Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Edisi Kesatu
Cetakan pertama, September 2011 Cetakan kelima, Januari 2014
Cetakan kedua, September 2012 Cetakan keenam, April 2014
Cetakan ketiga, Mei 2013 Cetakan ketujuh, September 2014
Cetakan keempat, November 2013
658.3
MIR MIRANDA Q.
m Materi pokok audit sumber daya manusia; 1 – 6; EKMA4476/
2 sks/ Miranda Q., Mone Stepanus A. -- Cet.7; Ed.1 --.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014.
314 hal ; ill.; 21 cm
ISBN: 978-979-011-626-9
1. pegawai - manajemen
I. Judul II. Stepanus A, Mone
iii
Daftar Isi
TINJAUAN MATA KULIAH ........................................................... vii
Kegiatan Belajar 2:
Audit Sumber Daya Manusia ............................................................. 1.27
Latihan …………………………………………............................... 1.44
Rangkuman …………………………………..................................... 1.45
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.45
Kegiatan Belajar 2:
Audit Fungsi Perencanaan dan Pengadaan Sumber Daya Manusia 2.14
Latihan …………………………………………............................... 2.31
Rangkuman …………………………………..................................... 2.32
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.33
Kegiatan Belajar 3:
Audit Fungsi Pengembangan dan Pemeliharaan Sumber Daya
Manusia .............................................................................................. 2.35
Latihan …………………………………………............................... 2.50
iv
Kegiatan Belajar 4:
Audit Kepuasan Kerja, Ketaatan, dan Budaya Perusahaan ................ 2.54
Latihan …………………………………………............................... 2.64
Rangkuman …………………………………..................................... 2.65
Tes Formatif 4 ……………………………..…….............................. 2.66
Kegiatan Belajar 2:
Audit Fungsi Perencanaan dan Pengadaan Sumber Daya Manusia ... 3.19
Latihan …………………………………………............................... 3.30
Rangkuman …………………………………..................................... 3.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.31
Kegiatan Belajar 3:
Audit Fungsi Pengembangan dan Pemeliharaan Sumber Daya
Manusia .............................................................................................. 3.33
Latihan …………………………………………............................... 3.48
Rangkuman …………………………………..................................... 3.49
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 3.50
Kegiatan Belajar 2:
Menilai Tingkat Lowongan Pekerjaan, Tingkat Perputaran
Karyawan, dan Penyelenggaraan Pelatihan ...............……………..... 4.25
Latihan …………………………………………............................... 4.36
Rangkuman …………………………………..................................... 4.36
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.37
Kegiatan Belajar 3:
Menilai Tingkat Absensi, Tingkat Lembur, Tingkat Kesalahan, dan
Tingkat Keluhan dan Pengaduan .............. ...............……………..... 4.39
Latihan …………………………………………............................... 4.49
Rangkuman …………………………………..................................... 4.50
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 4.51
Kegiatan Belajar 2:
Audit Biaya Pelatihan dan Audit Biaya Pengembangan Organisasi .. 5.22
Latihan …………………………………………............................... 5.29
Rangkuman ……………………….………….................................... 5.29
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.30
vi
Kegiatan Belajar 3:
Audit Efektivitas SDM, Audit Kondisi Lingkungan Kerja, dan
Audit Efektivitas ................................................................................ 5.32
Latihan ………………….……………...………............................... 5.42
Rangkuman ……………….………………….................................... 5.43
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 5.43
Kegiatan Belajar 2:
Audit Budaya Perusahaan .................................................................. 6.14
Latihan …………………………………………............................... 6.21
Rangkuman …………………………….…….................................... 6.22
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.23
Kegiatan Belajar 3:
Penyusunan Laporan Audit SDM dan Rekomendasi Hasil Audit
SDM ................................................................................................... 6.25
Latihan …………………………………………............................... 6.29
Rangkuman …………………………….…….................................... 6.30
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 6.30
Peta Kompetensi
Audit SDM/EKMA4476/2 sks
Modul 1
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Audit
semua bukti penting yang mendukung. Hal ini diarahkan dengan maksud
untuk menyatakan pendapat yang berguna dan dapat dipercaya dalam
bentuk laporan tertulis, seperti apakah laporan keuangan
menggambarkan posisi keuangan kemajuan dari suatu perusahaan secara
wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Stamp
dan Moonitz dalam Suharli, 2000).
c. Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan
kriteria yang telah ditentukan. Audit seharusnya dilakukan oleh orang
yang kompeten dan independen (Arens dkk, 2008).
d. Audit adalah kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan
melalui interaksi (pemeriksaan, pengukuran, dan penilaian serta
penarikan kesimpulan) secara sistematis, objektif, dan terdokumentasi
yang berorientasi pada asas nilai manfaat (Susilo, 2002).
Dari beberapa pengertian audit tersebut di atas, kita dapat melihat bahwa
kegiatan audit tidak hanya terbatas pada laporan keuangan. Arens dan Susilo
dalam definisinya lebih menekankan pada proses atau aktivitas audit itu
sendiri, dan bukan pada objek auditnya. Memang masyarakat awam
kebanyakan memahami bahwa audit adalah kegiatan yang terkait dengan
keuangan atau akuntansi sehingga istilah audit selalu dikaitkan dengan audit
laporan keuangan. Padahal, audit keuangan bukanlah satu- satunya jenis audit
dan hanyalah merupakan salah satu jenis audit.
Agar lebih jelas, mari kita lihat beberapa jenis audit di bawah ini. Audit
sendiri dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
a. Financial audit, atau audit laporan keuangan
Audit keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar
akuntansi keuangan yang berlaku dan diterima secara umum. Dengan
demikian, proses audit ini berkebalikan dengan proses akuntansi keuangan.
Dalam akuntansi keuangan, proses berjalan maju sejak adanya transaksi,
kemudian pencatatan sampai dengan penyusunan laporan keuangan.
Sementara itu, proses audit dimulai dari laporan keuangan yang kemudian
berjalan mundur sampai penelusuran transaksi dengan mengevaluasi bukti
atau dokumen yang relevan. Dalam bahasa lain, akuntansi keuangan
merupakan kegiatan pencatatan transaksi yang hasil akhirnya adalah laporan
keuangan. Laporan keuangan ini yang kemudian menjadi input dalam proses
EKMA4476/MODUL 1 1.5
audit keuangan, dan hasil akhirnya adalah opini atas laporan keuangan
tersebut, misalnya wajar atau wajar tanpa syarat.
b. Compliance audit
Compliance audit atau audit ketaatan merupakan pemeriksaan untuk
mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telah ditetapkan oleh pihak
yang memiliki otoritas sudah dijalankan oleh pihak atau personil yang
seharusnya menjalankan prosedur dan aturan tersebut. Prosedur dan aturan
tersebut bisa berasal dari luar organisasi atau perusahaan, atau bisa juga
merupakan prosedur dan aturan yang merupakan kebijakan internal
perusahaan.
c. Operational audit
Operational audit atau audit operasional adalah pemeriksaan atas semua
atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk
menilai efisiensi, efektivitas, dan keekonomiannya. Audit operasional
biasanya dilakukan oleh pihak manajemen untuk mencari rekomendasi
perbaikan untuk meningkatkan kinerja organisasi. Dalam beberapa literatur,
audit operasional juga sering disebut dengan audit manajemen. Audit
operasional atau audit manajemen ini merupakan audit yang ruang
lingkupnya sangat luas yang dapat meliputi seluruh fungsi dalam organisasi,
mulai dari pemasaran, produksi atau operasi, organisasi dan SDM, dan
sebagainya.
Dari pembahasan mengenai jenis audit di atas, kita dapat melihat ruang
lingkup atau batasan dari audit. Beberapa ahli membatasi ruang lingkup audit
hanya sampai pada mengidentifikasi masalah yang terjadi, dan
mendefinisikan masalah tersebut dengan jelas termasuk ruang lingkup
masalah yang terjadi. Bagaimana usaha atau tindakan yang perlu diambil
untuk mengatasi masalah tersebut bukanlah ruang lingkup audit, tetapi
tanggung jawab manajemen atau konsultan untuk merumuskannya. Namun
demikian, apabila kita memperhatikan jenis audit khususnya audit
operasional, maka jelas bahwa audit dilakukan memang tidak sekedar untuk
mengidentifikasi masalah yang terjadi, namun juga rekomendasi perbaikan
yang dibutuhkan. Dengan demikian, proses audit khususnya audit
operasional serupa dengan proses awal konsultasi manajemen. Hal ini
disebabkan, konsultan manajemen ketika melakukan kegiatannya dalam
memecahkan masalah pastilah melakukan pemetaan atas kondisi atau situasi
1.6 Audit Sumber Daya Manusia
yang terjadi. Pemetaan atas situasi yang terjadi tersebut dilakukan konsultan
manajemen melalui audit untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang
ditanganinya.
Terlepas dari perbedaan sudut pandang mengenai ruang lingkup atau
batasan audit, yang jelas audit selalu melibatkan tiga komponen. Ketiga
komponen audit tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Stakeholder
Auditee Auditor
Gambar 1.1.
Pihak yang Terlibat dalam Audit
Gambar 1.2.
Stakeholder Audit dan Kepentingannya
Ketiga pihak dalam audit tersebut terdapat dalam setiap jenis audit, baik
audit keuangan, audit ketaatan maupun audit operasional.
Kita sudah membahas mengenai sejarah dan pengertian audit. Sebelum
kita membahas lebih lanjut mengenai audit, mari kita telaah terlebih dahulu
bagaimana kedudukan dan peran audit dalam manajemen.
Planning
Controlling Organizing
Leading
Gambar 1.3.
Siklus Fungsi Manajemen
Agar lebih jelas mengenai fungsi manajemen POLC tersebut, mari kita
lihat secara lebih rinci beberapa tindakan atau aktivitas yang dilakukan
organisasi seperti di bawah ini:
1) Planning atau perencanaan:
Dalam tahap perencanaan, organisasi melakukan beberapa hal, antara
lain adalah:
a) menentukan tujuan organisasi;
b) menyusun strategi untuk mencapai tujuan;
c) menentukan sumber daya yang dibutuhkan;
d) menyusun standar yang jelas.
Ada dua isu utama yang biasanya menjadi fokus atau perhatian
manajemen, yaitu efektivitas dan efisiensi. Efektivitas adalah doing the right
things atau mengerjakan hal yang benar, yaitu mencapai tujuan organisasi.
Namun demikian, organisasi tidak hanya harus efektif, tetapi juga efisien.
Efisiensi adalah doing things right atau mengerjakan sesuatu dengan benar.
Dalam konsep efisiensi ini ada perbandingan input-output, di mana organisasi
harus mencapai tujuan secara optimal dengan biaya serendah mungkin.
Setelah kita mengetahui fungsi manajemen dalam penjelasan di atas,
maka kita dapat mengetahui bahwa audit merupakan sebuah alat dalam
manajemen untuk memastikan bahwa organisasi berjalan secara efektif dan
efisien. Apabila kita kaitkan dengan fungsi manajemen POLC tersebut, audit
secara khusus berada dalam fungsi controlling atau pengendalian.
Secara sederhana, proses pengendalian dalam manajemen dijabarkan
dalam beberapa langkah, yaitu:
1) menetapkan standar yang jelas yang akan menjadi dasar dalam
pengendalian manajemen;
2) memonitor dan mencatat kinerja aktual;
3) membandingkan kinerja dengan standar;
4) menyampaikan hasil perbandingan kepada pihak yang bertanggung
jawab;
5) mengambil tindakan korektif bila diperlukan dan memberikan umpan
balik.
EKMA4476/MODUL 1 1.11
Dalam pengendalian manajemen, audit juga fokus pada dua isu utama
manajemen yaitu efektivitas dan efisiensi. Audit dilakukan untuk memastikan
bahwa organisasi berjalan ke arah yang benar dalam mencapai tujuannya
seoptimal mungkin (efektif), dengan biaya yang seminimal mungkin
(efisien).
Untuk lebih jelas, mari lanjutkan pembahasan kita mengenai tujuan dan
manfaat audit.
2. Aktivitas Audit
Banyak orang memfokuskan perhatian sebatas pada pelaksanaan audit.
Padahal, seperti halnya proses manajemen yang lain audit juga tentunya
memiliki tahap perencanaan sampai dengan evaluasi dari audit itu sendiri.
Anda perlu memahami bahwa aktivitas audit tidak hanya terbatas pada saat
pelaksanaan audit itu sendiri, tetapi juga mencakup aktivitas sebelum audit,
EKMA4476/MODUL 1 1.15
pelaksanaan audit, dan sampai pada tahap setelah audit. Tahap sebelum audit
(pra audit) mencakup perencanaan audit, tahap audit adalah implementasi
atau pelaksanaan audit, dan tahap setelah audit (post audit) antara lain adalah
penyusunan laporan audit. Aktivitas audit dalam tiga tahapan tersebut dapat
dilihat dalam gambar berikut:
Gambar 1.4.
Aktivitas Audit
benefit analysis), audit harus memberi manfaat yang lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkan. Dalam tahap perencanaan audit ini, aktivitas yang
dilakukan tidak terbatas pada:
1) Menentukan tujuan audit
Tujuan audit harus dirumuskan secara spesifik. Tujuan audit harus
mengacu pada alasan atau latar belakang mengapa audit diperlukan.
Beberapa di antaranya adalah adanya pemborosan atau inefisiensi dalam
penggunaan sumber daya, sasaran organisasi yang tidak tercapai,
penyimpangan terhadap prosedur yang berlaku, dan sebagainya. Dalam
merumuskan tujuan audit, perlu dipertimbangkan dukungan sumber daya
yang ada, antara lain:
a) biaya yang dibutuhkan;
b) SDM atau auditor yang dibutuhkan;
c) waktu yang tersedia untuk audit.
Untuk itu, jadwal audit harus disusun untuk dapat disepakati pihak
auditor, auditee dan pihak manajemen. Jadwal pelaksanaan audit ini
sangat penting mengingat adanya keterbatasan waktu dalam
pelaksanaan audit. Selain itu, jadwal yang telah disusun dan
disepakati ini merupakan bentuk komitmen terlaksananya audit
secara lancar. Audit akan menyita waktu bukan saja auditor tetapi
juga auditee. Pelaksanaan audit ini biasanya akan menginterupsi
auditee dalam pelaksanaan tugasnya. Karena itu, jadwal audit harus
jelas dan rinci agar auditee dan atasannya dapat mengalokasikan
waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan audit. Kerja sama yang
baik antara auditor dan auditee tentu saja dibutuhkan agar audit
dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan kerangka waktu yang
telah ditetapkan.
c) Mengumpulkan informasi awal; aktivitas ini juga sering disebut
dengan preliminary audit atau audit pendahuluan antara lain dengan
melakukan physical tour, mempelajari proses bisnis, observasi, dan
sebagainya. Audit pendahuluan ini menjadi sangat penting terutama
apabila audit dilakukan oleh pihak luar (external auditor).
Karakteristik perusahaan atau industri, proses bisnis perusahaan,
peraturan perundangan yang berlaku, kebijakan dan prosedur
internal perusahaan yang ada harus dipahami terlebih dahulu oleh
auditor untuk memudahkan pelaksanaan audit. Audit pendahuluan
ini mungkin saja akan menghasilkan:
(1) Perumusan tujuan audit yang lebih rinci dan atau spesifik.
(2) Daftar bidang/kegiatan yang akan menjadi sasaran dalam tahap
audit selanjutnya.
(3) Temuan sementara terkait dengan objek audit dan kriteria yang
telah ditetapkan.
(4) Bukti-bukti yang perlu diperoleh atau didalami pada audit
selanjutnya.
preliminary audit, analisa dokumen yang dilakukan dalam tahap ini akan
dilakukan secara lebih mendalam. Dokumen yang dianalisis mungkin
saja berasal dari luar organisasi, atau bisa juga dari laporan-laporan audit
sebelumnya.
2) Membandingkan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sistem dan
prosedur yang berlaku. Dalam pelaksanaan audit, hal yang menjadi
acuan ini sering disebut sebagai kriteria yang bisa bersumber pada:
a) Undang-undang atau peraturan yang berlaku.
b) Kebijakan yang ditetapkan baik dalam level organisasi secara
keseluruhan maupun yang terbatas pada objek audit.
c) Norma (standar) yang berlaku secara umum, antara lain yang
berlaku pada industri sejenis.
d) Kriteria khusus yang dikembangkan sesuai dengan tujuan audit,
yang dikembangkan bersama antara auditor berdasar
pengalamannya dan manajemen sesuai dengan tujuan audit yang
telah ditetapkan.
3) Mewawancarai auditee; wawancara dilakukan untuk menanyakan hal
yang tidak jelas, melakukan klarifikasi, meminta penjelasan, dan
sebagainya.
4) Mencari bukti; apabila audit memiliki tujuan yang sangat spesifik
misalnya setelah terjadinya kecelakaan kerja, maka auditor akan mencari
bukti yang dapat menjelaskan apa penyebab terjadinya kecelakaan kerja
tersebut dan siapa yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Bukti adalah fakta dan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan kesimpulan audit. Dalam proses audit, auditor harus dapat
menganalisis dan menentukan fakta dan informasi yang relevan, andal dan
berkaitan dengan tujuan audit. Karena itu, untuk dapat digunakan sebagai
dasar pembuatan kesimpulan audit, bukti yang diperoleh dalam audit harus
memenuhi kriteria:
1) Relevan: berhubungan dengan aktivitas yang sedang diaudit.
2) Material: cukup berarti dalam mempengaruhi kesimpulan yang dibuat.
3) Valid: diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya.
4) Cukup: memadai sebagai dasar pembuatan kesimpulan.
EKMA4476/MODUL 1 1.19
3. Norma Audit
Audit adalah proses yang sangat penting dalam manajemen. Namun
demikian, pelaksanaan audit dapat disalahgunakan karena berbagai alasan
terutama karena adanya benturan kepentingan. Karena itu, audit dibatasi oleh
berbagai norma. Norma pelaksanaan audit adalah pedoman bagi akuntan
publik atau auditor dalam menilai kualitas hasil pekerjaan dan mengukur
tingkat tanggung jawab akuntan atau auditee. Secara baku norma yang
menjadi ukuran pekerjaan auditor tersebut ditetapkan oleh organisasi akuntan
atau auditor profesional, contohnya Generally Accepted Auditing Standards
(GAAS). GAAS mencakup mutu profesional akuntan publik dan
pertimbangan dalam pelaksanaan dan pelaporan audit (Michell Suharli).
Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) terdiri dari:
a. Norma umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dalam bidangnya dan telah menjalani latihan teknis yang cukup.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan yang diberikan
kepadanya, auditor harus senantiasa mempertahankan sikap mental
independen.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan keuangan, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
2) Sistem Pengendalian intern yang ada harus dipelajari dan dinilai dengan
secukupnya untuk menentukan dapat/tidaknya sistem tersebut
diandalkan sebagai dasar untuk menetapkan luasnya pengujian yang
harus dilakukan serta prosedur audit yang digunakan.
3) Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, tanya jawab, dan konfirmasi sebagai dasar yang layak
untuk menyatakan pendapat atas laporan yang diaudit.
c. Norma pelaporan
1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Laporan audit harus menyatakan apakah prinsip akuntansi dalam periode
berjalan, telah dilaksanakan secara konsisten dibandingkan dengan
periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dengan laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan keuangan.
4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan mengenai laporan
keuangan secara menyeluruh atau memuat suatu penegasan bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
diberikan. Dalam hal auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
Selain GAAS, juga ada Kode Etik Perilaku Profesional menurut AICPA
yang terdiri dari empat bagian, yaitu:
1) Prinsip-prinsip etika adalah standar ideal dari perilaku etis yang dapat
dicapai dalam terminologi filosofis.
2) Peraturan perilaku adalah peraturan jelas yang harus ditaati oleh semua
akuntan publik yang menjalankan praktek akuntansi publik.
3) Interpretasi Peraturan Perilaku, tidak merupakan keharusan tetapi para
praktisi harus memahaminya.
3) Ketetapan Etika adalah penjelasan yang dikeluarkan oleh komisi
pelaksana dari divisi etika profesional mengenai beberapa situasi nyata
yang khusus.
untuk kepentingan tertentu. Sejak itu pula, norma yang mengatur audit
semakin banyak dan ketat. Norma audit ini dapat berasal dari:
1) Panduan etika yang berasal dari organisasi profesi.
2) Panduan etika dari perusahaan.
3) Panduan lainnya sesuai peraturan perundangan di masing-masing negara,
industri atau lingkungan tertentu.
LAT IH A N
1) Secara umum audit dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu financial
audit (audit laporan keuangan), compliance audit (audit ketaatan) dan
operational audit (audit operasional). Jawaban lebih rinci dapat dibaca
pada materi modul mulai halaman 4 sampai dengan 5.
2) Sebuah audit selalu melibatkan tiga pihak, yaitu pihak yang diaudit
(auditee), pihak yang melakukan audit (auditor), dan pihak yang
berkepentingan terhadap hasil audit (stakeholder) Jawaban lebih rinci
dapat dibaca pada materi modul halaman 6.
3) Aktivitas audit dapat dibagi dalam tiga tahap, mulai dari tahap pra-audit,
audit, sampai dengan post-audit yang masing-masing tahap memiliki
aktivitasnya sendiri-sendiri. Jawaban lebih rinci dapat dibaca pada materi
modul mulai halaman 15 sampai dengan 20.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
4) Manfaat yang dapat dirasakan oleh auditor dari sebuah audit terutama
adalah ....
A. memahami permasalahan yang terjadi dalam sebuah organisasi
B. memperoleh jaringan yang luas melalui hubungan dengan banyak
pihak
C. mengambil tindakan perbaikan
D. menyempurnakan prosedur dan kebijakan dalam organisasi
Kegiatan Belajar 2
Setelah kita memahami mengenai audit secara umum, maka saat ini kita
akan membahas mengenai audit MSDM sebagai salah satu jenis audit.
Perkembangan bisnis saat ini menunjukkan bahwa SDM memainkan peran
yang sangat penting dan menjadi kunci sukses dari perusahaan. Hal ini
membuat perusahaan menyadari bahwa pengelolaan SDM menjadi sangat
krusial dan tidak lagi sekedar menjadi fungsi pendukung dalam organisasi.
Karena itu, bagaimana pengelolaan SDM dijalankan dalam suatu organisasi
harus selalu dimonitor dan dievaluasi sejauh mana sudah berjalan secara
efektif dan efisien. Untuk itu, diperlukan audit MSDM.
Audit MSDM adalah pemeriksaan dan penilaian secara sistematis,
objektif, dan terdokumentasi terhadap fungsi-fungsi organisasi yang
terpengaruh oleh manajemen SDM dengan tujuan memastikan dipenuhinya
asas kesesuaian, efektivitas, dan efisiensi dalam pengelolaan SDM untuk
mendukung tercapainya sasaran-sasaran fungsional maupun tujuan jangka
organisasi secara keseluruhan baik untuk jangka pendek, jangka menengah,
maupun jangka panjang (Susilo, 2000).
Bayangkara (2008) mengatakan bahwa audit MSDM merupakan
penilaian dan analisis yang komprehensif terhadap program-program SDM.
Walaupun secara khusus audit ini dilakukan pada Departemen SDM, tetapi
tidak terbatas pada aktivitas yang terjadi pada departemen ini. Audit
termasuk studi terhadap fungsi manajemen SDM pada organisasi secara
keseluruhan termasuk yang dilaksanakan oleh manajer dan para supervisor.
Audit MSDM menekankan penilaian (evaluasi) terhadap berbagai aktivitas
SDM yang terjadi pada perusahaan dalam rangka memastikan apakah
aktivitas tersebut telah berjalan secara ekonomis, efisien, dan efektif dalam
mencapai tujuannya dan memberi rekomendasi perbaikan atas berbagai
kekurangan yang masih terjadi pada aktivitas SDM yang diaudit untuk
meningkatkan kinerja dari program atau aktivitas tersebut. Audit bisa
dilakukan terhadap satu divisi atau departemen, atau mungkin juga dilakukan
terhadap keseluruhan organisasi. Dari hasil audit akan diketahui apakah
kebutuhan potensial SDM perusahaan telah terpenuhi atau tidak dan berbagai
hal dalam aktivitas SDM yang masih bisa ditingkatkan kinerjanya.
1.28 Audit Sumber Daya Manusia
Kotak 1.1.
Contoh Kasus Audit MSDM
Pengadaan SDM
1. Rekrutmen.
2. Seleksi.
Pengembangan SDM
1. Pelatihan dan pengembangan.
2. Karier.
Pemeliharaan SDM
1. Penilaian kinerja.
2. Kompensasi/Balas Jasa.
3. Hubungan Industrial.
4. Sistem Informasi SDM
Tidak semua materi dibahas dalam BMP ini, rincian ruang lingkup audit
MSDM akan dibahas dalam modul dua. Terlepas dari ruang lingkupnya yang
sangat luas, audit MSDM menurut Marin Costel dapat dilihat dari beberapa
perspektif: perspektif teknis organisasional, perspektif sosio psikologis, dan
perspektif ekonomis yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Perspektif teknis organisasional
Dalam perspektif ini, audit MSDM merupakan alat untuk memverifikasi
dokumen dan menganalisis berbagai indikator yang menunjukkan tingkat
efisiensi organisasi.
3. Perspektif ekonomis
Dalam perspektif ekonomis, audit MSDM merupakan alat untuk:
a. Membangun daya saing perusahaan dalam area SDM, yang dapat
dilakukan dengan membandingkan indikator sosial dan ekonomis
perusahaan dengan peraturan atau prosedur dan kebijakan yang
berlaku, atau dengan perusahaan lain yang sejenis.
b. Mengembangkan efektivitas fungsi departemen SDM dengan makin
meningkatnya peran dan kewenangan departemen SDM.
c. Mengembangkan efektivitas audit itu sendiri dengan
membandingkan antara biaya audit dengan dampak atau manfaat
dari audit yang dilakukan.
1. Attraction
Aktivitas attraction atau penarikan SDM terkait dengan bagaimana
menarik SDM yang dimulai dari proses perencanaan SDM, analisis jabatan,
sampai rekrutmen dan seleksi.
2. Development
Aktivitas development atau pengembangan SDM terkait dengan proses
pengembangan karyawan agar sesuai kebutuhan organisasi antara lain
melalui proses pembelajaran, pelatihan, penilaian dan pengembangan
karyawan.
3. Retention
Aktivitas retention atau retensi SDM terkait dengan program
pemeliharaan karyawan antara lain melalui karier, kesejahteraan, dan
hubungan industrial.
Seiring dengan perkembangan perusahaan dan lingkungan organisasi
yang makin kompleks, peran Departemen SDM menjadi lebih luas dan tidak
lagi sekedar menangani proses manajemen SDM seperti yang diuraikan di
atas. Ulrich (1997) dalam bukunya Human Resource Champion menjelaskan
bahwa Departemen SDM saat ini memiliki empat peran, yaitu:
a. Strategic partner, yang berperan mengaitkan praktek dan strategi sumber
daya manusia dengan strategi bisnis.
b. Administrative expert, yang berperan membangun dan mengembangkan
infrastruktur manajemen SDM. Peran ini adalah peran tradisional
Departemen SDM yang masih harus dijalankan.
c. Employee champion, yang terlibat dalam permasalahan sehari – hari, isu
dan kebutuhan karyawan agar mereka dapat memberikan kontribusi yang
maksimal.
d. Change agent, yang berperan dalam proses transformasi dan perubahan
yang terjadi dalam organisasi.
EKMA4476/MODUL 1 1.33
Management of Management of
Strategic Human Transformation
Resources and Change
PROCESSES PEOPLE
Management of
Management of
Employee
Firm Infrastructure
Contribution
DAY TO DAY/
OPERATIONAL FOCUS
Gambar 1.5.
Peran SDM dalam Membangun Organisasi Kompetitif
Gambar 1.6.
Kinerja Departemen SDM
Gambar 1.7.
Kompetensi Staf SDM
b. Departemen SDM
Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab akan pengelolaan SDM,
hasil audit MSDM dapat dimanfaatkan untuk melakukan penyempurnaan
terhadap sistem manajemen SDM yang ada, juga untuk menyusun program
SDM yang diperlukan.
1.38 Audit Sumber Daya Manusia
c. Manajer lini
Hasil audit MSDM dapat menjadi masukan berharga bagi manajer lini
terkait peran manajer dalam pengelolaan SDM. Misalnya dalam audit
pelatihan dan pengembangan, dapat diketahui peran manajer lini dalam
menjalankan program coaching atau mentoring.
d. Karyawan
Hasil audit yang dimanfaatkan untuk melakukan berbagai perbaikan
tentu pada akhirnya akan memberi manfaat bagi karyawan secara
keseluruhan di dalam perusahaan. Pengelolaan SDM yang makin baik akan
membuat karyawan makin termotivasi dan memberi kontribusi secara
optimal yang akan diimbangi dengan pengembangan dan kesejahteraan yang
lebih baik.
e. Auditor
Auditor akan banyak mendapat pengalaman berharga dari proses
melakukan audit MSDM mengingat SDM merupakan objek audit yang
menarik karena tidak sekedar bersifat normatif tetapi juga humanis, sehingga
perlu ada keseimbangan antara peraturan perundangan dengan hal yang
bersifat manusiawi
Gambar 1.8.
Proses Audit MSDM
a. Kebijakan audit
Kebijakan audit secara keseluruhan harus menjadi dasar dalam
melakukan audit MSDM dalam perusahaan. Hal ini mengingat manajemen
SDM adalah bagian dari sistem manajemen yang saling terkait dengan sistem
lainnya dalam perusahaan, seperti manajemen operasi atau produksi,
manajemen pemasaran, manajemen keuangan, dan sebagainya. Kebijakan
audit ini umumnya dibuat oleh manajemen puncak yang akan menjadi
panduan dalam setiap pelaksanaan audit termasuk audit MSDM.
b. Audit roadmap
Pelaksanaan audit MSDM akan lebih mudah bila perusahaan sudah
memiliki audit roadmap. Audit roadmap merupakan visualisasi dari strategi
dan proses audit yang berlaku secara spesifik di suatu organisasi.
d. Permintaan audit
Perencanaan audit tahunan yang telah disusun bisa saja berubah sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dan penentuan prioritas, bahkan meskipun
audit MSDM tersebut awalnya tidak direncanakan. Permintaan audit MSDM
dapat berasal dari manajemen puncak perusahaan, atau bisa saja berasal dari
departemen itu sendiri.
f. Investigasi awal
Investigasi awal mungkin saja dilakukan dalam tahap perencanaan,
seperti analisis awal dokumen atau wawancara awal. Investigasi awal ini
1.42 Audit Sumber Daya Manusia
penting untuk dilakukan terutama apabila tujuan dan ruang lingkup audit
masih samar atau belum dirumuskan secara jelas.
g. Pengumuman audit
Ketika semua perencanaan audit sudah selesai dilakukan, maka auditor
akan memberi pengumuman kepada auditee atau pihak yang akan diaudit.
Pengumuman ini antara lain berisi tujuan audit MSDM yang akan dilakukan,
ruang lingkup audit, dan jadwal audit MSDM.
Tabel 1.1.
Contoh Kertas Kerja Audit MSDM
Action plan
Kondisi Penanggung
Analisis &
No masalah/ Kriteria Risiko Rekomendasi jawab &
penyebab tanggapan
temuan target waktu
auditee
Tahap pelaksanaan audit MSDM ini akan dibahas lebih lanjut dalam
Modul 3 dalam bagian instrumen riset audit MSDM.
EKMA4476/MODUL 1 1.43
b. Klarifikasi
Temuan audit dapat diklarifikasi dengan pihak yang diaudit karena bisa
saja antara auditor dan auditee memiliki persepsi yang berbeda atas suatu
temuan, terutama terkait dengan konteks pada saat temuan audit MSDM
tersebut terjadi.
c. Closing meeting
Setelah audit MSDM selesai dilakukan, maka etikanya adalah ada
pertemuan penutupan atau closing meeting. Hal ini dapat bermanfaat untuk
proses lebih lanjut dalam membina hubungan baik khususnya untuk rencana
tindak lanjut dari audit MSDM.
d. Penyusunan laporan
Laporan audit MSDM disusun sesuai dengan format yang direncanakan
atau sesuai dengan format yang telah disepakati sebelumnya.
c. Evaluasi
Program aksi yang sudah disusun dan dilaksanakan kemudian dievaluasi
kembali untuk melihat apakah sudah ada perbaikan atau belum terkait dengan
temuan audit MSDM sebelumnya.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh staf bagian SDM adalah
analisis pekerjaan. Kompetensi ini dapat digolongkan dalam jenis
kompetensi ....
A. manajemen bisnis
B. profesional
C. teknis SDM
D. generik
Daftar Pustaka
Arens, Alvin A., Beasley, Mark S., dan Elder, Randal J. (2008). Auditing and
Assurance Services: An Integrated Approach. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Flesher, Dale L., dan Siewert, Stewart (1982). Independent Auditor’s Guide
to Operational Auditing. New York: John Wiley & Sons.
PEN D A HU L UA N
diterapkan secara efisien dan efektif. Ketiga pada tataran individu lingkup
Audit SDM terkait dengan output yang diharapkan dari pengelolaan SDM
antara lain mengenai kepuasan pegawai dalam bekerja.
Keempat sebagai alat kontrol manajemen serta memperhatikan
pentingnya penerapan prinsip compliance audit, lingkup audit SDM juga
mencakup audit ketaatan terhadap kebijakan, peraturan dan regulasi yang
berlaku. Kelima lingkup audit SDM juga mencakup audit terhadap budaya
perusahaan di mana melalui pemahaman terhadap nilai utama/inti yang
ditetapkan perusahaan, Anda bisa memahami landasan dasar yang digunakan
dalam perumusan kebijakan, sistem, sistem prosedur, peraturan maupun
dalam penetapan kompetensi utama/inti.
Apabila Anda ingin mengambil modul ini maka Anda harus sudah
mengambil dan menguasai mata kuliah Manajemen SDM serta Strategik
Manajemen.
Bila Anda memahami dan menguasai Modul 2 ini (Ruang lingkup Audit
SDM) maka Anda tidak akan mengalami kesulitan untuk menentukan
lingkup audit di suatu institusi/perusahaan baik di lingkungan Pemerintah
maupun Swasta, BUMN atau BUMD. Pemahaman Modul 2 juga membantu
Anda untuk bisa mengetahui aspek apa saja yang perlu diperhatikan dalam
rangka mewujudkan kepuasan kerja pegawai, untuk mengenal dan
menjelaskan area sensitif yang berpotensi menimbulkan tindakan yang
melanggar peraturan, regulasi yang berlaku, mengidentifikasi dan
menjelaskan praktek-praktek kecurangan yang biasa terjadi di lingkungan
suatu institusi/perusahaan serta memahami nilai inti perusahaan yang menjadi
acuan manajemen dalam merumuskan kebijakan, sistem, peraturan yang
berlaku.
Agar Anda dapat mempelajari dan menguasai Modul 2 ini dengan baik,
maka secara garis besar modul ini di bagi dalam 4 (empat) kegiatan belajar
adalah sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1 membahas audit kompatibilitas mencakup:
1. audit kompatibilitas;
2. strategi manajemen SDM;
3. filosofi manajemen SDM;
4. kebijakan SDM.
EKMA4476/MODUL 2 2.3
Agar proses pembelajaran modul ini berjalan lancar dan tepat sasaran,
silakan Anda baca secara seksama uraian pendahuluan yang ada pada bagian
awal. Kemudian baca serta pelajari keseluruhan materi dari setiap Kegiatan
Belajar (KB) mencakup Kegiatan Belajar 1 – Kegiatan Belajar 2 – Kegiatan
Belajar 3 dan Kegiatan Belajar 4. Cobalah cari keterkaitan antarkonsep
materi yang ada yaitu antara konsep: audit strategi MSDM – audit praktek
MSDM – audit kepuasan kerja – audit ketaatan serta audit budaya
perusahaan.
Di sisi lain apabila ditinjau dari jenis audit, Audit SDM selain
merupakan audit operasional (yaitu audit untuk fungsi SDM) maka Audit
SDM juga termasuk audit ketaatan (compliance audit), di mana auditor
melakukan penilaian ketaatan divisi/departemen SDM terhadap kebijakan,
prosedur, peraturan, dan regulasi yang berlaku di perusahaan. Sebagai contoh
auditor menilai apakah program penilaian kinerja pegawai memiliki Standard
Operating Procedure (SOP) yang baku. Apakah program penilaian kinerja
pegawai dilaksanakan dengan mengikuti SOP baku tersebut. Secara tidak
2.4 Audit Sumber Daya Manusia
Kegiatan Belajar 1
Audit Kompatibilitas
ini bisa dianggap sebagai peluang, tetapi di sisi lain juga bisa merupakan
suatu ancaman. Dalam hal ini tergantung cara pandang perusahaan dan
strategi bagaimana yang akan digunakan untuk memenangkan persaingan di
industri di mana perusahaan berkiprah.
Aspek internal mencakup analisa terhadap kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki organisasi mencakup aspek budaya organisasi, aspek struktur
organisasi dan kondisi SDM yang ada. Sebagai contoh perusahaan SPU,
suatu perusahaan umum yang bergerak di bidang penjaminan kredit dalam
menjalankan bisnisnya saat ini di Indonesia cukup berisiko. Hasil audit
MSDM memberikan eviden bahwa SDM perusahaan memiliki kemampuan
analisa kredit dan manajemen risiko yang rendah. Di sisi lain, perusahaan
belum memiliki Sistem Karier dan Rencana Suksesi bagi SDM nya. Sistem
Rekrutmen, Sistem Seleksi, Sistem Pelatihan, Sistem Penilaian Kinerja dan
Sistem Balas Jasa juga belum berbasis kompetensi. Sudah tentu hal ini
merupakan suatu kelemahan. Budaya yang berlaku pun masih berorientasi
pada senioritas dan reaktif. Kondisi ini juga merupakan kendala, karena
kurang mendukung perusahaan untuk bereaksi dan beradaptasi secara cepat
terhadap permintaan pasar.
Berdasarkan pertimbangan dan analisa SWOT (strength, weakness,
opportunity dan threat) pimpinan puncak dapat menetapkan visi, misi,
sasaran SDM sebagai acuan dalam merumuskan strategi SDM yang tepat.
Dengan ditetapkannya strategi SDM, manajemen dapat menentukan:
a. Kuantitas dan kualitas SDM yang dibutuhkan baik dari sisi keterampilan,
perilaku serta nilai yang seharusnya dimiliki.
b. Aktivitas atau program SDM yang akan diterapkan mulai dari analisa
jabatan, desain pekerjaan, perencanaan, rekrutmen dan seleksi, pelatihan
& pengembangan, karier, kinerja, balas jasa, labor & employee relations
( hubungan industrial ) dan sistem informasi SDM
Gambar 2.1.
Model Strategik Manajemen SDM
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
2) Berikut adalah aspek yang terkait dengan Audit Kompatibilitas SDM ....
A. sasaran perusahaan
B. tuntutan perubahan bisnis
C. kebijakan dan prosedur manajemen SDM
D. organisasi SDM
Kegiatan Belajar 2
Dalam BMP Audit SDM ini, tidak termasuk Audit Hubungan Industrial
dan Audit Sistem Informasi SDM karena akan dibahas dalam BMP
tersendiri.
EKMA4476/MODUL 2 2.15
• Berlandaskan
Filosofi Holistik
Filosofi Spiritual
Strategik & Integratif
• Berbasis
Proses Bisnis (pendekatan : input – proses – output)
Kompetensi
Seleksi Pelatihan
Rekrutmen Karier
Anjab
K. General
Penilaian
Perencanaan
Sasaran Strategi Balas jasa Hasil MSDM Kinerja Perusahaan
K. Inti • Efisiensi • Produktivitas tinggi
Organisasi Organisasi
• Efektifitas • Kualitas dan
keunggulan
K. Spesifik produk/ pelayanan
tinggi
• Keuntungan tinggi
Budaya
Organisasi
2
1
4
3
5
AUDIT MSDM
Gambar 2.2.
Kerangka Pemikiran Audit MSDM
Proses Bisnis
INPUT
• Rencana strategis perusahaan, anggran
• Kondisi lingkungan (faktor eksternal)
Proses
• Penentuan metode Peramalan
• Membandingkan permintaan/kebutuhan
dengan ketersediaan
OUTPUT
• Rencana Aksi (Internal Staffing -
Eksternal Staffing)
Pelaksanaan Audit
2) Faktor organisasi
(a) Rencana strategis
(b) Anggaran
(c) Proyeksi tingkat produksi dan penjualan
(d) Usaha baru melalui merger dan akuisisi
(e) Desain pekerjaan dan organisasi
3) Faktor tenaga kerja
(a) Karyawan pensiun
(b) Karyawan pindah ke perusahaan lain
(c) PHK oleh perusahaan
(d) Karyawan meninggal
(e) Karyawan absen karena melahirkan, cuti, atau sekolah
Secara spesifik ada tiga keluaran (output) Analisa Jabatan yang perlu di
audit yaitu:
a. uraian Jabatan merupakan uraian yang mencerminkan fungsi, tugas,
tanggung jawab, pola hubungan kerja dan kondisi/lingkungan kerja;
b. persyaratan Jabatan merupakan uraian yang mencerminkan kriteria
kompetensi yang sesuai dengan lingkup dan kompleksitas jabatan;
c. standar Kinerja.
Proses Bisnis
INPUT
INPUT
•• Struktur
Struktur Organisasi
Organisasi
•• Jenis
Jenis dan Jenjang Jabatan
dan Jenjang Jabatan
•• Proses
Proses Bisnis
Bisnis Unit
Unit Kerja
Kerja
•• Proses Kerja Jabatan
Proses Kerja Jabatan
PROSES
PROSES
•• Penentuan
Penentuan Tim
Tim dan
dan Analis
Analis
•• Penentuan
Penentuan format
format dan
dan metoda
metoda
•• Pengumpulan
Pengumpulan data
data
•• Pengolahan
Pengolahan data
data
OUTPUT
OUTPUT
•• Uraian
Uraian Jabatan
Jabatan
•• Persyaratan
Persyaratan Jabatan
Jabatan berbasis
berbasis
kompetensi
kompetensi
Pelaksanaan Audit
Gambar 2.4.
Model Audit Analisa Jabatan
EKMA4476/MODUL 2 2.21
Mengacu pada Gambar 2.4. Model Audit Analisa Jabatan di atas, maka
ada empat (4) cakupan audit analisa jabatan.
a. Audit praktek analisa jabatan, mengenai ketaatan asas terhadap
kebijakan, Standard Operating Procedure (SOP) dan peraturan-
peraturan terkait dengan Analisa Jabatan.
b. Audit mengenai integrasi Analisa Jabatan dengan sistem SDM lainnya
antara lain dengan Rekrutmen dan Seleksi, Pelatihan dan
Pengembangan, Karier dan Penilaian Kinerja.
c. Audit terhadap efisiensi dan efektivitas Analisa Jabatan.
Efisiensi terkait dengan biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan atau
implementasi program Analisa Jabatan.
Efektivitas terkait dengan ketepatan uraian dan persyaratan jabatan serta
standar kerja yang dihasilkan sehingga bisa dimanfaatkan bagi
penyempurnaan struktur organisasi, perumusan sistem prosedur MSDM
maupun untuk hampir keseluruhan fungsi MSDM lainnya.
d. Audit terhadap proses bisnis Analisa Jabatan. Berbicara mengenai proses
bisnis Analisa jabatan, maka secara garis besar mencakup:
1) struktur organisasi, jenis dan jenjang jabatan, proses bisnis unit kerja
dan proses kerja jabatan sebagai masukan (input) yang perlu
diperhatikan;
2) proses dalam hal ini tahapan pengumpulan dan pengolahan data
yang terencana dan terorganisir dengan metode yang tepat
merupakan aktivitas kritikal;
3) uraian dan Persyaratan Jabatan sebagai keluaran (output) yang
diinginkan.
jabatan biasanya disertai kode dan identifikasi jabatan, posisi dan fungsi
jabatan.
Terkait dengan audit persyaratan jabatan, auditor perlu memeriksa
apakah persyaratan jabatan sudah berbasis kompetensi, sudah didasarkan
pada tuntutan kompetensi yang seharusnya, agar pegawai mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam hal ini kompetensi diartikan
sebagai suatu karakteristik dasar yang melekat pada individu terkait dengan
kinerja yang superior atau efektif.
Kompetensi dari jenisnya dibedakan antara:
a. kompetensi inti/utama merupakan kompetensi yang mencerminkan nilai
inti/utama perusahaan dan menggambarkan karakteristik bisnis. Sebagai
contoh untuk perusahaan yang bergerak di bidang properti antara lain:
integritas, orientasi kualitas hasil kerja, orientasi pelayanan pelanggan,
orientasi bisnis, kemandirian, adaptasi dan kapasitas untuk berubah,
pengetahuan bisnis properti eksternal dan pengetahuan bisnis properti
internal;
b. kompetensi generik, merupakan kompetensi umum yang berlaku untuk
semua jabatan selaras dengan jenis, fungsi, dan jenjang jabatan.
Kompetensi generik untuk jabatan struktural antara lain, kompetensi
atribut pribadi seperti berpikir strategik, berpikir konseptual, berpikir
analitis, hasrat bersaing dan membangun kepercayaan; kompetensi
manajerial dan kompetensi kepemimpinan;
c. kompetensi spesifik/teknis merupakan kompetensi sesuai dengan bidang
keahlian/ekspertis tertentu misalnya kompetensi di bidang pemasaran,
keuangan, SDM, produksi, dan teknologi informasi.
Proses Bisnis
INPUT
INPUT
•• Jabatan
Jabatan lowong
lowong
•• Persyaratan
Persyaratan jabatan
jabatan berbasis
berbasis
kompetensi
kompetensi
•• Anggaran
Anggaran
PROSES
PROSES
•• Penentuan
Penentuan metode
metode
•• Jangka
Jangka waktu
waktu
•• Penentuan
Penentuan tim
tim rekrutmen
rekrutmen
OUTPUT
OUTPUT
Kandidat
Kandidat Pools
Pools
Pelaksanaan Audit
Gambar 2.5.
Model Audit Rekrutmen
tidak hanya harus fokus pada upaya mendapatkan calon kandidat yang tepat,
tetapi juga mendapatkan calon yang memiliki talenta sehingga perusahaan
harus mengubah paradigmanya dari strategi rekrutmen pandangan lama
(tradisional) menjadi strategi rekrutmen yang berorientasi pada pandangan
baru.
Secara prinsip terdapat perbedaan yang mendasar antara ke-2 (dua)
strategi tersebut sebagaimana dapat Anda lihat pada bagan di bawah ini.
Bagan 2.1.
Strategi Rekrutmen
Terkait dengan calon kandidat yang pada akhirnya setelah proses seleksi
merupakan calon pegawai yang tepat dan bertalenta, menurut Ulrich ( 2005)
dalam proses rekrutmen perusahaan perlu memperluas candidate pools,
mempekerjakan kandidat yang terbaik dan melakukan orientasi agar yang
bersangkutan bisa beradaptasi secara cepat dan bisa produktif sesegera
mungkin.
Memperluas candidate pools dapat dilakukan dengan cara membangun
relasi dengan institusi, lembaga pendidikan yang terkenal dan sudah masuk
peringkat nasional, atau internasional misalnya perguruan tinggi swasta. Bisa
juga melalui referensi pegawai, referensi pemasok & pelanggan atau melalui
web (internet).
EKMA4476/MODUL 2 2.25
Dari gambar Model Audit Rekrutmen tersebut di atas, maka ada empat
(4) cakupan audit rekrutmen adalah sebagai berikut.
1) Audit praktek rekrutmen mengenai ketaatan asas terhadap kebijakan,
Standard Operating Procedure (SOP) dan peraturan-peraturan terkait
rekrutmen.
2) Audit mengenai integrasi Rekrutmen dengan sistem SDM lainnya antara
lain dengan Sistem Seleksi. Sebagai contoh auditor perlu memeriksa
apakah persyaratan jabatan berbasis kompetensi yang digunakan dalam
menarik calon kandidat untuk melamar juga digunakan untuk
menyeleksi kandidat dalam arti dijadikan acuan/kriteria hingga kandidat
bisa diterima sebagai calon pegawai.
2.26 Audit Sumber Daya Manusia
Proses Bisnis
INPUT
INPUT
•• Daftar
Daftar kandidat
kandidat
•• Persyaratan
Persyaratan jabatan
jabatan berbasis
berbasis
kompetensi
kompetensi
•• Profil
Profil jabatan
jabatan
•• Jangka
Jangka waktu
waktu dan
dan anggaran
anggaran
•• Rasio
Rasio seleksi
seleksi
PROSES
PROSES
•• Seleksi
Seleksi Administratif
Administratif
•• Test
Test keahlian
keahlian Profesi
Profesi
•• Test
Test Potensi
Potensi
•• Test Kompetensi
Test Kompetensi
•• Test
Test Kesehatan
Kesehatan
•• Wawancara
Wawancara Pengguna
Pengguna
OUTPUT
OUTPUT
Calon
Calon Pegawai
Pegawai
Pelaksanaan Audit
Gambar 2.6.
Model Audit Seleksi
Secara garis besar, dari model audit seleksi tersebut di atas dapat dilihat
bahwa ada empat (4) cakupan audit seleksi yaitu:
2.28 Audit Sumber Daya Manusia
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
Proses Bisnis
INPUT
Analisa kebutuhan pelatihan
• Aspirasi pimpinan
• Analisa organisasi, analisa tugas, analisa
kesenjangan kompetensi individu
• Analisa kebijakan, peraturan dan
implementasi program pelatihan dan
pengembangan yang berlaku
• Jangka waktu dan anggaran
Proses
• Penentuan sasaran pelatihan (isi
program berbasis kompetensi)
• Penentuan kriteria keberhasilan
• Pelaksanaan pelatihan
• Evaluasi pelatihan
OUTPUT
• Peningkatan pengetahuan
• Peningkatan keterampilan
• Perubahan sikap
Pelaksanaan Audit
Gambar 2.7.
Model Audit Pelatihan dan Pengembangan SDM
B. AUDIT KARIER
Proses Bisnis
INPUT
• Perencanaan strategik SDM
• Aspirasi pegawai
• Minat pegawai
Proses
• Tahap assesment :
indv profile vs job profile, portofolio SDM
dan employee inventory
• Tahap perencanaan karier bersama
• Tahap pengembangan karir
– Dalam jabatan dan diluar jabatan
OUTPUT
Penempatan didalam jalur karirer
Peningkatan kinerja
Optimalisasi potensi
Pelaksanaan Audit
Sumber:Sumber
Disusun oleh
: Disusun olehPenulis
Penulis daridari berbagai
berbagai Sumber (2009)
Sumber (2009)
Gambar 2.8.
Model Audit Karier
Berdasarkan Gambar 2.8. Model Audit Karier ini, maka ada empat (4)
cakupan audit karier.
1. Audit praktek Karier mengenai ketaatan asas terhadap kebijakan,
Standard Operating Procedure (SOP) dan peraturan-peraturan terkait
Karier.
2.40 Audit Sumber Daya Manusia
2. Audit integrasi Karier dengan sistem MSDM lainnya antara lain dengan
Sistem Pelatihan, Sistem Penilaian Kinerja dan Sistem Balas Jasa.
3. Audit terhadap efisiensi dan efektivitas Karier.
Efisiensi terkait dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan
atau implementasi program Karier.
Efektivitas terkait dengan penempatan pegawai dalam karier yang tepat,
sehingga terwujud peningkatan kinerja dan optimalisasi potensi pegawai
sesuai harapan.
4. Audit terhadap proses bisnis Karier. Berbicara mengenai proses bisnis
Karier, maka ada empat (4) cakupan proses bisnis Karier yaitu adalah
sebagai berikut.
a. Perencanaan Strategik SDM, aspirasi dan minat pegawai merupakan
masukan (input) yang kritikal untuk digunakan dalam proses
pengembangan diri pegawai dalam meniti kariernya di perusahaan.
Auditor perlu memeriksa apakah perencanaan Strategik SDM
selaras dengan rencana jangka panjang perusahaan, apakah aspirasi
pegawai sudah dipertimbangkan agar pengembangan kariernya
selaras dengan tujuan kariernya.
b. Proses mencakup tiga tahapan yaitu:
Pertama tahap assesment bertujuan menggali kompetensi pegawai
dan data berupa indivual’s profile di simpan dalam bentuk
Managerial Inventory, Profesional Inventory dan Staff Inventory.
Dalam hal ini auditor perlu memeriksa dan mengevaluasi apakah
inventory tersebut sudah dilakukan dan apakah sudah dibuat matriks
dengan hasil penilaian kinerja pegawai bersangkutan serta di
dokumentasikan dalam bentuk portofolio (peta kompetensi) SDM.
Kedua tahap perencanaan karier merupakan tahap pengarahan di
mana manajemen khususnya para manajer SDM atau bisa pula
atasan langsung duduk bersama pegawai serta berbicara dan
berdialog secara terbuka mengenai tujuan karier dan rencana
pegawai untuk merealisasikan keinginannya tersebut. Di samping itu
atasan biasanya menyelenggarakan konseling, suatu pertemuan
untuk dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
pegawai. Dalam hal ini sebaiknya auditor memeriksa apakah ada
kesepakatan bersama mengenai rencana tindak lanjut yang akan
dilakukan pegawai.
EKMA4476/MODUL 2 2.41
Proses Bisnis
INPUT
• KPI Organisasi KPI unit kerja
KPI Individual
• Perencanaan Kinerja dan penentuan
standar penilaian
Proses
• Pengumpulan data
• Dokumentasi hasil kinerja
OUTPUT
• Hasil penilaian kinerja
• Pemanfaatan hasil
Pelaksanaan Audit
Gambar 2.9.
Model Audit Penilaian Kinerja SDM
EKMA4476/MODUL 2 2.43
Dari gambar tersebut di atas, maka ada empat (4) cakupan audit
Penilaian Kinerja, yaitu:
1. Audit praktek Penilaian Kinerja, mengenai ketaatan asas terhadap
kebijakan, Standard Operating Procedure (SOP) dan peraturan-
peraturan terkait Penilaian Kinerja.
2. Audit mengenai integrasi Penilaian Kinerja dengan sistem MSDM
lainnya antara lain dengan Sistem Pelatihan, Sistem Balas Jasa dan
Sistem Karier.
3. Audit terhadap efisiensi dan efektivitas Penilaian Kinerja.
Efisiensi terkait dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan
atau implementasi program Penilaian Kinerja.
Efektivitas terkait dengan hasil penilaian kinerja pegawai, dalam arti
apakah produktif dan memiliki kompetensi yang bisa mendukung
pelaksanaan tugas dengan baik.
4. Audit terhadap proses bisnis Penilaian Kinerja. Berbicara mengenai
proses bisnis penilaian kinerja maka Key Performance Indicators (KPI),
Standar penilaian dan kinerja aktual adalah input yang dibutuhkan.
Proses penilaian kinerja pada intinya adalah membandingkan kinerja
individu dengan standar kinerja jabatan yang telah dirumuskan.
1. Perencanaan Kinerja
Merupakan tahap awal dari manajemen kinerja di mana manajer dan
karyawan bekerja sama untuk mengidentifikasi, memahami, dan menyepakati
apa yang harus dikerjakan karyawan berikut standar kinerjanya. Bagi
perusahaan yang menggunakan metode management by objective (MBO),
standar kinerja tersebut akan diturunkan dari target unit kerja yang
diturunkan dari target perusahaan. Apabila perusahaan belum mengadopsi
metode MBO, biasanya perusahaan akan menggunakan input atau proses
sebagai standar penilaian kinerja yang dituangkan dalam faktor penilaian
kinerja, misalnya:
a. komunikasi;
b. kerja sama;
c. kepemimpinan;
d. kedisiplinan;
e. integritas;
f. tingkat kehadiran.
4. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah proses evaluasi kinerja seorang karyawan pada
periode tertentu. Hal yang perlu diperhatikan auditor adalah bahwa penilaian
kinerja hanya bagian dari manajemen kinerja. Beberapa metode yang dapat
digunakan dalam penilaian kinerja adalah:
a. Graphic rating scale.
b. Ranking.
c. Forced distribution.
d. Critical incident.
e. Narrative form.
f. Behaviorally anchored rating scales (BARS).
g. Management by objective (MBO).
Komponen Balas Jasa dapat dilihat pada Gambar 2.10 berikut ini.
Gambar 2.10.
Komponen Balas Jasa
2. Kompensasi Moneter
a. Kompensasi langsung
1) Gaji atau upah
2) Komisi
3) Bonus
4) Insentif
b. Kompensasi tidak langsung
1) Asuransi kesehatan
2) Jamsostek
3) Tunjangan transpor
4) Tunjangan perumahan
Model Audit Balas Jasa dapat dilihat dalam Gambar 2.11 di bawah ini.
Gambar 2.11.
Model Audit Balas Jasa
EKMA4476/MODUL 2 2.49
Dalam pelaksanaan Audit Balas Jasa, maka auditor perlu memeriksa hal-
hal berikut.
a. Apakah analisa jabatan sudah dilakukan?
Analisis jabatan merupakan tahap awal yang penting yang hasilnya dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi jabatan. Proses analisis jabatan
sudah diuraikan dalam bagian sebelumnya.
b. Apakah evaluasi jabatan sudah dilakukan dengan benar dan efektif?
Evaluasi jabatan adalah proses sistematis untuk menentukan nilai relatif
jabatan, yang menggambarkan berat ringannya jabatan (nilai jabatan)
dalam sebuah organisasi. Evaluasi jabatan harus dilakukan untuk
mencapai keadilan internal (internal equity).
Beberapa metode untuk melakukan evaluasi jabatan adalah:
1) job ranking;
2) job grading atau classification;
3) factor comparison;
4) point system.
c. Apakah survei gaji sudah dilakukan?
Apabila evaluasi jabatan dilakukan untuk mencapai keadilan internal,
maka survei gaji dilakukan untuk mencapai keadilan eksternal (external
equity). Hal yang perlu diperhatikan auditor, apakah dalam melakukan
survei gaji, perusahaan membandingkan jabatan yang serupa atau
berbeda. Sering kali nama jabatan (job title) yang sama ternyata
memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda dalam perusahaan
yang berbeda. Di sisi lain sekalipun nama jabatan berbeda pada
kenyataannya memiliki lingkup tugas dan tanggung jawab yang sama.
Sementara untuk perusahaan pembanding, perusahaan tersebut harus
berada dalam industri yang sama atau sejenis dengan ukuran yang relatif
sama. Hal ini penting karena tiap industri memiliki tingkat kompensasi
yang berbeda, demikian juga ukuran perusahaan akan mempengaruhi
tingkat kompensasi.
Survei gaji dapat berasal dari:
1) Departemen Tenaga Kerja.
2) Asosiasi profesional.
3) Asosiasi industri atau perusahaan.
4) Konsultan.
2.50 Audit Sumber Daya Manusia
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
2) Yang menjadi masukan atau input dalam sistem karier adalah ....
A. perencanaan strategik SDM, aspirasi, minat dan motivasi pegawai
B. asesmen kompetensi
C. perencanaan karier
D. pengembangan karier
4) Tugas yang menarik dan menantang adalah bentuk dari kompensasi ....
A. langsung
B. tidak langsung
C. moneter
D. nonmoneter
Kegiatan Belajar 4
B. AUDIT KETAATAN
---------------------------------------------------------------------------------------------
The High Cost of Non Compliance
Besarnya biaya yang harus dibayarkan perusahaan terkait dengan
ketidaktaatan perusahaan terhadap kebijakan, prosedur dan regulasi:
1. $ 650.000 harus dibayar perusahaan kepada pegawainya yang mendapat
kecelakaan di tempat kerja.
2. $ 184.000.000 harus dibayar perusahaan karena tidak menaati peraturan
upah & waktu kerja.
3. $ 1.825.000 harus dibayar perusahaan kepada pegawainya maupun yang
sudah berhenti, atas tuntutan mereka yang terkena racial harassment.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber: Dawson Consulting Group.
Dalam hal ini, agar penegakan disiplin efektif dan bermanfaat bagi
manajemen maupun bagi pegawai, sebaiknya pegawai lebih dahulu diberi
peringatan dan tindakan disiplin yang bersifat progresif serta diterapkan
secara konsisten. Untuk itu sebaiknya perusahaan melakukan pendekatan
melalui program konsultasi, agar pegawai terdorong aktif berpartisipasi
dalam program penegakan disiplin, sehingga pada akhirnya atas kesadaran
diri sendiri memiliki kesediaan dan kemauan untuk menaati kebijakan,
prosedur, peraturan, dan perundang-undangan yang berlaku
Mengacu pada kedua faktor tersebut, maka menurut Brown ada empat
kategori budaya perusahaan yaitu:
1. The Tough-Guy, Macho Culture
Budaya ini memiliki ciri-ciri antara lain derajat risiko kegiatan bisnis
tinggi, jenis umpan balik yang diperoleh cepat. Budaya berisiko tinggi dapat
dijumpai pada lembaga konsultasi, industri hiburan.
LAT IH A N
1) Menurut George & Jones, job fit adalah kesesuaian aspek pribadi
pegawai dengan karakteristik pekerjaan yang memberi dampak pada
kepuasan kerja. Motivational fit adalah kesesuaian nilai-nilai intrinsik
EKMA4476/MODUL 2 2.65
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 4
Daftar Pustaka
Michaels, Ed, Jones. Helen Handfeld. Axeltrod, Beth (2001). The War For
Talent. Mc Kinsey & Company, Inc.
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B. dan Wright, P.M. (2000). Human
Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. 3rd Edition.
Boston: McGraw-Hill Companies, Inc.
Paine, Lynn S (2002). Where Morals and Profits Meet: The Corporate Value
Shift, Harvard Business School, Working Knowledge, http:
//hbswk.hbs.edu/item/3179.html.
PEN D A HU L UA N
Dalam uraian materi selain contoh format kuesioner juga ada daftar
pertanyaan agar Anda bisa menerapkannya secara benar. Di samping itu
sebagaimana yang tertuang dalam modul-modul sebelumnya, untuk
mendapatkan umpan balik mengenai seberapa jauh pemahaman Anda atas
materi yang dibahas, pada akhir modul diberikan rangkuman, latihan, tes
formatif, dan kunci jawaban agar Anda bisa memeriksa ketepatan jawaban
Anda.
Secara umum setelah mempelajari Modul 3 ini Anda diharapkan dapat
menjelaskan pengertian model audit, metode pendekatan, instrumen riset dan
faktor penentu keberhasilan Audit SDM serta bagaimana menerapkan audit
fungsi SDM di perusahaan.
Secara khusus, setelah mempelajari modul 3 ini diharapkan Anda
mampu:
1. menjelaskan model dan pendekatan riset dalam audit SDM;
2. menjelaskan instrumen riset audit SDM;
3. menjelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan audit SDM;
4. menerapkan audit fungsi Perencanaan SDM;
5. menerapkan audit fungsi Analisa Jabatan;
6. menerapkan audit fungsi Rekrutmen;
7. menerapkan audit fungsi Seleksi;
8. menerapkan audit fungsi Pelatihan dan Pengembangan;
9. menerapkan audit fungsi Manajemen Karier;
10. menerapkan audit fungsi Penilaian Kinerja;
11. menerapkan audit fungsi Kompensasi (Balas Jasa).
EKMA4476/MODUL 3 3.3
Kegiatan Belajar 1
c. Pendekatan statistik
Pendekatan statistik juga dapat digunakan dalam audit SDM. Dalam
pendekatan ini, tentu auditor harus memahami dan menguasai cara atau
metode pengambilan sampel sampai dengan pengolahan dan analisis data.
Pendekatan statistik bisa digunakan dalam audit kepuasan kerja, audit tingkat
keluar masuknya (turn over) pegawai, perencanaan SDM, dan sebagainya.
a. Analisis dokumen
Analisis dokumen SDM yang dapat dilakukan antara lain dengan
meneliti berbagai dokumen terkait pengelolaan SDM perusahaan seperti
uraian dan spesifikasi jabatan, perhitungan kebutuhan tenaga kerja, SOP
rekrutmen dan seleksi, evaluasi terhadap hasil pelatihan, formulir penilaian
kinerja, dan sebagainya. Analisis dokumen bahkan sudah bisa dilakukan
sejak investigasi awal. Dengan menganalisis dokumen yang ada, auditor
dapat menemukan kekurangan atau potensi masalah yang mungkin terjadi
dalam pengelolaan SDM. Tentu saja, hasil analisis dokumen ini masih perlu
diklarifikasi oleh auditee untuk meminta penjelasan dan analisis lebih lanjut.
Namun demikian, auditor bisa saja sudah menghasilkan temuan atau bahkan
kesimpulan awal setelah menganalisis dokumen yang ada. Hal ini
dimungkinkan apabila auditor memiliki kompetensi yang memadai dan
memiliki jam terbang atau pengalaman yang cukup dalam melakukan audit.
3.6 Audit Sumber Daya Manusia
b. Wawancara
Wawancara merupakan cara yang sangat efektif untuk mendapatkan
informasi atau mengklarifikasi temuan yang dihasilkan dari analisis
dokumen. Wawancara bisa dilakukan terhadap manajer SDM, profesional
SDM yang menangani aktivitas manajemen SDM tertentu seperti staf bagian
rekrutmen dan seleksi, atau staf yang menangani pelatihan. Wawancara untuk
menggali informasi bisa juga dilakukan terhadap manajer lini atau karyawan
biasa. Yang harus diperhatikan oleh auditor dalam melakukan wawancara
adalah mewawancara orang atau sumber informasi yang tepat, dapat memberi
informasi yang dibutuhkan dalam melakukan audit. Jabatan informan yang
lebih tinggi tidak menjamin bahwa informasi yang diberikan akan memadai,
terutama apabila informasi yang dibutuhkan bersifat rinci atau detail. Prinsip
komunikasi atau wawancara secara umum dapat diterapkan dalam proses
audit SDM, seperti membangun rapport dengan interviewee, menjelaskan
maksud dan tujuan wawancara, melakukan probing, dan sebagainya. Auditor
disarankan untuk menginformasikan terlebih dahulu mengenai jadwal dan
materi wawancara, terutama apabila auditor meminta interviewee untuk
menyiapkan berbagai laporan atau dokumen yang dibutuhkan terlebih
dahulu. Auditor harus merekam, setidaknya membuat catatan atas berbagai
informasi yang dikemukakan dalam wawancara, dan meminta konfirmasi
dari interviewee atas wawancara yang telah dilakukan.
c. Analisis historis
Analisis terhadap data historis dapat dilakukan dalam audit SDM,
misalnya dengan membandingkan selection ratio untuk jabatan tertentu,
tingkat kehadiran karyawan, atau jumlah jam pelatihan per orang per tahun
selama beberapa tahun terakhir. Berbagai data historis ini bisa didapatkan
melalui data sekunder berupa laporan yang ada, atau berupa data primer
melalui survei dan atau wawancara. Data historis tersebut mungkin saja tidak
tersedia secara langsung namun harus diolah terlebih dahulu baru dilakukan
analisis. Misalnya dalam melakukan proses rekrutmen dan seleksi,
perusahaan tidak menetapkan selection ratio. Auditor bisa meminta data
jumlah pelamar, berapa pelamar yang lolos setiap tahapan seleksi, sampai
jumlah pelamar yang diterima. Dari berbagai data ini, auditor kemudian bisa
menghitung selection ratio dari proses rekrutmen dan seleksi tersebut.
Demikian juga untuk data jumlah jam pelatihan per orang per tahun, di mana
auditor dapat meminta jumlah jam pelatihan selama setahun dan jumlah
EKMA4476/MODUL 3 3.7
karyawan untuk mendapatkan informasi jumlah jam pelatihan per orang per
tahun.
d. Survei
Auditor juga dapat melakukan survei, misalnya untuk mengetahui
tingkat kepuasan kerja karyawan atau survei terhadap manajer lini terhadap
efektivitas departemen SDM dalam menjalankan fungsinya terkait
pengelolaan SDM. Survei dengan menggunakan kuesioner ini menawarkan
beberapa keuntungan dalam audit SDM. Keuntungan utama dari kuesioner
adalah auditor mendapatkan informasi yang banyak dalam waktu dan biaya
yang relatif kecil. Selain itu, informasi dapat dengan mudah di tabulasi dan
diolah karena bentuk pertanyaan yang seragam. Meskipun demikian, survei
dengan menggunakan kuesioner juga memiliki kelemahan di mana informasi
yang diperoleh mungkin tidak mendalam sehingga auditor perlu melakukan
klarifikasi atau verifikasi lebih lanjut. Hal yang harus diperhatikan adalah
dalam menyusun kuesioner di mana bahasa yang digunakan harus
disesuaikan dan dapat dimengerti oleh responden yang ditargetkan. Selain
itu, pemilihan responden dan distribusi kuesioner juga penting untuk
dilakukan secara cermat.
e. Eksperimen
Audit SDM dapat juga dilakukan melalui eksperimen, misalnya dengan
menerima calon karyawan yang hasil psikotesnya kurang disarankan untuk
menilai reliabilitas dan validitas alat tes yang digunakan. Pelatihan dengan
menggunakan metode atau vendor yang berbeda dapat juga dilakukan untuk
mengetahui efektivitas masing-masing metode atau vendor pelatihan tersebut.
Pada prinsipnya, eksperimen dilakukan dengan melibatkan obyek atau
kelompok yang mendapat treatment dengan obyek atau kelompok yang tidak
mendapat treatment (control group). Dengan demikian, hasil dari treatment
tadi dapat dibandingkan antara kedua kelompok tersebut. Eksperimen dalam
audit SDM harus dilakukan dengan sangat hati-hati mengingat eksperimen
ini dilakukan terhadap manusia.
Dari lima instrumen riset yang telah diuraikan di atas, umumnya yang
paling sering digunakan oleh peneliti selain analisa dokumen adalah survei
dengan angket (kuesioner) yang kemudian ditindaklanjuti dengan
wawancara.
3.8 Audit Sumber Daya Manusia
AUDIT KOMPATIBILITAS
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai audit fungsi SDM, mari
kita perhatikan beberapa faktor penting yang menentukan keberhasilan dari
suatu audit SDM. Dari pembahasan sebelumnya, kita dapat menarik
EKMA4476/MODUL 3 3.13
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
1) Agar program audit SDM berhasil dan terwujud kerja sama sinergis
antara Auditor dan Auditee, manajemen puncak perlu memperhatikan
hal berikut, kecuali ....
A. memfasilitasi pelaksanaan audit
B. menyetujui hasil audit sekalipun berisiko bagi perusahaan
C. terlibat aktif dalam menentukan model dan pendekatan audit
D. memperkenalkan tim audit
Kegiatan Belajar 2
Agar audit fungsi seleksi bisa efektif, Auditor juga harus memahami dan
mampu memeriksa kelengkapan dan ketepatan Sistem Seleksi yang ada,
berlaku dalam perusahaan dengan mengacu pada indikator kunci
keberhasilan yaitu:
EKMA4476/MODUL 3 3.21
WP Kondisi &
No. Management Proses yang Direview Lampiran
Ref Penjelasan
1 Apakah perusahaan sudah memiliki
kebijakan SDM di bidang perencanaan
SDM?
WP Kondisi &
No. Management Proses yang Direview Lampiran
Ref Penjelasan
5 Apakah perencanaan SDM yang dilakukan
menggunakan metode peramalan
kebutuhan pegawai? Mohon jelaskan
WP Kondisi &
No. Management Proses yang Direview Lampiran
Ref Penjelasan
13 Apakah sudah ada rencana suksesi untuk
setiap posisi jabatan? Jika sudah ada,
kriteria persyaratan seperti apa dan
bagaimana prosesnya? Jika belum
pertimbangan apa yang akan dijadikan
digunakan untuk melakukan suksesi ?
Mohon jelaskan .
Auditor Auditee
(...............................) (..............................)
3.24 Audit Sumber Daya Manusia
WP Kondisi &
No Management Proses yang Direview Lampiran
Ref Penjelasan
1 Apakah perusahaan pernah melakukan
Analisa Jabatan?
WP Kondisi &
No Management Proses yang Direview Lampiran
Ref Penjelasan
9 Apakah tahap pelaksanaan Analisa Jabatan
mencakup: mempelajari struktur perusaha-
an, penetapan informasi yang akan
dianalisis, pemilihan jabatan yang akan
dianalisis, pengumpulan data, perumusan
uraian jabatan, perumusan persyaratan
jabatan. Jelaskan jawaban Anda!
Auditor Auditee
(...............................) (..............................)
3.26 Audit Sumber Daya Manusia
Auditor Auditee
(...............................) (..............................)
3.28 Audit Sumber Daya Manusia
WP Kondisi &
No Management Proses yang Direview Lampiran
Ref. Penjelasan
1 Apakah perusahaan sudah memiliki
kebijakan SDM terkait dengan seleksi
pegawai yang mendukung strategi bisnis?
WP Kondisi &
No Management Proses yang Direview Lampiran
Ref. Penjelasan
8 Apakah dalam tes keahlian profesi
dilakukan tes pengetahuan umum, tes
bahasa Inggris dan tes bidang profesi?
Jelaskan jawaban Anda!
Auditor Auditee
(...............................) (..............................)
3.30 Audit Sumber Daya Manusia
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
C. tes kesehatan
D. wawancara pengguna
Kegiatan Belajar 3
Agar Audit fungsi Manajemen Karier bisa efektif, Auditor dituntut untuk
memahami dan mampu memeriksa kelengkapan dan keakuratan Sistem
Karier mencakup Pola Karier dan Jalur Karier berbasis kompetensi
Terkait dengan fungsi manajemen karier, maka pemeriksaan
kelengkapan dan ketepatan Sistem Karier sebaiknya mengacu pada Model
Karier dan indikator kunci keberhasilan sebagaimana diuraikan di bawah ini.
1. Ketersediaan Standard Operating Procedure (SOP) Karier.
2. Adanya Perencanaan Strategik SDM, di mana tercakup jumlah dan
kualitas Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan perusahaan dalam lima
tahun ke depan.
3. Adanya Pola dan Jalur Karier yang tepat.
4. Adanya Penilaian Kinerja berbasis kompetensi.
5. Adanya Portofolio Sumber Daya Manusia.
6. Adanya rencana suksesi (High Flyer’s Program) bagi pegawai bertalenta
“Star”.
7. Adanya peramalan promosi dan mutasi/perpindahan jabatan dalam
rangka pengembangan pegawai.
8. Adanya perencanaan karier dengan kesepakatan bersama antara
manajemen dan pegawai.
9. Adanya pengembangan karier yang tepat.
10. Efektivitas biaya Manajemen Karier.
Contoh kuesioner yang digunakan dalam audit sistem karier dapat dilihat
pada halaman 40.
Kompensasi atau balas jasa merupakan aspek yang sangat krusial dalam
pengelolaan SDM perusahaan. Pada kenyataannya, banyak ketidakpuasan
karyawan disebabkan karena faktor ini yang juga sering mengakibatkan aksi
unjuk rasa atau demonstrasi. Karena itu, sistem kompensasi perusahaan harus
didesain sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuannya dan selaras dengan
sistem manajemen SDM lainnya.
Beberapa indikator kunci keberhasilan sistem kompensasi adalah sebagai
berikut.
1. Kompensasi diberikan atas penilaian kinerja berbasis kompetensi yang
tepat.
2. Keadilan internal yang mempertimbangkan bobot relatif jabatan (berat
ringannya jabatan).
3. Keadilan eksternal yang mempertimbangkan keselarasan dengan jabatan
sejenis pada perusahaan lain dalam industri yang sama.
4. Kondisi keuangan perusahaan yang sehat dan mencukupi.
3.36 Audit Sumber Daya Manusia
Auditor Auditee
(...............................) (..............................)
Auditor Auditee
(...............................) (..............................)
EKMA4476/MODUL 3 3.43
WP Kondisi &
No. Management Proses yang Direview Lampiran
Ref Penjelasan
1 Apakah perusahaan telah memiliki kebija-
kan SDM di bidang penilaian kinerja?
WP Kondisi &
No. Management Proses yang Direview Lampiran
Ref Penjelasan
tujuan unit kerja dan perusahaan secara
keseluruhan?
WP Kondisi &
No. Management Proses yang Direview Lampiran
Ref Penjelasan
20 Apakah hasil penilaian kinerja karyawan
diolah dan dianalisis lebih lanjut?
Auditor Auditee
(...............................) (..............................)
3.46 Audit Sumber Daya Manusia
Auditor Auditee
(...............................) (..............................)
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Daftar Pustaka
Flesher, Dale L., dan Siewert, Stewart (1982). Independent Auditor’s Guide
to Operational Auditing. New York: John Wiley & Sons.
Michaels, Ed, Jones. Helen Handfeld. Axeltrod, Beth (2001). The War For
Talent. Mc Kinsey & Company, Inc.
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B. dan Wright, P.M. (2000). Human
Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. 3rd Edition.
Boston: McGraw-Hill Companies, Inc.
Paine, Lynn S (2002), Where Morals and Profits Meet: The Corporate Value
Shift, Harvard Business School, Working Knowledge, http:
//hbswk.hbs.edu/item/3179.html
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
HR Metrics
A. LATAR BELAKANG
Tabel 4.1.
Persentase Waktu yang Dihabiskan Profesional SDM
lainnya seperti pemberian diskon atau bonus hadiah. Tuntutan serupa saat ini
juga dihadapi oleh Departemen SDM.
Pergeseran paradigma dalam manajemen SDM tersebut dapat dijelaskan
dalam gambar berikut.
Gambar 4.1.
Pergeseran Paradigma HR
Semua orang mungkin tidak akan menyangkal arti dan peran SDM bagi
perusahaan, yang tentunya membutuhkan biaya untuk membina dan
mengembangkan SDM. Semua pasti setuju dengan program pelatihan
misalnya. Masalahnya adalah, apa ukuran yang akan digunakan untuk
menilai efektivitas dan atau efisiensi pelatihan tersebut? Di era ini, ukuran
keberhasilan yang sering disebut dengan key performance indicator (KPI)
sudah merupakan keharusan. Ini seperti pepatah: ”you can’t control if you
can’t measure” yang kurang lebih berarti ”kita tidak dapat mengelola apabila
kita tidak bisa mengukur”.
B. JENIS HR METRICS
dan sangat bervariasi sehingga perusahaan harus memilih ukuran apa yang
paling tepat buat perusahaan mereka.
Mark A. Huselid, Brian E. Becker dan Richard W. Beatty dalam
bukunya The Workforce Scorecard: Managing Human Capital to Execute
Strategy menjelaskan berbagai ukuran yang tersedia untuk mengevaluasi
keberhasilan pengelolaan SDM, yaitu:
Tabel 4.2.
Ukuran Keberhasilan SDM dalam Mencapai Tujuan Strategis Bisnis
Average price premium versus competition Percent of new shareholders per year
Customer complaints as a proportion of Percent of ordes shipped in twenty-four hours
sales Percent of product sales resulting in return
Customer repurchase intent Percent of products delivered defect-free
Customer repurchase volume Percent of profit or cash flow generated from
Customer service representation ratings organic growth (versus acquisitions)
by secret shoppers Percent of proposals that result in product
Number and quality of customer orders
complaints Percent of recurring customer complaints
Number and quality of customer praise Percent of revenue from lost sales accounts
Number of customer complaints Percent of revenue generated from organic
resolved satisfactorily growth (versus acquisitions)
Number of custome suggestions received Percent of revenues from new customers
and/or acted upon Percent of revenue from new products
Number of new distributos Percent of sales from new distributors
Number of new products unlike anything Percent reduction in COGS in a given year
sold by the competition Percent reduction in SGA per year
Order-to-delivery time Percent returns due to product defects
Percent customer retention Product value perceptio of "C" customers
Percent customer satisfaction Public perception of the company as a
Percent gift returns (in retail) market leader
Percent of "A" customers retained Quality of brand awareness
Percent of "C" customers transitioned to Quality of customer brand awareness
the competition Quality ofnew product intrductions
Percent of clients extremely satisfied Reduction in cycle time for product design
with service to first shipping order
Percent of current shareholders liquidating Response time for customer inquiries
assets per year Sales revenue of new versus existing
Percent of customers order achieving customer accounts
"perfect order status" Sales volume due to customer referrals
Percent of customers for whom we are Share of all customers' wallets (market share)
supplier of choice Share of wallet (market share) of "A"
Percent of customers who believe employees customers
can reolve product/service problems Share of wallet (market share) of "C"
Percent of customers who believe their issues/ customers
concerns are listened and addressed Shareholder evaluation of quality of firm
Percent of customers who report that their governance
product/service expectations have
been met
4.8 Audit Sumber Daya Manusia
Dari tabel di atas kita dapat melihat bahwa ukuran tersebut sangat erat
terkait dengan bisnis perusahaan karena mengukur sejauh mana SDM dapat
membantu mencapai tujuan strategis perusahaan. Dengan demikian,
Departemen SDM juga ikut bertanggung jawab akan pencapaian sasaran dan
tujuan perusahaan, tidak lagi sekedar tanggung jawab Departemen Pemasaran
atau Penjualan. Berbagai ukuran lain yang sering digunakan adalah sebagai
berikut.
Tabel.4.3.
Ukuran Konsistensi Sikap Manajemen dan SDM dalam Mencapai
Target Strategis
Average change in performance-appraisal Percent of employees who report satisfaction
rating over time with current information-sharing practices
Consistency and clarity of messages from Percent of employees who report satisfaction
top management and from HR with how pay decisiona are determined
Effectiveness of information sharing among Percent of employees who report they believe
departments messages delivered through formal channels
Effectiveness in dealing with poor performers Percent of employees who report training has
Employee turnover by performance level improved their effectiveness on the job
and by controlability Percent of employees with experience outside
Extent of adherence to core values, such as their current job respnsibilities or function
cost consciousness, by the leadership team Percent of execution indicating the culture helps
and workforce the company adap to competitive challenges
Extent of cross-functional teamwork Percent of identified new skills acquired within
Extent of organizational learning a specific time period
Extent to which employee will put forth the Percent of managers achieving blackbelt status
extra or discretionary effort when ajob by due date
really need to be completed Percent oforiginal ideas that are implemented
Knowledge sharing of best practices Percent of positions filled on or before agreed-
Number of subordinate managers receiving upon date
≥ 4.3 on 180° feedback on leadership Percent of service technicians who check out
Number of programs available to customers on service expansion sales training
rcognize employee behavior/accomplishments Percent of those attempting Series 7 and 9 exams
Percent acceptance of key talent ofers who pass on the first attempt
Percent female and minority promotions Percent of workforce that is promotable
Percent intern conversion to hires Percent repatriate retention after one year
Percent of eligible employees taking certification Percent retention of core competency workforce
exams Percent retention of high-performing key
Percent of employees involved in self-appraisal employees
Percent of employees making suggestions Percentage improvement in key indicators of
Percent of employees who are recognized by customers satisfaction
customers for outstanding performance Perception of consistent and equitable treatment
Percent ofemployees who are satisfied with the of all employees
level of coaching feedback received on the job Performance of newly hired applicants
Percent of employees who feel they are Planned development opportunities accomplished
empowered to act on the customer's behalf Request for transfer per supervisor
Percent of employees who met goals for Retention rate of critical human capital
customer satisfaction Success rate of external hires
Percent of employees who report leaving the
company for compensatin reason
EKMA4476/MODUL 4 4.9
Tabel 4.4.
Ukuran Sejauh Mana SDM (Khususnya yang Menduduki Jabatan Kunci)
Memiliki Keterampilan untuk Mengeksekusi Strategi
Bench strength (at least 3:1) of highly Extent to which HR does a through job of
qualified
"eligibles" for all executive openings preacquisition soft-asset due to
diligence
Compra-ratio status of critical human Extent to which HR is helping to develop
capital
Degree of financial literacy among necessary leadership competencies
employees
Depth of "excess capacity" of executives Extent to which HR leadership is involved
and HR early
to export to recent acquisitions in selection of potential acquisition
candidates
Depth of bench strength of change agents Extent to which required employees
to competencies
deploy to needed business situations are reflected in recruiting, staffing and
Depth of workforce understanding of performance management
linkage
of incentive measures to business Extent to which the firm has turned its
measures strategy
Diversity of race and gender by job into specific goals and objectives that
category employees
Effectiveness of information sharing can act upon in the short, medium,
among and
departments long
run
Employee commitment survey Extent to which the firm is known for
scores having
Employee competency growth accountability - that is, you are able to
define
Employee and hold people accountable for
development/advancement results
opportunities Extent to which the firm is known for
having
Employee turnover by performance level innovation - able to create and
and produce
controllability new products and/or services
Exit rate of "C" players in "A" Extent to which the firm is known for
positions having
Exit rate of "C" players in "B" or "C" outstanding talent - able to attract and
positions
Exposures of cross-functional job retain the best
experiences talent
4.10 Audit Sumber Daya Manusia
Tabel 4.5.
Ukuran Sejauh Mana SDM Memahami Strategi dan Apakah Budaya Organisasi
Mendukung Eksekusi Strategi
Consistency and clarity of messages from Extent to which the workforce believes
top there
management and from HR is a strong positive culture or "team
spirit"
Degree to which a "shared mind-set" among the group
exists
Depth of workforce understanding Extent to which employees feel that
of managers
business strategy are helpful in problem solving on the job
Depth of workforce understanding Extent to which employees feel that their
of
linkage of incentive measures to contribution are recognized
business
measures Extent to which employees feel that they
have
Diversity of ideas some say in their workload and timing
of
Employee commitment survey projects
scores
Employee engagement survey Extent to which employees perceive
scores managers
Employee job involvement survey as inflexible or whether they are open to
scores
Employee knowledge of status of change new ways of doing things
efforts
by measures Extent to which employees take pride in
working
Employee mind set readiness for strategic for the company
transition Extent to which employees will willingly
take
Employee mind-set/mind-set change to fit on extra work t meet some
organizational goals
strategic direction (or strategic change) Extent to which strategy is clear and widely
Employee satisfaction with advancement understood
opportunies, compensation and so on Extent to which the average employee can
EKMA4476/MODUL 4 4.13
Tabel 4.6.
Ukuran Keberhasilan Investasi SDM
Absenteeism rate by job category and job Cost per hire (by job classification and
employee
performance performance)
Accident costs Cost per trainee hour
Accident safety ratings Firm salary/competitor salary
ratio
Accuracy of HRIS data FTE head-count by diversity
representation in HR
Attendance FTE head-count by gender in HR
Average employee tenure (by performance HR expenses per "A" employee
level) HR expenses per "C" employee
Benefit cost per HR expense/total
employee expense
Benefits costs as percent of payroll or incidence of injuries
revenue
Benefits as percentage of total Litigation filings/litigation costs per
compensation employee
Competency development expense Lost time due to
per accidents
employee Lost work
days
EKMA4476/MODUL 4 4.15
Compliance with federal and state Measure of cycle time for key HR
fair processes by
employment level of customer satisfaction
practices
Compliance with technical requirements of Number of applicants per recruiting
source
affirmative actions (by quality and by ke
positions)
Compare-ratio status of critical human Incentive compensation deferential (low
capacity versus
Comprehensiveness of safe monitoring high performers)
Cost of HR-related litigation Number of days lost to safety incidents
Cost of Number of ires per recruiting source (by
injuries quality)
Cost per grievance Number of recruiting advertising
programs in place
Number of stress-related illnesses Number of safety training and
awareness activities
Number of training days and programs per Retention rate of critical human capital
year
Offer-to-acceptance ratio Sick days per full-time equivalent per
year
OSHA audits Speed of salary action
processing
Payroll evens per Time for new program design
employees
People Time needed to orient new
expense/earnings employees
People expense/earnings before people Time to fill an open "A" position with an
expense "A" player
People expense/revenue Total compensation as a percentage of
earnings
Percent and number of employees involved or cash flow
in training Total compensation as a percentage of
revenue
Percent correct data in HR information Total compensation expense per
system employee
Percent payroll spent on training Total HR investment/revenue
Processing cost per benefit transaction Turnover by recruiting source
Productivity gains through use of HRIS ($ Turnover
and costs
response time) Turnover rate by job category and job
performance
Rate of EEO complaints Variable labor cost as percent of
variable revenue
4.16 Audit Sumber Daya Manusia
Tabel 4.7.
Ukuran Sejauh Mana Praktek Manajemen SDM Terintegrasi
dengan Strategi Bisnis
Tabel 4.8.
Ukuran Sejauh Mana Praktek dan Kebijakan Manajemen SDM
Didesain dan Diimplementasikan
Dari tabel di atas kita dapat melihat begitu banyak metrics yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi keberhasilan
pengelolaan SDM di suatu organisasi. Tentu saja, seperti sudah dikemukakan
sebelumnya, tidak semua metrics tersebut harus digunakan. Perusahaan atau
organisasi hanya perlu menggunakan beberapa metrics yang paling signifikan
mempengaruhi dan terkait dengan sasaran bisnisnya.
LAT IH A N
dan sebagainya. Jawaban lebih rinci dapat dibaca pada materi modul
Tabel 4.2 pada halaman 7.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
1. Latar Belakang
Perusahaan mungkin masih bisa beroperasi bila tidak memiliki fasilitas
yang lengkap, atau metodologi canggih selama perusahaan tersebut memiliki
karyawan yang dapat diandalkan. Sebaliknya, apabila perusahaan memiliki
fasilitas dan teknologi yang canggih namun tidak memiliki karyawan yang
mampu menjalankannya maka tentu fasilitas tersebut tidak akan berarti. Hal
ini sesuai dengan pepatah “people make it possible” atau “oranglah yang
membuat segalanya mungkin”.
Dengan demikian, operasi perusahaan akan terganggu apabila
perusahaan tidak memiliki SDM dalam jumlah dan kualifikasi yang
dibutuhkan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
konsumer goods yang sedang berkembang memprioritaskan jabatan
manajerial diisi secara internal. Namun, perkembangan bisnis yang sangat
cepat ternyata tidak mampu diimbangi oleh penyiapan kader internal.
Akibatnya, banyak posisi manajerial yang kosong selama berbulan-bulan.
Menyadari bahwa kondisi tersebut dapat mengganggu rencana bisnis
perusahaan, akhirnya perusahaan mengambil kebijakan untuk juga merekrut
profesional dari luar untuk mengisi jabatan manajerial dan jabatan kunci
lainnya.
Coba Anda bayangkan berapa kerugian perusahaan apabila ada jabatan
yang kosong. Misalnya di sebuah pabrik garmen terdapat beberapa posisi
operator yang kosong. Dengan asumsi seorang operator mampu
menghasilkan sepuluh potong pakaian sehari, maka dalam sebulan (dua puluh
hari kerja) seorang operator akan menghasilkan 200 potong pakaian. Apabila
setiap potong pakaian tersebut bernilai dua puluh ribu rupiah, maka potensi
kehilangan pendapatan setiap bulannya adalah empat juta rupiah. Nilai ini
hanya untuk seorang operator, yang tentunya makin banyak posisi yang
kosong maka makin besar potensi kehilangan pendapatan yang dihadapi.
4.26 Audit Sumber Daya Manusia
jumlah pekerja
Tingkat Lowongan Pekerjaan = 100% 100%
jumlah formasi
Jumlah formasi adalah total seluruh posisi yang ada dalam perusahaan,
bukan jabatan. Misalnya dalam sebuah outlet ritel terdapat komposisi jabatan
dan posisi sebagai berikut.
No Jabatan Posisi
1 Manajer Outlet 1
2 Kasir 3
3 Pelayan 7
4 Petugas kebersihan 2
5 Petugas keamanan 2
Maka total formasi dalam outlet tersebut adalah 15 orang. Apabila saat ini
outlet tersebut memiliki 12 orang karyawan, maka tingkat lowongan
pekerjaan pada outlet tersebut adalah sebagai berikut:
EKMA4476/MODUL 4 4.27
jumlah pekerja
Tingkat Lowongan Pekerjaan 100% 100%
jumlah formasi
12
100% 100%
15
100% 80%
20%
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada 20% posisi dalam outlet
tersebut tidak terisi (lowong). Tentunya posisi yang kosong ini harus segera
diisi agar tidak mengganggu operasi atau aktivitas dalam outlet tersebut.
3. Kritik
Terkait dengan penghitungan tingkat lowongan pekerjaan, auditor dalam
melakukan audit harus mencermati beberapa hal berikut.
a. Tingkat lowongan pekerjaan dalam sebuah perusahaan bisa saja tinggi
yang berarti banyak posisi yang tidak terisi. Auditor perlu mencermati
sejauh manakah hal ini mempengaruhi operasi perusahaan. Di
beberapa organisasi, banyak sekali posisi yang kosong namun
nyatanya hal ini sama sekali tidak mengganggu aktivitas. Untuk kasus
seperti ini, perlu diperhatikan apakah metode yang digunakan untuk
menghitung formasi sudah tepat atau belum. Yang sering terjadi
adalah organisasi menghitung formasi lebih banyak daripada
kebutuhan. Ada dua motif yang umumnya mendasari kejadian ini.
Pertama, mereka salah dalam memproyeksikan kebutuhan SDM.
Kedua, mereka sudah tahu secara tepat kebutuhan SDM nya berapa
namun mengajukan formasi yang lebih besar karena mereka tahu
biasanya pengajuan tersebut tidak pernah disetujui 100%. Akibatnya
tentu saja tingkat lowongan pekerjaan menjadi tinggi meskipun
sebenarnya jumlah formasi yang dihitung sudah dinaikkan terlebih
dahulu.
Namun apabila perhitungan formasi sudah tepat, maka posisi yang
kosong harus segera diisi. Mungkin saat ini karyawan yang ada dapat
dipaksa untuk bekerja lebih keras, termasuk dengan lembur atau
bahkan rangkap jabatan. Dalam jangka panjang kondisi ini tentu tidak
kondusif karena dapat menurunkan moral dan semangat kerja, bahkan
4.28 Audit Sumber Daya Manusia
1. Latar Belakang
Semua perusahaan pasti membutuhkan karyawan, baik yang bergerak di
bidang jasa maupun di bidang manufaktur. Perusahaan dapat saja
menggunakan mesin atau teknologi yang paling canggih dalam menjalankan
aktivitas operasinya. Namun demikian, tentunya mereka tetap membutuhkan
karyawan yang harus mengoperasikan mesin tersebut. Mesin dan teknologi
yang digunakan oleh perusahaan dapat saja berganti karena mengikuti
perkembangan dinamika bisnis. Demikian halnya dengan SDM dalam suatu
perusahaan.
Pada kenyataannya, tidak ada perusahaan yang memiliki karyawan yang
sama dalam jangka panjang. Dalam menjalani masa kerjanya, semua
karyawan pasti akan mengalami pensiun. Beberapa di antaranya mungkin
tidak dapat meneruskan pekerjaannya karena cacat akibat kecelakaan kerja,
kecelakaan lainnya, atau bahkan karena meninggal dunia. Beberapa pekerja
wanita mungkin berhenti bekerja setelah menikah dan memiliki anak.
Beberapa karyawan lain mungkin mengajukan pengunduran diri karena
pindah bekerja di tempat lain, melanjutkan sekolah, ingin membuka usaha
sendiri, dan sebagainya.
Dalam konteks manajemen SDM, proses di mana karyawan
meninggalkan organisasinya dan harus diganti dikenal dengan perputaran
karyawan (employee turnover). Banyak perusahaan saat ini sangat peduli
terhadap tingkat perputaran karyawannya yang cenderung makin tinggi.
Makin derasnya arus informasi dan meningkatnya mobilitas para pekerja
EKMA4476/MODUL 4 4.29
Jadi, secara umum, tingkat perputaran karyawan atau dengan kata lain
tingkat keluar masuknya karyawan adalah jumlah karyawan yang PHK
(Pemutan Hubungan Kerja) dibagi jumlah karyawan pada pertengahan bulan
di kali dengan 100. Misalnya, PT KTI, sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang teknologi informasi, pada pertengahan bulan Agustus 2009 memiliki
200 karyawan. Selama bulan Agustus tersebut, ada 5 karyawan yang
mengalami PHK. Maka tingkat separasi pada bulan Agustus 2009 adalah:
EKMA4476/MODUL 4 4.31
Total resignations
Resignation rate 100%
Total number of employees
4
100%
200
2%
3. Kritik
Tingkat turnover pegawai merupakan salah satu indikator yang paling
banyak digunakan oleh perusahaan untuk mengukur efektivitas pengelolaan
SDM-nya. Namun demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penggunaan HR metric ini, antara lain adalah:
a. Tingkat turnover bervariasi untuk setiap industri. Beberapa industri
menghadapi tingkat turnover pegawai yang tinggi, misalnya industri
teknologi informasi atau industri pertambangan. Karena itu,
perusahaan harus melakukan benchmarking pada perusahaan lain yang
sejenis untuk mengukur tinggi rendahnya tingkat turnover pegawai di
perusahaannya.
b. Tingkat turnover yang tinggi tidak selalu berarti jelek, dan sebaliknya
tingkat turnover yang rendah tidak selalu berarti baik. Perusahaan
yang sedang menjalankan program rasionalisasi atau pengurangan
pegawai misalnya tentu akan mengalami turnover pegawai yang
tinggi. Tingkat turnover yang tinggi ini akan berdampak positif
apabila karyawan yang keluar adalah mereka yang tidak lagi produktif
dan digantikan dengan karyawan baru yang masih produktif. Tingkat
turnover yang rendah juga dapat berakibat fatal bagi perusahaan. PT
KTI yang menghadapi tingkat resign sebesar 2% mungkin masih kecil
apabila dibanding rata-rata industri katakanlah sebesar 4%. Namun
demikian, apabila dari empat orang karyawan yang keluar tersebut tiga
di antaranya adalah manajer yang memegang jabatan kunci tentunya
akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan demikian, kita
harus sangat berhati-hati dalam menafsirkan tingkat turnover pegawai
di suatu perusahaan.
1. Latar Belakang
Manajemen SDM secara umum terkait dengan tiga aktivitas: penarikan
SDM (attraction), pengembangan (development), dan retensi (retention).
Ketiga aktivitas atau fungsi ini sama pentingnya, dan harus dikelola secara
seimbang. Perusahaan tidak bisa sekedar melakukan rekrutmen dan seleksi
EKMA4476/MODUL 4 4.33
Jumlah jam pelatihan per tahun merupakan total jumlah jam pelatihan
yang diselenggarakan selama setahun. Apabila suatu pelatihan
diselenggarakan selama lima hari dan setiap hari terdiri dari delapan jam,
maka jumlah jam pelatihan tersebut adalah 40 jam (5 hari 8 jam).
Sedangkan untuk jumlah karyawan, umumnya yang digunakan adalah
karyawan tetap atau permanen. Namun demikian, bisa juga dihitung untuk
jumlah total karyawan (permanen dan temporer/outsource), kemudian baru
dihitung hanya untuk karyawan tetap. Beberapa perusahaan menargetkan
24 jam pelatihan per orang per tahun. Artinya, setiap karyawan diharapkan
mendapat pelatihan selama tiga hari (delapan jam pelatihan setiap harinya)
4.34 Audit Sumber Daya Manusia
dalam satu tahun. Perlu diingat bahwa angka ini hanya merupakan rata-rata.
Bila perusahaan menghitung dan mendapatkan hasil 24 jam pelatihan per
orang per tahun bukan berarti semua karyawan sudah mendapat pelatihan
selama 24 jam dalam satu tahun. Bisa saja ada karyawan yang mendapat
40 jam pelatihan, 30 jam pelatihan, 20 jam pelatihan, 8 jam pelatihan, dan
ada juga yang tidak pernah mendapat pelatihan selama satu tahun.
Dalam penyelenggaraan pelatihan, harus juga diperhatikan tingkat
kehadiran peserta. Hal ini terutama untuk in house training dengan
memperhatikan kapasitas kelas. Penulis sering menemukan rendahnya tingkat
kehadiran peserta pelatihan terutama untuk pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan oleh Departemen atau BUMN. Ukuran ini dihitung dengan:
Jumlah peserta
Rasio Peserta/Kapasitas 100%
Kapasitas kelas
Jumlah peserta
Rasio Peserta/Kapasitas 100%
Kapasitas kelas
20
100%
25
80%
3. Kritik
Dalam melakukan audit pengembangan SDM, khususnya
penyelenggaraan pelatihan, auditor perlu memperhatikan beberapa hal
berikut.
a. Pelatihan hanya merupakan salah satu bentuk program pengembangan
SDM. Program pengembangan SDM lain yang bisa jadi lebih efektif
antara lain adalah penugasan (assigmnments), coaching dan
mentoring. Berikut adalah hasil survei efektivitas beberapa metode
pengembangan SDM.
EKMA4476/MODUL 4 4.35
Gambar 4.2.
Efektivitas Metode Pengembangan SDM
LAT IH A N
R A NG KU M AN
untuk jangka waktu yang lama maka hal ini dapat merugikan
perusahaan.
Masalah lain yang dihadapi oleh banyak perusahaan saat ini adalah
tingginya angka turnover atau keluar masuknya pegawai. Semakin tinggi
angka turnover pegawai, maka berarti makin tinggi biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dan mempersiapkan
SDM yang baru.
Penyelenggaraan pelatihan sebagai salah satu metode
pengembangan SDM harus diperhatikan perusahaan karena akan
bermanfaat baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan. Perusahaan
harus memastikan bahwa karyawan memiliki kompetensi yang memadai
untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan pelatihan adalah salah satu cara
yang dapat digunakan.
TES F OR M AT IF 2
A. Pelatihan.
B. Penugasan (assignment).
C. Monitoring.
D. Coaching.
Kegiatan Belajar 3
1. Latar Belakang
Bayangkan Anda memiliki dua orang anak yang masih berusia tiga tahun
dan satu tahun. Anda mempekerjakan seorang baby sitter untuk menjaga dan
mengasuh kedua anak tersebut karena Anda dan pasangan harus bekerja.
Suatu hari, baby sitter tersebut tidak dapat menjalankan tugasnya karena
sakit, padahal Anda dan pasangan harus berangkat ke kantor. Dalam situasi
seperti ini, apa yang Anda lakukan?
Dalam situasi seperti ini, apabila tidak memiliki pilihan lain (misalnya
menitipkan anak di orang tua), maka biasanya salah satu pasangan akan
mengalah dan tidak masuk kerja. Jelas bahwa ini akan merugikan karena
Anda harus tidak masuk kerja. Hal ini mungkin berarti Anda akan kehilangan
kesempatan, atau bisa jadi ini akan mempengaruhi hasil penilaian kerja di
kantor. Di sisi lain, ketika Anda tidak masuk kerja, maka tentunya hal ini
juga merugikan perusahaan atau organisasi di mana Anda bekerja. Mungkin
Anda tetap mendapat gaji ketika Anda tidak masuk kerja. Barangkali Anda
hanya kehilangan uang transpor, atau uang makan.
Ketika karyawan tidak masuk kerja, tentunya hal ini akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan. Seberapa besar tingkat kerugian ini mungkin
tergantung pada jenis pekerjaan yang ditinggalkan, dan juga industri di mana
perusahaan tersebut bergerak. Sebuah perusahaan multinasional yang
bergerak di bidang IT misalnya, membolehkan karyawannya beberapa hari
dalam sebulan untuk tidak masuk kantor. Namun demikian, hal ini bukan
berarti karyawan tersebut tidak bekerja. Mereka tetap bekerja, tetapi tidak
mengerjakan tugas-tugasnya di kantor. Mereka bisa menyelesaikan tugas
mereka di rumah, barangkali sambil mengasuh anak, atau di mall sekaligus
bertemu dengan teman lama. Namun demikian, situasi ini bukanlah yang
dimaksud dengan tingkat absensi pekerja. Dengan dukungan teknologi
informasi saat ini, orang dapat bekerja kapan saja dan di mana saja. Kita
4.40 Audit Sumber Daya Manusia
Selain frequency rate, ada juga ukuran absence rate yang mengukur
berapa banyak jam kerja yang hilang karena karyawan absen dalam periode
tertentu. Menghitung absence rate dilakukan dengan cara sebagai berikut:
3. Kritik
Dalam melakukan audit tingkat absensi, auditor harus memperhatikan
beberapa hal berikut ini.
a. Hati-hati dalam mencari dan menggunakan data pembanding
Seperti sudah dikemukakan di muka, setiap industri memiliki
karakteristiknya sendiri. Apabila Anda mengaudit perusahaan
manufaktur, tentu yang dijadikan benchmark juga harus perusahaan
4.42 Audit Sumber Daya Manusia
1. Latar Belakang
Kebanyakan dari Anda tentunya sudah atau paling tidak pernah bekerja.
Apakah Anda pernah kerja lembur? Kalau pernah, berapa lama harus kerja
lembur, dan seberapa sering Anda harus kerja lembur?
Bagi perusahaan atau organisasi, kerja lembur sering kali tidak dapat
dihindari, misalnya ketika mendekati deadline atau tenggang waktu dari
suatu proyek atau penyelesaian laporan. Dari sisi karyawan, sebagian
mungkin menikmati kerja lembur antara lain karena mendapat penghasilan
tambahan. Dalam beberapa situasi, malah ditemukan bahwa upah lembur
seorang karyawan sama atau lebih tinggi daripada gaji pokoknya.
Namun demikian, dalam jangka panjang kerja lembur apabila dilakukan
terus-menerus dengan jam lembur yang panjang akan merugikan baik bagi
organisasi maupun bagi karyawan. Bagi organisasi, mereka mungkin harus
membayar lebih mahal, karena secara hukum undang-undang mengatur
mengenai tarif upah lembur yang lebih tinggi dibanding jam kerja normal.
Dari sisi karyawan, mereka mungkin mengalami ketidakpuasan dan tidak lagi
mau bekerja lembur walau dibayar mahal sekali pun. Apalagi saat ini, ada
kecenderungan bahwa dunia bergerak ke arah keseimbangan kerja dan
kehidupan personal. Apabila dipaksakan, karyawan mungkin mengalami
“burnout” dan akibatnya dapat meninggalkan perusahaan. Atau kalau tetap
bertahan, mungkin akan menimbulkan kelelahan atau stres dan tidak lagi
EKMA4476/MODUL 4 4.43
produktif, atau bahkan membuat banyak kesalahan. Tentu, pada akhirnya hal
ini juga akan merugikan perusahaan. Jadi, kerja lembur yang panjang dapat
menimbulkan beberapa dampak negatif, antara lain adalah:
a. menurunnya moral dan semangat kerja;
b. menurunnya kepuasan kerja;
c. meningkatnya keluhan karyawan;
d. menurunnya kualitas dan kuantitas hasil kerja;
e. meningkatnya absensi;
f. meningkatnya turnover.
Apabila dalam suatu bulan terdapat 400 jam lembur, dan jumlah
karyawan pada bulan tersebut adalah 100 orang, maka tingkat lembur
karyawan per orang per bulan adalah sebagi berikut.
Jadi secara rata-rata, setiap karyawan bekerja lembur selama 4 jam pada
bulan tersebut. Tentu saja ini tidak berarti semua karyawan bekerja lembur
selama 4 jam; mungkin ada yang lebih lama, ada yang kurang, ada juga yang
tidak pernah lembur.
3. Kritik
Beberapa hal perlu diperhatikan oleh auditor ketika mengaudit tingkat
lembur karyawan di suatu organisasi atau perusahaan, antara lain adalah:
4.44 Audit Sumber Daya Manusia
1. Latar Belakang
Saat ini semua organisasi, terutama yang berorientasi pada keuntungan
berusaha keras untuk mencapai kinerja yang unggul. Anda tentu sering
mendengar berbagai istilah seperti total quality management, business
process engineering, service excellence, zero defect, dan sebagainya. Ada
satu kesamaan yang ingin dicapai dari semua praktek tersebut, yaitu
bagaimana meminimalkan atau bahkan menghilangkan kesalahan yang
dibuat oleh pekerja.
Mengapa begitu banyak perusahaan atau organisasi berlomba-lomba
untuk mencegah karyawannya melakukan kesalahan? Jelas bahwa karena
kesalahan berarti biaya. Biaya yang timbul karena kesalahan ini sepertinya
terlihat kecil. Namun kalau kita analisis lebih lanjut, biaya ini bisa jadi sangat
besar. Biaya yang pasti muncul adalah waktu. Bila karyawan berbuat
kesalahan, tentu mereka harus mengulang pekerjaan untuk memperbaikinya,
dan ini tentu akan menurunkan tingkat produktivitasnya. Biaya lainnya
adalah biaya material atau bahan baku. Ketika terjadi kesalahan dalam proses
produksi misalnya, maka bahan baku tersebut akan sia-sia dan tidak dapat
digunakan lagi. Demikian juga dengan peralatan dan perlengkapan kerja.
Apabila seorang karyawan melakukan kesalahan dalam mencetak dokumen
dua lembar per hari, maka sebulan dia menghabiskan 40 lembar kertas sia-sia
dengan asumsi ada 20 hari kerja. Bila perusahaan mempekerjakan 500 orang
karyawan maka ini berarti 20.000 lembar kertas per bulan terbuang secara
EKMA4476/MODUL 4 4.45
sia-sia. Perhitungkan juga biaya tinta printer yang dihabiskan, dan biaya
depresiasi printer yang terjadi.
Lebih fatal lagi, apabila kesalahan yang dibuat pekerja terlambat
dideteksi dan sudah sampai di tangan konsumen. Sebuah pabrik garmen
misalnya, mengalami kerugian yang sangat besar karena dianggap gagal
memenuhi pesanan pembelinya di luar negeri. Setelah pesanan jadi, maka
langsung dikirim ke negara pembeli. Namun setelah sampai dan dicek oleh
pembeli, pembeli menolak karena tingkat produk yang cacat melebihi
toleransi yang diperjanjikan sebelumnya. Akhirnya, produk tersebut
dikembalikan dan semua biaya yang terjadi harus ditanggung oleh pabrik
garmen tersebut. Pabrik garmen tersebut juga harus mengeluarkan biaya
ekstra, yaitu penalti atau denda yang harus dibayarkan kepada pembeli
karena dianggap wanprestasi.
Hal yang sama juga terjadi di sektor jasa. Bahkan dalam industri ini,
karyawan tidak boleh melakukan kesalahan karena ini dapat mempengaruhi
kepuasan konsumen, dan dalam jangka panjang akan menentukan berapa
banyak konsumen yang kembali. Hal ini disebabkan dalam industri jasa ada
konsep yang dikenal dengan moment of truth, yaitu titik di mana terjadinya
layanan bagi konsumen. Apabila Anda sedang makan di sebuah restoran, dan
ternyata pelayan membawakan makanan yang salah dan bukan yang Anda
pesan, apa yang Anda lakukan? Mungkin Anda akan marah karena sudah
menunggu cukup lama, atau mungkin juga Anda langsung membatalkan
pesanan, atau Anda tidak mau kembali lagi ke restoran tersebut. Jelas ini
kerugian bagi restoran tersebut, karena biaya yang harus dikeluarkan untuk
menarik pelanggan baru jauh lebih besar daripada biaya untuk
mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
Dalam konteks lain, kesalahan yang dibuat karyawan dapat
menimbulkan implikasi hukum yang serius, bahkan dapat mengakibatkan
perusahaan bangkrut atau pailit. Apabila seorang petugas apotek salah dalam
memberikan obat baik jenis maupun dosisnya, dan kesalahan ini
menimbulkan akibat yang fatal bagi pasien maka pasien dan atau keluarganya
mungkin akan menuntut petugas tersebut beserta dengan apotek di mana dia
bekerja secara hukum.
Jadi apabila sebuah pabrik garmen dalam satu bulan menghasilkan 1000
potong kemeja, dan dalam bulan tersebut terdapat 20 produk yang cacat,
maka tingkat kesalahan pada bulan tersebut adalah sebagai berikut.
3. Kritik
Dalam melakukan audit tingkat kesalahan di suatu organisasi, auditor
harus memperhatikan beberapa hal berikut ini.
1. Latar Belakang
Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 juga berdampak pada kondisi
ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya dalam konteks hubungan industrial.
Masyarakat merasa lebih bebas untuk berekspresi dan menyatakan
pendapatnya. Dalam konteks hubungan industrial, karyawan khususnya kaum
buruh lebih berani dalam menyampaikan keluhan, pengaduan, dan bahkan
tuntutan kepada manajemen perusahaan.
Kondisi ini mengakibatkan cara perusahaan dalam menangani hubungan
dengan karyawannya dituntut untuk berubah. Seorang praktisi yang
menangani hubungan industrial di perusahaannya berkata bahwa saat ini
perusahaan tidak bisa lagi menggunakan pola represif untuk menangani
keluhan atau tuntutan buruh. Dengan setengah bercanda, dia mengatakan
kalau dulu ada buruh yang mengajukan tuntutan, mereka segera
menghubungi Kantor Komando Distrik Militer (Kodim) setempat (bukannya
Kantor Dinas Tenaga Kerja) dan masalah akan segera selesai. Sekarang,
mendatangkan satu batalion tentara pun tidak akan sanggup menangani aksi
buruh.
Saat ini, perusahaan dituntut untuk mengembangkan kemitraan dengan
karyawan atau buruh, dan mengutamakan komunikasi dan dialog dalam
menangani keluhan dan aspirasi mereka. Bahkan banyak perusahaan yang
berusaha secara proaktif mencari tahu apa saja keluhan dari karyawan.
Banyak perusahaan misalnya yang sudah rutin melakukan survei kepuasan
kerja atau employee opinion survey. Secara umum, survei ini mengukur iklim
kerja yang terdapat dalam organisasi, dan dapat mencakup berbagai dimensi
seperti kepemimpinan atasan, komunikasi, fasilitas kerja, upah dan gaji, dan
sebagainya. Survei seperti ini dapat menangkap aspirasi umum para
karyawan.
4.48 Audit Sumber Daya Manusia
3. Kritik
Auditor harus memperhatikan beberapa hal berikut dalam melakukan
audit tingkat keluhan dan pengaduan.
a. Jangan berhenti pada menghitung tingkat keluhan dan pengaduan
Auditor dapat menghasilkan informasi yang lebih tajam bila
mengklasifikasikan jenis keluhan dan pengaduan, misalnya keluhan terhadap
atasan, terhadap fasilitas kerja, terhadap gaji dan tunjangan, dan sebagainya.
Auditor juga dapat menghitung tingkat keluhan dan pengaduan untuk setiap
masing-masing departemen. Dengan melakukan hal ini, auditor dapat
menghasilkan gambaran yang lebih akurat mengenai apa yang terjadi di suatu
perusahaan, dibanding hanya sekedar mendapat angka tingkat keluhan dan
pengaduan karyawan secara menyeluruh.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
2) Apabila dalam suatu bulan terdapat 200 jam kerja lembur, dan dalam
bulan tersebut ada 50 karyawan, maka tingkat lembur pada bulan
tersebut adalah ....
A. 4 jam
B. 0,25 jam
C. 2 jam
D. 3 jam
Daftar Pustaka
Boudreau, John W., dan Ramstad, Peter M.. (2007). Beyond HR: The New
Science of Human Capital. Boston: Harvard Business School Press.
Fitz-enz, Jac. (2000). The ROI of Human Capital: Measuring the Economic
Value of Employee Performance. New York: American Management
Association.
Huselid, Mark A., Becker, Brian E., dan Beatty, Richard W. (2005). The
Workforce Scorecards: Managing Human Capital to Execute strategy.
Boston: Harvard Business School Press.
Michaels, Ed, Handfield-Jones, Helen & Axelrod, Beth. (2001). The War
for Talent. Boston: Harvard Business School Press.
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 2:
1. Audit biaya pelatihan.
2. Audit biaya pengembangan organisasi.
Kegiatan Belajar 3:
1. Audit efektivitas SDM.
2. Audit kondisi lingkungan kerja.
3. Audit efektivitas organisasi Departemen/unit kerja SDM.
Kegiatan Belajar 1
A. LANDASAN PEMIKIRAN
Tabel 5.1.
HR Efficiency Measures (Doables)
Dari tabel di atas, maka menurut Brian et al. (2001) efisiensi MSDM
dapat dinilai dari efisiensi aspek kunci MSDM yaitu:
1. Core efficiency (Efisiensi utama) mengukur biaya-biaya gaji dan
tunjangan serta biaya administrasi lainnya.
2. Strategic efficiency (Efisiensi strategik) mengukur biaya-biaya pegawai
yang terkait langsung dengan strategi perusahaan dan dapat dipandang
sebagai suatu investasi yang berdampak pada kinerja perusahaan seperti
biaya pengadaan SDM, biaya pelatihan dan biaya pengembangan SDM.
5.6 Audit Sumber Daya Manusia
Dalam hal ini untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar daripada
biaya investasi yang akan dikeluarkan, departemen/unit kerja SDM harus
melakukan strategic cost benefit analysis lebih dahulu sebelum mengambil
keputusan untuk melaksanakan program pengadaan SDM baru ataupun
program pelatihan coaching & counseling tersebut sehingga kemudian dapat
menetapkan besarnya anggaran yang harus disediakan.
Dalam hal ini perhitungan ROI sangat ditentukan oleh kelengkapan dan
keakuratan pengumpulan dan perkiraan data sehingga diperlukan suatu
metode yang tepat antara lain bisa melalui teman, para ahli, focus group dan
archival data. Diperlukan pengategorian cost dan benefit yang tepat sebelum
mengembangkan perkiraan biaya dan manfaat.
Pengategorian atau penggolongan cost yang lazim digunakan adalah:
1. Biaya tetap (fixed costs): biaya yang tidak terpengaruh oleh tingkat
produksi atau output seperti biaya bangunan, biaya utilities dan staf
overhead/SDM.
2. Biaya variabel (variabel costs): biaya yang berubah ubah sesuai dengan
perubahan tingkat produksi atau output. Biaya variabel ini tergantung
jenis industri seperti biaya ban dalam industri otomotif di mana biaya
ban akan berubah dengan bertambahnya mobil yang diproduksi.
Pemahaman cost benefit ini diperlukan bagi para ahli SDM yang ingin
melakukan suatu analisa yang efektif . Hal ini terutama disebabkan ahli SDM
perlu memperhatikan apakah praktek SDM dinilai dari perspektif non
ekonomik ataukah dari perspektif keuangan. Sebagai contoh perhitungan
depresiasi asset yang bersifat fisik (bangunan,peralatan, mesin) dalam
laporan keuangan merupakan pengurang pendapatan (net income) perusahaan
meski kenyataannya tidak ada yang membayar depresiasi tersebut.
Setelah dipilih dan ditentukan pengategorian dan jenis biaya yang akan
dinilai dari suatu program SDM, maka tahap selanjutnya kita dapat menilai
manfaat bersih (net benefit) suatu program dengan membandingkan jumlah
biaya dan manfaat yang diperoleh, Dalam hal ini bila penilaian seluruh biaya
dan manfaat program SDM hanya dihitung untuk jangka waktu satu tahun,
maka perhitungan ROI dari program tersebut tidak sulit sebagaimana contoh
berikut.
Lembaga SW memperoleh benefit dari kebijakan outsourcing tenaga
ahli IT sebesar 1.5 M sedangkan biaya konsultasi yang harus dibayarkan bila
kebijakan tersebut tidak diterapkan Rp900 juta, biaya transaction cost
Rp100 juta, maka ROI dari kebijakan outsourcing tersebut 50%,
perhitungannya adalah sebagai berikut:
1.5 M – (900 juta + 100 juta)/900 juta + 100 juta = 50%
5.8 Audit Sumber Daya Manusia
Latar Belakang
Secara umum, jabatan/pekerjaan di suatu perusahaan dibedakan antara
pimpinan dan pelaksana. Pimpinan adalah pegawai yang menduduki posisi
struktural sedangkan pelaksana adalah pegawai yang menduduki jabatan non-
struktural. Pegawai non-struktural juga dibedakan antara pelaksana dengan
tenaga profesional yang berperan sebagai tenaga ahli dan mendukung
pekerjaan pimpinan misalkan Akuntan, Analis Kredit atau Web Designer.
Berdasarkan penggolongan tersebut maka kita mengenal:
1. Tingkat jabatan pimpinan: direksi (pimpinan puncak), general manajer/
kepala divisi (pimpinan atas/utama), manajer (pimpinan menengah/
madya) dan supervisor (pimpinan bawah/muda).
2. Tingkat jabatan pelaksana/pekerja (pelaksana senior, pelaksana yunior,
pelaksana).
Tabel 5.2.
Golongan Gaji Berdasarkan Nilai Jabatan
1 876 – 025
2 746 – 875
3 636 – 745
4 526 – 635
5 446 – 525
6 386 – 445
7 326 – 385
8 276 – 325
9 236 – 275
10 206 – 235
11 176 – 205
12 146 – 175
13 126 – 145
14 106 – 125
15 90 – 05
Tabel 5.3.
Golongan Gaji, Golongan Pangkat dan Tingkat/jenjang Jabatan
Tabel 5.4.
Golongan Pangkat dan Tingkat Pendidikan
perkiraan yang lebih rinci dan lebih akurat yaitu metode activity based
costing.
2. Tidak semua kebijakan dan program SDM harus didasari analisa NPV
mendalam namun tergantung pentingnya pengambilan keputusan yang
akan diambil. Sebagai contoh bila pimpinan suatu lembaga memutuskan
akan mendirikan Assesment Center sekalipun perkiraan keuntungan
kurang lebih sama dengan biaya yang akan dikeluarkan, dalam arti
NPV = 0 maka tidak perlu dilakukan ketepatan analisa. Sebab pada
intinya ROI assement center ini penting dan bernilai positif bagi
lembaga. Tidak semua organisasi/perusahaan melakukan evaluasi
jabatan karena biaya yang mahal untuk melakukan program tersebut.
Untuk itu sebagai auditor, Anda perlu memeriksa dasar apa yang
digunakan perusahaan dalam menentukan nilai suatu jabatan.
3. Perusahaan yang melakukan program evaluasi jabatan tidak semua
menggunakan metode pendekatan yang sama dan compensable factors
yang diukur pun berbeda sehingga bisa saja suatu jabatan/pekerjaan
dengan posisi yang sama pada perusahaan sejenis memiliki nilai yang
berbeda dan penggolongan gaji yang ditetapkan pun berbeda.
Sebagai contoh bobot (nilai relatif) jabatan Manajer SDM pada
perusahaan X = 520 sedangkan pada perusahaan Y = 550 sehingga bila
menggunakan Tabel 5.2. Manajer SDM X termasuk golongan gaji 5
sedangkan Manajer SDM Y termasuk golongan gaji 4. Dengan demikian
Anda perlu membandingkannya dengan nilai pasar untuk jabatan
Manajer SDM.
4. Perusahaan sering kali pula berbeda dalam menentukan kesetaraan
golongan pangkat dan tingkat/jenjang jabatan sehingga berdampak pada
penentuan golongan gaji. Dalam hal ini auditor perlu mengkaji lebih
dalam, prinsip kesetaraan yang digunakan perusahaan agar bisa menilai
keadilan dan dampaknya terhadap biaya gaji
5. Perusahaan dalam menentukan besaran gaji dasar/pokok yang berlaku
tetap, juga berbeda tergantung kondisi dan kemampuan keuangan
perusahaan sehingga auditor perlu waspada mencermati biaya
jabatan/pekerjaan yang berbeda yang ditemui selama pelaksanaan
auditing di lapangan khususnya biaya jabatan/pekerjaan profesional.
Karena ada kalanya untuk bisa menarik dan mempertahankan tenaga
profesional yang dibutuhkannya, suatu perusahaan menentukan gaji
dasar di atas harga pasar agar dapat mengungguli perusahaan
EKMA4476/MODUL 5 5.13
Latar Belakang
Gaji dan upah merupakan imbalan yang dibayarkan perusahaan kepada
SDM atas jasa yang mereka konstribusikan. Isu gaji juga merupakan isu
kritis yang harus diperhatikan perusahaan apabila ingin dapat menarik dan
mempertahankan SDM yang berkompeten dan yang akan menampilkan
kinerja superior, komit dan loyal pada perusahaan. Sebagai auditor sebaiknya
Anda memahami lebih dahulu perubahan paradigma yang mendasari sistem
remunerasi/sistem penggajian. Perubahan mana dipengaruhi oleh situasi
persaingan yang ketat.
b. Gaji variabel
Besaran gaji variabel khususnya besaran insentif prestasi dibayarkan
perusahaan dengan tujuan agar pegawai termotivasi untuk menampilkan
prestasi kinerja yang optimal dan mendapat kepuasan dalam bekerja.
Besaran insentif prestasi ditentukan secara sistematis dengan
mempertimbangkan tidak hanya rating penilaian kinerja pegawai
(performance index) tetapi mempertimbangkan juga posisi pegawai dalam
range gaji (compa ratio atau salary index). Dengan demikian semakin
memuaskan rating kinerja pegawai dalam arti semakin tinggi performance
index dan semakin gaji yang diterima pegawai saat ini ada pada posisi paling
rendah dalam range gaji, dalam arti semakin rendah salary index pegawai
maka persentase kenaikan gaji yang diterimanya semakin besar.
Sebaliknya semakin buruk rating kinerja pegawai dalam arti semakin
rendah performance index dan semakin gaji yang diterima pegawai saat ini
ada pada posisi paling tinggi dalam range gaji, dalam arti semakin tinggi
salary index pegawai maka percentage kenaikan gaji yang diterimanya
semakin kecil.
Bahkan untuk kondisi tertentu/kritis misalkan kinerja pegawai tidak
memuaskan, sedangkan gaji yang diterima bersangkutan saat ini sudah ada
pada posisi range gaji yang tinggi dalam arti pegawai sudah overpay maka
perusahaan perlu mempertimbangkan penundaan insentif. Agar Anda
mendapat pemahaman yang lebih mendalam di bawah ini akan di ilustrasikan
bagaimana manajemen bisa menentukan atau percentage kenaikan gaji yang
akan dibayarkan kepada pegawainya.
Contoh: perhitungan besaran % kenaikan gaji berdasarkan kinerja dan posisi
dalam range gaji.
5.16 Audit Sumber Daya Manusia
Tabel 5.5.
Posisi dalam Range Gaji
Bapak Toni manajer operasi PT. NS dengan gaji dasar 5 juta rupiah,
penilaian kinerjanya sangat baik dan posisi gaji yang diterima saat ini ada
dalam kuartil 2 sehingga akan menerima kenaikan sebesar 12% atau 600 ribu
rupiah.
Kenaikan ini lebih besar dibandingkan yang diterima kenaikan Bapak
Andri (8%) manajer SDM PT.NS dengan gaji dasar yang sama yaitu 5 juta
rupiah, dan ia juga mendapat rating penilaian kinerja yang juga sangat baik
namun posisi gaji Bapak Andri saat ini sudah termasuk kuartil 4 sehingga
besaran yang diterimanya 400 ribu rupiah. Percentage kenaikan Bapak Toni
ini juga masih lebih besar dibandingkan kenaikan yang diterima Ibu Ari
(10%) manajer keuangan PT NS dengan gaji dasar 5 juta rupiah, rating
penilaian kinerja baik & posisi gaji saat ini ada pada kuartil 2 yaitu 500 ribu
rupiah.
Dalam hal ini perusahaan perlu mempertimbangkan besaran % kenaikan
gaji yang tepat agar penerapannya adil dan dalam jangka panjang tidak
merugikan perusahaan.
Contoh:
Premi/Iuran Dibayar oleh
Lembaga Pegawai
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 0.25% -
Jaminan Kematian (JK) 0.30% -
Jaminan Hari Tua (JHT) 3.70% 2%
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
1. Latar Belakang
Dalam uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa audit biaya
pelatihan dan pengembangan organisasi merupakan audit terhadap strategic
efficiency, dalam arti terkait dengan kebijakan dan program yang secara
langsung memberikan kontribusi berarti pada implementasi strategi SDM.
Dengan demikian sebagai investasi yang hasilnya tidak langsung terlihat
maka perusahaan perlu melakukan cost benefit analysis yang cermat dan
tepat berdasarkan kelengkapan dan relevansi data-data terhadap investasi di
bidang pelatihan.
Informasi tentang biaya pelatihan sangat dibutuhkan untuk:
a. Memahami keseluruhan biaya pelatihan baik yang berupa biaya tetap
maupun biaya variabel.
b. Membandingkan dengan alternatif biaya pelatihan lainnya.
c. Mengevaluasi proporsi biaya yang efektif untuk pengembangan,
administrasi dan evaluasi pelatihan.
d. Mengontrol biaya pelatihan.
Tabel 5.6
Biaya Program Pelatihan bagi Para Penyelia PT NN
Biaya Langsung
Instruktur 12 hari a RP 1.250.000 per hari Rp 15.000.000
Fringe Benefits (25% gaji) Rp 3.750.000
Biaya perjalanan Rp -
Material ( Rp 600.000 x 56 peserta) Rp 33.600.000
Ruang kelas dan peralatan (12 hari a Rp 500.000/hari) Rp 6.000.000
Refresments ( Rp 40.000/hari x 3 hari x 56 peserta) Rp 6.720.000
Total Biaya Langsung Rp 65.070.000
Biaya Tidak langsung
Pengelola pelatihan Rp -
Imbal jasa staf administrasi Rp 7.500.000
Fringe Benefit (25% gaji) Rp 1.870.000
Surat menyurat & telepon dan lain-lain Rp -
Materi pembelajaran Rp 40.000 x 56 peserta Rp 2.240.000
Total Biaya tidak langsung Rp 11.610.000
Biaya Pengembangan
Biaya mengikuti program Rp 36.000.000
Registrasi Rp 14.000.000
Perjalanan dan akomodasi Rp 9.750.000
Gaji Rp 6.250.000
Benefit (25% gaji) Rp 1.560.000
Total Biaya pengembangan Rp 67.560.000
Biaya Overhead
Top management time & dukungan umum perusahaan 10%
(biaya langsung, biaya tidak langsung, biaya pengembangan) Rp 14.430.000
Gaji peserta ( tidak bekerja selama pelatihan) Rp 169.690.000
Total biaya pelatihan Rp 328.360.000
Biaya per peserta Rp 5.870.000
Sumber: Noe et all, Human Resource Management, Mc Graw Hill, 2000, Third
edition, hal 248.
EKMA4476/MODUL 5 5.25
Kotak 5.1.
Pengukuran Biaya Program Pelatihan
Latar Belakang
Dengan mengacu pada prinsip “Business structure should follow
strategy” maka organisasi Departemen/unit kerja SDM tergantung sejauh
mana kebijakan dan praktek unit SDM selaras dengan jenis dan lingkup
bisnis organisasi apakah berupa single business dalam arti hanya
menghasilkan satu produk dan pelayanan, apakah berupa diversification
business (related atau unrelated) dalam arti menghasilkan beberapa produk
dan pelayanan, atau merupakan holding company dalam arti mengelola
beragam business unit yang independen.
Menurut Ulrich dan Brockbank (2005) agar selaras dengan 3 struktur
bisnis tersebut, organisasi unit SDM lazimnya memiliki 3 pola yaitu: HR
Functional Organitation, HR Shared Services dan Dedicated HR. Agar
mendapat pemahaman yang lebih mendalam maka di bawah ini akan
diuraikan perbedaan antara ketiga pola organisasi SDM tersebut.
Tabel 5.7.
Pola Bentuk Organisasi Unit SDM
Dari best practise penulis di bidang konsultasi SDM, maka untuk biaya
ke lima komponen pengembangan tersebut di atas, maka biaya-biaya yang
tercakup di dalamnya mencakup biaya tetap dan biaya tidak tetap.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
5) Yang tidak termasuk biaya diagnosa kondisi perusahaan saat ini adalah
biaya ....
A. pengumpulan dan analisa data
B. proposal
C. focus group
D. pelaporan
Kegiatan Belajar 3
Latar Belakang
Isu efektivitas SDM jarang dilakukan, akan tetapi sebenarnya merupakan
komponen penting untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Pada era
sekarang, penyempurnaan dan perkembangan teknologi terus berkelanjutan,
sehingga perusahaan mau tidak mau harus memikirkan cara-cara yang
inovatif untuk mampu bersaing dan mengungguli pesaing agar bisa menjadi
perusahaan terdepan di lingkungan industri bisnis terkait.
Untuk itu, kunci utama adalah perusahaan mempekerjakan PEGAWAI
yang efektif, yang memiliki motivasi dan komitmen kerja yang tinggi serta
kompetensi yang mampu meningkatkan kinerja diri dan secara langsung
meningkatkan kinerja unit kerja.
b Pengembangan diri
Pengembangan diri merupakan aspek penting dalam kehidupan
seseorang. Pegawai yang mempunyai harapan bisa mengembangkan diri,
meningkatkan karier di perusahaan tempatnya bekerja akan terdorong untuk
berpikir positif dan menampilkan kinerjanya yang terbaik. Dalam hal ini,
pegawai yang berpikir positif umumnya memiliki orientasi ke depan yang
realistis. Misalnya bilamana penjualan menurun, mereka melihatnya dari sisi
positif, sebagai suatu umpan balik yang berarti bahwa ada sesuatu yang perlu
diperbaiki/diubah menjadi lebih baik. Dalam hal ini pada intinya suatu
kendala atau kemunduran ditanggapi secara positif oleh pegawai, dilihat
sebagai suatu kesempatan atau peluang pembelajaran dengan menekankan
pentingnya suatu perubahan.
Latar Belakang
Meningkatnya perhatian pada SDM, menyebabkan perhatian terhadap
faktor keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) juga meningkat,
tercermin dari perubahan pandangan perusahaan yang dapat Anda lihat pada
tabel berikut.
Pada dasarnya isi peraturan SMK3 ini tidak terlepas dari filosofi yang
mendasari yaitu pentingnya komitmen manajemen untuk menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja serta terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif . Dan bahwa SMK3 harus direncanakan secara
matang, diterapkan dengan benar dan efektif. Pengukuran, evaluasi dan
tinjauan ulang wajib dilakukan dalam rangka penyempurnaan SMK3.
Dibawah ini di berikan ilustrasi tindakan apa saja yang harus dilakukan
dalam audit SMK3.
Kotak 5.2.
Evaluasi Manajemen K3
Latar Belakang
Mengukur efektivitas organisasi, dalam hal ini evaluasi terhadap
pencapaian sasaran organisasi bukanlah sesuatu yang mudah untuk
dilakukan.
Menurut Daft (2007), pendekatan Contingency dapat digunakan untuk
mengukur efektivitas organisasi dalam hal ini departemen/unit kerja SDM.
Pendekatan ini beranggapan organisasi sebagai perwujudan proses
transformasi dari input menjadi output serta mencakup tiga pendekatan yaitu:
1. Goal approach, Pendekatan sasaran yang menekankan pada output yaitu
sasaran Departemen/unit kerja SDM. Dalam hal ini perlu diidentifikasi
sasaran yang ingin dicapai dan dinilai seberapa jauh sasaran telah
dicapai. Dan bahwa sasaran SDM ini merupakan sesuatu yang bersifat
operasional dan kuantitatif sehingga terukur.
2. Resource approach, Pendekatan sumber daya yang menekankan pada
keberhasilan Departemen/unit kerja SDM mendapatkan input: “sumber
daya” yang memiliki nilai tambah dalam hal ini tercermin dari kualitas
SDM yang direkrut, dikembangkan dan dipelihara di perusahaan.
3. Internal Process approach, Pendekatan proses internal yang
menekankan pada penilaian kesehatan dan efisiensi organisasi.
5.40 Audit Sumber Daya Manusia
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Daftar Pustaka
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B. dan Wright, P.M. (2000). Human
Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. 3rd Edition.
Boston: McGraw-Hill Companies, Inc.
PEN D A HU L UA N
P ada topik bahasan sebelumnya (Modul 5), kita telah membahas beberapa
subtopik mengenai audit terhadap beragam biaya yang menjadi beban
perusahaan dan berdampak pada efisiensi dan efektivitas pengelolaan SDM.
Pada topik berikut ini (Modul 6) kita akan membahas mengenai bagaimana
menerapkan audit kepuasan kerja dan audit ketaatan. Kedua audit ini penting
dan perlu diketahui karena sasaran akhir pengelolaan SDM adalah kepuasan
kerja yang tercermin pada turn over yang rendah, semangat kerja (morale)
yang tinggi, komitmen dan tanggung jawab yang tinggi serta perilaku
pegawai yang mematuhi kebijakan dan peraturan yang berlaku baik di dalam
maupun di luar perusahaan. Audit budaya perusahaan juga perlu dipahami,
baik yang mencakup keselarasan nilai-nilai inti dengan visi dan misi
perusahaan. Keselarasan dan konsistensi praktek kebijakan, peraturan, sistem
pengelolaan SDM maupun perilaku pimpinan dan pegawai terkait dengan
nilai-nilai tersebut. Dalam hal ini keselarasan dan konsistensi tersebut dapat
diketahui melalui penggalian dan pengolahan data survei kepuasan kerja,
ketaatan asas dan budaya di suatu institusi/organisasi/perusahaan tertentu. Di
samping itu sebagai auditor, Anda juga perlu mengetahui bagaimana
membuat suatu pelaporan audit dengan tepat, benar serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk mempermudah mempelajari dan memahami materi, maka Modul
6 ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga) Kegiatan Belajar yaitu:
Kegiatan Belajar 1
1. Audit Kepuasan Kerja
2. Audit Ketaatan:
6.2 Audit Sumber Daya Manusia
Kegiatan Belajar 2
Audit Budaya Perusahaan.
Kegiatan Belajar 3
1. Penyusunan Laporan Audit SDM.
2. Rekomendasi hasil audit SDM.
Agar penerapan audit tersebut tepat, efektif dan sesuai dengan kaidah-
kaidah yang seharusnya, maka Anda perlu memperhatikan secara seksama
penjelasan tentang proses audit pada Modul 1 dan penjelasan tentang konsep
pemikiran audit kepuasan kerja, audit ketaatan, audit budaya perusahaan pada
Modul 2.
Secara umum setelah mempelajari materi Modul 6 ini, diharapkan Anda
mampu menerapkan: audit kepuasan kerja; audit ketaatan asas terhadap
kebijakan, sistem, sistem prosedur, peraturan dan perundang-undangan di
bidang SDM; audit budaya perusahaan serta penyusunan pelaporan audit.
Secara khusus, setelah mempelajari Modul 6 ini Anda diharapkan
mampu menggunakan metode survei dalam rangka:
1. audit kepuasan kerja;
2. audit ketaatan internal;
3. audit ketaatan eksternal;
4. audit budaya perusahaan;
5. penyusunan Laporan Audit;
6. penyampaian rekomendasi hasil audit SDM.
EKMA4476/MODUL 6 6.3
Kegiatan Belajar 1
Penjelasan
Kategori tingkat pengaruh terhadap kepuasan kerja. Kategori penilaian terhadap aspek
1. = Sangat kecil 1. = Sangat tidak memuaskan
2. = Kecil 2. = Tidak memuaskan
3. = Cukup 3. = Cukup memuaskan
4. = Besar 4. = Memuaskan
5. = Sangat besar 5. = Sangat memuaskan
Dari hasil skoring terhadap ke-20 aspek di atas maka dapat mengetahui
aspek mana saja yang memberikan pengaruh sangat besar dan besar (kategori
5 dan 4). Bila dikaji lebih lanjut bisa mengidentifikasi sejauh mana penerapan
aspek tersebut saat ini apakah memuaskan? sangat memuaskan? Bila ternyata
aspek-aspek tersebut ternyata dalam penerapannya tidak memuaskan, maka
sebagai auditor bisa menggali lebih lanjut apakah kondisinya benar
sebagaimana hasil penilaian pegawai. Bila benar maka perlu digali penyebab
ketidakpuasan tersebut, agar manajemen bisa mendapat masukan untuk
penyempurnaan yang akan dilakukan.
B. AUDIT KETAATAN
1. Pengertian
Untuk memahami pengertian tentang Audit Ketaatan, maka perlu lebih
dahulu memahami konsep teoritis yang menyatakan adanya tiga tingkatan
audit sebagai berikut.
a. Audit ketaatan asas (compliance audit) merupakan suatu pemeriksaan
yang menekankan pada penyimpangan dari asas-asas yang berlaku.
Apakah dalam perusahaan terjadi penyimpangan dari peran compliance
SDM, apakah ada praktek kebijakan, sistem dan prosedur yang
menyimpang dari peraturan perundang-undangan dan codes of conduct
di bidang SDM. Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan ini,
auditor biasanya membandingkan antara kondisi aktual dengan kriteria
dan atau peraturan yang telah ditetapkan.
b. Audit kesehatan asas merupakan suatu pemeriksaan yang menekankan
pada ketepatan dan relevansi asas terkait dengan
1) Peran strategik SDM mencakup strategi dan kebijakan.
2) Peran teknikal – profesional – pelayanan SDM mencakup sistem
dan prosedur perencanaan, pengadaan, pengembangan dan
pemeliharaan SDM.
6.6 Audit Sumber Daya Manusia
Agar mampu menerapkan audit ketaatan internal ini dengan baik dan
benar, maka dapat mencontoh kuesioner survei di bawah ini.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
1) Konsep two factors dari Herzberg adalah konsep terkait dengan faktor ....
A. motivasi dan kepuasan kerja
B. hygiene dan motivator
C. tantangan pekerjaan dan tantangan berpikir
D. keamanan dan kondisi lingkungan kerja
3) Audit ketaatan internal mencakup aspek di bawah ini, kecuali audit ....
A. sistem SDM
B. diskriminasi
C. SOP fungsi SDM
D. go green
Kegiatan Belajar 2
A. PENGERTIAN
Tabel 6.1.
Pengukuran nilai-nilai budaya
Agenda Pengukuran
Sasaran strategik Perusahaan
Perubahan strategik
Customer driven A. Membangun budaya - Survei pegawai Perawatan
customer centric - Survei persepsi kesehatan
- Pelanggan
- Program pimpinan
bersama pelanggan
Agenda Pengukuran
Sasaran strategik Perusahaan
Perubahan strategik
F. Memperkenalkan Jumlah share learning Farmasi
budaya risk taking, yang diterbitkan
memelihara tanggung
jawab
Tingkat efektivitas
No Faktor yang dinilai TA/SA
1 2 3 4 5
1 Apakah manajemen puncak berperilaku sebagai
model panutan?
2 Apakah perusahaan memiliki pernyataan formal
tentang budaya perusahaan?
3 Apakah perusahaan memiliki kode etik yang
dirumuskan secara formal?
4 Apakah perusahaan mengomunikasikan nilai-nilai
utama yang merupakan cerminan budaya
perusahaan kepada pegawai?
5 Apakah perusahaan menyelenggarakan program
pelatihan etika melalui in house training?
6 Apakah perusahaan menyelenggarakan pelatihan
etika melalui seminar, workshop?
EKMA4476/MODUL 6 6.19
Tingkat efektivitas
No Faktor yang dinilai TA/SA
1 2 3 4 5
7 Apakah perusahaan memberikan penghargaan
kepada pegawai yang berperilaku etis?
8 Apakah perusahaan memberikan hukuman
kepada pegawai yang berperilaku tidak etis?
9 Apakah manajemen menetapkan nilai-nilai utama
yang merupakan cerminan budaya perusahaan
sebagai persyaratan kompetensi dalam seleksi
calon pegawai?
10 Apakah manajemen menetapkan nilai-nilai utama
yang merupakan cerminan budaya perusahaan
sebagai aspek yang dinilai dalam penilaian
kinerja?
Berikan penilaian secara objektif atas pernyataan di bawah ini. Beri tanda V
pada kategori yang menurut paling tepat!
Penilaian terhadap
Penilaian berdasarkan
No. Pernyataan implementasi di
derajat kepentingan
perusahaan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tidak Sangat
buruk Baik sekali
penting penting
Penilaian terhadap
Penilaian berdasarkan
No. Pernyataan implementasi di
derajat kepentingan
perusahaan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tidak Sangat
buruk Baik sekali
penting penting
6. Visi perusahaan memotivasi dan
mendorong semangat pegawai dalam
bekerja.
7. Pegawai dapat membaca lingkungan
eksternal dan bereaksi terhadap
perubahan.
8. Pegawai secara konsisten mencari
cara-cara baru untuk memperbaiki
kinerjanya.
9. Orientasi pelanggan merupakan
perhatian utama setiap pegawai.
10. Pegawai memahami kebutuhan
pelanggan.
11. Pegawai senantiasa berusaha
memenuhi kebutuhan pelanggan
yang beragam dan menuntut.
12. Perusahaan menganggap penting
proses pembelajaran.
13. Perusahaan menciptakan lingkungan
kerja yang memungkinkan
terwujudnya pengambilan risiko dan
inovasi.
14. Pegawai senantiasa berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam
rangka menentukan tindakan
penyesuaian diri dengan tuntutan
lingkungan.
15. Pegawai merasa diberi informasi dan
terlibat dalam pelaksanaan tugasnya.
16. Pegawai merasa mereka dapat
memberikan pengaruh positif kepada
perusahaan.
17. Kerja sama tim didukung oleh
manajemen dan diterapkan di
perusahaan.
18. Pegawai menghargai kolaborasi dan
secara bersama merasa bertanggung
jawab atas sasaran yang telah
ditetapkan perusahaan.
EKMA4476/MODUL 6 6.21
Penilaian terhadap
Penilaian berdasarkan
No. Pernyataan implementasi di
derajat kepentingan
perusahaan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tidak Sangat
buruk Baik sekali
penting penting
19. Pegawai percaya dirinya merupakan
investasi dan percaya keterampilan
mereka meningkat.
20. Pegawai memiliki kompetensi yang
bisa mengungguli pesaing saat ini.
21. Pegawai memiliki kompetensi yang
bisa mengungguli pesaing di masa
depan.
22. Nilai-nilai utama perusahaan sudah
terinternalisasi dalam diri setiap
pegawai.
23. Pimpinan dan pejabat bisa dijadikan
sebagai panutan.
24. Pimpinan bisa mencapai kata sepakat
atas isu-isu yang bersifat kritis.
25. Pegawai bisa mengatasi perbedaan
dan mencari cara-cara yang
konstruktif dalam mengatasi masalah.
26. Pegawai dari berbagai lintas fungsi
memiliki perspektif yang sama yang
memungkinkan mereka bekerja
secara efektif.
27. Pegawai dari berbagai lintas fungsi
dapat bekerja dan bertindak demi
kepentingan perusahaan secara
keseluruhan.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
3) Penutup: Rekomendasi
4) Lampiran-lampiran antara lain berupa:
a) Program dan rencana audit.
b) Management Control Questioner.
c) Matriks temuan hasil konfirmasi dan klarifikasi yang telah
disetujui dan ditangani Auditee.
d) Korespondensi dengan auditee dalam rangka audit.
d. Penyusunan laporan audit harus ringkas dan padat dengan gaya positif
yang bisa menarik pembaca atau penerima laporan/pihak auditee.
Sebagai contoh penyajian laporan inti temuan audit yang memuat data-
data dan bukti-bukti objektif dibuat menggunakan tabel, gambar maupun
alat bantu statistik dalam rangka memperjelas uraian sekaligus untuk
menarik perhatian.
CONTOH PERINGATAN :
Kepada Yth : Bapak IG
Manajer SDM PT. ABI
Dari : Bapak Imam – Ketua Tim Audit SDM
Tanggal : 21 April 2009
Perihal : Tindak lanjut hasil audit
LAT IH A N
1) Penyusunan laporan audit SDM terdiri dari 2 tahap. Pertama tahap pra
penyusunan laporan yang merupakan tahap diskusi dan klarifikasi
dengan tujuan mempertajam hasil temuan dan persamaan persepsi/cara
pengantara auditor dan pihak auditee. Kedua tahap penyusunan laporan
itu sendiri. Untuk mengetahui rincian jawaban silakan lihat bahasan pada
materi Modul 6 hal 25 – 27.
2) Ketidaksesuaian major adalah temuan audit dengan tingkat keseriusan
yang harus segera ditangani, ketidaksesuaian minor adalah temuan audit
dengan tingkat keseriusan sedang dan perlu ditangani. Kategori
observasi adalah temuan audit yang menunjukkan kelemahan proses atau
kelemahan prosedur, bukan merupakan ketidaksesuaian atau pelanggaran
dan bisa segera ditangani dalam waktu singkat. Rincian jawaban dapat
lihat pada materi modul ini halaman 25.
3) Dalam penyusunan laporan audit SDM minimal 4 hal yang harus
diperhatikan yaitu:
a. makna Laporan Audit SDM;
b. bentuk atau format laporan audit SDM;
c. sistematika pelaporan;
d. penyampaian laporan ringkas dan padat, menggunakan gaya positif
dengan penyajian yang menarik pembaca;
e. rincian jawaban dapat lihat pada materi Modul 6 halaman 26.
6.30 Audit Sumber Daya Manusia
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Daftar Pustaka
Flesher, Dale L., dan Siewert, Stewart (1982). Independent Auditor’s Guide
to Operational Auditing. New York: John Wiley & Sons.
Michaels, Ed, Jones. Helen Handfeld. Axeltrod, Beth (2001). The War For
Talent. Mc Kinsey & Company, Inc
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B. dan Wright, P.M. (2000). Human
Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. 3rd Edition.
Boston: McGraw-Hill Companies, Inc.
Paine, Lynn S (2002). Where Morals and Profits Meet: The Corporate Value
Shift, Harvard Business School, Working Knowledge, http:
//hbswk.hbs.edu/item/3179.html