansia
1. Definisi
Bimo Walgito (2004:70) mengungkapkan bahwa presepsi merupakan
suatu proses pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang
diterima oleh organismeatau individu sehingga menjadi sesuatu yang
berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.
Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan, berfikir, pengalaman
yang di miliki individu tidak sama, maka dalam mempresepsi sesuatu
stimulus, hasil presepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan
individu lain.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang
sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan
sudut pandangnya. Presepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang
terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda dengan
menggunakan alat indra yang di miliki. Presepsi positif dan negative ibarat
file yang sudah tersimpan rapi di alam pikiran bawah sadar kita. File itu
akan segara muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian
yang membuka. Presepsi merupakan hasil kerja otas dalam memahami
atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya. (Waidi, 2006:118).
Dari penjelasa di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa
presepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari pengelihatan hingga
terbentuk tanggapan yang terjadi dalam individu, sehingga individu sadar
akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra nya.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi
Menurut Miftah Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang adalah sebagai berikut:
a) Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu,
prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses
belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan
juga minat, dan motivasi.
b) Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang
diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran,
keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau
ketidak asingan suatu objek.
3. Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi
Menurut Bimo Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
a) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung
mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
b) Alat indera, syaraf, dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf,
yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan
respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.
c) Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan
dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
sesuatu sekumpulan objek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu
sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi
suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama.
Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi
orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan
persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu,
perbedaan- perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau
perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi
ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh
pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.
4. Proses Persepsi
Menurut Miftah Toha (2003: 145), proses terbentuknya persepsi
didasari pada beberapa tahapan, yaitu:

a) Stimulus atau Rangsangan

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu


stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

b) Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme


fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh
melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan
atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar
semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.
c) Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat


penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang
diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara
pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

5. Konsep Asuhan Keperawatan Presepsi Diri

A. Identitas
1. Identitas Klien
Didalam identitas klien yang dikaji meliputi : Nama
lengkap, umur ( >60 tahun), agama, alamat asal dan tanggal
datang
2. Data Keluarga
Dalam data keluarga berisikan wali dari pasien. Berisikan
Nama, hubungan, pekerjaan dan alamat.
3. Status Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada lansia dengan masalah
presepsi diri dan konsep diri antara lain hilangnya
keyakinan dan kepercayaan baik pada dirinya atau orang
lain.
b. Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi
keluhan
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan utama pada
lansia dengan masalah presepsi diri dan konsep diri dengan
mengajak berbicara, berdiskusi dan berbagi cerita sehingga
akan timbul perasaan percaya terhadap orang lain.
c. Obat- obatan
Obatan-obatan yang diterima dan dikonsumsi pasien
4. Age related changes (perubahan terkait proses menua)
a. Kondisi umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
presepsi diri dan konsep diri biasanya lemah
b. Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan pada integumen,
hematopoetic, kepala, mata, telinga, hidung sinus, mulut
dan tenggorokan, leher, pernafasan, kardiovaskuler,
gastrointestinal, perkemahan, reproduksi, muskuloskeletal
dan persyarafan.
5. Potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual
Dalam potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual
klien lansia dengan masalah kognisi persepsi akan banyak
memiliki kesulitan dan hambatan baik dalam hal psikososial
maupun spiritual.
6. Lingkungan
Hal yang dikaji dalam lingkungan adalah keadaan kamar
tidur, kamar mandi, dalam rumah atau wisma dan keadaan
diluar rumah.
7. Negative functional consequences
a. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari
(Indeks Barthel)
Skor
Dengan
No Kriteria Mandiri Yang
Bantuan
Didapat
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke
tempat tidur, atau 5-10 15
sebaliknya
3. Personal toilet (cuci muka,
menyisir rambut, gosok 0 5
gigi)
4. Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian, menyeka 5 10
tubuh, menyiram)
5. Mandi 0 5
6. Berjalan dipermukaan datar
(jika tidak bisa, dengan 0 5
kursi roda)
7. Naik turun tangga 5 10
8. Mengenakan pakaian 5 10
9. Kontrol bowel (BAB) 5 10
10. Kontrol Bladder (BAK) 5 10

b. Aspek kognitif
MMSE (Mini Mental satus Exam)
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif maksimal klien
1. Orientasi Menyebutkan dengan
benar:
Tahun :
5 Hari :
Musim:
Bulan :
Tanggal :
2. Orientasi Dimana kita sekarang
berada?
Negara :
5 Panti :
Propinsi :
Wisma :
Kabupaten/kota :
3. Registrasi 3 Sebutkan 3 nama
obyek (misal : kursi,
meja, kertas),
kemudian ditanyakan
kepada klien,
menjawab :
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
4. Perhatian Meminta klien
dan berhitung mulai dari
kalkulasi 100 kemudian kurangi
7 sampai 5 tingkat
Jawaban :
5
1) 93
2) 86
3) 79
4) 72
5) 65
5. Mengingat Minta klien untuk
mengulangi ketiga
3
obyek pada poin ke 2
(tiap poin nilai 1)
6. Bahasa 9 Menanyakan kepada
klien tetang benda
(sambil menunjukkan
benda tersebut)
1) Lemari
2) Bedak botol
3) Minta klien untuk
mengulangi kata
berikut :
“tidak ada, dan,
jika, atau tetapi”
Klien menjawab :
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri
dari 3 langkah
4) Ambil kertas di
tangan anda
5) Lipat dua
6) Taruh di lantai
Perintahkan pada
klien untuk hal
berikut (bila aktivitas
sesuai perintah nilai
satu poin)
1) “tutup mata anda”
2) Perintahkan
kepada klien untuk
menulis kalimat
dan Menyalin
gambar 2 segi lima
yang saling
bertumpuk

Total nilai 30
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :

c. Tes keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1
2
3
Rata-rata waktu TUG
Interpretasi hasil
Interpretasi Hasil :
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukkan hasil
berikut:

>13.5 detik Resiko tinggi jatuh


Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
>24 detik
bulan
Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
>30 detik
mobilisasi dan melakukan ADL
d. Kecemasan, GDS
Pengkajian depresi
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan
0 1
anda saat ini
2. Anda merasa bosan dengan
berbagai aktivitas dan 1 0
kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda
1 0
hampa/kosong
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motivasi yang
0 1
baik sepanjang waktu
6. Anda takut ada sesuatu yang
1 0
buruk terjadi pada anda
7 Anda lebih merasa bahagia di
0 1
sepanjang waktu
8. Anda sering merasakan butuh
1 0
bantuan
9. Anda lebih senang tinggal di
rumah daripada keluar 1 0
melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak
1 0
masalah dengan ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup
0 1
ini sangat luar biasa
12. Anda tidak tertarik dengan jalan
1 0
hidup anda
13. Anda merasa bahwa diri anda
0 1
sanagt energik/bersemangat
14. Anda merasa tidak punya
1 0
harapan
15. Anda berfikir bahwa orang lain
1 0
lebih baik dari diri anda
Jumlah
Interpretasi :
Jika diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan
depresi
e. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia
No. Indikators Score Pemeriksaan
1. Menderita sakit atau kondisi yang 2
mengakibatkan perubahan jumlah
dan jenis makanan yang
dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam 3
sehari
3. Makan sedikit buah, sayur atau 2
olahan susu
4. Mempunyai tiga atau lebih 2
kebiasaan minum beralkohol setiap
harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut 2
atau giginya sehingga tidak dapat
makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup 4
uang untuk membeli makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1
8. Mempunyai keharusan 1
menjalankan terapi minum obat 3
kali atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 2
5 kg dalam enam bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai 2
kemampuan fisik yang cukup untuk
belanja, memasak atau makan
sendiri
Total score
Interpretasi :
0-2 : Good
3-5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk

f. Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Jenis pemeriksaan Tanggal
No. Hasil
Diagnostik Pemeriksaan
1.
2.
3.
4.
5.

g. Fungsi sosial lansia


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrinning yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi
sosial lansia
No. URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya
dapat kembali pada
keluarga (teman-teman)
ADAPTATION
saya untuk membantu
pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya membicarakan
PARTNERSHIP
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah
dengan saya
3. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
nsaya menerima dan
GROWTH
mendukung keinginan
saya untuk melakukan
aktivitas/arah baru
4. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan
afek dan berespon AFFECTION
terhadap emosi-emosi
saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara
teman-teman saya dan
RESOLVE
saya menyediakan waktu
bersama-sama
Kategori Skor : TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang
dijawab :
1) Selalu : skore 2
2) Kadang-kadang : skore 1
3) Hampir tidak pernah : skore 0
Interpretasi :
< 3 = Disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
> 6 = fungsi baik

8. Citra tubuh
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk
persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan
pengalaman yang baru. Yang perlu dikembangkan dalam citra
tubuh pasien adalah berat badan, tinggi badan, bentuk tubuh,
tanda-tanda pertumbuhan sekunder.
9. Ideal diri
Ideal diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang
bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar,
aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Yang perlu
dikembangkan dalam ideal diri pasien adalah cita cita pasien,
harapan pasien, identifikasi pada orang tua, aspirasi pasien,
nilai-nilai yang ingin dicapai.
10. Harga diri
Harga diri adalah penilaian tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuar dengan ideal diri. Yang perlu dikembangkan
dalam harga diri pasien adalah percaya diri, penghargaan dari
orang lain.
11. Peran
Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi
individu diberbagai kelompok sosial. Yang perlu
dikembangkan dalam peran adalah minat dan bakat, aktualisasi
diri.
12. Identitas
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari
kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
kesinambungan, konsisten dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama
pada masa remaja. Yang perlu dikembangkan dalam identitas
diri adalah nama pasien, usia pasien, agama pasien, jenis
kelamin pasien, status pasien.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan koping b.d gangguan konsep diri (harga diri
rendah) dikarenakan harapan diri yang tidak realistis
2) Kehilangan harapan b.d gangguan konsep diri (ideal diri)
dikarenakan harapan orang tau yang tidak realistik.
3) Ketidakefektifan performa peran b.d gangguan konsep diri (peran)
dikarenakan ketidakmampuan menerima peran baru dalam diri.
C. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan harga diri
klien meningkat
Intervensi :
a) Pahami rasa takut atau ansietas klien
b) Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien dan tingkat ansietas
c) Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat
ini dan apakah yang telah terjadi untuk mengantisipasi perasaan
tidak tertolong serta ansietas
2) Diagnosa 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kemampuan kognitif klien meningkat
Intervensi :
a) Identifikasi kemungkinan delirium
b) kaji respon individu
c) Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat
ini dan apakah yang telah terjadi untuk mengantisipasi perasaan
tidak tertolong
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan bebagai strategi tindakan
keperawatan. tindakan ini berupa tindakan individu (mandiri) dan
tindakan bimbingan kolaboratif.
E. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. 3 hal alternatif
yang banyak dugunakan untuk menentukan sejauh mana intervensi
yang telah teratasi
1. Tujuan tercapai : mencapai kriteria hasil yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian : adanya perubahan perilaku namun tidak
sebaik yang diharapkan.
3. Tujuan tidak tercapai : tidak adanya perubahan setelah intervensi
dilakukan
2.3 Konsep Dasar Peran dan Hubungan Pada Lansia
1. Definisi
Kebutuhan kan peran dan hubungan diperlukan pada sebuah
keluarga agar tetap dapt menjalankan peran dan fungsi mereka. Saat
kebutuhan akan peran dan hubungan tidak dapat terpenuhi maka akan
terjadi adanya peran dan fungsi yang tidak dijalankan serta dapat menjadi
masalah yang dapat menganggu keharmonisan dan keutuhan sebuah
keluarga, salah satunya adalah pengabaian. Pengabaian (neglect)
didefinisikan sebagai jenis penganiayaan yang mengacu pada kegagalan
oleh pengasuh untuk memberikan yang diperlukan, perawatan yang sesuai
dengan usia meski secara finansial mampu melakukannya atau ditawarkan
berarti keuangan atau lainnya untuk melakukannya.
2. Klasifikasi
a) Physical neglect (Pengabaian fisik)
Pengabaian fisik umumnya melibatkan orang tua atau pengasuh yang
tidak memberikan kebutuhan dasar pada anak (misalnya, makanan,
pakaian, memadai dan tempat tinggal). Kegagalan atau penolakan untuk
menyediakan kebutuhan membahayakan kesehatan fisik anak,
kesejahteraan, pertumbuhan psikologis dan perkembangan.
Pengabaian fisik juga termasuk meninggalkan anak, pengawasan
tidak memadai, penolakan terhadap anak yang mengarah ke pengusiran
dari rumah dan kegagalan untuk secara memadai menyediakan untuk
keselamatan anak dan kebutuhan fisik dan emosional. Pengabaian fisik
yang parah dapat berdampak pada perkembangan anak dengan
menyebabkan gagal tumbuh, gizi buruk, penyakit serius, kerusakan
fisik berupa luka, memar, luka bakar atau cedera lainnya karena
kurangnya pengawasan, dan seumur hidup harga diri yang rendah.
b) Educational neglect (Pengabaian pendidikan)
Pengabaian pendidikan melibatkan kegagalan dari orang tua atau
pengasuh. Pengabaian pendidikan dapat menyebabkan anak gagal untuk
memperoleh ketrampilan hidup dasar, putus sekolah atau terus
menampilkan perilaku yang mengganggu. Pengabaian pendidikan bisa
menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan, kesejahteraan emosional,
fisik atau pertumbuhan psikologis normal dan perkembangan, terutama
ketika anak memiliki kebutuhan pendidikan khusus yang tidak
terpenuhi.
c) Psychological neglect emotional (Pengabaian psikologi emosional)
Pengabaian psikologi dan emosional meliputi tindakan seperti terlibat
dalam pertengkaran orang tua yang ekstrim di hadapan anak,
memungkinkan seorang anak untuk menggunakan obat – obatan atau
alkohol, menolak atau gagal untuk menyediakan membutuhkan
perawatan psikologis serta terus menerus meremehkan kasih sayang.
3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi
a. Faktor eksternal : Lingkungan
b. Faktor internal :
1) Kesibukan
2) Keengganan untuk merawat anggota keluarga
3) Keadaan finanial
4) Penyakit dari salah seorang anggota keluarga yang tidak kunjung
sembuh
5) Ketidak mampuan menyelesaikan masalah
4. Konsep Asuhan Keperawatan Peran dan Hubungan Pada Lansia
A. Identitas
1) Identitas Klien
Didalam identitas klien yang dikaji meliputi : Nama lengkap, umur
( >60 tahun), agama, alamat asal dan tanggal datang
2) Data Keluarga
Dalam data keluarga berisikan wali dari pasien. Berisikan Nama,
hubungan, pekerjaan dan alamat.
3) Status Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada lansia dengan masalah
peran dan hubungan adalah susah tidur, pengabaian/ kurangnya
perhatian terhadap orang lain.
b. Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan utama pada
lansia dengan masalah peran dan hubungan dengan mengatur
waktu tiap kegiatan sehari-hari sehingga tidak mengabaikan
waktu bersama orang lain.
c. Obat- obatan
Obatan-obatan yang diterima dan dikonsumsi pasien
4) Age related changes (perubahan terkait proses menua)
a. Kondisi umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah hubungan
dan peran biasanya bingung, sedih. Ketidakmampuan
menyelesaikan masalah.
b. Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan pada integumen,
hematopoetic, kepala, mata, telinga, hidung sinus, mulut dan
tenggorokan, leher, pernafasan, kardiovaskuler, gastrointestinal,
perkemahan, reproduksi, muskuloskeletal dan persyarafan.
Klien dengan stress koping dalam pemeriksaan fisik didapatkan :
1) Pengkajian sistem persyarafan:
Kesimetrisan raut wajah (raut wajah nampak tua dan
keriput, sedih), tingkat kesadaran (kesadaran penuh), adanya
perubahan-perubahan dari otak (mengalami gangguan
konsentrasi).
2) Mata:
Pergerakan mata, kejelasan melihat menurun/buram, ada
tidaknya katarak, Pupil isokor, Kesamaan dilatasi, ketajaman
penglihatan (mengalami penurunan ketajaman penglihatan
karena proses pemenuaan, tidak ada kontak mata).
3) Ketajaman pendengaran:
Apakah menggunakan alat bantu dengar, adakah tinnitus,
serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di
bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga, (Adanya
konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional).
4) Sistem kardiovaskuler:
Sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi denyut
nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis,
apakah ada keluhan pusing, edema (Tidak ditemukan adanya
kelainan, frekuensi nadi masih dalam batas normal).
5) Sistem gastrointestinal:
Status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah,
kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan
rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah perut
kembung ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi
(sembelit), diare, dan inkontinensia alvi (tidak ditemukan
adanya kelainan).
6) Sistem genitourinarius:
Warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi,
tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa
sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk melaksanakan
hubungan seks, adanya kecacatan sosial yang mengarah ke
aktivitas seksual (Tidak ada keluhan terkait dengan pola
berkemih).
7) Sistem kulit/integumen:
Kulit (temperatur, tingkat kelembaban), keutuhan luka,
luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan
parut, keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan-
gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal:
Kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot,
kemampuan melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan
bungkuk (Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan
aktivitas dan interaksi dengan orang lain).
5) Potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual
Dalam potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual klien
lansia dengan masalah kognisi persepsi akan banyak memiliki
kesulitan dan hambatan baik dalam hal psikososial maupun spiritual.
a. Psikososial
Bagaimana sikap klien terhadap proses penuaan, apakah
klien merasa di butuhkan atau tidak, apakah klien optimis dalam
memandang suatu kehidupan, bagaimana cara klien mengatasi
stres yang di alami, apakah klien mudah dalam menyesuaikan
diri, apakah klien sering mengalami kegagalan, apakah harapan
klien pada saat ini dan akan datang, bagaimana fungsi kognitif
klien yang meliputi daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah (klien
mudah tersinggung, klien menolak berinteraksi dengan orang lain,
klien menyendiri dari yang lain, klien hanya berdiam diri).
b. Spriritual
Apakah klien secara teratur melakukan ibadah sesuai
dengan keyakinan agamanya, apakah klien mengikuti atau terlibat
aktif dalam kegiatan keagamaan, bagaimana cara klien
menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa, apakah klien
terlihat tabah dan tawakal.
6) Lingkungan
Hal yang dikaji dalam lingkungan adalah keadaan kamar tidur,
kamar mandi, dalam rumah atau wisma dan keadaan diluar rumah.
7) Negative functional consequences
a. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks
Barthel)
Skor
Dengan
No Kriteria Mandiri Yang
Bantuan
Didapat
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke
5-10 15
tempat tidur, atau sebaliknya
3. Personal toilet (cuci muka,
0 5
menyisir rambut, gosok gigi)
4. Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, 5 10
menyiram)
5. Mandi 0 5
6. Berjalan dipermukaan datar
(jika tidak bisa, dengan kursi 0 5
roda)
7. Naik turun tangga
5 10
8. Mengenakan pakaian
5 10
9. Kontrol bowel (BAB)
5 10
10. Kontrol Bladder (BAK)
5 10
1.

b. Aspek kognitif
MMSE (Mini Mental satus Exam)
Nilai
No Aspek Kognitif Nilai maksimal Kriteria
klien
1. Orientasi Menyebutkan
dengan benar:
Tahun :
5 Hari :
Musim:
Bulan :
Tanggal :
2. Orientasi 5 Dimana kita
sekarang berada?
Negara :
Panti :
Propinsi :
Wisma :
Kabupaten/kota :
3. Registrasi Sebutkan 3 nama
obyek (misal :
kursi, meja, kertas),
kemudian
3 ditanyakan kepada
klien, menjawab :
1) Kursi
2) Meja
3) Kertas
4. Perhatian dan Meminta klien
kalkulasi berhitung mulai
dari 100 kemudian
kurangi 7 sampai 5
tingkat
5 Jawaban :
1) 93
2) 86
3) 79
4) 72
5) 65
5. Mengingat Minta klien untuk
mengulangi ketiga
3
obyek pada poin ke
2 (tiap poin nilai 1)
6. Bahasa 9 Menanyakan
kepada klien tetang
benda (sambil
menunjukkan
benda tersebut)
1) Lemari
2) Bedak botol
3) Minta klien
untuk mengulangi
kata berikut :
“tidak ada, dan,
jika, atau tetapi”
Klien menjawab
:
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri
dari 3 langkah
1) Ambil kertas di
tangan anda
2) Lipat dua
3) Taruh di lantai
Perintahkan pada
klien untuk hal
berikut (bila
aktivitas sesuai
perintah nilai satu
poin)
1) “tutup mata
anda”
2) Perintahkan
kepada klien untuk
menulis kalimat
dan
3) Menyalin
gambar 2 segi lima
yang saling
bertumpuk

Total nilai 30
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :
c. Tes keseimbangan
Time Up Go Test
Tanggal
No Hasil TUG (detik)
Pemeriksaan
1
2
3
Rata-rata waktu TUG
Interpretasi hasil
Interpretasi Hasil :

Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukkan hasil berikut :

>13.5 detik Resiko tinggi jatuh


Diperkirakan jatuh dalam kurun
>24 detik
waktu 6 bulan
Diperkirakan membutuhkan
>30 detik bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL

d. Kecemasan, GDS
Pengkajian depresi

Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda
0 1
saat ini
2. Anda merasa bosan dengan
1 0
berbagai aktivitas dan kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda
1 0
hampa/kosong
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik
0 1
sepanjang waktu
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk
1 0
terjadi pada anda
7. Anda lebih merasa bahagia di
0 1
sepanjang waktu
8. Anda sering merasakan butuh
1 0
bantuan
9. Anda lebih senang tinggal di rumah
daripada keluar melakukan sesuatu 1 0
hal
10. Anda merasa memiliki banyak
1 0
masalah dengan ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini
0 1
sangat luar biasa
12. Anda tidak tertarik dengan jalan
1 0
hidup anda
13. Anda merasa bahwa diri anda
0 1
sanagt energik/bersemangat
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain
1 0
lebih baik dari diri anda
Jumlah
Interpretasi :
Jika diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

e. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia
No. Indikators Score Pemeriksaan
1. Menderita sakit atau kondisi yang 2
mengakibatkan perubahan jumlah
dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam 3
sehari
3. Makan sedikit buah, sayur atau 2
olahan susu
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan 2
minum beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut 2
atau giginya sehingga tidak dapat
makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang 4
untuk membeli makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan 1
terapi minum obat 3 kali atau lebih
setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 2
kg dalam enam bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan 2
fisik yang cukup untuk belanja,
memasak atau makan sendiri
Total score

Interpretasi :
0-2 : Good
3-5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk

f. Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Jenis pemeriksaan
No. Tanggal Pemeriksaan Hasil
Diagnostik
1.
2.
3.
4.
5.

g. Fungsi sosial lansia


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrinning yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi
sosial lansia
No. Uraian Fungsi Skore
1. Saya puas bahwa saya dapat
kembali pada keluarga (teman-
teman) saya untuk membantu ADAPTATION
pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan PARTNERSHIP
saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) nsaya menerima
dan mendukung keinginan saya GROWTH
untuk melakukan aktivitas/arah
baru
4. Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan
AFFECTION
berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman- RESOLVE
teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama-
sama
Kategori Skor : TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab :
4) Selalu : skore 2
5) Kadang-kadang : skore 1
6) Hampir tidak pernah : skore 0
Interpretasi :
< 3 = Disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
> 6 = fungsi baik

8) Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang
objektif dan teramati serta bersifatsubjektif dan dunia dalam
pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri yang
rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.
b. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan dalam struktur sosial.
9) Stresor Pencetus
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran hubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. ada
tiga jenis transisi peran:
(1) Transisi peran perkembangan
(2) Transisi peran situasi
(3) Transisi peran sehat /sakit
10) Sumber-sumber koping
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber
koping, meliputi :
a) Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah
b) Hobby dan kerajinan tangan
c) Seni yang ekspresif
d) Kesehatan dan perawan diri
e) Pekerjaan atau posisi
f) Bakat Tertentu
g) Kecerdasan
h) Imajinasi dan creativitas
i) Hubungan interpersonal
11) Mekanisme Doping
a) Pertahanan koping dalam jangka pendek
b) Pertahanan koping jangka panjang
c) Mekanisme pertahanan ego
d) Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya, maka
orang tersebut harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut :
Pendekatan dan pertanyaan dalam pengkajian sesuai
dengan faktor yang dikaji :
(1) Identitas
Dapatkah anda menjelaskan siapa diri anda pada orang lain:
Karakteristik dan kekuatan.
(2) Body Image
Dapatkah anda menjelaskan keadaan tubuh anda kepada
saya
Apa yang paling anda sukai dari tubuh anda
Apakah ada bagian dari tubuh anda, yang ingin anda rubah
(3) Self esteem
Dapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas
Ingin jadi siapakah anda
Siapa dan apa yang menjadi harapan anda Apakah harapan
itu realistis ?
Siginifikan : Apa respon anda, saat anda tidak merasa
dicintai dan tidak dihargai ?
Siapakah yang paling penting bagi anda
Competence : Apa perasaan anda mengenai kemampuan
dalam mengerjakan sesuatu untuk kepentingan hidup anda ?
Virtue : Pada tingkatan mana anda merasa nyaman terhadap
jalan hidup bila dihubungkan dengan standar moral yang
dianut.
Power : Pada tingkatan mana anda perlu harus mengontrol
apa yang terjadi dalam hidup anda. Apa yang kamu rasakan
(4) Role Performance
Apa yang anda rasakan mengenai kemampuan anda untuk
melakukan segala sesutu sesuai peran anda ?
Apakah peran saat ini membuat anda puas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan harga diri b.d ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
2. Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi , fungsi peran, lingkungan, status ekonomi d.d Ekspresi
yang mendalam dalam perubahan hidup, mudah tersinggung,
gangguan tidur.
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : Gangguan harga diri berhubungan dengan
ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi
seksual
Tujuan : Bisa memperbaiki konsep diri
Intervensi :
a. Kuatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien
mengendalikan situasi
Rasional : Agar pasien mampu mengendalikan situasi di
sekitarnya
b. Menguatkan tenaga pribadi dalam mengenal dirinya
Rasional : Agar pasien mampu mengenali dirinya secara utuh
c. Bantu pasien untuk memeriksa kembali persepsi negative
tentang dirinya
Rasional : Agar pasien mengetahui hal negative dari dirinya
2. Diagnosa : Cemas b.d perubahan dalam status peran, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi
d.d ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup, mudah
tersinggung, gangguan tidur
Tujuan : Dapat mengontrol respon cermas
Intervensi :
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas
Rasional : Agar pasien mengetahui situasi cemasnya
b. Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan
Rasional : Agar pasien merasa aman dan nyaman
c. Identifikasi ketika perubahan level cemas
Rasional : Agar mampu mengetahui tingkat kecemasan pasien
d. Instuksikan pasien dalam teknik relaksasi
Rasional : Agar pasien senantiasa merasa nyaman
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan bebagai strategi tindakan
keperawatan. tindakan ini berupa tindakan individu (mandiri) dan
tindakan bimbingan kolaboratif.
E. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. 3 hal alternatif
yang banyak dugunakan untuk menentukan sejauh mana intervensi
yang telah teratasi
1. Tujuan tercapai : mencapai kriteria hasil yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian : adanya perubahan perilaku namun tidak
sebaik yang diharapkan.
3. Tujuan tidak tercapai : tidak adanya perubahan setelah intervensi
dilakukan
2.4 Proses Keperawatan Stress Koping Pada Lansia

1. Definisi

Stres adalah suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan dengan


suatu kesempatan, kendala atau permintaan yang berhubungan dengan apa
yang ia inginkan dan untuk hasil yang mana dirasakan menjadi tak pasti
dan penting. Yang dapat dilihat dari gejala yang ditimbulkan baik dari
aspef fisiologis, psikologis dan tingkah laku.(Rabbin, Stephen P, 1993).
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko , 1985). Menurut Robins
(1996), stresss adalah kondisi dinamik yang mana seorang individu
dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constraints) atau tuntutan
(demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan dan yang
hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Stress yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungan. Sehingga penulis dapat menyimpulkan stress adalah sebuah
kondisi dimana individu tidak mampu mengkompromikan tekananan yang
ada dilingkungan luar maupun dalam yang dapat berdampak pada
tubuhnya.
Sedangkan koping adalah tindakan yang di lakukan oleh individu untuk
menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan
ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada vang orang lakukan untuk
mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang
membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana
reaksi orang ketika menghadapi stress/tekanan. Selain itu koping juga
menurut para ahli adlah tindakan alami yang dilakukan oleh seorang
individu untuk mempertahankan diri dalam menghadap stressor dari luar
(Siswanto,2007).
Meningkatnya tuntutan dan kebutuhan hidup akan sesuatu yang lebih
baik, menyebabkan individu berlomba untuk memenuhi kebutuhan yang
diinginkanya. Akan tetepi pada kenyatannya sesuatu yang diinginkan
tersebut, kadangkala tidak dapat tercapai sehingga dapat menyebabkan
individu tersebut bingung, melamun dan akhirnya stress. Stres yang terjadi
pada setiap individu berbeda beda tergantung pada masalah yang dihadapi
dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut atau biasa disebut
dengan mekanisme koping. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan
dengan baik maka individu tersebut akan senang, tapi sebaliknya akan
menjadi cepat marah marah, frustasi bahkan akan depresi (Suryani,
2005:81).

2. Klasifikasi

b. Jenis-jenis stress

1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan
dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat
performance yang tinggi.
2) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak
sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut
termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit
kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi,
yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
(Quick, 1984)

c. Jenis-jenis pola atau mekanisme koping

Mekanisme koping menurut pada dasarnya adalah mekanisme


pertahanan diri terhadap perubahan yang terjadi baik dari dalam
maupun luar diri. Ada dua macam mekanisme koping yaitu:
1) Adaptif adalah tingkah laku yang adaptif adalah suatu tindakan yang
dapat menyesuaikan diri dan perilaku dengan konstruktit. Selain itu,
individu tersebut lebih mampu bertahan dan menagantisipasi
kemungkinan adanya bahaya. Selanjutnya, yang termasuk dalam
mekanisme koping yang konstruktif adalah:
2) Mekanisme koping konstruktif survivol digunakan untuk
kelangsungan hidup dan berkaitan dengan suatu yang mengancam.
Adapun yang merupakan tingkah laku , misalnya memeriksakan
kesehatan secara berkala ke puskesmas.
3) Mekanisme koping konstruktif memotivasi digunakan untuk dapat
memotivasi, misalnya apabila mempunyai masalah baru, bercerita
kepada keluarga atau mempunyai masalah dengan kesehatan baru
memeriksakan diri.
4) Maladaptif adalah tingkah laku yang maladaptif, individu tidak dapat
menyesuaikan diri sehingga cenderung muncul tingkah laku
destruktif sehingga menyebabkan respon maladaptif. Respon
maladaptif dapat timbul pada kecemasan berat dan panik. Adapun
yang termasuk mekanisme koping maladaptif adalah koping
destruktif, misalnya marah marah, mudah tersinggung, menyerang
dan depresi. Adapun yang termasuk dalam mekanisme koping
maladaptif adalah reaksi yang lambat atau berlebihan, menghindar
mencederai diri dan minum alkohol.

3. Faktor Faktor Yang Dapat Menimbulkan Stress

Menurut Robbins (2001:565-56/) ada tiga sumber utama yang


dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu:

a) Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan


pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap
karyawan. Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat
menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan
teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian
terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang
begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat
keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir
semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu
yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.

b) Faktor Organisasi

Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat


menimbulkan stress yaitu role demands, interpersonal demands,
organizational structure dan organizational leadership. Pengertian dari
masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
2) Role Demands

Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk
memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu
organisasi tersebut.
3) Interpersonal Demands

Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya


dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara
karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan
komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam
organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan
menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan
yang satu dengan karyawan lainnya.

4) Organizational Structure

Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana


keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam
struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat
mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.

5) Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan
dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The
Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik
pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada
hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan
karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.

c) Faktor Individu

Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dani
keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan
menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat
tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah
ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat
menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta
dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik
pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan
stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang
tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap
pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
Faktor individu ini dapat menjadi salah satu faktor pemicu
terjadinya stress antara lain :
1) Stres Psikososial (Psychosocial Stress)

Stres psikososial adalah stress yang dipicu stress yang dipicu oleh
hubungan relasi dengan orang lain di sekitarnya atau akibat situasi
sosial lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan baru,
masalah cinta, masalah keluarga stres macet di jalan raya, macet di
jalan raya, diolok-olok, dan lainlain. Stress psikososial ini muncul.

2) Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress)

bio-ekologi adalah stress yang dipicu oleh dua hal. Yang pertama
yaitu ekologi lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang kedua
akibat kondisi biologis seperti akibat datang bulan, demam, asma,
jerawatan, tambah tua dan banyak lagi akibat penyakit dan kondisi
tubuh lainnya.

3) Stres Pekerjaan (Job Stress)

Stres pekerjaan adalah stress yang dipicu oleh pekerjaan seseorang.


Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak
kerjaan, ancaman phk, target tinggi, usaha gagal, persaingan bisnis,
adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stress
akibat karir pekerjaan

4. Konsep Asuhan Keperawatan Stress Koping Pada Lansia

A. Identitas
1) Identitas Klien
Didalam identitas klien yang dikaji meliputi : Nama lengkap, umur
( >60 tahun), agama, alamat asal dan tanggal datang
2) Data Keluarga
Dalam data keluarga berisikan wali dari pasien. Berisikan Nama,
hubungan, pekerjaan dan alamat.
3) Status Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada lansia dengan masalah
stress koping antara lain klien menolak untuk berkomunikasi.
b. Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan utama pada
lansia dengan masalah stress koping dengan pendekatan dan
menenangkan diri dengan cara yang baik seperti mendekatkan diri
kepada tuhan, serta berinteraksi dengan orang lain.
d. Obat- obatan
Obatan-obatan yang diterima dan dikonsumsi pasien
4) Age related changes (perubahan terkait proses menua)
a. Kondisi umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah koping
stress biasanya apatis, ekspresi sedih, menghindari dari orang
lain,tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk, berdiam
diri di kamar/tempat terpisah.
b. Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan pada integumen,
hematopoetic, kepala, mata, telinga, hidung sinus, mulut dan
tenggorokan, leher, pernafasan, kardiovaskuler, gastrointestinal,
perkemahan, reproduksi, muskuloskeletal dan persyarafan.
Klien dengan stress koping dalam pemeriksaan fisik didapatkan :
 Pengkajian sistem persyarafan:
Kesimetrisan raut wajah (raut wajah nampak tua dan
keriput), tingkat kesadaran (kesadaran penuh), adanya
perubahan-perubahan dari otak (mengalami gangguan
konsentrasi, apatis).
 Mata:
Pergerakan mata, kejelasan melihat menurun/buram, ada
tidaknya katarak, Pupil isokor, Kesamaan dilatasi, ketajaman
penglihatan (mengalami penurunan ketajaman penglihatan
karena proses pemenuaan, tidak ada kontak mata).
 Ketajaman pendengaran:
Apakah menggunakan alat bantu dengar, adakah tinnitus,
serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di
bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga, (Adanya
konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional).
 Sistem kardiovaskuler:
Sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi denyut
nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis,
apakah ada keluhan pusing, edema (Tidak ditemukan adanya
kelainan, frekuensi nadi masih dalam batas normal).
 Sistem gastrointestinal:
Status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah,
kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan
rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah perut
kembung ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi
(sembelit), diare, dan inkontinensia alvi (tidak ditemukan
adanya kelainan).
 Sistem genitourinarius:
Warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi,
tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa
sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk melaksanakan
hubungan seks, adanya kecacatan sosial yang mengarah ke
aktivitas seksual (Tidak ada keluhan terkait dengan pola
berkemih).
 Sistem kulit/integumen:
Kulit (temperatur, tingkat kelembaban), keutuhan luka,
luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan
parut, keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan-
gangguan umum.
 Sistem muskuloskeletal:
Kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot,
kemampuan melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan
bungkuk (Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan
aktivitas dan interaksi dengan orang lain).
5) Potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual
Dalam potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual klien
lansia dengan masalah kognisi persepsi akan banyak memiliki
kesulitan dan hambatan baik dalam hal psikososial maupun spiritual.
a. Psikososial
Bagaimana sikap klien terhadap proses penuaan, apakah
klien merasa di butuhkan atau tidak, apakah klien optimis dalam
memandang suatu kehidupan, bagaimana cara klien mengatasi
stres yang di alami, apakah klien mudah dalam menyesuaikan
diri, apakah klien sering mengalami kegagalan, apakah harapan
klien pada saat ini dan akan datang, bagaimana fungsi kognitif
klien yang meliputi daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah (klien
menolak berinteraksi dengan orang lain, klien menyendiri dari
yang lain, klien hanya berdiam diri).
b. Spriritual
Apakah klien secara teratur melakukan ibadah sesuai
dengan keyakinan agamanya, apakah klien mengikuti atau terlibat
aktif dalam kegiatan keagamaan, bagaimana cara klien
menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa, apakah klien
terlihat tabah dan tawakal.
6) Lingkungan
Hal yang dikaji dalam lingkungan adalah keadaan kamar tidur,
kamar mandi, dalam rumah atau wisma dan keadaan diluar rumah.
7) Negative functional consequences
a. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks
Barthel)
Skor
Dengan
No Kriteria Mandiri Yang
Bantuan
Didapat
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke
5-10 15
tempat tidur, atau sebaliknya
3. Personal toilet (cuci muka,
0 5
menyisir rambut, gosok gigi)
4. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
5. Mandi 0 5
6. Berjalan dipermukaan datar (jika
0 5
tidak bisa, dengan kursi roda)
7. Naik turun tangga 5 10
8. Mengenakan pakaian 5 10
9. Kontrol bowel (BAB) 5 10
10. Kontrol Bladder (BAK) 5 10

b. Aspek kognitif
MMSE (Mini Mental satus Exam)
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif maksimal klien
1. Orientasi Menyebutkan dengan
benar:
Tahun :
5 Hari :
Musim:
Bulan :
Tanggal :
2. Orientasi Dimana kita sekarang
berada?
Negara :
5 Panti :
Propinsi :
Wisma :
Kabupaten/kota :
3. Registrasi Sebutkan 3 nama
obyek (misal : kursi,
meja, kertas),
kemudian ditanyakan
3 kepada klien,
menjawab :
1) Kursi
2) Meja
3) Kertas
4. Perhatian dan 5 Meminta klien
kalkulasi berhitung mulai dari
100 kemudian kurangi
7 sampai 5 tingkat
Jawaban :
1) 93
2) 86
3) 79
4) 72
5) 65
5. Mengingat Minta klien untuk
mengulangi ketiga
3
obyek pada poin ke 2
(tiap poin nilai 1)
6. Bahasa 9 Menanyakan kepada
klien tetang benda
(sambil menunjukkan
benda tersebut)
1) Lemari
2) Bedak botol
3) Minta klien untuk
mengulangi kata
berikut :
“tidak ada, dan,
jika, atau tetapi”
Klien menjawab :
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri
dari 3 langkah
1) Ambil kertas di
tangan anda
2) Lipat dua
3) Taruh di lantai
Perintahkan pada
klien untuk hal
berikut (bila aktivitas
sesuai perintah nilai
satu poin)
1) “tutup mata anda”
2) Perintahkan kepada
klien untuk menulis
kalimat dan
3) Menyalin gambar 2
segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :

c. Tes keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1.
2.
3.
Rata-rata waktu TUG
Interpretasi hasil
Interpretasi Hasil :

Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukkan hasil berikut :

>13.5 detik Resiko tinggi jatuh


Diperkirakan jatuh dalam kurun
>24 detik
waktu 6 bulan
Diperkirakan membutuhkan
>30 detik bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL

d. Kecemasan, GDS
Pengkajian depresi

Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda
0 1
saat ini
2. Anda merasa bosan dengan 1 0
berbagai aktivitas dan kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda
1 0
hampa/kosong
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik
0 1
sepanjang waktu
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk
1 0
terjadi pada anda
7. Anda lebih merasa bahagia di
0 1
sepanjang waktu
8. Anda sering merasakan butuh
1 0
bantuan
9. Anda lebih senang tinggal di rumah
daripada keluar melakukan sesuatu 1 0
hal
10. Anda merasa memiliki banyak
1 0
masalah dengan ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini
0 1
sangat luar biasa
12. Anda tidak tertarik dengan jalan
1 0
hidup anda
13. Anda merasa bahwa diri anda
0 1
sanagt energik/bersemangat
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain
1 0
lebih baik dari diri anda
Jumlah
Interpretasi :
Jika diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

e. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia
No. Indikators Score Pemeriksaan
1. Menderita sakit atau kondisi yang 2
mengakibatkan perubahan jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan 2
susu
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan 2
minum beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut 2
atau giginya sehingga tidak dapat
makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang 4
untuk membeli makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan 1
terapi minum obat 3 kali atau lebih
setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 2
kg dalam enam bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan 2
fisik yang cukup untuk belanja,
memasak atau makan sendiri
Total score

Interpretasi :
0-2 : Good
3-5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk

f. Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Jenis pemeriksaan
No. Tanggal Pemeriksaan Hasil
Diagnostik
1.
2.
3.
4.
5.

g. Fungsi sosial lansia


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrinning yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi
sosial lansia
No. Uraian Fungsi Skore
1. Saya puas bahwa saya dapat
kembali pada keluarga (teman-
teman) saya untuk membantu ADAPTATION
pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga PARTNERSHIP
(teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) nsaya menerima
dan mendukung keinginan saya GROWTH
untuk melakukan aktivitas/arah
baru
4. Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan
AFFECTION
berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-
teman saya dan saya
RESOLVE
menyediakan waktu bersama-
sama
Kategori Skor : TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab :
7) Selalu : skore 2
8) Kadang-kadang : skore 1
9) Hampir tidak pernah : skore 0
Interpretasi :
< 3 = Disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
> 6 = fungsi baik

B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah b.d merasakan/mengantisipasi kegagalan pada
peristiwa-peristiwa kehidupan.
2. Koping individu tidak efektif b.d ketidakseimbangan sistem saraf,
kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan
kemampuan memecahkan masalah.
3. Ansietas b.d krisis situasional/maturasional.
4. Ketidakpatuhan b.d sistem penghargaan pasien, keyakinan
kesehatan,nilai spiritual, pengaruh kultural.
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1
Tujuan: Tidak Tidak terjadi Penurunan Harga Diri, Mampu
mengungkapkan perasaan.
a. Dorong pengungkapan perasaan, menerima apa yang
dikatakannya.
Rasional : pasien/orang terdekat untuk memulai menerima
perubahan dan mengurangi ansietas mengenai
perubahan fungsi/gaya hidup.
b. Bantu pasien dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan
hal-hal tersebut mungkin di perlukan untuk dilepaskan atau
dirubah.
Rasional : memberi kesempatan untuk mengidentifikasi
kesalahan konsep dan mulai melihat pilihan-
pilihan; meningkatkan orientasi realita
c. Berikan informasi dan penyerahan ke sumber-sumber
komunitas.
Rasional : memungkinkan pasien untuk berhubungan dengan
grup yang diminati dengan cara yang membantu dan
perlengkapan pendukung, pelayanan dan konseling.
2. Diagnosa 2
Tujuan: Koping positif individu meningkat, tidak terjadi kesalahan
konsep
a. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya
penggunaan teknik relaksasi keinginan untuk
mengekspresikan perasaan.
Rasional : jika individu memiliki kemampuan koping
yang berhasil dilakukan dimasa lampau,
mungkin dapat digunakan sekarang untuk
mengatasi tegangan dan memelihara rasa
kontrol individu.
b. Perbaiki kesalahan konsep yang mungkin dimiliki
pasien.
Rasional : membantu mengidentifikasi dan
membenarkan persepsi realita dan
memungkinkan dimulainya usaha
pemecahan masalah.
3. Diagnosa 3
Tujuan: Mengatasi Ansietas / rasa takut
a. Pahami rasa takut/ansietas
Rasional : perasaan adalah nyata dan membantu pasien
untuk terbuka sehingga dapat mendiskusikan
dan menghadapinya.
b. Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien dan tingkat
ansietas.
Rasional : respon individu dapat bervariasi tergantung
pada pola kultural yang dipelajari. Persepsi yang
menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar
perasaan.
c. Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yang
terjadi saat ini dan apa yang telah terjadi untuk
mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan ansietas.
Rasional : menyediakan petunjuk untuk membantu
pasien dalam mengembangkan kemampuan
koping dan memperbaiki ekuilibrium.
4. Diagnosa 4:
Tujuan: Meningkatkan kualitas Spritual, kultural dan Kesehatan
a. Tentukan kepercayaan kultural, spiritual dan kesehatan
Rasional : memberikan wawasan mengenai
pemikiran/faktor- faktor yang berhubungan
dengan situasi individu. Kepercayaan akan
meningkatkan persepsi pasien tentang
situasi dan partisipasi dalam regimen
keperawatan.
b. Kaji sistem pendukung yang tersedia bagi pasien.
keluarga/orang
Rasional : adanya terdekat yang memperhatikan/peduli
dapat membantu pasien dalam proses
penyembuhan.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses


keperawatan dengan melaksanakan bebagai strategi tindakan
keperawatan. tindakan ini berupa tindakan individu (mandiri) dan
tindakan bimbingan kolaboratif.

E. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. 3 hal
alternatif yang banyak dugunakan untuk menentukan sejauh mana
intervensi yang telah teratasi
1) Tujuan tercapai : mencapai kriteria hasil yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian : adanya perubahan perilaku namun
tidak sebaik yang diharapkan.
3) Tujuan tidak tercapai : tidak adanya perubahan setelah
intervensi dilakukan
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Demensia Pada Lansia
A. Identitas
1. Identitas Klien
Didalam identitas klien yang dikaji meliputi : Nama lengkap,
umur ( >60 tahun), agama, alamat asal dan tanggal datang
2. Data Keluarga
Dalam data keluarga berisikan wali dari pasien. Berisikan
Nama, hubungan, pekerjaan dan alamat.
3. Status Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada lansia dengan masalah kognisi
dan presepsi antara lain penurunan konsentrasi, kecepatan dan
memori. Biasanya klien akan mudah lupa akan peristiwa yang baru
saja terjadi, bingung dan tidak mampu mengenali orang, tempat
dan waktu.
b. Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan utama pada lansia
dengan masalah kognisi dan persepsi dengan mengajarkan gerakan
gerakan ringan untuk memneri rangsangan dan stimulus pada otak
sehingga dapat mneingkatkan fungsi kognitif.
c. Obat- obatan
Obatan-obatan yang diterima dan dikonsumsi pasien
4. Age related changes (perubahan terkait proses menua)
a. Kondisi umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah kognisi dan
persepsi biasanya lemah. Klien mengalami gangguan dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari karena penurunan minat. Biasanya
klien mengalami makan berlebih/kurang karena kadang lupa
apakah sudah makan atau belum. klien mengalami insomnia, klien
sukar tidur karena cemas
b. Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan pada integumen,
hematopoetic, kepala, mata, telinga, hidung sinus, mulut dan
tenggorokan, leher, pernafasan, kardiovaskuler, gastrointestinal,
perkemahan, reproduksi, muskuloskeletal dan persyarafan.
Klien dengan demensia dalam pemeriksaan fisik didapatkan
1) Pengkajian sistem persyarafan:
Kesimetrisan raut wajah (raut wajah nampak tua dan
keriput), tingkat kesadaran (kesadaran penuh), adanya
perubahan-perubahan dari otak (mengalami ganguan memori,
kehilangan ingatan, gangguan konsentrasi, kurang perhatian,
gangguan persepsi sensori, insomnia).
2) Mata:
Pergerakan mata, kejelasan melihat menurun/buram, ada
tidaknya katarak, Pupil isokor, Kesamaan dilatasi, ketajaman
penglihatan (mengalami penurunan ketajaman penglihatan
karena proses pemenuaan).
3) Ketajaman pendengaran:
Apakah menggunakan alat bantu dengar, adakah
tinnitus, serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan
di bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga,
(Adanya konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis
serta penurunan aliran darah regional).
4) Sistem kardiovaskuler:
Sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi denyut
nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis,
apakah ada keluhan pusing, edema (Tidak ditemukan adanya
kelainan, frekuensi nadi masih dalam batas normal).
5) Sistem gastrointestinal:

Status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah,


kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan
rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah perut
kembung ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi
(sembelit), diare, dan inkontinensia alvi (Klien makan
berkurang atau berlebih karena kadang lupa apakah sudah
makan atau belum, penurunan berat badan kadang juga
konstipasi).
6) Sistem genitourinarius:
Warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi,
tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa
sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk melaksanakan
hubungan seks, adanya kecacatan sosial yang mengarah ke
aktivitas seksual (Tidak ada keluhan terkait dengan pola
berkemih).
7) Sistem kulit/integumen:
Kulit (temperatur, tingkat kelembaban), keutuhan luka,
luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan
parut, keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan-
gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal:
Kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot,
kemampuan melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan
bungkuk (Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan
aktivitas).
9) Potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual
Dalam potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual
klien lansia dengan masalah kognisi persepsi akan banyak
memiliki kesulitan dan hambatan baik dalam hal psikososial
maupun spiritual.
a. Psikososial
Bagaimana sikap klien terhadap proses penuaan,
apakah klien merasa di butuhkan atau tidak, apakah klien
optimis dalam memandang suatu kehidupan, bagaimana
cara klien mengatasi stres yang di alami, apakah klien
mudah dalam menyesuaikan diri, apakah klien sering
mengalami kegagalan, apakah harapan klien pada saat ini
dan akan datang, bagaimana fungsi kognitif klien yang
meliputi daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi,
dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah (klien
mengalami kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam
melaksanakan tugas, cepat marah, disorientasi).
b. Spriritual
Apakah klien secara teratur melakukan ibadah sesuai
dengan keyakinan agamanya, apakah klien mengikuti atau
terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, bagaimana cara
klien menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa,
apakah klien terlihat tabah dan tawakal.
5. Lingkungan
Hal yang dikaji dalam lingkungan adalah keadaan kamar tidur,
kamar mandi, dalam rumah atau wisma dan keadaan diluar rumah.
6. Negative functional consequences
a. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Skor
Dengan
No Kriteria Mandiri Yang
Bantuan
Didapat
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke
5-10 15
tempat tidur, atau sebaliknya
3. Personal toilet (cuci muka,
0 5
menyisir rambut, gosok gigi)
4. Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, 5 10
menyiram)
5. Mandi 0 5
6. Berjalan dipermukaan datar
(jika tidak bisa, dengan kursi 0 5
roda)
7. Naik turun tangga 5 10
8. Mengenakan pakaian 5 10
9. Kontrol bowel (BAB) 5 10
10. Kontrol Bladder (BAK) 5 10

c. Aspek kognitif
MMSE (Mini Mental satus Exam)

Nilai
No Aspek Kognitif Nilai maksimal Kriteria
klien
1. Orientasi Menyebutkan
dengan benar:
Tahun :
5 Hari :
Musim:
Bulan :
Tanggal :
2. Orientasi Dimana kita
sekarang berada?
Negara :
5 Panti :
Propinsi :
Wisma :
Kabupaten/kota :
3. Registrasi Sebutkan 3 nama
obyek (misal :
kursi, meja, kertas),
kemudian
3 ditanyakan kepada
klien, menjawab :
1) Kursi
2) Meja
3) Kertas
4. Perhatian dan 5 Meminta klien
kalkulasi berhitung mulai
dari 100 kemudian
kurangi 7 sampai 5
tingkat
Jawaban :
1) 93
2) 86
3) 79
4) 72
5) 65
5. Mengingat Minta klien untuk
mengulangi ketiga
3
obyek pada poin ke
2 (tiap poin nilai 1)
6. Bahasa 9 Menanyakan
kepada klien tetang
benda (sambil
menunjukkan
benda tersebut)
1) Lemari
2) Bedak botol
3) Minta klien
untuk mengulangi
kata berikut :
“tidak ada, dan,
jika, atau tetapi”
Klien menjawab :
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri
dari 3 langkah
1) Ambil kertas di
tangan anda
2) Lipat dua
3) Taruh di lantai
Perintahkan pada
klien untuk hal
berikut (bila
aktivitas sesuai
perintah nilai satu
poin)
1) “tutup mata
anda”
2) Perintahkan
kepada klien untuk
menulis kalimat
dan
3) Menyalin
gambar 2 segi lima
yang saling
bertumpuk

Total nilai 30
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :

d. Tes keseimbangan
Time Up Go Test

No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)


1
2
3
Rata-rata waktu TUG
Interpretasi hasil
Interpretasi Hasil :

Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukkan hasil berikut :

>13.5 detik Resiko tinggi jatuh

>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan


Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
>30 detik
mobilisasi dan melakukan ADL

e. Kecemasan, GDS
Pengkajian depresi
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda
0 1
saat ini
2. Anda merasa bosan dengan berbagai
1 0
aktivitas dan kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda
1 0
hampa/kosong
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik
0 1
sepanjang waktu
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk
1 0
terjadi pada anda
7. Anda lebih merasa bahagia di
0 1
sepanjang waktu
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0
9. Anda lebih senang tinggal di rumah
1 0
daripada keluar melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak
1 0
masalah dengan ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini
0 1
sangat luar biasa
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup
1 0
anda
13. Anda merasa bahwa diri anda sanagt
0 1
energik/bersemangat
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih
1 0
baik dari diri anda
Jumlah
Interpretasi :
Jika diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

f. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia

No. Indikators Score Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang 2
mengakibatkan perubahan jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan 2
susu
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan 2
minum beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau 2
giginya sehingga tidak dapat makan
makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang 4
untuk membeli makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan 1
terapi minum obat 3 kali atau lebih
setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 kg 2
dalam enam bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan 2
fisik yang cukup untuk belanja,
memasak atau makan sendiri
Total score
Interpretasi :
0-2 : Good
3-5 : Moderate nutritional risk
7≥ : High nutritional risk

g. Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Jenis pemeriksaan Tanggal


No. Hasil
Diagnostik Pemeriksaan
1.
2.
3.
4.
5.

h. Fungsi sosial lansia


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrinning yang dapat digunakan untuk mengkaji fun gsi
sosial lansia
No. URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya dapat
kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk ADAPTATION
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan PARTNERSHIP
saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman) nsaya
menerima dan mendukung GROWTH
keinginan saya untuk
melakukan aktivitas/arah baru
4. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan
AFFECTION
berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-
teman saya dan saya
RESOLVE
menyediakan waktu bersama-
sama
Kategori Skor : TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang
dijawab :
1) Selalu : skore 2
2) Kadang-kadang : skore 1
3) Hampir tidak pernah : skore 0
Interpretasi :
< 3 = Disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
> 6 = fungsi baik

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan memori b.d penurunan daya ingat d.d dengan lupa waktu,
tempat dan peristiwa
2. Hambatan komunikasi visual b.d tidak suka topik bahasan d.d enggan
kontak mata saat berbicara
3. Defisit perawatan diri (mandi) b.d malam d.d mengeluh gatal pada
tubuh
4. Resiko jatuh d.d visus 2/6
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
kesadaran klien terhadap identitas personal, waktu dan
tempat meningkat
Kriteria Hasil :
a. Mengenal hari bulan dan tahun dengan benar
b. Mengenal kapan klien lahir
c. Mengenal orang atau hal penting
d. Klien mengenal identitas diri dengan baik
e. Klien mengenal identitas orang sekitar dengan tepat
f. Klien mampu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik
g. Klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat
Intervensi :
a. Mengenal nama, hari, tanggal, tempat dan waktu
b. Memperkenalkan nama orang yang ada disekelilingnya
c. Menanyakan nama setiap hari, apakah masih ingat atau tidak
d. Menanyakan peristiwa yang telah terjadi
2. Diagnosa 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
klien mampu berkomunikasi
Kriteria Hasil :
a. Penerimaan interpretasi dan ekspresi pesan, lisan, tulisan dan non
verbal meningkat
b. Klien mampu untuk memperoleh, mengatur, menggunakan
informasi
c. Mempu memanajemen, kemampuan fisik yang dimiliki
Intervensi :
a. Gunakan penerjemah, jika diperlukan
b. Berikan satu kata mudah atau simpel daat bertemu (pagi)
c. Dorong klien untuk berbicara perlahan
d. Anjurkan untuk memberi stimulus komunikasi
3. Diagnosa 3
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan klien dapat meningkatkan perawatan diri selama
dalam perawatan
Kriteria Hasil :
a. Mengambil alat/bahan mandi secara mandiri
b. Mandi menggunakan bak mandi
c. Mandi dengan bersiram dan menggunakan sabun
d. Mencuci badan bagian atas dan bawah secara mandiri
e. Mengeringkan badan menggunakan handuk secara mandiri
Intervensi :
a. Mandikan pasien dengan tepat
b. Bantu klien menyiapkan handuk, sabun dan shampo di kamar
mandi
c. Dorong klien untuk mandi sendiri
d. Berikan bantuan sampai klien benar-benar mampu merawat
dirinya secara mandiri
e. Sediakan lingungan yang terapeutik dengan memastikan
kehangatan, rileks dan nyaman serta tetap menjaga privasi klien.
4. Diagnosa 4
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan klien mampu untuk melakukan gerakan
koordinasi.
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada kejadian jatuh
b. Pemahaman pencegahan jatuh
Intervensi :
a. Identifikasi defisit kognitif atau fisik yang dapat meningkatkan
potensi jatuh dalam lingkungan tertentu
b. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
c. Ajarkan klien untuk menggunakan tongkat atau alat bantu berjalan
d. Sarankan alas kaki yang aman (tidak licin)
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan bebagai strategi tindakan keperawatan.
tindakan ini berupa tindakan individu (mandiri) dan tindakan bimbingan
kolaboratif.
E. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. 3 hal alternatif
yang banyak dugunakan untuk menentukan sejauh mana intervensi yang
telah teratasi
1.Tujuan tercapai : mencapai kriteria hasil yang telah ditentukan.
2.Tujuan tercapai sebagian : adanya perubahan perilaku namun tidak
sebaik yang diharapkan.
3.Tujuan tidak tercapai : tidak adanya perubahan setelah intervensi
dilakukan

Anda mungkin juga menyukai