Anda di halaman 1dari 16

RANCANGAN PERENCANAAN PADA KELOMPOK BALITA

DENGAN MASALAH DIARE DENGAN PENDEKATAN


MODEL COMMUNITY AS PARTNER DI
KELURAHAN NOLING
TAHUN 2020

OLEH :

SELVI N.19.04. 028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MEGA BUANA PALOPO
T.A 2019 – 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita adalah anak yang telah menginjakkan usia di atas 1 tahun atau lebih
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun, masa balita
merupakan usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas. (Muaris Hindah, 2016)
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat
membelah diri dan mensintesi protein baru, menghasilkan peningkatan ukuran
dan serta seluruh atau bagian sel. Pertumbuhan merupakan perubahan kuantitas
yang terjadi akibat pembelahan sel dan mensintesa protein baru sehingga terjadi
pertambahan ukuran dan berat badan. Sedangkan perkembangan adalah
meningkatnya kemampuan pungsi tubuh, fungsi intelektual sosial, kemandirian
dan emosi. Kemampuan fungsi tubuh yang dimaksud adalah kemampuan
pendengaran, penglihatan, bicara dan gerak (matorik) halus dan kasar (Anggraini
& Sutomo, 2010).
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada
biasanya lebih dari 200 gram atau ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut
dapat/tanpa disertai lender dan darah (Kusuma & Huda, 2016).
Wawancara yang dilakukan dengan kader-kader di kelurahan noling
mengatakan bahwa penyuluhan pencegahan diare pada balita belum perna
dilakukan.
Kasus diare pada balita di kelurahan noling membutuhkan peran perawat
sebagai upaya promotif, protektif dan preventif, berkolaborasi dengan kader-
kader dan tim kesehatan lainnya sehingga masyarakan dapat mandiri dalam
mengatasi masalahnya.
Community as partner yang dikembangkan oleh Anderson dan me farlan
dari teori betty neuman. Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan
masyarakat adalah praktik, keilmuan dan metodenya melibatkan masyarakat
untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatanya. Pada pengkajian
model ini mempunyai dua komponen utama yaitu core dan subsistem. Pada
model community as patner terdapat dua faktor utama yaitu fokus pada
komunitas sebagai mitra dan proses keperawatan. (Nuraeni Asti, 2016).
Ovilia Natalia Engka menyatakan penyuluhan kesehatan adalah gabungan
sebagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan
apa yang bisa dilakukan, secara perorangan maupun secara kelompok dan
meminta pertolongan. Dalam tugas ini menerapkan penyuluhan pencegahan diare
pada ibu balita untuk mencegah terjadinya diare.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan gambaran rancangan perencanaan keperawatan komunitas
dengan pendekatan model community as patner pada kelompok balita dengan
masalah diare di kelurahan noling
2. Tujuan khusus
a. Teranalisa dan tersintesis data hasil pengkajian pada kelompok balita
dengan pendekatan model community as patner di kelurahan noling
b. Tersusun rancangan perencanaan asuhan keperawatan komunitas dengan
pendekatan model community as patner pada kelompok balita dengan
masalah diare di kelurahan noling
c. Tersusun program kerja asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan
model community as patner pada kelompok balita dengan masalah diare di
kelurahan noling
BAB II
ANALISIS SITUASI

A. Metode pengkajian
Populasi dalam pengkajian komunitas adalah kelompok balita dengan
masalah diare di lingkungan tawakal kelurahan noling. Partisipasi untuk
pengkajian ini melibatkan, posyandu dan kader, metode yang di gunakan dalam
pengumpulan data antara lain penyebaran angket, wawancara. Data kuantitatif
diperoleh dari instrumen yang berisi kousioner tentang diare pada balita
berdasarkan komponen pengkajian model community as partner. Secara kulitatif
melalui wawancara dengan kader.
Data primer didapatkan dari ibu balita di lingkungan tawakkal. Data
sekunder diperoleh dari puskesmas dan posyandu. Sampel diambil
menggunakan teknik total sampling, dimana sampel diambil dari lingkungan
noling sebangak 35 sampel. Dari hasil tahap pengkajian ini adalah
teridentifikasinya inti komunitas (Data demografi, statistik vital, sub system,
persepsi), data demografi, lingkungan keluarga, struktur kesehatan .
B. Analisa Situasi
Hasil pengkajian yang terdapat dalam tugas ini, setelah dilakukan analisis
situasi diperoleh data tentang masalah diare pada balita di lingkungan tawakkal
kelurahan noling yang diuraikan sebagai berikut, petugas kesehtan di puskesmas
noling mengatakan bahwa penyuluhan diare belum perna dilakukan karena
keterbatasan tenaga dari puskesmas.
Kader posyandu mengatakan belum ada upaya pencegahan diare pada
balita yang dilakukan oleh petugas puskesmas.
Hasil wawancara yang dilakukan di lingkungan tawakkal kelurahan noling
banyak orang tua balita mengeluh anaknya sering menangis karena sakit perut,
BAB encer dan mual-mual, orang tua mengatakan jika member makanan kepada
anaknya jarang mencuci tangan sebelum makan.
Dari data diatas merupakan alasan mengembangkan rancangan
perencanaan dalam melakukan program keperawatan komunitas melalui
pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan model community as patner
model ini digunakan karena mata rantai pencegahan diare harus melibatkan
individu kader dan sektor terkait. Perencanaan program ini perawat komunitas
bertanggung jawab untuk mengelolah proses dari awal sampai akhir, di ikuti
dengan pengelolaan implementasi dan melakukan evaluasi program secara terus
menerus.
C. Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa situasi maka dapat disimpulkan bahwa masalah yang
terjadi ialah diare pada balita di lingkungan tawakkal kelurahan noling. Karena
itu diperlukan berbagai tindakan secara menyeluruh yang melibatkan kader,
posyandu dan system pendukung yang terkait. Penanggulangan diare pada balita
dimulai dari sikap dan perilaku keluarga dalam merawat anak seperti
membiasakan anak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Prinsip dasar yang harus ditetapkan dalam penatalaksanaan resiko diare
adalah pemberdayaan masyarakat, sehingga masalah diare pada balita suatu saat
bisa dilaksanakan secara mandir oleh masyarakat. Pemberdayaan masyrakat
dapat berupa tumbuhanya kepedulian dikalangan masyarakat terhadap kesehatan
balita, khususnya balita di masyarakat.
D. Hasil Pengkajian Komunitas Community As Partner
1. Data Inti
a. Data Demografi
Tabel 2.1 Distribusi frekuensi karakteristik balita di lingkungan tawakkal
kelurahan noling (n=50)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Umur
1 Tahun 23 46.0
2 Tahun 11 22.0
3 Tahun 10 20.0
4 Tahun 6 12.0
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 32.0
Perempuan 43 68.0
Sumber : Survey Mahasiswa Stikes Mega Buana Palopo 2020

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa di Lingkungan Tawakkal terdapat


50 Balita, dengan presentase paling tinggi adalah umur 1 Tahun sebanyak
23 (46,0 %) Balita.
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa di Lingkungan Tawakkal terdapat
50 Balita, dapat dilihat perempuan memiliki nilai tertinggi sebanyak 43
(68,0 %) Balita.
b. Lingkungan
Tabel 2.2 Distribusi Frekuensi Lingkunag di Kelurahan Noling 2020
No Lingkungan Frequency Persentase

1 Berapa penghasilan <RP 200.000 33 66.0


> PR 500.000 14 28.0
RP 300.000 3 6.0
Jumlah 50 100
2 Apakah di rumah Ya 38 76.0
terdapat ventilasi Tidak 12 24.0
/jendela
Jumlah 50 100
3 Apakah keluarga Ya 32 64.0
mempunyai jamban Tidak 18 36.0
Jumlah 50 100
4 Apakah keluarga Ya 31 62.0
mempunyai tempat Tidak 19 38.0
pembuangan
Jumlah 50 100
5 Dimana keluarga Puskesmas 21 42.0
melakukan pemeriksaan Dukun 23 46.0
kesehatan Rumah sakit 6 12.0
Jumlah 50 100
6 Bagaimana pengelola Di potong baru
sayur sebelum di masak 29 58.0
di cuci
Di cuci baru di
21 42.0
potong
Jumlah 50 100
Bagaimana penyajian Tertutup 29 58.0
7 makanan yang di masak Terbuka 21 42.0
Jumlah 50 100
Sumber : Survey Mahasiswa Stikes Mega Buana Palopo 2020

Tabel 2.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penghasilan orang tua


balita <RP 200.000 terdapat 33 orang, > PR 500.000 terdapat 14 orang dan
orang RP 300.000 3 orang.
Tabel 2.2 diatas menunjukkan bahwa orang tua balita yang
mempunyai ventilasi/jendela terdapat 76,0% orang tua dan yang tidak
mempunya ventilasi/jendela terdapat 12 orang tua balita.
Tabel 2.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan tempat pembuangan
dari 50 orang terdapat 31 orang tua balita yang mempunyai tempat
pembuangan dan 19 orang tua yang tidak mempunyi pembuangan.
c. Struktur Kesehatan balita
Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Struktur Kesehatan balita Noling 2020

1 Apakah balita anda rajin Ya 28 56.0


di bawa ke posyandu Tidak 22 44.0
Jumlah 50 100
2 Apakah balita rutin di Ya 27 54.0
periksa Tidak 23 46.0
Jumlah 50 100
3 Apakah balita diberi ASI Ya 28 56.0
Tidak 22 44.0
Jumlah 50 100
4 Apakah balita di beri Ya 27 54.0
makanan tambahan Tidak 23 46.0
Jumlah 50 100
5 jika ya, sampai umur 2-3 32 64.0
berapa balita mendapat 6-7 bulan 17 34.0
makanan tambahan 3-4 bulan 1 2.0
Jumlah 50 100
5 Berapa kali balita 1 kali 21 42.0
mendapatkan makanan 2 kali 17 34.0
tambahan 3 kali 12 24.0
Jumlah 50 100
6 Jenis makanan yang di Makanan poko
makan tiap hari 31 62.0
saja
Makanan
protein + 12 24.0
protein+sayur
Lengkap semua
7 14.0
sumber gizi
Jumlah 50 100
7 bagaimanan Membeli 14 28.0
pengelolahan bahan Makanan siap
makanan balita 23 46.0
saji
Masak sendiri 13 26.0
Jumlah 50 100
8 Apakah balita Ya 27 54.0
mendapatkan vitamin A Tidak 23 46.0
setiap 6 bulan sekali Jumlah 50 100
9 Penyakit apa yang sering Batuk-batuk 11 22.0
di derita oleh balita ibu Diare 35 70.0
Demam 4 8.0
Jumlah 50 100
10 Apakah balita ibu sudah Ya 30 60.0
di imunisasi lengkap Tidak 20 40.0
Jumlah 50 100
11 Jenis imunisasi BCG 26 52.0
DPT 1 polio 15 30.0
Takut 9 18.0
Jumlah 50 100
12 Apakah ibu menimbang Ya 25 50.0
balita setiap bulan Tidak 25 50.0
Jumlah 50 100
13 Bagaimana kondisi balita Sehat 15 74.0
saat ini Sakit 35 26.0
Jumlah 50 100
14 Apakah ibu balita Selalu 7 14.0
mencuci tangan sebelum Sering 18 36.0
dan sesudah makan Pernah 19 38.0
Tidak pernah 6 12.0
Jumlah 50 100
Sumber : Survey Mahasiswa Stikes Mega Buana Palopo 2020
Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan balita rutin di periks.
Dari 50 balita yang berada di lingkungan tawakkal terdapat 27 balita yang
sering di periksa dan terdapat 23 orang yang tidak di periksa
Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan pengelolahan bahan
makanan balita dari 50 orang tua balita yang membeli makan 23 orang,
yang makanan siap saji 14 orang dan yang Masak sendiri 13.
Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyakit yang sering di
derita oleh balita terdapat 11 balita yang batuk-batuk, Demam 4 balita dan
Diare 35 balita
Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan ibu balita mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan terdapat 7 ibu balita yang selalu cuci
tangan, 18 yang Sering, terdapat 19 ibu balita yang pernah dan yang tidak
perna terdapat 6 ibu balita.
2. Data Subsistem
a. Lingkungan fisik
Lingkungan Tawakkal di setiap rumah memiliki tempat sampah
namun masyarakat tidak memanfaatkan tempat sampah yang ada,
masyarakat tahu bahwa membuang sampah sembarangan dapat
menimbulkan berbagai penyakit namun kesadaran masyarakat kurang. Dari
hasil wawancaran yang dilakukan ibu balita mengatakan tidak mencuci
tangan sebelum memberi makanan pada balita.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial
Lingkungan tawakkal kelurahan noling terdapat puskesmas dan
posyandu, kader-kader kelurahan noling mengatakan belum pernah
melakukan penyuluhan diare ke ibu balita.
c. Ekonomi
Dari hasil wawancara yang didapatkan dari kader posyandu
mengatakan kurangnya dana untuk melakukan penyuluhan diare setiap
bulan.
d. Transportasi dan keamanan
Jika balita sakit ibu langsung membawa anaknya ke pelayanan
kesehatan terdekat yaitu puskesmas.
e. Komunikasi
Ibu balita mengatakan tidak pernah ada komunikasi dengan pihak
puskesmas terkait penyuluhan diare
f. Rekreasi
Ibu balita mengatakan jarang melakukan perjalanan jauh karena
anaknya masih kecil.
ANALISA DATA

No. Kelompok Data Diagnosis Keperawatan


1 Hasil angket: Resiko terjadinya
1. Ibu memberi makanan siap saji pada balita peningkatan penyakit (Diare)
(46.0 %) di lingkungan Tawakkal kelurahan akibat perilaku orang tua
Noling balita
2. Penyakit yang sering di derita oleh balita
adalah diare (70.0 %)
3. ibu balita mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan pernah (38.0%)
Hasil wawancara dari kader Posyandu:
1. Di Lingkunga Tawakkal Kelurahan Noling
menurut kader posyandu dalam
pelaksanaannya. Lebih mengutamanan balita
yang cedera karena jatuh, terbentur
sebagainya dan pelaksanaan diare di
belakangkan
2. Kurangnya dana dari pemerintah terkait
pencegahan diare.
3. Kader Posyandu mengatakan tidak pernah
dilakukan penyuluhan ke masyarakat tentang
pencegahan diare
Hasil wawancara dengan Ibu Balita:
Ibu balita mengatakan jarang cuci tangan
sebelum member makan ke balita, dan ibu
mengatakan tidak perna di lakukan penyuluhan
Diare ke masyarakat
Hasil Observasi:
1. Lingkungan Tawakkal Kelurahan Noling
terdapat tempat sampah di depan rumah warga
namun kesadaran warga untuk membuang
sampa di tempata sampah kurang, lingkungan
Nampak kotor
2. Nampak tempat cuci tangan di depan rumah
tetapi jarang di gunakan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

RENCANA KEGIATAN EVALUASI

No DX KEP KOM TUJUAN EVA


STRATEG
INTERVENSI KRITERIA STANDAR LUA
I
TOR

1. Resiko terjadinya TUM :


peningkatan 1. Penyuluhan
Setelah intervensi KIE Pengetahua Ibu balita mampu
penyakit (Diare) tentang
keperawatan selama 3 n dan melakukan
akibat perilaku pencegahan diare Mahas
Minggu, kasus diare tidak ketrampilan pencegahan diare.
orang tua balita di terjadi pada kelompok pada ibu balita di ibu/balita iswa
Lingkungan balita di Lingkungan lingkungan meningkat
Tawakkal Tawakkal Kelurahan tawakkal
Kelurahan Noling Noling kelurahan noling

TUK :

Tujuan Khusus:
2. Control gejala
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
Minggu diharapkan terjadi: KIE 3. Control resiko

Terjadi perubahan perilaku


pada ibu balita di
Lingkungan Tawakkal
Kelurahan Noling
Kader mampu
mengelola
4. Penyegaran kader Pengetahua berbagai masalah Kader
tentang n kader balita dengan Posya
pencegahan diare. posyandu diare ndu
meningkat

Peningkatan
Meningkatk pencegahan diare
5. Pengadaan alat dan an Mahas
pada balita
bahan cuci tangan kesadaran iswa
ibu/balita
BAB III

RANCANGAN PERENCANAAN PROGRAM

A. Identitas Program
Program yang dilakukan untuk mengatasi masalahan diare pada balita di
lingkungan tawakkal kelurahan noling ialah suatu program perubahan perilaku
untuk melakukan tindakan pencegahan diare yaitu penyuluhan pencegahan diare.
Pencegahan diare merupakan hal penting dalam penatalaksanaan diare. Beberapa
keadaan yang diperoleh dari ibu balita yang menunjang timbulnya diare seperti
tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
B. Tujuan
Tujuan dari program diatas yaitu
1. Peningkatan pengetahuan ibu balita tentang pencegahan diare
2. Peningkatan kesadaran kader posyandu tentang pencegahan diare
3. Meningkatkan kemampuan ibu dan balita secara mandiri dalam berperilaku
hidup bersih dan sehat
C. Aktivitas Dalam Pencapaian Tujuan
Program ini diimplementasikan dengan keterlibatan seluruh balita dan
kader. Bentuk kegiatan berupa pendidikan kesehatan tentang diare dan
demonstrasi,penyegaran kader,sehingga program dapat dikembangkan dan
dijalankan dengan pengawasan yang baik
1. Pendidikan kesehatan dan demontrasi
Strategi intervensi
a. Pembuatan media untuk pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare
b. Pendidikan kesehatan kepada orang tua balita tentang pencegahan diare di
masyrakat.
2. Penyegaran Kader
Materi penyegaran kader tentang materi penyuluhan diare dan
pencegahannya, gejala diare pada balita, teknik cuci tangan, cara pembuatan
dan takaran pemberian oralit.
3. Pengadaan ABCT (Alat dan Bahan Cuci Tangan)
Menyediakan Pet 8 liter Dispenser dan sabun sunlight

Anda mungkin juga menyukai