Anda di halaman 1dari 21

RESUME

Disusun dan Diajukan Sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu :
Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi

Penyusun:

Yuli Puji Ismiati (11180110000069)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
Judul : Psikologi Pendidikan
Pengarang : I Nyoman Surna dan Olga D. Pandeirot
Penerbit : Erlangga
Tahun Terbit : 2014
Kota Terbit : Jakarta
A. Makna Psikologi Pendidikan
1. Mengapa psikologi pendidikan itu penting?
Karena psikologi merupakan jembatan untuk jalan guru agar dapat
memahaman potensi dan kemampuan peserta didik, memahaman tentang
irama perkembangan peserta didik, memahami latar belakang peserta didik,
memahami motivasi belajar peserta didik strategi, metode, dan teknik yang
tepat untuk pembelajaran dan pendekatan dalam proses pembelajaran
sehinggah anak didik dapat mencapai kemampuan optimalnya dalam belajar
2. Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan Pembelajaran
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dipahami dan dapat dijadikan
acu pelaksanaun pembelajaran, antara lain diuraikan di bawah ini.
 Essential Inner Nature
Dalam perspektif psikologi humanistik model perdekatan
Maslow (Sadi, 1983: 183), masing-masing individu memiliki essential
inner nature yang intrinsik, terberi, dan natural yang keseluruhannya
merupakan bahan kasar dan bukan hasil yang telah selesai. Dengan
demkian, essential ininer nature inadalah potensi yang ada dalam di
manusia yang sifatnys terberi dan harus dikembangkan. Pendekatan
kognitif seperti Tyler mengemukakan bahwa sejak manusi dilahirkan,
manusia memilik 100-200 sel saraf. Coon dan Mitterer berpendapat
bahwa otak manusia terditi dan 100 miliar saraf (2009: 58) Setiap sel
menempati ruang serta siap untuk dikembangian dan diaktualisasikn
secara optimal (Clark, 1983 19).
Pada 1983seorang psikolog benama Howard Gardner
merumuskan teori kecerdas majemuk (multipleple intelligenices), yang
dibagi ke dalam delapan dan tipe kecerdasan yaitu (Parry dan Gregory,
2003: 86)
- verbal/linguistic
- logical/mathematical
- visual/spatial
- bodily/kinesthetic
- musical/rhythmic
- intrapersonal
- naturalist
Pada 1995, Daniel Goleman merumuskan teori kecerdasan
emosisonal (emotion inteligence) yang meliputi lima kompetisi yaitu
(Pary dan Gregory, 2003: 86)
- self awareness
- managing emotions
- self motivation
- empathy
- social art
Art Costa (1995) mengembengkan pendekatan penrilaku cerdas
(intellegen behavior) yang meliputi (parry dan Gregory, 2003: 86)
- perantence
- decreasing impulsivity
- empathic listening
- metacognition
- flexibility in thinking
- cheking for accuracy and precision
-fosing question and probiem
- drawing on past knowledge and applying it to new situations
- using precise language and thought
- using all senses
- creativity
-sense of efficacy as a thinker
Selain tiga ahli di atas, Tony Buzan (2001) mengembangkan
pendekatan yang disebutnya the power of creative intelligence dan the
power of spiritual intelligence.
 Perkembangan Potensi Manusia
Perkembangan potensi manusia memiliki irama dan tahapan
sesuai dengan tugas perkembangan manusia. Piaget merumuskan teori
perkembangan kognitif yang memiliki tahapan perkembangan yang
dibagi menjadi empat. Empat tahap tersebut yaitu (Wadsworth, 1984):
1. the sensory motor stage (usia 0-2 tahun)
2. the stage of preoperational thought (usia 2-7 tahun)
3. the stage of concrete operations (usia 7-11 tahun)
4 the stage of formal operations (usia 11-15 tahun atau lebih)
Erik Erikson (1902-1994) merumuskan tahapan perkembangan
manusia menjadi delapan tahapan perkembangan yaitu (Santrock,
2009: 75)
1. trust and mistrust berkembang di usia awal tahun kelahiran
2. autonomy versus shame and doubt berkembang di usia 1-3 tahun
3. initiative versus guilt berkembang di usia 3-5 tahun
4. industry versus inferiority berkembang di usia 6-masa pubertas
5. identity versus identity confusion berkembang di usia 10-20 tahun
6. intimacy versus isolation berkembang di usia sekitar 20-30 tahun
7. generativity versus stagnation berkembang di usia sekitar 40-50
tahun
8. integrity versus despair berkembang di usia 60 tahun dan lebih
Kedua teori perkembangan tersebut menjelaskan bahwa proses
belajar yang diakukan dalam upaya pengembangan potensi sebaiknya
sesuai dengan tahapan perkembangan.
 Keunikan dalam Setiap Diri Pribadi Individu
Setiap individu memiliki keunikan dalam diri pribadinya yang
termasuk proses perkembangannya, baik itu perkembangan fisik,
emosi, kognitif, sosial dan bahasa. Keunikan setiap individu
menunjukkan adanya perbedaan Eggen dan Kauchak (2014: 132)
berpendapat bahwa perbedaan individu.dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu intelligence, socioeconomic status cultuce da gender
 Belajar Tidak Identik dengan Upaya Anak atau Peserta Didik
Menyerap Informasi dan Menyimpannya di Otak
Semakin banyak peserta didik menyerap informasi, maka
semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh. Belajar adalah
upaya kreatif untuk menciptakan dan bukan menyerap informasi.
Proses belajar terjadi bila peserta didik berupaya dan memiliki
keterampilan mengintegrasikan dan menginternalisasikan pengetahuan
baru dengan pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitifnya.
Kegiatan belajar melibatkan keseluruhan aspek psikologis dan
jasmani. Belajar tidaklah hanya mengaktifkan bagian kepala
(conscious, rational, dan left-brained atau sebaliknya) "but involves the
whole body/mind with its emotions, senses, and receptors". Belajar
adalah upaya peserta didik membangun pengertian dan pemaha-man
yang didasarkan pada apa yang telah diketahui melalui emosi,
kepercayaan, dan harapan sehingga akan membantu proses belajar
peserta didik (Bruning, Schraw,& Ronning, 1999; Bransford dkk.,
2000).
 Mengajar Tidak Identik Dengan Menyampaikan Pengetahuan Kepada
Peserta Didik. Ada tiga prinsip dasar yang dapat dipetik dari
pengertian mengajar yaitu;
1. Mengajar adalah suatu proses yang direncanakan secara sistematis,
terprogram, dan bertujuan.
2. Mengajar adalah suatu upaya menciptakan kondisi dan sistem
lingkungan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik
3. Mengajar adalah membimbing aktivitas belajar peserta didik agar
potensi yang dimilikinya berkembang secara optimal

3. Kompetensi Guru
Menurut Eggen dan Kauchak (2004: 7-11), ada empat kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan profesinya, yaitu:
 Knowledge of content
Penguasaan guru pada bidang studi yang diajarkanya.
 Pedagogical content knowledge
Kemampuan guru membuat materi pembelajran secara spesifik agar
dapat dipahami oleh peserta didik dengan mudah.
 General pedagogical knowledge
Penguasaan prinsip-prinsip dasar pengajaran dan pengelolaan kelas.
 Knowledge of learner and learning
Pemahaman tentang hakikat peserta didik dan hakikat belajar.
Interstate New Teacher Assessment and Support Consortium
(INTASC) mengemukakan sepuluh persyaratan standar guru profesional,
yaitu:
 Knowledge of subject
Kemampuan guru menguasai materi pembelajaran yang diajarkan.
 Learning and human development
Kemampuan guru untuk memahami bagaimana peserta didik belajar
dan bagaiman proses perkembangannya.
 Adapting instruction
Kemampuan guru merancang program pembelajaran sesuai dengan
perbedaan karakteristik
 Strategies
Kemampuan guru merancang strategi pembelajaran yang mampu
mengembangkan kemapuan berfikir kritis peserta didik.
 Motivation and management
Kemampuan guru membangkitakan motivasi dan prilaku belajar
peserta didik.
 Communication skills
Kemampuan guru berkomunikasi secara verbal dan nonverbal.
 Planning
Kemampuan guru merancang materi pembelajaran agar sesuai dengan
tujuan kurikulum yang ditetapkan.
 Assessment.
Kemampuan guru menentukan kemampuan dan penguasaan
pembelajaran terhadap peserta didik.
 Commitment.
Ketekunan guru dalam menjalankan profesinya.
 Partnership.
Kemampuan guru dalam menjalin kerjasama dengan semua unsur
penyelenggara pendidikan di dalam sekolah
Santrock (2009: 6-13) mengemukakan dua kompetensi dasar seorang
guru yang profesional, yaitu:
 Professional knowledge and skills
Kemampuan guru menguasai biadang studi yang diasuhnya dengan
dibarengi kemampuan mengajar yang bermutu.
 Commitment and motivation.
Menjadi guru yang berhasil dalam melaksanakan tugas harus memiliki
komitmen dan motivasi.
Lemlech (1999: 261-277) merumuskan tiga kompetensi dasar yang
harus dimiliki guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu:
 Personal and professional competence.
Guru dapat menciptakan dan melaksanakan komunikasi antarpribadi,
agar dapat menigkatkan motivasi belajar dan kualitas proses
pembelajaran.
 Methodological competence.
Guru dapat mengaplikasikan keterampilan dasar mengajar dalam
proses pembelajaran.
 Subject matter competence.
Guru dapat menguasai bidang studi yang dia ajarkanya.
4. Implikasi Penguasaan Kompetensi
Dalam implikasi penguasaan kompetensi terhadap pelaksaan proses
pembelajaran terdapat empat dimensi, yaitu:
 Dimensi peserta didik
Implikasi peenguasaan kopetensi akan tampak melalui:
a. Keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan, serta
dorongan-dorongan yang terdapat pada peserta didik dalam
suatu proses pembelajaran.
b. Keinginan serta keberanian peserta didik mencari kesempatan
guna berperan serta dalam persiapan, proses, dan tindak lanjut
dari belajar dalam proses pembelajaran.
c. Berbagai usaha atau kreativitas belajar peserta didik dalam
menyelesaikan kegiatan belajarnya.
d. Dorongan ingin tahu yang besar dari peserta didik untuk
mengetahui dan mengerjakan sesuatu yang baru di dalam
proses pembelajaran.
e. Rasa lapang dan bebas untuk melakukan sesuatu tanpa tekanan
dari siapapun.
 Dimensi guru
Implikasi peenguasaan kopetensi akan tampak melalui:
a. Usaha membina serta mendorong peserta didik untuk
meningkatkan semangat serta partisipasi secara aktif dalam
proses pembelajaran.
b. Kemampuan menjalankan fungsi dan peran guru sebagai
inovator dan motivator.
c. Sikap yang tidak mendominasi kegiatan belajar peserta didik
dalam proses pembelajaran.
d. Pemberian kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
menurut cara, irama, dan tingkat perkembangan kemampuan
masing-masing peserta didik di dalam proses pembelajaran.
e. Kemampuan untuk menggunakan macam-macam strategi
pembelajaran serta pendekatan multimedia dalam proses
pembelajaran.
 Dimensi program
Implikasi peenguasaan kopetensi akan tampak melalui:
a. Tujuan pembelajaran, konsep, maupun isi pembelajaran yang
dapat memenuhi kebutuhan, minat, dan kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
b. Program yang dapat mengembangkan konsep maupun aktivitas
peserta didik di dalam proses pembelajaran.
 Dimensi situasi belajar mengajar
Implikasi peenguasaan kopetensi akan tampak melalui:
a. Situasi belajar yang didalamnya tercipta komunikasi guru
dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik
lainnya yang edukatif, saling menghargai, saling pengertian,
hangat, dan baik dalam proses pembelajaran.
b. Adanya motivasi serta kegembiraan belajar di kalangan peserta
didik di dalam proses pembelajaran.
5. Kontribusi Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran
Dalam pengajaran psikologi pendidikan berperan sebagai
pengembangan pengetahuan dalam upaya memahami seluk beluk terjadinya
proses pembelajaran yang berdampak terhadap peningkatan efektivitas dan
kualitas pembelajaran dalam pengertian mampu melaksanakan tugas sebagai
profesi guru. Ada 5 jenis permasalahan yang dapat ditangani oleh guru melalui
psikologi pendidikan, yaitu:
 Membantu guru untuk menetapkan tujuan pembelajaran dan peserta
didik untuk berupaya mencapaiannya.
 Membantu guru untuk memahami karakteristik peserta didik.
 Membantu guru untuk memahami hakikat proses belajar.
 Membantu guru menentukan metode mengajar yang sesuai dengan
kondisi kelas dan materi pembelajaran.
 Membantu guru untuk melaksanakan evaluasi proses pembelajaran
yang dilakukan oleh peserta didik.
6. Pengertian dan Sejarah Psikologi Pendidikan
 Pengertian psikologi pendidikan
karakteristik yang terkandung dalam pengertian psikologi
pendidikan, yaitu:
a. Psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang memiliki
lingkup kajian khusus, yaitu kajian psikologi dalam konteks
pendidikan.
b. Psikologi pendidikan adalah implementasi teori, model, dan
pendekatan psikologi dalam bidang pendidikan.
c. Psikologi pendidikan mengkaji masalah-masalah psikologis
yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, yang dijadikan
acuan dalam upaya menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif.
d. Psikologi pendidikan memberi acuan dalam upaya
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang
didasarkan pada potensi, tahapan perkembangan, kebutuhan,
latar belakang, kemampuan, dan kecepatan belajar peserta didik
sesuai dengan jenis, tingkatan, standar, dan tujuan pendidikan.
e. Psikologi pendidikan meletakkan dasar interaksi manusiawi
dalam proses pembela- jaran yang menjadi dasar bagi upaya
optimalisasi potensi peserta didik. Guru tidak melihat peserta
didik sebagai objek, tetapi sebagai subjek yang memiliki
keunikan, potensi, peluang, harapan, masalah, kekuatan,
kelemahan, kemampuan untuk aktualisasi diri, dan masa depan.
 Sejarah perkembangan pesikologi secara umum
Kajian psikologi pendidikan telah dimulai sejak abad keempat.
Pada abad ini Democritus telah merintis penyelenggaraan perdidikan
dalam lembaga pendidikan formal. Dilanjutkan oleh Plato dan
Aristoteles, Quintilianus, dan juga Juan Luis Vives, yang banyak
menulis tentang makna dan upaya penyelenggaraan pendidikan yang di
dalamnya terkandung implikasi psikologi pendidikan, serta
Commenius.
lde Juan Luis dikembangkan kemudian oleh Herbart dan
Thorndike yang dikenal dengan Law of Exercise dengan mengambil
juga pendapat Commenius. Herbart tidak hanya meletakkan dasar
pemikiran tentang psikologi pendidikan tetapi sangat berperan dalam
mempersiapkan studi ilmiah tentang dasar-dasar penyelenggaraan
pendidikan. Konsep "schema theory" juga merupakan buah pikiran
Herbart.
Memasuki abad 20 terdapat tiga tokoh di Amerika yang mulai
menggagas secara ilmiah kajian psikologi pendidikan yaitu William
James, John Dewey dan E.L. Thorndike. Kemudian muncul nama
Mamie dan Kennneth Clark psikolog berkulit hitam yang menjadi
orang Afrika-Amerika pertama yang menjadi President of the
Psychological Assosiation. Selain itu terdapat pula psikolog Latin-
Amerika George Sanchez dan disusul oleh Leta Hollingworth yang
merumuskan istilah gifted bagi anak-anak tergolong sangat cerdas.
 Sejarah perkembangan psikologi di Indonesia
Perkembangan psikologi pendidikan di Indonesia berasal dari
masuknya pendidikan di Indonesia yang dipelopori oleh Ki Hajar
Dewantara. Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan yang
aktif dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumunis, dan politis.
Tidak hanya itu beliau juga berperan penting sebagai penggagas
kemajuan pendidikan di Indonesia, dengan merintis pendidikan yang
juga memberi kesempatan bagi kaum pribumi.
Dalam meletakkan hakikat dan nilai pendidikan Ki Hajar
Dewantara mendasarinya dengan falsafah pendidikan yaitu ing ngarsa
sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, falsafah
pendidikan Ki Hajar Dewantara Ini mengandung makna yakni:
a. Peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki potensi
dan memiliki potensi sentral dalam proses pembelajaran.
b. Pendekatan manusiawi menjadi perhatian utama dalam
melaksanakan proses pembelajaran, dan disinilah Ki Hajar
Dewantara mengaplikasikan pendekatan psikologi humanistik.
c. Ki Hajar Dewantara menetapkan peserta didik dalam kerangka
pengembangan kedewasaan berpikir dan berperilaku dalam
konteks kehidupan budaya dan masyarakat secara luas,
sehingga peserta didik mampu mengedepankan nilai-nilai
kemanusiaan yang memiliki nilai peradaban sebagai umat
manusia secara universal
d. Penghargaan nilai-nilai budaya ternyata mendapat tempat
secara proporsional dalam pengembangan nilai moral peserta
didik, dan ini tampaknya dapat dijadikan acuan dalam konteks
nilai moral secara universal
e. Peserta didik dalam konteks implementasi psikologi pendidikan
mendapat tempat secara benar, di mana peserta didik dihargai
baik dari aspek latar belakang, potensi, harga diri, dorongan
untuk percaya diri, kemandirian, dan tanggung jawab dalam
mengambil keputusan.
B. Perkembangan Kognitif dan Bahasa
1. Hakikat Perkembangan
Perkembangan kognitif dan bahasa secara empiris memiliki nisbah
perkembangan yang paralel dan berlangsung secara bertahap sesuai dengan
tahapan perkembangan anak. Perkembangan menunjuk dua istilah yang secara
substantif saling mempengaruhi, yaitu qualitative dan quantitative change.
Qualitative change menunjuk pada perkembangan kualitatif, misalnya anak
mampu dan trampil berbicara, mampu memecahkan masalah perhitungan
secara matematis, memahami perasaan orang lain dan sebagainya. Sedangkan
quantitative change menunjuk pada pertumbuhan secara kuantitas, tubah anak
bertambah tinggi, tangannya mulai memanjang, kakinya semakin kuat berjalan
dan berlari.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu
faktor nature dan nurture, continuity dan discontinuity, early dan later
experience. Keenam konsep ini tidaklah berdiri sendiri melainkan secara
kualitatif, misalnya saling mempengaruhi. Dengan kata lain, perkembangan
anak dipengaruhi oleh faktor bawaan, peran lingkungan termasuk keluarga,
teman sebaya, sekolah serta lingkungan di mana anak itu berada. Selain itu
dapat dikatakan bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang
berkelanjutan dan berlangsung secara terus-menerus
2. Proses dan Periode Perkembangan
 Proses perkembangan
Ada tiga aspek yang mempengaruhi proses perkembangan yaitu:
a. Proses biologis (biological process)
Menghasilakan perubahan dalam bentuk pertumbuhan tubuh,
perkembangan otak, penambahan tinggi dan berat,
keterampilan motorik, serta perubahan hormone menginjak
masa remaja.
b. Proses kognitif (cognitive process)
Mengahasilkan perubahan cara berfikir, inteligensi, dan bahasa.
c. Proses sosioemosional (socioemotional process)
Menyangkut perubahan bagaimana anak menjalin hubungan
dengan orang lain, erubahan emosi, dan perubahan kepribadian.
 Periode perkembangan
Tahap perkembangan yaitu:
a. Usia yang terentang pada 18-24 bulan (Infancy)
b. Masa prasekolah (Early childhood)
c. Memasuki masa sekolah (Middle and late childhood)
d. Masa transisi dari anak-anak menuju ke masa dewasa
(Adolescence)
3. Prinsip-Prinsip Perkembangan
Perkembangan intelektual dipengaruhi oleh:
 Belajar
Melalui belajar, tumbuhlah kemampuan untuk memahami
 Pengalaman
Melalui pengalaman, secara lansung anak mengalami kesulitan, upaya
perbaikan jika ada kesalahan, maupun kegembiraan jika berhasil
mengerjakannya.
 Interaksi sosial
Melalui interaksi sosial, anak saling berbagi pengalaman dan
pengetahuan baru tentang nilai, aturan, dan tata krama yang semestinya
dilakukan dalam kehidupan bersama sebagai anggota masyarakat.
 Penguasaan bahasa
Bahasa adalah media untuk menyapaikan pesan, ide, pendapat,
pengalaman, sehingga dapat meningkatkan penalaran anak.
 Bersifat secara berkelanjutan dan relatif teratur
Kematangan, belajar, dan pengalam memberi pengaruh yang berarti
terhadap perkembangan.
 Irama dan tempo perkembangan
Setiap anak memiliki perbedaan warna dan irama dalam perkembangan
yang tidak bias di samakan.
 Kematangan, faktor genetik, dan usia
Usia mempengaruhi faktor genetik dan kematangan berfikir anak oleh
karena itu kemapuan anak tidak bias disamakan melalui faktor usia.
4. Perkembangan kognitif
 Fungsi otak dan prilaku
a. Nervous system
Sistem berupa tubuh yang mengatur arus peredaran
komunikasi yang digerakkan oleh arus listrik yang bersifat
kimiawi. Ada beberapa karakteristik yang memiliki kekuatan
yang luar biasa yang mampu mengarahkan perilaku kita yang
disebut complexity, integration, adaptability, dan
electrochemical transmission.
Nervous system memiliki ruang ruang khusus yang
mengelola informasi dan memiliki fungsi yang berbeda ruang-
ruang khusus tersebut adalah:
1. afferent nerve, berfungsi membawa informasi ke otak
dan spinal cord
2. Efferent nerve, berfungsi membawa informasi dari otak
dan spinal cord kemudian disalurkan ke seluruh tubuh
3. neural Network, di dalam neuran sel saraf akan
diintegrasikan secara serempak dan kemudian diberi
makna
Pembagian dari nervous system manusia terdiri dari:
1. Central Nervous sistem terdiri dari otak dan spinal cord.
lebih dari 99% sel-sel saraf di dalam tubuh berlokasi di
dalam Central nervous system.
2. Peripheral nervous system adalah jaringan saraf yang
menghubungkan otak dan spinal cord dengan semua
bagian dalam tubuh.
b. Neuron
Neuron adalah sel-sel saraf yang berfungsi menangani
pemrosesan informasi.
 Specializet Cell Structure
 Neural impulse
pergerakan informasi dari suatu neuron ke neuron
lainnya, di mana neuron mengirim pesan melalui axon
dengan digerakkan oleh daya aliran listrik.
 Synapse dan neurotransmitter
gerakan informasi melalui axon dapat diumpamakan
seperti suatu kerumunan gelombang yang bergerak
dalam sebuah Stadium.
c. Struktur otak dan fungsi fungsinya
 Hindbrain
Hindbrain terletak pada bagian pantat tengkorak dan
bagian otak yang terletak paling bawah. Serta berperan
penting dalam pusat keseimbangan.
 Midbrain
Midbrain terletak diantara hindrain dan forebrain.
midbrain menjadi penyalur informasi antara otak
dengan mata dan telinga.
 Forebrain
Forebrand berfungsi untuk memahami berbagai
informasi, pengalaman, masa lalu, penuh percaya diri
dalam mengerjakan tugas, menghadapi tugas ujian, serta
berkaitan dengan kemampuan mengorganisasikan tugas
dan tanggung jawab.
d. Perkembangan kognitif dan faktor lainya
Para peneliti neuroscience menemukan tiga pokok
kesimpulan yang berkaitan dengan perkembangan otak:
 Otak berkembang sangat cepat ketika usia awal
perkembangan anak
 Otak berkembang sangat cepat pada masa peka
 lingkungan memberi kontribusi yang sangat berarti bagi
pertumbuhan dan perkembangan otak
5. Teori Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif dirumuskan oleh Jean Piaget. Konsep
dasarnya adalah intelectual organization dan adaptation. Manusia mampu
beradaptasi dan sekaligus mengorganisasikan lingkungannya. Dalam upaya
memahami proses kognitif dalam beradaptasi dan mengorganisasikan
lingkungan, Piaget mengetengahkan empat konsep dasar yang menjadi acuan
mengenai proses terjadinya perkembangan mental yakni schemata,
assimilation, accommodation, equilibration. Piaget mengemukakan bahwa
jiwa memiliki struktur, sama halnya dengan tubuh.
 Schemata adalah bentuk jamak dari kata schema yang melukiskan
struktur mental atau kognitif dalam hal di mana individu melakukan
aktivitas intelektual untuk beradaptasi dan mengorganisasikan
lingkungan.
 Assimilation adalah proses kognitit di mana seseorang
mengintegrasikan persepsi, aktivitas motorik, pengertian, pengetahuan
baru ke dalam schemata yang telah eksis atau bentuk perilaku.
 Accommodation adalah penilaian terhadap informasi yang masuk ke
dalam schemata. Dalam konteks perkembangan accomodation
menunjuk pada perubahan secara kualitatif
 assimilation menunjuk pada perubahan secara kuantitatif, dan secara
bersama-sama mendasari arah bagi penyesuaian dan perkembangan
struktur intelektual.
Proses assimilation dan accommodation mendasari pertumbuhan dan
perkembangan kognitif. Proses assimilation dan accommodation selayaknya
berlangsung paralel agar terjadi keseimbangan dan inilah yang disebut
equilibrium. Disequilibrium adalah ketidakseimbangan antara assimilation
dengan accommodation.
Piaget membagi tahapan perkembangan menjadi empat tahapan yaitu:
 sensorimotor intelligence (0-2 tahun)
 preoperational thought (2-7 tahun)
 concrete operations (7-11 tahun)
 formal operations (11-15 tahun)

6. Teori perkembangan sosial kognitif oleh Vygotsky


Vygotsky mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif manusia, yaitu:
 interaksi sosial
 bahasa
Terdapat tiga faktor penting yang memberi dampak terhadap
perkembangan kognitif yaitu interaksi sosial, bahasa, dan budaya.
7. Teori perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan
fungsi otak. Sebagaimana diketahui bahwa otak memiliki fungsi yang paling
fundamental dalam struktur biologis manusia. Erika Hoff menyebutnya
sebagai functional architecture of human brain. Penelitian tentang
neurolinguistik menyimpulkan bahwa otak memiliki dasar yang fundamental
dalam perkembangan kemampuan berbahasa dan terutama pada anak yang
berada dalam rentang usia dini.
C. Perkembangan Personal, Sosial, dan Emosional
Secara kasat mata dapat diamati bahwa terdapat perbedaan dalam proses berpikir
dan berperilaku para peserta didik. Secara psikologis hal ini dapat dipengaruhi oleh
perkembangan personal, sosial dan emosionalnya. Perkembangan personal, sosial dan
emosional pada anak dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan yang paling kuat
pengaruhnya adalah faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga, teman sebaya,
teman sekolah, guru dan yang tidak dapat dipungkiri juga yaitu pengaruh media
sosial.
1. Perkembangan personal
Perkembangan personal adalah pertumbuhan sifat-sifat kepribadian
yang sifatnya menetap sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan
fisik dan sosialnya. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh
orang tua ternyata memiliki peran yang sangat signifikan dalam
perkembangan personal anak.
Pola asuh orang tua dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
 authoritative parenting
 authoritarian parenting
 permissive parenting
 neglectful atau uninvolved parenting
Perkembangan personal lewat teman sebaya terjadi dalam dua cara
yaitu, disengaja atau tidak disengaja dan berlangsung melalui komunikasi
dialogis yang tersirat di dalamnya muatan-muatan sikap, nilai-nilai, norma,
dan juga perilaku tertentu yang secara disengaja atau tidak, terinternalisasi
dalam pribadi anak.
2. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial digambarkan sebagai kesempatan individu untuk
mengembangkan kemampuannya melakukan interaksi dan hidup
berdampingan dengan sesama dalam rentang waktu tertentu. Perkembangan
sosial anak secarà jelas mulai tergambar sejak anak berusia tiga tahun hingga
delapan tahun.
Teori yang dirumuskan Urie Bronfenbrenner dapat dijadikan acuan
untuk mempelajari perkembangan sosial anak. Teorinya disebut ecological
theory yang didasarkan pada upaya memahami kehidupan anak dalam konteks
lingkungan sosial dan dengan orang-orang dilingkungannya. Bronfenbrenner
melukiskan secara komprehensif tentang sistem yang mempengaruhi
perkembangan lingkungan dan terentang dari lingkungan yang memiliki
hubungan interpersonal yang sangat intim menuju ke lingkungan yang lebih
luas yang berkaitan dengan faktor budaya. Kelima sisten lingkungan tersebut
adalah:
 Microsystem
 Mesosystem
 Exosisytem
 Macrosystem
 Chronosystem
3. Perkembangan personal, emosional, dan sosial secara terintegrasi
menurut teori erikson
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh sistem lingkungan.
Erikson merumuskan teori perkembangan personal dan emosional secara
terpadu yang didekati dari pengaruh lingkungan sosial. Integrasi antara
perkembangan personal, emosional dan faktor sosial akan memberi
pemahaman yang komprehensif tentang perkembangan manusia.
Erikson menamai teorinya sebagai teori psikososial. Erikson
merumuskan delapan tahapan perkembangan psikososial, yaitu:
 Trust vs. misrtus (sejak lahir sampai satu tahun)
 Autonomy vs. shame and doubt (usia 1-3 tahun)
 Initiative vs. guilt (usia 3-6 tahun)
 industry vs. inferiority (usia 6-12 tahun)
 Identity vs. confusion (usia 12-18 tahun)
 Intimacy vs. isolation (usia dewasa muda)
 Generativity vs. stagnation (usia dewasa pertengahan)
 Integrity vs despair (usia lanjut).
4. Perkembangan moral
Perkembangan moral menjadi bagian yang sangat penting dalam
kehidupan anak dan mesti dikondisikan sejak usia dini. Lawrence Kohlberg
merumuskan tahapan perkembangan moral menjadi tiga tahapan yang
dimulai dari:
 Prakonvensional, yang dibagi menjadi dua tahap yaitu: hukuman-
penolakan dan kepatuhan, dan kebaikan diganti dengan kebaikan dan
sebaliknya.
 Konvensional, yang dibagi dua tahap yaitu: anak laki-laki yang baik
atau anak perempuan yang manis, dan hukum dan perintah.
 Pascakonvensional, yang dibagi menjadi dua tahap yaitu: kontak
sosial dan prinsip-prinsip etis secara universal.

5. Perkembangan konsep diri


Konsep diri berkaitan dengan perkem- bangan sosial, personal,
emosional. Konsep diri sebetulnya berkembang sejalan dengan
perkembangan dari aspek-aspek psikologis lainnya. Konsep diri merujuk
pada bagaimana individu memahami dirinya sebagai pribadi yang berkaitan
dengan tugas-tugas perkembangannya, penuaian tugas sesuai dengan tuntutan
pribadinya, tuntutan lingkungan dan juga dalam upaya optimalisasi potensi
dirinya. Konsep diri berkenaan dengan deskripsi diri dan penilaian diri.
Konsep diri memiliki kaitan dengan kemampuan untuk mewujudkan potensi
diri dan juga aktualisasi diri.
6. Peran konsep diri terhadap perilaku
 Mempertahankan keselarasan batin
 Menentukan pandangan individu
 Menentukan pengharapan individu
7. Upaya guru untuk mengembangkan konsep akademik murid
 Menciptakan kondisi pembelajaran yang mampu menumbuhkan
semangat
 Menciptakan interaksi manusiawi dan edukatif dalam proses
pembelajaran
 Menciptakan kondisi pembelajaran yang menantang
 Membangun kepercayaan diri serta menghargai dan mengoptimalkan
potensi murid.
 Mengembangkan persepsi posostif terhadap murid.
D. Perbedaan Individu Peserta Didik
Perbedaan individual peserta didik adalah sesuatu yang inheren. Setiap individu
memiliki keunikan dan wujudnya sangat beragam. Perbedaan peserta didik
menjadikan proses pembelajaran sebagai sebuah seni sekaligus ilmu pengetahuan.
Berbagai kajian telah dilakukan untuk memahami perbedaan individual peserta didik
dan juga upaya yang semestinya dilakukan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang efektif baik dari pendekatan psikologi maupun pendekatan
metodologi pembelajaran.
Berdasarkan berbagai kajian, perbedaan individual peserta didik dapat díamati
dari latar belakang inteligensi, budaya, sosio- ekonomi, gender, kepribadian,
temperamen, dan gaya belajar.
1. Latar belakang inteligensi
Perbedaan aspek inteligensi dapat saja terjadi dalam diri setiap
peserta didik. Namun proses pencapaian prestasi belajar hanya merupakan
salah satu dari berbagai aspek yang ada. Secara operasional inteligensi dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan
menyesuaikan diri, belajar dari pengalaman, dan meningkatkan kualitas hidup
sesuai dengan pekerjaan dan profesi.
Banyak ahli yang merumuskan tentang teori inteligensi. Dimulai
dengan teori inteligensi yang dikembangkan oleh Spearman yang dikenal
dengan teori kemampuan kognitif umum (general cognitive ability) atau
dikenal juga dengan teori general intelligence dan diistilahkan oleh Spearman
sebagai "g". Teori yang dikembangkan oleh Louis L. Thurstone yang dikenal
dengan primary mental abilities: not two factors, but seven. Kemudian
terdapat teori yang dikembangkan oleh Raymond Cattell yang dikenal dengan
fluid and crystallized intelligences, dan juga teori yang dikembangkan oleh
Cattell-Horn- Carroll yang disebut theory of cognitive abilities.
Selain itu terdapat pula teori yang dikembangkan oleh Howard
Gardner yang dirumuskan sebagai multiple intelligences. Terdapat juga teori-
teori kecerdasan lainnya yaitu triarchic theory of intelligence yang
dikembangkan oleh Robert Sternberg, teori kecerdasan emosional yang
dikembangkan oleh Daniel Goleman, teori kecerdasan berperilaku yang
dikembangkan oleh Art Costa, serta teori kecerdasan spiritual yang
dirumuskan oleh Tony Buzan. Buzan menyebutnya the power of spiritual
intelligence dan the power of creative intelligence.
2. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya ternyata menjadi salah satu perbedaan
peserta didik. Secara teoretis dan empiris ternyata budaya memiliki peran
penting dalam proses permbentukan perkembangan berpikir dan berperilaku.
Proses berpikir dan berperilaku ternyata merupakan refleksi dari latar
belakang dalam budayanya. Proses internalisasi nilai budaya ternyata
berlangsung dalam keluarga. Orang tua dalam keluarga etnis Tapanuli pasti
mendidik anak-anaknya sesuai dengan budayanya, demikain juga etnis Bali,
Jawa, Sunda, Ambon, Betawi, Palembang, Minahasa, Bolaang Mongondow,
Gorontalo, Badui, Banten, Yogyakarta, Jepang, Rusia, Amerika, Afrika,
Minangkabau, Tionghoa, Flores, Arab, India, terkecuali jika telah terjadi
pembauran-perkawinan antaretnis dan juga antarbangsa yang membentuk
sebuah keluarga.
3. Latar belakang kepribadian
Latar belakang kepribadian juga mempengaruhi perbedaan peserta
didik. Kepribadian menunjuk pada keseluruhan dari karakteristik psikologis
dan bentuk perilaku dan merupakan hal yang unik pada setiap individu yang
dicirikan dengan bagaimana setiap individu berinteraksi dengan lingkungan
dan beradaptasi sesuai dengan tuntutan di mana individu itu berada.
4. Latar belakang sosial dan ekonomi
Perbedaan individu secara empiris ternyata juga dipengaruhi oleh
latar belakang sosial dan ekonomi keluarga. Proses berpikir dan berperilaku
peserta didik juga dapat diamati dari kehidupan keluarga. Anak yang berasal
dari golongan keluarga yang memiliki status sosial tertentu dalam pranata
sosial masyarakat akan memiliki perilaku yang berbeda dengan anak didik
yang berasal dari keluarga yang tidak memiliki status sosial.
5. Latar belakang gender
Gender menunjuk pada perilaku dan bentuk aktivitas yang
semestinya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sesuai dengan tuntutan
budaya, sekalipun tidak sesuai dengan karakteristik yang melekat pada laki-
laki atau perempuan. Budaya memiliki peran yang sangat menentukan tentang
apa yang wajib dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.
6. Latar belakang gaya berfikir dan belajar
Gaya berfikir dan belajar peserta didik akan memberi kemampuan
bagi guru untuk mengelola proses pembelajaran secara lebih seksama,
kondusif, dan variatif yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi peserta
didik yang sesuai dengan kemampuannya.
E. Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
1. Latar belakang bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus
Pelayanan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus dalam
perspektif psikologi humanistik secara esensial adalah tugas kemanusiaan
yang selayaknya dilakukan dalam upaya optimalisasi potensi serta
meningkatkan kualitas dan martabat kemanusiaan. Dalam perspektif
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan
pemerintah dan secara lebih khusus adalah tanggung jawab orang tua dan
lembaga pendidikan. Anak yang membutuhkan pelayanan pendidikan khusus
dilaksanakan atas dasar keterbatasan- keterbatasan yang dimiliki anak baik
secara biologis maupun psikologis atau kelebihan- kelebihan yang dimiliki
anak sehingga potensi anak berkembang secara optimal.
Menurut Ormrod, bagi anak yang membutuhkan layanan pendidikan
khusus, dibutuhkan kemampuan guru untuk mengadaptasi program
pembelajaran agar dapat memaksimalkan aktivitas belajar dan prestasi belajar
anak. Banyak anak yang memiliki kemampuan kognitif, personal, sosial yang
terbatas, dan juga keterbatasan fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan
anak mengikuti pendidikan dalam kelas reguler. Di pihak lain ada anak yang
memiliki kemampuan kognitif yang luar biasa dan digolongkan anak yang
memiliki kecerdasan intelektual tinggi dan bakat khusus yang dikenal dengan
sebutan gifted and talented child
Rintisan ke arah pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
telah dimulai sejak lama dan dimulai sejak tahun 1776 yang terkenal dengan
American Declaration of Independence, kemudian the French Declaration of
the Rights of Man and the Citizen pada tahun 1789. The Geneva Declaration
yang disahkan oleh perserikatan bangsa-bangsa tahun 1924 yang
mencantumkan satu pasal tentang hak anak. Pada tahun 1946 dibentuklah
badan Internasional yang melindungi hak anak yang terkenal dengan the
United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF). Pada
tahun 1989 diselenggarakan Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang
Hak Asasi Anak yang dikenal dengan nama the United Nations Convention on
the Rights of the Child. Pada tahun 2000 dilakukan konvensi World Summit
on Education for All yang dilaksanakan di Thailand. Indonesia juga telah
mengukuhkan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara yang termuat
dalam Undang-undang Dasar dan dalam Sitem Pendidikan pada pasal 24.
Istilah pelayanan pendidikan berkebutuhan khusus kini telah diganti
namanya menjadi pendidikan inklusif atau "inclusive education". Rumusan
pendidikan inklusi diadaptasi dari UNESCO pada konferensi the Salamanca
World Conference on Special Needs Education: Access and Quality.
2. Kategori anak berkebutuhan khusus
Adapun kategori anak berkebutuhan khusus secara umum dibagi menjadi
lima kategori yaitu:
 Student with specific cognitive or academic difficulties: anak yang
memiliki ciri ini menunjukkan kemampuan akademik di bawah rata-
rata dan mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas khusus.
 Student with social or behavioral problems: Anak yang menunjukkan
keterbatasan dan kesulitan yang cukup serius dalam berperilaku, sosial
dan juga emosional dan sangat berkaitan dengan masalah akademik.
 Students with general delays in cognitive and social functioning: Anak
yang menunjukkan prestasi belajar yang sangat rendah pada semua
mata pelajaran dan keterampilan sosial menunjukkan tidak sesuai
dengan usianya, seperti kekanak-kanakan.
 Students with physical or sensory challenges: Anak yang termasuk
kategori ini adalah anak memiliki keterbatasan akikbat masalah fisik
dan secara medis memiliki masalah.
 Students with advanced cognitive development: Anak kategori ini
menunjukkan kemampuan belajar yang tidak seperti anak pada
umumnya dan menunjukkan keunggulan satu atau beberapa bidang
studi.
3. Specifik cognitive or academic difficulty
1. learning disability
learning disability adalah keterbatasan kemampuan belajar
yang dihadapi anak dalam bentuk kesulitan memahami, menggunakan
bahasa ujar dan tulisan yang tampak dalam bentuk kesulitan dan
keterbatasan kemampuan mendengar, berpikir, membaca, dan
mengeja. Kesulitan ini juga termasuk kemampuan mempelajari
matematika’
Mengalami kesulitan belajar dapat disebabkan oleh kurang
tepatnya diagnosis yang dilakukan atau terjadi identifikasi yang
berlebihan, Juga dapat disebabkan oleh terlalu cepatnya guru memberi
label pada peserta didik yang memiliki kesulitan belajar
Bentuk dan karakteristik kesulitan belajar, yaitu:
 DYSLEXIA, Pada umumnya anak didik yang mengalami
kesulitan belajar ditandai oleh kesulitan membaca,ّ dan
diperkirakan mendekati 80% dari anak yang mengalami
kesulitan membaca
 DYSGRAPHIA adalah anak yang mengalami kesulitan belajar,
khususnya kesulitan dalam menulis tangan
 DYSCALCULIA adalah kesulitan belajar yang dialami anak
khususnya dalam masalah menghitung
Bagaimana karakteristik peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar? (Ormrod: 2011) mengemukakan karakteristik itu
secara umum, yaitu:
 kesulitan mempertahankan perhatian
 keterampilan membaca sangat rendah
 kesulitan dalan mengerjakan tugas, termasuk tidak mampu
berpikir abstrak
 kesulitan memahami diri
 memiliki motivasi belajar yang rendah
 keterampilan motorik yang kurang
 keterampilan sosial yang kurang
Strategi penyesuaian pembelajaran bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar
 Mengupayakan meminimalkan gangguan bagi anak didik yang
sedang belajar
 Baik dan menyajikan informasi baru yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik
 Menggunakan media yang menumbuhkan minat peserta didik
untuk belajar
 Dalam menganalisis kesalahan anak dalam membuat huruf
Tuliskan secara benar dan secara bertahap memperbaiki nya
 Tentang keterampilan dan strategi belajar
 Guru sebaiknya Menyediakan alat bantu bagi anak untuk
belajar
2. Attention-deficit hyperactive disorder
Bentuk dan karakteristik hiperaktif disorder, yaitu:
 Inattention anak yang tergolong pada kategori ini mengalami
kesulitan untuk memfokuskan perhatian dan menjaga
kestabilan perhatian
 Hyperactivity anak yang tergolong kategori ini tampaknya
memiliki tenaga yang berlebihan bergerak dengan tidak berarah
ke mana saja sih maunya tanpa memperhatikan orang lain atau
aturan yang berlaku dan sering membuat keributan di antara
teman sebayanya
 Impulsivity anak yang tergolong kategori ini memiliki kesulitan
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan tidak
menghitung risiko yang akan ditimbulkan
3. Speech and communication disorder
Anak yang tergolong tunarungu dan tunawicara. Terdapat
empat ciri anak tergolong speech and communication disorder, yaitu:
 Articulation disorder, anak yang mengalami gangguan
Artikulasi adalah anak yang mengalami gangguan dan kesulitan
mengucapkan bunyi secara tepat
 Voice Disorder, anak yang mengalami voice Disorder adalah
anak yang mengalami gangguan mengungkapkan bahasa ujaran
 Fluency Disorder, gangguan ini menyebabkan anak mengalami
gangguan berbicara khususnya tidak lancar atau fasih berbicara
seperti pada kemampuan anak pada umumnya
 Language disorder, dalam hal ini anak mengalami gangguan
berbicara termasuk gangguan dalam menerima dan
mengucapkan bahasa secara lisan
 Specific language impairment, Specific language impairment
termasuk gangguan perkembangan bahasa ini tidak berkaitan
dengan masalah fisik sensori dan masalah emosional.
4. Social or behavioral problem
 Emotional and behavioral disorder
Anak yang mengalami gangguan emosional dan perilaku sangat
membutuhkan pelayanan khusus.Perilaku yang ditampakkan
cenderung mengganggu teman sekelas dan juga sering terjadi pada
waktu proses belajar sedang berlangsung. Gangguan perilaku yang
ditampakkan anak ternyata sangat serius dan sifatnya menetap ini
sebetulnya tidak sesuai dengan usia anak dan berakibat terjadinya
konflik sosial di antara anak, ketidaknyamanan, ketidakbahagiaan, dan
anak mengalami kegagalan dalam mengikuti pelajaran.
Karakteristik anak yang mengalami gangguan emosional dan
perilaku, yaitu:
1. Sering bolos sekolah
2. Mengabaikan prestasi akademik sekalipun usianya semakin
bertambah
3. Harga diri rendah
4. Memiliki perasaan empati kepada orang lain yang sangat
sedikit, bahkan tidak sama sekali
5. Melakukan kekerasan
6. Kurangnya kesadaran sekalipun menghadapi masalah yang
berat
5. General delays in cognitive and social functioning
1. Intellectual disability
Terdapat 2 karakteristik yang terkandung dalam intellectual
disability keterbatasan fungsi intelektual, keterbatasan dalam perilaku
adaptif, seperti berkomunikasi, merawat diri sendiri, dan keterampilan
sosial.
Karakteristik dan kategori anak tunagrahita, yaitu:
o Memiliki pengetahuan umum yang sangat terbatas
o Sangat sulit memahami ide ide yang abstrak
o Keterampilan membaca dan menulis sangat rendah
o Strategi dalam upaya pengembangan kemampuan membaca
dan belajar sangat rendah
o Sangat sulit mentransfer Ide tertentu ke dalam situasi nyata
o Keterampilan motorik berkembang sangat lambat
o Keterampilan interpersonal rasa ketidak matang
6. Physical or Sensory Challenges
 Physical and healthy impairment
Disebut tuna daksa tuna daksa adalah individu yang memiliki
gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuron-muscular dan
struktur tulang yang bersifat bawaan sakit atau akibat kecelakaan yang
termasuk cerebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Anak yang
tergolong tunadaksa sebetulnya disamping mengalami gangguan fisik
juga akan berdampak pada masalah psikologis
Karakteristik umum anak yang mengalami gangguan fisik,
yaitu:
1. Stamina lemah dan cenderung cepat lelah
2. Fungsi intelektualnya terganggu
3. Prestasi akademik rendah dan sering tidak dapat mengikuti
pelajaran
4. Kesempatan yang terbatas untuk mendapatkan pengalaman dan
berinteraksi dengan sesama dan juga dengan lingkungan
5. Kemungkinan mengalami perasaan atau harga diri rendah
6. Merasa tidak aman, tergantug pada orang dewasa dan juga
mengharapkan bantuan dari orang lain

Anda mungkin juga menyukai