Anda di halaman 1dari 33

BAB I

A. LATAR BELAKANG

Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine secara tidak sadar, sering pada
orang tua dan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran kemih, masalah
psikologis, dan isolasi sosial. Inkontinensia cenderung tidak dilaporkan, karena
penderita merasa malu dan juga menganggap tidak ada yang dapat menolong nya dari
penelitian pada populasi lanjut usia dari masyarakat, didapatkan 75% dari pria dan 12%
dari wanita diatas 70 tahun mengalami inkontinensia urine. Sedangkan mereka yang
dirawat di psikogeriatri 15-50% menderita inkontinensia urine. Inkontinensia dibagi
menjadi inkontinensia akut, dan inkontinensia kronik.
Inkontinensia akut atau transien bersifat tiba-tiba, biasanya berhubungan dengan
kondisi pengobatan atau pembedahan. Penyebab inkontinensia akut antara lain mobilitas
terbatas, pecal impaction, delirium, infeksi saluran kemih, DM tak terkontrol,
hiperkalsemia pengobatan anti kolinergik/beta adrenergik/alpha loker, diuretic,
psikotropic, narkotik atau alkohol.
Inkontinensia kronik atau persisten dibagi menjadi stress inkontinensia, urge
inkontinensia, overflow inkontinensia dan fungsional dan fungsional inkontinensia.
Stress inkontinensia biasa terjadi pada lansia wanita. Terjadi akibat peningkatan yang
tiba-tiba pada tekanan intraabdmomen akibat adanya kelemahan otot-otot disekitar
uretra karena kehamilan. Kelahiran pervagina, trauma pembedahan, obesitas dan batuk
kronik. Pada pria stress inkontinensia tidak biasa terjadi tetapi dapat terjadi apabila ada
pembedahan prostate dan terapi radiasi. Urgeinkontinensia pada lansia biasanya
dihubungkan dengan ketidakseimbangan otot detrusor/hiperrefleksia akibat dari cystitis,
urethritis, tumor, batu, juga stroke, dementia dan penyakit parkinson digubungkan
dengan nocturia. Overflow inkontinensia ditandai dengan keluhan sering miksi dengan
volume urine sedikit, sulit memulai miksi dan merasa tidak puas. Biasanya terjadi pada
neuropati diabetic injury tulang belakang, hipertropi prostat dan multiple sklerosis.
Dari data-data tersebut, maka kami kelompok pada kesempatan kali ini
membahas tentang masalah pada lansia dengan inkontinensia urin

1
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari asuhan keperawatan ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gangguan yang terjadi di sistem perkemihan pada lansia
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang konsep dasar keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, pencernaan
b. Untuk Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinani
c. Untuk Mengetahui Perubahan yang Terjadi pada Sistem Perkemihan
Lanjut Usia

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Inkontinensia urine adalah berkemih diluar kesadaran, pada waktu dan
tempat yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau sosial. Aspek
sosial yang akan dialami oleh lansia antara lain kehilangan harga diri, merasa
terisolasi dan depresi.
Inkontinensia urine adalah sering berkemih/ngompol yang tanpa disadari
merupakan salah satu keluhan orang lanjut usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi
yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan
sosial (Kane, dkk, 1989).
2. Klasifikasi
1) Inkontinensia Stress
Akibat adanya tekanan didalam abdomen, seperti bersin, atau selama
latihan, menyebabkan kebocoran urine dari kandung kemih. Tidak terdapat
aktivitas kandung kemih. Tipe inkontinensia urine ini sering diderita wanita yang
mempunyai banyak anak.
2) Inkontinensia Mendesak (urge incontinence)
Berkemih dapat dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih sebelum
sampai ke toilet. Mereka tidak merasakan adanya tanda untuk berkemih. Kondisi
ini terjadi karena kandung kemih seseorang berkontraksi tanpa didahului oleh
keinginan untuk berkemih.
Kehilangan sensasi untuk berkemih ini disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi persarafan yang mengatur perkemihan.
3) Inkontinensia Overflow
Seseorang yang menderita inkontinensia overflow akan mengeluh bahwa
urinenya mengalir terus menerus. Hal ini disebabkan karena obstruksi saluran
kemih seperti pada pembesaran prostat atau konstipasi. Untuk pembesaran

3
prostat yang menyebabkan inkontinensia dibutuhkan tindakan pembedahan. Dan
untuk konstipasinya relatif mudah diatasi.
4) Inkontinensia Refleks
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang terganggu, seperti
demensia. Dalam hal ini, pengosongan kandung kemih dipengaruhi refleks yang
dirangsangoleh pengisian. Kemampuan rasa ingin berkemih dan berhenti
berkemih tidak ada. Penatalaksanaannya dengan permintaan untuk miksi secara
teratur setiap jam atau dengan menggunakan diapers ukuran dewasa.
5) Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine yang utuh
dan tidak mengalami kerusakan persarafan yang secara langsung mempengaruhi
sistem perkemihan tersebut. Kondisi ini muncul akibat ketidakmampuan lain
yang mengurangi kemampuannya untuk mempertahankan kontinensia.
3. Etiologi
Etiologi inkontinensia urine menurut (Soeparman & Waspadji Sarwono, 2001) :
a. Poliuria, noktoria
b. Gagal jantung
c. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia > 50 tahun.
d. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh:
1) Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek
akibat dilahirkan dapat mengakibatkan penurunan otot-otot dasar panggul.
2) Perokok, minum alkohol.
3) Obesitas.
4) Infeksi saluran kemih (ISK)

4
4. Anatomi Fisiologi

Terdiri dari 2 saluran pipa untuk mengalirkan urine dari ginjal ke


kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya sekitar 25 cm dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari 3 lapisan :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos (smooth muscle)
c. Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa)
1) Vesika urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat dan
berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis medius.
2) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar dari tubuh. Pada laki-
laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa ke bangian penis. Uretra pada wanita terletak
dibelakang simfisis pubis, berjalan mirirng sedikit kearah atas, panjangnya
sekitar 3-4 cm.

5
5. Patofisiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara
lain:Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem perkemihan vesika urinaria
(kandung kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml.
Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih dapat
ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan berkemih
atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi dan sfingter internal dan sfingter
ekternal relaksasi, yang yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda hampir
semua urine dikeluarkan dengan proses ini. Pada lansia tidak semua urine
dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap adekuat. Jumlah yang
lebih dari 100 ml mengidentifikasi adanya retensi urine. Perubahan yang lainnya
pada proses penuaan adalah terjadinya kontraksi kandung kemih tanpa disadari.
Wanita lansia, terjadi penurunan produksi estrogen menyebabkan atrofi jaringan
uretra dan efek akibat melahirkan mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar
( Stanley M & Beare G Patricia, 2006 ).
Fungsi otot besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung
kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine
banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Fungsi sfingter yang
terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin .

6. Tanda dan Gejala


a. Melaporkan merasa desakan berkemih, disertai ketidakmampuan mencapai
kamar mandi karena telah mulai berkemih.
b. Desakan, frekuensi, dan nokturia.
c. Inkontinensia stres, dicirikan dengan keluarnya sejumlah kecil urine ketika
tertawa, bersin, melompat, batuk, atau membungkuk.
d. Inkontinensia overflow, dicirikan dengan aliran urine buruk atau lambat dan
merasa menunda atau mengejan.
e. Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan volume dan aliran urine yang
adekuat.
f. Higiene atau tanda-tanda infeksi.
g. Kandung kemih terletak diatas simfisis pubis

6
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah dan glukosa dalam
urine.
b. Uroflowmetry digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan menunjukkan
obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran ketika pasien
berkemih.
c. Cysometry digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskular kandung kemih
dengan mengukur efisiensi refleks otot detrusor, tekanan dan kapasitas
intravesikal, dan reaksi kandung kemih terhadap rangsangan panas.
d. Urografi eksretorik, disebut juga pielografi intravena, digunakan untuk
mengevaluasi struktur dan fungsi ginjal, ureter, dan kandung kemih.
e. Voiding cystourethrography digunakan untuk mendeteksi ketidaknormalan
kandung kemih dan uretra serta mengkaji hipertrofi lobus prostat, struktur uretra,
dan tahap gangguan uretra prostatik stenosis (pada pria).
f. Urterografi retrograde, digunakan hampir secara eksklusif pada pria, membantu
diagnosis struktur dan obstruksi orifisium uretra.
g. Elektromiografi sfingter eksternal mengukur aktivitas listrik sfingter urinarus
eksternal.
h. Pemeriksaan rektum pada pasien pria dapat menunjukkan pembesaran prostat
atau nyeri, kemungkinan menandakan hipertfrofi prostat jinak atau infeksi.
Pemeriksaan tersebut juga dapat menunjukkan impaksi yang mungkin dapat
mentebabkan inkontinensia.
i. Kateterisasi residu pascakemih digunakan untuk menentukan luasnya
pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung
kemih.

8. Penatalaksanaan Medik
a. Terapi obat disesuaikan dengan penyebab inkontinensia. Antibiotik diresepkan jika
inkontinensia akibat dari inflamasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Obat
antikolinergik digunakan untuk memperbaiki fungsi kandung kemih dan mengobati
spasme kandung kemih jika dicurigai ada ketidakstabilan pada otot destrusor. Obat
antispasmodik diresepkan untuk hiperrefleksia detrusor aktivitas otot polos kandung
kemih. Estrogen baik dalam bentuk oral, topikal, maupun supositoria, digunakan jika

7
ada vaginitis atrofik. Inkontinensia stress kadang dapat diterapi dengan obat
antidepresan.
b. Terapi perilaku meliputi latihan berkemih, latihan kebiasaan dan waktu berkemih,
penyegeraan berkemih, dan latihan otot panggul (latihan kegel). Pendekatan yang
dipilih disesuaikan dengan masalah pasien yang mendasari. Latihan kebiasaan dan
latihan berkemih sangat sesuai untuk pasien yang mengalami inkontinensia urgensi.
Latihan otot panggul sangat baik digunakan oleh pasien dengan fungsi kognitif yang
utuh yang mengalami inkontinensia stress. Intervensi perilaku umumnya tidak dipilih
untuk pasien yang mengalami inkontinensia sekunder akibat overflow. Teknik
tambahan, seperti umpan biologis dan rangsangan listrik, berfungsi sebagai
tambahan pada terapi perilaku.Latihan kebiasaan, bermanfaat bagi pasien yang
mengalami demensia atau kerusakan kognitif, mencakup menjaga jadwal berkemih
yang tetap, biasanya setiap 2 sampai 4 jam.
c. Spiral dapat diresepkan bagi pasien wanita yang mengalami kelainan anatomi seperti
prolaps uterus berat atau relaksasi pelvik. Spiral tersebut dapat dipakai secara
internal, seperti diafragma kontrasepsi, dan menstabilkan dasar kandung kemih serta
uretra, yang mencegah inkontinensia selama ketegangan fisik.
d. Toileting terjadwal
e. Penggunaan pads
f. Indwelling kateter, jika retensi urine tidak dapat dikoreksi secara medis/pembedahan
dan untuk kenyamanan klien terakhir.

9. Komplikasi
Komplikasi Inkontinensia Urine antara lain :
a. Masalah kulit seperti (ruam,infeksi kulit dan luka )
b. Infeksi saluran kemih ( inkontinensia bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi
saluran kemih berulang )
c. Mengganggu kehidupan sosial (inkontinensia urine merupakan masalah yang
memalukan, sehingga bisa mengaruhi hubungan sosial kegiatan sehari-hari)

8
B. Perubahan Yang Terjadi Pada Sistem Urinaria

1.      Ginjal

Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang
masuk ke ginjal disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nerfon
(tempatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah
ginjal menurun sampai 50 % fungsi tubulus berkurang akibat kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya 1+), BUN (Blood
Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat
(Priyoto, 2015).

2.      Otot-otot kandung kemih menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada
lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin. Pembesaran prostat +75 % dialami oleh pria
berusia diatas 65 tahun (Priyoto, 2015).

3.      Perubahan Aliran Darah Ginjal Pada Lanjut Usia

Ginjal menerima sekitar 20% dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter per menit darah
dari 40% hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600 ml/menit. Normalnya 20% dari
plasma disaring di glomerulus dengan GFR 120 ml/menit atau sekitar 170 liter per hari.
Penyaringan terjadi di tubular ginjal dengan lebih dari 99% yang terserap kembali
meninggalkan pengeluaran urin terakhir 1-1,5 liter per hari.

Dari beberapa penelitian pada lansia yang telah dilakukan, memperlihatkan bahwa setelah
usia 20 tahun terjadi penurunan aliran darah ginjal kira-kira 10% per dekade, sehingga aliran
darah ginjal pada usia 80 tahun hanya menjadi sekitar 300 ml/menit. Pengurangan dari
aliran darah ginjal terutama berasal dari korteks. Pengurangan aliran darah ginjal mungkin
sebagai hasil dari kombinasi pengurangan curah jantung dan perubahan dari hilus besar,
arcus aorta dan arteri interlobaris yang berhubungan dengan usia.

4.      Perubahan Fungsi Ginjal Pada Lanjut Usia

Pada lansia banyak fungsi hemostasis dari ginjal yang berkurang, sehingga merupakan
predisposisi untuk terjadinya gagal ginjal. Ginjal yang sudah tua tetap memiliki kemampuan

9
untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan fungsi hemostasis, kecuali bila timbul
beberapa penyakit yang dapat merusak ginjal.

Penurunan fungsi ginjal mulai terjadi pada saat seseorang mulai memasuki usia 30 tahun
dan 60 tahun, fungsi ginjal menurun sampai 50% yang diakibatkan karena berkurangnya
jumlah nefron dan tidak adanya kemampuan untuk regenerasi. Beberapa hal yang berkaitan
dengan faal ginjal pada lanjut usia antara lain :

a.       Fungsi konsentrasi dan pengenceran menurun.

b.      Keseimbangan elektrolit dan asam basa lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan
usia muda.

c.       Ureum darah normal karena masukan protein terbatas dan produksi ureum yang menurun.
Kreatinin darah normal karena produksi yang menurun serta massa otot yang berkurang.
Maka yang paling tepat untuk menilai faal ginjal pada lanjut usia adalah dengan memeriksa
Creatinine Clearance.

d.      Renal Plasma Flow (RPF) dan Glomerular Filtration Rate (GFR) menurun sejak usia 30
tahun.

5.      Perubahan Laju Filtrasi Glomerulus Pada Lanjut Usia

Salah satu indeks fungsi ginjal yang paling penting adalah laju filtrasi glomerulus (GFR).
Pada usia lanjut terjadi penurunan GFR. Hal ini dapat disebabkan karena total aliran darah
ginjal dan pengurangan dari ukuran dan jumlah glomerulus. Pada beberapa penelitian yang
menggunakan bermacam-macam metode, menunjukkan bahwa GFR tetap stabil setelah usia
remaja hingga usia 30-35 tahun, kemudian menurun hingga 8-10 ml/menit/1,73 m2/dekade.

Penurunan bersihan kreatinin dengan usia tidak berhubungan dengan peningkatan


konsentrasi kreatinin serum. Produksi kreatinin sehari-hari (dari pengeluaran kreatinin di
urin) menurun sejalan dengan penurunan bersihan kreatinin.

6.      Perubahan Fungsi Tubulus Pada Lanjut Usia

Aliran plasma ginjal yang efektif (terutama tes eksresi PAH) menurun sejalan dari usia 40
ke 90-an. Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian berkurang tetapi tidak
terlalu banyak pada usia 70, 80 dan 90 tahunan. Transpor maksimal tubulus untuk tes
ekskresi PAH (paraaminohipurat) menurun progresif sejalan dengan peningkatan usia dan
penurunan GFR.

10
Penemuan ini mendukung hipotesis untuk menentukan jumlah nefron yang masih berfungsi,
misalnya hipotesis yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan
gangguan pada transpor tubulus, tetapi berhubungan dengan atrofi nefron sehingga kapasitas
total untuk transpor menurun.

7.      Perubahan Pengaturan Keseimbangan Air Pada Lanjut Usia

Perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan usia, dimana pada peningkatan usia maka
pengaturan metabolisme air menjadi terganggu yang sering terjadi pada lanjut usia. Jumlah
total air dalam tubuh menurun sejalan dengan peningkatan usia. Penurunan ini lebih berarti
pada perempuan daripada laki-laki, prinsipnya adalah penurunan indeks massa tubuh karena
terjadi peningkatan jumlah lemak dalam tubuh. Pada lanjut usia, untuk mensekresi sejumlah
urin atau kehilangan air dapat meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler dan
menyebabkan penurunan volume yang mengakibatkan timbulnya rasa haus subjektif. Pusat-
pusat yang mengatur perasaan haus timbul terletak pada daerah yang menghasilkan ADH di
hypothalamus.

Pada lanjut usia, respon ginjal pada vasopressin berkurang bila dibandingkan dengan usia
muda yang menyebabkan konsentrasi urin juga berkurang, Kemampuan ginjal pada
kelompok lanjut usia untuk mencairkan dan mengeluarkan kelebihan air tidak dievaluasi
secara intensif. Orang dewasa sehat mengeluarkan 80% atau lebih dari air yang diminum
(20 ml/kgBB) dalam 5 jam.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri
Nama : Ny. M
Tempat/tanggal Lahir : Ngabang, 17 Juli 1956
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan Terakhir : Sekolah Rakyat
Diagnosa Medik : Inkontinensia Urine
Alamat : Jln. Merdeka No.5

2. Keluarga atau Orang lain yang penitng/dekat yang dapat dihubungi:


Nama : Tn.P
Alamat : Jln. Merdeka No.5
No. Telpon : 082153532121
Hubugan Dengan Klien : Anak Kandung

3. Riwayat pekerjaan dan Status Ekonomi


Pekerjaan Saat Ini : Guru Mengaji
Pekerjaan Sebelumnya :-
Sumber Pendapatan : Uang dari anak-anaknya
Kecukupan pendapatan : Cukup

4. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Tidak Ada
Berpergian/wisata : Tidak Pernah
Keanggotaan organisasi : Tidak tergabung
Lain-lain :-

12
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung

No Nama Keadaan Saat Ini Keterangan


1 Tn. E Sehat, tinggal bersama anak sulungnya
2 Tn. I Sehat, tinggal bersama anak bungsunya

b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)


Nama :-
Umur :-
Penyebab Kematian :-

c. Kunjungan Keluarga : Anaknya Tn.P dan istri tampak mengunjungi


ibunya Ny.M di panti
B. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3 kali sehari
b. Nafsu makan : ada
c. Jenis makanan : nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk
d. Kebiasaan sebelum makan : berdoa terlebih dahulu
e. Maknan yang tidak disukai : ada, masakan yang berbau laut
f. Alergi terhadap makanan : tidak ada
g. Pantang makan : tidak ada
h. Keluhan yang berhubungan : tidak ada
dengan makan
2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi dan waktu : 15-18x sehari
2) Kebiasaan BAK dalam : ya, ada
malam hari
Keluhan yag berhubungan : tidak bisa menahan keluarnya urine jika terasa
dengan BAK ingin BAK
b. BAB
1) Frekuensi dan waktu : 2x sehari
2) Konsistensi : lembek, berwarna kuning

13
3) Keluhan yang berhubu- : tidak ada
ngan dengan BAB
4) Pengalaman memakai : tidak pernah
Laxantif/Pencahar
3. Personal Higiene
a. Mandi
1) Frekuensi dan waktu : 2x/sehari, pagi dan sore hari
mandi
2) Pemakaian sabun : ya
(Ya/Tidak)
b. Oral Higiene
1) Frekuensi dan waktu : 2x sehari, sehabis mandi dan sebelum tidur
gosok gigi
2) Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci Rambut
1) Frekuensi : 3x seminggu
2) Penggunaan shampo : ya
(Ya/Tidak)
d. Kuku dan Tangan
1) Frekuensi gunting kuku : 2x dalam sebulan
2) Kebiasaan mencuci : ya.
tangan pakai sabun
4. Istirahat dan tidur
a. Lama tidur malam : 5 jam sehari
b. Tidur siang : 1 jam sehari
c. Keluhan yang berhubungan : tidur terganggu sering ke WC karna mau
Dengan tidur kencing
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
Klien mengatakan mengisi waktu luangnya dengan membaca al-quran dan berdoa
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
(jenis/frekuensi/ljumlah/lama pakai)
a. Merokok (Ya/Tidak) : tidak
b. Minuman keras (Ya/Tidak) : tidak
c. Ketergantungan terhadap : ya

14
Obat (Ya/Tidak)
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari

No Jenis Kegiatan Lama Waktu untuk Setiap kegiatan


1 Merapikan tempat tidur 3 menit
2 Sholat subuh 10 menit
3 Mandi pagi 20 menit
4 Sarapan 10 menit
5 Berkebun 1 jam
6 Istirahat 5 menit
7 Mandi 20 menit
8 Menonotn tv 30 menit
9 Tidur siang 2 jam
10 Bersih-bersih panti 30 menit
11 Istirahat 5 menit
12 Mandi 20 menit
13 Mengajar ngaji 1 jam
14 Berkumpul bersama teman panti 1 jam
15 Makan malam 10 menit
16 Menonton tv 30 menit
17 Tidur malam 5 jam

C. Status kesehatan

15
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama selama 1 tahun terakhir
Ny.M mengatakan 1 tahun terakhir sering mengeluh nyeri saat berkemih, kalau
bersin atau batuk kencing keluar secara tiba-tiba, nokturia.
b. Gejala yang dirasakan
Kencing dalam sehari 1-18x/hari
c. Faktor pencetus
Dimensia, ISK
d. Timbulnya keluhan
( ) Mendadak (V) Bertahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan
Satu tahun
f. Upaya mengatasi
1) Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter praktik
2. Riwayat kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah di derita
Klien mengatakan dua tahun lalau terkena hipertensi dan rutin mengonsumsi
obat diuretik
b. Riwayat alergi (obat,makanan, binatang, debu dan lain-lain)
Tidak ada alergi
c. Riwayat kecelakaan
Tidak pernah mengalami kecelakaan
d. Riwayat dirawat di rumah sakit
Klien mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit karna sering berobat ke
dokter klinik
e. Riwayat pemakaian obat
Klien mnegatakan rutin mnegonsumsi obat diuretik
3. Pengkajian/pemeriksaan Fisik
(Observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi dan palpasi)
a. Keadaan umum (TTV) : TD 180/140 mmHg, Nadi 80x/menit
Pernapasan 18x/menit, Suhu 36oC
b. BB/TB : 45 Kg, 150 cm
c. Rambut : bersih, berwarna putih, tidak ada ketombe
d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, palpebrae

16
gelap, sclera anikterik
e. Telinga : bersih, tidak ada benda asing
f. Mulut, gigi dan bibir : bersih, tidak berbau, gusi tidak ada
peradangan, tidak ada karies, tidak ada gigi
palsu, lidah bersih, mampu untuk mnegunyah
keras
g. Dada : bentuk dada simetris, getaran dinding kiri dan
kanan sama, tidak ada suara tambahan,
payudara mneyusut, tidak teraba massa, tidak
ada suara tambahan
h. Abdomen : datar, tidak ada bendungan vena pada
abdomen, tidaka da striae, kendung kemih
teraba keras, tidak ada mengalami usus buntu,
tidak ada pembesaran limfe
i. Kulit : tekstur kulit terhilat kendur, keriput, tugor
kulit jelek, terdapat ruam dan kemerahan
disekitar genetalia
j. Ekstremitas atas : tonus otot baik, kekuatan otot tangan
kiri kanan sama yaitu pada skala 5
k. Ekstremitas bawah : kekuatan otot kaki kiri dan kanan sama yaitu
pada skala 5, tidak ada nyeri persendian, tidak
terjadi osteoporosis, dan tidak ada kelainan
tulang
D. Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)
a. Masalah kesehatan Kronis :6
b. Fungsi kognitif :6
c. Status fungsional : 13
d. Status psikologis (skala depresi) :3
E. Lingkungan Tempat Tinggal
1. Kebersihan dan kerapian ruangan : Bersih
2. Penerangan : listrik, Sangat terang
3. Sirkulasi udara : ada, baik
4. Keadaan kamar mandi dan WC : ada, toilet duduk
5. Pembuangan air kotor : ada

17
6. Sumber air minum : ada, sumber dari PAM
7. Pembuangan sampah : ada, tertutup, diambil petugas di depan panti
8. Sumber pencemaran : tidak ada
9. Penataan halaman (kalau ada) : rapi, bersih
10. Privasi : Aman
11. Risiko jatuh : tinggi

RESUME

Ny.M datang ke RS. B diantar keluarga. Keluarga mengatakan Ny.M sering kencing
tanpa disadari (ngompol). Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa
ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap hari 15-18x/hari. Klien juga mengatakan saat dia
bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data TB dan BB Ny.M adalah 150cm, 45 kg, TD 180/140 mmHg, Nadi
80x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu 36,5oC, output 2100cc. Terdapat Terdapat distendi
kandung kemih. Kegiatan sehari-hari Ny.M adalah menjadi guru mnegaji, akan tteapi
semenjak ia sering mengompol kegiatan menjadi terganggu.

1. Masalah Kesehatan Kronis

No Keluhan kesehatan atau gejala yang Selalu Sering Jarang T.Pernah


dirasakan klien dalam waktu 3 bulan (3) (2) (1) (0)
terakhir berkaitan dengan fungsi-
fungsi
A Fungsi Penglihatan
1. Penglihatan Kabur 0
2. Mata berair 0
3. Nyeri pada mata 0
B Fungsi pendengaran
4. Pendengaran berkurang 0
5. Telinga berdenging 0
C Fungsi Paru (Pernapasan)
6. Batuk lama disertai keringat 0
malam
7. Sesak napas 0

18
8. Berdahak/sputum 0
D Fungsi Jantung
9. Jantung berdebar-debar 0
10. Cepat lelah 0
11. Nyeri dada 0
E Fungsi pencernaan
12. Mual muntah 0
13. Nyeri ulu hati 0
14. Makan dan minum banyak 0
(berlebihan)
15. Perubahan kebiasaan buang air 0
besar (mencret atau sembelit)
F Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan 0
17. Nyeri pinggang atau tulang 0
belakang
18. Nyeri persendian/bengkak 0
G Fungsi persyarafan
19. Lumpuh/kelemahan pada kaki 0
atau tangan
20. Kehilangan rasa 0
21. Gemetar atau tremor 0
22. Nyeri/pegal pada daerah tekuk 0
H Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak 2
24. Sering buang air kecil pada 2
malam hari
25. Tidak mamapu mengontrol 2
pengeluaran urine kemih
(mengompol)
Jumlah 6
Analisa hasil : Skor < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis sampai dengan masalah
kesetahan kronis ringan
2. FUNGSI KOGNITIF

No Item pertanyaan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang ? 
Jawab :
2 Tahun berapa sekarang ? 
Jawab :
3 Kapan Bapak/Ibu lahir? 
Jawab :
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang? 

19
Jawab :
5 Dimana alamatt Bapak/Ibu sekarang ? 
Jawab :
6 Berapa jumlah anggota keluara yang tinggal bersama 
Bapak/Ibu?
Jawab :
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama 
Bapak/Ibu?
Jawab :
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia? 
Jawab :
9 Siapa nama presiden Republik Indonesia ? 
Jawab :
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ! 
Jawab :
Jumlah benar 6
Analisa hasil :
Jumlah skor = 6 berarti ada ganggguan

3. STATUS FUNGSIONAL

No Aktivitas Mandiri Tergantung


(Nilai 1) (0)
1 Mandi dikamar mandi (menggosok, membersihkan, dan 1
mengeringkan badan).
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan mengenakannya. 1
3 Memakan makanan yang telah disiapkan 1
4 Memelihara kebersihan diri unruk penampilan diri 1
(menyisir rambut, menggosok gigi, mencukur kumis).
5 Bunag air besar di WC (membersihakan dan 1
mnegeringkan daerah bokong).
6 Dapat mnegontrol pengeluaran feses (tinja). 1
7 Buang air kecil di kaamr mandi (membersihkan dan 1
mnegeringkan daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih. 0
9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar 1
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan 1
yang dianut.
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapikan 1

20
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan 1
keluarga.
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan 0
uang sendiri).
14 Menggunakan sarana transportasi umum untuk 0
berpergian.
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan 1
(takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan danmengambil keputusan unutk 0
kepeentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan 1
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan menyalurkan
hobi)
Jumlah Poin Mandiri 13
Analisa hasil :
Jumlah skor 13, disimpulkan bahwa klien dapat mandiri

4. STATUS PSIKOLOGIS

No Apakah Bapak/Ibu dalma satu minggu terakhir ? Ya Tidak


1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? Ya
2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? tidak
3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? tidak
4 Sering merasa bosan? tidak
5 Penuh pengharapan akan masa depan? Ya
6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? Ya
7 Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak tepat diungkapkan? tidak
8 Merasa bahagia disebagian besar waktu? tidak
9 Merasa takut sesuatu yang terjadi pada Anda? tidak
10 Sering kali merasa tidak berdaya? tidak
11 Sering merasa gelisah dan gugup? tidak
12 Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu yang Ya
bermanfaat?
13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? tidak
14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat Ya
dibandingkan orang lain?
15 Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? Ya

21
16 Sering kali merasa merana? tidak
17 Merasa kurang bahagia? tidak
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? tidak
19 Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan? Ya
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? tidak
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? Ya
22 Berfikir bahwa keadaan penuh semangat? tidak
23 Berfikir abhwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? tidak
24 Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? tidak
25 Sering kali merasa ingin menangis? Tidak
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? Ya
27 Menikmati tidur? tidak
No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir:
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? tidak
29 Mudah mengambil keputusan? tidak
30 Mempunyai pikiran yang jernih? Ya
Jumlah item yang terganggu
Analisa Hasil :
Jumlah terganggu sebanyak 3. Jadi kesimpulannya Status psikologis dalam rentang
normal.

A. ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI PROBLEM


O
1 DS: keluarga mengatakan Ny.M Kehilangan Gangguan
seing kencing tanpa disadari kemampuan untuk Eliminasi Urine
(ngompol). Klien juga menghambat
mengatakan saat dia bersin, kontraksi kandung
membungkuk, batuk tiba-tiba kemih
keluar sedikit kencing.
Sebelumnya Ny.M ada riwayat
hipertensi 2 tahun lalu dan
mengonsumsi obat diuretik.
DO : Terdapat distensi kandung
kemih.
2 DS : Klien sendiri mengatakan Modifikasi Resiko Jatuh
tidak bisa menahan jika sudah lingkungan

22
terasa ingin BAK. Klien juga
mengatakan frekuensi berkemih
tiap ahri 15-18x/hari. Klien juga
mengatakan, sring bolak-nalik
WC.
DO : Skor status fungsional hasil
analisisnya berjumlah 13
dikategorikan bahwa pasien
mandiri. WC terpisah dari kamar,
jaraknya sekitar 10 meter.
4 DS : Klien mengatakan tidurnya Nokturia pada Gangguan Pola
tergaggu karna sering kencing malam hari Tidur
pada malam hari
DO : conjungtiva anemis,
palpebrae gelap, sering menguap

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Tanggal/
Diganosa Keperawatan Paraf
DP waktu
I Gangguan Eliminasi Urine b.d kehilangan kemampuan
untuk menghambat kontraksi kandung kemih ditandai
oleh :
DS: keluarga mengatakan NY.M seing kencing tanpa
disadari (ngompol). Sebelumnya Ny.M ada riwayat
hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik.
Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk,
batuk tiba-tiba keluar sedikit kencing.
DO : Hasil observasi : TD 180/140 mmHg, Nadi
80x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu 36,5oC
II Resiko Jatuh berhubungan dengan Modifikasi
lingkungan, yang ditandai oleh :
DS : Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika
sudah terasa ingin BAK. Klien juga mengatakan
frekuensi berkemih tiap ahri 15-18x/hari. Klien juga

23
mengatakan, sring bolak-nalik WC.
DO : Skor status fungsional hasil analisisnya berjumlah
13 dikategorikan bahwa pasien mandiri. WC terpisah dari
kamar, jaraknya sekitar 10 meter.
III Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Nokturia pada
malam hari
DS : Klien mengatakan tidurnya tergaggu karna sering
kencing pada malam hari
DO : conjungtiva anemis, palpebrae gelap, sering
menguap

C. RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Rencana
Tujuan Kriteria Hasil Rasional Paraf
DP keperawatan Keperawatan
1 Gangguan Setelah 1. Kandung 1. Kaji 1. Berkemih yang
Eliminasi dilakuka kemih kebiasaan sering dapat
Urine b.d n kosong pola mengurangi
kehilangan tindakan secara berkemih dorongan dan
kemampuan keperwat penuh dan beri distensi
untuk an 2. Intake gunakan kandung
menghambat selama cairan catatatn kemih
kontraksi 3x24 dalam berkemih
kandung jam, rentang sehari 2. Pembatasan
kemih klien normal cairan pada
ditandai mampu 3. Balance malam hari
oleh : mengont cairan dapat
DS: keluarga rol seimbang 2. Ajarkan mencegah
mengatakan eliminasi 4. Keluhan unutk terjadniya
NY.M seing urine tidak bisa membatasi enurasis
kencing tanpa menahan masukan
disadari kencing cairan
(ngompol). berkurang pada

24
Klien sendiri 5. Keluhan malam hari 3. Unutk
mengatakan nyeri di membantu dan
tidak bisa daerah melatih
menahan jika perut pengosongan
sudah terasa hilang 3. Ajarkan kandung
ingin BAK. teknik kemih
klien juga unutk
mengatakan mencetusk
frekuensi an refleks
berkemih tiap berkemih
ahri 15- (ransangan 4. Hidrasi
18x/hari. pacantus optimal
Sebelumnya dengan diperlukan
Ny.M ada penepukan unutk menegah
riwayat supra ISK dan batu
hipertensi 2 pubik) ginjal
tahun lalu
dan 4. Berikan
mengonsumsi penjelasan
obat diuretik. tentang
Klien juga penitngnya 5. Kapasitas
mengatakan hidrasi kandung
saat dia optimal, kemih
bersin, sedikitnya mungkin tidak
membungkuk 2000cc/har cukup untuk
, batuk tiba- i bila tidak menumpang
tiba keluar ada kontra volume urine
sedikit indikasi sehingga
kencing. diperlukan
DO : Klien 5. Bila masih untuk lebih
tampak terjadi sering
terpasang inkontinen berkemih
kateter sia kurangi
indweling, waktu 6. Menurunkan
25
terdapat antara frekuensi
distensi berkemih inkontinensia
kandung yang telah
kemih. direncaaka
n

6. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
mengkaji
efek
medikasi
dan
tentukan
kemungkin
an
perubahan
obat,
dosis/jadw
al
pemberian
obat
2 Resiko Jatuh Setalah 1. Jatuh 1. Kaji 1. Mengetahui
berhubungan dilakuka tidak tingkat tingkat
dengan n terjadi kemampua kemampuan
Modifikasi tindakan 2. Modifikas n pasien pasien dalam
lingkungan, keperaw i dalam beraktivitas
yang ditandai atan lingkunga melakukan
oleh : 3x24 n yang aktivitas
DS : Klien jam, baik sehari-hari
sendiri resiko
mengatakan jatuh 2. Kaji 2. Penglihatan
tidak bisa teratasi kemampua merupakan

26
menahan jika n pasien salah satu
sudah terasa dalam indikator
ingin BAK. melihat dalam
Klien juga terjadinya
mengatakan 3. Pasang jatuh
frekuensi pagar 3. Mencegah
berkemih tiap pengaman terjadinya
ahri 15- tempat resiko jatuh
18x/hari. tidur
Klien juga 4. Mencegah
mengatakan, 4. Jaga lantai terjadinya
sring bolak- jangan jatuh dan
balik WC. sampai fraktur
DO : Skor basah 5. Mencegah
status 5. WC, terjadinya
fungsional dibuat ada terpeleset
hasil pegangan 6. Meminimalisir
analisisnya terjadinya
berjumlah 13 6. Temani jatuh dan
dikategorikan pasien menghindari
bahwa pasien kalau lantai yang
mandiri. WC berjalan licin
terpisah dari 7. Memudahkan
kamar, klien untuk
jaraknya 7. Tempat mencapai
sekitar 10 tidur lebih lantai.
meter. rendah,
sehingga
klien bisa 8. Meminimalisir
mencapai terjadinya
lantai jatuh
8. Berikan
peneranga
n yang
27
cukup
3 Gangguan Setelah 1. Frekuensi 1. Ciptakan 1. Meningkatkan
Pola Tidur dilakuka tidur suasana kualitas tidur
berhubungan n pasien dan lansia
dengan tindakan malam peneranga
Nokturia kan hari n yang
pada malam keperaw meningka cukup
hari atan t bagi lansia 2. Memberikan
DS : Klien selama 2. Pasien tidur suasana yang
mengatakan 3x24 ja, tampak 2. Hindari tenang bagi
tidurnya kebutuha tidak penyebab lansia untuk
tergaggu n tidur menguap, keributan istirahat
karna sering pasien ocnjungti yang akan
kencing pada dalam va menggang
malam hari rentang anemis, gu tidur
DO : normal palpebrae pasien
conjungtiva gelap seperti
anemis, kebisingan
palpebrae musik
gelap, sering 3. Meminimalka
menguap n keadaan
3. Kurangi sering
intake berkemih pada
cairan malam hari
yang
berlebihan
pada saat 4. Untuk
menjelang meningkatkan
tidur frekuensi
4. Jika perlu tidur, karena
tingkatkan dengan
aktivitas aktivitas maka
lansia akan membuat
pada siang pasien tidur

28
hari lebih nyenyak
seperti
berkebun 5. Menambah
pengetahuan
lansia tentang
pentingnya
5. Beritahu tidur
lansia
tentang
manfaat
istirahat

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Implementasi Evaluasi
Mengkaji TTV : TD : 120/70 mmHg, Suhu S :
35,4oC, pernapasan 18x/menit, nadi 88x/menit - Klien mengatakan hanya 5 jam
Mengkaji kebiasaan pola berkemih : pasien tidur tadi malam, sering terbangun
mengatakan sudah 3 kali buang air besar dari untuk kencing
jam 4 sampai dengan sekarang, warna urine - pasien mengatakan minum
putih kekuningan, jumlah + 200 ml, keluarnya sebelum tidur sebanyak ½ gelas
seperti air mancur, biasanya keluar sebelum - Pasien mengatakan tadi pagi
klien samapi ke wc. bangun, sholat, membereskan
Menanyakan hari, tanggal dan waktu. Klien tempat tidur, berkebun, kemudian
mengatakan hari ini adalah hari rabu, tanggal mandi dan berkumpul dengan
12 september, sekarang jam 08.05 teman-teman.
Mengingatkan kembali hari, tanggal dan - pasien mengatakan lampu - kamar
waktu. Hari ini hari selasa 11 oktober 2016 saya cukup terang, kalau tidur
Mengingatkan pasien unutk mencoret saya lebih senang lampunya
kalender. Klien mengatakan iya akan dihidupkan, di wc lampunya
mencoretkalender agar ingat kembali tentang kurang terang, lantainya agak
tangggal. licin
Melatih klien untuk menuliskan angka 1-20 di - Pasien dapat beristirahat dengan

29
kertas, pasien belum dapat menulis angka nyaman
dengan urutan yang benar. - Pasien mengatakan sudah 6 kali
Mengkaji frekuensi tidur tadi malam. Klien kencing bolak-balik WC, tadi
mengatakan hanya 5 jam tidur tadi malam, hampir jatuh d wc karena lantai
sering terbangun untuk kencing. licin.
Mengkaji frekuensi minum pasien, pasien
O:
mengatakan minum sebelum tidur sebanyak - warna urine putih kekuningan,
½ gelas jumlah + 200ml, keluarnya seperti
Menganjurkan klien unruk membatasi air mancur, biasanya keluar
masukan cairan pasa malam hari, pasien sebelum klien samapi ke wc.
tampak mengerti dan akan melakukannya - wc karena lantai licin.
Mengkaji aktivitas pasien sehari-hari. Pasien - pasien belum dapat menulis angka
mengatakan tadi pagi bangun, sholat, dengan urutan yang benar.
membereskan tempat tidur, berkebun, A:
kemudian mandi dan berkumpul dengan - Diagnosa I,II,III, belum teratasi
teman-teman. P : melanjutkan ke intervensi
Mengkaji penerangan dikamar pasien dan wc, selanjutnya
pasien mengatakan lampu kamar saya cukup
terang, kalau tidur saya lebih senang
lampunya dihidupkan, di wc lampunya
kurang terang, lantainya agak licin
Menciptaka suasana yang tenang bagi lansia
untuk istirahat. Pasien dapat beristirahat
dengan nyaman
Mengkaji frekuensi kencing. Pasien
mengatakan sudah 6 kali kencing bolak-balik
WC, tadi hampir jatuh d wc karena lantai
licin.
,memberitahu lansia tentang manfaat istirahat.
Pasien tampak mngerti.
Menganjurkan klien untuk meningkatkan
aktivitas pasien disiang hari. Pasien tampak
mengerti.
Menganjurkan pasien untuk membatasi
30
minum pada malam hari, pasien tampak
mengerti.
Menganjurkan pasien unutk memakai popok
pada malam hari unutk mengurangi resiko
jatuh. Pasien tampak mengerti.
Menganjurkan pasien unutk sena kegel jika
kendingnya sering. Pasien tampak mengerti
Menciptakan lingkungan yang tenang untuk
lansia. Pasien tampak bisa beristirahat dengan
nyaman.

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi yang
cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial (Kane,
dkk, 1989). Inkontinensia urine banyak terjadi pada lansia perempuan, karena sistem
anatomis dan oersonal higiene.
Pengkajian untuk lansia difokuskan pada poin-poin yang didalamnya berisi data
yang abnormal. Diagnosa yang diangkat mendekati KMB namun lebih spesifiknya
karena proses degeneratif, maka dari itu intervensi yang diberikan adalah intervensi
yang lebih mengarah ke lansia. Seperti senam kegel. Senam kegel berfungsi untuk
mempertahankan status berkemih.

B. Saran
Kelompok menyadari bahwa makalah kami tidak sempurna masih banyak
kekurangan, maka kelompok membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaiki
makalah kami kedepannya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, 2010. Meraat Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Cetakan
Pertama. Jakarta : TIM

www.scrib.com ( di unduh, 16 Oktober 2016)

33

Anda mungkin juga menyukai