Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN TERAPI KOMPLEMENTER DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.”S” DENGAN DIABETES


MELLITUS DI KLINIK HOLISTIC NURSING TERAPHY

Ishak .,S.Kep,Ns

Disusun oleh:

Luddiana Husen

14201.08.16019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2020

1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang


mengirimkan hasil sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam
jaringan. Kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya
disebut hormon. Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu
macam hormon (hormon tunggal). Di samping itu juga ada yang menghasilkan
lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda, misalnya kelenjar hipofise
sebagai pengatur kelenjar yang lain.

Fungsi kelenjar endokrin :

1. Menghasilkan hormon yang dialirkan kedalam darah yang diperlukan oleh


jaringan dalam tubuh tertentu
2. Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh
3. Merangsang aktivitas kelenjar tubuh
4. Merangsang pertumbuhan jaringan
5. Mengatur metabolism, oksidasi, meningkatkan absorpsi glukosa pada usus
halus
6. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidratarang, vitamin, mineral, dan
air

A. Kelenjar Hipofise

2
 Pengertian kelenjar hipofise
Yaitu suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar tengkorak yang memegang
peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Dapat
dikatakan sebagai kelenjar pemimpin, sebab hormon-hormon yang dihasilkannya
dapat memengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya. Kelenjar hipofise terdiri dari dua
lobus, yaitu :
1. Lobus anterior (adenohipofise)
Yang menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali
produksi dari semua organ endokrin yang lain.
a) Hormon somatotropik, mengendalikan pertumbuhan tubuh
b) Hormon tirotropik, mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam
menghasilkan hormon tiroksin
c) Hormon adrenokortikotropik (ACTH), mengendalikan kelenjar
suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks
kelenjar suprarenal
d) Hormon gonadotropik berasal dari follicle stimulating hormone (FSH)
yang merangsang perkembangan folikel Graaf dalam ovarium dan
pembentukan spermatozoa dalam testis
e) Luteinizing hormone (LH), mengendalikan sekresi esterogen dan
progesteron dalam ovarium dan testosteron dalam testis
f) Interstitial cell stimulating hormone (ICSH)
2. Lobus posterior
Disebut juga neurohipofise, mengeluarkan 2 jenis hormon :
a) Hormon antidiuretik (ADH), mengatur jumlah air yang keluar melalui
ginjal, membuat kontraksi otot polos ADH disebut juga hormon
pituitrin
b) Hormon oksitoksin, merangsang dan menguatkan kontraksi uterus
sewaktu melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui.
Kelenjar hipofise terletak di dasar tengkorak, didalam fosa hipofise
tulang sphenoid.

 Fisiologi kelenjar hipofise

3
Fungsi kelenjar hipofise dapat diatur oleh susunan saraf pusat melalui
hipotalamus. Pengaturan dilakukan oleh sejumlah hormon yang dihasilkan
oleh hipotalamus akibat rangsangan susunan saraf pusat. Hormon-hormon
hipotalamus menghasilkan bermacam-macam hormon yang masuk dalam
darah dialirkan pembuluh darah di dalam tubuh untuk mencapai organ yang
dituju. Sel-sel di dalam hipotalamus akan dipengaruhi oleh kerja hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin lain.
B. Kelenjar Tiroid
 Pengertian kelenjar tiroid
Merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah,
melekat pada dinding laring. Terdiri dari dua buah lobus yang terletak di
sebelah kanan trakea, diikat bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi
trakea di sebelah depan. Atas pengaruh hormon yang dihasilkan kelenjar
hipofise lobus anterior, kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormone
tiroksin (berfungsi mengatur pertukaran zat/metabolisme dalam tubuh dan
mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani).
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang
dibatasi oleh epithelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya
mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat yaitu koloid tiroid yang
mengandung zat senyawa yodium dan dinamakan hormon tiroksin.
 Fisiologi kelenjar tiroid
Fungsi kelenjar tiroid :
a) Sebagai perangsang proses oksidasi
b) Mengatur penggunaan oksidasi
c) Mengatur pengeluaran karbon dioksida
d) Metabolic dalam hati pengaturan susunan kimia dalam jaringan
e) Pada anak memengaruhi perkembangan fisik dan mental

Fungsi hormon tiroid :

a) Memengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energy


b) Mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolic
c) Menambah sintesis asam ribonukleat (RNA), metabolisme menigkat
d) Keseimbangan nitrogen negative dan sintesis protein menurun

4
e) Menambah produksi panas dan menyimpan energi
f) Absorpsi intestinal terhadap glukosa, toleransi glukosa yang abnormal
sering ditemukan pada hipertiroidisme
 Kelainan tiroid
1. Hipertrofi atau hyperplasia fungsional :
a. Struma difosa toksik, hipermetabolisme karena jaringan tubuh
dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah
b. Struma difosa nontoksik
- Tipe endemic : kekurangan yodium kronik, air minum kurang
mengadung yodium disebut gondok endemic
- Tipe sporadic : pembesaran difusi dan struma didaerah endemis.
Penyebabnya suatu stimulus yang tidak diketahui
2. Hipotiroidisme, kelainan structural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga
sintesis dari hormon tiroid menjadi insufisiensi atau berkurang, bila
permanen dan kompleks disebut atiroidisme.
a. Kretinisme, hipotiroidisme berat, pada anak lidah tampak tebal, mata
besar, suara serak, kulit tebal dan ekspresi seperti orang bodoh.
b. Miksedema juvenil, terjadi pada anak sebelum akil balik, anak cebol,
pertumbuhan tulang terlambat dan kecerdasan kurang.
c. Mikedema dewasa, gejalanya nonspesifik, timbulnya perlahan,
konstipasi, tidak tahan dingin dan otot tegang.
3. Neoplasma (tumor jinak), adenoma tiroid bekerja secara otonom dan tidak
dipengaruhi oleh TSH.
4. Tumor ganas (maligna), dimulai dari folikel tiroid dengan karakteristik
tersendiri yang memungkinkan terjadi lipoprofil (karsinoma) metastase.
C. Kelenjar Paratiroid
 Pengertian kelenjar paratiroid
Yaitu kelenjar yang terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat
di dalam leher, kelenjar ini berjumlah empat buah yang tersusun berpasangan
yang menghasilkan hormon paratiroksin (mengatur kadar kalsium dan fosfor
di dalam tubuh).

 Fisiologi kelenjar paratiroid

5
Fungsi kelenjar paratiroid :
1. Memelihara konsentrasi ion kalsium yang tetap dalam plasma
2. Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal
3. Mempercepat absorbsi kalsium di intestine
4. Kalsium berkurang, hormon paratiriod menstimulasi resorpsi tulang
sehingga menambah kalsium dalam darahh
5. Menstimulasi dan mentranspor kalsium dan fosfat melalui membran sel
Fungsi ion kalsium :
a. Penting dalam cairan intersel dan ekstrasel
b. Komponen utama dalam tulang
c. Penting dalam pembekuan darah dan sistem enzim
d. Penglepasan kalsium intersel untuk mengaktifkan sel dan kontraksi otot
e. Kalsium ekstrasel mengadakan perubahan hipokalsemia yang
menimbulkan epilepsy dan tetani

Fungsi hormon kalsitonin :

a. Menurunkan kadar kalsium dengan menghambat resorpsi tulang menekan


aktivitas osteoblas dan menghambat pertumbuhan tulang.
b. Menghambat pelepasan kalsium dari tulang.
 Kelainan kelenjar paratiroid
1. Hipoparatiroidisme
Terjadinya kekurangan kalsium di dalam darah atau hipokalsemia
mengakibatkan keadaan yang disebut tetani. Dengan gejala khas kejang,
khususnya pada tangan dan kaki disebut karpopedal spasmus.
2. Hiperparatiroidisme
Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali
dari tulang dan di masukkan kembali ke serum darah. Hiperfungsi
paratiroid terjadi karena kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak
hormon paratiroksin dari biasanya.
a. Hiperparatiroidisme primer : berkurangnya kalsium dalam tulang
(fraktur spontan), kelainan teraktus urinarius, depresi dan koma,
kelemahan neuromuscular (tenaga otot berkurang, keletihan otot),
kurang nafsu makan, mual, muntah.

6
b. Hiperparatiroidisme sekunder : gagal ginjal kronis, glomerulonefritis,
pielonefritis dan anomaly congenital traktus urogenitalis pada anak,
kurang efektifnya PTH pada beberapa penyakit (defisiensi vitamin D
dan kelainan gastrointestinal).
c. Intoksikasi paratiroid akut
Jarang terjadi, bila terjadi akan menunjukkan gejala : lemah, mual,
dan muntah. Kalsium dan fosfor serum sangat tinggi, dan biasanya
koma.
D. Kelenjar Timus
 Pengertian kelenjar timus
Yaitu kelenjar yang hanya dijumpai pada anak-anak di bawah umur 18
tahun. Kelenjar ini terletak di dalam mediastinum di belakang os sternum, dan
di dalam toraks kira-kira setinggi bifurkasi trakea, warna kemerah-merahan
dan terdiri dari 2 lobus.
 Fisiologi kelenjar timus
Sumber hormon timus mempersiapkan proliferasi dan maturasi sel-sel yang
mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam jaringan lain sehingga
pertumbuhan meningkat masa bayi sampai remaja.
Fungsi hormon kelenjar timus :
a. Mengaktifkan pertumbuhan badan
b. Mengurangi aktivitas kelenjar kelamin
 Kelainan kelenjar timus
a. Hiperplasi
Merupakan kelainan autoimun yang memengaruhi neuromuscular
sehingga mudah terserang penyakit dan daya imun kurang. Pada hiperplasi
terdapat limfoid folikel di dalam medulla.
b. Timona tumor
Neoplasma sel epitel ada yang jinak dan ada yang ganas, menekan alat
sekelilingnya dan menimbulkan sesak nafas, batuk, serta nyeri ketika
menelan.
E. Kelenjar Suprarenalis/Adrenal
 Pengertian

7
Terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan, ukurannya berbeda-beda,
beratnya rata-rata 5-9 gram. Kelenjar suprarenal jumlahnya ada 2 :
a. Bagian luar yang berwarna kekuningan menghasilkan kortisol yang
disebut korteks
b. Bagian medulla menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin
(norapinefrin)
 Fisiologi kelenjar suprarenal
Fungsi kelenjar suprarenalis (korteks) :
a. Mengatur keseimbangan air, elektrolit, dan garam-garam
b. Mengatur/memengaruhi metabolism lemak, hidrat arang dan protein
c. Memengaruhi aktivitas jaringan limfoid

Fungsi kelenjar suprarenalis (medulla) :

a. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer


b. Relaksasi bronkus
c. Kontraksi selaput lender dan arteriole pada kulit sehingga berguna untuk
mengurangi perdarahan pada operasi kecil

Fungsi glukokortikoid :

a. Meningkatkan kegiatan metabolism sebagai zat dalam tubuh


b. Menurunkan ambang rangsangg susunan saraf pusat
c. Menggiatkan sekresi asam lambung
d. Menguatkan efek noradrenalin terhadap pembuluh darah dan merendahkan
permeabilitas dinding pembuluh darah
e. Menurunnkan daya tahan terhadap infeksi dan menghambat pembentukan
antibody
f. Menghambat pelepasan histamine dalam reaksi alergi

Fungsi mineralokortikoid :

a. Meningkatkan retensi ekskresi ion K di ginjal (tubulus distal dan tubulus


koligentes)
b. Meningkatkan retensi Na di kelenjar keringat dan saluran pencernaan
 Kelainan
Kelainan mineralokortikoid :
8
a. Insufisiensi adrenal, Na banyak terbuang, kadar ion K plasma meningkat,
volume plasma rendah, dan tekanan darah turun.
b. Hiperaldosteron primer, aldosteron berlebihan dengan gejala
hipernatremia, hipertensi tanpa edema, hipokalemia, dan otot lemah.

Kelainan fungsi kelenjar medulla adrenal :

a. Hiperfungsi dapat disebabkan oleh tumor yang berasal dari luar kelenjar
suprarenal, kadang juga ditemukan neuroblastoma, ganglio neuroblastoma
berasal dari jaringan saraf simpatis.
b. Hipofungsi medulla ditemukan pada kelainan yang menyebabkan gejala
klinis dari hipofungsi medulla suprarenal.
c. Neuroplasma kelenjar medulla adrenal bergantung pada jumlah
katekolamin yang dilepaskan dan cara pelepasan (hipertensi, tumor dan
palpitasi) gejala ini menyangkut gangguan pada berbagai metabolisme.

F. Kelenjar Pienalis
 Pengertian
Yaitu kelenjar yang terdapat di dalam otak (ventrikel) berbentuk kecil merah
seperti sebuah cemara. Kelenjar ini menghasilkan sekresi interna dalam
membantu pancreas dan kelenjar kelamin.
 Fisiologi kelnjar pienalis
a. Meningkatkan transfor glukosa dalam sel/jaringan
b. Meningkatkan transfor asam amino kedalam sel
c. Meningkatkan sintesis protein di otak dan hati
d. Menghambat kerja hormone yang sensitive terhadap lipase dan
meningkatkan sintesis lipid
e. Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekres.
G. Kelenjar Pankreatika
 Pengertian kelenjar pankreatika

Yaitu kelenjar yang terdapat pada belakang lambung didepan vertebra


lumbalis I dan II yang terdiri dari sel-sel alfa dan beta. Sel alfa menghasilkan
hormon gtukagon sedangkan sel-sel beta menghasilkan hormon insulin.

9
 Fisiologi kelejar pankreatika
Pulau langerhans :
a. Sebagai unit sekresi dalam pengeluaran homeostatic nutrisi
b. Menghambat sekresi insulin, dan polipeptida pancreas
c. Menghambat sekresi glikogen
Insulin :
a. Meningkatkan penyimpanan/penggunaan dalam hati
b. Meningkatkan metabolisme glukosa dalam otot
c. Meningkatkan transfor glukosa
 Kelainan
Insulin :
a. Kekurangan insulin : arterioklerosis, serangan jantung, stroke, DM,
hiperglikemia, glikosuria dan poliueria.
b. Kelebihan insulin : sintesis dan penyimpanan lemak, menghambat kerja
lipase
H. Kelenjar Kelamin

Kelenjar testis terdapat pada pria, terletak pada skrotum dan menghasilkan
hormon testoteron. Kelenjar ovarika terdapat pada wanita, terletak pada ovarium
di samping kiri dan kanan uterus. Kelenjar ini menghasilkan hormon progesterone
dan esterogen.

Fisiologi kelenjar testis

Fungsi endokrin testis :

a. Testis janin dapat turun pada trismister ke-3 kehamilan, minggu ke 6-8,
max minggu ke 11-18 yang menghasilkan testosterone
b. Pada janiin, testosterone diperlukan untuk diferensiasi genitalia interna dan
eksterna laki-laki
c. Pada pria dewasa untuk perkembangan dan mempertahankan ciri-ciri seks
sekunder pria serta spermatogenesis aktif setelah remaja (pubertas).

Efek testosterone :

10
a. Pada janin merangsang diferensiasi dan perkembangan alat genital kea rah
pria, pengaturan pola jantan, dan pengontrolan hipotalamus terhadap
sekresi gonadotropin setelah pubertas
b. Pada pubertas memengaruhi sifat kelamin sekunder : berkembangnya
bentuk tubuh, alat genital, distribusi rambut, pembesaran laring dan sifat
agresif

Fisiologi reproduksi wanita

Ada dua fase fungsi seksual reproduksi wanita :

a. Persiapan tubula untuk konsepsi dan kehamilan


b. Periode kehamilan:
a) Hormon releasing hipotalamus (LHRH)
b) Hormon hipofise anterior (PSH dan LH)
c) Hormon ovarium (esterogen dan prosterogen)
2.2 Defenisi
Diabetes adalah gangguan metabolism yang dapat disebabkan berbagai
macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akobat gangguan
sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Diabetes mellitus
tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolism
glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik, keadaan ini diakibatkan oleh
kerusakan sel beta pancreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik
sehingga produksi insulin berkurang, bahkan berhenti.
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia
kronik.Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di
antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari
hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S.
2005).
Diabetes Mellitusadalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh
karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan
peranan penting dalam kehidupan penderita
2.3 Epidemiologi
Angka penderita diabetes yang didapatkan di Asia Tenggara adalah :
Singapura 10,4 persen (1992), Thailand 11,9 persen (1995), Malaysia 8 persen

11
lebih (1997), dan Indonesia (5,6 persen (1992). Kalau pada 1995 Indonesia
berada di nomor tujuh sebagai negara dengan jumlah diabetes terbanyak di
dunia, diperkirakan tahun 2025 akan naik ke nomor lima terbanyak. Pada saat
ini, dilaporkan bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, sudah
hampir 10 persen penduduknya mengidap diabetes. Berdasarkan data rumah
sakit terdapat 2 puncak insidens DM tipe-1 pada anak yaitu pada usia 5-6
tahun dan 11 tahun. Patut dicatat bahwa lebih dari 50% penderita baru DM
tipe-1 berusia lebih dari > 20 tahun. Factor genetic dan lingkungan sangat
berperan dalam terjadinya DM tipe-1. Walaupun hamper 80% penderita DM
tipe-1 baru tidak mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit serupa, namun
factor genetic diakui berperan dalam pathogenesis DM tipe-1. Factor genetic
dikaitkan dengan pola HLA tertentu, tetapi system HLA bukan merupakan
satu-satunya ataupun factor dominan pada pathogenesis DM tipe-1. System
HLA berperan sebagai suatu sespectibility gene atau factor kerentanan.
Diperlukan suatu factor pemicu yang berasal dari lingkunagan (infeksi
virus,toksin) untuk menimbulkan gejala klinis DM tipe-1 pada seseorang yang
rentan.
2.4 Etiologi
Disebabkan karena destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan 2 hal yaitu :
1. Autoimun
Disebabkan kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan
sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya
infeksi pada tubuh. Ditemukan beberapa petanda imun (immune
markers) yang menunjukkan pengrusakan sel beta pankreas untuk
mendeteksi kerusakan sel beta, seperti “islet cell autoantibodies (ICAs),
autoantibodies to insulin (IAAs), autoantibodies to glutamic acid
decarboxylase (GAD). dan antibodies to tyrosine phosphatase IA-2 and
IA-2.
2. Idiopatik
Sebagian kecil diabetes melitus tipe 1 penyebabnya tidak jelas
(idiopatik).
3. Faktor Genetik

12
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
4. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
5. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :
Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda.
1. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama
untuk terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini.
2. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok
penderita yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya,
seperti Hashimoto disease, Graves disease, pernicious anemia, dan
myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3
dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun.
2.6 Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
a. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena
baru ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai
berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-pankreas yang

13
berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini autoantibodi
mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium.
b. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini
sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin
sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula
darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotik.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit
melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat
di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar (polifagi), tetapi berat
badan akan semakin kurus. Pada periode ini penderita memerlukan insulin
dari luar agar gula darah di-uptakekedalam sel.
c. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada
periode ini sisa-sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan
diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan
insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat
badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam
hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua
bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
d. Periode ketergantungan insulin yang menetap.
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode
ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur
hidupnya.(Brink SJ, dkk. 2010)

14
2.7 Phatway

Gula dalam
 Faktor kinetik Kerukan sel beta Ketidak seimbangan darah tidak
 Inveksi virus produksi insulin dapat dibawa
 Pengrusakan imonologi masuk

Anabolisme
glukosuria Batas melebihi ambang ginjal hiperglikemia
protein menurun

Kerusakan pada
Dieresis osmotik Vikositas darah meningkat Syok hiperglukemik
antibody

Kekebalan tubuh
Poliuri retensi urine Aliran darah meningkat Koma diabetik
menurun

Kehilanagan elektrolit Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati


dalam sel sensori perifer

Ketidak efektifan perfusi Nekrosis luka Klien tidak


dehidrasi merasa sikit
jaringan perifer

Kerusakan
Resiko syok Kehilangan kalori gangrene intergritas
jaringan

Sel kekurangan bahan BB menurun


Merangsang hipotalamos Protein dan lemak dibakar
untuk metabolisme

keletihan
Pusat lapar dan haus Metabolisme lemak Pemecahan protein

Polidipsia, polipagia Asam lemak keton ureum


15

Ketidak seimbangan nutrisi


keteasidosis

2.8

2.9 Tanda gejala


Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap
awal, yang  sering ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum.
3. Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka
tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat

16
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
6. Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis
diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang
baik bila tidak diterapi dengan baik.

2.10 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya
tidak jauh berbeda. 

1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL


2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
5. Elektrolit :
a. Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b. Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
c. Fosfor : lebih sering menurun
6. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (
lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
7. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)

17
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada
tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

Konsep Komplementer
A. Definisi
Kata akupuntur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan
punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to puncture,
sedangkan kata asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian
diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi akupuntur atau tusuk jarum.
Istilah akupuntur lebih dikenal dan berkembang luas di dunia Internasional
dari pada kata aslinya cenciu karena orang di luar Cina banyak mempelajari
ilmu akupuntur dari buku-buku yang diterbitkan dalam bahasa selain Cina,
terutama bahasa Inggris (Rischa dan Alicia, 2014)..
Sebagai suatu sistem pengobatan, akupuntur merupakan pengobatan yang
dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh
pasien. Maksudnya adalah untuk mengembalikan sistem keseimbangan tubuh
sehingga pasien sehat kembali (Albani, 2012).
Akupuntur adalah teknik pengobatan yang digunakan dalam pengobatan
tradisional Cina. Jarum-jarum yang sangat tajam digunakan untuk
menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh. Titik-titik ini terdapat pada jalur-
jalur energi yang disebut "meridian". Pengobatan akupuntur dirancang untuk
memperbaiki aliran dan keseimbangan energi (Albani, 2012).
B. Sejarah Akupunktur

18
Perkembangan Akupunktur di Luar Negeri

Ilmu akupunktur merupakan ilmu pengobatan yang berasal dari negara Cina
dan telah dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu. Menurut buku Huang Ti Nei
Ching (The Yellow Emperror’s Classic of Internal Medicine) ilmu akupunktur
sudah mulai dikenal sejak zaman batu, di mana digunakan jarum batu untuk
menyembuhkan penyakit (Saputra, 2005).

Perkembangan ilmu akupunktur di Cina dimulai pada zaman Cun Ciu Can
Kuo (770-221 SM). Pada zaman ini ilmu akupunktur berkembang dengan
menggunakan bahan dari batu berubah ke bambu, dari bambu ke tulang, dan
kemudian perunggu (Dharmojono, 2001).

Baru pada masa pertengahan abad XX, ilmu akupunktur bangkit dengan
mengadakan penyesuain terhadap tuntutan zaman serta perkembangan ilmiah
zaman modern. Di negara Cina, praktik akupunktur tidak saja dilakukan oleh
akupunkturis (pengobatan Cina) saja akan tetapi dokter-dokter lulusan Fakultas
Kedokteran Cina juga melakukan praktik serupa. Bahkan, ilmu akupunktur
merupakan sebuah mata pelajaran dalam perguruan tinggi kedokteran di negara
tersebut. Sejak tahun 1958 mulai diintensifkan riset dalam bidang ilmu pengobatan
akupunktur. Pada tahun 1968 mulai diadakan riset penggunaan ilmu akupunktur
dalam pembedahan sebagai anestesi (Saputra, 2005).

Di negara Korea, ilmu akupunktur diperkirakan masuk sejak 2000 tahun


yang lampau. Dan pada tahun 1963, ilmuwan dari negeri tersebut yang bernama
Prof. Kim Bong Han, ahli Biologi dari Universitas Pyong Yang telah meneliti dan
mendemonstrasikan secara histologis dan elektrobiologis tentang meridian dan titik
akupunktur dalam teori yang disebut teori sistem Kyung Rak (Saputra, 2005).

Di negara Belanda, akupunkturis Wilhelem ten Rhyne, seorang dokter VOC


mengungkapkan pengobatan rematik dengan akupunktur di dalam bukunya dan
diterbitkan pada tahun 1683 di London (Saputra, 2005). Di negara Perancis, pada
tahun 1863, Louise Berlioz mengungkapkan secara jelas dalam bukunya tentang
ilmu akupunktur. Bahkan sebelum itu tahun 1816 Louise mempelajari penggunaan
elektropuncture dan pada tahun 1825 electropuncture mulai digunakan untuk
pengobatan gout, rematik, dan lain-lain (Saputra, 2005).

19
Di Amerika Serikat, ilmu akupunktur telah berkembang lama dalam
lingkungan Cina Town di Kota San Francisco dan New York. Di Elstein Hospital
dan Massachuset Hospital telah dilakukan penyelidikan mengenai anestesi dengan
akupunktur. Demikian pula para dokter di Michigan’s State Hospital telah berhasil
menggunakan akupunktur sebagai anestesi pada beberapa pembedahan antara lain
pencangkokan kulit, eksisi tumor, operasi hernia, pencabutan gigi yang dilaporkan
memuaskan (Saputra, 2005).

C. Perkembangan Akupunktur di Indonesia


Perkembangan akupunktur di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-
negara lain tidaklah tertinggal. Hidupnya cara pengobatan akupunktur di Indonesia
seumur dengan adanya perantau Cina yang masuk ke negara Indonesia. Mereka
membawa kebudayannya termasuk pengobatan akupunktur ke Indonesia. Hanya
saja pada saat itu akupunktur masih berkembang di lingkungan mereka dan
sekitarnya. Selanjutnya sejak tahun 1963, Departemen Kesehatan dalam rangka
melakukan penelitian dan pengembangan cara pengobatan timur termasuk
akupunktur, atas instruksi Menteri Kesehatan waktu itu (Prof. Dr. Satrio), telah
membentuk tim riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur. Maka sejak saat itu
praktik akupunktur diadakan secara resmi di RS Cipto Mangunkusumo.

Dalam perkembangannya, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan


akupunktur semakin meningkat, sehingga saat ini telah terbentuk pendidikan
akupunktur untuk jenjang Diploma III (Ahli Madya Akupunktur) berdasar
Kepmenkes RI No. 1277.Menkes/SK/VIII/2003 (Saputra, 2005).

D. Konsep Dasar Akupunktur


Ribuan tahun yang lalu, manusia memilki rasa keakraban bahkan menyatu
dengan lingkungannya. Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, baik
secara fisik, perilaku, maupun pola pikirnya. Pemikiran para ahli pada saat itu tidak
terlepas dari pola pikir tertentu, yaitu proses melahirkan kreasi-kreasi yang
dipengaruhi oleh keadaan dan kaidah-kaidah alam sekitarnya, seperti matahari,
bulan, bumi (tanah), pohon (kayu), api, air, angin, panas, dan dingin. Sehingga
dasar pemikiran ilmu akupunktur juga bersumber dari interrelasi dari berbagai
karakter benda alam (Dharmojono, 2001).

20
Aspek yin-yang di dalam tubuh

Teori yin-yang mengemukakan bahwa segala sesuatu di bumi ini terdiri atas
dua hal yang berlawanan, yaitu yin dan yang. Yin-yang mempunyai pengertian
alamiah bahwa sesuatu di alam semesta berdasarkan dua sifat, yaitu saling
berlawanan, saling seimbang, saling menghidupkan dan tidak mutlak Dalam yin
terdapat yang (gelap-terang). Dalam yang terdapat yin (terang-gelap). Selama
tercapai keseimbangan (homeostasis) antara yin dan yang maka tubuh manusia
dalam kondisi sehat (Saputra, 2005).

Menurut Dharmojono (2001), dalam ilmu akupunktur dikenal 12 organ.


Enam organ berkarakter yin dan enam organ lainnya berkarakter yang. Organ
berkarakter yin dikenal sebagai organ chang, sedangkan organ berkarakter yang
disebut fu. Kedua organ dalam tersebut, dinamakan chang fu. Yang termasuk
organ chang fu sebagai berikut: Organ chang : Paru-paru (Lung= LU), Jantung
(Hearth= HT), Hearth capsule (HC), Limpa (Spleen = SP), Hati (Liver = LR),
Ginjal (Kidney = KI), Perikardium (PC). Organ fu: Usus besar (large intestine =
LI), Usus kecil (small intestine = SI), Sanciao (three energizer = TE), Lambung
(stomach = ST), Kantung empedu (gall blader = GB), Kandung kemih (bladder =
BL).

Hukum lima unsur dalam Akupunktur

Salah satu teori pengobatan dalam akupunktur adalah hukum lima unsur,
karena kondisi seimbang maupun sakit tidak bersifat linear, tetapi mempunyai
kompleksitas secara dinamis. Teori lima unsur dalam pengobatan tradisional dapat
diartikan sebagai fenomena fisiologis maupun patofisiologis dalam kedokteran
modern. Energi dalam teori lima unsur, yaitu: Kayu- Api- Tanah- Logam- Air yang
bersirkulasi saling menghidupi, membatasi, penindasan, dan penghinaan. Di mana
semua unsur tersebut saling berinteraksi dan berusaha menimbulkan suatu harmoni
dalam tubuh untuk menjaga keseimbangan energi untuk mencapai kondisi sehat
(Saputra, 2005).

Dharmojono (2001) mengungkapkan terdapat lima unsur pokok yang mutlak


dibutuhkan makhluk hidup yang terdiri dari: bahan makanan, energi, tempat dan

21
lingkungan hidup, atmosfer atau udara, dan air. Dengan pergerakan lima unsur
merupakan salah satu komponen dalam sistem homeostasis di dalam tubuh.

E. Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur


Pada awalnya, alat-alat yang digunakan untuk merangsang titik-titik
akupunktur secara tradisional adalah benda-benda tajam (jarum metal). Saat ini,
alat-alat ynag digunakan telah berkembang pesat sesuai dengan inovasi baru dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, yaitu dengan penggunaan
rangsangan panas (moksa, TDP, sinar merah). Rangsangan yang menggunakan
aliran gelombang listrik adalah elektro akupunktur (electro acupuncture), elektro
stimulator (electro stimulation), dan elektru punktur (electro puncture).
Rangsangan lain yang digunakan adalah rangsangan dengan sinar laser, gelombang
ultrasonik, dan magnet. Rangsangan dengan menggunakan cairan, larutan kimiawi
atau obat disebut juga akuapunktur (aquapuncture) (Dharmojono, 2001).

F. Meridian dan Titik−titik Akupuntur

Meridian adalah suatu sistem lintasan abstrak yang membentuk jala-


jala tempat qi mengalir secara teratur, berkala, berirama dan membentuk aliran
siklus yang tertutup. Diketahui bahwa qi adalah penggerak dan tanda
kehidupan maka seseorang yang dikatakan sehat apabila qi mengalir di dalam

22
meridian secara teratur, berirama, dan membentuk siklus tertutup
(Dharmojono, 2001).
Dharmojono (2001) menyebutkan pembagian meridian dan titik-titik
akupunktur. Terdapat 11 meridian di bagian tungkai bawah sebagai berikut:
a. Meridian L11 PE FU, indikasinya untuk tbc, kaku kuduk, batuk,
sesak, nyeri bahu
b. Meridian L10 KAO HUSNG SU, Indikasinya tbc, pelupa, lebih
cocok untuk keadaan lemah
c. Meridian L9 HE Yang, indikasinya spasme betis, kaku punggung,
gangguan pergerakan tungkai bawah
d. Meridian L8 FEI YANG, indikasinya sakit kepala, reumatik
e. Meridian L7 FU YANG, indikasinya sakit kepala nyeri pada daerah
sakrum dan lumbal
f. Meridian L6 KUN LUN, indikasinya reumatik, perandangan sendi
kaki, sakit kepala karena nervous
g. Meridian L5 SEN MAI, indikasinya sakit kepala karena nervous,
epilepsi
h. Meridian L4 CING MEN, indikasinya reumatik, nyeri tungkai
bawah, epilepsi
i. Meridian L3 SU KU, indikasinya sakit kepala, kaku kuduk,
reumatik
j. Meridian L2 TUNG KU, indikasinya sakit kepala, penglihatan
kabur, nyeri kuduk
k. Meridian L1 CE YIN, indikasinya penyumbatan hidung, rasa
terbakar dalam tenggorokan
F. Manfaat akupuntur
Akupuntur adalah metode pengobatan yang berusia cukup lama.
Pengobatan dengan menusukkan jarum ini begitu berkembang di China. Efek
kesembuhan terhadap penyakit sudah teruji. Bahkan, banyak penelitian yang
secara khusus membahas efek akupuntur terhadap kesehatan. Dikutip dari
Rodale News, berikut ini beberapa manfaat akupuntur yang telah diuji secara
ilmiah (Dharmojono, 2011):
a. Meringankan sakit punggung. Sebuah studi yang dimuat dalam Archieve of
Internal Medicine pada Mei 2012 menyebutkan, tekanan tertentu pada titik

23
akupuntur dapat memberikan efek penyembuhan terhadap sakit punggung
hingga 15 persen. Persentase kesembuhan ini sama ketika akupuntur
dilakukan dengan tusuk jarum. Akupuntur yang diterapkan pada sakit
punggung sama efektifnya dengan pemberian obat farmasi atau perawatan
dengan metode kiropraksi.
b. Akupuntur dapat mengefektifkan kerja obat-obatan. Sebuah studi di China
yang diterbitkan Journal of Alternative and Complementary Medicine bulan
Agustus 2012 menyebutkan, pasien yang mengalami depresi berkurang
kecemasannya setelah minum obat fluoxetin (prozac) dosis rendah yang
disertai dengan perawatan akupuntur. Sekaligus, akupuntur dapat
mengurangi efek samping obat tersebut.
c. Akupuntur menyembuhkan sakit perut yang melilit. Penelitian di Brasil
menemukan, akupuntur dapat meringankan rasa mulas dan gangguan
pencernaan pada wanita hamil.
d. Akupuntur menghilangkan efek radioterapi. Pada pasien kanker yang
menjalani radioterapi, kerapkali mengalami efek samping seperti mual, mulut
kering, dan sebagainya. Studi yang dimuat dalam American Cancer Society
mengatakan, pemberian akupuntur pada pasien yang menjalani radioterapi
dapat menghilangkan atau setidaknya mengurangi efek samping yang
kemungkinan terjadi. Akupuntur juga dikatakan dapat menjadi jalan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien kanker.
e. Akupuntur dapat menyembuhkan sakit kepala yang berkepanjangan. Pada
sebuah tinjauan 22 studi yang melibatkan ahli akupuntur, pengobatan ini
dapat menyembuhkan migrain dansakit kepala karena faktor ketegangan.
f. Akupuntur bisa dijadikan alternatif untuk mengurangi berat badan.
Hal ini ditunjukkan dalam studi di Korea yang dimuat jurnal Obesity. Di situ
disebutkan, program pengurangan berat badan yang disertai akupuntur akan
meningkatkan keberhasilan program tersebut.
G. Kelibihan akupuntur
Menurut Dharmojono (2011) Pengobatan akupuntur dapat menjadi
alternatif bagi Anda bila jenis pengobatan tradisional lain seperti urut dan pijat
serta konsumsi obat-obatan alami belum berhasil. Mungkin akan terasa
menakutkan bagi sebagian Anda yang tidak suka dengan benda tajam seperti
jarum untuk pengobatan, tapi hal ini bisa membawa kebaikan bagi Anda.

24
Berikut adalah alasan kenapa Anda harus mencoba akupuntur sebagai
pengobatan alternatif:
a. Alami
Pengobatan ini sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan kimia
yang dapat merusak tubuh Anda. Meski kebanyakan orang tidak suka
jenis pengobatan yang dilakukan langsung dengan kontak pada tubuh
mereka, tapi akupuntur adalah jenis pengobatan alternatif yang layak
bagi banyak orang.
b. Membantu sistem kekebalan tubuh
Bila Anda mudah sakit, maka tak ada salahnya untuk mencoba
akupuntur yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan
pada tubuh.Selain itu, jangan lupa untuk dibarengi dengan kegiatan
olahraga agar metabolism tubuh menjadi lebih seimbang.
c. Serbaguna.
Akupuntur dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti
mengurangi rasa sakit pada tubuh, menghilangkan ketergantungan
pada obat kimia, menyembuhkan alergi, kemandulan , bahkan
disebutkan juga dapat menjadi alternatif pengobatan bagi penderita
kanker.
d. Menimbulkan rasa tenang.
Selain dapat menyembuhkan penyakit fisik, tekanan pada mental juga
dapat disembuhkan lewat pengobatan ini. Akupuntur dapat membuat
Anda lebih tenang dimana pada saat yang sama Anda juga menerima
pengobatan pada tubuh Anda.
e. Minim efek samping
Karena ini adalah pengobatan tradisional nan alami, jadi Anda tidak
perlu takut akan mendapatkan efek samping seperti ketagihan, sakit
perut atau efek samping lainnya yang Anda dapatkan saat
mengkonsumsi obat-obatan kimia.
f. Mempercepat kesembuhan.
Proses kesembuhan yang dialami karena cedera secara cepat bisa
Anda dapatkan lewat pengobatan ini. Hal ini dipercaya di dapatkan
dari ketenangan yang dirasakan setelah menerima pengobatan yang

25
kemudian memengaruhi proses penyembuhan.Mudah dilakukan,
karena tidak melihatjenis kelamin dan usia
g. Aman, karena tidak ada efek samping yang dapat ditimbulkan seperti
pemakaian obat dalam jangka panjang
h. Rasional, karena banyak penelitian yang membuktikan akupuntur
termasuk salah satu alternatif pengobatan
i. Afektif mengurangi keluhan pasien.
j. Murah, apabila dibandingkan dengan metode pengobatan yang lain.

H. Penyakit yang di obati dengan akupunture


Pengobatan alternatif dijadikan pilihan untuk mendampingi pengobatan
konvensional sekaligus sebagai jalan keluar logis saat obat reguler tidak lagi
mempan (Rischa dan Alicia, 2014)
Akupunktur bisa dijadikan pilihan untuk menghilangkan nyeri,
menyembuhkan penyakit kronis, untuk cedera akut, serta pendamping selama
pengobatan kanker (Rischa dan Alicia, 2014)
Dari semua hal di atas, akupunktur terutama digunakan untuk
menghilangkan nyeri. Berbagai nyeri dapat diobati melalui akupunktur seperti
sakit kepala berat, migrain, nyeri punggung akut, nyeri bahu dan leher, nyeri
kaki, saraf terjepit, cedera otot, nyeri setelah operasi, carpal tunnel syndrome,
cedera akibat olahraga, nyeri haid, tennis elbow, sakit gigi, sakit perut, dan
nyeri rematik (Rischa dan Alicia, 2014).
Menurut Rischa dan Alicia (2014) Selain untuk menghilangkan nyeri,
akupunktur dapat digunakan untuk penyakit lain termasuk dibawah ini :
a. Terapi akupultur

ZUSANLI : indikasinya spasme betis, kaku punggung,


gangguan pergerakan tungkai bawah

26
KUN LUN: indikasinya reumatik, perandangan sendi kaki, sakit
kepala karena nervous
SEN MAI: indikasinya sakit kepala karena nervous, epilepsi
SU KU: indikasinya sakit kepala, kaku kuduk, reumatik
b. Terapi bekam

Terapi bekam pada titik saaq terletak di tungkai bawah , antara lutut dan
pergelangan kaki, mempunyai titik pertemuan antara meridian limpa, hati dan
ginjal, berfungsi untuk penyakit lambung , tungkai bawah kesemutan, dan
nyeri. Sumber: Rustama DS, dkk. 2010.

27
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat
dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan
penyakit infeksi.
2. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6. Riwayat psikososial

28
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
7. Pemeriksaan fisik
a Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun
c Kepala:
a) Inspeksi : Mengamati bentuk kepala, adanya hematom/oedema,
perlukaan.
b) Palpasi : nyeri tekan, adanya deformitas, karakter lesi.
d Rambut:
a) Inspeksi : warna, kebersihan, tekstur rambut.
b) Palpasi : kekuatan, konsistensi
e Wajah:
a) Inspeksi : kesimetrisan wajah
b) Palpasi : nyeri tekan, lesi atau perlukaan
f Mata:
a) Inspeksi : kesimetrisan mata, warna konjungkitva, scelera, pupil,
cekung.
b) Palpasi : nyeri tekan, perlukaan atau lesi.
g Hidung
a) Inspeksi :adanya perlukaan, kesimetrisan hidung, tanda radang,
pernafasan cuping hidung.
b) Palpasi : nyeri tekan, deformitas
h Mulut:
a) Inspeksi : membran mukosa kering, kebersihan lidah, tekstur bibir,
kelengkapan gigi.
b) Palpasi : perlukaan atau lesi
i Leher:
a) Inspeksi : adanya pembesaran kelenjar tiroid, kesimetrisan
b) Palpasi : nyeri tekan, perlukaan atau lesi
j Dada/Thorak

29
a) Inspeksi :kesimetrisan dada, kedalaman retraksi dada, frekuensi
pernafasan, bentuk dada, pernafasan cepat dan dalam,
b) Palpasi : fremitus kiri dan kanan tidak sama dan terdapat nyeri
dada pada klien
c) Perkusi : terdapat bunyi sonor
d) Auskultasi : suara paru normal dan suara tambahan paru
k Jantung
a) Inspeksi : amati dan catat bentuk precordial jantung normalnya
datar dan simetris pada kedua sisi
b) Palpasi : rasakan irama dan frekuensi jantung
c) Perkusi : normalnya terdengar bunyi pekak saat diperkusi
d) auskultasi : normalnya s1 dan s2 tunggal, adanya peningkatan
tekanan darah
l Perut/Abdomen
a) Inspeksi : warna,bentuk dan ukuran perut
b) Auskultasi : dengarkan suara bising usus adalah > 30 kali per menit
c) Palpasi :rasakan adanya nyeri tekan dan pembesaran hati,
abdomen keras,
d) Perkusi : untuk menentukan suara timpani
m Genetalia
a) Inspeksi : kebersihan, penyebaran mons pubis, lesi atau perlukaan,
perubahan pola berkemih, feses encer
b) Palpasi : nyeri tekan, tanda radang, perlukaan
n Kulit dan kuku
a) Inspeksi : kebersihan kulit dan kuku, kelengkapan kuku, warna
kulit dan kuku, kulit kering
b) Palpasi : pada kuku amati CRT dan pada kulit lihat turgor kulit,
o Ekstermitas
a) Inspeksi : amati adanya kelainan tulang, kekuatan otot dan tulang,
adanya kerusakan jaringan di daerah ektremitas karena ekstremitas
cenderung banyak melakukan aktivitas terutama kaki.
b) Palpasi : adannya krepitas atau deformitas, tonus otot menurun,
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut

30
2. Resiko Syok
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan
5. Resiko infeksi
6. Keletihan
7. Kerusakan integritas kulit
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut
a. Batasan Karakteristik
a) Ekspresi wajah myeri ( meringis )
b) Mengekspresikan perilaku ( gelisah )
c) Sikap tubuh melindungan ( Heather , 469 )
b. NOC
Outcame : Tingkat Nyeri ( P )

No Kode Indikator 1 2 3 4 5

1 210928 Nyeri yang dilaporkan

2 210929 Ekspresi wajah

3 210930 Mengerinyit

Keterangan : 1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak ada ( Sue Moorhead, 577

Outcame : Kepuasan Klien : Manajemen Nyeri ( E )

No Indikato Diagnosa Keperawatan 1 2 3 4 5


r

1 301601 Nyeri terkontrol

2 301602 Tingkat nyeri dipantau


secara regular

3 301603 Efek samping obat terpantau

Keterangan : 1 = tidak puas

31
2 = Agak puas
3 =Cukup puas
4 =Sangat puas
5 = Sepenuhnya puas( Sue Moorhead, 179)

Outcame : Status Neurologi ( S )

No Indikator Diagnosa Keperawatan 1 2 3 4 5

1 090901 Kesadaran

2 090902 Kontrol motor sentral

3 090903 Fungsi sensorik dan motorik


kranial

4 090904 Fungsi sensorik dan motorik


spinal

Keterangan :

1 = Sangat Terganggu

2 = Banyak Terganggu
3 = Cukup Terganggu
4 = Sedikit Terganggu
5 = Tidak Terganggu ( Sue Moorhead, 545 )

c. NIC
1. Manajemen nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
b. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri
c. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri

32
2. Manajemen lingkungan
a. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
b. Singkirkan benda – benda berbahaya dari lingkungan
c. Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang rendah, yang
sesuai
3. Pengurangan Kecemasan
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
c. Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien
2. Resiko Syok (Hipovolemik)
A. Factor Resiko :
a. Hipoksemia
b. Hipoksia
c. Hipotensi
d. Hipovolemia
e. InfeksI

B. NOC :
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Penurunan tekanan nadi perifer
2. Penurunan tekanan arteri rata-rata
3. Penurunan tekanan darah sistolik
4. Penurunan tekanan darah diastolik
5. Melambatnya waktu pengisian kapiler
6. Meningkatnya laju jantung
7. Nadi lemah dan halus
8. Aritmia
9. Nyeri dada
10. Meningkatnya laju nafas
11. Pernapasan dangkal
12. Ronkhi pada paru
13. Penurunan oksigen arteri
14. Meningkatnya karbondioksida arteri
15. Akral dingin, kulit lembab/basah

33
16. Pucat
17. Memanjangnya waktu pembekuan darah
18. Bising usus menurun
19. Kehausan
20. Menurunnnya urin oupul
21. Kebingunan
22. Lesu
23. Penurunan tingkat kesadaran
24. Respon pupil melambat
25. Asidosis metabolik
26. Hiperkalium
Keterangan :

1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
C. NIC
a. Pencegahan syok
1) anjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah yang
harus dilaukan tehadap timbulnya gejala syok
2) monitor terhadap adanya respon kompensasi awal syok
(misalnya, tekanan darah normal, tekanan nadi melemah,
hipotensi ortostatik ringan, (15sampai 25 mmhg), perlambatan
pengisian kapiler, pucat/dingin pada kulit atau kulit
kemerahan, takipnea ringan, mual dan muntah, peningkatan
rasa haus, dan kelemahan)
3) anjurkan pasien dan keluarga mengenai tanda/gejala syok
yang pmengancam jiwa
b. Manajemen hipovolemi
1) Monitor adanya tanda reaksi transfusi darah, dengan tepat

34
2) Monitor adanya sumber-sumber kehilangan cairan (misalnya,
perdarahan, muntah,diare, keringat yang berlebihan, dan
takipnea)
3) Instruksikan pada pasien untuk menghindari posisi yang
berubah cepat khususnya,dari posisi telentang pada posisi
duduk atau berdiri
c. Perlindungan infeksi
1) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2) Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana cara
menghindari infeksi
3) Hindari kontak dekat dengan hewan peliharaan hewan dan
penjamu dengan imunitas yang membahayakan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
A. Batasan Karakteristik
a. Bising usus hiperaktif
b. Cepat kenyang setelah makan
c. Gangguan sensasi rasa
B. NOC(Status Nutrisi )

Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
100401 Asupan Gizi
100402 Asupan Makanan
100408 Asupan Cairan
100403 Energi
100405 Rasio Berat badan / Tinggi
Badan
Keterangan:
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang normal
C. NIC
1. Terapi nutrisi
a. Monitor intake makanan atau cairan dan hitunglah
masukan kalori perhari sesuai kebutuhan

35
b. Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
c. Berikan nutrisi enteral,sesuai kebutuhan
2. Manajemen nutrisi
a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan gizi
b. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
c. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi
pasien
3. Pengurangan Kecemasan
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
klien
c. Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
4. Identifikasi resiko
a. Pertahankan pencatatan dan statistik yang akurat
b. Identifikasi strategi koping yang digunakan
c. Pertimbangan fungsi di masa lalu dan saat ini
5. Manajemen berat badan
a. Dorong pasienuntuk membuat grafik mingguan berat
badannya
d. Dorong pasien untuk mengkonsumsi air yang cukup
setiap hari
e. Informasikan pasien jika terdapat komunitas
manajemen berat badan
4. Ketidak efektifan perfusi jaringan, perifer
A. Batasan karakteristik
a) Kelamabatan penyembuhan luka perifer.
b) Parestesia
c) Perubahan fungsi motoric

B. NOC

36
No Indikator 1 2 3 4 5
040715 Pengisian kapiler jari
040716 Pengisian kapiler jari kaki
040710 Suhu kulit ujung jari kaki dan tangan
040730 Kekuatan denyut nadi karotis (kanan)
040731 Kekuatan denyut nadi karotis (kiri)
040732 Kekuatan denyut brakiatatis (kanan)
040733 Kekuatan denyut brakiatatis (kiri)
040734 Kekuatan denyut radial (kanan)
040735 Kekuatan denyut radial (kiri)
040736 Kekuatan denyut femuralis (kanan)
040737 Kekuatan denyut femuralis (kiri)
040727 Tekanan darah sistolik
040727 Tekanan darah diastolic
040740 Nilai rata-rata tekanan darah
Keteranagan:

1. Deviasi berat dari kisaran normal.


2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal.
3. Deviasi sedang dari kisaran normal.
4. Deviasi rinagan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
C. NIC:
1. Monitor ekstremitas bawah
a. Kaji reflek tendon dalam (misalnya, pergelanagan kaki
dan lutut, sesuai indikasi) .
b. Monitor cara berjalan dan distribusi berat pada kaki
(misalnya observasi cara berjalan dan tentukan
bagaimana kebiasaan memakai sepatu).
c. Monitor mobilisasasi sendi (misalnya dorso fleksi,
pergelanagan kaku, dan gerakan sendi subtalar)
2. Perawatan tirah baring
a. Jelaskan alasan diperlukannya tirah baring.
b. Balikkan pasien sesuai dengan kondisi kulit.
c. Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi, paling
tidak setiap 2 jam, sesuai dengan jadwal yang spesifik.
d. Ajarkan latihan ditempat tidur dengan cara yang tepat.

3. Menejemen sensasi perifer

37
a. Instruksikan pasien dan keluarga untuk menjaga posisi
tubuh ketika sedang mandi, wuduk, berbaring, atau
merubah posisi.
b. Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengukur suhu
air dan thermometer.
c. Letakkan bantalan pada bagian tubuh yang tergantung
untuk melindungi area tersebut.
5. Resiko infeksi
A. Batasan Karakteristik
1) Malnutrisi
2) Obesitas
3) Kurang pengetahuan menghindari pemajanan patogen
B. NOC (Keparahan Infeksi)
Indicator Keterangan
070301 Kemerahan 1 2 3 4 5
070302 Vesikel yang tidak 1 2 3 4 5
mengeras permukaannya
070323 Kolonisasi kultur area 1 2 3 4 5
luka
070324 Kolonisasi kultur pada 1 2 3 4 5
urine
070325 Kolonisasi kultur feses 1 2 3 4 5

C. NIC
1) Perawatan amputasi
a) Fasilitasi penggunaan matras pengurangan tekanan
b) Monitor penyembuhan luka pada tempat insisi
c) Monitor adanya edema pada daerah teramputasi
2) Irigasi luka
a) Jelasakan tindakan pada pasien
b) Lakukan cuci tangan
c) Aplikasikan balutan steril
d) Lalukakn pengalas anti air dan handuk mandi di area
tubuh yang akan dilakukan irigasi luka.
6. Keletihan

38
A. Batasan Karakteristik
1) Mengantuk
2) Kurang energy
3) Peningkatan kebutuhan istirahat
B. NOC (Kelelahan : Efek yang Mengganggu)
Indicator Keterangan
00806 Gangguan pada 1 2 3 4 5
rutinitas
00809 Perubahan status 1 2 3 4 5
nutrisi
00803 Penurunan energi 1 2 3 4 5
00810 Gangguan aktivitas 1 2 3 4 5
fisik
00811 Gangguan kinerja 1 2 3 4 5
peran

C. NIC
1) Peningkatan latihan
a) Hargai keyakinan individu terkait latihan fisik
b) Kendali hambatan untuk melakukan latihan
2) Terapi aktivitas
a) Dorong aktivitas kreatif yang tepat
b) Bantu klien dan keluarga untuk mendeteksi kelemahan
dalam level aktivitas tertentu
7. Kerusakan integritas kulit
A. Batasan karakteristik
1. benda asing menusuk permukaan kulit
2. gangguan volume cairan
3. nutrisi tidak adekuat.

B. Noc (Integritas Jaringan : Kulit dan Membran Mukosa)

Indikator Keterangan 1 2 3 4 5

110101 Suhu kulit

39
110103 Elastisitas

110104 Hidrasi

110106 Keringat

Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
C. NIC

1. Manajemen elekttolit/cairan
a. Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang
memburuk atau dehidrasi (misalnya ronchi basah
dilapangan paru terdengar , poliuria atau oliguria,
perubahan perilaku, kejang, saliva berbusa dan
kental, mata cekung atau edema, nafas dangkal dan
cepat)
b. Timbang berat badan harian dan pantau gejala
c. Berikan cairan dan sesuai
d. Minimalkan pemberian asupan makanan dan
minuman dengan deuretik atau pencahar (misalnya
teh, kopi, plum, supplement herbal)
e. Jaga infuse intravena yang tepat, tranfusi darah, atau
laju aliran enteral, terutama jika tidak diatur oleh
pompa
f. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
g. Monitor tanda tanda vital yang sesuai
2. Monitor cairan
a. Tentukan jumlah dan jenis inteke atau asupan
cairan atau serta kebiasaan eliminasi
b. Tentukan apakah pasien mengalami kehausan atau
gejala perubahan cairan (misalnya, pusing, sering

40
berubah pikiran, ngelamun, ketakutan, mudah
tersinggung, mual, berkedut)
c. Periksa turgot kulit dengan memegang jaringan
sekitar tulang seperti tangan atau tulang kering,
mencubit kulit dengan lembut pegang dengan kedua
lengan dan lepaskan ( dimana kulit akan turun
kembali dengan cepat jika pasien terhidrasi dengan
baik)

DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck,Gloria M.,Butcher Howard K.,Dotcherman,J.McCloskey.2012.Nursing


Interventions Classification(NIC).15edition.Iowa:Mosby Elsavier

Carpenito, Lynda Juall. 1992. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis,
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

41
Pratiwi, Andi Diah. 2007. Epidemiologi, Program Penanggulangan, dan Isu Mutakhir
Diabetes Mellitus.

http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/10/epidemiologi-dm-dan-isu-
mutakhirnya/. (Akses 17 Maret 2010)

Sue Moorhead.2013. Nursing Outcome classification (NOC) Edisi keenam.


Indonesia:Elsevier
Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

T. Heather Herdman. 2016. Diagnosa Keperawatan definisi & klasifikasi 2015 – 2017
EDISI 5. Jakarta: EGC

42

Anda mungkin juga menyukai