Anda di halaman 1dari 7

PANITIA UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
Jl. Conge, Ngembalrejo Kotak Pos 51 Telp. (0291) 432677 Fax. 441613 Kudus

Mata Kuliah : Manajemen Risiko (3202115) Jenjang : Strata 1 (S1)


Dosen : Indah Dewi Maharany, S.AB, M.M. Bobot : 3 SKS
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Juni 2020 Ruang :
Online
Jam : III (12.00 – 14.30) Kelas : E4ESR

Nama : Lusiyana Vebiyanti


Nim : 1820210185

Jawab :

1. Resiko tidak dapat dihilangkan melainkan harus dilewati atau dihadapi dengan
meminimalisir agar kerugian yang ada diperusahan tidak besar. Semua kegiatan usaha
yang dilakukan pasti memiliki resiko, baik besar maupun kecil pasti akan ada
resikonya. dan tidak akan pernah bisa dihilangkan. Tidak peduli besar atau kecil jenis
usahanya dan tidak peduli jenis usaha apa yang sedang dijalankannya untuk langkah
perbaikan usaha tersebut. Resiko itu bukan untuk dihindari, namun harus dihadapi dan
dikelola. Semakin besar menggambil resiko maka semakin besar pula keuntungan
yang didapat sebaliknya jika semakin kecil resiko yang diambil maka semakin sedikit
keuntungannya. Apabila perusahaan mampu menghadapi dan mengelolanya dengan
benar, maka bida mengelola potensi-potensi kerugian yang ada menjadi keuntungan.
Apabila sudah melakukan yang terbaik apabila mengelol resiko tapi tetap terjdi resiko
yang sangat besar. maka hal tersebut tidak dapat dihindari dan dijadikan pengalaman
bagi peusahan untuk melakukan yang leboh baik dimasa yang akan datang, karen
resiko adalah ketidak pastian.
2. — Tahapan Identifikasi
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang
dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi,
mulai dari risiko penyelewengan oleh karyawan, risiko kejatuhan meteor atau komet,
dan lainnya. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan
menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwan yang tidak diinginkan. Sebagai
contoh, kompor ditaruh dekat penyimpanan minyak tanah. Api merupakan sumber
risiko, kompor yang ditaruh dekat minyak tanah merupakan kondisi yang
meningkatkan terjadinya kecelakaan, bangunan yang bisa terbakar merupakan
eksposur yang dihadapi perusahaan. Misalkan terjadi kebakaran, kebakaran
merupakan peristiwa yang merugikan (peril). Identifikasi semacam dilakukan dengan
melihat sekuen dari sumber risiko sampai ke terjadinya peristiwa yang merugikan.
Pada beberapa situasi, risiko yang dihadapi oleh perusahaan cukup standar. Sebagai
contoh, bank menghadapi risiko terutama adalah risiko kredit (kemungkinan debitur
tidak melunasi hutangnya). Untuk bank yang juga aktif melakukan perdagangan
sekuritas, maka bank tersebut akan menghadapi risiko pasar. Setiap bisnis akan
menghadapi risiko yang berbeda-beda karakteristiknya.
— Pengukuran Risiko
Pengukuran resiko adalah usaha untuk mengetahui besar atau kecilnya resiko yang
akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya resiko yang dihadapi
perusahaan, kemudian bisa melihat dampak dari resiko terhadap kinerja perusahaan
sekaligus bisa melakukan prioritisasi resiko, resiko mana yang relevan. Manfaat
pengukuran resiko Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang
dihadapi Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh Manajer Risiko
dalam upaya menentukan cara dan kombinasi ara-cara yang paling dapat
diterima/paling baik dalam penggunaan sarana penanggulangan risiko. Teknik
pengukuran resiko :
1. Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan
dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil
yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil.
2. National Risiko diukur berdasarkan nilai eksposur
3. Sensitivitas Risiko diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur terhadap
perubahan faktor penentu.
4. Volatilitas Risiko diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur berfluktuasi.
5. Pendekatan VaR ( value at risk ), risiko diukur berdasarkan kerugian maksimum
yang bisa terjadi pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu, dengan tingkat
keyakinan ( level of confidence ) tertentu.
6. Matriks frekuensi dan signifikansi risiko
— Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas
terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Sebagai contoh, untuk
mencegah terjadinya kebakaran, kita memasang alarm asap di bangunan kita. Alarm
tersebut merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.
Metode pengendalian resiko :
Setelah manajer risiko melakukan identifikasi dan mengukur risiko, maka tahap
selanjutnya adalah memilih cara pengendalian risiko. Upaya-upaya untuk
menanggulangi risiko harus selalu dilakukan, sehingga kerugian dapat dihindari atau
diminimumkan. Sesuaikan dengan sifat objek yang terkena risiko, ada beberapa cara
yang dapat dilakukan (perusahaan) untuk meminimumkan risiko kerugian , antara
lain:
1.Melakukan pencegahan dan penggurangan terhadap kemungkinan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan kerugian.
2.Melakukan retensi, mentolerir membiarkan terjadinya kerugian, dan untuk
mencegah tergantungnya operasi perusahaan akibat kerugian tersebut disediakan
sejumlah dana untuk menanggulanginya.
3.Melakukan pengendalian terhadap risiko
4.Mengalihkan/memindahkan risiko kepada pihak lain
Tugas dari seorang manajer risiko adalah berkaitan erat dengan upaya memilih dan
menentukan cara-cara/metode yang paling efisien dalam pengendalian risiko yang
dihadapi perusahaan. Seorang manajer risiko pada prinsipnya dapat menggunakan dua
pendekatan/cara menanggulangi risiko: Penanganan Risiko (Risk Control) dan
Pembiayaan Risiko (Risk Financing)
— Pemindahan Risiko
Memindahkan atau mentransfer risiko terjadi apabilaseseorang mengalami kerugian di
mana akibatkeuangan dari kerugian tersebut sebagian atauseluruhnya ditanggung oleh
orang lain.
Alasan Memindahkan Risiko
• Kerugian yang terjadi diperkirakan terlalu besar untukditanggung sendiri dan atau
dapat menghambat tercapainyatujuan perusahaan.
• Sesuai dengan undang-undang atau peraturan yang berlaku yang mewajibkan
perusahaan mentransfer kerugian tertentukepada orang lain.
• Pemindahan kerugian telah diperhitungkan sebagai cara yang paling efisien,
meskipun ada kewajiban menanggung sendiri dan tidak ada ketentuan yang
mewajibkannya. Pemindahan risiko melalui cara pengendalian risiko,tidak
memerlukan pengerahan dana karenadijalankan dengan :
1.Memindahkan harta atau kegiatan yangbersangkutan kepada pihak lain.
2.Memindahkan tanggung jawab kepada tranfereedengan maksud menghilangkan atau
mengurangitanggung jawab transferor terhadap kerugian yangbersangkutan.
3.Menganggap kerugian yang bersangkutan dipikulpihak lain.
3. Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah kemungkinan
untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung
sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
 Risiko Murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan
atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh
adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,maka perusahaan
tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi
kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan
menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan
maksud-maksud tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah
satu cara menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian
besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal
dengan istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).
 Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Risiko spekulatif
kadang-kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis(business risk). Seseorang
yang menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya
merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif. Risiko
spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian.
4. 1. Finansial Value 
Harus dapat dinilai secara finansial. Artinya, obyek asuransi atau sumber daya yang
diancam oleh risiko harus dapat diukur dengan uang secara obyektif sehingga apabila
terjadi kerugian juga dapat diukur dengan uang. Lazimnya, pengukuran dari aspek
financial adalah nilai obyektif dan bukan nilai subyektif atau sentimental value. Untuk
benda-benda yang mempunyai nilai subyektif dalam praktek asuransi sering
dilakukan kesepakatan terlebih dahulu antara nasabah dan perusahaan asuransi
dengan metode kesepakatan nilai pertanggungan atau agreed value. 
2. Fortuitous: 
Karakteri ini berkaitan dengan peristiwa yang menimbulkan kerugian dimana
peristiwanya harus bersifat tiba-tiba (sudden, accidental), tidak terduga, tidak
dikehendaki oleh tertanggung dan bukan peristiwa yang bersifat gradual. Dengan
demikian, kerusakan obyek atau kerugian yang dialami tertanggung sifatnya adalah
Accidental damage, bukan Gradually Damage seperti (Korosi, Karat, Luntur dll). Besi
yang diletakkan diluar akan berkarat (gradual), sehingga risiko seperti ini tidak bisa
diasuransikan. Ban yang gundul, bukan sudden. Mobil yang di parkir diluar dan tidak
dikunci juga bukan sudden. 
3. Homogeneous Exposures: 
Karakteristik dari obyek asuransi harus merupakan sumber daya yang eksistensinya
atau keberadaannya cukup banyak dalam jumlah, model, type yang sejenis dan
menghadapi risiko yang sama (similary). Hal ini berkait dengan dokrin asuransi
tentang Law of The Large Number (hukum bilangan besar). 
4. Pure Risks Only: 
Risiko yg hanya mempunyai satu akibat yaitu kerugian. Tidak ada orang yang akan
menarik keuntungan dari risiko ini. Risiko ini, jika terjadi akan menimbulkan
kerugian dan jika tidak terjadi tidak ada keuntungan. Secara ekstreem dapat dikatakan
bahwa Pure Risk ini identik dengan musibah. Contoh : kebakaran. 
5. Particular & Fundamental Risks: 
Risiko ini disebabkan oleh peristiwa-peristiwa individual dan akibatnya terbatas.
Sifatnya mikro, disebabkan oleh individu, akibatnya juga mikro (oleh individu itu
sendiri). Contoh Pencurian. Suatu risiko yang sebab maupun akibatnya impersonal
(tidak menyangkut seseorang). Kerugian yang timbul dari risiko yang bersifat
fundamental biasanya tidak hanya menimpa seorang individu melainkan banyak
orang. Penyebab risiko ini diluar kekuasaan manusia dan akibatnya bersifat
makro. Risiko Fundamental dapat timbul karena sifat masyarakat dimana kita hidup
dan adanya peristiwa-peristiwa phisik tertentu yang terjadi diluar kendali manusia.
Contoh : Gempa Bumi, Perang, Inflasi dll. Risiko seperti ini saat ini sudah dapat
diasuransikan dengan syarat ada penambahan premi karena semakin tinggi risiko
semakin mahal. 
6. Reasonable Premium: 
Premi yang dibayar seimbang dengan risikonya. 
7. Insurable Interest: 
Yaitu hak yang dimiliki oleh seseorang tertanggung untuk mengasuransikan obyek
pertanggungan karena antara tertanggung dengan obyek yang diasuransikan ada
hubungan secara finansial dan disyahkan oleh hokum. 
8. Not Again Public Policy: 
Tidak boleh bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 
5. ~ Sektor Pariwisata
Menurut saya Sektor Pariwisata terkena imbas dari pandemi wabah Covid 19 karena
sebagai sumber kontribusi devisa terbesar kedua bagi Indonesia. Sejak adanya
instruksi menjaga jarak sosial dan gaung beraktivitas di rumah saja, sektor pariwisata
menjadi melemah. Bahkan, selalu berkurang sejak pemberitahuan diawal ads virus
Corona. Pemerintah sudah menyiapkan program program untuk membangkitkan
sektor pariwisata agar lebih baik lagi dari tahun sebelumnya namun hal tersebut tidak
jadi direncanakan karena dampak negatif corona COVID-19. Atraksi wisata banyak
ditutup yang berarti tak ada pemasukan bagi Indonesia dan negara lain sehingga
kerugian yang banyak harus ditanggung. Okupansi mayoritas hotel juga turun drastis
dan berarti tak ada pendapatan. Industri pariwisata adalah industri yang melibatkan
manusia sebagai komoditas utamanya. Maka dari itu, maskapai penerbangan, hotel,
restoran, dan agen perjalanan yang mengandalkan pemasukan mereka dari turis
mengalami krisis akibat penyebaran virus corona.
~ Sektor Transportasi ( penerbangan, pelayaran dll)
Menurut saya Sektor Transportasi terkena imbas adanya pandemi wabah Covid 19
karena Penurunan pendapatan terjadi sejak pemerintah menerapkan kebijakan
pembatasan sosial dan penutupan tempat wisata karena corona sehingga tak ada yang
berani berpergian. Tercatat pendapatan dunia usaha di sektor transportasi anjlok 25
persen-50 persen sejak virus corona menyebar di tanah air belakangan ini. Banyak
pembatalan transportasi dari kalangan pihak, apabila terjadi terus menerus akan
gulung tikar. Bukan hanya perusahaan yang mengalami kesulitan, tentu karyawan
perusahaan penerbangan yang berjumlah puluhan ribu ini dapat terkena dampak
wabah tersebut.
~ Sektor Perindustrian
Menurut saya Sektor PerIndustri terkena imbas dampak wabah Covid 19 karena
banyak perusahaan, pabrik dll mengalami penurunan pendapatan. Pengeluaran
Karyawan terjadi terus menerus. Bahan mentah yang diekspor dari luarnegeri tidak
dapat dikirim ke Indonesia dan sebaliknya barang yang sudah jadi tidak dapat di
import ke luar negeri terhalang karena trasportasi di tutup. Sektor Industri adalah
salah satu penyumbang terbesar dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di
tahun lalu. Kontribusi yang diberikan dari industri ini pada PDB 2019 tercatat
19,62%. Kontribusi tersebut jauh di atas Perdagangan, Pertanian, Konstruksi hingga
Pertambangan. Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) selama
Februari 2020 nilai impor dari semua golongan barang turun dibanding Januari 2020.
Mulai dari impor bahan konsumsi yang menurun 39,91%, lalu impor bahan
baku/penolong turun 15,89% hingga barang modal turun 18,03%. Hal tersebut juga
membuktikan bahwa penurunan impor bahan baku tersebut dalam negeri tengah lesu.
Penurunan ini juga memang akan muncul dikarenakan memang adanya pembatasan
terhadap segala bentuk aktivitas di luar rumah demi mencegah penyebaran COVID-19
yang akhirnya berdampak pada aktivitas ekonomi serta membuat perputaran uang
semakin melambat. Tetapi, pemerintah memberikan keyakinan bahwa walaupun virus
ini merebak, segala bentuk kebutuhan harian seperti sembako tetap terjaga.

Anda mungkin juga menyukai