FARMAKOKINETIKA
“UJI DIFUSI”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2020
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit adalah organ yang terletak paling luar. Luas kulit orang dewasa
1,5 sampai 2,0 m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan (4,8 kg pada pria
dan 3,2 kg pada wanita). Kulit mempunyai lima fungsi utama yaitu fungsi
proteksi, fungsi absorpsi, fungsi ekskresi, fungsi persepsi, dan fungsi
termolegulasi (Pearce & Evelyn 2009).
Kulit terdiri atas tiga lapisan dengan berbagai jenis sel dan fungsinya
(Trommer & Neubert 2006). Ketiga lapisan tersebut yaitu:
1. Epidermis
2. Dermis Dermis
Lapisan ini adalah suatu lapisan yang tersusun atas jaringan fibrosa
dan jaringan ikat elastis yang terletak di bawah epidermis dan berfungsi
sebagai penopang struktur dan nutrisi. Permukaan lapisan dermis tersusun
5
atas papilapapila kecil, sedangkan pada lapisan yang lebih dalam terdapat
jaringan subkutan dan fasia. Lapisan dermis ini mengandung pembuluh
darah, pembuluh limfa, dan saraf yang disuplai oleh saraf sensorik dan
motorik.
3. Subkutan (Hipodermis)
2.2 Gel
Gel merupakan sistem semipadat terbuat dari partikel kecil atau
molekul organik besar yang terpenetrasi melalui cairan (Gennaro, A. R.,
1990). Beberapa dari sistem gel adalah transparan, yang secara estetika
merupakan keadaan yang menyenangkan. Sistem yang lainnya adalah
keruh, karena polimer berada dalam bentuk agregat koloid yang
mendispersikan atau memantulkan cahaya. Kejernihan dari sistem gel yang
keruh berkisar dari sedikit kabur (hazy) hingga whitish translucence
(tembus cahaya yang berwarna keputihan) sama seperti yang diamati
dengan gel petrolatum (Banker, G.S., 1995).
7
BAB III
METODE KERJA
3.1 Pembuatan Membran Difusi
a. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Pinset Parafin
b. Prosedur Kerja
1. Potong kertas whatman dengan ukuran seragam
2. Dilebur bahan untuk membuat cairan spangler
3. Masukkan potongan kertas whatman ke cairan spangler selama 15
menit
4. Angkat dan saring kertas whatman dengan kertas saring
5. Hitung presentasi impregnasi
8
Karbopol 1%
Trietanolamin 1,2 %
Etanol 95 % 10 %
Natrium benzoat 0,3 %
Air suling Ad 100 %
b. Prosedur Kerja
1. Hitung dan timbang bahan yang akan digunakan membuat gel
2. Dibuat sediaan gel dengan basis karbopol dan HPMC
3. Kembangkan HPMC dan Karbopol dengan aquadest sampai
membentuk gel ( M1)
4. Larutkan parasetamol dan etanol di kaca arloji ( M2)
5. Larutkan natrium benzoat dengan aquadest di kaca arloji ( M3)
6. Masukkan M1, M2 dan M3 ke lumpang gerus hingga homogen
7. Tambahkan sisa aquadest dan aduk sampai homogen
9
Tangas air
Termometer
Penampung reseptor
b. Prosedur Kerja
1. Formula uji ditimbang 1 gram kemudian ratakan diatas membran
( diameter = 15 cm )
2. Samakan suhu cairan sistem dengan cairan sirkulasi pada suhu 37 C
3. Isi air 20 ml ke dalam alat dan letakkan kertas membran diatas alat
4. Cuplikan diambil dari cairan reseptor sebanyak 5 ml dan diencerkan
dengan pelarut campur 10 ml
5. Setiap pengambilan selalu diganti dengan aquadest 5 ml, diambil
dengan selang waktu 10,20,30,40 menit
6. Ukur serapan dengan spektrofotometer pada gelombang maksimal
parasetamol
3.4 Perhitungan
- Perhitungan Komposisi Cairan Spangler
* Cairan dibuat sebanyak 30 gram
No. Nama Bahan Perhitungan Penimbangan
1. Asam Oleat 15
= 60 𝑥 30 𝑔 = 7,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Asam Stearat 5
= 60 𝑥 30 𝑔 = 2,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
3. Minyak Kelapa 15
= 60 𝑥 30 𝑔 = 7,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
4. Parafin = 𝑥 30 𝑔 = 5 gram
60
5. Lilin Putih 15
= 60 𝑥 30 𝑔 = 7,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
𝐵𝑡 –𝐵𝑜
Rumus: Presentase Impregnasi = 𝑥 100 %
𝐵𝑜
0,2067 −0,0973
% Impregnasi = 𝑥 100% = 112,44%
0,0973
11
0,3
4. Na-Benzoat 0,3% = 100 𝑥 5 𝑔 = 0,015 𝑔
1
5. Air Untuk 1/3 Berat = 3 𝑥 4,085 𝑔 = 1,361 𝑔
Mengembangkan HPMC
6. Air Suling Ad. 100% =5 - (0,05+0,4+0,5+0,015)
= 5 – 0,965
= 4,035 – 1,361
= 2,674 mL
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
- Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi
• Kurva Kalibrasi
Kurva Kalibrasi
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300 y = 0,1068x + 0,2218
0,200
R² = 0,9996
0,100
0,000
0 1 2 3 4 5 6
13
- Hasil Absorbansi Formula Gel Parasetamol dengan basis Karbopol 940
Absorban Rata-rata
No. t (mnt)
1 2 3 Absorban
Sampel
1 10 0,245 0,244 0,243 0,244
2 20 0,440 0,439 0,441 0,440
3 30 0,573 0,571 0,573 0,572
4 40 0,942 0,943 0,941 0,942
y = 0,1068x + 0,2218
y – 0,2218 = 0,1068x
x = (y – 0,2218) / 0,1068
• Menit ke-10 (Abs = 0,244)
x = (y – 0,2218) / 0,1068
x = (0,244 – 0,2218) / 0,1068
x = 0,0222 / 0,1068
x = 0,208 ppm
= 0,208 µg/ml
Kadar = 0,208 µg/ml x 20 ml
= 4,16 µg
• Menit ke-20 (Abs = 0,440)
x = (y – 0,2218) / 0,1068
x = (0,440 – 0,2218) / 0,1068
x = 0,2182 / 0,1068
x = 2,043 ppm
= 2,043 µg/ml
14
Kadar = 2,043 µg/ml x 20 ml
= 40,86µg
Faktor koreksi = 0,208 µg/ml x 5 mL = 1,04 µg
Kadar total = 40,86 µg + 1,04 µg = 41, 9 µg
• Menit ke-30 (Abs = 0,572)
x = (y – 0,2218) / 0,1068
x = (0,572 – 0,2218) / 0,1068
x = 0,3502 / 0,1068
x = 3,279 ppm
= 3,279 µg/ml
Kadar = 3,279 µg/ml x 20 ml
= 65,58 µg
Faktor koreksi = 2,043 µg/ml x 5 mL = 10,215 µg
Kadar total = 65,58 µg + 10,215 µg + 1,04 µg = 76,835 µg
• Menit ke-40 (Abs = 0,942)
x = (y – 0,2218) / 0,1068
x = (0,942 – 0,2218) / 0,1068
x = 0,7202 / 0,1068
x = 6,743 ppm
= 6,743 µg/ml
Kadar = 6,743 µg/ml x 20 ml
= 134,86 µg
Faktor koreksi = 3,279 µg/ml x 5 mL = 16,395 µg
Kadar total = 134,86 µg + 16,395 µg + 10,215 µg + 1,04 µg =
162,51 µg
- Hasil Absorbansi Formula Gel Parasetamol dengan basis HPMC
Absorban Rata-rata
No. t (mnt)
1 2 3 Absorban
Sampel
1 10 0,366 0,368 0,367 0,367
2 20 0,869 0,870 0,868 0,869
3 30 1,264 1,262 1,262 1,263
15
4 40 1,693 1,692 1,695 1,693
y = 0,1068x + 0,2218
y – 0,2218 = 0,1068x
x = (y – 0,2218) / 0,1068
• Menit ke-10 (Abs = 0,367)
x = (y – 0,2218) / 0,1068
x = (0,367 – 0,2218) / 0,1068
x = 0,1452 / 0,1068
x = 1,360 ppm
= 1,360 µg/ml
Kadar = 1,360 µg/ml x 20 ml
= 27,2 µg
• Menit ke-20 (Abs = 0,869)
x = (y – 0,2218) / 0,1068
x = (0,869 – 0,2218) / 0,1068
x = 0,6472 / 0,1068
x = 6,060 ppm
= 6,060 µg/ml
Kadar = 6,060 µg/ml x 20 ml
= 121,2 µg
Faktor koreksi = 1,360 µg/ml x 5 mL = 6,8 µg
Kadar total = 121,2 µg + 6,8 µg = 128 µg
• Menit ke-30 (Abs = 1,263)
x = (1,263 – 0,2218) / 0,1068
x = 1,0412 / 0,1068
16
x = 9,75 ppm
= 9,75 µg/ml
Kadar = 9,75 µg/ml x 20 ml
= 195 µg
Faktor koreksi = 6,060 µg/ml x 5 mL = 30,3 µg
Kadar total = 195 µg + 30,3 µg + 6,8 µg = 232,1 µg
• Menit ke-40 (Abs = 1,693)
x = (y – 0,2218) / 0,1068
x = (1,693 – 0,2218) / 0,1068
x = 1,4712 / 0,1068
x = 13,77 ppm
= 13,77 µg/ml
Kadar = 13,77 µg/ml x 20 ml
= 275,4 µg
Faktor koreksi = 9,75 µg/ml x 5 mL = 48,75 µg
Kadar total = 275,4 µg + 48,75 µg + 30,3 µg + 6,8 µg = 361,25 µg
- Kadar Parasetamol Tiap Satuan Waktu Berdasadarkan Basisnya
17
KURVA LAJU DIFUSI BASIS KARBOPOL 940
180,0
160,0
140,0 y = 5,0999x - 56,145
120,0 R² = 0,9477
Kadar (µg) 100,0 Series1
80,0
60,0 Linear
40,0 (Series1)
20,0
0,0
-20,0 0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
200
Linear
150
(Kadar
100 (µg))
50
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengujian difusi obat untuk
mengetahui seberapa banyak obat menembus membran tiap waktu. Obat untuk
berefek dalam tubuh maka perlu melalui proses difusi terlebih dahulu. Difusi
yang paling sering dialami oleh obat adalah difusi pasif merupakan suatu
proses perpindahan masa dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat
yang berkonsentrasi rendah. Prinsip absorbsi obat melalui kulit adalah difusi
pasif dimana proses tersebut dimulai dari suatu substansi yang bergerak dari
daerah suatu sistem ke daerah lain dan terjadi penurunan kadar gradien dari
tinggi ke rendah.
Sebelum suatu obat yang diberikan dapat mencapai tempat kerjanya
18
dalam konsentrasi yang efektif, obat harus menembus sejumlah pembatas
(barrier). Barrier ini pada dasarnya merupakan membran membran biologis
seperti epitel lambung usus, paru paru, darah dan otak. Membran tubuh pada
umumnya digolongkan menjadi 3 tipe utama: (a) Membran yang terdiri dari
beberapa lapisan sel seperti kulit, (b) membran yang terdiri dari satu lapis sel
seperti epitel usus halus dan (c) membran yang tebalnya kurang dari satu lapis
sel seperti membran dari suatu sel tunggal. Dalam praktikum ini pengujian
dilakukan untuk mengetahui bagaimana obat yakni parasetamol dapat
berdifusi ke membran tubuh manusia dengan kondisi yang direkayasa.
Parasetamol ini dibuat dalam bentuk sediaan gel. Alasan pemilihan gel
adalah karena gel mempunyai sifat yang menyejukkan, melembabkan, mudah
penggunaannya, mudah berpenetrasi pada kulit sehingga memberikan efek
yang menyembuhkan lebih cepat. Sehingga nantinya uji difusi dalam berjalan
dengan lebih efektif dan efisien. Basis gel dapat dibedakan menjadi basis gel
hidrofobik dan basis gel hidrofilik (Ansel,H,C., 2005). Dua buah basis yang
digunakan dalam praktikum ini adalah karbopol 940 dna HPMC. Karbopol 940
adalah gelling agent yang sangat umum digunakan dalam produksi kosmetik
karena kompatibilitas dan stabilitasnya tinggi (Flory, 1953, cit Lu and Jun,
1998), tidak toksik jika diaplikasikan kekulit (Das et al, 2011) dan penyebaran
di kulit lebih mudah (Lachman et al, 1994). Gel dengan gelling agent karbopol
940 memiliki sifat yang baik dalam pelepasan zat aktif (Madan and Singh,
2010). Biasanya karbopol digunakan sebagai gelling agent dengan konsentrasi
0,5-2%. Sedangkan HPMC merupakan gelling agent yang dapat menghasilkan
gel yang netral, jernih, stabil pada pH 3 sampai 11, dan stabil dalam
penyimpanan jangka lama serta memiliki resistensi yang baik terhadap
serangan mikroba. HPMC sebagai gelling agent (8% ) memiliki viskositas
yang lebih rendah disbanding arbopol yakni 1046 cP sedangkan karbopol 940
(1%) memiliki viskositas sebesar 250480 cP (Metwally, 2013).
Proses uji difusi dilakukan untuk pengembangan lebih lanjut agar
didapatkan profil in-vitro dari suatu obat perihal permeasinya pada membran
kulit. Salah satu syarat obat dengan rute transdermal yakni utamanya harus
dapat berpermeasi ke dalam membran kulit agar dapat bisa masuk sirkulasi
19
darah atau pun memberikan efek di daerah lokal tsb. Dengan uji difusi obat
nantinya peneliti dapat mengetahui mengetahui seberapa banyak obat (kadar
obat dalam micro gram) menembus membran tiap waktu (menit). Jenis uji yang
digunakan adalah metode flow through. Maksud dari metode ini adalah
penggunaan metode dimana proses difusi dibuat seolah seperti aslinya yakni
ialah membuat obat melintas melalui membran rekayasa (flow through =
mengalir melalui). Maka dari itu dalam metode ini dibutuhkan alat yang dapat
berperan sebagai membran asli tubuh dan dibentuk kondisinya mirip
sedemikian rupa dengan kondisi fisiologis tubuh.
Pertama-tama dalam pengujian ini perlu adanya pembuatan membran
difusi dimana yang akan berperan seperti kulit. Membran ini bisa dibuat dari
kertas whatman yang ukurannya disesuaikan dengan kapasitas alat. Kemudian,
kertas tersebut akan diimpregmentasikan ke dalam larutan Spangler. Cairan
spangler dianggap sebagai komposisi kandungan cairan yang terdapat pada
kulit atau yang diwakilkan dengan kertas whatman tadi. Cairan spangler dibuat
dengan mengandung banyak jenis lemak yakni dengan komposisi asam oleat,
asam stearat, minyak kelapa, paraffin, lilin putih. Komposisi cairan spangler
banyak mengandung lipid layaknya stratum corenum karena stratum korneum
yang terdiri dari kurang lebih 40% protein (pada umumnya keratin) dan 40%
air dengan lemak berupa trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol dan fosfat
lemak.
Sebelum diimpregnasikan dengan cairan spangler, bobot kertas whatman
ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan persentase impregmentasi dari
kertas whatman. Setelah itu kertasnya dimasukkan ke dalam cairan spangler
selama 10 menit agar terserap merata cairannya masuk ke dalam kertasnya.
Setelah itu, diangkat dan segera dikeringkan lalu ditimbang kembali. Nanti
kedua data yakni berat kertas whatman sebelum ditimbang dan setelah
𝐵𝑡 –𝐵𝑜
ditimbang ini akan dimasukkan ke dalam rumus 𝑥 100 %. Dari hasil
𝐵𝑜
21
sebanyak 5 ml dan digantikan dengan medium kompartemen reseptor yang
baru dengan volume yang sama yakni 5 mL untuk mempertahankan sink
condition dan kondisi membran akan selalu sama seperti tubuh (Lachman
dkk.,1994). Hasil cuplikan yang didapat selanjutnya akan diderivatisasi untuk
dapat mengukur kadar Parasetamol dalam sampel.
22
Disamping itu, perbedaan konsentrasi dari penggunaan gelling agent yang
sama dengan, akan mempengaruhi koefisien difusi dari formula gel. Semakin
besar kadar gelling agent yang dipakai, maka semakin kecil koefisien difusi
dari formula gel, sehingga akan berpengaruh pula pada difusi zat aktif (Aslani
et al., 2013).
Bukan hanya jenis gelling agent yang dapat mempengaruhi dari laju
difusi suatu obat. Berdasarkan persamaan Fick dibawah ini:
dM dC
J = J = −D
Sdt dX
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini yang telah dilakukan, bahwa dapat disimpulkan
beberapa hal yakni:
1. Hasil laju difusi gel parasetamol berbasis Karbopol 940 didapatkan
hasil koefisien relasi ialah 0,9477
2. Hasil laju difusi gel parasetamol berbasis HPMC didapatkan hasil
koefisien relasi ialah 0,996
3. Dilihat dari kesimpulan diatas bahwa linearitas yang paling baik adalah
formula gel dengan basis HPMC dikarenakan gelling agent ini memiliki
viskositas yang lebih rendah dibandingkan dengan Karbopol 940
4. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju difusi ini adalah
konsentrasi obat dan membran, suhu, luas permukaan, ketebalan
membran, ukuran partikel obat, serta jarak.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, M., Aeyni, V., & Ibrahim, A. (2015). Formulasi dan optimasi basis gel hpmc
(. Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry, 3(2), 101–108.
Aslani, A., Ghannadi, A., & Najafi, H. (2013). Design , formulation and evaluation
of a mucoadhesive gel from Quercus brantii L . and coriandrum sativum L . as
periodontal drug delivery. 2(2), 1–9. https://doi.org/10.4103/2277-9175.108007
Martin, A. N., Sinko, P. J., & Singh, Y. (2011). Martin’s physical pharmacy and
pharmaceutical sciences : physical chemical and biopharmaceutical principles
in the pharmaceutical sciences. Lippincott Williams & Wilkins.
Mursyid, A. M. (2017). Evaluasi Stabilitas Fisik Dan Profil Difusi Sediaan Gel
(Minyak Zaitun). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 4(1), 205–211.
https://doi.org/10.33096/jffi.v4i1.229
Moser K, dkk. 2001. Passive skin penetration enhancement and its quantification in
vitro. European journal of pharmaceutics and biopharmaceutics. 52(2): 103-12
Patrick J. Sinko. 2006. MARTIN Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Terjemahan
oleh Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran EGC
26
Simon, Patricia. 2012. Formulasi dan Uji Penetrasi Mikroemulsi Natrium Diklofenak
dengan Metode Sel Difusi Franz dan Metode Tape Stripping. Skripsi.
FMIPA: Universitas Indonesia.
Trommer, H., dan Neubert, R.H.H. 2006. Overcoming The Stratum Corneum: The
Modulation of Skin Penetration. Skin Pharmacology and Physiology. 19:
106-121.
Tulandi, G. P., Sudewi, S., Lolo, W. S., 2015, Validasi Metode Analisis untuk
Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri
Ultraviolet, PHARMACON, Vol. 4, hal. 169-17.
Wasitaatmadja. 1997. Penuntun Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia
27