Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama
islam dengan judul “PENTINGNYA URGENSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA PADA GENERASI MILENIAL”
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan sumber yang telah membantu kami
dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................1
C. TUJUAN...................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. AGAMA....................................................................................................................................2
I. PENGERTIAN AGAMA......................................................................................................2
II. SYARAT-SYARAT AGAMA..............................................................................................3
III. UNSUR-UNSUR AGAMA...............................................................................................3
IV. FUNGSI AGAMA.............................................................................................................4
B. AGAMA ISLAM.......................................................................................................................4
I. PENGERTIAN AGAMA ISLAM.........................................................................................4
II. SUMBER AGAMA ISLAM..................................................................................................5
III. RUANG LINGKUP AGAMA ISLAM..............................................................................6
C. MANUSIA................................................................................................................................6
I. PENGERTIAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN.............................................................6
II. CIRI – CIRI MANUSIA........................................................................................................7
III. TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA...............................................................................7
IV. KEDUDUKAN MANUSIA..............................................................................................7
V. HAKIKAT MANUSIA..........................................................................................................9
D. HUBUNGAN  MANUSIA DENGAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN.............................10
E. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA...............................................................11
F. PENTINGNYA AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA.............................................12
G. URGENSI AGAMA MENURUT ISLAM..............................................................................15
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUPAN.....................................................................................................................................16
REFERENSI........................................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dari makhluk lain,
karena manusia diberi kelebihan untuk berfikir. Karena manusia diberi kemampuan untuk
berfikir, maka banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari pemikiran setiap manusia.
Tentang bagaimana manusia diciptakan, darimana manusia diciptakan, kenapa banyak
manusia yang diciptakan, kenapa manusia diciptakan, siapa yang menciptakan manusia, apa
tujuan manusia diciptakan, dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul.

Semakin dewasa manusia mengerti banyak hal dan mengalami banyak pengalaman
hidup, mulai saat itulah kepingan-kepingan puzzle dari pertanyaan-pertanyaannya mulai
tersusun. Tidak semua manusia mendapatkan hasil dari kepingan puzzle yang sama, ada yang
tersusun secara benar dan tidak. Semakin berkembangannya zaman banyak perbedaaan yang
muncul mengenai keyakinan tentang penciptaan manusia. Maka dari itu perlunya pemersatu
mengenai perbedaan-perbedaan tersebut, karena manusia hidup di alam semesta saling
membutuhkan satu sama lain.

B. RUMUSAN MASALAH
Banyak nya orang yang belum memahami makna dan maksud agama sehingga
banyak orang yang menyalah gunakan agama untuk kepentingan sendiri sehingga dapat
merugikan pemeluk agama tersebut.

C. TUJUAN
Agar manusia memiliki pemahaman yang benar mengenai agama dan tidak
menyalahgunakan agama untuk perbuatan yang dapat merugikan banyak orang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. AGAMA
I. PENGERTIAN AGAMA
Para sarjana pada umumnya mengatakan, bahwa kata “Agama” berasal dari bahasa
Sansekerta, terdiri dari “A” artinya tidak dan “Gama” artinya kacau. Oleh karena itu
secara harfiyyah/ etimologis, Agama berarti tidak kacau. Maksudnya adalah agama itu
mampu menyelematkan kehidupan dari suatu kekacauan dan juga dapat diartikan bahwa
manusia yang beragama akan terhindar dari kekacauan dan memperoleh ketenteraman
dan kedamaian. Di dalam kamus bahasa Inggris terdapat kata yang oleh para ahli
diterjemahkan dengan “agama”, yaitu kata “Religion”. Disamping diterjemahkan dengan
agama kata “religion” juga diartikan dengan “kepercayaan kepada Tuhan dan dewa-
dewa” serta “pemujaan kepada Tuhan dan dewa-dewa”. Kata “Religion” oleh para ahli
bahasa Inggris juga diberikan sinonim dengan kata “Belief” dan “Faith” yang artinya
keyakinan dan kepercayaan.

Beberapa alasan sulitnya mengartikan kata agama, sebagaimana yang ditulis oleh A.
Mukti Ali dalam buku Universalitas dan Pembangunan yang dikutip oleh Abuddin Nata
bahwa pertama, pengalaman agama adalah soal batini, subjektif dan sangat individualis
sifatnya. Kedua, orang begitu bersemangat dan emosional dalam membicarakan agama,
karena itu setiap pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat
sehingga kata agama sulit untuk didefinisikan. Ketiga, konsepsi tentang agama
dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi tersebut. (Nata : 2011 : 8).

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, agama berarti segenap kepercayaan (kepada
Tuhan, Dewa dsb) serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban- kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu. (Poerwadarminta : 1982: 18) Agama dari sudut bahasa
(etimologi) berarti peraturan- peraturan tradisional, ajaran- ajaran, kumpulan- kumpulan
hukum yang turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan. Agama asalnya terdiri
dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama berarti kacau. Jadi agama mempunyai
arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami dengan melihat hasil yang diberikan oleh
peraturan- peraturan agama kepada moral atau materiil pemeluknya, seperti yang diakui
oleh orang yang mempunyai pengetahuan, (Abdullah : 2004 : 2) Dalam bahasa Arab,
agama berasal dari kata ad-din, dalam bahasa Latin dari kata religi, dan dalam bahasa
Inggeris dari kata religion. Religion dalam bahasa inggeris (dinun) dalam bahasa Arab
memiliki arti sebagai berikut: a. Organisasi masyarakat yang menyusun pelaksanaan
segolongan manusia yang periodik, pelaksanaan ibadah, memiliki kepercayaan, yaitu
kesempurnaan zat yang mutlak, mempercayai hubungan manusia dengan kekuatan rohani
yang leibih mulia dari pada ia sendiri. Rohani itu terdapat pada seluruh alam ini, baik
dipandang esa, yaitu Tuhan atau dipandang berbilang- bilang. b. Keadaan tertentu pada
seseorang, terdiri dari perasaan halus dan kepercayaan, termasuk pekerjaan biasa yang
digantungkan dengan Allah SWT. c. Penghormatan dengan khusuk terhadap sesuatu
perundang- undangan atau adat istiadat dan perasaan. (Abdullah : 3) Agama semakna
juga dengan kata ad-din (bahasa Arab) yang berarti cara, adat kebiasaan, peraturan,
undang- undang, taat dan patuh, mengesakan Tuhan, pembalasan, perhitungan, hari
kiamat dan nasihat.( Ali : 2007 : 25).

II. SYARAT-SYARAT AGAMA

 Percaya dengan adanya Tuhan


 Mempunyai kitab suci sebagai pandangan hidup umat-umatnya
 Mempunyai tempat suci
 Mempunyai Nabi atau orang suci sebagai panutan
 Mempunyai hari raya keagamaan

III. UNSUR-UNSUR AGAMA


Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:

 Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
 Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
 Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama.
 Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami
oleh penganut-penganut secara pribadi.
IV. FUNGSI AGAMA
 Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
 Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
 Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
 Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
 Pedoman perasaan keyakinan
 Pengungkapan estetika (keindahan)
 Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama

B. AGAMA ISLAM
I. PENGERTIAN AGAMA ISLAM
Kata Islam berasal dari kata “Salam “ yang artinya selamat, aman sentosa, sejahtera,
yaitu aturan hidup yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat. kata salam
terdapat dalam al-Qur’an surat al- An’am ayat 54; surat al- A’raf ayat 46; dan surat an-
Nahl ayat 32. Kata Islam juga berasal dari kata “ Aslama’ yang artinya menyerah atau
masuk Islam, yaitu agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan
taat kepada hukum Allah tanpa tawar menawar. Kata aslama terdapat dalam al-Qur’an
surat al- Baqarah ayat 112; surat Ali Imran ayat 20 dan 83; surat an- Nisa’ ayat 125; dan
surat al-An’am ayat 14. Kata Islam juga berasal dari kata “Silmun” yang artinya
keselamatan atau perdamaian, yakni agama yang mengajarkan hidup yang damai dan
selamat. Kata silmun terdapat dalam surat al- Baqarah ayat 128; dan surat Muhammad
ayat 35.

Kata islam berasal dari kata “sulamun’ yang artinya tangga, kesadaran, yaitu
peraturan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan yang dapat mengantarkan orang
kepada kehidupan yang bahagia. (Abdullah : 6) Maulana Muhammad Ali dalam
mendefinisikan Islam mengambil firman Allah surat al- Baqarah ayat 208 yang berarti:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu. Dari pengertian ini, kata Islam dekat artinya dengan kata agama yang
berarti menundukkan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan. Senada dengan itu Nurcholis
Madjid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada Tuhan adalah merupakan hakikat dari
pengertian Islam.

II. SUMBER AGAMA ISLAM


Al-Qur‟an dan as-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam, yang mana
keduanya merupakan wahyu Allah SWT., sehingga di antara keduanya sama sekali tidak
terdapat pertentangan di dalamnya. Setiap orang Islam harus mencintai dan berpegang
teguh pada keduanya, dengan demikian dia akan selamat, baik di dunia maupun di
akhirat. Seperti sabda Rasul SAW. sebagai berikut: “Aku tinggalkan dua pusaka pada
kalian, jika kalian berpegang pada keduanya, niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab
Allah (al-Qur‟an) dan sunnah Rasul-Nya.” Sumber ajaran Islam lebih lanjut akan
dikemukakan sebagai berikut:

 Al-Qur’an

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan Sesungguhnya


Kami benar-benar memeliharanya”. (QS.15: 9). 17 Fungsi diturunkannya al-Qur‟an
adalah sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu.

 As-Sunnah

Al-Qur’an sebagai sumber ajaran pertama memuat ajaran-ajaran yang bersifat


umum (global), yang perlu dijelaskan lebih lanjut dan terperinci. Di sinilah, hadits
menduduki dan menepati fungsinya sebagai sumber ajaran kedua. Di kalangan ulama,
al-Qur‟an disebut wahyu matlu, yaitu wahyu yang dibacakan oleh Allah SWT dengan
lafadz dan maknanya dengan menggunakan Bahasa Arab kepada Rasul-Nya, dan
Hadis di sebut wahyu gairu matl’u atau wahyu yang tidak langsung dibacakan Allah
SWT kepada Rasul-Nya. Hadits adalah perincian ketentuan agar al-Qur‟an itu dapat
dioperasionalkan, lebih-lebih pada ketentuan hukum yang bersifat amali dan
perinciannya tidak tercantum dalam alQur‟an, baik yang menyangkut masalah ibadah
maupun muamalah.

 Ijtihad

Al-Quran dan al-Sunnah sebagaimana disebutkan sebelumnya merupakan


sumber utama (primer) ajaran Islam. Adapun pemikiran (ijtihad) merupakan sumber
sekunder yang dapat digunakan ketika dalil yang dibutuhkan untuk menetapkan suatu
hukum tidak terdapat di dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah tersebut, yaitu ketetapan
hukum yang bersifat dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman,
seperti masalah sosial, ekonomi, politik, budaya dan ilmu pengetahuan.

III. RUANG LINGKUP AGAMA ISLAM


Islam sebagai agama dan objek kajian akademik memiliki cakupan dan ruang lingkup
yang luas. Secara garis besar, Islam memiliki sejumlah ruang lingkup yang saling terkait,
yaitu lingkup keyakinan (aqidah), lingkup norma (syariat), muamalat, dan perilaku
(akhlak/ behavior). Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang agama/ keberagamaan
dalam satu kalimat yang singkat, namun padat dan syarat makna, yaitu “ad-Din al-
Muamalah” atau agama adalah interaksi. Interaksi yang dimaksud di sini adalah
hubungan timbal balik antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan
dengan lingkungan baik hidup maupun tidak, serta dengan diri sendiri.

C. MANUSIA
I. PENGERTIAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN
Istilah kunci yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pada pengertian manusia
menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas. Kata basyar menunjuk pada
pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran :47) tegasnya memberi
pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan
lain-lain.

Kata al-insan, Pertama al-insan  dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung


amanah (QS Al-Ahzab :72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif
dalam diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Ma’arij :19-21) dan ketiga
al-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan
nonmateri (QS Al-Hijr :28-29). Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat
manusia psikologis dan spiritual. Kata an-nas dalam Al-Qur’an mengacu kepada manusia
sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman
padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah :8)

Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia
adalah mahkluk biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan
diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-
hukum yang berlaku (sunnatullah). Menurut   agama Islam itu sendiri ,manusia adalah
makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-Nya yang lain, yang
dipercaya untuk menjadi khalifah dimukabumi.

II. CIRI – CIRI MANUSIA


Manusia dibandingkan makhluk lain mempunyai ciri, antara lain, ciri utamanya adalah :

 Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam berbentuk baik, ciptaan tuhan yang paling
sempurna. “Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.” (QS. At tin [95]:4)
 Manusia diciptakan tuhan untuk menjadi khalifah nya di bumi. Hal itu dinyatakan
Allah dalam firman-nya. Di dalam surat al-baqarah [2]:30
 Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dalam firman-
nya yang kini dapat dibaca dalam Al-Quran surat At-Thur [52]:21 “Setiap manusia
terikat (dalam arti bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.”
 Berakhlak. Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan makhluk lainnya.
Artinya, manusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan
yang baik dengan yang buruk.

III. TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA


Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah di
sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni
kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian yang dikandung
oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba  Allah. Berbuat sesuai dengan
kehendak dan kesukaan (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya

IV. KEDUDUKAN MANUSIA


Kedudukan manusia yang dimaksud di sini adalah konsep yang menunjukkan hubungan
manusia dengan Allah dan dengan lingkungannya. Ayat-ayat yang relevan dengan
masalah tersebut adalah antara lain :

 Q.S.Fathir, 35/43:39
Ayat 39-41: Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengangkat manusia sebagai khalifah di
bumi dan penjelasan tentang keesaan Allah dan kekuasaan-Nya.

  ‫ض فَ َم ْن َكفَ َر فَ َعلَ ْي ِه ُك ْف ُرهُ َوال يَ ِزي ُد ْال َكافِ ِرينَ ُك ْف ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم إِال َم ْقتًا َوال يَ ِزي ُد‬
ِ ْ‫ه َُو الَّ ِذي َج َعلَ ُك ْم خَالئِفَ فِي األر‬
)٣٩( ‫ْال َكافِ ِرينَ ُك ْف ُرهُ ْم إِال خَ َسارًا‬

“Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Barang siapa


kafir, maka (akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran
orang-orang kafir itu hanya akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Dan
kekafiran orang-orang kafir itu hanya akan menambah kerugian mereka belaka.”

 Q.S. Hud, 11/52:61                                         


”Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata,
"Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada bagimu Tuhan yang berhak disembah
selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya]. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat dan memperkenankan (doa
hamba-Nya)."

 Q.S Az-Zariyat, 51/67:56

 Manusia Sebagai Khalifah

Kedudukannya manusia sebagai khalifah. Dijelaskan bahwa Allah yang menjadikan


manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Penegasan ini mengisyaratkan adanya
hubungan antara manusia dengan Tuhan.   Selanjutnya ayat tersebut juga
mengingatkan bahwa siapa yang ingkar, khususnya mengingkari Tuhan yang telah
menjadikan khalifah, maka ia sendiri yang menanggung akibat pengingkarannya itu
berupa kemurkaan Tuhan dan kerugian bagi dirinya sendiri.

 Manusia Sebagai Pembangun

Kedudukan manusia sebagai pembangun peradaban berdasarkan firman Tuhan yang


telah di kemukakan, yakni Huwaansya’akum min al-ardh wa’sta’marakumfiha, “Dia
telah menghidupkan kamu di bumi dan memberi kamu kesukaan memakmurkannya
(menjadikan kamu sebagai pembangun kemakuran).”

V. HAKIKAT MANUSIA 
Hakikat manusia secara umum adalah sebagai berikut :
 Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
 Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
mampu mengatur dan mengontrol dirinya serta mampu menentukan nasibnya.
 Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
 Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati
 Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas
 Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
 Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa
hidup di dalam lingkungan sosial.
 Makhluk yang berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya berarti mencari jawaban,
mencari jwaban berarti mencari kebenaran.

  Hakikat Manusia Menurut Al-Qur’an

Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan
sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa.

Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam
perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat,
meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan
kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai
makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).
D. HUBUNGAN  MANUSIA DENGAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN
Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan
kehidupan beragama tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak
dan bentuk dari semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan
berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan ghaib yang mereka
rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon
bantuan dan pertolongan kepada kekuatan ghaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang
aman, selamat dan sejahtera. Tetapi “apa” dan “siapa” kekuatan ghaib yang mereka rasakan
sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi dan memohon
peeerlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka hanya merasakan adanya
kebutuhan akan bantuan dan perlindunganya. Itulah awal rasa agama, yang merupakan
desakan dari dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan. Dengan
demikian rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan
pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia.

E. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA


Secara naluri manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini diluar dirinya. Ini
dapat dilihat ketika manusia mengakui kesulitan hidup, musibah dan berbagai bencana ia
mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat
membebaskan dari keadaan itu ini dialami setiap manusia. Naluriah ini mmbuktikan bahwa
manusia perlu beragama dan membutuhkan sang khaliqnya. Dalam syariat Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Sunah menetapkan titik tolak pengkauan dan kesadaran
bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Kebutuhan manusia terhadap agama dapat
disebabkan karena masalah prinsip dasar kebutuhan manusia. Ada 2 faktor yang
menyebabkan manusia memerlukan agama tersebut adalah sebagai berikut.

 Faktor Kondisi Manusia

Kondisi manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani
untuk membutuhkan kedua unsur tersebut harus mendapat perhatian khusus seimbang.
Unsur jasmani membutuhkan  pemenuhan yang bersifat fisik jasmani. Kebutuhan tersebut
adalah makan-minum, bekerja-istirahat yang seimbang, olahraga dan segala aktivitas
jasmani yang dibutuhkan. Unsur rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis
(mental) rohani-kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama budi pekerti, kepuasaan,
kasih sayang dan segala aktivitas rohani yang seimbang. Memahami hal tersebut, Tuhan
memberikan bimbingan kepada manusia untuk beragama. Kebahagian melalui agama
adalah kebahagian hidup di dunia  dan diakhirat,Untuk keseimbangan dunia akhirat nabi
pun bersabda; bekerjalah untuk kehidupan duniamu seolah-olah engkau akan hidup
dalamnya dan bekerjalah untuk akhirat mu seolah-olah engkau akan mati besok (Al-
Hadits).

 Faktor Status Manusia

Manusia dengan kelengkapan yang dimiliki, Allah menempatkan mereka pada


permulaan yang paling atas dalam garis harizontal sesama makhluk. Dengan akal manusia
mengakui adanya Allah. Dengan hati nuraninya manusia menyadari bahwa dirinya tidak
terlapas dari pengawasan dan ketentuan Allah. Karena agamalah yang mengajarkan
manusia mengenal Tuhannya dan menjelaskan cara-cara berhubungan dengan sang
pencipta. Agama mengajarkan cara berkomunikasi dengan sesamanya, dengan
kehidupannya dan lingkungannya.

F. PENTINGNYA AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA


Agama bagi manusia merupakan kebutuhan alamiah . Berbagai pendapat mengenai
kefitrian agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Salah satunya Einsten, Einsten
menyatakan bahwa sifat social manusia merupakan salah satu faktor pendorong terwujudnya
agama. Jadi harapan akan adanya sesuatu yang dapat memberi petunjuk dan pengarahan,
harapan menjadi pecinta dan dicintai, keinginan bersandar pada orang lain dan terlepas dari
perasaan putus asa; semua itu membentuk dalam diri sendiri dasar kejiwaan untuk menerima
keimanan kepada tuhan. Manusia tidak mungkin dapat melepaskan keterbatasan dan ikatan
tersebut kecuali berhubungan dengan sumber wujud . Melepaskan diri untuk mencapi sumber
wujud ini adalah ketenangan dan ketentraman, seperti diungkapakan dalam firman Allah SWT:

 Al-ra’d ayat 28
 Al-fajr ayat 27-30

Agama sebagai fitrah manusia melahirkan keyakinan bahwa agama adalah satu-satunya cara
pemenuhan semua kebutuhan manusia. Posisi ini semakin tampak dan tidak mungkin dapat
digantikan dengan yang lain. Semula orang mengira bahwa dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kebutuhan akan agama semakin mengecil , bahkan menghilang, akan tetapi pada
kenyataannya sekarang ini tampak dengan jelas bahkan semakin maju ilmu pengetahuan dan
teknologi dicapai manusia , kebutuhan akan agama semakin mendesak berkenaan dengan
kebahagiaan sebagai sesuatu yang abstrak yang ingin digapai manusia. Satu-satunya cara untuk
memenuhi perasaan dan keiinginan-keinginan manusia itu dalam bentuknya yang sempurna
dan memuaskan adalah perasaan dan keyakinan agama. Agama sangatlah penting dalam
kehidupan manusia. Sehingga, diakui atau tidak, sesungguhnya manusia sangatlah
membutuhkan agama. Pentingnya agama dalam kehidupan manusia antara lain:

 AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL

Manusia sangat memerlukan akhlak atau moral, karena moral begitu penting dalam
kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia
tanpa moral pada hakikatnya adalah binatang. Dan manusia yang membinatang ini sangat
berbahaya. Ia akan lebih jahat dan buas dari pada bintang buas sendiri. Dalam kehidupan
seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab adakalanya ilmu merugikan. “kemajuan
ilmu dan teknologi mendorong manusia kepada kebiadaban”, demikian dikatakan oleh
Prof.Dr.Alexis carrel, seorang sarjana Amerika penerima hadiah Nobel 1948 (Idris 1979).
Untuk memperoleh moral yang notabene sangat penting dalam kehidupan manusia dapat
digali dalam agama, karena agama adalah sumber moral, bahkan moral paling tangguh
dalam kehidupan manusia. Nabi Muhammad SAW diutus tidak lain juga untuk berdakwah
tentang moral, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Agama sebagai sumber
moral tidak hanya mengajarkan iman kepada Allah dan kehidupan di akhirat, melainkan
juga adanya perintah dan larangan dalam kehidupan manusia. Dan merupakan kewajiban
manusia untuk taat terhadap perintah dan larangan tersebut.

 AGAMA PETUNJUK KEBENARAN

Manusia adalah makhluk berakal , bahkan juga makhluk tukang bertanya. Apa
saja yang dipertanyakan oleh manusia oleh akalnya, untuk di ketahui. Dari sinilah
manusia selalu berusaha mencari tahu dan mencari kebenaran atas apa yang
dipertanyakan. Tampaknya sampai kapanpun masalah kebenaran akan tetap menjadi
misteri bagi manusia, kalau saja manusia hanya mengandalkan akal, atau ilmu atau juga
filsafat. Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebeenaran? Sebagai jawaban atas
pertanyaan ini Allah mengutus Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi
pertama Adam sampai Nabi yang paling akhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Para Nabi
dan Rasul ini diberi wahyu untuk disampaikan kepada manusia. Wahyu atau agama inilah
agama islam, dan ini pila sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh manusia sejak
dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Tinggalah manusia untuk beriman
dan patuh terhadap agama kebenaran ini.

 AGAMA SEBAGAI SUMBER METAFISIKA

Menurut ahli sejarah inggris kenamaan Prof Arnold Toynbee, bahkan tabir
rahasia alam semesta ini juga ingin disingkap oleh manusia. Dalam bukunya “An
historian’s approach to religion” dia menulis, “Tidak ada satu jiwa pun akan melalui
hidup ini tanpa mendapat tantangan-rangsangan untuk memikirkan rahasia alam
semesta”. Lebih dari itu bahkan rahasia metafisika juga ingin disingkap oleh manusia.
Padahal masalah metafisika adalah masalah gaib seperti hidup sesudah mati(akhirat),
surga, neraka, Tuhan, atau hal hal lain di balik alam nyata ini. Tetapi kenyataan
menujukan bahwa manusia hanya mengandalkan akalnya (bahkan dengan di tambahkan
ilmu dan filsafat sekalipun) semua persoalan metafisika tersebut tidak akan dapat
diketahui. Herbert Spencer, seorang filosuf (1903), berkata: “Ilmu alam memberitahu
kepada kita ada batas yang ditentukan, yang tidak boleh kita lampui dalam soal-soal ilmu.
Kita tidak boleh melewati batas itu untuk mengenal sebab-sebab yang pertama (yang
dimaksud ialah tuhan) dan bagaimana hakikatnya”. Dengan demikian agama adalah
sumber informasi tentang metafisika, dank arena itu pula hanya dengan agama manusia
dapat mengetahui persoalan metafisika. Dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting
bagi manusia (dan karena itu sangat dibutuhkan), karena manusia dangan akal, dengan
ilmu atau filsafatnya tidak sanggup menyingkap rahasia metafisika. Hal itu hanya dapat
diketahui dengan agama, sebab agama adalah sumber informasi tentang metafisika.

 AGAMA PEMBIMBING ROHANI BAGI MANUSIA

Hidup manusia di dunia yang fana ini kadang suka maupun duka. Kenyataan
menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari suka dan duka yang silih
berganti. Firman Allah SWT: “Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, dan Kami
coba kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai suatu ujian.” (Al-Anbiya:35).
Menurut ayat diatas manusia di beri cobaan Tuhan “dengan keburukan dan kebaikan”,
Dan hal itu dimaksudkan sebagai ujian manusiadalam menghadapi cobaan tersebut.
Bagaimana sikap yang benar menghadapi suka dan duka ? Jawaban atas pertanyaan
ini terkandung dalam sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan : “Betapa menakjubkan
orang yang beriman. Sesungguhnya keadaan orang yang beriman itu semuanya serba
baik, dan yang demikian itu tidak terjadi kecuali hanya pada orang beriman.Yakni, jika ia
memperoleh sesuatu yang menggembirakan ia bersyukur dan syukur adalah baik baginya.
Dan jika ia ditimpa sesuatu yang menyedihkan dia bersabar dan sabar juga baik baginya”.
(H.R Muslim).

Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman bersyukur kepada
Allah pada waktu memperoleh sesuatu yang menggembirakan, dan tabah atau sabar pada
waktu ditimpa sesuatu yang menyedihkan.

G. URGENSI AGAMA MENURUT ISLAM


 Islam sebagai wahyu ilahi
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya).” (QS. An Najm
: 3-4)
 Sebagai Pedoman Hidup
“Al qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini.” (QS. Al Jasiyah : 20)
 Hukum yang mengatur manusia
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
telah diturunkan oleh allah, dan janganlah kamu menuruti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari
hukum yang telah diturunkan allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya allah
menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-
dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.
Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al Maidah : 49-50
 Membimbing manusia ke jalan yang lurus
“Dan bahwa apa yang kami perintahkan ini adalah jalan-ku yang lurus, maka
ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-nya. Yang demikian itu diperintahkan allah kepadamu
agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’am : 153)
 Menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat
“Barang siapa yang menjalankan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. 16 : 97)
BAB III

PENUTUPAN

Tuhan menurunkan agama untuk kepentingan manusia. Agama mengandung arti


ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar
terhadap kehidupan manusia. Ikatan itu berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia,
sebagai fitrah yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya.

Agama sangat berguna dan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan
manusia, yaitu agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter pribadi dan
membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai, mendidik agar memiliki jiwa yang
tenang, membebaskan dari belenggu perbudakan, berani menegakkan kebenaran, memiliki
moral yang terpuji dan agama dapat mengangkat derajat manusia lebih tinggi dari makhluk
Tuhan yang lain.

Kebutuhan manusia terhadap agama didasari oleh beberapa faktor dominan, yaitu
faktor fitrah, kekurangan dan kelemahan manusia dan faktor tantangan yang dihadapinya.
Oleh karena itu agama adalah paket yang sangat dan amat dibutuhkan oleh manusia.
REFERENSI
Ahmadi Abu dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Bumi
Aksaara: 1991

Connolly Peter, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta, LKIS Yogyakarta: 2002

Daniel CM, The Power of Religion, Yogyakarta, Penguin Books: 2001

Luth Thohir dkk, Buku Daras Pendidikan Agama Islam di Universitas Brawijaya, Malang,
Pusat Pembinaan Agama Universitas Brawijaya: 2016

Muchtar Adeng Ghazali, Ilmu Studi Agama, Bandung: Pustaka Setia: 2005

Adlany dkk, Alqur’an dan terjemahan indonesia, Jakarta, Sari Agung: 1995

Anda mungkin juga menyukai