A. Pengertian
Beberapa pengertian dari eklampsia adalah sebagai berikut :
1. Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani berarti halilintar, kata tersebut
dipakai karena seolah-olah gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa
didahului oleh tanda-tanda lain. Istilah halilintar ini dapat diibaratkan bahwa
penyakit eklampsia yang menyerang tiba-tiba seperti petir. Eklampsia
umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda-tanda pre-
eklampsia, timbul serangan yang diikuti oleh koma. Tergantung dari saat
timbulnya eklampsia, dibedakan menjadi :
a. Eklampsia gravidarum (eklampsia pada saat kehamilan).
b. Eklampsia partunientum (eklampsia pada saat persalinan).
c. Eklampsia puerperale (eklampsia pada saat pasca salin). (Anik, M.
2016).
2. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya, wanita
tersebut menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang bukan
timbul akibat neurologik). (Anik, M. 2016).
3. Eklampsia adalah kelaianan akut pada wanita hamil, dalam masa persalinan
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau demam. (Anik, M.
2016).
4. Eklampsia adalah komplikasi fatal dari preeklampsia selama kehamilan.
Meskipun eklampsia jarang terjadi, kondisi ini sangat berbahaya, karena
tekanan darah yang tinggi memicu kejang pada ibu hamil. Kejang pada
eklampsia terjadi karena adanya gangguan aktivitas otak yang berakibat pada
kehilangan kesadaran, menurunnya kesadaran, kondisi gemetar, hingga
kejang. Eklampsia menyerang satu dari 200 ibu hamil dengan preeklampsia.
Eklampsia dapat terjadi pada ibu hamil tanpa riwayat kejang, atau pernah
mengalami kejang saat masih berusia kanak-kanak. (dr. M. Helmi A. 2019).
B. Epidemiologi Eklampsia
1. Frekuensi eklampsia bervariasi.
2. Frekuensi rendah pada umunya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan
antenatal yang baik dan penanganan preeklampsia yang sempurna.
3. Di negara yang sedang berkembang, frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 –
0,7%.
4. Sedangkan di negara maju angka tersebut lebih kecil, yaitu 0,05% - 0,1%.
C. Faktor Resiko
Apabila mengalami riwayat preeklampsia pada kehamilan terdahulu, maka dapat
berisiko terhadap terjadinya eklampsia. Selain itu, beberapa faktor lain berikut ini,
dapat menimbulkan eklampsia selama kehamilan.
1. Tekanan darah tinggi kronis, atau tekanan darah tinggi yang terjadi saat
kehamilan
2. Berusia di atas 35 tahun atau di bawah 20 tahun pada saat hamil
3. Kehamilan anak kembar
4. Kehamilan pertama
5. Obesitas
6. Keluarga dengan riwayat preeklampsia atau eklampsia
7. Kencing manis atau kondisi lain yang memengaruhi pembuluh darah
8. Gangguan ginjal (dr. M. Helmi A. 2019).
D. Gejala Eklampsia
Pada umumnya, preeklampsia akan mengakibatkan eklampsia. Oleh karena itu, gejala
eklampsia biasanya akan mirip dengan gejala preeklampsia. Beberapa penyakit kronis
seperti gangguan ginjal dan diabetes, memiliki gejala yang mirip dengan
preeklampsia, maupun eklampsia. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
memberitahu dokter mengenai riwayat penyakit yang dimiliki, setiap kali
memeriksakan kehamilan. Berikut ini adalah gejala-gejala dari preeklampsia.
1. Tekanan darah tinggi
2. Bengkak pada wajah, tangan, dan kaki
3. Nyeri kepala
4. Berat badan naik
5. Mual dan muntah
6. Gangguan penglihatan atau pandangan kabur
7. Kesulitan buang air kecil
8. Nyeri perut, terutama di daerah perut kanan atas
9. Protein uria (adanya protein dalam urine)
Pasien dengan eklampsia dapat memiliki gejala serupa, atau bahkan tidak
menunjukkan gejala sama sekali. Berikut ini gejala yang umum dialami pasien
eklampsia.
1. Kejang
2. Penurunan kesadaran
3. Cemas
Adapun gejala lain eklampsia yang berupa konvulsi eklampsia dibagi dalam empat
tingkat :
dr. M. Helmi A. 2019. Kenali Faktor Risiko dan Gejala Eklampsia Selama Kehamilan.
https://www.sehatq.com/artikel/gawat-darurat-eklampsia-pada-kehamilan Diakses
pada tanggal 9 September 2020 (10:25).
Anik, M. 2016. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan Edisi Kedua. Jakarta : CV.
Trans Info Media.