Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH ILMU PENYAKIT MULUT

KASUS MINOR PIGMENTASI


LAPORAN KASUS

Vita Previa Indirayana


160110140102

Pembimbing :
Dewi Zakiawati, drg., M.Sc.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
MAKALAH ILMU PENYAKIT MULUT
KASUS MINOR PIGMENTASI
LAPORAN KASUS

PENYUSUN : VITA PREVIA INDIRAYANA


160110140102

Bandung, Januari 2019


Menyetujui
Pembimbing

Dewi Zakiawati, drg., M.Sc.


NIP.19830611 200912 2 003

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah minor Ilmu

Penyakit Mulut mengenai “Pigmentasi Fisiologis”. Makalah ini diajukan untuk

memenuhi salah satu tugas Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada drg.

Dewi Zakiawati. M.Sc yang telah membimbing penulis dengan baik.

Penulis telah menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin, namun

apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah penulis bersedia menerima

kritik dan saran yang membangun.

Bandung, Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS....................................................................................4

2.1 Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut.................................................................4

2.2 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut..............................................................8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12

3.1 Definisi Pigmentasi......................................................................................12

3.2 Klasifikasi.....................................................................................................12

3.3 Terapi dan Perawatan Pigmentasi................................................................25

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................27

BAB V KESIMPULAN.........................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

iv
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Makula kecoklatan yang terdapat pada gingiva rahang


atas dan anterior gingiva rahang bawah 7

Gambar 2.2 Makula kecoklatan yang terdapat pada gingiva rahang


10
atas dan anterior gingiva rahang bawah
Gambar 3.1 Fordyce’s Spot 12
Gambar 3.2 Pigmentasi Fisiologis 13
Gambar 3.3 Sindrom Peutz-Jeghers 14
Gambar 3.4 Addison Disease 14
Gambar 3.5 Melanoma Maligna 15
Gambar 3.6 Nevus Melanostik 16
Gambar 3.7 Pigmentasi pada gingivaakibat obat-obatan 17
Gambar 3.8 Smoker Melanosis 17
Gambar 3.9 Tato Amalgam 21
Gambar 3.10 Gravit Tatto 22
Gambar 3.11 Oral Melanoma 23
BAB I
PENDAHULUAN

Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan

menutupi ridge alveolar. Gingiva terdiri dari 3 bagian yakni marginal gingiva,

attached gingiva, dan interdental papilla. Gingiva normal akan tampak berwarna

merah muda, konturnya halus dan mengisi setiap ruang interdental sehingga pada

bagian interdental akan tampak meruncing. Teksturnya pada bagian

margin halus/licin, pada bagian attached stippling, dan konsistensi kenyal.1

Gingiva merupakan komponen penting dari mukosa rongga mulut, tidak

hanya berkontribusi pada proses pengunyahan, tetapi juga berkontribusi pada

karakteristik anatomi dan estetika individu. Warna gusi ditentukan oleh ketebalan

epitel, tingkat keratinisasi, jumlah dan deposisi derajat melanin, dan jaringan yang

mendasarinya, termasuk darah yang mengaliri dan adanya pigmen lain seperti

hemoglobin atau oksihemoglobin.2

Dalam penelitian Cicek tahun 2003, diketahui bahwa pigmentasi umumnya

disebabkan oleh 5 pigmen utama yaitu: melanin, melanoid, oxyhemoglobin,

hemoglobin dan karoten, selain itu pigmen lainnya bilirubin dan besi. 3 Warna

fisiologis normal gingiva adalah merah muda seperti karang atau pink salmon,

dengan variasi fisiologis dari pigmentasi melanin. Pigmentasi melanin pada

gingiva umum terjadi pada individu berkulit gelap. Hiperpigmentasi gingiva

secara klinis ditandai dengan adanya pewarnaan coklat gelap hingga hitam pada

gingiva. Melanin adalah pigmen coklat, merupakan pigmen alami yang ada dan

mengkontribusi pigmen endogen gingiva yang menjadi titik paling predominan

1
2

dari mukosa yang ada. Sel-sel melanosit terlihat pada lapisan basal dari epitel.

Sel-sel melanosit melepaskan butiran melanin melalui proyeksi dendrit ke bagian

dalam sel keratinosit yang berdekatan.4 Melanin adalah sebuah pigmen non

haemoglobinik endogen granular yang memberikan warna hitam (eumelanin) atau

coklat ke kulit, mukosa, rambut, dan mata, atau kadang-kadang warna kemerahan

yang disebut zat pheomelanin. Selain memberikan warna pada jaringan, fungsi

utama dari pigmen ini adalah photoprotection, dan melindungi DNA dari sinar

UV.5

Faktor penyebab hiperpigmentasi gingiva kemudian dikelompokkan

menjadi 2 berdasarkan asal paparannya yakni pigmentasi endogen dan eksogen.

Kondisi dari pigmentasi endogen antara lain pada penyakit Addison, sindroma

peutz-Jeghers, hiperfungsi kelenjar hipofisis, juga dialami semasa kehamilan.

Kondisi dari pigmentasi eksogen antara lain paparan logam berat seperti emas,

bismuth, merkuri, perak, timah, timbal, dan rokok.6

Penelitian yang dilakukan oleh Miller tahun 1998 menyatakan bahwa

merokok dapat merangsang melanosit mukosa oral untuk memproduksi melanin

secara eksesif, sehingga menciptakan patch pigmentasi coklat di atas mukosa

gingival atau bukal diantara 5-22% perokok. Jumlah dan intensitas melanosis

pada rongga mulut bergantung kepada dosis, dan penghentian merokok

tampaknya menghilangkan kondisi ini sepenuhnya. Dalam suatu penelitian

Lessan, dkk tahun 2010 diketahui ternyata tidak hanya peroko aktif saja yang

dapat terjadi hiperpigmentasi gingiva, perokok pasif pun juga dapat terinduksi

untuk hiperpigmentasi gingiva.7


3

Pigmentasi dalam rongga mulut merupakan proses deposisi pigmen dalam

jaringan. Pigmentasi dalam rongga mulut disebabkan oleh augmentasi produksi

melanin, peningkatan jumlah melanosit (melanositis), dan deposisi dari material

eksogen. Gingiva merupakan jaringan intraoral yang paling sering terjadi

pigmentasi.7,8 Makalah ini akan membahas laporan kasus mengenai pigmentasi

fisiologis pada pasien perempuan 21 tahun yang datang ke klinik integrasi RSGM

FKG UNPAD .
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut

Tanggal pemeriksaan : 30 Oktober 2018

2.1.1 Data Pasien (data disamarkan)

Nomor Rekam Medik : 2018-0075xx

Nama Pasien : Nn. NH

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 21 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Status Marital : Belum Menikah

Alamat : Pondok Rangga, Jatinangor

2.1.2 Anamnesis

Pasien perempuan usia 21 tahun detang ke RSGM dengan keluhan gusi

bagian depan di rahang atas dan rahang bawah terlihat warna kecoklatan. Pasien

baru sadar keluhan tersebut kurang lebih sejak setahun yang lalu. Pasien tidak

mengetahui awal perubahan warna. Tidak ada faktor yang memperingan dan

memperberat keluhan. Pasien tidak merasa sakit di bagian tersebut. Pasien belum

pernah mengonsultasikan keluhannya. Ibu dan kakak pasien mempunyai keluhan

yang sama. Saat ini pasien tidak dalam perawatan apapun dan sedang tidak

mengkonsumsi obat apapun. Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok dan

minum kopi. Pasien ingin keluhannya diperiksa.

4
5

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik

Disangkal

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal

2.1.5 Kondisi Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Suhu : Afebris

Tekanan darah : 100/80 mmHg

Pernafasan : 16 kali/menit

Nadi : 76 kali/menit

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Mata Pupil isokhor, konjungtiva non-anemis, sklera non-ikterik

TMJ Kliking kiri (+) tidak sakit, deviasi (-)

Bibir Kompeten

Wajah Simetris, bentuk oval, profil cembung


6

Sirkum Oral Simetris, hipotonus

Lain-lain -

2.1.7 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : sedang

Gingiva :

- Warna: makula kecoklatan pada bagian rahang atas

(17-27) dan bagian anterior rahang bawah (33-43)

bentuk ireguler, tepi rata, difuse.

- Bentuk : normal

- Konsistensi: kenyal

- Permukaan: kesat

- Papilla interdental: meruncing

- Stippling: +

- Pitting: -

- Mccall festoon: -

- Stillman’s cleft: -

- Resesi: -

Mukosa bukal : Tidak ada kelainan

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan, kedalaman normal

Palatum mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Normal

Lidah : Makroglosia
7

Dasar mulut : Tidak ada kelainan

Status Gigi :

PE CS CS CS CS CS GR CS

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

NV GR CS X

2.1.8 Gambar Kasus

Gambar 2.1 Makula kecoklatan yang terdapat pada gingiva rahang atas dan anterior
gingiva rahang bawah

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis : Hiperpigmentasi fisiologis pada gusi (K1371)

Diagnosis Banding : Smoker Melanosis, Oral Melanoma

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan

Pro observasi, pro DHE dan OHI, pro kontrol 1 minggu

1) OHI

Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2x sehari disertai sikat lidah


8

2) DHE

Pasien diinformasikan bahwa kelainan pada gusinya adalah varian normal

yang tidak berbahaya. Dalam kasus ini kelainan tersebut bersifat genetik.

Pasien diinstruksikan untuk tidak terlalu lama berada pada paparan sinar

matahari, makan/ minum panas, serta makan/minum asam yang dapat

menstimulus peningkatan produksi melanin. Pasien juga diinformasikan

tentang tata laksana yang tersedia untuk mengurangi atau menghilangkan

keluhan atas estetika gusinya.

2.2 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut

Tanggal Pemeriksaan : 7 November 2018

2.2.1 Anamnesis

Pasien perempuan berusia 21 tahun dating kembali untuk melanjutkan

perawatan, tujuh hari yang lalu telah diperiksa. Pasien datang untuk kontrol.

Pasien tidak ada keluhan lain.

2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral

Kelenjar Limfe

Submandibula Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-


9

Mata Pupil isokhor, konjungtiva non-anemis, sklera non-ikterik

TMJ Kliking kiri (+) tidak sakit, deviasi (-)

Bibir Kompeten

Wajah Simetris, bentuk oval, profil cembung

Sirkum Oral Simetris, hipotonus

Lain-lain -

2.2.3 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : sedang

Gingiva :

- Warna: makula kecoklatan pada bagian rahang atas (17-27) dan bagian

anterior rahang bawah (33-43) bentuk ireguler, tepi rata, difuse.

- Bentuk : normal

- Konsistensi: kenyal

- Permukaan: kesat

- Papilla interdental: meruncing

- Stippling: +

- Pitting: -

- Mccall festoon: -

- Stillman’s cleft: -

- Resesi: -

Mukosa bukal : Tidak ada kelainan

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan, kedalaman normal


10

Palatum mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Normal

Lidah : Makroglosia

Dasar mulut : Tidak ada kelainan

Status Gigi :

PE CS CS CS CS CS GR CS

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

NV GR CS X

2.2.4 Gambar Kasus

Gambar 2.1 Makula kecoklatan yang terdapat pada gingiva rahang atas dan anterior
gingiva rahang bawah

2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding


11

Diagnosis : Pigmentasi fisiologis pada gusi (K1371)

Diagnosis Banding : Smoker Melanosis,Oral Melanoma

2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan

Pro OHI dan DHE serta pro depigmentasi

1) OHI dilanjutkan

2) DHE

Pasien diinformasikan untuk meminimalisir makan/minum panas, dan asam

yang dapat menstimulus peningkatan produksi melanin.

3) Pro perawatan definitif depigmentasi


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Pigmentasi

Pigmentasi rongga mulut dapat berupa pigmentasi fisiologis dan pigmentasi

patologis yang dapat menjadi keganasan. Lesi pigmentasi rongga mulut

berhubungan dengan meningkatnya produksi pigmen melanin.9

3.2 Klasifikasi

A. Berdasarkan penyebab

I. Endogen

a. Fisiologis

1. Fordyce’s spot

Gambar 3.1 Fordyce’s Spot 10

Kelenjar sebaseus yang ektopik dan secara klinis terlihat seperti macula

atau papula yang berukuran kecil bewarna putih kekuningan. Ditemukan

di berbagai lokasi pada rongga mulut.Terlihat seperti macula atau papula

yang berukuran kecil bewarna putih kekuningan. Ditemukan di berbagai

12
13

lokasi pada rongga mulut. Biasanya pada bagian vermilion bibir atas,

retromolar dan mukosa bukal.10

2. Pigmentasi fisiologis

Gambar 3.2 Pigmentasi Fisiologis 11

Pigmentasi fisiologis adalah suatu pigmentasi gelap yang menyeluruh

dan konstan pada mukosa mulut umumnya pada orang berkulit gelap.

Keadaan tersebut merupakan keadaan fisiologis yang diakibatkan

bertambahnya melanin, yaitu suatu pigmen yang terletak dalam lapisan

basal mukosa dan lamina propria.Daerah yang umum untuk mengamati

pigmentasi ini adalah pada bagian gingiva cekat. Seringkali tampak seperti

pita yang diffuse, gelap dengan batas jelas, simetris dan tanpa gejala.

Daerah lain yang dapat terkena adalah mukosa pipi, palatum keras, bibir

dan lidah. Diagnosis bandingnya adalah Penyakit Addison dan smokers

melanosis.11

b. Patologis

1. Sindrom Peutz-Jeghers
14

Gambar 3.3 Sindrom Peutz-Jeghers 12

Sindrom Peutz-Jeghers adalah kelainan yang diturunkan secara genetik,

jarang terjadi, memiliki ciri khas berupa pigmentasi mukokutaneus dan

poliposis intestinal. Diturunkan secara autosomal dominan. Manifestasi

oral merupakan temuan diagnostik yang penting, terdiri dari makula atau

spot berwarna cokelat atau hitam, berbentuk oval atau bulat, dengan

diameter 1-10 mm. Bagian yang sering terkena adalah kulit disekitar bibir,

bibir, mukosa pipi dan lidah. Lesi kulit jumlahnya banyak, biasanya

terletak di perioral, berupa bercak berwarna gelap. Tanda lainnya yang

juga sering ditemukan adalah polip intestinal (hemartoma), biasanya

terdapat di jejenum dan ileum. Diagnosis bandingnya adalah ephelides,

lentigo, pigmentasi fisiologis dan penyakit Addison.12

2. Penyakit Addison

Gambar 3.4 Addison Disease 12


15

Penyakit Addison merupakan insufisiensi hormon adrenal

kortikosteroid yang langka. Destruksi korteks adrenal, biasanya

disebabkan oleh penyakit autoimun, infeksi, tumor dan

amiloidosis.Manifestasi oralnya sering terjadi dan muncul lebih awal,

berupa pigmentasi difus atau bercak berwarna cokelat tua, akibat produksi

pigmen melanin. Daerah yang umunya terlibat adalah mukosa pipi,

palatum, bibir dan gingiva Perawatan yang dapat dilakukan dengan

pemberian steroid .12

3. Melanoma maligna

Gambar 3.5 Melanoma Maligna 12

Berlawanan dengan melanoma maligna kulit, dimana pemaparan hebat

terhadap radiasi ultraviolet matahari merupakan faktor resiko yang sudah

diketahui, tidak ada faktor predisposisi yang telah diketahui untuk

melanoma intraoral. Gambaran klinis melanoma maligna mungkin

berkembang pada mukosa yang secara normal atau pada daerah berpigmen

yang ada sebelumnya. Hampir semua kasus melanoma berisi beberapa


16

derajat pigmentasi. Lesi bisa pipih atau nodular, bergantung fase

pertumbuhan tumor. Sifat klinis yang menunjukkan melanoma meliputi

variasi warna dari hitam ke merah, ukuran lebih besar dari 1 cm, dengan

batas tidak teratur atau tidak jelas.12

4. Nevus Melanostik ( Nevus Berpigmen )

Gambar 3.6 Nevus Melanostik 12

Istilah nevus dalam pengertian genetik, berarti malformasi kongenital.

Digunakan sebagai rujukan untuk melanosit, istilah ini merujuk pada

neoplasm jinak dari melanosit yang bersifat dapatan atau kongenital.

Nevus melanositik dapat jungtional, kompenen, atau intramukosal. Belum

ditentukan apakah melanotik dapatan pada mulut pada dasarnya lesi

prekursor melanoma oral. Semua nevus melanotik oral tampak sebagai lesi

berwarna cokelat atau biru, bergantung pada tipe atau kedalaman malanin.

Lesi mempunyai pewarnaan yang seragam, berbatas jelas dan sering kali

diameternya kurang dari 0,5 cm. Variasi dalam warna, batas yang tidak

jelas, ulserasi, dan ukuran yang lebih besar adalah sifat yang harus segera

dipertimbangkan sebagai melanoma ganas.12


17

II. Eksogen

a. Sistemik

1. Pigmentasi karena obat (Drug Induced Pigmentation)

Gambar 3.7 Pigmentasi pada gingiva akibat obat-obatan 13

Pigmentasi yang terjadi akibat penggunaan obat, disebabkan oleh

meningkatnya produksi melanin atau deposisi metabolit obat. Etiologi

dikarenakan obat antimalaria, tranquilizer, minosiklin dan chloroquine.

Gambaran klinis makula atau plak berwarna cokelat atau hitam dengan

tepi tidak beratur atau melanosis yang difus. Daerah yang sering terkena

adalah mukosa pipi, lidah, palatum dan gingiva. Diagnosa bandingnya

pigmentasi normal, penyakit Addison, sindrom Peutz Jeghers.13

Drug induced pigmentation terjadi karena penggunaan berbagai obat

seperti obat hormon, oral kontrasepsi, agen kemoterapi seperti

cyclophosphamide, busulfan, bleomycin and fluorouracil, transquilizers,

obat antimalaria seperti clofazamine, chloroquine, amodiaquine, agen anti

mikroba seperti minocycline, agen anti retroviral seperti zidovudine dan

anti fungal seperti ketaconazole. Pigmentasi ini terjadi karena adanya

akumulasi melanin dan endapan dari obat atau metabolit obat di dermis
18

atau epidermis sehingga sintesis pigmen dipengaruhi obat setelah terjadi

kerusakan pada pembuluh darah. Pigmentasi ini ditunjukkan dengan warna

biru keabu-abuan atau biru kehitaman biasanya pada palatum keras, dan

biasanya penggunaan obat minocycline dapat memberikan pigmentasi

pada lidah.7,14

2. Smoker’s melanosis

Gambar 3.8 Smoker Melanosis 12

Melanosis pada perokok atau melanosis yang terkait pada kebiasaan

merokok, adalah pigmentasi melanin yang abnormal dan jinak pada

mukosa mulut. Etiologi karena mengisap rokok yang menstimulasi

pigmentasi. Lesi terlihat sebagai daerah pigmen berwarna cokelat,

multiple, biasanya terletak pada gingival labial bagian anterior pada

mandibula. Pigmentasi yang terjadi pada mukosa pipi dan palatum terkait

dengan kebiasaan merokok yang menggunakan pipa. Intensitas pigmentasi

berhubungan dengan durasi dan dosis yang digunakan. Wanita lebih sering

terkena. Pigmentasi fisiologis, pigmentasi karena obat, nevi berpigmen.12


19

3. Bismuthis

Bismuth biasanya digunakan dalam obat-obat diare non spesifik

(suppositoria) dan pengobatan sifilis (bentuk garam) yang jika digunakan

dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan endapan difus dari dari

logam tersebut dalam gusi. Mulut bau logam, ANUG, gingivostomatitis.

Ulserasi dangkal, besar dan sakit. Warna biru kehitaman. Pigmentasi

bismuth jarang terlihat pada anak-anak atau wanita selama kehamilan.

Diagnosa ditegakkan dengan paper taste yang disisipkan pada sulkus gusi

dan pemeriksaan lab (urin).11

4. Lead poisoning (keracunan timah)

Penyerapan timah hitam ini sering melalui saluran pencernaan dan

paru-paru. Biasa terjadi pada pekerja pabrik. Keracunan timah akan

mempengaruhi sistem saraf pusat dan perifer juga pada gastrointestinal

(mual, muntah, kolik) dan efek paling serius dari timah adalah lead

enchepalophaty (retardarsi mental, cerebral palsy dan kejang). Gejala yang

penting adalah rasa logam pada mulut. Tanda-tanda pada mulut yang

terlihat bila keracunan berat dan akut dan kebersihan mulutnya buruk

maka terdapat garis timah atau lead line. Garis ini berwarna hitam abu-abu

dan terdapat sepanjang margin gingival. Keracunan timah berupa

pengukuran kadar timah dalam darah 95% timah hitam dalam darah

ditemukan dalam eritrosit dan secara radiografi tulang menunjukan


20

gangguan metabolisme kalsium yang terjadi akibat aktivitas timah pada

proses osteoklasik dan resorpsi kalsium.13

5. Mercuryalism (ptyalism)

Akibat kontak dalam pekerjaan, overdosis dari obat-obatan, upaya

bunuh diri, pengobatan sendiri dengan senyawa merkuri. Merkuri dapat

diserap dengan cepat melalui inhalasi, ditelan, injeksi, dan dioleskan.

Meliputi kolik intestinal, diare, sakit kepala, insomnia, tremor jari-jari.

Kontak yang lama dan terus menerus dapat mengakibatkan perubahan

neurologik yang permanen. Manifestasi oral berupa suatu peningkatan

yang mencolok dari aliran saliva yang kental sekali (ciri khas

merkurialism), hot mouth, rasa gatal dan rasa metalik, bibir kering, pecah-

pecah dan bengkak, lidah membengkak, kelenjar ludah dan limfe

membesar. Pigmentasi keabu-abuan yang pucat dan difus dari gingiva

alveolar terkadang terlihat, juga terdapat ulserasi pada mukosa mulut,

palatum dan tenggorokan.11

6. Argyria

Penggunaan perak sebagai obat (nasal drops, gastritis). Gejala dan

gambaran klinis terdapat rasa sakit, pigmentasi pada kulit, warna abu-abu

kehitaman (state grey, ungu atau biru, kadang terlihat berkilau → metallic

luster) dan pada intraoral pigmentasi pada gingiva dan mukosa mulut.

Didiagnosa melalui anamnesa (riwayat pekerjaan) dan biopsi.11

7. Auric stomatitis
21

Akibat penggunaan emas sebagai obat dalam bentuk garam aurum.

Reaksi toksik berupa dermatitis atau stomatitis (ulserasi, vesikel). Garam-

garam emas digunakan dalam terapi rheumatoid artritis, lupus

eritematosus, leprosi dan lesi dermatologi lainnya yang resisten terhadap

bentuk terapi yang lazim.11

8. Arsenic

Keracunan arsen pada polusi pabrik atau pengobatan yang dilakukan.

Gastritis kronis dan kolitis sering menjadi satu-satunya gejala yang

nampak. Keratosis telapak tangan dan kaki biasa dijumpai. Dermatitis,

pigmentasi dan ulserasi dari kulit dapat terjadi akibat terapi arsenic yang

lama dan terus menerus misalnya dengan larutan Fowler’s. Gejala intraoral

berupa mulut terasa kering dan sakit, warna merah pada mukosa mulut.

Prewatan dapat dengan obat kumut (diklonin solution) dan anestesi

topical.11

b. Lokal

1. Tato amalgam (agirosis fokal)

Gambar 3.9 Tato Amalgam


22

Berasal dari terjebaknya amalgam pada luka jaringan lunak, seperti

soket pencabutan atau abrasi gingiva dari bur yang berputar. Lokasinya

biasanya di gingiva daerah posterior dekat restorasi amalgam yang besar

atau emas cor, juga terlihat pada lingir tak bergigi, mukosa vestibulum,

palatum, mukosa bukal dan dasar mulut. Berbentuk macula dengan ukuran

kurang dari 10 mm, warnanya abu-abu gelap sampai biru kehitaman,

bentuknya tidak beraturan, batas jelas. 15

2. Gravit tattoo

Gambar 3.10 Gravit Tatto 15

Luka karena grafit pensil (implantasi grafit), setelah adanya trauma

yang membuat ujung pensil pada implan terbenam ke dalam mukosa.

Gambaran Klinis lokasinya sering di bibir dan palatum. Berbentuk makula

fokal berwarna abu-abu, ukurannya kurang dari 10 mm. Tepinya regular

dan berbatas jelas.15


23

B. Berdasarkan warna 16

Lesi warna
Pyrogenic granuloma merah, biru
Peripheral ossifying granuloma merah, biru
Peripheral giant cell granuloma merah, biru
Mucocele biru
Mucoepidermoid carcinoma biru
Acinic cell carcinoma biru
Lymphoma biru, ungu
Vascular leiomyoma merah, biru
Metastatic cancer merah, biru
Fordyce ganule kuning
Lipoma kuning
Granular cell tumor kuning

C. Berdasarkan lokasi

I. Lokal

1. Tato amalgam

2. Nevus Melanostik (Pigmentasi nevi)

3. Makula melanostik oral (oral melanoma)

Gambar 3.11 Oral Melanoma 3

Disebut juga ephleis, melanosis, lentigo, solitary labial lentigo, makula

melanotik labial dan makula melanotik oral. Batas vermillon bibir bawah

merupakan daerah yang paling sering terlihat dibandingkan mukosa bukal,


24

palatum dan gingiva. Warna lesi ini biasanya abu-abu, coklat, biru, hitam

atau kombinasi dari warna-warna ini. Secara histologi, menunjukan

pigmentasi melanin yang meningkat pada lapisan sel dasar tanpa

peningkatan jumlah melanosit namun sebaliknya epidermis dalam keadaan

normal.3

4. Pigmentasi menyeluruh

Pigmentasi menyeluruh ini biasanya melibatkan hampir keseluruhan

daerah gingiva. Adapun yang termasuk pigmentasi menyeluruh ini

menurut Cicek dan Ertas adalah akibat dari: 3

a. Genetik yaitu pigmentasi melanin idiopatik (pigmentasi rasial atau

fisiologis), Peutz-Jegher syndrome, Laugier-Hunziker syndrome,

miksozoma kompleks, pigmentasi bercak, aktivitas endokrin yang

berlebihan, Carney syndrome, Leopard syndrome dan profusi

lentiginosis.

b. Obat-obatan yaitu obat anti-malaria seperti chloroquine dan quinidine,

antimikroba, minosiklin, amiodaron, klorpromazin, ACTH,

zidovudine, ketoconazole, methyldopa, basulphan, menthol, obat

kontrasepsi, paparan logam berat.

c. Edokrin yaitu penyakit Addison, Albright syndrome, Akantosis

nigrikans, kehamilan dan hiperparatiroidisme.

d. Paska inflamasi yaitu penyakit periodontal dan repigmentasi gingiva

paska operasi.
25

e. Keadaan lain seperti haemochromatosis, neurofibromatosis

menyeluruh, incontinenti pigmenti, penyakit Whipple’s, penyakit

Wilson, penyakit Gaucher, HIV, Thalessemia, pigmented gingival cyst

dan defisiensi nutrisi.

II. Difus 17

a. Early onset : Sindrom Peutz-Jeghers

b. Predominantly adult onset : Penyakit Addison, Kaporsi sarkoma,

Drug-induced pigmentation (pigmentasi dikarenakan obat).

3.3 Terapi dan Perawatan Pigmentasi

Secara klinis pigmentasi melanin pada gusi tidak menggangu masalah

kesehatan, tetapi keluhan gusi berwarna hitam atau coklat mengganggu

penampilan terutama jika pewarnaan gusi ini terlihat ketika berbicara atau

tersenyum. Berdasarkan penelitian Mokeem tahun 2006 serta Humagain tahun

2009 menyatakan bahwa perawatan hiperpigmentasi gusi terdiri dari berbagai

macam cara dan metode yaitu : gingivektomi, gingivektomi dengan free gingival

autografting, electrosurgery, cryosurgery, bahan kimia seperti fenol90%, tehnik

abrasi dengan bor diamond, Nd: Yag Laser dan CO2 laser.18,19

Perawatan hiperpigmentasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan

antara lain:18,19

1. Gingivektomi : dapat dilakukan untuk perawatan hiperpigmentasi gingiva

tetapi prosedure ini dilakukan untuk pasien yang mengalami resorbsi


26

tulang alveolar. Tindakan ini juga menyebabkan ketidaknyamanan dan

rasa sakit yang berlebih juga penyembuhan luka lebih lama

2. Bedah konvensional : mengambil secara bedah untuk deepitelisasi. Pada

perawatan dengan bedah konvensional ada yang dengan gingival abrasi

disertai dengan menggunakan bur abrasi dan ada juga dengan

menggunakan metode scrapping atau menggosok gingiva dengan scalpel

tersebut. Penyembuhan jaringan akan sedikit lebih lama sekitar 12

minggu.

3. Penggunaan bahan kimia : dengan menggunakan fenol90%, memiliki efek

negatif dapat menimbulkan rasa panas dan sakit pada jaringan lunak

mulut.

4. Electro surgery : keuntungannya adalah untuk eksisi jaringan lunak yang

memiliki vaskularisasi tinggi dapat memberikan efek hemostatis. namun

jika panas yang digunakan terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan

jaringan lunak dan jaringan periodontal jika digunakan di dekat tulang.

5. Laser. Penggunaan laser mencipakan cara yang paling efektif dan efisien

karena tidak menimbulkan efek samping seperti perdarahan, infeksi dan

rasa sakit pasca bedah.

Semua macam teknik untuk penatalaksanaan hiperpigmentasi gingiva tersebut

memiliki tujuan yang sama yakni menciptakan suatu depigmentasi gingiva,

sehingga dapat mencapai pengkoreksian terutama faktor estetiknya. Depigmentasi

gingiva dengan metode scrapping memberikan hasil yang lebih optimal dan

setelah 1 bulan sudah menunjukkan adanya penyembuhan total dari gingiva.19


BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis untuk lesi pigmentasi yang ada di kavitas oral adalah hal yang

sangat menantang. Sebagian besar lesi pigmentasi oral adalah bersifatfisiologis,

tapi terkadang dapat menjadi prekursor untuk penyakit serius. Oleh karena itu,

evaluasi pasien lesi pigmentasi harus mencakup keseluruhan sejarah dental dan

medis, pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, dan tes laboratorium. Uji klinis

dapatdilakukan untuk mengkonfirmasi kesan klinis dan mencapai definitive

diagnosa.

Hasil pemeriksaan intraoral ditemukan pada gingiva cekat rahang atas dan

gingiva cekat anterior rahang bawah terdapat warna kecoklatan dan didiagnosa

sebagai pigmentasi fisiologis. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada

literatur, bahwa gambaran klinis dari pigmentasi fisiologis adalah gingiva yang

berwarna coklat kehitaman.

Pigmentasi fisiologis berkembang selama dekade pertama kehidupan,

tetapi mungkin tidak mendatangkan perhatian oleh pasien hingga dibiarkan.

Tingkatan warna ada dari terang ke coklat gelap. Gingiva cekat adalah tempat

pada intraoral yang paling sering terkena pigmentasi, dimana itu dapat muncul

bilateral, batas baik, ribbon like, dark brown band yang terkadang terpisah dari

margin gingival. Pigmentasi fisiologis dari mukosa bukal, palatum keras, bibir

dan lidah juga dapat terlihat sebagai potongan kecil berwarna coklat dengan batas

lebih tidak jelas. Pigmentasi fisiologis bersifat asimptomatik dan tidak

memerlukan pengobatan.14

27
28

Pigmentasi oral terjadi pada semua ras manusia, meskipun ada berbagai

variasi dari satu ras ke ras yang lain. Pada orang Asia hal ini normal karena

adanya peningkatan jumlah pigmen melanin yang dimiliki orang Asia. Tidak ada

perbedaan yang signifikan dari pigmentasi oral pada pria dan wanita. Intensitas

dan distribusi pigmentasi rasial mukosa mulut bervariasi, tidak hanya antara ras,

tetapi dari individu yang berbeda dari ras yang sama dan dalam berbagai area pada

oral yang sama. Pigmentasi fisiologis mungkin ditentukan oleh genetik, tetapi

menurut Dummett, tingkat pigmentasi juga ditentukan oleh stimulasi mekanik,

kimia, dan fisika. Pada orang berkulit gelap, pigmentasi oral meningkat tetapi

tidak ada perbedaan dalam jumlah melanosit antara orang yang berkulit putih dan

orang yang berkulit gelap. Variasinya ditentukan oleh perbedaan aktivitas

melanosit.20

Pigmentasi fisiologis mukosa oral (kebanyakan gingiva), secara klinis

dinyatakan sebagai multifokal atau difus pigmentasi melanin dengan jumlah yang

bervariasi pada kelompok etnis yang berbeda di seluruh dunia dan itu terjadi pada

semua ras. Pada kaukasian, hampir seluruh melanosit memiliki lurik granula yang

tidak seutuhnya termelanisasi dalam ukuran 0,1-0,3 mm. Tapi, jumlahnya yang

cukup untuk menyebabkan pigmentasi (kurang dari 10% menunjukkan

pigmentasi). Jumlah granul yang besar ditemukan pada individu Afrika dan Asia

Timur. Pada seorang yang berkulit gelap dan hitam, produksi melanin meningkat

sebagai hasil dari melanosit yang hiperaktif secara genetik. Melanosit pada

individu yang berkulit gelap dan hitam sangat reaktif, sedangkan pada individu

yang berkulit terang memiliki reaktivitas melanosit yang bervariasi.21


29

Faktor-faktor yang menjadi etiologi dari hiperpigmentasi fisiologis yaitu

dari faktor endogen peran melanin yang terdapat pada pasien. Tidak ada terapi

yang dibutuhkan karena pigmentasi fisiologis ini bersifat asimtomatik. Tetapi

apabila pasien merasa terganggu dengan perubahan warna pada gingivanya, dapat

dilakukan gingivektomi, terapi laser, dan cryosurgery.

Anamnesa pasien tidak menyebutkan bahwa pasien memiliki kebiasaan

buruk yang dapat berhubungan dengan meningkatnya jumlah melanin pada

pasien. Pasien menyangkal adanya kebiasaan seperti merokok, minum kopi,

ataupun makan-makanan atau minum-minuman panas. Hiperpigmentasi fisiologis

yang terjadi pada pasien kemungkinan karena faktor genetik dimana pasien

sendiri memiliki kulit yang cukup gelap (coklat) serta ibu dan kakaknya juga

memiliki keluhan yang sama seperti pasien.

Pemeriksaan pada rongga mulut dimulai dengan evaluasi dari pigmentasi

kulit wajah, khususnya regio perioral, diikuti labial vermillion border dan

permukaan mukosa, mucongingival junction yang dikenal sebagai attached

gingiva. Investigasi riwayat dental, medis, keluarga, serta sosial dari pasien perlu

diketahui untuk menentukan diagnosis pigmentasi rongga mulut. 14,21 Pemeriksaan

pada saat kontrol kedua setelah 7 hari tidak nampak perubahan pada daerah yang

terdapat makula kecoklatan.


BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan intraoral, dapat ditarik

kesimpulan pasien mengalami pigmentasi fisiologis. Pada pemeriksaan intraoral

ditemukan gingiva rahang atas dangingiva anterior rahang bawah yang berwarna

kecoklatan. Pigmentasi fisiologis yang dialami pasien disebabkan oleh

meningkatnya jumlah pigmen melanin dalam lapisan sel basal bisa dikarenakan

faktor endogen maupun eksogen. Pasien juga sudah dijelaskan tentang beberapa

pilihan tindakan perawatan namun pasien tidak ingin dilakukan apapun. Oleh

karena itu pasien diberi Dental Health Education (DHE) mengenai faktor-faktor

penyebab dan bahaya paparan atau faktor eksogen yang dapat memperparah

kondisi yang ada sekarang. Pasien tidak diberikan obat-obatan dan pasien

diberikan penjelasan mengenai kondisi gingivanya.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Manson JD dan Elley BM. Buku Ajar Periodonti. Jakarta: Hipokrates;


2013. p. 25.

2. D. Eisen. “Disorders of pigmentation in the oral cavity”. Clinics in


Dermatology; 2000. vol. 18, no. 5. p. 579–587,

3. Cicek Y, Ertas U. The Normal and Pathological Pigmentation of Oral


Mucous Membrane: A Review The Journal Contemporary Dental Practice
2003; 4:76-86

4. AW Barrett and C Scully, “Human oralmucosalmelanocytes: a review,”


Journal of Oral Pathology and Medicine; 1994. vol. 23, no. 3. p. 97–103.

5. M. Meleti, Vescovi, WJ Mooi, and I van der Waal, “Pigmented lesions of


the oral mucosa and perioral tissues: a flow-chart for the diagnosis and
some recommendations for the management,” Oral Surgery,
OralMedicine,Oral Pathology,Oral Radiology and Endodontology; 2008.
vol. 105, no. 5. p. 606–616.

6. Burket. Ilmu Penyakit Mulut Diagnosis dan Terapi. Jakarta : Banguntapa


Aksara; 1994.

7. Sreeja C. Ramakrishnan K. Vijayalakshmi D. Devi M. Aesha I.


Vijayabanu B. Oral Pigmentations: A review. Journal of Pharmacy &
BioAllied Sciences; 2015. Vol 7: 403-408.

8. Abdel Moneim RA, El Deeb M, Rabea AA. Gingival pigmentation (cause,


treatment and histological preview). Future Dental Journal; 2017 Vol 3: 1-
7.

9. Veeresh M, Nandakumar H, Harshitha. Smocker’s Melanosis of the buccal


mucosa; a case report. Department of Oral and Maxillofacial Surgery,
Krishnadevaraya College of dental Sciences; 2013. p 274-283.

10. Ji Hyun Lee MD. Clinicopathologic Manifestations of Patients with


Fordyce’s Spots; 2012. p. 103-105.

11. Glick M. Burket’s Oral Medicine. 12th Edition. USA: People’s Medical
Publishing House; 2015.

12. G Laskaris. Atlas Saku Penyakit Mulut. Ed 2. Jakarta: EGC; 2013.

31
32

13. P Langalais, Robert. Craig S Miller, Jill S. Nield-gehrig. Atlas Berwarna


Lesi Mulut yang Sering Ditemukan Edisi 4. Jakarta: EGC; 2013.

14. Tarakji B, Umair A, Prasad D, Altamimi MA. Review diagnosis oforal


pigmentations and malignant transformations. Singapore Dental Journal;
2014. Vol 35: 39-46.

15. Martin S Greenberg, Michael Glick, Jonathan A Ship. Burket’s Oral


Medicine. 11th Ed. Ontario: BC Decker Inc; 2008. p. 79, 82.

16. Greenberg, Martin S., Glick, Michael. Ship, Jonathan A. Burket’s Oral
Medicine 11th edition. BC Decker Inc: Hamilton; 2008. p. 109.

17. Scully C and Caoson RA. Atlas Bantu Kedokteran Gigi. Penyakit Mulut,
Jakarta: Hipokrates; 1991.

18. Sameer A Mokeem. Management of gingival hyperpigmentation by


surgical abrasion, Report of three cases. Saudi Dental Journal; 2006.
18(3)162-166

19. Humagain M, Nayak DG and Uppoor US. Gingival depigmentation: A


case report with review of literature. JNDA; 2009. vol 10, No.1, Jan-Jun:
53-56.

20. Anil Ghom and Savita Ghom. Textbook of Oral Medicine. Third Edition.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2014.

21. Alawi F. Pigmented lesions of the oral cavity : an update. Dent Clin N
Am; 2003. Vol 57: 699–710.

Anda mungkin juga menyukai