Anda di halaman 1dari 127

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan terimakasih penulis


ucapkan keada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah – Nya kami dapat
menyelesaikan modul Anatomi Radiologi II.

Dalam penlisan makalah ini, tidak luput dari


dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih ke berbagai pihak,
diantaranya :

1. Kepada dr. Bertiana , Sp. Rad selaku dosen


pengampu mata kuliah Anatomi Radiologi II.
2. Kepada kedua orangtua yang tak pernah putus
mendoakan agar kuliah kami berjalan dengan
baik.
3. Dan seluruh teman – teman yang berkenan
membantu hingga makalah ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan


makalah ini jauh dari kata sempurna baik dari segi
bahasa, penulisan, maupun isi materi yang terdapat
didalamnya. Oleh karena itu, penulis berharap kepada
pembaca agar dapat memberikan masukan berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun agar dalam menulis
modul kedepannya dapat menjadi lebih baik daripada
sebelumnya.

Malang, 7 April 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………. i

DAFTAR ISI…………………………………………. ii

BAB 1 GAMBARAN ANATOMI RADIOLOGI


SISTEM BILLIARI

1.1 Anatomi Siatem Billiari…………………. 1


1.2 Variasi Anatomi Gallbladder……………. 8
1.3 Metode Investigasi………………………..9
1.4 Gangguan pada Kantung Empedu………19

BAB II GAMBARAN ANATOMI RADIOLOGI


SISTEM PERSYARAFAN

2.1 Anatomi Sistem Persyarafan……………43


2.2 Modalitas Neuroimaging………………..45
2.3 Midline shifting………………………….47
2.4 Diagnosis Neuroimaging Stroke………..49

BAB III GAMBARAN ANATOMI RADIOLOGI


SISTEM PEREDARAN DARAH

3.1 Anatomi Sistem Peredaran Darah……...51


3.2 Fungsi Darah……………………………51
3.3 Alat Peredaran Darah…………………..59
3.4 Susunan Darah………………………….70
3.5 Pemeriksaan Radiologi pada Sistem
Peredaran Darah………………………..74

ii
BAB IV GAMBARAN ANATOMI RADIOLOGI
SISTEM RERODUKSI

4.1 Sistem Reproduksi Laki – Laki…………79

4.2 Sistem Reproduksi Wanita……………..84

4.3 Hormon Reproduksi pada Wanita……..94

4.4 Hormon – Hormon Reproduksi………...94

4.5Pemeriksaan Radiologi pada Sistem


Reproduksi…………………………………..97

BAB V GAMBARAN ANATOMI RADIOLOGI


SISTEM KELENJAR GETAH BENING

5.1 Anatomi Kelenjar Limfe…………………113

5.2 Pemeriksaan Kelenjar Limfe……………117

iii
BAB I

GAMBARAN ANATOMI RADIOLOGI SISTEM


BILIARI

1.1 Anatomi Sistem Biliari

Pola intrahepatik percabangan saluran


empedu paling baik dijelaskan menurut sistem
Healey dan Schroy, yang dapat diterapkan sistem
Couinaud untuk penomoran segmen. Pola khas
dan variasinya. Pertemuan saluran empedu
adalah bifurkasi pada sekitar 60% individu dan
trifurcation pada sekitar 12%.1,2 Sebuah saluran
sektoral yang tepat melintasi ke kiri untuk
bergabung dengan duktus hepatika kiri dalam
28% kasus (22% sektoral posterior kanan, 6%
kanan anterior sektoral).1 Kadang-kadang
saluran posteral sektoral atau segmental kanan
(lebih sering posterior daripada anterior) kursus
inferior dan baik memasuki saluran hati umum
secara langsung atau cystic duct Variasi
bercabang yang tidak umum lainnya.

1
GAMBAR 1.1 Pola khas percabangan biliaris
intrahepatik. Segmen diberi nomor sesuai dengan sistem
Couinaud. CHD = saluran hati umum, RHD = saluran
hati kanan, LHD = saluran hati kiri, RPSD = saluran
sektoral posterior kanan, RASD = duktus sektoral
anterior kanan. (Dari Blumgart L H, Fong Y (eds) 2000
Pembedahan Hati dan Saluran Biliaris, edn ke-3. WB
Saunders, London, p 365, dengan izin.)

2
GAMBAR 1.2 Variasi pola percabangan bilier. Yang
lebih umum adalah A, B dan C. Segmen diberi nomor
sesuai dengan sistem Couinaud. CHD = saluran hati
umum, RHD = saluran hati kanan, LHD = saluran hati
kiri, RPSD = saluran sektoral posterior kanan, RASD =
duktus sektoral anterior kanan. (Dari Blumgart L H,
Fong Y (eds) 2000 Pembedahan Hati dan Saluran
Biliaris, edn ke-3. WB Saunders, London, p 365, dengan
izin.)

3
GAMBAR 1.3 Anatomi saluran empedu. CT-IVC
(reformat intensitas maksimum yang ditampilkan di
permukaan) menunjukkan trifurcation pada pertemuan
bilier dan segmen bernomor menurut Couinaud.
Arrowhead menunjukkan saluran sektoral anterior
kanan; panah menunjukkan saluran sektoral posterior
kanan.

4
GAMBAR 1.4 anatomi saluran empedu. CT
cholangiography intravena (CT-IVC) (intensitas
maksimum reformat). Duktus sektoral posterior kanan
(panah) lewat ke kiri untuk mengalir ke duktus hepatika
kiri.

GAMBAR 1.5 Anatomi saluran empedu. MRCP miring


koronal menunjukkan duktus sistik (kepala panah)
berjalan dengan duktus sektoral posterior kanan bawah
(panah) dan keduanya bergabung sebelum saluran
umum. Konfigurasi duktal ini dapat mempengaruhi
cedera duktus yang tidak disengaja.

5
Duktus sistikus biasanya bergabung
dengan duktus hepatika umum di sepertiga
tengah duktus empedu ekstrahepatik — sering
disebut sebagai 'saluran umum' pada USG (US)
untuk kenyamanan — yang kemudian berlanjut
sebagai saluran empedu (CBD) umum. Duktus
sistikus biasanya bergabung dengan sisi kanan
duktus umum tetapi dapat lewat di belakang atau
di depan duktus umum untuk bergabung dari kiri.
Duktus sistikus dapat bergabung dengan saluran
umum pada tingkat yang sangat rendah, dalam
hal ini mungkin keliru untuk saluran umum pada
pencitraan. Tidak umum ia dapat bergabung
dengan saluran sisi kanan, yang biasanya
merupakan saluran sektoral atau segmental yang
rendah dan menyimpang (Gambar 32-5).
Beberapa variasi ini memengaruhi pasien untuk
melukai kolesistektomi.

Variasi lainnya termasuk duktus Luschka


atau saluran subvesis, dan duktus cystohepatic.
Ada beberapa kebingungan atas nomenklatur
tetapi tampaknya bahwa istilah saluran dan
duktus subvesika Luschka keduanya
menggambarkan saluran intrahepatik yang
berjalan berdekatan dengan fossa kandung
empedu, tidak disertai oleh cabang vena portal,
dan mengosongkan baik ke duktus hati atau

6
duktus hati kanan. Istilah 'cystohepatic duct'
mungkin paling baik disediakan untuk saluran
kecil yang langsung mengalir ke kantong empedu
atau saluran kistik. Pentingnya varian ini adalah
kedekatannya dengan kantong empedu dan
potensi cedera pada kolesistektomi yang
mengakibatkan kebocoran empedu.

Penting untuk diingat bahwa posisi


anterior duktus intrahepatik kiri memengaruhi
pola pengisian pada kolangiografi langsung.
Selama perkutaneus kolangiografi perkutan
(PTC) atau kolangiografi T-tube mungkin
diperlukan untuk menggulingkan pasien ke kiri
untuk memastikan pengisian duktus kiri yang
baik. Sebaliknya saluran kiri mengisi pertama
pada endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) dengan
pasien dalam posisi tengkurap. Selanjutnya,
karena pasien biasanya oblique selama ERCP,
duktus sisi kiri sering diproyeksikan ke kanan
dan dapat disalahartikan sebagai duktus sisi
kanan jika ada pengisian duktus intrahepatik
yang tidak lengkap.

7
1.2 Variasi Anatomi Gallbladder

Agenesis kandung empedu sangat jarang,


dengan prevalensi 0,03-0,07%. Sebuah kandung
empedu ganda terjadi pada sekitar 0,03%,
biasanya dengan duktus sistikus bersama, dan
kandung empedu aksesori sering berpenyakit.

Septa kandung empedu sejati jarang


terjadi dan ketika terjadi di fundus membentuk
topi Phrygian. Seringkali, septum yang tampak
hanyalah lipatan dinding kandung empedu, yang
dapat bervariasi sesuai dengan posisi pasien.

Kantong empedu bisa abnormal pada


posisi, menjadi retrohepatic, suprahepatic, kiri-
sisi atau intrahepatic, yang terakhir berpotensi
menyajikan sebagai abses hati jika rumit oleh
kolesistitis akut. Sejumlah bentuk kandung
empedu sisi kiri ada:

1. Kandung empedu terletak di bawah lobus hati


kiri di sebelah kiri ligamentum falciformis
2. Pengembangan independen kandung empedu
kedua dari duktus hepatika kiri dengan
regresi atau kegagalan pengembangan
kandung empedu kanan.
3. Herniasi kandung empedu melalui foramen
Winslow
4. Transposisi visera.

8
1.3 Metode Investigasi

1.3.1 USG

Ultrasonografi transabdominal
sering merupakan teknik pencitraan
pertama yang digunakan untuk pasien
dengan gejala tipe hepatobiliary karena
lebih akurat daripada CT untuk
mendiagnosis penyakit biliaris akut.4
Imaging biasanya dilakukan setelah 4 jam
cepat, memungkinkan kantong empedu
untuk mengisi dan mengurangi
pengaburan. gas perut bagian atas.
Dinding kandung empedu yang tidak
terkontrak normal adalah <3 mm tebal
dan halus. Ultrasound memungkinkan
penilaian yang dinamis dan dengan
menggerakkan pasien membantu
membedakan batu, lumpur dan polip.
USG Doppler memungkinkan penilaian
vaskularisasi, sementara kelembutan
empedu fokal dapat ditentukan dengan
menggunakan tekanan probe. Duktus
sistik yang normal mungkin tidak terlihat;
Namun, duktus empedu ekstrahepatik
dapat dilihat sebagai struktur tubular
anterior vena porta dan kurangnya aliran
darah pada Doppler.

9
USG kontras-ditingkatkan
(CEUS) menggunakan agen microbubble
generasi kedua dapat dilakukan di
ultrasound transabdominal, endoskopi dan
intraoperatif. CEUS berguna pada pasien
tertentu: misalnya, dalam membedakan
lumpur dari tumor, mengidentifikasi
perforasi pada kolesistitis dan
menunjukkan choliasokarsinoma hilus
yang lebih baik.

1.3.2 Computed Tomographic

Cholangiography

Computed tomographic (CT)


cholangiography bergantung pada agen
kontras oral atau intravena (IV) yang
diekskresikan secara istimewa oleh hati,
untuk mengaburkan saluran empedu.
Sebagian besar pusat sekarang
menggunakan agen kontras IV untuk CT
cholangiography, yang disebut CT-
intravena kolangiografi (CT-IVC). Teknik
ini melibatkan infus IV dari agen seperti
sodium ipodate dengan CT heliks yang
dilakukan sekitar 30 menit kemudian.
Multislice helical CT memungkinkan
pencitraan resolusi tinggi dan

10
pemformatan ulang multiplanar.
Pencitraan tengkurap dapat dilakukan
setelah pencitraan supine jika ada
substansi intraductal gas atau pelapisan
kontras.

Sodium iotroxate lebih aman


daripada agen biliaris IV yang lebih tua,
dengan komplikasi yang dilaporkan pada
3,5% pasien (3,0% minor, 0,3% sedang
dan 0,2% berat) 5 dan tingkat mortalitas
diperkirakan 0,005% .6

Ekskresi kontras yang adekuat


bergantung pada fungsi hepatosit
mendekati normal, sehingga teknik ini
tidak bernilai dalam penyelidikan
penyakit kuning, dan biasanya gagal jika
kadar bilirubin lebih dari sekitar dua kali
normal.

Karena CT-IVC bergantung pada


ekskresi dan bagian selanjutnya dari agen
kontras, ia menyediakan dimensi
fungsional yang tidak diperoleh dengan
magnetic resonance cholangiography
(MRC) konvensional, memungkinkan
demonstrasi langsung kebocoran empedu,

11
komunikasi empedu dengan kista dan
obstruksi segmental.

1.3.3 Magnetic Resonance

Cholangiopancreatography (MRCP)

MRCP telah secara substansial


menggantikan PTC diagnostik dan ERCP.
Ini bergantung pada urutan T2-tertimbang
berat yang menampilkan air stasioner
sebagai sinyal tinggi. Akumulasi bagian
tipis dan tebal multiplanar diperoleh
dengan menggunakan teknik spin-echo
cepat. Karena MRCP konvensional tidak
bergantung pada ekskresi kontras, MRCP
ini cocok untuk pasien yang sakit kuning,
keuntungan yang jelas dibandingkan
dengan CT-IVC.

Baru-baru ini MR telah


dikombinasikan dengan agen kontras
hepatobilier. Agen ini, yang meliputi
mangafodipir trisodium, gadobenate
dimeglumine dan disodium gadoxetic
acid, memperpendek relaksasi T1,
memberikan gambar kontras positif pada
urutan T1-weighted. Imaging dilakukan

12
setidaknya 30 menit setelah infus IV
untuk memungkinkan pengambilan
hepatosit dan ekskresi bilier. Oleh karena
itu memberikan informasi fungsional
serta anatomi tetapi, seperti dengan CT-
IVC, tergantung pada fungsi hepatosit
ekskresi mendekati normal. Karena
urutan MR tertimbang T1 digunakan
adalah mungkin untuk menggunakan
dekat-isotropik tiga-dimensi gradien echo
akuisisi. Kolangiografi MR dengan
kontras kontras menggunakan agen
kontras hepatobilier memiliki aplikasi
yang serupa dengan CT-IVC, kecuali
bahwa itu tidak sensitif seperti MRCP
konvensional untuk mendeteksi
choledocholithiasis.

Lubang perangkap diagnostik


dengan MRCP termasuk void sinyal lokal
yang disebabkan oleh klip bedah, dan gas
intraductal atau darah. Void aliran
empedu mungkin meniru batu kecil tetapi
yang pertama ditempatkan secara terpusat
dan memiliki margin yang kurang
terdefinisi dengan baik daripada batu.
Waktu akuisisi lebih lama untuk MRCP

13
daripada CT-IVC dan karena itu lebih
rentan terhadap artefak gerak.

1.3.4 Endoskopi Retrograde

Cholangiopancreatography

ERCP memberikan kekeruhan


langsung duktus biliaris dan saluran
pankreas, dengan tingkat keberhasilan 92-
97%, dan memberikan informasi dinamis
selama pengenalan dan drainase media
kontras. Hal ini memungkinkan penilaian
visual dari duodenum dan ampulla Vater
dan memungkinkan biopsi dan brushing,
serta prosedur intervensi seperti
sphincterotomy dan ekstraksi batu,
stenting empedu dan dilatasi striktur
bilier. Tingkat komplikasi bervariasi
tergantung pada indikasi untuk prosedur,
kehadiran penyakit bersamaan dan
pengalaman endoscopist, dengan tingkat
komplikasi yang parah dari 0,9 hingga
2,3%, dan tingkat komplikasi total 8,4-
11,1%, komplikasi signifikan yang paling
umum menjadi akut. pankreatitis.8
Perangkap diagnostik utama dengan

14
ERCP adalah underfilling saluran di atas
striktur.

1.3.5 Champangiografi Transhepatik

Perkutan

PTC telah digantikan secara


substansial oleh ERCP dan MRCP.
Perannya sekarang sebagian besar sebagai
bagian dari intervensi biliaris
transhepatik. Jarum 22G Chiba digunakan
untuk menusuk saluran intrahepatik kanan
atau kiri dari sisi kanan atau, untuk
saluran kiri, dari pendekatan epigastrik.
Pendekatan epigastrik digunakan jika
duktus kiri tidak dapat opasitas dari kanan
atau sebagai bagian dari pendekatan lobus
kiri ke drainase bilier. Gangguan
koagulasi apa pun harus dibalik sebelum
prosedur, yang dilakukan dengan
pemberian antibiotik IV spektrum luas
dan sedasi sadar atau kadang-kadang
anestesi umum.

Jika duktus dilatasi, jarum ditarik


secara bertahap dengan pengisapan
diterapkan dan ketika empedu disedot
media kontras disuntikkan untuk
mengaburkan pohon empedu. Jika duktus

15
tidak dilatasi, atau jika lintasan awal
gagal untuk mengaburkannya, suntikan
kecil dari media kontras dibuat saat jarum
ditarik secara bertahap sampai duktus
biliaris opasitas. Sampel harus diambil
untuk mikrobiologi dan, jika obstruksi
ganas dicurigai, pemeriksaan sitologi.
Perawatan harus dilakukan untuk
mengaburkan seluruh pohon bilier,
terutama pada kasus obstruksi bilier atau
segmental biliaris. Perangkap umum
adalah kegagalan untuk mengisi duktus
hati kiri dari pendekatan sisi kanan dan
ini harus dicurigai jika tidak ada saluran
yang opacified di garis tengah. Aspirasi
beberapa empedu selama prosedur
mengurangi risiko kebocoran empedu dan
endotoxaemia dengan mengurangi
tekanan intraductal.

Tingkat keberhasilan mendekati


100% jika duktus dilatasi secara
substansial dan sekitar 75% jika duktus
tidak melebar atau hanya sedikit melebar,
kelompok yang terakhir biasanya
memerlukan banyak jarum suntik.
Bimbingan AS dapat digunakan jika
segmen tertentu harus opacified dan

16
beberapa operator menggunakannya
secara rutin untuk PTC atau kateterisasi
biliaris transhepatik perkutan. Tingkat
komplikasi utama adalah sekitar 4% dan
termasuk hemobilia, bakteremia dan
kebocoran empedu.

1.3.6 Kolaoografi Intraoperatif

Kolaoografi intraoperatif (IOC)


dilakukan secara rutin atau selektif
selama kolesistektomi untuk mendeteksi
choledocholithiasis, mengkonfirmasi
pembersihan batu saluran dan anatomi
delineasi untuk meminimalkan risiko
cedera saluran empedu.

1.3.7 T-Tube Cholangiography

Jika CBD telah dieksplorasi pada


kolesistektomi, T-tube biasanya dibiarkan
di tempat dan kolangiografi dilakukan
melalui tabung ini setelah sekitar 7 hari,
sebelum penghapusan. Kolangiografi
harus memastikan pembersihan batu dan
bagian bebas dari medium kontras ke
duodenum. Perawatan harus diambil
untuk menghindari injeksi gelembung
udara.

17
1.3.7 Hepatobiliary Scintigraphy

Hepatobiliary iminodiacetic acid


(HIDA) scintigraphy menggunakan
turunan asam iminodiacetic, analog
bilirubin, berlabel 99mTc. Ini disuntikkan
gambar kamera gamma intravena dan
serial yang diperoleh lebih dari 2–4 jam.
Itu tergantung pada tingkat bilirubin
hampir normal, meskipun beberapa agen
dapat diekskresikan dengan peningkatan
moderat bilirubin. Pengambilan gambar
serial menunjukkan akumulasi isotop di
hati, saluran empedu, duodenum, usus
kecil dan kandung empedu (asalkan ada
dan duktus sistikus adalah paten).

1.3.8 Ultrasound Endoskopi

Biliary endoscopic ultrasound


(EUS) menyediakan pencitraan skala abu-
abu berfrekuensi tinggi, Doppler warna
dan USG kontras ditingkatkan untuk
evaluasi pohon empedu dan pankreas
ekstrahepatik. EUS memiliki sensitivitas
dan spesifisitas yang serupa dengan
MRCP dalam mendiagnosis penyebab
obstruksi bilier. Meskipun relatif invasif,
kelebihannya adalah memungkinkan

18
visualisasi langsung dari duodenum,
sitologi aspirasi jarum halus dan drainase
biliaris yang potensial. Sistem ʻ mother-
daughter 'yang lebih canggih dan mahal
memungkinkan pemeriksaan intraductal
dari CBD, tetapi tidak tersedia secara
rutin.

1.4 Gangguan pada Kantung Empedu

Perforasi batu empedu, terjadi pada 5-


10% pasien dengan kolesistitis akut. Hal ini
disarankan oleh cairan pericholecystic dan fitur
kolesistitis gangren. Gangguan lokal pada
dinding kandung empedu terlihat di AS pada
40% dan pada CT di 80% (Gambar 32-14).
Kurang Batu empedu

Prevalensi batu kandung empedu pada


orang dewasa di komunitas Barat adalah sekitar
15%. Mereka tidak menunjukkan gejala di sekitar
80% tetapi dalam kelompok ini sekitar 15% akan
mengembangkan gejala lebih dari 15 tahun dan
mereka memberi risiko karsinoma kandung
empedu seumur hidup kecil. Sekitar 70% batu
kandung empedu adalah jenis kolesterol tunggal
atau dominan, dengan hingga 30% adalah batu

19
pigmen hitam yang terutama tersusun dari
kalsium bilirubinat.11

Kurang dari 10% batu buram pada


radiografi polos, batu-batu yang lebih besar
menunjukkan kalsifikasi laminasi atau perifer.
Pada CT, sebagian kecil batu kandung empedu
terlihat, menjadi hyperdense, hypodense, atau
kepadatan campuran.

US adalah investigasi paling akurat untuk


diagnosis batu kandung empedu, yang muncul
sebagai fokus echogenic yang menghasilkan
bayangan akustik (Gambar 1.5). Mobilitas batu
sering dapat diidentifikasi (Gambar 1.6),
meskipun tidak penting untuk diagnosis.
Sensitivitas AS adalah> 95% .12 Diagnosis
negatif salah adalah lebih umum daripada yang
salah positif, dan biasanya karena batu kecil pada
pasien yang memiliki akses akustik yang buruk
ke kandung empedu karena obesitas atau anatomi
yang tidak baik. Diagnosis negatif palsu
dikurangi dengan teknik US hati-hati. Batu-batu
kecil dibedakan dari polip kecil oleh demonstrasi
mobilitas atau keberadaan bayangan akustik.

20
GAMBAR 1.6 Batu empedu dan polip.
Ultrasound menunjukkan polip non-bayangan
(panah pendek) hanya di sebelah kanan kalkulus
bayangan (panah panjang).

GAMBAR 1.7 Mobilitas batu empedu.


Ultrasound menunjukkan dua struktur non-
bayangan intraluminal yang bergantung (A).
Pasien digulung dan dicitrakan kembali (B) dan
lesi yang ditandai dengan anak panah terbukti
bergerak sesuai dengan batu sementara lesi

21
dependen dan non-independen bergantung adalah
polip (panah).

Non-visualisasi kandung empedu di AS


dapat disebabkan oleh kolesistektomi
sebelumnya, keadaan tidak puasa, posisi kandung
empedu yang abnormal, kolesistitis
emphysematous, atau karena kantong empedu
dipenuhi dengan batu. Yang terakhir dapat
dikenali dengan mengidentifikasi apa yang
disebut tanda 'double-arc shadow' di fossa
kandung empedu, yang terdiri dari dua garis
ekogenik melengkung paralel yang dipisahkan
oleh ruang anechoic tipis dengan bayangan
akustik padat distal ke garis echogenic yang lebih
dalam (Gbr. 1.7).

GAMBAR 1.8 Kandung empedu diisi dengan


batu yang menghasilkan tanda 'busur ganda';
garis hypoechoic antara dua garis echogenic
(panah) dan bayangan akustik distal.

22
1.4.1 Lumpur

Lumpur umumnya terlihat di AS


dan tampak sebagai goyangan bergantung
yang tidak berbayang. Ini terdiri dari
butiran kalsium bilirubinate, kristal
kolesterol dan glikoprotein. 13 Hal ini
lebih sering terlihat pada keadaan puasa
kronis, pasien sakit kritis, mereka yang
menerima nutrisi parenteral total dan
dalam kehamilan. Sludge sembuh secara
spontan pada 50% pasien dan batu-batu
empedu akan berkembang dalam 5–15% .
14

Batu-batu kecil sulit ditemukan


dalam lumpur, jadi pencitraan yang hati-
hati melalui lumpur adalah penting
(Gambar 32-9). Biasanya lapisan lumpur
bergantung pada mode tetapi kadang-
kadang meniru massa tumor, yaitu
‘tumefactive sludge’. Sludge biasanya
dapat dibedakan dari tumor oleh
mobilitasnya, kurangnya aliran darah
internal pada pemeriksaan Doppler,
kurangnya kelainan dinding kandung
empedu, atau kurangnya peningkatan
pada CEUS.

23
GAMBAR 1.9 Sludge di mana batu kecil
(panah) melemparkan bayangan akustik halus
(panah).

Darah (hemobilia) dan nanah


(empiema) mungkin memiliki penampilan
yang mirip dengan lumpur dan
pengaturan klinis membantu dalam
diferensiasi mereka. Sludge, darah dan
nanah juga bisa terjadi di saluran empedu.

1.4.2 Susu dari Kalsium Bile

Susu empedu kalsium, atau


empedu limit, adalah kondisi yang tidak
umum di mana empedu kandung empedu
menjadi kental, mungkin sebagai akibat
dari stasis, dan mengandung konsentrasi
tinggi bilirubinat kalsium. Di AS itu
menyebabkan gema menyebar, mirip
dengan lumpur, tetapi lebih echogenic
(Gambar 1.9A) dengan kecenderungan
untuk melapisi keluar dan menghasilkan

24
bayangan akustik. Pada CT (Gambar.
1.9B) dan, kadang-kadang, pada
radiografi polos itu terlihat sebagai
layering high-density material.

GAMBAR 1.10 Susu empedu kalsium


menghasilkan gema yang bagus dalam lumen
kandung empedu (GB) pada USG (A) dan
menjadi hyperdense pada CT non-kontras
(panah) (B).

1.4.3 Kolesistitis

1.4.3.1 Cholecystitis Acute Calculous

US adalah pemeriksaan
pencitraan awal yang terbaik pada
pasien dengan dugaan kolesistitis
akut, yang, pada 90-95% kasus,
disebabkan oleh batu empedu
(kalkisitis kalkuli akut). Nilai

25
prediktif positif dari batu yang
dikombinasikan dengan
kelembutan yang dilokalkan ke
kandung empedu (tanda sonografi
Murphy positif), atau keberadaan
ketebalan dinding kandung
empedu> 3 mm, masing-masing
adalah 92 dan 95% (Gambar 32-
11). Nilai prediktif negatif dari
ketiadaan batu kandung empedu
dan tanda Murphy sonografi
negatif adalah 95%. AS dapat
definitif pada sekitar 80%
kasus.15 Batu empedu dapat
terkena di leher kantung empedu
dan daerah ini harus diperiksa
secara hati-hati. Tanda-tanda US
lainnya adalah distensi kandung
empedu (diameter> 5 cm), cairan
pericholecystic, stria dinding
kandung empedu dan, kadang-
kadang, hiperemia dinding pada
pemeriksaan Doppler. Baik gema
dalam kantong empedu mungkin
karena lumpur atau nanah
(empiema kandung empedu). Jika
tes fungsi hati menunjukkan
obstruksi duktus, evaluasi yang

26
cermat terhadap CBD dilakukan
untuk choledocholithiasis

GAMBAR 1.11 Kolesistitis akut.


Kandung empedu memiliki
dinding edema (panah pendek)
dengan batu bayangan yang
terkena di leher (panah panjang).

CT kurang akurat
dibandingkan AS untuk
kolesistitis akut, tetapi secara luas
digunakan untuk mengevaluasi
pasien dengan nyeri perut akut.
Temuan CT pada kolesistitis akut
termasuk penebalan dinding
kandung empedu, edema
subserosal, distensi kandung
empedu, empedu berkepadatan

27
tinggi, cairan pericholecystic dan
inflamasi yang terdampar di lemak
pericholecystic (Gambar 1.11).
Batu empedu dapat diidentifikasi
dalam minoritas. Peningkatan
dinding kandung empedu adalah
variabel dan bukan prediktor yang
dapat diandalkan kolesistitis
karena kandung empedu normal
dapat menunjukkan peningkatan
dinding. Peningkatan tepi hati
perikolecystic yang cepat dapat
dilihat. 16

GAMBAR 1.12 Kolesistitis akut


pada CT. Dinding kandung
empedu menebal dengan edema di
lemak yang berdekatan (panah
pendek) dan batu yang terletak di
leher (panah panjang). Tidak ada

28
peningkatan kontras yang
abnormal dalam kasus ini.

Hepatobiliary scintigraphy
memiliki akurasi diagnostik yang
tinggi untuk kolesistitis akut.
Hasil positif adalah non-
visualisasi kandung empedu, yang
dihasilkan dari obstruksi duktus
kistik. Meskipun akurasinya mirip
dengan AS, itu lebih memakan
waktu dan tidak memungkinkan
penilaian organ terkait. Akan
sangat membantu, ketika
ketidakpastian diagnostik tetap
ada setelah AS.

Penebalan dinding
kandung empedu dapat
disebabkan oleh banyak penyebab
selain kolesistitis. Ini termasuk
keadaan non-puasa, keadaan
edema umum, hepatitis,
pankreatitis, varises dinding
kandung empedu, adenomiosis
dan karsinoma, meskipun dua
yang terakhir biasanya
menyebabkan fokal daripada
penebalan difus.

29
1.4.3.2 Cholecystitis Gangrenous

Kondisi ini disarankan


pada US dengan diucapkan
ketidakteraturan atau penebalan
asimetris dari dinding kandung
empedu, gema membran internal
yang dihasilkan dari mukosa yang
terkelupas dan cairan
pericholecystic. Temuan klinis,
secara paradoks, dapat berkurang
seiring dengan perubahan
gangren. Tanda CT yang
menunjukkan kolesistitis gangren
adalah gas di dinding atau lumen,
peningkatan mukosa tidak teratur
dan / atau tidak teratur (Gambar
32-13), membran internal dan
abses pericholecystic. Dari jumlah
ini, peningkatan dinding
terganggu adalah tanda yang
paling sensitif (70,6%) dan sangat
spesifik (100%).

30
GAMBAR 1.13 Kolesistitis
gangren. CT vena porta dengan
peningkatan mukosa yang tidak
lengkap (panah) pada kandung
empedu gangren buncit dengan
peradangan lemak pericholecystic.

Sering, cairan peritoneal


umum dapat hadir.18 CEUS dapat
membantu mengidentifikasi
perforasi dengan menunjukkan
tidak adanya peningkatan dinding
kandung empedu.

31
GAMBAR 1.14 Kolesistitis akut dengan perforasi lokal
pada (A) US dan (B) CT. Dinding kandung empedu
menebal menunjukkan cacat lokal (panah) dan pada CT
ada sejumlah kecil cairan intraperitoneal dan edema
lemak yang berdekatan.

1.4.3.3 Kolesistitis Emfisematosa

Kondisi ini menyumbang


hanya 1% dari kolesistitis akut
tetapi memiliki tingkat kematian
yang relatif tinggi. Hal ini lebih
sering terjadi pada pria (kebalikan
dari dominasi wanita pada
umumnya kolesistitis), sekitar
50% adalah penderita diabetes,
dan batu hadir di <50% .16
Diagnosis mungkin jelas pada
radiografi polos (Gambar 32-15)
dan mudah dibuat pada CT
(Gambar. 32-16A), yang

32
menunjukkan intramural dan /
atau intraluminal gas yang
disebabkan oleh organisme
pembentuk gas. Pada gas
intramural AS muncul sebagai
garis echogenic terang fokal atau
difus. Gas intraluminal, di bagian
kandung empedu yang tidak
tergantung, menyebabkan pita
lengkung, pita echogenic terang
dengan bayangan (Gambar 32-
16B), yang dapat membuat
kandung empedu menjadi sulit
dan menyebabkan hasil AS negatif
palsu. Fokus kecil gas intramural
dapat menyebabkan artefak
cincin-down dan meniru
adenomyomatosis.

33
GAMBAR 1.15 Kolesistitis emfisematosa. Gambar
menunjukkan intramural (panah) serta gas kandung
empedu intraluminal.

GAMBAR 1.16 Kolesistitis emfisematosa. (A) CT


Coronal — gas intramural (panah); (B) US-intraluminal
gas muncul sebagai band echogenic curvilinear terang
(panah) dengan 'kotor' membayangi.

1.4.3.4 Kolesistitis Acalculous

Kolesistitis akalkulus akut


paling sering terlihat pada pasien
yang sakit kritis, dan presentasi
klinis biasanya adalah salah satu
sepsis. Tanda-tanda AS adalah
distensi kantung empedu,
penebalan dinding kandung
empedu, isi echogenic dan,
kadang-kadang, membran /

34
mukosa yang mengelupas dan
cairan pericholecystic. Diagnosis
positif sering sulit karena distensi
lumpur dan kantung empedu dapat
terjadi tanpa kolesistitis pada
kelompok ini. Semua pemeriksaan
— skintigrafi AS, CT, dan bilier
— kurang akurat dibandingkan
dengan kolesistitis kalkulus akut.
Skintigrafi bilier mungkin
merupakan teknik yang paling
akurat. Aspirasi kandung empedu
telah digunakan untuk membantu
diagnosis tetapi sering tidak
membantu.19 Kelembutan
empedu yang terlokalisasi adalah
tanda prediktif yang baik ketika
ada tetapi seringkali sulit untuk
dinilai dalam kelompok ini.

Kolesistitis akalkulus
kronis adalah entitas kontroversial
karena tidak ada kriteria klinis,
patologis atau pencitraan yang
jelas untuk diagnosisnya.
Pengaturan klinis biasanya
merupakan nyeri jenis empedu
yang tidak dapat dijelaskan, dan

35
pasien sebelumnya telah
menjalani banyak pemeriksaan
negatif lainnya. AS mungkin
menunjukkan penebalan dinding
kandung empedu dan, menurut
definisi, tidak ada batu.
Cholescintigraphy diikuti oleh
infus IV cholecystokinin (CCK),
atau salah satu analognya, dapat
digunakan untuk menilai
kontraktilitas kandung empedu.
Fraksi ejeksi <35% pada CCK-
cholescintigraphy umumnya
dianggap sebagai indikator
disfungsi kandung empedu dan
membantu memilih pasien yang
mungkin mendapat manfaat dari
kolesistektomi.

Xanthogranulomatous
cholecystitis adalah bentuk yang
tidak biasa dari kolesistitis kronis
yang dapat menyerupai
keganasan. Biasanya disertai
dengan gambaran klinis
kolesistitis atau obstruksi bilier
(varian sindrom Mirizzi). Hal ini
ditandai dengan penebalan

36
dinding kandung empedu atau
difus, yang dapat ditandai. Batu
hadir dalam mayoritas, dan dalam
persentase kecil ada karsinoma
kandung empedu terkait.20

1.4.4 Gallbladder Mucocele

Mucocele Gallbladder, juga


dikenal sebagai hydrops kandung
empedu, adalah hasil dari obstruksi
kandung empedu kronis, tanpa infeksi
ditumpangkan, memungkinkan akumulasi
volume besar cairan mukosa steril.
Biasanya disebabkan oleh batu yang
terkena dampak dan lebih jarang oleh
polip, tumor atau adenopati yang
berdekatan. Kantong empedu sangat
buncit, cairan terisi dan dapat hadir
sebagai massa.

1.4.5 Fistula kandung empedu

Fistula kandung empedu jarang


terjadi. Sebagian besar disebabkan oleh
penyakit batu kronis daripada neoplasma.
Sebagian besar berkomunikasi dengan
duodenum dan sebagian besar sisanya ke
usus besar. Cholecystoduodenal fistulae
dapat menyebabkan obstruksi usus karena

37
impaksi batu yang lebih besar pada usus
halus bagian distal, yang disebut ileus
batu empedu, kondisi yang terkait pada
sebagian kecil pasien dengan batu
empedu yang terlihat pada radiografi
polos atau CT, dan gas di saluran
empedu. .

1.4.6 Gallbladder Porselen

Empedu porselen adalah kondisi


yang jarang terjadi pada 0,2% spesimen
kolesistektomi21 dan terdiri dari
kalsifikasi mural lengkap atau tersebar.
Ada hubungan dengan karsinoma
kandung empedu, meskipun kejadian
karsinoma bersama kurang dari yang
diperkirakan sebelumnya pada <5% .21
Namun, kolesistektomi profilaksis sering
dianjurkan, karena morbiditas dan
mortalitas karsinoma kandung empedu
yang tinggi. Kalsifikasi mengikuti kontur
dinding kandung empedu, mungkin fokal
atau difus, dan dapat terlihat pada CT
(Gambar 32-17B) atau radiografi polos.
Pada AS (Gambar 32-17A) dapat meniru
kolesistitis atau batu empedu
emphysematous tetapi tanda 'double-arc
shadow' tidak ada.

38
GAMBAR 1.17 Kandung empedu porselen. (A) US -
dinding echogenic dengan bayangan yang jelas (panah);
(B) CT non-kontras dengan kalsifikasi mural terus
menerus (panah).

1.4.7 Hiperplasia adenomiomatosa

Kondisi ini dikenal dengan


beberapa nama, termasuk
adenomyomatosis dan cholecystitis
glandularis proliferans. Ini terjadi pada
hingga 9% spesimen kolesistektomi dan
pada 90% kasus ada batu empedu yang
terkait. Hal ini ditandai dengan penebalan
dinding kandung empedu karena
hiperplasia otot epitel dan halus, dengan
invaginasi epitel kistik ke dinding (sinus
Rokitansky-Aschoff) dan ruang-ruang ini

39
mungkin berisi batu-batu kecil.
Distribusinya bersifat fundus (paling
umum), segmental (biasanya di tengah
tubuh) atau difus. Pada US tampak
sebagai penebalan dinding kandung
empedu dengan penyempitan lumen
sekunder (Gambar. 32-18). Segmen yang
terpengaruh sering mengandung gema
terang yang timbul dari ruang kistik,
sering dikaitkan dengan artefak berdering
‘comet-tail’. CT menunjukkan penebalan
dinding. Studi kontras kantung empedu
dan MR berbobot T2 mungkin
menunjukkan ruang kistik intramural
(Gambar 32-19) .20 Hiperplasia
adenomiomatosa biasanya asimtomatik,
namun penting untuk dikenali, untuk
menghindari misdiagnosis sebagai
kandung empedu kandung empedu.
Diferensiasi bentuk fokal adenomiosis
dari karsinoma kandung empedu kecil
bisa sulit dengan CT, dan USG biasanya
lebih dapat diandalkan.

40
GAMBAR 1.18 Hiperplasia adenomatosa. Ultrasound
menunjukkan penebalan mural fundus menghasilkan
konfigurasi jam pasir kandung empedu dengan artefak
komet-ekor (panah).

GAMBAR 1.19 Hiperplasia adenomyomatosa. MRCP


koronal dari banyak struktur seperti kista T2
hyperintense pada fundus kandung empedu yang cacat
(panah).

41
1.4.8 Polip kantung empedu

Sebagian besar polip terdiri dari


kolesterol dan jarang adenomatous. Polip
kolesterol biasanya berukuran 2-10 mm,
sedangkan adenoma bisa mencapai 2 cm.
Keduanya muncul sebagai fokus non-
bayangan echogenic yang kecil (Gambar
32-6) melekat pada dinding kandung
empedu, seringkali dalam bagian yang
tidak bergantung. Diagnosis banding
utama adalah batu-batu kecil dan teknik
US yang hati-hati dapat menunjukkan
diagnostik bayangan batu yang halus,
tipis, dan akustik. Kurangnya mobilitas
lebih menyukai polip daripada batu.

42
BAB II

GAMBARAN ANATOMI SISTEM


PERSYARAFAN

2.1 Anatomi Sistem Persyarafan

Gambar 2.1 Potongan Axial (Perhatikan fissura Sylvii,


Arteria Thalamoperforata)

Gambar 2.2 Potongan Sagittal dan Coronal dari


CT scan neuroimaging

43
2.1.1 Lapisan SCALP dan Cranium

Gambar 2.3 Lapisan Scalp dan Cranium


SCALP merupakan urutan lapisan

Cranium dari Skin (kulit),


Connective Tissue (jaringan ikat
penunjang), Aponeurotic (aponeurosis
otot-otot cranium), Loose Connective
Tissue (jaringan ikat longgar) dan
Periosteium (pelapis luar tulang cranium)
Setelahnya, lapisan terdiri dari
Tulang cranium, duramater,
arachnoidmater, piamater lalu parenkin
otak

Catatan perhatian: Dalam


neuroimaging, selalu perhatikan kondisi
anatomik yang ada. Perubahan yang kecil

44
maupun signifikan akan dapat
menegakkan berbagai macam kelainan
neurologik.

2.2 Modalitas Neuroimaging

Dalam neuroimaging ada banyak


modalitas, antara lain Cranium X Ray, Computed
Tomography Scan dan Angiography, selain itu
terdapat pula modalitas MRI dan USG
(transcranial Doppler, dilakukan oleh dokter
penyakit saraf) pada beberapa kasus.

A. Cranium X – Ray
Pemanfaatan foto polos cranium dalam
praktek umum sangat jarang. Pada umumnya
dilakukan pada kejadian fraktur cranium.
Beberapa fraktur cranium:
a. Fraktur linear: ditandai dengan hasil foto
polos cranium yang menunjukkan adanya
garis tajam, bedakan dengan sutura (ada pada
lokasinya, dan lebih smooth) .
b. Fraktur impress: fraktur linear ke dalam, bisa
berisiko brain injury. Misalnya pada
perlukaan olahraga sepakbola saat dahi
terpukul ke dalam akibat terkena lutut pemain
lawan

45
c. Fraktur diastasis: fraktur disertai sutura yang
melebar.

B. Computed Tomography Scan (CT-Scan)


Sudah menjadi hal yang umum, sejak
ditemukan tahun 1970, CTscan banyak
membantu penegakan diagnosis penyakit dan
kelainan neurologik.
Penggunaan CT-scan disarankan pada:
a. Trauma akut atau baru saja, di mana CT-scan
sangat baik mendeteksi perubahan parenkim
otak akibat pendarahan
b. Pasien pendarahan intracranial, mendeteksi
Stroke hemoragik ataupun pendarahan
intracranial akibar kecelakaan.
c. Penyakit tulang cranium: metastasis, ada
keganasan
d. Pada pasien dengan kontraindikasi MRI
(pasien dengan pacemaker, dengan implantasi
logam).

Hasil CT scan akan menunjukkan


gambaran radiologik:

a) Hypodense: hitam, biasanya daerah yang


berisi cairan
b) Isodense: jaringan parenkim otak sendiri
c) Hyperdense: padat, kalsifikasi, pendarahan

46
CT scan polos atau tanpa kontras
dilakukan pada diagnosis stroke infark atau
pendarahan.

CT scan kontras, dilakukan dengan


menyuntikkan kontras melalui arteria terdekat.
Pada kondisi inflamasi, ada tumor, metastasis
atau ekstravasasi pendarahan, maka akan muncul
enhancement.

Pada hasil CT Abnormal maka


didiagnosis letak kelainannya:

a. Ekstrakranial : dibedakan intraparenkim otak,


misal diagnosis meningioma
b. Intracranial : ada di luar parenkim otak, di
daerah SCALP

2.3 Midline Shifting

Pada kondisi ini, menunjukkan ada efek


massa besar parenkim otak, mendorong midline
ke kontralateral. Dilihat setinggi cavum septum
pellucidum, cornu anterior ventricle 3.

Beberapa kondisi yang mempengaruhi


midline shifting, misalnya ada massa yang
menekan daerah tersebut, adanya pendarahan
disertai peninekanan parenkim otak ke
kontralateral.

47
Gambar 2.4 Pendarahan dan kelainan yang nampak
pada CT scan

Beberapa jenis pendarahan di sistem saraf


Epidural Hematom berarti pendarahan terdapat
pada daerah antara duramater dan tulang
cranium. Gambarannya hiperdens bikonveks,
tanpa melewati sutura. Beberapa kasus terjadi
Lucid interal. Pasien trauma kepala datang
dengan kondisi umum baik, namun secara
mendadak mengalami kehilangan kesadaran.
Biasanya akibat kompresi parenkim akibat
pendarahan, wajib diawasi terus bisa dengan CT
scan. Apabila penekanan meningkat,
meningkatkan tekanan intracranial, kompresi
sistem vaskuler cerebral, iskemik dan hipoksis,
berbahaya.

Subdural hematom berarti pendarahan


ada di antara duramater dengan arachnoidmater,

48
bentuk hiperdense dengan bentuk kovenks-
konkaf

Kedua pendarahan di atas biasanya


terjadi akibat trauma, dengan ketentuan Trauma
langsung (coup) menyebabkan fraktur linear,
dengan hematoma jenis epidural. Terjadi cross
sutura, perpindahan dari supratentorial ke
infratentorial, pendarahan bersifat arterial,
merupakan medical emergency. Trauma tidak
langsung (countercoup), tanpa fraktur,
pendarahan Janis hematom subdural

Subarachnoid Hematom berarti


pendarahannya ada di cavum subarachnoid.
Pendarahan masuk ke dalam sulcus, hyperdense
sulcus. Intracerebral Hematoma (ICH)
Pendarahan terjadi pada parenkim otak. Cysterna
melebar.

2.4 Diagnosis Neuroimaging Stroke

Membedakan stroke hemoragik atau


nonhemoragik dengan CT scan Pendarahan
stroke tersering terjadi pada arteria reticulostriata,
thalamoperforata, dan arteria pontis.

Pada infark terjadi hipodensitas CT scan,


(infark lama batasnya tegas, infark baru batasnya
samar) Infark lakuner: kecil tersebar di parenkim,

49
curiga stroke iskemik tanpa pendarahan, meski
kadang klinis negative.

Gambar 2.5 Transient Ischemic Attack Serangan pada


sumbatan arteria cerebri anterior atau media atau
posterior

Membedakan stroke dengan edema Pada


edema pendarahan terjadi pada cortex dengan
substantia alba normal (fingers-like-edema) bila
pada stroke maka semua bagian hipodense.

Angiography dilakukan pada diagnosis


vaskuler serebral dengan bantuan kontras.
Misalnya pada aneurisma arteria carotis interna.

MRI Pemeriksaan soft tissue otak,

50
BAB III

GAMBARAN ANATOMI RADIOLOGI SISTEM


PEREDARAN DARAH

3.1 Darah
Darah adalah cairan penopang kehidupan
yang terdiri dari plasma, sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan platelet;
darah beredar melalui jantung, arteri, vena, dan
kapiler membawa nutrisi, elektrolit, hormon,
vitamin, antibodi, panas, dan oksigen ke jaringan
dan kembali membawa zat limbah dan karbon
dioksida.

3.2 Fungsi Darah


Darah menurut wikipedia adalah sebuah
cairan dimana cairan itu adalah seperti air dan
cairan itu berfungsi untuk mengangkut oksigen
melalui sel-sel darah  ke seluruh tubuh dan
merupakan kebutuhan makhluk hidup, jadi
dengan adanya darah maka hidup manusia akan
tertolong. Apabila manusia kekurangan darah

51
maka bisa jadi manusia itu akan lemas, karena
cairan yang mengangkut sari makanan, atau
oksigen ke seluruh tubuhnya tidak terpenuhi.
kekurangan darah juga akan mudah terserang
penyakit. karena pada darah terdapat beberapa
jenis sel yang membantu fungsi darah itu sendiri.
berikut jenis-jenis sel darah, seperti yang sudah
saya janjikan diatas tadi. Untuk lebih jelasnya
bisa disimak dibawah ini beberapa fungsi darah
pada manusia :
1. Mengedarkan sari makanan
Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa
darah merupakan cairan yang selalu
mengalir di dalam tubuh manusia
melewati alat alat pernapasan, melalui
nadi yang ada di dalam tubuh manusia ini,
darah terus mengalir dan menyebarkan
sari – sari makanan yang di bawanya dari
serapan oksigen maupun dari beberapa
vitamin, protein dan karbohidrat yang kita
dapatkan melalui makannan yang kita

52
konsumsi. dengan begitu maka tubuh akan
memperooleh sari makanan yang cukup
2. Mengangkut oksigen
Oksigen yang di dapatkan dari menghirup
udara bebas di luar sana, kemudian di
tangkap melalui hidung, dan kemuadian
melalui cara kerja hidung di saring dengan
bulu hidung setelah itu akan masuk ke
pembuluh darah, melalaui pembuluh
darahlah darah itu akan mengalir ke
seluruh tubuh, mulai dari menghirup
udara sampai ke jantung setelah itu dari
jantung akan di sebarkan ke serluruh
tubuh.
3. Mengedarkan hormon
Tak hanya sekedar mengedarkan darah ke
jantung dan di bawa keseluruh tubuh,
ternyata darah juga membawa hormon
yang masuk. hormon ini diperoleh
karenan adanya rangsangan atau stimulus
dari luar maupun dari dalam diri manusia,
setelah itu darah akan mengangkut

53
hormon-ccchormon itu, dan kelenjar
eksokrin akan mengambil hormon-
hormon yang tidak bermanfaat dan
dibuangnya melalui saluran khusus,
hormon yang dibuang ini dihasilkan dari
hasil sekresi. sedangkan daraah akan
membawa hormon-hormon itu dengan
saluran biasa, artinya tidak melalui aliran
khusus seperti yang diperlukan kelenjar
eksokrin.
4. Membawa sisa oksidasi sel tubuh
Fungsi darah selanjutnya adalah
membawa sisa-sisa zat yang tidak berguna
keluar dari tubuh. Hal ini bisa dilihat pada
saat kamu melakukan proses pernafasan,
disini ada proses pengangkutan oksigen
melalui darah sampai ke jantung, dan dari
jantung di proses ke seluruh tubuh, setelah
itu dari jantun. karbondioksida akhirnya
dibuang, melalui darah pula dan
dihembuskan bersamaan kita
menghembuskan nafas.

54
5. Menyerang kuman ataau bakteri yang
masuk
Ya, darah juga berfungsi sebagai
pengaktif metabolisme tubuh, diatas tadi
sudah kita lihat bahwa adanya beberapa
jenis sel-sel dalam tubuh. dan sel-sel
itulah yang menjaga metabolisme tubuh
kita. ada sel darah merah dan juga sel
darah putih. sel disini akan menyerang
kuman atau benda asing yang masuk ke
dalam aliran darah manusia. bila sel darah
itu berhasil melawan benda asing tersebut
maka kita tidak akan terserang penyakit.
namun sebaliknya jika sel darah tidak
sanggup untuk melawan benda asing itu
maka tubuh akan terserang penyakit
6. Menyembuhkan luka
Bagian darah yang disebut trombosit
adalah bagian darah yang sangat berperan
dalam penyembuhan luka yang ada di
kulit ari kita. Trombosit akan
mengelurakan zatnya dan bergabung

55
dengan vitamin K untuk membentuk
darah agar darah menjadi beku. setelah
darah membeku makan trombosit dengan
perlahan akan berusaha menuutupi luka
yang berada dikulit ari kita, itu sebabnya
mengapa kulit ari yang luka, dapat
kembali seperti semula, karena adanya
peran darah, lebih tepatnya peran
trombosit pada darah setiap manusia. jika
kepingan trombosit yang ada daalm darah
berkurang, maka bisa saja luka tersebut
akan sulit di obati, karena tidak adanya
zat-zat yang mampu menutup luka dan
membekkukan darah tersebut.
7. Mengankut karbondioksida
Mengangkut karbon dioksida, karbon
dioksida merupakan zat yang tidak
dibutuhkan tubuh, sehingga darah akan
mengembalikannya keluar melalui paru-
paru dan dihembuskannya lagi melalui
hidung. Hal ini sama halnya dengan
sisitem pengankutan oksidasi yang telah

56
dijelaskan diatas tadi. (baca : fungsi paru
paru)
8. Membuang zat zat sisa ke ginjal dan juga
kulit
Zat-zat yang diangkut oleh darah
bukanlah zat yang semuannya berguna
untuk tubuh, dalam proses pada sistem
ekskresi, disini darah akan memisahkan
mana zat yang berguna bagi tubuh dan
manapula zat yang tidak berguna bagi
tubuh, jika zat tidak berguna bagi tubuh,
maka zat itu akan di alirkan ke sistem
ekresi atau pembuangan. termasuk ke
dalam ginjal dan juga kulit.
9. Sebagai pengatur suhu tubuh
Hasil dari oksidasi darah akan
menghasilkan panas pada tubuh, jika
oksidasi itu baik maka suhu tubuh pula
akan menjadi baik
10. Memendam bibit penyakit
kepingan kepingan darah pada darah
berfungsi untuk memendam bibit penyakit

57
agar bibit penyakit itu tidak tersebar
keseluruh tubuh melalui darah, tapi bibit
penyakit itu akan di matikan oleh
kepingan-kepingan darah, tubuh akan
menjadi sehat dan terhindar dari berbagai
penyakit.

Fungsi darah berdasarkan kategorinya


 Transportasi
Darah berfungsi untuk dijadikan
transportasi bagi apa saja yang masuk
kedalam tubuh
 Homeotasis
homeotassis merupan fungsi darah
sebagai pemelihara tubuh, jadi darah ini
berfungsi sebagi pelindung tubuh 
manusia, selain itu aktivitas di luar darah
juga dibutuhkan untuk memperlancar
proses penjagaan darah terhadap tubuh itu
sendiri, diantarranya adalah olahraga,
makan makannan yang sehat. dan lain
sebagainya.
58
 Kekebalan darah
Ternyata fungsi darah itu sendiri juga
termasuk dari fungsi kekebalan darah.
yang dimaksud disini adalah kepingan
kepingan darah yang membantu menjaga
darah agar tetap stabil.

3.3 Alat Peredaran Darah


A. Jantung
Jantung merupakan pusat sistem
peredaran darah yang berfungsi sebagai alat
pemompa darah ke seluruh tubuh. Jantung
terletak di rongga dada agak ke kiri. Besarnya
lebih kurang satu kepala tangan. Berat
jantung orang dewasa sekitar 300 gram.
Jantung terdiri atas empat ruangan, yaitu
serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan, dan
bilik kiri. Di antara serambi kiri dan bilik kiri
terdapat katup dua daun (valvula
bi1uspida1is). Katup itu menjaga agar darah
dari bilik tidak kembali ke serambi ketika
bilik berkontraksi untuk memompa darah

59
keluar jantung. Pada perbatasan jantung dan
pembuluh nadi terdapat katup dengan tiga
daun berbentuk bulan sabit (valvula
semilunares). Katup ini berfungsi menjaga
agar darah di dalam pembuluh nadi tidak
kembali ke jantung. Di antara serambi kanan
dan bilik kanan terdapat katup tiga
daun (valvula trikuspidalis).
Dinding jantung tersusun atas otot jantung.
Dinding bilik jantung (ventrikel), terutama
bilik kiri, lebih tebal daripada dinding
serambi jantung (atrium). Hal ini
disebabkan bilik kiri harus memompa darah
“bersih” ke seluruh tubuh. 
Jantung berfungsi sebagai alat pemompa
darah. Darah dapat mengalir sampai ke
seluruh bagian tubuh karena otot jantung
berkontraksi dengan cara mengembang atau
mengempiskan bagian-bagian jantung.
Keadaan pada waktu otot bilik jantung
berkontraksi disebut sistole. Akibat kontraksi
ini, ruangan bilik menyempit, tekanan bilik

60
naik, dan darah mengalir ke pembuluh nadi.
Tekanan tertinggi dalam ruangan jantung
sebagai akibat kontraksi otot bilik jantung
disebut tekanan sistole.

Gambar 3.1 Bagian-bagian Jantung dan


Aliran Darah
Apabila otot dinding jantung
mengendur (relaksasi),  volume rongga
jantung.membesar. Hal itu menyebabkan tekanan
dalam ruang jantung mengecil sehingga darah
masuk ke jantung. Tekanan terendah di dalam

61
ruangan jantung ketika otot dinding jantung
mengendur disebut tekanan diastole. 
Alat untuk mengukur tekanan darah
disebut tensimeter. Adanya kontraksi dan
relaksasi otot jantung menimbulkan denyut
jantung dan denyut nadi. Denyut nadi dapat kita
rasakan pada bagian tubuh tertentu, misalnya
pergelangan tangan, lekukan tangan, pelipis, dan
leher. Pada orang dewasa yang sedang
beristirahat, jantung berdenyut kira-kira 70 kali
tiap menit. Jantung berdenyut lebih cepat pada
saat kita melakukan aktivitas, misalnya
berolahraga, bahkan bisa mencapai 100 kali
setiap menit.

Gambar 3.2 Mekanisme Kontraksi Jantung

62
B. Pembuluh Darah

Gambar 3.3 Pembuluh Darah


Jaringan pembuluh darah yang kompleks,
bersama-sama dengan darah dan jantung,
menyusun sistem sirkulasi. Disebut demikian
karena darah mengalir dari jantung ke seluruh
sel-sel dalam jaringan dan organ tubuh,
kemudian kembali kejantung. Jaringan pembuluh
darah didalam tubuh kita memanjang sampai
90.000 mil (150.000 km), tiga kali jarak
mengelilingi bumi. Sebagian besar jaringan itu
disusun oleh pembuluh kapiler halus yang

63
bercabang-cabang banyak menuju ke sel-sel atau
jaringan tubuh. Di dalam jaringan, kapiler
menghubungkan pembuluh arteri dan vena. Jadi,
pembuluh darah dibedakan menjadi pembuluh
nadi (arteri), pembuluh balik (vena), dan
pembuluh kapiler.

1) Pembuluh Nadi
Dinding pembuluh nadi tersusun dari
tiga lapisan, yaitu lapisan luar yang
bersifat elastis, lapisan tengah yang berupa
sel-sel otot polos, dan lapisan dalam yang
hanya disusun oleh selapis sel berdinding
tipis. Pembuluh nadi memiliki dinding tebal,
kuat, dan elastis, yang membantu tenaga
pemompaan jantung untuk menyalurkan
darah ke seluruh tubuh.
Pemompaan oleh jantung
menyebabkan darah didorong untuk
mengalir. Hal itu memberi tekanan di
sepanjang dindmg pembuluh yang dilaluinya
dan menimbulkan denyutan. Akibatnya,

64
darah akan memancar keluar apabila
pembuluh nadi terluka. Umumnya, pembuluh
nadi terletak di bagian dalam tubuh. Hanya
di beberapa tempat pembuluh nadi berada di
dekat permukaan tubuh sehingga terasa
denyutannya, misalnya di pangkal leher dan
pergelangan tangan.
Darah yang keluar dan jantung
melewati dua pembuluh nadi. Pembuluh nadi
yang paling besar disebut aorta. Pembuluh
ini berpangkal pada bilik kiri jantung dan
bertugas membawa darah yang mengandung
banyak oksigen (darah bersih) ke seluruh
tubuh. Pembuluh ini hanya memiliki sebuah
katup yang terletak tepat di luar jantung.
Selanjutnya, aorta bercabang dua, satu
cabang menuju ke kepala dan satu cabang
lagi menuju ke tubuh bagian bawah. Kedua
pembuluh nadi (arteri) yang keluar dari
jantung tersebut kemudian bercabang-cabang
lagi menjadi pembuluh nadi yang lebih kecil.
Pembuluh nadi yang paling kecil,

65
disebut arteriol. Arteriol berukuran lebih
tipis dari sehelai rambut. Arteriol akan
bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh
kapiler. Selain aorta, pembuluh nadi lain
yang membawa darah meninggalkan jantung
ialah pembuluh nadi paru-paru (arteri
pulmonalis). Pembuluh itu berpangkal pada
bilik kanan jantung dan berukuran lebih kecil
daripada aorta. Tugasnya membawa darah
yang mengandung karbon dioksida (darah
kotor) dan uap air ke paru-paru.
Melalui pembuluh nadi, darah dan
jantung diedarkan ke seluruh jaringan tubuh
termasuk jaringan penyusun jantung.
Pembuluh nadi yang bertugas mengalirkan
oksigen dan zat makanan ke jantung disebut
(arteri koronaria). Pembuluh ini berukuran
sangat kecil sehingga mudah tersumbat oleh
gumpalan lemak. Penyumbatan aliran darah
menyebabkan sebagian sel-sel pada organ
jantung menjadi kekurangan makanan dan

66
oksigen. Peristiwa penyumbatan pembuluh
nadi jantung ini disebut koronariasis.

2) Pembuluh Balik
Darah dari kapiler di dalam jaringan
tubuh kembali ke jantung
melalui venula,kemudian ke pembuluh balik
atau vena. Pernbuluh balik mempunyai
dinding lebih tipis, tidak elastis, dan
berdiameter lebih lebar daripada pembuluh
nadi. Hal itu karena darah dalam
perjalanannya kembali kejantung memiliki
tekanan yang sangat rendah. Tekanan yang
rendah tersebut menyebabkan darah
cenderung mengalir kembali ke jantung.
Untuk mencegah peristiwa itu, pembuluh
balik memiliki banyak katup yang
memastikan darah mengalir ke satu arah
menuju jantung.
Tekanan darah yang rendah dalam
pembuluh balik menyebabkan tidak terasa
adanya denyutan sehingga darah hanya

67
menetes (tidak memancar) apabila pembuluh
balik terluka. Pembuluh balik terletak dekat
dengan permukaan tubuh dan tampak kebiru-
biruan.
Pembuluh balik berfungsi menyalurkan
darah dan seluruh tubuh menuju kejantung.
Pembuluh ini dilalui darah yang banyak
mengandung karbon dioksida, kecuali
pembuluh balik dan paru-paru menuju ke
jantung (pembuluh balik paru-paru atau vena
pulmonalis) yang dilalui darah mengandung
oksigen.
Pembuluh balik yang besar ada dua
macam, yaitu pembuluh balik besar
atas (vena kava superior) dan pembuluh
balik besar bawah (vena kava inferior).
Pembuluh balik besar atas menerima darah
dari tubuh bagian atas, yaitu kepala dan
lengan. Pembuluh balik besar bawah
menerima darah dari tubuh bagian bawah,
yaitu badan dan kaki.

68
3) Pembuluh Kapiler
Darah dan jantung, melalui pembuluh
nadi, mengalir menuju ke jaringan tubuh. Di
dalam jaringan tubuh, pembuluh nadi
bercabang-cabang menjadi pembuluh-
pembuluh yang sangat kecil,
yaitu pembuluh kapiler atau pembuluh
rambut. Pembuluh kapiler membentuk
jalinan ,yang rapat dan langsung
berhubungan dengan sel-sel tubuh. Selain
itu, dinding pembuluh kapiler tersusun dari
selapis sel dan sangat sempit sehingga hanya
dapat dilalui sel-sel darah satu per satu. Oleh
karena itu, darah dan pembuluh kapiler dapat
langsung membenikan oksigen dan zat-zat
makanan kepada sel-sel tubuh.
Pada waktu yang sama, sel darah juga
mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan
sel-sel tubuh dibawa melalui pembuluh balik
menuju kejantung. Dengan demikian,
jaringan pembuluh kapiler menghubungkan
pembuluh nadi terkecil atau arteriol dan

69
pembuluh balik terkecil atau venula. Jadi,
peredaran darah dan jantung ke sel-sel tubuh
melalui pembuluh nadi, pembuluh kapiler,
terus menuju pembuluh balik untuk kembali
ke jantung merupakan sistem peredaran
(sirkulasi) darah tertutup. 

3.4 Susunan Darah


a. Sel darah merah
Sel darah merah memiliki fungsi untuk
mengangkut oksigen dan disebarkan
keseluruh tubuh, dengan adanya sel darah
merah maka oksigen yang dibutuhkan tubuh
akan tercukupi, namun sebaliknya jika sel
darah merah dalam tubuh manusia
mengalami kekurangan maka akan
mengakibatkan anemia.
b. Sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai antibiotik
yang akan melawan penyakit yang
menyerang tubuh, sel darah putih biasanya
dimanfaatkan untuk menjaga kekebalan

70
tubuh, jika seseorang kekurangan sel darah
putih maka bukan tidak mungkin seseorang
itu akan mudah merasa lelah, letih dan lesu.
kaarena kekebalan tubuh yang dimiliki tidak
seimbang. sel darah putih yang ada di dalam
darah sekitar 7ribu sampai 25ribu sel darah
putih.Pada tubuh, sel darah putih bergerak
bebas kemanapun dia mau, bila dalam
perjalanannya itu sel darah putih menemukan
benda asing yang melalui darahnya maka ia
akan langsung bekerja menyerang benda
asing tersebut, selain itu kandungan dalam
sel darah putih juga akan memakan bakteri
bakteri yang masuk ke sistem peredaran
darah manusia.
c. Plasma darah
plama darah juga termasuk dari sel darah,
plasma darah memiliki warna yang agak
kekuning-kuningan, tapi warna kuning pada
plasma darah ini bening dan jernih.  Plasma
darah juga memiliki beberapa zat yang
tentunya bermanfaat untuk tubuh manusia

71
adapun zat yang dibawa oleh plasma darah
itu sendiri adalah hormon, mineral, antibodi,
zat sisa atau karbondioksida, hormon,
mineral, sisa pembonkaran proein dan juga
anti bodi. dari plama darah ini mengankut
sisa zat zat yang tidak berguna dan zat itu
akn diserap di usus halur.
Selain itu pada plasma darah juga ada garam
mineral, dan garam mineral ini yang akan
mengatur PH darah dan juga osmotik dalam
darah. plasma darah mengandung baberapa
protein dan protein yang ada didalam darah
antaranya adalah protein fibrinogen dan juga
protein globulin. protein-protein ini 
berfungsi untuk mengatur tekanan darah. 
dan juga melawan bibit penyakit yang  ada
didalam tubuh, jadi hampir sama dengan
peran sel darah putih. (baca : fungsi
fibrinogen dalam plasma darah)
d. Trombosit atau keping darah
Sudah kita ketaui bahwa trombosit atau
keping darah ini memiliki bentuk yang

72
paling beda dari bentuk-bentuk keping darah
yang lain, disini bentuk keping darah tidak
teratur, bahkan berubah ubah, kepinga darah
ini tidak memliki warna sepeti keping darah
yang lain, keping darah ini juga tidak
memiliki inti darah. Keping darah ini
terdapat kurang lebih 250000 setiap
milimeter kubik darah. Dalam trombosit ini
berfungsi untuk membekukan darah, apabila
ada luka dalam tubuh kita. makan trombosit
akan membantu membekukan darah itu dan
juga mengembalikan luka ke bentuk semula 
sebelum terkena luka.
Jadi tanpa adanya sel darah maka fungsi
darah juga akan berkurang, darah tidak akan
mampu bekerja dengan baik. begitu pula
dalam tubuh manusia, jika darah tidak dapat
berfungsi dengan baik, maka tubuh manusia
akan mudah terserang penyakit. karana salah
satu fungsi darah adalah membantu menjaga
metabolisme tubuh sehingga tubuh bisa
mengangkal semua penyakit yang datang.

73
atau benda-benda asing yang datang
menyerang tubuh.

3.5 Pemeriksaan Pada Sistem Peredaran Darah


Manusia

Berbagai tegnologi telah dikembangkan


untuk mendiagnosis gangguan pada sistem
peredaran darah dan upaya pengobatan serta
penanganannya. Untuk mengetahui bebagai
tegnologi tersebut, silahkan baca selengkapanya
dibawah ini tentang tegnologi pada sistem
peredaran darah, sebagai berikut :

3.5.1 Ekokardiograf (Echocardiography ECG)

ECG merupakan suatu teknik


untuk mengetahui struktur internal dan
gerakan jantung serta pembuluh darah
yang besar tanpa memasukkan alat
ketubuh pasien. Caranya, gelombang
ultrasonik diarahkan kedada pasien
menggunakan transduser. Kemudian

74
transduser bertindak sebagai penerima
pantulan balik gelombang ultrasonik
(echo) untuk membentuk bayangan.
Gambaran yang dibentuk oleh
pantulan dipindahkan ke layar, yang dapat
menampilkan gambaran bagian dalam
jantung, ukuran dan gerakan dinding
ventrikel, anatomi dan gerakan katup,
arah aliran darah, adanya gumpalan
darah, dan tumor di jantung.
Ekoardiografi berguna untuk
mendiagnosis penyakit dan gangguan
pada gangguan jantung bawaan, gagal
jantung, tumor di jantung, dan gangguan
fungsi ventrikel kiri.

75
Gambar 3.4 Hasil Pemeriksaan
Ekokardiograf (Echocardiography ECG)

3.5.2 Pemindaian Dengan Bahan Radioaktif


Cara ini merupakan cara yabg
aman untuk mendeteksi penyakit jantung.
Pada dasarnya metode ini dilakukan
untuk mengetahui aliran darah di arteri
jantung dan untuk mengetahui fungsi
ventrikel. Pasien disuntik dengan bahan
radioaktif yang tidak berbahaya.
Kemudian, pasien berbaring dan dibagian
jantung diperiksa dengan detektor sinar
gamma. Detektor akan merekam gambar
jantung dan dari rekaman tersebut dapat
dibuat foto polaroidnya.

76
3.5.3 Angioplasty
Cara ini dilakukan untuk
membuka aliran darah pada pembuluh
darah yang tersumbat oleh plak (timbunan
lemak). Caranya, balon yang masih
kempis diletakkan pada tabung kecil
panjang (kateter), kemudian dimasukkan
kedalam bagian arteri yang tersumbat.
Setelah letaknya tepat, balon
digelembungkan. Saat balon membesar,
plak akan terdorong keluar, arteri
melebar, dan aliran darah kembali lancar.
3.5.4  Operasi Hypass Jantung
Operasi Hypass seringkali
dilakukan terhadap pasien yang menderita
penyumbatan pembuluh darah arteri
jantung. Pada operasi hypass, dilkukan
pencangkokan penbuluhdarah baru dari
aorta menuju kejantung. Untuk itu
diperlukan vena dari tubuh lainuntuk
menggantikan jalur arteri yang tersumbat.

77
Sistem peredaran darah manusia
begitu lengkap dan rumit. Oleh karena itu,
kita harus bersukur dan menjaga
kesehatan sistem peredaran darah dengan
berolahraga dan mengkonsumsi makanan
yang sehat.

78
BAB IV

GAMBARAN ANATOMI RADIOLOGI SISTEM


REPRODUKSI

4.1 Sistem Reproduksi Laki – Laki

a. Struktur luar reproduksi laki - laki

Struktur luar dari reproduksi laki –


laki terdiri dari penis dan scrotum. Penis
sendiri terdiri dari akar (menempel pada
dinding perut), badan (CORPUS), glans
penis. Skrotum bertindak sebagai system
pengontrol suhu untuk testis. Berikut adalah
gambaran anatomi dari struktur luar
reproduksi laki – laki :

79
GAMBAR 4.1 Anatomi Penis

b. Struktur Dalam Reproduksi Laki – Laki


Struktur dalamnya terdiri dari : vas
deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula
seminalis. 

1. Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran
yang membawa sperma dari epididimis.
Saluran ini berjalan ke bagian belakang
prostat lalu masuk ke dalam uretra dan
membentuk duktus ejakulatorius. Struktur
lainnya (misalnya pembuluh darah dan
saraf) berjalan bersama-sama vas deferens
dan membentuk korda spermatika.

2. Uretra
Uretra memiliki 2 fungsi, yaitu
sebagai bagian dari sistem kemih yang
mengalirkan air kemih dari kandung

80
kemih dan bagian dari sistem reproduksi
yang mengalirkan semen.

3. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah
kandung kemih di dalam pinggul dan
mengelilingi bagian tengah dari uretra.
Biasanya ukurannya sebesar walnut dan
akan membesar sejalan dengan
pertambahan usia. Prostat mengeluarkan
sekeret cairan yang bercampur secret dari
testis, perbesaran prostate akan
membendung uretra dan menyebabkan
retensi urin. Kelenjar prostat, merupakan
suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50
kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
a. Lobus posterior
b. Lobus lateral
c. Lobus anterior
d. Lobus medial
Fungsi Prostat: Menambah cairan
alkalis pada cairan seminalis yang
berguna untuk menlindungi spermatozoa
terhadap sifat asam yang terapat pada
uretra dan vagina.
Di bawah kelenjar ini terdapat
Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki
panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama
dengan kelenjar prostat.

81
4. Vesikula seminalis.
Prostat dan vesikula seminalis
menghasilkan cairan yang merupakan
sumber makanan bagi sperma. Cairan ini
merupakan bagian terbesar dari semen.
Cairan lainnya yang membentuk semen
berasal dari vas deferens dan dari kelenjar
lendir di dalam kepala penis. Fungsi
Vesika seminalis adalah mensekresi
cairan basa yang mengandung nutrisi
yang membentuk sebagian besar cairan
semen.

5. Epididimis
Merupakan saluran halus yang
panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang atas
tepi dan belakang dari testis. Epididimis
terdiri dari kepala yang terletak di atas
katup kutup testis, badan dan ekor
epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan
visceral, lapisan ini pada mediastinum
menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh
jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli
eferentis merupakan bagian dari kaput
(kepala) epididimis. Duktus eferentis
panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan
membentuk kerucut kecil dan bermuara di
duktus epididimis tempat spermatozoa
disimpan, masuk ke dalam vas deferens
Fungsi dari epididimis yaitu
sebagai saluran penhantar testis, mengatur

82
sperma sebelum di ejakulasi, dan
memproduksi semen.

6. Duktus Deferens
Merupakan kelanjutan dari
epididimis ke kanalis inguinalis,
kemudian duktus ini berjalan masuk ke
dalam rongga perut terus ke kandung
kemih, di belakang kandung kemih
akhirnya bergabung dengan saluran
vesika seminalis dan selanjtnya
membentuk ejakulatorius dan bermuara di
prostate. Panjang duktus deferens 50-60
cm.

Gambar 4.2 Anatomi Reproduksi Laki –


Laki

83
4.2 Sistem Reproduksi Wanita
a. Genetalia Eksterna

GAMBAR 4.3 Genetalia Eksterna


1. Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi
simfisis yang terdiri dari jaringan dan
lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu
(pubis hair) pada masa pubertas. Bagian
yang dilapisi lemak, terletak di atas
simfisis pubis.

2. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons
veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir
ini bertemu di bagian bawah dan

84
membentuk perineum. Labia mayora
bagian luar tertutp rambut, yang
merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris. Labia mayora bagian dalam
tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak).
Ukuran labia mayora pada wanita dewasa
à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1
– 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara à
kedua labia mayora sangat berdekatan.

3. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan
lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap labia
minora terdiri dari suatu jaringan tipis
yang lembab dan berwarna
kemerahan;Bagian atas labia minora akan
bersatu membentuk preputium dan
frenulum clitoridis, sementara bagian. Di
Bibir kecil ini mengeliligi orifisium
vagina bawahnya akan bersatu
membentuk fourchette

85
4. Klitoris
Merupakan bagian penting alat
reproduksi luar yang bersifat erektil.
Glans clitoridis mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif. Analog dengan
penis pada laki-laki. Terdiri dari glans,
corpus dan 2 buah crura, dengan panjang
rata-rata tidak melebihi 2 cm.

5. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di
antara bibir kecil (labia minora). Pada
vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu
orifisium urethra eksterna, introitus
vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini,
dan 2 buah muara kelenjar paraurethral.
Kelenjar bartholini berfungsi untuk
mensekresikan cairan mukoid ketika
terjadi rangsangan seksual. Kelenjar
bartholini juga menghalangi masuknya
bakteri Neisseria gonorhoeae maupun
bakteri-bakteri patogen

6. Himen (selaput dara)


Terdiri dari jaringan ikat kolagen
dan elastic. Lapisan tipis ini yang
menutupi sabagian besar dari liang
senggama, di tengahnya berlubang supaya
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar.
Bentuk dari himen dari masing-masing
wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk

86
seperti bulan sabit, konsistensi ada yang
kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang
seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari. Saat melakukan koitus pertama sekali
dapat terjadi robekan, biasanya pada
bagian posterior

7. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus,
panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi
oleh otot-otot muskulus levator ani dan
muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi
untuk menjaga kerja dari sphincter ani.

b. Genetalia Interna

GAMBAR 4.4 Genetalia Interna

1. Vagina
Merupakan saluran muskulo-
membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva. Jaringan muskulusnya

87
merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani,
oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih
dan rektum. Panjang bagian depannya
sekitar 9 cm dan dinding belakangnya
sekitar 11 cm. Bagian serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut portio.
Portio uteri membagi puncak (ujung)
vagina menjadi:
-Forniks anterior -Forniks dekstra
-Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung
banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan pH 4,5. keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
a. Saluran untuk mengeluarkan lendir
uterus dan darah menstruasi.
b. Alat hubungan seks (koitus).
c. Jalan lahir pada waktu persalinan
(partus).

2. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang
kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding
belakang dan depan dan bagian atas
tertutup peritonium, sedangkan bagian
bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari
arteri uterina yang merupakan cabang

88
utama dari arteri illiaka interna
(arterihipogastrika interna). Bentuk uterus
seperti bola lampu dan gepeng.
a. Korpus uteri : berbentuk segitiga
b. Serviks uteri : berbentuk silinder
c. Fundus uteri : bagian korpus uteri yang
terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya,
uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan parametrium. Ukuran
uterus tergantung dari usia wanita dan
paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan >
80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat
menahan beban hingga 5 liter.

Dinding uterus terdiri dari tiga


lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian
luar. Menutupi bagian luar uterus.
Merupakan penebalan yang diisi
jaringan ikat dan pembuluh darah
limfe dan urat syaraf. Peritoneum
meliputi tuba dan mencapai dinding
abdomen.

b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari
tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan
tengah, dan lapisan dalam. Pada
lapisan tengah membentuk lapisan

89
tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh
pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini
membentuk angka delapan sehingga
saat terjadi kontraksi pembuluh darah
terjepit rapat, dengan demikian
pendarahan dapat terhenti.
Makin kearah serviks, otot
rahim makin berkurang, dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim
yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang
merupakan batas dari kavum uteri dan
kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi
perubahan selaput lendir kavum uteri
menjadi selaput lendir serviks) disebut
isthmus. Isthmus uteri ini akan
menjadi segmen bawah rahim dan
meregang saat persalinan.

c) Endometrium
Pada endometrium terdapat
lubang kecil yang merupakan muara
dari kelenjar endometrium. Variasi
tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran
lendir endometrium ditentukan oleh
perubahan hormonal dalam siklus
menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan
menjadi desidua, sehingga

90
memungkinkan terjadi implantasi
(nidasi).Lapisan epitel serviks
berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarakan cairan secara terus-
menerus, sehingga dapat membasahi
vagina. Kedudukan uterus dalam
tulang panggul ditentukan oleh tonus
otot rahim sendiri, tonus ligamentum
yang menyangga, tonus otot-otot
panggul.
Ligamentum yang menyangga
uterus adalah:
a) Ligamentum latum ; Ligamentum
latum seolah-olah tergantung pada
tuba fallopii.
b) Ligamentum rotundum (teres
uteri)
Terdiri dari otot polos dan
jaringan ikat. Fungsinya menahan
uterus dalam posisi antefleksi.
Ligamentum
infundibulopelvikum.
Menggantung dinding uterus ke
dinding panggul.
c) Ligamentum kardinale Machenrod
• Menghalangi pergerakan
uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya pembuluh
darah menuju uterus.
d) Ligamentum sacro-uterinum

91
Merupakan penebalan dari
ligamentum kardinale Machenrod
menuju os.sacrum.
e) Ligamentum vesiko-uterinum
Merupakan jaringan ikat agak
longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil
dan persalinan.

3. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-
muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm.
fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat
ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa
ovum dan hasil konsepsi, tempat
terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil
konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap melakukan implantasi.

4. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk
buah kenari terletak kiri dan kanan uterus
di bawah tuba uterina dan terikat di
sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Setiap bulan sebuah folikel
berkembang dan sebuah ovum dilepaskan
pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-
14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah
pematangan folikel de graaf dan

92
mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan,
wanita memiliki cadangan ovum
sebanyak 100.000 buah di dalam
ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung
telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesterone
Memasuki pubertas yaitu sekitar
usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan
folikel primordial ovarium yang
mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen
merupakan hormone terpenting pada
wanita. Pengeluaran hormone ini
menumbuhkan tanda seks sekunder pada
wanita seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan
rambut ketiak, dan akhirnya terjadi
pengeluaran darah menstruasi pertama
yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak
teratur karena folikel graaf belum
melepaskan ovum yang disebut ovulasi.
Hal ini terjadi karena memberikan
kesempatan pada estrogen untuk
menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder.
Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah
teratur dengan interval 28-30 hari yang
berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai
dengan ovulasi, sebagai kematangan
organ reproduksi wanita.

93
4.3 Hormon Reproduksi pada wanita
a. Hormon FSH yang berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar
sel ovum.
b. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang
sekresi hormone LH.
c. Hormon LH yang berfungsi merangsang
terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel
ovum).
d. Hormon progesteron yang berfungsi untuk
menghambat sekresi FSH dan LH

4.4 Hormon-Hormon Reproduksi


1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium.
Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang
paling penting untuk reproduksi adalah
estradiol. Estrogen berguna untuk
pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual
pada wanita yaitu pembentukan payudara,
lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen
juga berguna pada siklus menstruasi dengan
membentuk ketebalan endometrium, menjaga
kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan
vagina sehingga sesuai untuk penetrasi
sperma.

2. Progesterone
Hormon ini diproduksi oleh korpus
luteum. Progesterone mempertahankan

94
ketebalan endometrium sehingga dapat
menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama
trimester awal kehamilan sampai plasenta
dapat membentuk hormon HCG.

3. Gonadotropin Releasing Hormone


GNRH merupakan hormon yang
diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH
akan merangsang pelepasan FSH (folikl
stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar
estrogen tinggi, maka estrogen akan
memberikan umpanbalik ke hipotalamus
sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah,
begitupun sebaliknya.

4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH


(luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan
gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH
akan menyebabkan pematangan dari folikel.
Dari folikel yang matang akan dikeluarkan
ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi
korpus luteum dan dipertahankan untuk
waktu tertentu oleh LH.

5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH


(Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob
hipofisis anterior. Bersama FSH, LH

95
berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-
sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di
pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase
luteal siklus, LH meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum
pascaovulasi dalam menghasilkan
progesteron. Pelepasannya juga periodik /
pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi
setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya
pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat
dan singkat.

6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


Mulai diproduksi sejak usia
kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat
sampai dengan kehamilan 10-12 minggu
(sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian
turun pada trimester kedua (sekitar 1000
mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir
trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum dan
produksi hormon-hormon steroid terutama
pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin
juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi
HCG pada darah atau urine dapat dijadikan
sebagai tanda kemungkinan adanya
kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

96
7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior,
memiliki aktifitas memicu / meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar
payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan
mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada
kehamilan, prolaktin juga.

4.5 Pemeriksaan Radiologi pada Sistem


Reproduksi
A. Fetografi
Fetografi adalah pemeriksaan
radiografi ibu hamil dengan
menggunakan sinar-X untuk melihat
kondisi janin. Pemeriksaan ini hanya
dilakukan setelah usia kehamilan
mencapai trimester ketiga. Pemeriksaan
ini juga dikenal dengan pemeriksaan Foto
Polos Abdomen (FPA) Gravid
Reproduction. Karena pemeriksaan ini
dilakkan pada ibu hamil tua maka perlu
penekanan beban radiasi seminimal

97
mungkin (Proteksi perlu di perhatikan).
Oleh karena itu sekarang pemeriksaan ini
banyak digantikan dengan pemeriksaan
dengan USG.

B. HSG
Histerosalpingografi atau HSG
sendiri pengertiannya adalah Pemeriksaan
secara radiologi organ reproduksi wanita
bagian dalam pada daerah uterus, tuba
fallopii, cervix dan ovarium mengunakan
media kontras positif. Pemeriksaan ini
biasanya sering dilakukan pada ibu-ibu
dengan indikasi Infertil baik primer
maupun sekunder. Akan tetapi juga
bisa dilakukan untuk indikasi-indikasi
lain yang tentunya merupakan kelainan
pada organ reproduksi wanita.
1. Indikasi Pemeriksaan
Histerosalpingografi (HSG)
Indikasi pemeriksaan
Histerosalpingografi adalah :

98
1. Menentukan keberhasilan
tindakan operasi sterilitas,
2. Sterilitas primer maupun
sekunder untuk melihat
normal tuba (paten tidaknya
tuba),
3. Fibronyoma pada uteri,
4. Hypoplasia endometri,
5. Perlekatan-perlekatan dalam
uterus,adenomiosis.

2. Kontra Indikasi Pemeriksaan
Histerosalpingografi (HSG)
Kontra Indikasi dari pemeriksaan
HSG adalah :
1. Menstrurasi,
2. Peradangan dalam rongga
pelvis,
3. Persarahan dalam kavum uteri,
4. Alergi terhadap bahan kontras,
5. Setelah dikerjakannya
curettage,
6. Kecurigaan adanya kehamilan.

3. Prosedur Pemeriksaan
1) Pelaksanaan Pemeriksaan HSG
Sebaiknya pemeriksaan
HSG dilaksanakan pada masa
Subur / Fertile efektifnya yaitu 10
hari setelah HPHT (Hari Pertama
Haid Terahir). Akan tetapi pada
prakteknya tidak pasti sperti itu.

99
Untuk pasien dengan siklus haid
Normal ( Haid 7 hari) maka
pemeriksaan dilakukan 10-14 hari
setlah HPHT. Dan untuk pasien
dengan  siklus haid tidak Normal
maka pemeriksaan dilakukan 3-4
hari setelah haid selesai

2) Persiapan Pasien
Persiapan penderita untuk
pemeriksaan HSG adalah sebagai
berikut :

a. Penderita sejak hari pertama


menstruasi yang terakhir
sampai hari kesepuluh tidak
diperkenankan melakukan
persetubuhan (koitus) terlebih
dahulu.
b. Pada pemeriksaan sebaiknya
rektum dalam keadaan kosong,
hal ini dapat dilakukan dengan
memberi penderita tablet
dulcolak suposutoria beberapa
jam sebelum pemeriksaan atau
sebelum lavemen.
c. Untuk mengurangi ketegangan
dan rasa sakit, atas perintah
dokter penderita dapat diberi
obat penenang, dan anti
spasmodik.

100
d. Sebelum pemeriksaan yang
dilakukan penderita untuk
buang air kecil terlebih dahulu
untuk menghindari agar
penderita tidak buang air
selama jalannya pemeriksaan
sehingga pemeriksaan tidak
terganggu dan berjalan lancar.
e. Berikan penjelasan pada
pasien maksud dan tujuan
pemeriksaan yang akan
dilakukan, serta jalannya
pemeriksaan agar pasien
merasa aman dan tenang
sehingga dapat diajak
kerjasama demi kelancaran
pemeriksaan.

3) Pemasukan Media Kontras


Pemasukan media kontras
bisa dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan HSG Set dan dengan
Katerer. Media kontras yang
dipakai adalah media kontras
positif jenis Iodium water soluble
yang sering digunakan adalah
Urografin 60%, Urografin 76 %.

101
GAMBAR 4.5 Pemasukan media
kontras menggunakan HSG Set

a. Setelah pasien diposisikan


lithotomi, daerah vagina
diberikan menggunakan
desinfektan, diberi juga obat
antiseptik daerah cervix.

b. Spekulum digunakan untuk


membuka vagina dan
memudahkan HSG Set masuk
kemudian bagian dalam
vagina dibersihkan dengan
betadin, kemudian sonde uteri
dimasukan untuk mengukur
kedalaman serta arah uteri.

c. Siapkan HSG set yang telah


dimasuki media kontras,
sebelum dimasukkan terlebih
dahulu semprotkan media

102
kontras sampai keluar dari
ujung .

d. Dengan bantuan long forcep,


HSG set dimasukan perlahan
ke ostium uteri externa.

e. Pasien diposisikan ditengah


meja pemeriksan dan mulai
disuntikan media kontras
jumlahnya sekitar 6 ml atau
lebih.

f. Media kontras akan mengisi


uterus dan tuba fallopii, atur
proyeksi yang akan dilakukan
serta ambil radiografinya.
Setelah semua proyeksi
dilakukan kemudian daerah
vagina dibersihkan.

GAMBAR 4.6 Pemasukan


media kontras menggunakan
Kateter

103
g. Setelah pasien diposisikan
lithotomi, daerah vagina
diberikan menggunakan
desinfektan, diberi juga obat
antiseptik daerah cervix.
h. Spekulum digunakan untuk
membuka vagina dan
memudahkan kateter masuk
kemudian bagian dalam
vagina dibersihkan dengan
betadin, kemudian sonde uteri
dimasukan untuk mengukur
kedalaman serta arah uteri.
i. Spuit yang telah terisi media
kontras dipasang pada salah
satu ujung kateter, sebelumnya
kateter diisi terlebih dahulu
dengan media kontras sampai
lumen kateter penuh.
j. Dengan bantuan long forcep,
kateter dimasukan perlahan ke
ostium uteri externa
k. Balon kateter diisi dengan air
steril kira-kira 3 ml sampai
balon mengembang diantara
ostium interna & externa,
balon ini harus terkait erat pd
canalis servicalis, kemudian
spekulum dilepas.
l. Pasien diposisikan ditengah
meja pemeriksan dan mulai
disuntikan media kontras

104
jumlahnya sekitar 6 ml atau
lebih
m. Media kontras akan mengisi
uterus dan tuba fallopii, atur
proyeksi yang akan dilakukan
serta ambil radiografinya
n. Balon dikempeskan dan
kateter dapat ditarik secara
perlahan
o. Setelah semua proyeksi
dilakukan kemudian daerah
vagina dibersihkan.

4) Proyeksi

Untuk pemasukan media


konrad dengan HSG set maupun
kateter proyeksi yang digunakan
sama. Foto diambil dengan
proyeksi sebagai berikut.

a. AP Plan foto
b. AP dengan Kontras
c. Oblik dengan Kontras
d. AP Post miksi

A. Proyeksi AP
Proyeksi AP ini
digunakan untuk plan foto,
proyeksi setelah
dimasukannya media
kontras,dan post miksi.

105
Prosedurnya sebagai
berikut:

Posisi Pasien :
pasien tidur supine di atas
meja pemeriksaan untuk
plan foto dan post miksi,
lakukan posisi Lithotomi
saat pemasukan HSG Set
atau kateter dan untuk
proyeksi AP setelah
pemasukan media kontras.

Posisi Objek :
Daerah pelvis true AP dan
atur MSP tbuh pada
pertengahan kaset atau
meja pemeriksaan. Atur
kaset pada posisi
membujur.

Central Ray  :
Vertical tegak lurus film.
Central Point: 5 cm
proximal symphisis phubis

B. Proyeksi Oblique
Proyeksi Oblique
ini digunakan untuk
proyeksi setelah
dimasukannya media

106
kontras pada vagina.
Prosedurnya sebagai
berikut:

Posisi Pasien:
Pasien tidur semi supine ke
salah satu sisi tubuh (LPO
atau RPO)

Posisi Objek : Atur


daerah pelvis posisi oblik
kira-kira 45 derajat. Atur
kaset pada posisi
membujur.

Central Ray  :
Vertical tegak lurus film.
Central Point: 5 cm
proximal symphisis pubis.
RPO : 2 cm kearah kiri
dari MSP. LPO  : 2 cm
kearah kanan dari MSP.

GAMBAR 4.7 Gambar Radiograf HSG

107
C. BNO Sonde

Pemeriksaan BNO Sonde itu adalah


pemeriksaan radiologi organ reproduksi wanita
bagian dalam pada daerah corpus uterus,  dengan
dibantu menggunakan alat yaitu sonde uterus.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui
letak alat kontrasepsi pada reproduksi wanita,
khususnya alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR). Indikasi pemeriksaan ini biasanya
adalah translokasi AKDR yaitu pindahnya
AKDR dari tempat semula.

Sebelum pemeriksaan ini dilakukan


sebaiknya pasien diminta untuk buang air kecil
untuk mengosongkan vesica urinaria agar tidak
mengganggu gambaran uterus. Pada pemeriksaan
ini proyeksi yang dilakukan adalah
Ateroposterior (AP) untuk plan foto dan setelah
dimasuki sonde uterus juga menggunakan
proyeksi Lateral.

Alat-alat yang di gunakan meliputi

a. Sonde uterus
b. Speculum vagina
c. Disinfektan

108
GAMBAR 4.8 Jenis – Jenis AKDR

1. Proyeksi Anteroposterior (AP)


a. Tujuan :Untuk plan foto dan setelah
pemasukan sonde utrus.

b. Kaset :Ukuran kaset yang digunakan


adalah ukuran kaset 24×30 cm diletakkan
melintang.

c. Posisi Pasien :Pasien tidur terlentang


(supine) dalam posisi lithotomi diatas
meja pemeriksaan.

109
GAMBAR 4.9 Posisi Pasien Proyeksi AP

d. Posisi Objek :Atur MSP tubuh pasien


tegak lurus dengan meja pemeriksaan.
Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis agar
posisi pelvis benar-benar true AP.
e. Central Ray :Atur arah sinar tegak
lurus dengan kaset dan meja pemeriksaan.
f. Central Point :Titik bidik pada MSP
setinggi 5 cm superior dari simpisis pubis.

110
2. Proyeksi Lateral
a. Tujuan :Untuk foto setelah pemasukan
sonde utrus

b. Kaset :Ukuran kaset yang digunakan


adalah ukuran kaset 24×30 cm diletakkan
melintang.

c. Posisi Pasien :Atur pasien untuk tidur


miring (recumbent) pada salah satu sisi.

d. Posisi Objek :Atur MSP tubuh pasien


sejajar dengan meja pemeriksaan.
Pastikan posisi pelvis true Lateral.
Tangan fleksikan ke atas untuk bantalan
kepala agar pasien lebih nyaman.

e. Central Ray :Atur arah sinar tegak


lurus dengan kaset dan meja pemeriksaan.

f. Central Point :Titik bidik pada MCP


setinggi trochanter mayor sisi yang jauh
dari kaset.

g. Kriteria Radiograf :
a) Terdapat gambaran spekulum di
rongga Vagina
b) Terdapat gambaran sonde uterus
dengan ujungnya menyentuh bagian
dari AKDR

111
c) Dari gambaran itu dapat dilihat
pergeseran lokasi AKDR dari tempat
seharusnya

112
BAB V

GAMBARAN ANATOMI RADIOLOGI SISTEM


KELENJAR GETAH BENING

5.1 Anatomi Kelenjar Limfe

Sistem saluran limfe berhubungan erat


dengan sistem sirkulasi darah. Darah
meninggalkan jantung melalui arteri dan
dikembalikan melalui vena. Sebagian cairan yang
meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui
saluran limfe, yang merembes dalam ruang-ruang
jaringan.

Hampir seluruh jaringan tubuh


mempunyai saluran limfatik yang mengalirkan
kelebihan cairan secara langsung dari ruang
interstisial. Beberapa pengecualian antara lain
bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat,
bagian dalam dari saraf perifer, endomisium otot,
dan tulang.

113
Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan
kadar protein yang lebih kecil. Kelenjar-kelenjar
limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga
jumlah sel itu sangat besar di dalam saluran
limfe. Di dalam limfe tidak terdapat sel lain.
Limfe dalam salurannya digerakkan oleh
kontraksi otot di sekitarnya dan dalam beberapa
saluran limfe yang gerakannya besar itu dibantu
oleh katup. Mengembalikan cairan dan protein
dari jaringan ke dalam sirkulasi darah. Fungsi
kelenjar limfe :

a. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke


sirkulasi darah.
b. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat
emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
c. Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini
ialah saluran lakteal.
d. Kelenjar limfe menyaring dan
menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organisme itu
dari tempat masuknya ke dalam jaringan, ke
bagian lain tubuh
Apabila ada infeksi, kelenjar limfe
menghasilkan zat anti (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.

114
5.1.2  Pembuluh limfe
Struktur pembuluh limfe serupa
dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih
banyak katup sehingga pembuluh limfe
tampaknya seperti rangkaian petasan.
Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler
limfe lebih besar dari kapiler darah dan
terdiri hanya atas selapis endotelium.
Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan
halus kapiler yang sangat kecil atau
sebagai rongga-rongga limfe di dalam
jaringan berbagai organ. Sejenis
pembuluh limfe khusus, disebut lacteal
(khilus) dijumpai dalam vili usus kecil.

5.1.3 Kelenjar limfe atau limfonodi


Limfonodi berbentuk kecil
lonjong atau seperti kacang dan terdapat
di sepanjang pembuluh limfe. Kerjanya
sebagai penyaring dan dijumpai di
tempat-tempat terbentuknya limfosit.
Kelompok-kelompok utama terdapat di
dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan
lipat paha.
Sebuah kelenjar limfe mempunyai
pinggiran cembung dan yang cekung.
Pinggiran yang cekung disebut hilum.
Sebuah kelenjar terdiri dari jaringan
fibrous, jaringan otot, dan jaringan

115
kelenjar. Di sebelah luar, jaringan limfe
terbungkus oleh kapsul fibrous. Dari sini
keluar tajuk-tajuk dari jaringan otot dan
fibrous, yaitu trabekulae, masuk ke dalam
kelenjar dan membentuk sekat-sekat.
Ruangan diantaranya berisi jaringan
kelenjar, yang mengandung banyak sel
darah putih atau limfosit.
Pembuluh limfe aferen menembus
kapsul di pinggiran yang cembung dan
menuangkan isinya ke dalam kelenjar.
Bahan ini bercampur dengan benda-benda
kecil daripada limfe yang banyak sekali
terdapat di dalam kelenjar dan selanjutnya
campuran ini dikumpulkan pembuluh
limfe eferen yang mengeluarkannya
melalui hilum. Arteri dan vena juga
masuk dan keluar kelenjar melalui hilum.

5.1.4  Saluran limfe


Terdapat dua batang saluran limfe
utama, ductus thoracicus dan batang
saluran kanan. Ductus thoracicus bermula
sebagai reseptakulum khili atau sisterna
khili di depan vertebra lumbalis.
Kemudian berjalan ke atas melalui
abdomen dan thorax menyimpang ke
sebelah kiri kolumna vertebralis,
kemudian bersatu dengan vena-vena besar
di sebelah bawah kiri leher dan

116
menuangkan isinya ke dalam vena-vena
itu.
Ductus thoracicus mengumpulkan
limfe dari semua bagian tubuh, kecuali
dari bagian yang menyalurkan limfenya
ke ductus limfe kanan (batang saluran
kanan).
Ductus limfe kanan ialah saluran
yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan
limfe dari sebelah kanan kepala dan leher,
lengan kanan dan dada sebelah kanan,
dan menuangkan isinya ke dalam vena
yang berada di sebelah bawah kanan
leher.
Sewaktu suatu infeksi pembuluh
limfe dan kelenjar dapat meradang, yang
tampak pada pembengkakan kelenjar
yang sakit atau lipat paha dalam hal
sebuah jari tangan atau jari kaki terkena
infeksi

5.2 Pemeriksaan kelenjar limfe


5.2.1 Pengertian Lymphangiography
Lymphangiography, atau
angiogram kelenjar getah bening adalah
tes yang memanfaatkan teknologi x-ray
bersama dengan injeksi agen kontras,
untuk melihat sirkulasi limfatik dan

117
kelenjar getah bening untuk tujuan
diagnostik.
Pada pemeriksaan
lymphangiography dibutuhkan waktu
kira-kira 1,5 jam untuk cairan kontras
sampai ke vertebrae lumbal 3.

5.2.2  Tujuan pemeriksan


Untuk memperlihatkan keadaan
dan struktur dari sistem pembuluh dan
kelenjar getah bening.

5.2.3  Indikasi pemeriksaan


a. Menentukan adanya limfoma
maligna,misalnya: Hodgkin
b. Membantu menentukan stadium
limfoma maligna
c. Nodul di kelenjar lymfe
d. Metastasis ca
e. Sarcoma
f. Multiple myeloma

5.2.4 Kontra Indikasi


Lymphangiography tidak boleh
dilakukan pada pasien yang alergi
kontras, penderita penyakit paru-paru
kronis, penyakit ginjal , penyakit jantung,
atau penyakit hati. Pneumonia lipid dapat
terjadi jika kontras mengalir masuk ke

118
duktus torakal dan membuat mikroemboli
di paru-paru.

5.2.5 Bahan kontras

Lipiodol Ultra Fluid Guerbet 38 %
sebanyak 8-10 ml

5.2.6  Persiapan pra pemeriksaan

a. Jelaskan prosedur pemeriksaan


b. Catat tanda-tanda vital dan nilai
laboratorium yang ada hubungannya
dengan pemeriksaan.

5.2.7 Prosedur pemeriksaan

a. Jika terjadi oedema, tungkai di


naikkan selama 24 jam, sebelum
pemeriksaan, pada kasus oedama
yang sangat berat di lakukan
pembebatan dari paha sampai jempol,
untuk ini pasien harus di rawat di
rumah sakit.
b. Pasien harus pemeriksaan foto thorak
yang terbaru, biasanya dilakukan di
saat dilakukan limphografy.
c. Anti histamin dan sedatif diberikan
sebelum dilakukan pemeriksaan.
d. Pasien disuntikkan anastesi lokal.
e. Insisi kecil dibuat di dorsum pedis
pada setiap kaki.

119
f. Prosedur ini harus dijelaskan kepada
pasien, termasuk penekanan. Sangat
penting tidak menggerakan kaki
selama pemasangan jarum dan
penyuntikan, pasien di beritahu bahwa
dia nanti akan tidak sehat selama 24
jam yaitu selama pemeriksaan
abrsorbsidari.
g. Paten blue akan membuat kencing
berwarna biru, jadi keterangan ini
harus di jelaskan kepada pasien dan
keluarganya
h. Pasien harus di beri tahu bahwa
pemeriksaan ini memakan waktu yang
lama.
i. Pasien harus mixi terlebih dahulu
sebelum pemeriksaan
j. Jika pasien rawat jalan di haruskan
rawat inap.

5.2.8 Teknik pemasukan kontras

a. Sebelumnya dorsum pedis


disuntikkan paten blue violet 11%
sebanyak ¼ ml, bertujuan untuk
mewarnai pembuluh limfa kaki dalam
waktu 15-20 menit.
b. Setelah itu dilakukan penyuntikan di
daerah dorsum pedis dengan Lipiodol

120
Ultra fluid guerbet 38 % sebanyak 8-
10 ml dimasukkan dengan
menggunakan injektor otomatis
dengan kecepatan 1 ml / 10 menit
secara merata.

Foto yang dibuat, antara lain :

a) Kaki dan ankle AP, menggunakan


kaset 35 x 35cm  , CR  tegak lurus.
b) Setelah 10 menit kemudian
foto Cruris AP, menggunakan
35x35cm, CR tegak lurus, CP pada
pertengahan cruris.
c) Dengan selang waktu 10 menit
kemudian lagi ambil foto Knee AP,   
menggunakan kaset yang sama , CR
tegak lurus, CP di pertengahan knee
d) 10 menit kemudian pada femur
dengan patella pada bagian distal
femur harustercakup,  memakai
ukuran film yang sama dengan CP
pada pertengahan , CR tegak lurus.
e) 10 menit kemudian foto pelvis AP ,
CP  tegak lurus, CR diantara kedua
SIAS.
f) 10 menit kemudian foto abdomen
memakai 35x43 cm CP pada  C.V
lumbal 3
g) Kemudian foto thorak AP

121
h) 24 jam kemudian dilakukan
pemeriksaan adenografi untuk melihat
kontras di dalam pembuluh kelenjar
getah bening apa masih ada atau
sudah menghilang dengan posisi
berikut.:
1. Pelvis ap
2. Abnomen ap/ oblique kanan dan
kiri
3. Thorak ap

5.2.9 Pasca pemeriksaan


a. Anjurkan pasien untuk berbaring 2-6
jam setelah pemeriksaan.
b. Pantau tanda-tanda vital selama 2 jam
pada setia setengah jam.
c. Pemeriksaan ini sekarang sudah tidak
di lakukan lagi karena:
1. Tingkat kesulitan tinggi
2. Tingkat efisien lama
3. Tingkat bahaya kepada pasien
lebih tinggi

122
DAFTAR PUSTAKA

https://fadelmuhammad.files.wordpress.com/2010/01/fm
garishah-neuroimaging.pdf/Diakses pada 04
Maret 2018

https://radiologykey.com/the-biliary-
system/2016/02/Diakses pada 04 Maret 2018

http://reynaldiabdio.blogspot.co.id/2013/06/teknologi-
pada-sistem-peredaran-darah.html/Diakses pada
04 Maret 2018

http://adzhar-arsyad.blogspot.co.id/2015/03/anatomi-
dan-fisiologi-sistem-reproduksi.html/Diakses
pada 05 Maret 2018

http://geminiomishella01.blogspot.co.id/2014/02/lympha
ngiografi.html/Diakses pada 05 Maret 2018
https://bocahradiography.wordpress.com/2012/05/14/tek
nik-pemeriksaan-radiografi-bno-sonde/#more-
421/Diakses pada 05 Maret 2018

123
124

Anda mungkin juga menyukai