Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus

dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah

melembaga (Sumijatun et. al, 2009). Misalnya di dalam kesehatan dikenal

kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok

lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain

sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,

masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya

(Mubarak, 2010).

Proses keperawatan komunitas adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk

menetapkan, merencanakan, dan melakasanakan pelayanan keperawatan dalam

rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal

mungkin. Langkah-langkah dimulai dari pengkajian yaitu pengumpulan data,

analisis data, dan penentuan masalah. Selanjutnya menentukan diagnosa

keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi

tindakan keperawatan (Wahid, 2011, hlm.30).

1
2

Upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu, keluarga,

kelompok ditatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan

konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya

menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi keperawatan

secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka

Mahasiswa Program Profesi Ners STIKES Telogorejo Semarang Angkatan

VIII melaksanakan praktik keperawatan komunitas di Wilayah RW III

Kelurahan Karangayu Kecamatan Semarang Barat dengan menggunakan

pendekatan keluarga, kelompok, dan komunitas. Wilayah Kelurahan

Karangayu merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Semarang Barat,

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah barat berbatasan dengan

sungai ronggolawe, sebelah timur berbatasan dengan jalan anjasmoro raya,

sebelah utara berbatasan dengan rel kereta api, dan sebelah selatan berbatasan

dengan jalan jendral sudirman.

Geografi Kelurahan Karangayu berada pada daerah dataran rendah yang dekat

dengan pantai, dengan permukaan jalanan yang datar, serta Kelurahan

Karangayu masih sering terjadi banjir. Kelurahan Karangayu terdiri dari 6

RW. Praktik Keperawatan Komunitas Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Semester II STIKES Telogorejo Semarang dilaksanakan di RW III yang

terdiri dari 8 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 758 jiwa. Untuk mengkaji

masalah kesehatan penduduk RW III Kelurahan Karangayu, maka pada

praktik keperawaatan komunitas ini, kami menyebarkan angket kepada 156

Kepala Keluarga sebagai responden.


3

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi dan survey masalah kesehatan masyarakat di RW III

Kelurahan Karangayu.

2. Tujuan Khusus

a. Memaparkan hasil pengkajian yang ada di RW III Kelurahan

Karangayu.

b. Menganalisa data tentang masalah kesehatan di RW III Kelurahan

Karangayu.

c. Menentukan diagnosa keperawatan komunitas sesuai dengan data

masalah kesehatan yang diolah.

d. Menentukan intervensi keperawatan untuk memecahkan masalah

kesehatan di RW III Kelurahan Karangayu.

e. Menentukan POA (Plan of Action) untuk rencana kegiatan di RW III

Kelurahan Karangayu

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata

kepada masyarakat.

b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan

keperawatan komunitas.
4

c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana

dalam menghadapi dinamika masyarakat.

d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan

interpersonal.

2. Bagi Institusi

a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi Pendidikan Profesi

Ners

b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model

praktek keperawatan komunitas selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam

upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari

masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah

kesehatan yang dialami masyarakat.

c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan

mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut


BAB II

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

A. Konsep Keperawatan Komunitas

1. Pengertian Komunitas

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok

khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang

telah melembaga (Sumijatun et. al, 2009). Misalnya di dalam kesehatan di

kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita,

kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan

lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat

petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan

sebagainya (Mubarak, 2010).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan

perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health)

dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan

pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa

mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan

terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat

sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk

5
6

meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu

mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2010).

2. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas

a. Upaya Promotif

Untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat dengan jalan:

1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Peningkatan gizi

3) Pemeliharaan kesehatan perorangan

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan dan olahraga secara teratur

5) Rekreasi

6) Pendidikan seks

b. Upaya Preventif

Untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi masal terhadap bayi dan balita

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,

puskesmas, maupun kunjungan rumah

3) Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas,

ataupun di rumah.

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.


7

c. Upaya Kuratif

Untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok

yang menderita penyakit ataupun masalah kesehatan melalui:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut keperawatan dari

puskesmas dan Rumah Sakit

3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah ibu bersalin

dan nifas

4) Perawatan tali pusat bayi baru lahir

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di rumah

maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit

yang sama.

1) Pelatihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti

penderita kusta, patah tulang, dan kelainan bawaan.

2) Pelatihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,

seperti TBC, pelatihan nafas dan batuk, serta penderita stroke

melalui fisioterapi.

e. Upaya Resosialitatif

Upaya untuk mengembalkan individu, keluarga, dan kelompok khusus

kedalam pergaulan masyarakat.


8

3. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang

dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat

kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction)

terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta

perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan

mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat

mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.

a. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara

menyeluruh dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.

2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam

rangka mengatasi masalah keperawatan.

3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan

pembinaan dan asuhan keperawatan.

4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus atau rawan yang

memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti

dan di masyarakat.

5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak

lanjut dan asuhan keperawatan di rumah.


9

6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok risiko

tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di

rumah dan di Puskesmas.

7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk

menuju keadaan sehat optimal.

c. Fungsi

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah

bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan

masalah klien melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan

kebutuhannya dibidang kesehatan

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan

masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran

serta masyarakat

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan

permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan

dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat

proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

4. Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk

individu, keluarga, dan kelompok yang berisiko tinggi seperti keluarga

penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak

terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.


10

Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga

tingkat yaitu:

a. Tingkat Individu

Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang

mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil, dll)

yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat

perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan

individu.

b. Tingkat Keluarga

Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga

dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga

yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk

mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota

keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan

sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan

keluarga. Prioritas pelayanan perawatan kesehatan masyarakat

difokuskan pada keluarga rawan yaitu:

1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu

keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang

persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu,

penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program,

penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga

dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).


11

2) Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil

yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang

dari 8 gr%) ataupun kurang energi kronis (KEK), keluarga dengan

ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi,

keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates

BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan

kasus percobaan bunuh diri.

c. Tingkat Komunitas

Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien :

1) Pembinaan kelompok khusus

2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

5. Strategi Keperawatan Komunitas

Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan komunitas perlu

digunakan strategi sebagai berikut:

a. Proses Kelompok (Group Process)

Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi komunitas yang

dilakukan dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat (melalui

pembentukan peer atau social support berdasarkan kondisi dan

kebutuhan masyarakat). Proses kelompok ini dilakukan dengan

membentuk kelompok dari oleh untuk masyarakat yang memperhatikan

kesehatan di wilayahnya sehingga dapat secara mandiri mengatasi

masalah yang muncul di masyarakat (Synder & Lindquist, 2009).


12

Pengaruh positif strategi intervensi dengan proses kelompok meliputi :

1) Membangun harapan ketika orang lain telah menghadapi atau

berhasil masalah yang sama

2) Universalitas menyadari bahwa tidak menghadapi masalah yang

sama secara sendiri

3) Berbagi informasi

4) Altruisme dan saling membantu

5) Koreksi berantai atau berurutan hubungan yang paralel terjadi

dalam kelompok dan dalam keluarga

6) Mengembangkan teknik sosialisasi

7) Perilaku imitatif dari pemimpin kelompok

8) Katarsis, mengekspresikan perasaan secara tepat

9) Faktor-faktor eksistensial ketika kelompok menyadari bahwa hidup

bahwa tidak adil dan bertanggung jawab terhadap cara hidup yang

telah ditempuh.

b. Promosi Kesehatan

Berbagai bentuk dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Deseminasi informasi

Salah satu bentuk dari deseminasi informasi adalah pendidikan

kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam

rangka upaya promotif dan preventif dengan melakukan penyegaran

informasi dan meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku

sehat.
13

2) Pengkajian dan penilaian

Mendorong seseorang agar mengurangi faktor resiko dan

mengadopsi gaya hidup sehat. Contohnya melakukan penialaian

terhadap resiko kesehatan, mengadakan lomba atau kompetisi

penampilan sesuai indikator sehat.

3) Modifikasi gaya hidup

Membantu klien bertanggung jawab atas kesehatan sendiri dan

membuat perubahan perilaku yang sesuai untuk meningkatkan

kualitas hidup. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam

memodifikasi gaya hidup diantaranya perubahan situasi, tersedianya

pengetahuan, dan keterampilan untuk melaksanakan dan

meneruskan perubahan, hasil yang akan diperoleh dari perilaku

baru, serta adanya dukungan fisik dan sosial untuk merubah

perilaku.

4) Penataan lingkungan

Kegiatan ini mencakup kegiatan penyediaan atau penataan faktor

pendukung untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan dan

peningkatan perilaku. Lingkungan yang ditata mencakup

lingkungan fisik, sosial dan ekonomi.

c. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah suatu kegiatan perawatan komunitas dengan

melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang

ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan

masalah. Pemberdayaan adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan


14

kontrol dalam pengambilan keputusan pada level individual, keluarga,

komunitas dan masyarakat. Perawat dapat menggunakan strategi

pemberdayaan untuk membantu masyarakat mengembangkan

keterampilan dalam menyelesaikan masalah, menciptakan jejaring,

negosiasi, lobbying, dan mendapatkan informasi untuk meningkatkan

kesehatan.

d. Kemitraan

Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih,

berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan untuk

mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran

masing-masing. Partnership atau kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama

aktif antara perawat komunitas, masyarakat, maupun lintas sektor dan

program. Bentuk kegiatannya adalah kolaborasi, negosiasi dan sharing

dilakukan untuk saling menguntungkan.

6. Peran Perawat Komunitas

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat

diantaranya adalah:

a. Sebagai Penyedia Pelayanan (Careprovider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah

keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,

melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang

telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.


15

b. Sebagai Pendidik dan Konsultan (Nurse Educator and Counselor)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di

masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku

sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan

dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah

proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan

psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan

interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan

seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.

Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses

keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji

kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.

Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi

pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi

pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah

didapat (Mubarak, 2010).

c. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang

baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru

dan dicontoh oleh masyarakat.


16

d. Sebagai Pembela (Client Advocate)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat

komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan

fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan

termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,

memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien

(Mubarak, 2010). Tugas perawat sebagai pembela klien adalah

bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan

dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk

mengambil persetujuan (informed concent) atas tindakan keperawatan

yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan

dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit

dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas

kesehatan (Mubarak, 2010).

e. Sebagai Manajer Kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai

kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai

dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

f. Sebagai Kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara

bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi,

ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat


17

proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama

merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap

proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk

merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2010).

g. Sebagai Perencana Tindakan Lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani

perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan

ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan

kondisi kesehatan.

h. Sebagai Pengidentifikasi Masalah Kesehatan (Case Finder)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut

masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta

berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,

pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,

merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,

karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,

2010).
18

j. Pembawa Perubahan atau Pembaharu dan Pemimpin (Change Agent

and Leader)

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif

merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada

dirinya atau pada sistem. Marriner Torney mendeskripsikan pembawa

perubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji

motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternatif,

menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,

menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan

hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan

membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2010). Peningkatan

dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan

menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk

merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :

pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat

meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2010).

k. Pengidentifikasi dan Pemberi Pelayanan Komunitas (Community Care

Provider and Researcher)

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada

masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.

Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang

lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.


19

B. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang

bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam

rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta

masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

1. Pengkajian Keperawatan Kesehatan Komunitas

Model community as partner (CAP) digunakan untuk mengkaji berbagai

jenis komunitas dengan luas wilayah, lokasi, dan sumber-sumber yang

dimiliki atau karateristik populasi tertentu. CAP terdiri dari 3 bagian :

a. Inti Komunitas (The Community Core)

1) Sejarah (History)

2) Data Demografi (Demographic)

3) Suku dan Budaya (Ethnicyty)

4) Nilai dan Keyakinan (Values and beliefs)

5) Persepsi (Perception), yang terdiri dari persepsi masyarakat terhadap

kondisi lingkungan, penilaian masyarakat terhadap kekuatan dan

kelemahan wilayah tempat tinggal mereka, penilaian terhadap kondisi

masyarakat terhadap kekuatan dan kelemahan wilayah tempat tinggal

mereka, penilaian terhadap kondisi kesehatan masyarakat secara

umum, dan apa masalah yang mungkin muncul.


20

b. Subsistem Komunitas (The Community Subsystems)

1) Lingkungan fisik

2) Pendidikan

3) Keamanan dan transportasi

4) Politik dan pemerintahan

5) Pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan

6) Komunikasi

7) Ekonomi

8) Rekreasi

c. Aplikasi teori CAP dalam keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

1) Inti komunitas (The Community Core)

a) Sejarah

(1) Melakukan wawancara dengan Toma/Toga

(2) Perubahan yang terjadi

(3) Peristiwa atau kejadian yang berkaitan

b) Data demografi (Demographic)

(1) Komposisi penduduk

(2) Kelompok umur

(3) Jenis kelamin

c) Suku dan Budaya (Ethnicyty)

(1) Pengamatan terhadap gaya hidup

(2) Perilaku yang membudaya (positif/negarif)

(3) Bahasa yang digunakan

(4) Perkumpulan yang ada


21

(5) Penyelesaian masalah apakah antar etnis/golongan khusus

d) Nilai dan keyakinan (Values and beliefs)

(1) Lakukan wawancara dan observasi bagaimana bentuk interaksi

di masyarakat

(2) Adakah perilaku yang mempengaruhi kesehatan individu,

kelompok atau masyarakat (misal : narkoba)

2) Subsistem Komunitas (The Community Subsystems)

a) Lingkungan fisik

Observasi ada fasilitas umum yang dipergunakan ( lapangan

olahraga, warnet atau wartel, bioskop, dan fasilitas ibadah)

b) Pendidikan

(1) Kumpulkan data tentang tingkat pendidikan masyarakat.

(2) Keberadaan fasilitas pendidikan lengkap

c) Keamanan dan transportasi

(1) Lakukan pengamatan dan observasi tentang alat transportasi

(2) Keamanan pemakaian alat transportasi

(3) Kecepatan kendaraan yang digunakan

(4) Keberadaan rambu-rambu lalu lintas

(5) Kondisi jalan dan fasilitas

(6) Apakah ada pos polisi atau satpam atau sistem keamanan

lingkungan

(7) Adakah gangguan keamanan


22

d) Politik dan pemerintahan

(1) Bagaimana kegiatan politik diwilayah tersebut?

(2) Adakah anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan politik?

(3) Bagaimana menyikapi perbedaan pendapat atau golongan

politik?

e) Pelayanan sosial

(1) Lakukan wawancara dan observasi pelayanan sosial yang ada

misalnya dengan LSM

(2) Ketersediaan fasilitas kesehatan

f) Komunikasi

(1) Amati cara komunikasi diwilayah tersebut terhadap keluarga,

lingkungan atau masyarakat sekitar, aparat pemerintah.

(2) Adakah masalah antar kelompok?

(3) Bagaimana cara menyampaikan aspirasi?

g) Ekonomi

(1) Pendapatan rata-rata penduduk

(2) Apakah keluaraga memiliki tabungan

(3) Mempunyai usaha tambahan

(4) Apakah keluarga mempunyai kemampuan membeli alat

transportasi : mobil atau motor

(5) Adakah lokasi transaksi jual beli misal pasar dll

h) Rekreasi

(1) Apakah ada tempat rekreasi

(2) Apakah tempat rekreasi tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat


23

d. Metode dan Pendekatan Pengkajian Komunitas

Beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut :

1) Windshield Survey

Digunakan perawat komunitas untuk mengidentifikasi berbagai

dimensi dari komunitas, lingkungan, serta gaya hidup, masyarakat.

Aspek yang dikaji dengan metode ini adalah :

a) Inti komunitas, antara lain : sejarah, demografi, kelompok etnis

dan nilai-kepercayaan.

b) Subsistem, antara lain : lingkungan fisik, pelayanan kesehatan

dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, pemerintahan

dan politik, komunikasi, pendidikan, rekreasi.

c) Persepsi, antara lain : penduduk dan persepsi.

2) Data sekunder

Pada metode ini perawat menggunakan data yang telah tercatat

sebelumnya, yang termasuk dalam data sekunder meliputi data-data

seperti data statistik, dokumen yang telah diterbitkan, catatan dalam

pertemuan, hasil survey kesehatan, dan catatan kesehatan (C.O.

Helvie,1998). Selain data sekunder , bisa juga didapatkan dari data

survey wawancara dengan narasumber, observasi komunitas, serta

forum komunikasi.

e. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi

mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat

ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah


24

tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan

spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2010).

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Wawancara atau anamnesa

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang

berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga

pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah

kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah,

terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami

oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara

atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan.

2) Pengamatan

Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi

aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka

menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan

menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format

proses keperawatan.

3) Pemeriksaan fisik

Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan

keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga,

maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu

menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi,

Auskultasi dan Palpasi.


25

f. Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data

dengan cara sebagai berikut :

1) Klasifikasi data atau kategori data

2) Penghitungan prosentase cakupan

3) Tabulasi data

4) Interpretasi data

g. Analisis Data

Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan

menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki

sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang

dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah

keperawatan (Mubarak, 2010).

h. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan

keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat

dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian

masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh

karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2010).

i. Prioritas Masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan

keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor.


26

Kriteria prioritas masalah menurut Mubarak (2010), di antaranya:

1) Perhatian masyarakat

2) Prevalensi kejadian

3) Berat ringannya masalah

4) Kemungkinan masalah untuk diatasi

5) Tersedianya sumberdaya masyarakat

2. Diagnosis Keperawatan Kesehatan Komunitas

Diagnosis keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial

dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya dia mampu dan

mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan (Gordon,

1982). Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan yang aktual

dan potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai

tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA).

Contoh dari diagnosa keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :

a. Tingginya angka mortalitas bayi berhubungan dengan 1)

ketidakmampuan sumber di departemen kesehatan setempat dalam

memenuhi kebutuhan antepartum; 2) pelayanan antepartum yang tidak

dapat diakses; 3) kurangnya tenaga kesehatan terlatih yang ditunjukan

dengan:

1) Angka mortalitas bayi sebesar 17,3 tiap 1000 orang kelahiran hidup,

2) Data klinik yang menyatakan kurangnya tenaga kesehatan,

3) Sulitnya transportasi menuju klinik,


27

4) Jam kerja pukul 08.00-17.00, senin-jumat, yang tidak bisa diakses

oleh komunitas yang bekerja,

5) Tidak ada perawat atau bidan yang berlisensi di komunitas.

b. Defisit energi komunitas berhubungan dengan ketidakmampuan dan

ketidaksesuaian layanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang

ditunjukan dengan a) kurang fasilitas layanan kesehatan; b) kurangnya

pengetahuan terhadap pencegahan, data yang mendukung 3000

masyarakat miskin tidak mendapatkan layanan kesehatan: 90% populasi

ini berobat ke unit gawat darurat untuk kasus yang bukan gawat darurat

dan 90% populasi miskin tidak dapat mendiskusikan perilaku

pencegahan yang biasa dilakukan.

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis

keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan

klien (Mubarak, 2009). Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan

masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah

ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup

perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan

kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2009).


28

Langkah-langkah dalam perenacanaan yang perlu diperhatikan adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan prioritas masalah

Melalui pengkajian perawat akan mampu mengidentifikasi respon

komunitas yang aktual atau potensial yang memerlukan suatu tindakan.

Dalam perencanaan perlu disusun sistem untuk menentukan diagnosis

yang diambil tindakan pertama kali. Salah satu sistemnya adalah

hierarki kebutuhan komunitas.

b. Menentukan kriteria hasil

Menentukan kriteria hasil (aoutcomes) harus ditujukan kepada

komunitas dan harus menunjukan “apa yang akan dilakukan komunitas

serta kapan dan sejauh mana tindakan akan bisa dilaksanakan” dan juga

harus spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, rasional dan ada batas

waktu.

c. Menentukan rencana tindakan

Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu

komunitas dalam mencapai kriteria hasil. Dilaksanakan berdasarkan

komponen penyebab dari diagnosa keperawatan. Maka, rencana

mendefinisikan suatu aktivitas yang diperlukan untuk membatasi

faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.

d. Dokumentasi

Rencana tindakan keperawatan ditulis dalam suatu bentuk yang

bervariasi untuk mempromosikan perawatan yang meliputi perawatan


29

individu, keluarga dan komunitas; perawatan yang kontinue;

komunikasi; dan evaluasi.

4. Implementasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik (Riyadi, 2010). Tahap implementasi dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk membantu

komunitas mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi

adalah membantu komunitas mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan

kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap perencanaan perawat

terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang

sesuai dengan kebutuhan komunitas. Prinsip yang umum digunakan dalam

pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah :

a. Inovative

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan

mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)

(Mubarak, 2009).

b. Integrated

Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama

profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2009).


30

c. Rasional

Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan

harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya

rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2009).

d. Mampu dan Mandiri

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan

kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten

(Mubarak, 2009).

5. Evaluasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat

kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat

kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah

ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009).

Anda mungkin juga menyukai