Managemen SDM Keperawatan
Managemen SDM Keperawatan
PENDAHULUAN
1
langkah perencanaan SDM serta Current Issues dalam perencanaan
ketenagaan.
BAB II
2
PERENCANAAN KETENAGAAN
KEPERAWATAN (KESEHATAN)
2.1 Pengertian
1 Perencanaan SDM merupakan rangkaian atau proses, untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja sekarang dan di masa datang bagi sebuah perusahaan
(Nawawi, 2005).
2 SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang yang
bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan
formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2004).
3 Penyususnan perencanaan ketenagaan adalah suatu fungsi perencanaan untuk
menggunakan; merekrut dan menyebar sumber daya manusia berkualitas di
dalam suatu unit (Yoder & Patricia, 2003).
4 Penyusunan perencanaan ketenagaan dapat didefinisikan sebagai suatu
aktivitas yang dibutuhkan untuk menentukan jumlah yang adequat serta
kesatuan anggota tim kesehatan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien,
keamanan, kualitas pelayanan (Cherry & Jacob, 2008).
5 Penyusunan perencanaan ketenagaan merupakan fungsi ketiga dari
manajemen, ketentuan dari pelayanan kesehatan adalah tenaga kerja intensif,
dengan campuran sumber tenaga kerja dengan tingkatan pendidikan dan
keahlian yang bervariasi (seperti perawat professional, dokter, farmasis,
therapis, pekerja social, ahli gizi, perawat praktek, teknisi dan tenaga lainnya)
(Cherry & Jacob, 2008).
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
perencanaan SDM kesehatan adalah proses untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja yang berkualitas di bidang kesehatan untuk saat ini dan di masa mendatang
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien. Perencanaan SDM keperawatan
merupakan bagian yang tidak terlepas dari perencanaa SDM Kesehatan.
Perencanaan tenaga keperawatan merupakan proses pemikiran dan penentuan
secara matang tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
3
2.2 Nilai Penting Perencanaan SDM Keperawatan (Kesehatan)
Elemen lain dari perencanaan sumber daya manusia strategis akan mencakup
hal berikut :
4
departemen sumber daya manusia, menejemen peringkat, dan karyawan
individual.
4. Analisis isu makro saat ini dan masa depan tentang pengaruh dunia utama
yang akan mempengaruhi dunia utama yang akan mempengaruhi rencana
bisnis strategis (SBP) dan rencana sumber daya manusia (HRP). Ini akan
mencakup usia populasi, produktivitas dalam industri AS, inflasi, politik,
serikat kerja, tekhnologi harapan perawat, dan faktor lain.
5. Analisis isu mikro saat ini dan masa depan tentang pengaruh organisasi
utama. Ini mencakup lokasi geografis, ketersediaan keterampilan,
potensial promosi dalam perusahaan, biaya hidup, dan serikat kerja.
5
4. Mencari kecenderungan dalam budaya perusahaan: nilai, budaya ritual,
proses sosial, pola belajar dari klien dan karyawan.
6
Perencanaan Sumber Daya Manusia Strategis
7
agensi. Salinan tertulis tentang kebijakan personel, deskripsi pekerjaan, dan
standar pekerjaan akan dibuat tersedia untuk semua personel keperawatan.
8
oleh pemerintah diselenggarakan melalui pendelegasian wewenang yang
proposional dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
3. Penyusunan perencanaan mendasarkan pada sasaran nasional upaya kesehatan
dari Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia sehat.
Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan didasarkan pada
kesesuaian metode dengan kemampuan dengan keadaan daerah masing-masing
(Depkes RI, 2004).
Isu strategi
1. Penyusunan rencana pegembangan tenaga kesehatan (termasuk penyusunan
kebutuhan tenaga) tidak akan berhasil bila tidak disusun dalam konteks
kebijakan pengembangan SDM Kesehatan secara keseluruhan yang
menunjang suatu rencana pembangunan jangka panjang kesehatan yang
ditetapkan.
2. Penentuan pendekatan dan cara penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan
sering hanya mendasarkan pada suatu model saja, dan kurang mendasarkan
pada sistesa bermacam model yang ada sehingga dapat dihimpun berbagai
segi positifnya dan dihindari segi-segi kekurangannya.
3. Sistem informasi yang baik dapat mendukung sepenuhnya pengembangan
SDM Kesehatan secara keseluruhan (PNS dan Non PNS).
4. Masih terbatasnya pemahaman tentang pentingnya perencanaan SDM
Kesehatan dari berbagai segi pendekatan, metode dan prosedur
penyusunannya (Depkes RI, 2004).
9
1. Faktor Eksternal
a. Faktor Ekonomi Nasional dan Global
Faktor ini mengharuskan suatu organisasi/perusahaan mempelajari
kembali kekuatan dan keterbatasan yang dimilikinya dalam melaksanakan
bisnis dibidangnya.
b. Faktor Sosial, Politik dan Hukum
Faktor ini sangat berpengaruh terutama untuk hukum tentang
ketenagakerjaan, upah, perpajakan dan lain – lain yang sangat
berpengaruh pada perhitungan pada perhitungan cost – benefit ratio, yang
sangat menentukan kekuatan perusahaan/organisasi dalam pendayagunaan
SDM, sehingga berdampak langsung pada perencanaan SDM.
c. Faktor Teknologi
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat, telah diiringi
pula dengan dihasilkannya teknologi baru, baik yang berhubungan dengan
cara kerja dan peralatan untuk peningkatan produktivitas dan kualitasnya,
maupun untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen yang juga
terus – menerus meningkat kualitasnya.
d. Faktor Pesaing
Pesaing yang bergerak dalam bidang bisnis yang sama, bagi suatu
organisasi atau perusahaan akan mempengaruhi pasarnya. Untuk merebut
dan memenangkan pemasaran tersebut, sebuah organisasi/perusahaan
memerlukan SDM yang kompetitif.
2. Faktor Internal
a. Rencana Strategik dan Rencana Operasional (Taktik)
Dalam kenyataannya rencana strategik dan rencana operasional (taktik)
bisnis suatu organisasi/perusahaan bagaimanapun baiknya, tidak mungkin
terwujud tanpa SDM yang relevan dan kompetitif.
b. Anggaran/Cost SDM
SDM dilingkungan organisasi/perusahaan yang disebut pekerja atau
karyawan, adalah orang yang digaji/diupah dalam melaksanakan tugas –
10
tugas dan tanggung jawabnya. Kemampuan organisasi/perusahaan dalam
menyediakan anggaran untuk mempekerjakan SDM yang sesuai dengan
bisnisnya, sangat besar pengaruhnya pada perencanaan SDM. Dengan
anggaran yang cukup, dapat direncanakan SDM sesuai kebutuhan
organisasi/perusahaan.
c. Peramalan (Prediksi)
Peramalan (prediksi) produk dan penjualan (barang atau jasa), ikut
mempengaruhi perencanaan SDM, karena menentukan jumlah anggaran
SDM.
d. Faktor Bisnis Baru
Dengan memperhatikan lingkungan/iklim bisnis dan kemampuan
menjaring dan memanfaatkan informasi, selalu terbuka peluang bagi
sebuah perusahaan/organisasi untuk mengembangkan usaha bisnisnya.
e. Faktor Desain Organisasi dan Desain Pekerjaan
Desain organisasi dan desain pekerjaan pada dasarnya merupakan hasil
menterjemahkan rencana strategik dan rencana operasional, yang
dirancang untuk mewujudkan pekerjaan yang sfektif dan efisien, yang
berarti harus mampu menyediakan tenaga kerja sesuai volume kerja pada
setiap unit kerja.
f. Faktor Keterbukaan dan Keikutsertaan Manajer
Keterbukaann dan keikutsertaan para manajer dan terutama sekali top
manajer, sangat penting dalam perencanaan SDM. Manajer yang terbuka
dan bersedia ikut serta dengan memberikan informasi yang lengkap untuk
melakukan analisis tenaga kerja dan selanjutnya dalam penyusunan
perencanaan SDM, akan memberikan peluang dihasilkannya perencanaan
yang akurat.
3. Faktor Ketenagakerjaan
a. Pensiun, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Meninggal Dunia, dan
Tenaga Kerja yang selalu absen, dalam perencanaan SDM harus
diperhitungkan sebagai pengurangan tenaga kerja, yang harus diganti.
11
b. Promosi, pindah, tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan dan yang
mengikuti pendidikan di luar perusahaan/organisasi sehingga
keterampilan/keahliannya meningkat, harus diperhitungkan, baik untuk
menggantinya maupun merancang penempatan yang lebih tepat.
12
Berpengaruh pada efektif dan efisien kerja. Lokasi organisasi/perusahaan
dengan domisili penduduk berpengaruh pada penyediaan anggaran SDM.
Diantaranya perlu diadakan perumahan, angkutan karyawan atau
kendaraan dinas.
13
Untuk meningkatkan keefektipan susunan staf, manajer perawat harus
memperbaiki keseimbangan antara jumlah staf yang ditugaskan dan beban kerja
(Gillies, 1989).
Di beberapa lembaga data sensus digunakan untuk memperkirakan beban
kerja mendatang sebagai dasar bagi pembuatan keputusan susunan kepegawaian.
Selain itu masing – masing diagnosa atau kategori perawatan juga digunakan
untuk memperkirakan beban kerja, karena kebutuhan perawatan berubah – ubah
dari satu kategori ke lain kategori. Faktor kebutuhan perawatan pasien harus
diukur. Caranya dengan mengukur, total kebutuhan perawatan bagi masing –
masing pasien adalah jumlah kebutuhan si pasien untuk perawatan langsung atau
”hands on”, kebutuhannya bagi perawatan tidak langsung atau administratif, dan
kebutuhannya untuk pengajaran kesehatan.
Keperawatan langsung adalah perawatan yang diberikan anggota staf
keperawatan sambil bekerja di dalam kehadiran pasien tersebut dan perawatan
tersebut dihubungkan secara khusus kepada kebutuhan fisik dan psikoogis si
pasien. Perawatan administratip atau kepengurusan terdiri dari kegiatan – kegiatan
yang dilakukan atas nama pasien tetapi di luar kehadiran si pasien yang
berhubungan dengan lingkungan si pasien atau keberadaan finansial dan
kesejahteraan sosial si pasien. Pengajaran kesehatan mencakup semua usaha oleh
anggota staf keperawatan untuk memberitahu, dan memotivasi pasien dan
keluarga menyangkut perawatan setelah dilepas dari rumah sakit (Gillies, 1989).
14
Masalah
Komunitas Bencana Kemajuan Iptek
Gambar 2-1. Faktor – faktor yang mempengaruhi beban kerja keperawatan ( Sumber: Gillies,
1989).
15
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM
Kesehatan di tingkat Propinsi, Kab/Kota serta Rumah Sakit.
Metode – metode dasar :
1) Penyusunan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan keperluan kesehatan
(’’Health Need Method’’).
Dalam cara ini dimulai debgan ditetapkannya keperluan (‘’need’’) menurut
golongan umur, jenis kelamin, dllnya. Selajutnya dibuat proyeksi penduduk untuk
tahun sasaran menurut kelompok penduduk yang ditetapkan ; diperhitungkan
keperluan upaya kesehatan untuk tiap-tiap kelompok penduduk pada tahun
sasaran.
Contoh:
Dengan sasaran untuk memenuhi kabutuhan kesehatan pada suatu kota
diperhitungkan anak umur 0-4 tahun memerlukan rata-rata 1,0 kunjungan
dokter dan 2,0 kunjungan perawat pertahun.
Proyeksi pada tahun target anak umur 0-4 tahun adalah 2,0 juta,
16
Anak-anak ini kemudian akan memerlukan 2 juta kunjungan dokter dan 4
juta kunjungan perawat.
Dokter FTE (penuh waktu) dapat melakukan 6000 kunjungan pertahun
dan FTE perawat, 7000 per tahun.
Proyeksi tenaga penuh waktu (FTE) yang diperlukan:
- Dokter FTE = 2,0 juta : 6000 = 333 dokter
- Perawat FTE = 4,0 juta : 7000 = 571 perawat.
Kebutuhan kesehatan tersebut dapat lebih tinggi atau lebih rendah
tergantung pula pada kemampuan penyediaan atau pelayanan kesehatan
yang dapat diusahakan.
17
1) Prosedur penghitungan kebutuhan SDM Kesehatan dengan menggunakan
metode Daftar Susunan Pegawai (DSP) (”Authorized Staffing List)
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan DSP ini bisa digunakan di
berbagai unit kerja seperti puskesmas, rumah sakit, dan sarana kesehata lainnya.
Sebagai contoh, berikut ini adalah penghitungan kebutuhan SDM berdasarkan
DSP di Puskesmas.
Langkah Awal Penyusunan DSP Puskesmas
Langkah awal penyusunan DSP adalah menghitung produktivitas Puskesmas
secara kolektif dengan menggunakan rumus
0
S= (Nilai S serendah – rendahnya 5)
300 x N
Dayaguna
No. Out Put Puskesmas ( O) Jumlah Staf ( N )
Staf / Hari ( S)
1 Kurang dari 30.000 orang / thn 16 orang 6.25
18
2 30.000 – 50.000 orang/thn 21 orang 5,2 - 8,0
n=NxK
T
19
dijabat oleh petugas yang minimal berijasah SMEA / SMTA dan telah
mengikuti kursus bendaharawan).
Perkiraan jenis tenaga pada jabatan-jabatan teknis tidak sulit, karena masing-
masing jabatan mempersyaratkan tenaga yang memiliki keterampilan tertentu.
Pendidikan tenaga-tenaga teknis kesehatan yang siap pakai mewajibkan
penempatannya pada jabatan teknis yang tepat. Hal ini memudahkan pengelola
kepegawaian untuk menentukan jenis tenaga yang layak untuk ditempatkan pada
jabatan dimaksud.
Contoh, unit peningkatan dan kesehatan keluarga apabila diperinci antara lain
terdiri dari kegiatan KIA, KB, Kesehatan Gigi Keluarga, sehingga dapat
diperkirakan unit bersangkutan membutuhkan tenaga bidan, ahli gizi.
Berikut ini adalah contoh DSP Puskesmas dengan bermacam-macam model :
1. Model Puskesmas yang berada di daerah terpencil dengan penduduk
jarang, dengan kegiatan rendah.
2. Model Puskesmas dengan penduduk 20.000 dengan output Puskesmas
pertahun = 35.000
3. Model Puskesmas di daerah perkotaan dengan penduduk padat, dengan
output Puskesmas per tahun 60.000
4. Model Puskesmas perawatan yang jauh hubungan daratnya dengan RSU
terdekat.
5. Model Puskesmas perawatan di daerah kepulauan dengan sarana
perhubungan laut yang sulit.
6. Model Puskesmas Perawatan di daerah strategis.
20
nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di
fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah
digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.
Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi
5 langkah, yaitu:
1. Menetapkan waktu kerja tersedia ;
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM ;
3. Menyusun standar beban kerja ;
4. Menyusun standar kelonggaran ;
5. perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.
Pada dasarkan metode WISN ini dapat digunakan di rumah sakit, puskesmas,
dan sarana kesehatan lainnya, atau bahkan dapat digunakan untuk kebuhan di
Kantor Dinas Kesehatan. Sebagai contoh di bawah ini disajikan penggunaan
metode WISN di sarana pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
21
4. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait
tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003
ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja unutk cuti bersama. (D)
5. Ketidakhadiran kerja, sesuai data rata – rata ketidakhadiran kerja (selama
kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan / ijin. (E)
6. Waktu Kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah,
pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari
kerja/minggu). (F)
Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
A = Hari Kerja D = Hari Libur Nasional
B = Cuti Tahunan E = Ketidakhadiran Kerja
C = Pendidikan dan Pelatihan F = Waktu Kerja
22
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori
SDM adalah sebagai berikut :
1. Bagan Struktur Organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing –
masing unit dan sub-unit kerja.
2. Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural dan
fungsional misalnya: Komite Medik, komite Pengendalian Mutu RS.
Bidang/Bagian Informasi.
3. Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di
RS.
4. PP 32 tahun 1996 tentang SDM kesehatan.
5. Peraturan perundang – undangan berkaitan dengan jabatan fungsional
SDM kesehatan.
6. Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP)
pada tiap kerja RS.
23
2. Standar profesi, standar pelayanan yang berlaku di RS.
3. Rata – rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk
melaksanakan/menyelesaikan berbagai pelayanan RS.
4. data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap unti kerja RS.
Beban kerja masing – masing kategori SDM di tiap unit kerja RS adalah
meliputi:
1. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing – masing kategori SDM.
2. Rata – Rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan
pokok.
3. Standar beban kerja pe 1 tahun masing – masing kategori SDM.
Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagia jenis kegiatan sesuai standar
pelayanan dan stan operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan pelayanan
kesehatan/ medik yang dilaksanakan oleh SDM kesehatan dengan kompetensi
tertentu.
Langkah selanjutnya untuk memudahkan dalam menetapkan beban kerja
masing – masing kategori SDM, perlu disusun kegiatan pokok serta jenis kegiatan
pelayanan, yang berkaitan langsung / tidak langasung dengan pelayanan kesehatan
perorangan.
Rata – rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu kegiatan pokok, oleh masing – masing ketegori SDM pada tiap unit kerja.
Kebutuhan wkatu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi dan
dipengaruhi standar pelayanan, sdtandar operasional prosedur (SOP), sarana dan
prasarana medik yang tersedia serta kompetensi SDM.
Rata – rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama
bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh data rat – rata waktu yang
cukup akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang
memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar
operasional prosedur (SOP), dan memiliki etos kerja yang baik.
24
Secara bertahap RS dapat melakukan studi secara intensif untuk menyusun
standar waktu yang dibutuhkan menyelesaikan tiap kegiatan oleh masing –
masing kategori SDM.
Adapun rumus perhitungan standar beban kerja adalah sebagai berikut:
Waktu Kerja Tersedia
Standar Beban Kerja =
Rata – rata waktu peraturan-Kegiatan Pokok
25
Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit
kerja meliputi:
1. Data yng diperoleh dari langkah – langkah sebelumnya yaitu:
Waktu kerja tersedia
Standar beban kerja dan
Standar kelonggaran masing – masing kategori SDM
2. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahunan
Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data dan kegiatan
pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja RS selama kurun
waktu satu tahun.
Untuk menyusun kuantitas kegiatan pokok instalasi rawat inap dibutuhkan
data dasar sebagai berikut:
1. Jumlah tempat tidur
2. Jumlah pasien masuk/keluar dalam 1 tahun
3. Rata – rata sensus harian
4. Rata – rata lama pasien di rawat (LOS)
Kunatitas Kegiatan Pokok
Kebutuhan SDM = + Satndar Kelonggaran
Standar Beban Kerja
b. Menurut Althaus et al 1982 dan kirk 1981
Level I (minimal) : 3,2 jam
Level II (intermediet) : 4,4 jam
Level III (maksimal) : 5,6 jam
Level IV (intensif care) : 7,2 jam
c. Menurut hanson
Hanson menyusus katagori pasien dan jam perawatan sebagai berikut:
Kategori I : Self Care, biasanya membutuhkan waktu 1-2 jam dengan
waktu rata-rata efektif 1,5 jam
Kategori II : Minimal care, biasanya membutuhkan waktu 3-4 jam
dengan waktu rata-rata efektif 3.5 jam /24 jam
26
Katefgori III : Intermediet care, biasanya membutuhkan 5-6 jam dengan
waktu rata-rata efektif 5,5jam /24 jam
Karegori IV : Modified Intensive Care biasanya membutuhkan 7-8 jam
dengan rata-rata efektif 7,5 jam /24 jam
Kategori V : Intensiv Care, biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan
waktu rata-rata efektif 12 jam /24 jam.
d. Cara penghitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan jam perawatan
untuk setiap pasien selama 24 jam (Nursing hours per patien day):
Metode ini dipakai di Thailand dan Philipine, hampir sama dengan formula
hasil lokakarya PPNI yang diadaptasi dari metode perhitungan Gillies.
1. Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per pasien
Unit Rawat nginap selama 24 jam:
Penyakit dalam : 3,4 jam
Penyakit bedah : 3,5 jam
Campuran bedah dan dalam : 3,4 jam
Post partum : 3 jam
Bayi / neonatus : 2,5 jam
Anak : 4 jam
Rawat Jalan :
Jumlah jam perawatan pe pasien : 0,5 jam
Kamar operasi:
Kelas A dan B : 5 – 8 Jam /24 jam
Kelas C dan D : 3 jam / 24 jam
Kamar bersalin
Jumlah jam perawatan : 5 – 8 jam / 24 jam
2. Hari kerja efektif perawat dalam 1 tahun
Jumlah hari dalam 1 tahun : 365 hari
Jumlah hari kerja non efektif dalam 1 tahun : 75 hari
Jumlah hari efektif dalam 1 tahun : 289 hari
Jumlah minggu efektif : 41 minggu
27
Ada angka koreksi karena dianggap tingkat produktifitas perawat dihitung
hanya 75 %
3. Jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun
41 minggu x 40 jam = 1640 jam pertahun
4. Cara perhitungan tenaga perawat :
Rawat Nginap:
Jumlah jam perawat x 52 minggu x 7 hari x jumlah TT x BOR + koreksi 25%
41 minggu x 40 jam
Rawat Jalan :
Jumlah jam perawat x 52 minggu x 6 hari x jumlah kunjungan + koreksi 10%
41 minggu x 40 jam
Kamar Bedah :
Jumlah jam perawat x 52 minggu x7 hari x jumlah anggota tim x jumlah kamar op + koreksi 25%
41 minggu x 40 jam
Kamar bersalin :
Jumlah jam perawat x 52 minggu x7 hari x jumlah TT x BOR + koreksi 25%
41 minggu x 40 jam
e. Menurut Gillies
WORK VOLUME
WORK CAPACITY
Jumlah perawat = A + B X 365
(365 –C ) X Jam Kerja
Keterangan :
A : Jam perawatan selama 24 jam
B : BOR X TT/ sensus harian
C : Jumlah hari libur ( hari libur nasional + cuti 12 hari kerja)
f. Metoda Douglas
28
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada satu ruang rawat berdasarkan
kualifikasi pasien sebagai berikut :
Jml Klasifikasi pasien
Pasien Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0.17 0.15 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20
2 0.34 0.30 0.14 0.54 0.30 0.20 0.72 0.60 0.40
3 0.52 0.45 0.21 0.81 0.45 0.30 1.08 0.90 0.60
Dst
29
3. Bagaimana pengaturan jadwal dari staff?
4. Bagaimana pengembangan staff? (Cherry & Jacob, 2008)
Keputusan kepegawaian dari masing – masing manajer perawat dipengaruhi
oleh kepercayaan dia akan penggunaan pegawai keperawatan yang pantas. Untuk
mengurangi kesalahpahaman dan untuk memudahkan komunikasi diantara mereka
mengenia persoalan kepegawaian, manajer perawat sebaiknya setuju atas sebuah
filosofi kepegawaian sebagai langkah pertama di dalam perencanaan program
kepegawaian bagi departemen keperawatan (Gillies, 1989).
Marquis dan Huston menggambarkan tahapan – tahapan dalam penyusunan
staff sebagai berikut:
1. Tentukan jumlah dan jenis dari staff yang dibutuhkan berdasarkan pada
tujuan dan anggaran yang ditentukan.
2. Rekrut, wawancara, pilih dan tugaskan personil berdasarkan uraian tugas
dan standar penampilan yang telah ditentukan.
3. Peroleh tenaga kerja baru dengan awal yang baik menggunakan sumber
pengembangan staff untuk orientasi, pelatihan , sosialisasi dan
pengembangan staff lainnya.
4. Laksanakan program pengembangan staff berkelanjutan pada semua
tingkatan tenaga kerja yang mempunyai kesempatan untuk pengembangan
kepribadian dan profesional dan untuk menambah pengetahuan serta
tingkatan keterampilan.
5. Laksanakan penjadwalan yang kreatif dan fleksibel berdasarkan kebutuhan
pasien, kebutuhan tenaga kerja, dan kepentingan organisasi yang
produktif (Cherry & Jacob, 2008).
Komponen proses pengaturan staf ini adalah sistem kontrol termasuk studi
pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan staf, rencana penjadwalan, dan
sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK). SMIK meliputi kelima elemen
berikut ini:
1. Kualitas perawat pasien yang diberikan dan pengukurannya
2. Karakteristik pasien dan kebutuhan perawatan mereka
3. Perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan untuk pokok 1 dan 2
30
4. Logistis dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya
5. Evaluasi kualitas perawatan yang diberikan, dengan demikian mengukur
keberhasilan pengaturan staf itu sendiri.
Rencana kontrol posisi dan rencana anggaran, menurut West digambarkan
pada Bagan 1.1
Studi
staffing
Penguasaaa
Sistem n rencana
informasi staffing
manajemen
keperawatan
Rencana
Rencana penjadwalan
pendanaan
Rencana
kontrol
posisis
Sumber: Dicetak ulang dari Topics in Health Care Financing (Swansburg, 2000)
31
Sasaran pengaturan staf keperawatan adalah pelayanan yang memuaskan dan
produktivitas tinggi.
32
adalah membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Rencana ini sebaiknya merupakan program yang terencana yang mencakup
orientasi baik melalui ”teman”, unit orientasi khusus, atau metoda lainya.
Keterampilan dan tugas tersebut masing – masing memerlukan pekerja
keperawatan, yang tidak menguasainya harus menjadi fokus program ini.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika
mereka terorientasi pada situasi kerja (Swansburg, 2000).
b. Jenjang Karir
33
Landasan pemikiran untuk pengembangan karier :
34
kepada kebutuhan dan kepentingan pekerjaan. Umumnya aterdiri dari lima
tingkatan, yaitu:
35
Benner (1984) dalam Blais at al (2002), menjelaskan lima tingkat kemahiran
dalam keperawatan yang berdasarkan model Dreyfus mengenai penambahan
keterampilan yang berasal dari sebuah studi pemain catur dan pilot pesawat. Lima
tahap tersebut, yang memiliki implikasi untuk belajar dan mengajar, adalah
pemula, pemula tingkat lanjut, kompeten, mahir, dan ahli,
36
PK V PM V PP V PR V
PK IV PM IV PP IV PR IV
PK II PM II PP II PR II
PK I PM I PP I PR I
b. Kompetensi
37
d) Pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan mempertahankan posisi
tubuh
o) Penaggulangan infeksi
38
a. Pendidikan dan pengalaman kerja:
b. Kompetensi
6. Membimbing PK I
39
3. S-2 Keperawatan (Spesialisasi1) + Pengalaman kerja 0 tahun
b. Kompetensi
9. Membimbing PK II
40
3. S-3 Keperawatan (Spesialisasi 2) : pengalaman kerja 0 tahun
b. Kompetensi
41
a. Kompetensi
42
pelatihan, kompetensi, kondisi kerja/lingkungan/lama interaksi dengan pasien
yang selanjutnya dibobotkan dan diberi besaran, sehingga yang dihargai adalah
kepakarannya.
43
Managed care di Amerika Serikat enjadi metode pengendalian biaya lain yang
mempengaruhi peran perawat. Kompetisi pasar bebas diharapkan akan
memberikan biaya perawatan yang paling rendah kepada sistem dan karena harga
perawatan tersebut didasarkan pada jumlah total anggota, biaya perawatan bagi
mereka yang membutuhkan perawatan akan di seimbangkan dengan anggota lain
yang sehat dan tidak membutuhkan pelayanan.
Kebijakan publik mengubah kehidupan setiap orang. Hukum persetujuan
tindakan meningkatkan pengetahuan publik dan partisipasi dalam keputusan
mengenai perawatan kesehatan mereka.
44
mereka. Program yang menggunakan televisi digital interaktif yang menawarkan
komunikasi dua arah saat ini sedang diuji dan memiliki kesempatan yang sangat
besar untuk aplikasi kreatif dalam perawatan kesehatan.
45
kompeten di Amerika dan membiarkan konsumen Amerika bebas mengakses
layanan mereka.
Apabila rencana Bauer terwujud dan terdapat alasan yang baik untuk meyakini
bahwa memang hal tersebut benar-benar akan terjadi – perawat praktisi lanjutan,
perawat-bidan bersertifikasi, dokter gigi, apoteker, perawat anestesi bersertifikasi,
ahli terapi fisik, ahli terapi okupasi, dan ahli terapi respirasi, hanya beberapa yang
disebutkan, akan mampu berespons secara langsung terhadap kebutuhan publik.
Konsumen akan bebas memilih dari menu yang meluas pemberi perawatan yang
berkualifikasi, suatu perkembangan yang akan menyebabkan biaya perawatan
turun ketika memberikan perawatan yang berkualitas untuk semua. Perawat akan
diperlukan di pusat pembedahan rawat jalan yang makin banyak, pusat diagnostik,
perawatan di rumah, nursing home, dan fasilitas keperawatan terampil ketika
rumah sakit menjadi semakin kecil dan perawatan kesehatan beralih ke komunitas.
Perawat dengan gelar sarjana dan master tersebut akan menjadi pilihan pertama
sebagai pemberi perawatan non dokter karena mereka dipersiapkan dengan baik
untuk peran perawat yang diperlukan di komunitas. Peran perawat akan mencakup
perawatan langsung dan tidak langsung; perawat akan merawat dan menangani
petugas lain yang memberikan perawatan. Di area pedesaan, perawat praktisi
lanjutan akan bertindak sebagai pemberi perawatan primer saat mereka mengkaji,
memberikan terapi, dan menindak lanjuti masalah perawatan kesehatan yang
umum dan biasa. Masalah yang membutuhkan pembedahan atau konsultasi
spesialis akan di rujuk ke dokter dan pemberi perawatan nondokter lain. Dokter,
perawat, dan pemberi perawatan kesehatan lain bekerja bersama-sama sebagai tim
antar disiplin yang memberikan keahlian dari banyak pemberi perawatan kepada
konsumen. Upaya kolaboratif akan diperlukan ketika dunia perawatan kesehatan
menjadi lebih kompleks dan tekhnologi terus mengalami perbaikan dan
perubahan. Dugaan perubahan dalam sistem pemberian perawatan kesehatan di
masa mendatang menuntut setiap orang, profesional keperawatan dan konsumen
serupa, harus mengubah harapan dan perilaku mereka. Sistem perawatan
kesehatan yang mengalami perubahan membutuhkan tanggung jawab kesehatan
46
personel yang lebih banyak di pihak konsumen dan pihak pemberi perawatan
kesehatan perlu lebih responsif.
47
perencanaan SDM kesehatan adalah proses untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja yang berkualitas di bidang kesehatan untuk saat ini dan di masa mendatang
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien. Perencanaan SDM keperawatan
merupakan bagian yang tidak terlepas dari perencanaa SDM Kesehatan.
Perencanaan tenaga keperawatan merupakan proses pemikiran dan penentuan
secara matang tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM kesehatan menurut Keputus
Menkes No: 81/Menkes/SK/I/2005 dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok
besar yaitu;
1. Perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat institusi.
Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan
kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik dan lainnya.
2. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM
kesehatan berdasarkan kebutuhan ditingkat wilayah
(Propinsi/Kabupaten/Kota) yang merupakan gabungan antara kebutuhan
institusi dan organisasi.
3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk Bencana
Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM Kesehatan saat
prabencana, terjadi bencana dan post bencana, termasuk pengelolaan
kesehatan pengungsi.
Dalam perencanaan SDM kesehatan perlu memperhatikan;
Rencana kebutuhan SDM kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan baik kebutuhan lokal, nasional maupun global.
Pendayagunaan SDM kesehatan di selenggarakan secara merata, serasi,
seimbang, dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik
ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Dalam upaya pemerataan SDM
kesehatan perlu memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban
parorangan dengan kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM
kesehatan oleh pemerintah diselenggarakan melalui pendelegasian
48
wewenang yang proposional dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah.
Nawawi (2005) mengungkapkan bahwa dalam penyusunan perencanaan SDM
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi
perencanaan SDM yaitu:
1. Faktor Eksternal
Faktor Ekonomi Nasional dan Global
Faktor Sosial, Politik dan Hukum
Faktor Teknologi
Faktor Pesaing
2. Faktor Internal
Rencana Strategik dan Rencana Operasional (Taktik)
Anggaran/Cost SDM
Peramalan (Prediksi)
Faktor Bisnis Baru
Faktor Desain Organisasi dan Desain Pekerjaan
Faktor Keterbukaan dan Keikutsertaan Manajer
3. Faktor Ketenagakerjaan
a. Pensiun, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Meninggal Dunia, dan
Tenaga Kerja yang selalu absen, dalam perencanaan SDM harus
diperhitungkan sebagai pengurangan tenaga kerja, yang harus diganti.
b. Promosi, pindah, tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan dan yang
mengikuti pendidikan di luar perusahaan/organisasi sehingga
keterampilan/keahliannya meningkat, harus diperhitungkan, baik
untuk menggantinya maupun merancang penempatan yang lebih tepat.
49
Prestasi Kerja
Waktu yang tersedia untuk mencapai sasaran/tujuan jangka pendek.
Faktor Demografi
Faktor Supervisi
Faktor staf pendukung
Faktor Lokasi
50
4) Penyusunan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan rasio terhadap sesuatu
nilai (”Ratio Method”)
Pengelolaan Staf
Marquis dan Huston menggambarkan tahapan – tahapan dalam penyusunan
staff sebagai berikut:
1. Tentukan jumlah dan jenis dari staff yang dibutuhkan berdasarkan pada
tujuan dan anggaran yang ditentukan.
2. Rekrut, wawancara, pilih dan tugaskan personil berdasarkan uraian tugas
dan standar penampilan yang telah ditentukan.
3. Peroleh tenaga kerja baru dengan awal yang baik menggunakan sumber
pengembangan staff untuk orientasi, pelatihan , sosialisasi dan
pengembangan staff lainnya.
4. Laksanakan program pengembangan staff berkelanjutan pada semua
tingkatan tenaga kerja yang mempunyai kesempatan untuk pengembangan
kepribadian dan profesional dan untuk menambah pengetahuan serta
tingkatan keterampilan.
5. Laksanakan penjadwalan yang kreatif dan fleksibel berdasarkan kebutuhan
pasien, kebutuhan tenaga kerja, dan kepentingan organisasi yang
produktif (Cherry & Jacob, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
51
Blains Kathleen.K, Hayes Janice S, Kozier Barbara, Erb Glenora (2006) Praktik
Keperawata Profesional : Konsep dan Prespektif EGC. Jakarta
Swanburg. C. Russell. (1995) Pengembangan Staf Keperawatan: suatu komponen
pengembangan SDM. EGC. Jakarta
Silalahi Ulber (2002) Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen, Mandar Maju
Bandung
Nawawi H.Hadani (2005) manajemen SDM untuk bisnis yang kompetisi
Gajahmada University
…..(2006) Rancangan Pedoman Pengembangan Sistem jenjang Karier
Profesional Perawat Pengurus Pusat PPNI dan Direktorat Bina Pelayanan
Medik Depke RI
Dec Ann Gillies (1989) Manajemen Keperawatan (suatu pendekatan sistem) edisi
ke 2 alih bahasa Drs.Dika Sukmana,Rika Widya Sukmana
Yoder-wise, Patricia S, (2003) Leading Managing in Nursing Third Edition,
Mosby Philadelpia.
52