Anda di halaman 1dari 36

OUTLOOK EKONOMI 2020-2024:

Harapan dan Kenyataan Ekonomi


Indonesia di Tengah Pandemi
Covid-19
Carunia Mulya Firdausy
Professor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis – UNIVERSITAS
TARUMANAGARA
Dosen Pasca Sarjana Institut STIAMI
Disampaikan dalam Webinar Nasional Institut STIAMI, Jakarta
Kamis, 18 Juni 2020
Outline Presentasi

Harapan RPJM Ekonomi 2020-2024


Kenyataan Ekonomi Indonesia 2020
Outlook Ekonomi 2020-2024
Catatan Kaki Solusi Kebijakan
Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2020


tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJM Nasional) Tahun 2020-2024
HARAPAN PEREKONOMIAN INDONESIA
2020-2024
Skema Optimistis
Pertumbuhan ekonomi 2020-2024: 5,3% (2020) hingga 6,2%
- 6,5% (2024).
Sumber Pertumbuhan Ekonomi berasal dari:
Peningkatan konsumsi domestik
Peningkatan sejumlah industri strategis
Investasi
Belanja Pemerintah
Net Ekspor
HARAPAN PEREKONOMIAN INDONESIA
2020-2024
HARAPAN PEREKONOMIAN INDONESIA
2020-2024
HARAPAN PEREKONOMIAN INDONESIA
2020-2024
Target Peningkatan Konsumsi Domestik
tumbuh rata-rata 5,6% per tahun:

- Peningkatan pendapatan masyarakat;


- Penciptaan lapangan kerja yang lebih besar;
- Stabilitas harga; dan
- Bantuan sosial Pemerintah yang lebih tepat
sasaran.
HARAPAN PEREKONOMIAN INDONESIA
2020-2024
Target Peningkatan Konsumsi Pemerintah tumbuh
rata-rata 4,7% - 4,9% per tahun:

Peningkatan belanja pemerintah (14,4% - 16,3% PDB),


baik pusat maupun transfer ke daerah, seiring dengan
penerimaan perpajakan.
HARAPAN PEREKONOMIAN INDONESIA
2020-2024
Target peningkatan Investasi tumbuh 7% per tahun:
► Transformasi struktural (kemudahan berinvestasi; revitalisasi industri
pengolahan, pertanian, hilirisasi pertambangan, sektor Jasa, dan
pembangunan infrastruktur);
► Rezim suku bunga kompetitif

► Deregulasi prosedur, investasi, sinkronisasi, dan harmonisasi


peraturan perizinan;
► Omnibus law cipta lapangan kerja dan Perpajakan;
► Transfer knowledge pengembangan industri.
HARAPAN PEREKONOMIAN INDONESIA
2020-2024
Target Peningkatan Ekspor Barang dan Jasa tumbuh rata-rata
4,8% per tahun
- Revitalisasi industri pengolahan;
- Mengurangi ketergantungan impor, terutama bahan baku;
- Peningkatan ekspor jasa (sektor pariwisata);
- Diversifikasi ekspor dari sisi produksi
- Perluasan negara tujuan ekspor (e.g. kawasan Afrika);
- Nilai tukar Rupiah yang membaik;
- Program-program peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM).
HARAPAN PEREKONOMIAN INDONESIA
2020-2024
REALITA 2020
Dampak Covid-19 pada Perekonomian Makro

Pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2020 hanya 2,97% (yoy) lebih


rendah dari perkiraan Bank Indonesia 4,4% (yoy).
Aggregate Demand Anjlok :
- Konsumsi rumah tangga menurun menjadi 2,84% (yoy), lebih
rendah dibandingkan capaian triwulan IV 2019 sebesar 4,97%
(yoy);
- Investasi tumbuh melambat sebesar 1,7% (yoy);
- APBN Defisit mencapai 6,34 persen PDB atau setara Rp. 1.039
triliun;
- Ekspor neto tumbuh 0,24 % dan impor kontraksi 2,19 % (yoy).
Dampak Covid-19 pada Perekonomian Makro
Neraca pembayaran :
- TW I-2020 defisit US$ 3,9 miliar (-1,4% PDB). Lebih rendah
dari defisit pada TW-IV-2019 US$ 8,1 miliar (-2,8%) PDB karena
Penurunan Impor dan Domestic demand;
- TW I-2020 Transaksi Modal dan Finansial turun US$ 2,9 M
Inflasi
2,67 % (yoy) karena faktor demand pull akibat langkah-
langkah penanganan pandemi COVID-19 (pembatasan
mobilitas, pembatasan kegiatan usaha, PSBB, dan lain
sebagainya)
Kemiskinan
Kemiskinan bertambah 4,86 juta.
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI
DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Sumber: Republika.co.id
Dampak pandemi Covid-19 pada sisi Mikro
(Dunia Usaha)
Turunnya PDB 85 % berasal dari hilangnya permintaan
pasar, bukan dari gangguan pasokan.
Pengangguran sekitar 3,05 juta orang (per 2 Juni 2020)
dan diperkirakan bertambah mencapai 5,23 juta.
Angka tersebut bisa lebih besar karena pencari kerja
cukup tinggi yang terindikasi dari Kartu Prakerja,
pendaftar 10,8 juta sampai akhir Mei 2020.
Dampak pandemi Covid-19 pada sisi Mikro
(Dunia Usaha)
Hasil Penelitian
Dari sisi pekerja, sebanyak 15,6% pekerja terkena
PHK dan 40% pekerja menurun pendapatannya.
Pendapatan buruh turun sampai 50%.
Pada tingkat rumah tangga (RT), sebanyak 83.7% RT
menilai kondisi ekonominya lebih buruk dibandingkan
tahun lalu yang sebesar 22 %
86 persen RT, pendapatan Brutonya mengalami
penurunan.
DAMPAK COVID-19 TERHADAP UMKM

Sumber: Universitas Gadjah Mada

UMKM yang terdampak umumnya UMKM terkait pangan


dan kuliner, kerajinan, dan fashion/konveksi.
DAMPAK COVID-19 TERHADAP UMKM

Sumber: Universitas Gadjah Mada

Penyebabnya : Terkait penurunan daya beli, pangsa pasar yang sepi, dan kendala-
kendala lain dalam proses produksi dan distribusi.
STIMULUS & RELAKSASI UMKM

Sumber: Akurat.co
Sumber: Republika.co.id
BEBERAPA FAKTA LAPANGAN DARI STIMULUS &
RELAKSASI UMKM

Sumber: Universitas Gadjah Mada

Pelaku UMKM umumnya tidak mendapatkan stimulus/pendanaan baik


dari otoritas perbankan, lembaga pemerintah, maupun dari lembaga
lainnya.
Yang diperoleh yakni berupa penangguhan angsuran pokok dan
perpanjangan jangka waktu pinjaman.
BEBERAPA FAKTA LAPANGAN DARI STIMULUS &
RELAKSASI UMKM

Sumber: Universitas Gadjah Mada

Kegiatan pemasaran UMKM tidak berjalan selama pandemi COVID-19:


- pangsa pasar yang sepi
- PSBB
BEBERAPA FAKTA LAPANGAN DARI STIMULUS &
RELAKSASI UMKM

Sumber: Universitas Gadjah Mada

UMKM mengalami perubahan omset yang mencapai 75-100%


dari rata-rata penjualan pada kondisi normal.
DAMPAK PSBB PADA UMKM DAN INDUSTRI

• PSBB berdampak besar pada UMKM karena :


- UMKM masih banyak yang berbentuk konvensional;
- UMKM yang telah terintegrasi dalam media online hanya sebanyak
15% dan 80% produk yang dipasarkan berupa produk impor;
- menurunkan pendapatan dan menurunkan daya beli konsumen;
- Stimulus dan relaksasi UMKM belum sepenuhnya menyentuh dari
sisi pemasaran
• Industri juga terdampak langsung dari PSBB dan belum ada solusi
yang signifikan dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan dari
industri tersebut.
KEBIJAKAN NEW NORMAL
New normal adalah kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah untuk
memperbolehkan kembali aktifitas
masyarakat dengan protocol kesehatan

• Why new normal ?


- PSBB serta imbauan tetap di rumah menimbulkan risiko krisis
ekonomi bahkan krisis politik.
Thus, new normal diharapkan dapat memperbaiki kondisi
perekonomian masyarakat dan nasional
Sektor Ekonomi dalam Penerapan NEW NORMAL

1. Sektor pariwisata
2. Sektor perhubungan
3. Sektor manufaktur, perkebunan, hingga
perdagangan khususnya pasar tradisional
MASALAH PENERAPAN NEW NORMAL
Daya angkat industri terhadap perekonomian tidak akan sekuat tanpa
Covid-19 karena adanya protocol Kesehatan

Produktivitas industri relative rendah dan struktur pekerja perusahaan


relative terpengaruh karena aktivitas pekerja berusia di atas 45 tahun ke
atas dibatasi.

Akibatnya, jumlah pekerja akan lebih sedikit dalam


menjalankan aktivitas produksi
Sektor industri industri yang berbasis teknologi dalam
jaringan (online) dan pemasaran digital relative
diuntungkan.
Outlook Perekonomian 2020-2024

WHO dan Lembaga Biologi Molekuler atau LBM Eijkman


menyatakan, virus corona tidak akan hilang dari muka
bumi dalam waktu yang lama.
Bagaimana Proyeksi Ekonomi Pandemi Covid-19?

Outlook Perekonomian 2020-2024 nyaris sulit dipastikan:


Apakah berbentuk:
- V curve; L curve, I curve; U curve; J curve maupun W curve
Tergantung :
- Dinamika gelombang Covid-19;
- Ditemukannya Vaksin Covid-19;
- Kebijakan dan Strategi Ekonomi New Normal yang “Problems Free” ;
- Progress Perekonomian Global;
- Perilaku , Kedisiplinan, & Kepedulian Masyarakat (awareness) vis a vis
Bantuan Finansial
- Leadership and Trust.
Jika Demikian, lantas bagaimana Solusinya?
Tidak ada Kemewahan utk
kebijakan NON-IPTEK,
NON-Kesehatan dan
NON-ekonomi against
dengan Covid-19
Fokus pada Dunia Usaha
yang High impact low risk

Sumber: Liputan6
SEKTOR PILIHAN YANG TAHAN
Sektor-sektor yang relative
memiliki ketahanan (low
risk) dalam new normal:
- Consumer goods,
- Telekomunikasi dan Menara
(IT)
- Rokok.
goods

Sektor- sector lain :


- Pertambangan
- Pelabuhan
- Otomotif
- Perbankan
- Property
- Cement dst
Relative imbal hasil rendah
Sumber: Danareksa Research Institute
karena medium- high risks
FOKUS PADA UMKM
Kurang lebih sebanyak 98% atau 62 juta unit Pelaku Usaha; Jumlah
tenaga kerja yang terserap 115 juta orang (97 %) ; dan berkontribusi
60,3% PDB.

Kebijakan yang diperlukan antara lain:


Bantuan dana/modal usaha, dan bantuan sembako/kebutuhan pokok
serta alat-alat kesehatan selama pandemi COVID-19 ini belum reda;
Penggunaan Produk Dalam Negeri;
Bantuan sarana pemasaran untuk UMKM; pelatihan UMKM terutama
berbasis bidang pemasaran, manajemen, keuangan, IT, dan lainnya
Mitra binaan UMKM & aliansi strategis (CSR) untuk pertumbuhan usaha
dan peningkatan permintaan masyarakat;
Jaga kondisi ekonomi makro :
Stabilisasi nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika;
Ketersediaan pasokan barang agar harga terkendali dengan baik;
Ekstensifikasi & perbaikan industri dalam negeri untuk
menunjang ketersediaan pasokan barang & penggunaan produk
dalam negeri;
Pemberian dana bantuan tunai dengan tepat guna dan tepat
sasaran disertai pelaporan dan pengawasan yang cermat &
ketat;
Alokasi dana APBN dan APBD untuk pertumbuhan industri &
penciptaan lapangan pekerjaan;
Peningkatan belanja dan investasi Pemerintah dengan tujuan
penyerapan tenaga kerja.
Indonesia harus Bisa !!

Anda mungkin juga menyukai