OLEH :
A. Latar Belakang
Balita adalah anak yang telah menginjakkan usia di atas 1 tahun atau lebih
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun, masa balita
merupakan usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas. (Muaris Hindah, 2016)
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat
membelah diri dan mensintesi protein baru, menghasilkan peningkatan ukuran
dan serta seluruh atau bagian sel. Pertumbuhan merupakan perubahan kuantitas
yang terjadi akibat pembelahan sel dan mensintesa protein baru sehingga terjadi
pertambahan ukuran dan berat badan. Sedangkan perkembangan adalah
meningkatnya kemampuan pungsi tubuh, fungsi intelektual sosial, kemandirian
dan emosi. Kemampuan fungsi tubuh yang dimaksud adalah kemampuan
pendengaran, penglihatan, bicara dan gerak (matorik) halus dan kasar (Anggraini
& Sutomo, 2010).
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada
biasanya lebih dari 200 gram atau ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut
dapat/tanpa disertai lender dan darah (Kusuma & Huda, 2016).
Wawancara yang dilakukan dengan kader-kader di kelurahan noling
mengatakan bahwa penyuluhan pencegahan diare pada balita belum perna
dilakukan.
Kasus diare pada balita di kelurahan noling membutuhkan peran perawat
sebagai upaya promotif, protektif dan preventif, berkolaborasi dengan kader-
kader dan tim kesehatan lainnya sehingga masyarakan dapat mandiri dalam
mengatasi masalahnya.
Community as partner yang dikembangkan oleh Anderson dan me farlan
dari teori betty neuman. Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan
masyarakat adalah praktik, keilmuan dan metodenya melibatkan masyarakat
untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatanya. Pada pengkajian
model ini mempunyai dua komponen utama yaitu core dan subsistem. Pada
model community as patner terdapat dua faktor utama yaitu fokus pada
komunitas sebagai mitra dan proses keperawatan. (Nuraeni Asti, 2016).
Ovilia Natalia Engka menyatakan penyuluhan kesehatan adalah gabungan
sebagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan
apa yang bisa dilakukan, secara perorangan maupun secara kelompok dan
meminta pertolongan. Dalam tugas ini menerapkan penyuluhan pencegahan diare
pada ibu balita untuk mencegah terjadinya diare.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan gambaran rancangan perencanaan keperawatan komunitas
dengan pendekatan model community as patner pada kelompok balita dengan
masalah diare di kelurahan noling
2. Tujuan khusus
a. Teranalisa dan tersintesis data hasil pengkajian pada kelompok balita
dengan pendekatan model community as patner di kelurahan noling
b. Tersusun rancangan perencanaan asuhan keperawatan komunitas dengan
pendekatan model community as patner pada kelompok balita dengan
masalah diare di kelurahan noling
c. Tersusun program kerja asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan
model community as patner pada kelompok balita dengan masalah diare di
kelurahan noling
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Metode pengkajian
Populasi dalam pengkajian komunitas adalah kelompok balita dengan
masalah diare di lingkungan tawakal kelurahan noling. Partisipasi untuk
pengkajian ini melibatkan, posyandu dan kader, metode yang di gunakan dalam
pengumpulan data antara lain penyebaran angket, wawancara. Data kuantitatif
diperoleh dari instrumen yang berisi kousioner tentang diare pada balita
berdasarkan komponen pengkajian model community as partner. Secara kulitatif
melalui wawancara dengan kader.
Data primer didapatkan dari ibu balita di lingkungan tawakkal. Data
sekunder diperoleh dari puskesmas dan posyandu. Sampel diambil
menggunakan teknik total sampling, dimana sampel diambil dari lingkungan
noling sebangak 35 sampel. Dari hasil tahap pengkajian ini adalah
teridentifikasinya inti komunitas (Data demografi, statistik vital, sub system,
persepsi), data demografi, lingkungan keluarga, struktur kesehatan .
B. Analisa Situasi
Hasil pengkajian yang terdapat dalam tugas ini, setelah dilakukan analisis
situasi diperoleh data tentang masalah diare pada balita di lingkungan tawakkal
kelurahan noling yang diuraikan sebagai berikut, petugas kesehtan di puskesmas
noling mengatakan bahwa penyuluhan diare belum perna dilakukan karena
keterbatasan tenaga dari puskesmas.
Kader posyandu mengatakan belum ada upaya pencegahan diare pada
balita yang dilakukan oleh petugas puskesmas.
Hasil wawancara yang dilakukan di lingkungan tawakkal kelurahan noling
banyak orang tua balita mengeluh anaknya sering menangis karena sakit perut,
BAB encer dan mual-mual, orang tua mengatakan jika member makanan kepada
anaknya jarang mencuci tangan sebelum makan.
Dari data diatas merupakan alasan mengembangkan rancangan
perencanaan dalam melakukan program keperawatan komunitas melalui
pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan model community as patner
model ini digunakan karena mata rantai pencegahan diare harus melibatkan
individu kader dan sektor terkait. Perencanaan program ini perawat komunitas
bertanggung jawab untuk mengelolah proses dari awal sampai akhir, di ikuti
dengan pengelolaan implementasi dan melakukan evaluasi program secara terus
menerus.
C. Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa situasi maka dapat disimpulkan bahwa masalah yang
terjadi ialah diare pada balita di lingkungan tawakkal kelurahan noling. Karena
itu diperlukan berbagai tindakan secara menyeluruh yang melibatkan kader,
posyandu dan system pendukung yang terkait. Penanggulangan diare pada balita
dimulai dari sikap dan perilaku keluarga dalam merawat anak seperti
membiasakan anak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Prinsip dasar yang harus ditetapkan dalam penatalaksanaan resiko diare
adalah pemberdayaan masyarakat, sehingga masalah diare pada balita suatu saat
bisa dilaksanakan secara mandir oleh masyarakat. Pemberdayaan masyrakat
dapat berupa tumbuhanya kepedulian dikalangan masyarakat terhadap kesehatan
balita, khususnya balita di masyarakat.
D. Hasil Pengkajian Komunitas Community As Partner
1. Data Inti
a. Data Demografi
Tabel 2.1 Distribusi frekuensi karakteristik balita di lingkungan tawakkal
kelurahan noling (n=50)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Umur
1 Tahun 23 46.0
2 Tahun 11 22.0
3 Tahun 10 20.0
4 Tahun 6 12.0
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 32.0
Perempuan 43 68.0
Sumber : Survey Mahasiswa Stikes Mega Buana Palopo 2020
TUK :
Tujuan Khusus:
2. Control gejala
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
Minggu diharapkan terjadi: KIE 3. Control resiko
Peningkatan
Meningkatk pencegahan diare
5. Pengadaan alat dan an Mahas
pada balita
bahan cuci tangan kesadaran iswa
ibu/balita
BAB III
A. Identitas Program
Program yang dilakukan untuk mengatasi masalahan diare pada balita di
lingkungan tawakkal kelurahan noling ialah suatu program perubahan perilaku
untuk melakukan tindakan pencegahan diare yaitu penyuluhan pencegahan diare.
Pencegahan diare merupakan hal penting dalam penatalaksanaan diare. Beberapa
keadaan yang diperoleh dari ibu balita yang menunjang timbulnya diare seperti
tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
B. Tujuan
Tujuan dari program diatas yaitu
1. Peningkatan pengetahuan ibu balita tentang pencegahan diare
2. Peningkatan kesadaran kader posyandu tentang pencegahan diare
3. Meningkatkan kemampuan ibu dan balita secara mandiri dalam berperilaku
hidup bersih dan sehat
C. Aktivitas Dalam Pencapaian Tujuan
Program ini diimplementasikan dengan keterlibatan seluruh balita dan
kader. Bentuk kegiatan berupa pendidikan kesehatan tentang diare dan
demonstrasi,penyegaran kader,sehingga program dapat dikembangkan dan
dijalankan dengan pengawasan yang baik
1. Pendidikan kesehatan dan demontrasi
Strategi intervensi
a. Pembuatan media untuk pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare
b. Pendidikan kesehatan kepada orang tua balita tentang pencegahan diare di
masyrakat.
2. Penyegaran Kader
Materi penyegaran kader tentang materi penyuluhan diare dan
pencegahannya, gejala diare pada balita, teknik cuci tangan, cara pembuatan
dan takaran pemberian oralit.
3. Pengadaan ABCT (Alat dan Bahan Cuci Tangan)
Menyediakan Pet 8 liter Dispenser dan sabun sunlight