Anda di halaman 1dari 40

Tugas Keperawatan Gerontik

Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Hipertensi

Oleh :
Tingkat III C

I Gede Indra Pratama (16C11831)


Ni Luh Putu Lestari Dewi (16C11834)
Ni Kadek Oka Jayanti Indah Sari (16C11845)
Ni Luh Gede Urip Ayu Mas D. (16C11871)
Ni Ketut Vina Virgianan R.N.S (16C11872)

ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BALI
TAHUN AJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Tugas Makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Hipertensi”. Berkat
bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Pengampu Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
2. Dan semua yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini :
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan kekurangan dari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Denpasar, 12 Nopember 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii


DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................1
1.3 Tujuan .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan teori menua (Aging).....................................................2
2.2 Tinjauan teori hipertensi..............................................................
A. Klasifikasi hipertensi..............................................................6
B. Golongan hipertensi................................................................7
C. Etiologi hipertensi...................................................................7
D. Patofisiologi hipertensi...........................................................8
E. Manifestasi klinis hipertensi...................................................9
F. Komplikasi hipertensi.............................................................9
G. Pemeriksaan diagnostik pada hipertensi.................................9
H. Penatalaksanaan hipertensi.....................................................11
I. Pencegahan hipertensi.............................................................12
J. Asuhan keperawatan pada Ny.M dengan Hipertensi..............14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................37
3.2 Saran ...........................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik yang
intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau
lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi.
Insiden hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada lansia,
hipertensi umunya akibat vasokontriksi terkait dengan penuaan, yang
menyebabkan resistansi perifer. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent
killer (pembunuh siluman) karena seringkali penderita hipertensi bertahun-
tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan atau gejala. Tanpa disadari
penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak,
ginjal ataupun penyakitnya lainya yang dapat menyebabkan cacat ataupun
kematian. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% populasi dari
usia 18 tahun ke atas, sedangkan 60% penderita hipertensi mengalami
komplikasi stroke, sisanya. Maka dari itu penulis ingin tau lebih dalam
mengenai hipertensi

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan massalah sebagai
berikut :
a. Bagaimanakah tinjauan tentang teori menua?
b. Bagaimanakah tinjauan teori hipertensi?
c. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien hipertensi?
1.3 Tujuan
Dari tujuan di atas di atas didapatkan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tinjauan teori tentang menua
b. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan teori tentang hipertensi
c. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori Menua (Aging)


Gerontologi, studi ilmiah tentang efek tentang penuaan dan penyakit
yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi efek biologis,
fisiologis, psikososial, dan espek rohani dari penuaan (Stanley 2006). Menua
(aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Santoso 2009). Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho
(2000) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
ataumengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai
sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status
penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.Menjadi tua
(aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Menurut Darmojo (2006) tujuan hidup manusia itu ialah menjadi tua
tetapi tetapsehat (Healthy aging). Healthy aging artinya menjadi tua dalam
keadaan sehat. Takemi (1977) yang pertama kali menyatakan “Gerontology is
concerned primarily with problem of healthy aging rather than the prevention
of aging”. Healthy aging akan dipengaruhi oleh faktor :
a. Endogenoc aging, yang dimulai dengan cellular aging, lewat tissue
dan anatomical aging kearah proses menuanya organ tubuh. Proses
ini seperti jam yang terus berputar.

2
b. Exogenix faktor, yang dapat dibagi dalam sebab lingkungan
(environment) dimana seseorang hidup dan faktor sosio budaya
yang paling tapat disebut gaya hidup (Life style). Faktor exogenix
aging tadi, sekarang lebih dikenal denga ssebutan faktor resiko.
Wacana diatas jelas kiranya tugas dan tujuan gerontology/geriatric
dalam mengabdi ilmu kesehatan yaitu menuju healthy aging
(menuju menua sehat). Pengalaman menunjukkan bahwa rupa-
rupanya yang lebih berpengaruh adalah faktor-faktor eksogen yaitu
“gaya hidup” dan lingkungan yang juga saling mempengaruhi satu
satu sama lain.

A. Definisi Lanjut Usia


Usia Lanjut Menurut pengertian gerontologi, lansia adalah suatu tahap
dalam hidup manusia mulai dari bayi, anak-anak, remaja, tua dan usia
lanjut dan bukan penyakit melainkan suatu proses alami yang tidak bisa
dihindarkan. Jadi lansia merupakan proses ilmiah terus menerus dan
berkesinambungan yang dalam keadaan lanjut menyebabkan perubahan
anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada
akhirnya mempengaruhi keadaan, fungsi dan kemampuan badan secara
keseluruhan (Depkes. RI, 2005).

B. Klasifikasi Lanjut Usia


Menurut Word Healty Organisation (WHO) dalam (Anggreini 2008), usia
lanjut meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4. Lanjut usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
5. Perubahan Fisiologis Usia Lanjut
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami
perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum,
perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan dengan

3
awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur ini
sering terjadi ditandai dengan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi. Namun, perubahan yang menyertai penuaan ini menjadi
lebih jelas ketika sistem ditekan untuk meningkatkan keluarannya dalam
memenuhi peningkatan kebutuhan tubuh. Adapun perubahan-perubahan
tersebut meliputi :
1. Perubahan Struktural Pada Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan
menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun seudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan
merunnya kontraksi dan volumenya (Nugroho 2000). Pada orang
lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil. Yang
paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri,
akibat semakin berkurangnya aktivitas. Yang juga mengalami
penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga
menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.
2. Perubahan Fungsional Pada Sistem Kardiovaskuler
Prinsip perubahan fungsional terkait usia yang dihubungkan
dengan pembuluh darah secara progresif meningkatkan tekanan
sistolik. Tidak ada perubahan dalam tekanan diastolic adalah
normal. Kemungkinan diakibatkan oleh kekakuan pembuluh darah
atau karena selama bertahun-tahun menerima aliran darahh
bertekanan tinggi, baroreseptor yang terletak di arkus aorta dan
sinus karotis menjadi tumpul atau kurang sensitive.
Perubahan yang jauh lebih bermakna dalam kehidupan
lanjut usia adalah yang terjadi pada pembuluh darah. Proses yang
disebut sebagai arteriosklerosis atau pengapuran dinding pembuluh
darah dapat terjadi dimana-mana. Proses pengapuran akan belanjut

4
menjadi proses yang menghambat aliran darah yang pada suatu
saat akan menutupi pembuluh darah tadi (Stanley 2006).
Artreoklorosi yang sejauh ini merupakan proses patologis
paling sering memengaruhi sistem kardiovaskuler, adalah proses
penyakit yang secara umum memiliki dampak pada semua arteri.
Namun, secara individual bervariasi dalam derajat sampai berbagai
area tubuh yang terpengaruh. Pada banyak individu, obstruksi
terjadi pada arterikoroner, sedangkan pada individu lain mungkin
terjadi pada sirkulasi serebral atau peripheral.Artreoklorosis tidak
memiliki perbedaan pada orang yang masih muda ataupun pada
yang telah tua. Proses penyakit mungkin lebih jelas pada orang
yang lebih tua karena terdapat akumulasi yang lebih besar
bertahun-tahun.
Penyakit aterosklorosis terutama mempengaruhi tunika
intima (bagian paling dalam) dari arteri, yang memiliki permukaan
endothelial yang halus untuk memfasilitasi aliran darah. Pada
kondisi normal, hanya plasma darah yang melakukan kontak
dengan endothelial, sedangkan komponen seluler (misalnya factor
koagulasi) tetap ditengah-tengah aliran darah. Ketika permukaan
endothelial menjadi kasar, walaupun hanya plasma darah yang
melakukan kontak dengan endotel, maka tibul potensi untuk
terbentuknya thrombus ketika factor koagulasi melakukan kontak
dengan endothelium (Stanley 2006). Pengatur irama inharen
jantung oleh simpul SA ternyatamenurun dengan naiknya umur.
Denyut jantung maksimum pada latihan (exercise) ternyata juga
menurun dengan naiknya usia ini. Cardiac output juga menurun
dengan bertambahnya usia. Aritmia berupa ekstra systole dikatakan
ditemukan pada dari lebih 10% penderita-penderita usia lanjut yang
diperiksa EKG-nya secara ruutin. Fungsi sistolik tidak berkurang
dengan peninggian usia. Kelainan fungsi daistolik berupa gangguan
relaksasi disebabkan pengurangan compliance jantung pada
permukaan diastole (Darmojo 2006).

5
2.2 Tinjauan Teori Hipertensi
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamika yang
sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya.Tekanan darah
menggambarkan situasi hemodinamika seseorang saat itu.Hemodinamika
adalah suatu keadaan di mana tekanan darah dan aliran darah dapat
mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan tubuh.
Menurut Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC), hipertensi adalah tekanan yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah tinggi sampai maligna.
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua
kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat
dikenali, sering kali dapat diperbaiki.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persistem dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg
(Brunner.2002).

A. Klasifikasi Hipertensi
1. Hipertensi ringan   : Tekanan diastole 90 -100 mmHg
2. Hipertensi sedang  : Tekanan diastole 110- 130 mmHg
3. Hipertensi berat     : Tekanan diastole > 130 mmHg

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Klasifikasi Hipertensi menurut kelompok umur:


Kelompok Usia Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)
Bayi 80 / 40 90 / 60

6
Anak 7-12 th 100 / 60 120 / 80
Remaja 12-17 th 115 / 70 130 / 80
Dewasa 20-45 th 120-125 / 75-80 135 / 90
45-65 th 135-140 / 85 140/90 – 160/95
>65 th 150 / 85 160 / 95

B. Golongan Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain meliputi :
a) Chausing syndrome : Disebabkan oleh peningkatan sekresi
glukokortikoid akibat penyakit adrenal atau disfungsi
hipofisis.
b) Tumor pituitary
c) Toxemia kehamilan
d) Stress jangka panjang
e) Cedera kepala
f) Penggunaan obat : Amphetamin cs dan oral kontrasepsi.

C. Etiologi
1. Etiologi pada hipertensi primer / essensial tidak diketahui namun
factor dari hipertensi primer antara lain :Usia, Jenis kelamin atau
seks : pria paling banyak, Gaya Hidup, Keturunan 75%, Emosi
/stress, Merokok, Alkohol, Tinggi lemak, Tinggi sodium /garam,
Obesitas atau kegemukan
2. Etiologi pada hipertensi sekunder : Endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Ginjal (Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis
tubular akut, Tumor).

D. Patofisiologi

7
Penyebab hipertensi primer tidak dapat diketahui dengan pasti walaupun
telah banyak penyebab yang diidentifikasi seperti faktor :
1. Atherosclerosis
2. Meningkatnya intake sodium
3. Baroroseptor
4. Faktor genetic
5. Usia Pada > 50 tahun biasanya terjadi perubahan struktur dan
fungsi dari pembuluh darah sehingga hilangnya elastisitas jaringan
ikat, penurunan elastisitas otot pembuluh darah,penurunan
kemampuan aorta & arteri dalam mengakomodasikan volume
darah sehingga terjadi Penurunan curah jantung dan Peningkatan
tekanan perifer yang menyebabkan tekanan darah meningkat
6. Psikologi
Emosi / stress akan merangsang hipotalamus mempengaruhi saraf
simpatis melepaskan hormone adrenalin menjadi vasokontriktor
akan berpengaruh kerja jantung meningkat dan tekanan darah
meningkat.
7. Merokok
Rokok mengandung komponen toksik seperti Nikotin dapat
mempengaruhi sekresi rennin menyebabkan pengkakuan pembuluh
darah, menyebabkan terjadinya atherosclerosis, meningkatkan
kerja jantung dan tekanan darah meningkat.
Alkohol
Alkohol bersifat dingin mempengaruhi sekresi rennin
menyebabkan pengkakuan pembuluh darah, menyebabkan
terjadinya atherosclerosis, terjadi meningkatkan kerja jantung dan
tekanan darah meningkat.
8. Gaya HIdup
Gaya hidup yang kurang baik seperti Mengkonsumsi makanan
tinggi kolesterol berlebihan menyebabkan hyperlipidemia,
meningkatkan metabolisme kalori, lemak terjadi penumpukan
lemak, penebalan dinding pada pembuluh darah, menyebabkan

8
terjadinya atherosclerosis, meningkatkan kerja jantung sehingga
tekanan darah menjadi meningkat.

E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis dari hipertensi yaitu : Kelelahan, letih, Nafas
pendek, Sakit kepala, pusing, Mual, muntah, Gemetar, Nadi cepat setelah
aktivitas, Gangguan penglihatan, Sering marah, Mimisan, Kaku pada
leher atau bahu, Kesadaran menurun.

F. Komplikasi
1. Penurunan fungsi penglihatan akibat kerusakan hipersensitif pada
retina.
2. Stroke
3. Penurunan fungsi ginjal
4. Kelainan jantung

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
4. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum

9
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
9. Urinalisa
Darah protein,glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
10. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
13. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
14. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua
jenis
a) Penatalaksanaan Non Farmakologis.

10
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.
Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah
dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dankadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan
dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai
dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b) Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu
diperhatikan dalampemberian atau pemilihan obat anti
hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan
atau minimal
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral
4) Tidak menimbulakn intoleransi
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh
klien
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien
dengan hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan
betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan
penghambat konversi rennin angitensin.

2. Penatalaksanaan non medis


Memberikan HE kepada pasien :
a. Mengurangi mengonsumsi garam dapur dalam masakan
b. Mengurangi makan-makanan yang mengandung lemak seperti
jeroan

11
c. Hindari makanan seperti daging kambing, ikan asin
d. Perbanyak untuk makan buah-buahan dan sayuran
e. Meningkatkan aktivitas fisik ringan seperti : berjalan

I. Pencegahan
a. Rajin control tekanan darah ke puskesmas jika obat habis
b. Kurangi beban pikiran yang berat
c. Menurunkan berat badan
d. Olah raga secara teratur
e. Memperbanyak makan buah dan sayur
f. Mengurangi konsumsi garam, ikan asin, daging kambing, jerohan.
g. Minum air putih 6-8 gelas perhari atau sesuai ajaran petugas
kesehatan.
h. Menghindari merokok dan minum-minuman beralkohol.

12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M DENGAN HIPERTENSI

PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
Nama : Ny.M
JenisKelamin : Perempuan
Umur : 61 th
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat rumah : Tuban, Kuta. Badung

II. KELUHAN UTAMA


Lansia mengeluh pusing

III. RIWAYAT KESEHATAN


a. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan yang dirasakan saat ini
Lansia mengatakan pernah mengalami hipertensi, dan masih dirasakan
sampai sekarang yaitu kepalanya pusing kemudian timbul rasa nyeri pada
kepala bagian belakang. Nyeri dirasakan seperti dipukul-pukul pada
kepala bagian belakang, skala nyeri 5 dari 0-10 skala nyeri yang
diberikan, nyeri terasa hilang timbul dirasakan 1-2 menit
b. Masalah kesehatan sebelumnya
Lansia mengatakan mulai mengalami hipertensi pada saat kehamilan anak
keempat, lansia mengatakan sempat masuk rumah sakit satu bulan yang
lalu karena pusing dan nyeri pada kepala bagian belakang akibat dari
hipertensi

13
Genogram

= laki –laki

= perempuan

= laki-laki sudah meninggal

= perempuan sudah meninggal

IV. KEBIASAAN SEHARI – HARI


a. Biologis
1. Pola makan
Saat pengkajian : Lansia mengatakan biasa makan 3x sehari dengan
nasi, lauk pauk tempe, dan sayur dengan seporsi piring biasa. Lansia
mengatakan tidak lagi mengkonsumsi daging. Pasien juga mengatakan

14
biasa mengkonsumsi garam karena tanpa garam pasien tidak selera
makan dan rasa makannya hambar
2. Pola minum
Saat pengkajian : Lansia mengatakan biasa minum air putih sebanyak
8 gelas/hari dan tidak lagi minum minuman yang berasa (manis)
3. Pola tidur
Saat pengkajian : Lansia mengatakan tidur selama 4 jam pada malam
hari, lansia mulai tidur pada pukul 01.00 dan sering terjaga pada
malam hari diakibatkan oleh suara pesawat yang lalu-lalang, karena
tempat tinggal lansia dekat dengan bandara. Lansia mengatakan tidak
terbiasa tidur pada siang hari
4. Pola eliminasi (BAB/BAK)
Saat pengkajian : Lansia mengatakan BAK nya lebih dari 5 kali dalam
sehari dan BAB nya biasa sehari sekali pada pagi hari dengan
konsistensi normal

5. Aktivitassehari – hari
Aktivitas (ADL) 0 1 2 3 4
Makan 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilisasiditempattidur 
Mobilisasiberpindah 
Berias 
ROM 
Keterangan:
0 : Mandiri
1 : Membutuhkan alat bantu
2 : Membutuhkan pengawasan orang
3 : Membutuhkan bantuan orang lain
4 : Ketergantungan total
Dari hasil pengkajian kegiatan aktivitas sehari-hari (ADL) lansia
mampu melakukan aktivitas mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi
ditempat tidur, mobilisasi berpindah, berias dan ROM secara mandiri.

15
6. Rekreasi
Saat pengkajian : Lansia mengatakan sering jalan-jalan ke pantai
dengan anak ataupun dengan keluarga. Pasien juga biasanya nonton tv
di rumah

7. Indeks KATZ :
Indek Keterangan
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
B Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
C Mandiri, kecuali mandi, dansatulagifungsi yang lain.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain.
G Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain - Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasi sebagai C, D, E, F dan G
Berdasarkan pengkajian Indeks KATZ didapatkan hasil lansia mandiri dalam
makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah, dan mandi

b. Psikologis
1. Mental (SPMSQ/ MMSE)
Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Skore
N0 Pertanyaan
+ -
+ 1. Tanggal berapa hari ini?
+ 2. Hari apa sekarang ini?
+ 3. Apa nama tempat ini?
+ 4. Berapa nomer telepon anda?
+ 4a. Dimana alamat anda? Tanyakan hanya klien tidak
mempunyai telepon
+ 5 Berapa umur anda?
+ 6 Kapan anda lahir?
+ 7 Siapa presiden indonesia sekarang?
+ 8 Siapa presiden sebelumnya?
+ 9 Siapa nama kecil ibu anda?

16
+ 10 Kurangi 3 dari 20 dam tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Jumlah kesalahan total
Penilaian SPMSQ :
 Kesalahan 8 - 10 fungsi intelektual berat
 Kesalahan 5 – 7 fungsi intelektual sedang
 Kesalahan 3 - 4 fungsi intelektual ringan
 Kesalahan 0 - 2 fungsi intelektual utuh
 Penilaian skor klien 8 = fungsi intelektual berat
Dari pengkajian status mental menggunakan penilaian SPMSQ/MMSE
didapatkan kesalahan 0 yang berarti fungsi inteklektual utuh

Depresi (Beck/ Yesavage)


Penilaian dengan menggunakan skala Depresi Beck
No Uraian Depresi Beck Skore
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat
keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih 0
B. Pesimisme
3 Saya merasabahwa masa depan saya adalahsia-sia dan
sesuatutidakdapatmembaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang
kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pasimis atau kecil hati tentang masa depan 0
C.Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagi seseorang (orang
tua, suami, Istri)
2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat
saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal 0
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya

17
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas 0
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari
waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah 0
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai 0
membahayakan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai 0
membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
tidak perduli pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
tidak sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minta pada orang lain 0
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik 0
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanet
dalam penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada 0
sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

18
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya 0
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya 0
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya) 0

Penilaian:
 0-4 = Derpresi tidak ada atau minimal
 5-7= Depresi ringan
 8-15= Depresi sedang
 >15 =depresi berat
Berdasarkan penilaian menggunakan skala depresi beck didapatkan
hasil 0 yaitu Depresi tidak ada atau minimal

2. Keadaan emosi
Lansia mengatakan jarang marah-marah dan selalu tenang dalam
bersikap
3. Konsepdiri
Identitas diri :
Lansia bernama Ny.M, berusia 61 tahun, beragama Hindu,
berstatus menikah, bertempat tinggal di Tuban, Badung.
Gambaran diri :
Ny.M berkulit sawo matang, berpostur tubuh sedang, tinggi badan
± 160cm, rambutnya berwarna hitam dan ada beberapa tampak
beruban, panjang rambut sebahu.
Ideal diri :

19
Ny.M orang yang ramah dengan lingkungan sekitarnya, suka
menolong orang lain, Ny. M mampu bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar rumahnya.
Peran diri :
Ny. M berperan sebagai ibu dari ke-4 anaknya, sebagai istri dari
suaminya, mertua dari ke-3 menantunya, nenek dari ke-5 cucunya,
dan sebagai ibu rumah tangga.
Harga diri :
Jika Ny. M kondisinya membaik, maka Ny. M akan jalan-jalan ke
pantai

4. APGAR Gerontik
APGAR Gerontik
No Fungsi Uraian Skore
1 Saya puas bahwa dapat kembali pada Gerontik 2
Adaptasi saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara Gerontik saya 2
Hubungan membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3 Saya puas bahwa Gerontik saya menerima dan 2
Pertumbuhan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru.
4 Saya puas dengan cara Gerontik saya 2
mengespresikan afek dan berespon terhadap
Afeksi
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya dan 2
Pemecahan
saya menyediakan waktu bersama-sama
Keterangan :
Skor 2 jika selalu
Skor 1 jika kadang-kadang
Skor 0 jika hampir tidak pernah

20
Penjelasan
Dari pengkajian APGAR Gerontik, lansia mampu mengikuti 5 fungsi
dengan score 2 (selalu).

c. Sosial
1. Dukungan Keluarga
Lansia mengatakan bahwa keluarganya selalu memberi dukungan atau
memotivasi kepada dirinya dan keluarga lansia selalu memperhatikan
bagaimana kondisi Ny. M.
2. HubungandenganGerontik
Hubungan lansia dengan sebayanya mampu berinteraksi dan menjalin
hubungan yang baik.
3. Hubungandengan orang lain
Hubungan lansia dengan tetangganya mampu terjalin rukun.
d. Spiritual
1. Pelaksanaanibadah
Lansia mampu melaksanakan ibadahnya dengan kepercayaan yang
dianutnya (pasien beragama hindu, sembahyang setiap hari)
2. Keyakinantentangkesehatan
Lansia mengatakan kepercayaan dalam proses menuanya yang dialami
tidak ada bertolak belakang dan lansia mengatakan untuk mengecek
kondisinya ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah
sakit.

PemeriksaanFisik
TinjauanSistem
1. Keadaanumun : Baik
2. GCS : V=5, M=6, E=4
3. Tingkat kesadaran : Compos mentis
4. Suhu : 36oC Nadi : 80x/menit

21
Tekanan Darah : 160/80 mmHg RR : 20x/menit
Tinggi Badan : 160 cm Berat BB : 57Kg

5. Kepala (rambut)
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, tidak ada luka, persebaran rambut
merata, tidak ada ketombe
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada rambut rontok
6. Mata, telinga, hidung dan mulut
a. Mata : Pergerakan bola mata dapat digerakkan ke atas, ke bawah,
ke kiri dan ke kanan, kejelasan melihat cukup jelas, tidak terdapat
katarak atau penyakit lainnya. Konjungtiva anemis, sklera ikterik,
letak mata kanan dan kiri tampak simetris, tampak kantong mata
lansia yang berwarna hitam.
b. Telinga : telinga kanan dan kiri tampak simetris, tidak tampak
adanya serumen, tidak terdapat gangguan pada fungsi
pendengaran telinga kanan dan kiri.
c. Hidung : kedua lubang hidung simetris, warna mukosa hidung
merah muda, tidak ada sekret, dan fungsi penciuman baik.
d. Mulut dan tenggorokan : mukosa tampak lembab, tidak terdapat
stomatitis, warna gigi putih kekuningan, klien dapat membedakan
rasa makanan yaitu asin, manis, pahit dan asam. Lidah klien
berwarna merah muda
8. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan dan dapat
digerakkan ke segala arah
7. Dada dan punggung
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit, irama jantung
reguler, frekuensi nadi 85x/menit
8. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan pada saat dipalpasi
9. Ekstrimitasatasdan bawah

22
- Atas : kedua tangan kanan dan kiri dapat digerakkan ke segala
arah, tidak terdapat luka, tidak ada edema, CRT < 2 detik
- Bawah : Kedua kaki kiri dan kanan dapat digerakkan, tidak
terdapat edema, pasien masih bisa berjalan tanpa alat bantu, tidak ada
luka, CRT< 2detk, tidak ada sianosis.

Kekuatan otot
555 555
555 555

10. Kulit
Kulit klien tampak lembab, saat dicubit turgor dapat kembali dengan
jarak waktu kurang lebih 2 detik, warna kulit sawo matang
11. Genetalia
Tidak terkaji

V. INFORMASI/DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Hb-Ht, pemeriksaan glukosa

ANALISA DATA
No DATA MASALAH ETIOLOGI
.
1. DS : Nyeri akut b/d peningkatan
- Lansia mengeluh pusing tekanan vascular
- Lansia mengatakan nyeri serebral
pada bagian belakang
kepala
- Nyeri dirasakan seperti
dipukul-pukul pada
kepala bagian belakang,
skala nyeri 5 dari 0-10
skala nyeri yang

23
diberikan, nyeri terasa
hilang timbul dirasakan 1-
2 menit

DO :
- Lansia tampak
memegang bagian
kepalanya
- Tekanan darah 160/80
mmHg
2. DO : Penurunan curah b/d peningkatan
- Frekuensi nadi 80 x/mnt jantung beban kerja
-Nadi perifer teraba lemah jantung
- Tekanan darah lansia
yaitu 160/80
3. DS : Gangguan pola tidur b/d faktor
- Pasien mengatakan tidur lingkungan
hanya 4 jam di malam (kebisingan)
hari
- Lansia mengeluh sering
terjaga pada malam hari
diakibatkan oleh suara
pesawat yang lalu lalang

DO :
- Tampak kantong mata
lansia berwarna hitam

PRIORITAS MASALAH (DIAGNOSA KEPERAWTAN / MASALAH


KOLABORASI)
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral

24
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. M


No Dx. Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Lakukan Pengkajian
peningkatan asuhan pengkajian dengan
tekanan vascular keperawatan nyeri secara pendekatan
serebral selama 1x24 jam komprehensif PQRST dapat
diharapkan (PQRST) membantu
intensitas nyeri perawat dalam
dapat berkurang menentukan
dengan kriteria rencana
hasil : intervensi yang
1. Mampu sesuai
mengontrol nyeri
(tahu penyebab 2. Kaji tipe dan Untuk
nyeri, mampu sumber nyeri mengetahui dan
menggunakan untuk mengatasi
teknik menentukan sumber nyeri
nonfarmakologi intervensi terlebih dahulu
untuk agar keluhan
mengurangi nyeri dapat
nyeri) berkurang
2. Menyatakan rasa
nyaman setelah 3. Anjurkan Distraksi : Untuk
nyeri berkurang pasien mengalihkan
menggunakan nyeri sehingga
teknik nyeri berkurang.
distraksi dan Relaksasi :
relaksasi merelaksasikan
otot-otot skelet
yang mengalami

25
spasme yang
disebabkan oleh
peningkatan
prostaglandin
sehingga terjadi
vasodilatasi
pembuluh darah

2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Monitor TD, Untuk


jantung b/d asuhan nadi, suhu dan mengetahui
keperawatan RR keadaan umum
selama 1x24 jam lansia
diharapkan
terjadinya 2. Ajarkan Meningkatkan
penurunan tekanan lansia teknik aktivitas
darah dengan pernapasan baroreseptor dan
kriteria hasil : nostril dan slow dapat
1. Tekanan darah deep breathing mengurangi
pasien menurun aktivitas
dari 160/80 keluarnya saraf
menjadi 130/80 simpatis

3. Anjurkan Untuk pelebaran


lansia untuk pembuluh darah,
rendam kaki menurunkan
menggunakan kekentalan
air hangat darah,
menurunkan
ketegangan otot,
meningkatkan
metabolisme
jaringan dan
meningkatkan

26
permeabilitas
kapiler
3. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Jelaskan Memberikan
tidur b/d faktor asuhan pentingnya tidur informasi
lingkungan keperawatan yang adekuat kepada lansia
selama 1x24 jam bahwa tidur
diharapkan pola yang cukup
tidur pasien dapat dapat menjaga
membaik dengan keseimbangan
kriteria hasil : mental,
1. Jumlah jam tidur emosional dan
dalam batas kesehatan
normal 6-8 jam
perhari 2. Ajarkan Menurunkan
2. Mampu lansia untuk produksi kortisol
mengidentifikasi melakukan dalam darah,
hal-hal yang relaksasi otot mengatur
meningkatkan progresif pengeluaran
tidur hormon yang
3. Pola tidur, adekuat
kualitas dalam sehingga
batas normal memberi
(tidak sering keseimbangan
terjaga) emosi dan
ketenangan
pikiran

3. Ajarkan Merangsang
lansia untuk penurunan
melakukan aktivitas saraf
senam lansia simpatis dan
peningkatan
aktivitas

27
parasimpatis

PEMBAHASAN
A. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (pada diagnosa
nyeri akut)
Pengkajian nyeri yang tepat dibutuhkan untuk menetapkan data
dasar, untuk menegakkan diagnose keperawatan yang tepat, untuk
menyeleksi terapi yang cocok atau sesuai, dan untuk mengevaluasi respon
klien terhadap terapi. Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut
pandang klien. Penting untuk menginterpretasi secara cermat tanda-tanda
nyeri mengingat komponen fisik dan psikologis dari suatu nyeri
mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri.

B. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi


Sebelum melaksanakan intervensi management nyeri, penting
dilakukan pengkajian sumber-sumber dari timbulnya keluhan nyeri.
Apabila sumber nyeri dapat diobati ataupun teratasi maka dengan
sendirinya keluhan nyeri akan hilang.

C. Teknin distraksi dan relaksasi (pada diagnosa nyeri akut)


1) Distraksi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang
lain sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri,
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Stimulus yang
menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorphin,
sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi
berkurang. Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi
keperawatan adalah untuk pengalihan atau menjauhkan perhatian
klien terhadap sesuatu yang sedang dihadapi, misalnya rasa nyeri.
Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu agar
seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai,
dan merasa berada pada situasi yang lebih menyenangkan.
2) Relaksasi

28
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk
asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan
kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
Tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, men
cegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi
stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan
intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat
yang dapat dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi
nafas dalam adalah dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati,
dan berkurangnya rasa cemas.
Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan
intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu :
a) Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami
spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin
sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami
spasme dan iskemik. 2.
b) Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu
merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endogen yaitu
endorphin dan enkefalin

D. Menjelaskan tentang pentingnya tidur yang adekuat


Tidur yang cukup diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental,
emosional, dan kesehatan. Seperti yang dikatakan oleh lansia di panti
Werdha usia Surabaya dengan cara tidur mereka dapat memulihkan badan
yang lelah dan mengurangi rasa sakit dan nyeri.

29
E. Relaksasi Otot Progresif (pada diagnosa gangguan pola tidur)
Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation), yaitu
suatu teknik relaksasi yang menggunakan serangkaian gerakan tubuh yang
bertujuan untuk melemaskan dan memberi efek nyaman pada seluruh
tubuh (Corey, 2005). Rasa nyaman inilah yang dibutuhkan lansia guna
meningkatkan kualitas tidurnya. Latihan relaksasi otot progresif cukup
efektif untuk memperpendek latensi tidur, memperlama durasi tidur,
meningkatkan efisiensi tidur, mengurangi gangguan tidur, dan mengurangi
gangguan aktifitas pada siang hari sehingga meningkatkan respon puas
terhadap kualitas tidurnya. Efek relaksasi otot progresif dalam pemenuhan
kebutuhan tidur dikemukakan oleh Conrad & Roth (2007) bahwa teknik
relaksasi otot progresif mampu mengontrol aktivitas sistem syaraf otonom
dan aktivasi suprasciasmatic nucleus sehingga memudahkan untuk
memulai dan mempertahankan tidur yang dalam.
Menurut Davis dan McKay (2001), latihan relaksasi otot progresif
terbukti mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram
otot, serta menstabilkan tekanan darah. Kenyataan tersebut didasarkan
pada keyakinan manfaat latihan dalam menurunkan kecemasan dan
ketegangan fisiologis, serta meningkatkan relaksasi otot sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah. Aliran darah sistemik menjadi lancar, denyut
nadi menjadi normal, frekuensi pernapasan menjadi normal, dan
mengurangi evaporasi sehingga klien menjadi nyaman dan pikiran menjadi
tenang sebagai akibat dari penurunan aktivitas Reticullar Activating
System (RAS) dan peningkatan aktivitas batang otak. Efek relaksasi
mampu meningkatkan kerja syaraf parasimpatis sehingga kerja jantung
berkurang dan suplai oksigen terpenuhi. Seseorang yang melakukan
latihan relaksasi otot progresif akan menunjukkan penurunan kadar
norepineprin, penurunan kontraktilitas jantung, dan menstimulasi
suprachiasmatic nucleus untuk menimbulkan sensasi nyaman sehingga
merangsang timbulnya kantuk.

F. Senam lansia (pada diagnosa gangguan pola tidur)

30
Senam lansia dapat merangsang penurunan aktivitas saraf simpatis
dan peningkatan aktivitas parasimpatis yang berpengaruh pada penurunan
hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin serta vasodilatasi pada
pembuluh darah yang mengakibatkan transpor oksigen ke seluruh tubuh
terutama otak lancar. Pada kondisi ini akan meningkatkan relaksasi lansia.
Selain itu sekresi melatonin yang optimal dan pengaruh beta endhorphin
membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia.
Menurut Kuntaraf (2008) senam bugar untuk lanjut usia sebaiknya
dilakukan selama 2 sampai 3 kali per minggu dalam waktu yang berselang
karena hari lain digunakan untuk istirahat agar tubuh memiliki kesempatan
melakukan recovery (pemulihan) tenaga. Senam bugar lansia dapat
dilakukan selama 30 menit. Senam lansia yang dilakukan 6 sampai 7 kali
per minggu atau tiap hari tidak dianjurkan karena tubuh memerlukan
pemulihan yang cukup untuk menjaga kesegaran fisik. Sebelum
melakukan senam lansia, lansia tidak boleh dalam kondisi lapar ataupun
terlalu kenyang selain itu juga senam sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
Menurut Sumintarsih (2006) Senam lansia terdiri dari gerakan
pemanasan, inti dan pendinginan. Pemanasan dilakukan sebelum latihan,
pemanasan bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu
menerima pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya.
Gerakan inti dilakukan setelah pemanasan, terdiri diri rangkaian gerakan-
gerakan. Pendinginan merupakan metode yang sangat penting, tahap ini
bertujuan mengembalikan kondisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan
melakukan serangkaian gerakan stretching. Tahap ini juga bertujuan
mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah
genangan darah diotot kaki dan tangan. Hal ini terbukti dari hasil
penelitian bahwa sebagian besar responden mengalami penurunan tingkat
insomnia setelah dilakukan senam lansia.
Pelaksanaan senam bugar lansia secara teratur seminggu tiga kali,
pikiran akan lebih tenang dimana tidak ada perasaan gelisah ataupun stress
sehingga lanjut usia lebih mudah dalam berkonsentrasi serta merasa
gembira.

31
G. Memonitor TD, Nadi, Suhu dan RR (pada diagnosa penurunan curah
jantung)
Untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengidentifikasi abnormalitas
baik yang sudah terdiagnosis maupun yang belum terdiagnosis. Pada
pasien dengan hipertensi parah yang tidak terkontrol yang tidak
teridentifikasi dan tidak mendapat manajemen yang baik akan sangat
berbahaya. Tujuan dari pemeriksaan ini yaitu mendeteksi untuk
mendiagnosis jika terdapat temuan abnormalitas yang signifikan.

H. Rendam kaki menggunakan air hangat (untuk penurunan tekanan


darah pada diagnosa penurunan curah jantung)
Manfaat/efek hangat adalah efek fisik panas/hangat yang dapat
menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala arah
dan dapat meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan terjadi
metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh
dengan cairan tubuh. Efek biologis panas/hangat dapat menyebabkan
dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah.
Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan
pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan
ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan
permeabilitas kapiler. Respon dari hangat inilah yang dipergunakan untuk
keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh.
Menurut Destia, Umi & Priyanto (2014), prinsip kerja terapi
rendam kaki air hangat dengan mempergunakan air hangat yaitu secara
konduksi dimana terjadi perpindahan panas/hangat dari air hangat ke
dalam tubuh akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan
penurunan ketegangan otot sehingga dapat melancarkan peredaran darah
yang akan mempengaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus
kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls yang dibawa
serabut saraf yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk
menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan

32
kebutuhan khusus semua organ ke pusat saraf simpatis ke medulla
sehingga akan merangsang tekanan sistolik yaitu regangan otot ventrikel
akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi. Pada awal
kontraksi, katup aorta dan katup semilunar belum terbuka. Untuk
membuka katup aorta, tekanan di dalam ventrikel harus melebihi tekanan
katup aorta. Keadaan dimana kontraksi ventrikel mulai terjadi sehingga
dengan adanya pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar
sehingga akan mudah mendorong darah masuk kejantung sehingga
menurunkan tekanan sistoliknya. Pada tekanan diastolik keadaan releksasi
ventrikular isovolemik saat ventrikel berelaksasi, tekanan di dalam
ventrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan adanya pelebaran
pembuluh darah sehingga akan menurunkan tekanan diastolik.
Maka dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara terapi
rendam kaki air hangat dengan penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik.

I. Teknik pernapasan nostril dan slow deep breathing (untuk


menurunkan tekanan darah pada diagnosa penurunan curah
jantung)
1) Pernapasan nostril
Teknik pernapasan nostril merupakan bernapas dengan
menutup salah satu lubang hidung secara bergantian. Teknik
pernapasan nostril memiliki manfaat yaitu dapat menguatkan seluruh
sistem pernapasan, mengatasi stres, menurunkan tekanan darah, dan
lain-lain. Hal ini karena ketika salah satu lubang hidung mendominasi
maka hemisfer kontra lateral akan teraktivasi. Bernapas melalui nostril
kanan yang melalui spinal kanan dan berhubungan dengan hemisfer
serebral kiri menyebabkan peningkatan stimulasi sistem saraf
simpatik, pernapasan melalui nostril kiri yang melalui spinal kiri dan
berhubungan langsung dengan hemisfer serebral kanan yang
merangsang kerja saraf parasimpatik, sehingga tubuh akan mengalami
relaksasi. Karena itu, bernapas dengan kedua lubang hidung atau

33
dikenal dengan teknik pernapasan nostril dapat menyeimbangkan
aktivitas saraf simpatis dan parasimpatis, sehingga dapat menstabilkan
tekanan darah.
2) Slow deep breathing
Slow deep breathing yaitu bentuk latihan napas yang terdiri
atas pernapasan abdominal dan purse lips breathing. Manfaat slow
deep breathing untuk menghilangi stress, kecemasan, dan
meningkatkan perasaan yang tenang dan nyaman. Latihan slow deep
breathing dalam pelayanan keperawatan dapat digunakan sebagai
intervensi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien hipertensi.
Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan
sensitivitas baroreseptor dan mengeluarkan neurotransmitter
endorphin sehingga mengstimulasi respons saraf otonom yang
berpengaruh dalam menghambat pusat simpatis (meningkatkan
aktivitas tubuh) dan merangsang aktivitas parasimpatis (menurunkan
aktivitas tubuh atau relaksasi). Apabila kondisi ini terjadi secara
teratur akan mengaktivasi cardiovasculer contro center (CCC) yang
akan menyebabkan penurunan heart rate, stroke volume, sehingga
menurunkan cardiac output, proses ini memberikan efek menurunkan
tekanan darah.
Proses fisiologi terapi nafas dalam (deep breathing) akan
merespons meningkatkan aktivitas baroreseptor dan dapat mengurangi
aktivitas keluarnya saraf simpatis dan terjadinya penurunan
kontraktilitas, kekuatan pada setiap denyutan berkurang, sehingga
volume sekuncup berkurang, terjadi penurunan curah jantung dan
hasil akhirnya yaitu menurunkan tekanan darah.
Tekanan sistolik salah satunya dipengaruhi oleh psikologis
sehingga dengan relaksasi akan mendapatkan ketenangan dan tekanan
sistolik akan turun, selain itu tekanan darah sistolik juga dipengaruhi
sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal sehingga dengan relaksasi
yang berfokus pada pengaturan pernapasan akan terjadi penurunan

34
nadi dan penurunan tekanan darah sistolik. Sedangkan tekanan darah
diastolik terkait dengan sirkulasi koroner, jika arteri koroner
mengalami aterosklerosis akan mempengaruhi tekanan darah
diastolik.
Melakukan slow deep breathing akan meningkatkan aktivitas
tubuh dan merangsang aktivitas parasimpatis (menurunkan aktivitas
tubuh atau relaksasi) sehingga memberikan efek menurunkan tekanan
darah.

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pembuatan Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Hipertensi,
langkah pertama yang dilakukan ada mengkaji. Pengakajian ini dilakukan
secara komprehensif dari berbagai aspek meliputi identitas, keluhan utama,
riwayat kesehatan, genogram, kebiasaan sehari-hari (biologis, psikologis,
sosial, spiritual) kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik head to toe,
perlu juga dilakukan pengkajian mengenai pemeriksaan penunjang. Diagnosa
yang dapat diangkat melalui pengkajian secara komprehensif yaitu Nyeri akut,
Penurunan curah jantung dan Gangguan pola tidur. Intervensi yang dapat
dilakukan pada masing-masing diagnosa adalah melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif (PQRST), mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi, menganjurkan pasien menggunakan teknik distraksi
dan relaksasi, memonitor TD, nadi, suhu dan RR, Mengajarkan lansia teknik
pernapasan nostril dan slow deep breathing, menganjurkan lansia untuk rendam
kaki menggunakan air hangat, menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat,
mengjarkan lansia untuk melakukan relaksasi otot progresif, mengajarkan
lansia untuk melakukan senam lansia.

3.2 Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang profesional sudah seharusnya dan
alangkah baiknya untuk mengetahui apa itu hipertensi, bukan hanya terbatas
pada pengertian hipertensi, tetapi harus tahu lebih dalam tentang hipertensi
hingga pada tindakan yang dilakukan untuk pasien dengan hipertensi, terutama
untuk profesi keperawatan, wajib untuk mengetahui penanganan serta
intervensi keperawatan yang terupdate dan tepat untuk pasien hipertensi
khususnya lansia, mengingat bahwa kasus Hipertensi lebih banyak diderita
oleh kaum lanjut usia.

36
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Dwi. 2015. Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Upk Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak. Pontianak
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/download/11393/10
796. Diakses pada tanggal 10 Nopember 2018)

Huda, Amin. Kusuma, Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta

Khayati, Zuni. Nuraeni, Asti. Solechan, Achmad. . Efektifitas Teknik Pernapasan


Nostril Dan Slow Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Hipertensi Di Kelurahan Kalirejo Grobogan. Semarang
(http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/507
. Diakses pada tanggal 10 Nopember 2018)

Sari, Ethyca. Halawa, Aristina. Senam Lansia Terhadap Tingkat Insomnia Pada
Lansia Di Panti Werdha Usia Anugerah Surabaya. Surabaya

Sulidah. Yamin, Ahmad. Diah, Raini. 2016. Pengaruh Latihan Relaksasi Otot
Progresif terhadap Kualitas Tidur Lansia. Tarakan
(http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/133. Diakses pada tanggal
10 Nopember 2018)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan.

37

Anda mungkin juga menyukai