Anda di halaman 1dari 28

MODUL PRAKTIKUM OSEANOGRAFI

BIOLOGI

2018

OLEH:
TIM PENYUSUN

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Modul 0esenografi Biologi


Tim Penyusun 2018
DAFTAR ISI

PENGUKURAN KUALITAS AIR (FISIKA & KIMIA) DI LAPANGAN ............ 1


ANALISIS KUALITAS AIR (NUTRIEN) DI LABO RATORIUM..........................1

JURUSAN ILMU KELAUTAN ..................................................................... i


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM .........i
UNIVERSITAS SRIWIJAYA................................................................................i
PENGUKURAN KUALITAS AIR (FISIKA & KIMIA) DI LAPANGAN............ 2
Tujuan .............................................................................................................. 2
Manfaat ......................................................................................................................2
Analisis kualitas air (nutrien) di laboratorium ................................................... 7
Pengantar ......................................................................................................... 7
Tujuan .............................................................................................................. 7
Manfaat ......................................................................................................................8
Alat dan Bahan..........................................................................................................8
b. Pengukuran Nutrien (Nitrat dan Fosfat) ............................................. 9
PLANKTON................................................................................................. 14
Pengantar ...................................................................................................... 14

Plankton adalah organisme akuatik baik dalam habitat mengalir maupun


dalam habitat air diam; baik dalam lingkungan air tawar atau air pedalaman
(inland water) maupun di lingkungan air asin atau laut
................................................................................................................... 1
4
Zooplankton merupakan organisme pemangsa tahap pertama dalam rantai
makanan di perairan atau Zooplankton bisa di bilang sebagai organisme
perantara antara produsen primer (fitoplankton) dengan organisme pada
jenjang makanan di atasnya, sehingga zooplankton dikelompokkan sebagai
organisme yang men- transfer energi dari fitoplankton ke nekton (Sagala,
2009)............................................................................................................................... 15
Tujuan ............................................................................................................ 16
Manfaat ................................................................................................................... 16
Alat Dan Bahan ...................................................................................................... 16
Cara Kerja ...................................................................................................... 16
Modul 0esenografi Biologi
Tim Penyusun 2018
b. Prosedur Identifikasi Sampel Fitoplankton.................................................... 17
Analisis konsentrasi klorofil-a ............................................................................ 20
Pengantar ....................................................................................................... 20
Tujuan ............................................................................................................ 20
Manfaat ................................................................................................................... 20
Alat dan Bahan ....................................................................................................... 21
Cara Kerja ...................................................................................................... 21
a. Pengambilan Sampel Air Klorofil-a ...................................................... 21
b. Pengukuran Kandungan Klorofil-a ................................................... 21
Produktivitas primer ........................................................................................... 23
Alat dan Bahan ....................................................................................................... 24
Cara Kerja ...................................................................................................... 24

Modul 0esenografi Biologi


Tim Penyusun 2018
2

PENGUKURAN KUALITAS AIR (FISIKA KIMIA)

DI LAPANGAN

Pengantar
Menurut Effendi (2003) kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk
hidup, zat, energi dan komponen lain di ada dalam air. Kualitas air dinyatakan
dalam beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, arus, oksigen terlarut, dan
sebagainya). Parameter kimia (pH, oksigen terlarut, kadar nutrien dan
sebagainya). Parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya).
Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan mengukur parameter fisika, kimia
dan biologi. Pengukuran kualitas air yamg langsung dilakukan di lapangan
meliputi pengukuran suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, kecerahan dan arus.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini agar praktikan dapat mempelajari dan mengetahui
cara pengukuran kualitas perairan di lapngan secara langsung.

Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah:
1. Praktikan dapat mengetahui teknik dalam pengukuran kualitas perairan

Pengukuran Parameter Fisika dan Faktor Kimia Perairan


Faktor fisika dan kimia yang diukur di lapangan mencakup:
 Suhu
Suhu air diukur dengan menggunakan termometer digital, pengukuran suhu
dilakukan dengan memasukkan sensor suhu ke dalam perairan bagian permukaan,
kemudian nilai yang tertera dicatat.
Cara kerja :

Thermometer dan lakukan kalibrasi

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2017
3

Siapkan

Sampel air menggunakan wadah

Ambil

Sensor thermometer dan catat nilai suhu

Celupkan
Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

 Kecerahan
Kecerahan diukur menggunakan keping secchi disc yang dimasukkan ke
dalam badan perairan, pada kedalaman berapa secchi disk terlihat samar-samar
waktu diturunkan, kemudian diturunkan hingga mencapai dasar perairan dan
diukur panjang tali yang masuk, selanjutnya diangkat dan pada kedalaman berapa
secchi disk mulai terlihat kembali. Persentase kecerahan perairan didapatkan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

dimana:
N = kecerahan (%)
d1 = kedalaman saat secchi disk tidak terlihat (m)
d2 = kedalaman saat secchi disk mulai tampak (m)
z = kedalaman perairan (m) 20
= kedalaman perairan (m) 20

Cara Kerja:

Secchidisk

Siapkan

Masukkan secchidisk kedalam danau sampai secchidisk


terlihat samar-samar (d1)
Modul Oseanografi Biologi
Tim Penyusun 2018
4

Masukkan

Catat d1 (diukur dari tali bagian atas sampai kedalaaman


secchidisk terlihat samar-samar)

Catat

Masukkan secchidisk kedalam danau hingga kedasar,


lalu angkat secchidisk sampai terlihat samar-samar (d2)

Masukkan

Catat d2 (diukur dari dasar sampai secchidisk terlihat


samar-samar)

 Derajat keasaman (pH)


Nilai pH diukur menggunakan pH meter, dengan cara memasukkan sensor
pH meter ke dalam perairan bagian permukaan sampai pembacaan pada alat
konstan, angka yang tertera dicatat.
Cara kerja :

pH meter dan lakukan kalibrasi

Siapkan

Sampel air menggunakan wadah

Ambil

Sensor ph meter dan catat nilai pH

Celupkan
Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

 Salinitas
Salinitas perairan diukur menggunakan hand refraktometer, dengan cara
meneteskan air laut menggunakan pipet tetes pada kaca hand refraktometer,

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
5

kemudian diarahkan ke sumber cahaya (matahari). N ilai salinitas dapat dilihat


pada bagian lensa hand refraktometer, nilai yang terlihat dicatat.
Cara Kerja:
Handrefraktometer dan lakukan kalibrasi
Siapkan

Sampel air menggunakan pipet tetes

Ambil

Sampel air kedalam handrefaktometer

Letakkan

Handrefaktometer ke matahari dan catat nilai salinitas

Arahkan

Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

 Oksigen Terlarut
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan menggunakan DO meter, dengan
cara memasukkan sensor DO meter ke dalam perairan bagian permukaan sampai
pembacaan pada alat konstan, angka yang tertera dicatat.
Cara kerja :

Siapkan DO meter dan lakukan kalibrasi

Siapkan

Ambil sampel air menggunakan wadah

Ambil

Sensor DO meter dan catat nilai DO

Celupkan

Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali


Modul Oseanografi Biologi
Tim Penyusun 2018
6

 Arus
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan current meter. Pada kondisi
pengukuran arus di sungai dan muara, penggunaan current meter dilakukan
dengan cara digantung pada kabel/tali. Prosedur penggunaan current meter antara
lain sebagai berikut:
Instrumen disiapkan yaitu kabel CDU (Control Display Unit), kabel
penghubung antara instrumen dengan CDU (3 m) dan kabel current meter yang
panjangnya 50 m. Kabel dari CDU dihubungkan ke instrumen, dengan
memperhatikan abjadnya. Abjad harus disesuaikan dengan mencocokkannya pada
instrument dan diputar sampai berbunyi klik;
Bentuk tembaga pada kabel ke instrument disamakan, lalu dimasukkan ke switch
plug. Jaga agar tembaga jangan sampai terkena air, karena apabila
terkena air akan terjadi konsleting. Setelah dimasukkan, CDU dihidupkan lalu
press any key;
Set fishtime dipilih dan dicocokkan waktu dengan jam kita untuk mengekstrak
data. Klik setup. Klik set time periode. Sistem waktu record tiap berapa
menit/detik dipilih. Dalam hal ini waktu yang dipilih adalah 10 detik;
Waktu fish dengan klik set fishtime disinkkronisasi. Setelah selesai, exit lalu
run.
Waktu fish dengan klik set fishtime disinkkronisasi. Setelah selesai, exit lalu
run (Raharja, 2012). Pada saat penurunan current meter harus dilakukan dengan
kecepatan tertentu, current meter diturunkan secara perlahan pada tiap tingkat
kedalaman agar dapat terekam data pada tiap kedalaman. Data yang diperoleh dari
current meter adalah data arah dan kecepatan arus.

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
7

ANALISIS KUALITAS AIR (NUTRIEN) DI


LAboRAToRIUM

Pengantar
Nutrien atau unsur hara adalah zat- zat yang terdapat dalam jumlah kecil,
tetapi sangat diperlukan oleh organisme hidup untuk proses pertumbuhan dan
kelangsungan hidupnya. Nutrien merupakan faktor penting dalam proses
pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton di perairan. Secara umum nutrient
dibutuhkan oleh fitoplankton dalam jumlah yang banyak, tetapi ada juga yang
dibutuhakan dalam jumlah sedikit (Sanusi, 2004).
Abida (2008) menyatakan adanya beban masukan yang berupa bahan
organik ke perairan dengan berbagai unsur haranya akan diregenerasi menjadi
bahan anorganik seperti nutrien oleh berbagai aktifitas bakteri melalui proses
nitrifikasi dan denitrifikasi di kolom air. Nutrien yang berada di perairan tersebut
akan dimanfaatkan oleh organisme air terutama fitoplankton untuk kelangsungan
hidupnya. Menurut Anggoro (2002), banyak penelitian yang sudah membuktikan
bahwa diantara nutrien tersebut, nitrat dan fosfat merupakan nutrien anorganik
utama yang diperlukan oleh fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami, dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae yang sifatnya mudah larut
dan stabil. Menurut Pong-Masak dan Sarira (2015), fosfat berfungsi dalam
pembentukan protein dan metabolisme bagi suatu organisme, oleh karena itu
fosfat merupakan unsur penting untuk menunjang kehidupan organisme di
perairan karena berperan dalam pertumbuhan organisme dan merupakan salah
satu faktor penentu kesuburan perairan.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain adalah dapat mengetahui teknik
dalam menganalisis kandungan nutrien dalam suatu perairan.

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
8

Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan melakukan tahapan dalam menganalisis kandungan nutrien yang
ada dalam suatu perairan.

Alat dan Bahan


Nama Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat
Spectrofotom eter ppm Mengukur kandungan nitrat dan fosfat
Lemari pendingin unit Tempat untuk menyimpan sampel
Tabung reaksi ml Tempat sampel air
Erlenmeyer ml Tempat larutan
Pipet tetes ml Menambahkan larutan dalam jumlah kecil (cc)

Bahan
Sampel air laut ml Analisis nitrat, fosfat
Aquade s ml Analisis nitrat, fosfat
Larutan Blanko ml Analisis nitrat, fosfat
Larutan H 2 SO 4 ml Analisis nitrat, fosfat
Sampel air laut ml Analisis nitrat, fosfat
Aquade s ml Analisis nitrat, fosfat
Larutan Blanko ml Analisis nitrat, fosfat
Larutan H2SO4 ml Analisis nitrat, fosfat
Larutan Standart Nitrat ml Analisis nitrat
Larutan Brucin ml Analisis nitrat
Larutan Natrium Arsenit ml Analisis nitrat
Larutan Standart Fosfat ml Analisis fosfat
Asam Ascorbic ml Analisis fosfat
Larutan Potasium antymonil ml Analisis fosfat
Larutan Ammonium Molybdate ml Analisis fosfat
Phenophtalein ml Analisis fosfat
Larutan Baku Fosfat ml Analisis fosfat

Cara Kerja
a. Pengambilan Sampel Nutrien
Sampel nutrien diambil langsung mengunakan water sampler pada
permukaan perairan dengan satu kali pengulangan yang selanjutnya dimasukkan
ke dalam botol sampel. Kedalaman yang digunakan untuk mengambil sampel air
adalah 1 meter di bawah permukaan sesuai dengan Hutagalung et al. (1997).
Botol sampel yang digunakan untuk sampel nutrien botol polyetilen biasa. Sampel
air yang diambil kemudian di beri label dan disimpan dalam kotak pendingin atau
cool box.

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
9

b. Pengukuran Nutrien (Nitrat dan Fosfat)


Menurut APHA (2005), sampel air untuk pengukuran nitrat dan fosfat
dianalisis di laboratorium menggunakan metode brusin sedangkan analisis fosfat
dilakukan dengan metode asam ascorbic.
Analisis pengukuran konsentrasi nitrat dengan metode brusin sebagai
berikut:
 Pembuatan Larutan Kerja
1. Larutan Brusin
Diambil 1 gr Brusin dan ditambahkan dengan 1 ml H 2 SO4 , kemudian
dilarutkan dengan aquades sebanyak 50 ml.
2. Larutan Natrium Arsenit
Diambil 0,1 gr Sulphanilamid dan ditambahkan dengan 3 ml HCL,
kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 100 ml.
3. Larutan Asam Sulfat
Diambil 174 ml H2 SO4 kemudian ditambahkan 26 ml aquades hingga
volumenya menjadi 200 ml.
4. Larutan stok nitrat
Diambil 0,6070 g natrium nitrat dilarutkan dalam 1000 ml aquades.
5. Larutan Standart N itrat 1 ppm
1 ml larutan stok ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 100 ml.

 Pembuatan Larutan Standart N itrat dan Larutan Blanko


Larutan blanko yang digunakan adalah akuades, sedangkan larutan standart
adalah sebagai berikut :
1. Dibuat larutan standart nitrat dengan konsentrasi seperti berikut:
0 ppm = 5 ml akuades
0,2 ppm = 1 ml larutan standar nitrat 1 ppm kemudian diencerkan
dengan aquades hingga volume menjadi 5 ml.
0,4 ppm = 2 ml larutan standar nitrat 1 ppm kemudian diencerkan
dengan aquades hingga volume menjadi 5 ml
0,6 ppm = 3 ml larutan standar nitrat 1 ppm kemudian diencerkan
dengan aquades hingga volume menjadi 5 ml
Modul Oseanografi Biologi
Tim Penyusun 2018
10

0,8 ppm = 4 ml larutan standar nitrat 1 ppm kemudian diencerkan


dengan aquades hingga volume menjadi 5 ml
1 ppm = 5 ml larutan standar nitrat 1 ppm
2. Dibuat larutan blanko dari 5 ml aquades.
3. Larutan diukur menggunakan spektofotometer dengan panjang gelombang
880 nm (3 kali pengulangan).

 Prosedur Kerja
1. Sampel air disaring dengan menggunakan kertas saring whattman ukuran
0,45 μm.
2. Diambil 5 ml air sampel yang telah disaring ke dalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan 0,5 ml larutan brusin, tambahkan 0,05 ml larutan natrium
arsenit dan 5 ml larutan Asam sulfat kemudian di aduk.
4. Masing- masing larutan standart diambil 5 ml, kemudian dilakukan
prosedur 3.
5. Diamkan hingga dingin dan ukur absorbansi larutan blanko, sampel, dan
masing- masing larutan standart pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 410 nm (3 kali pengulangan) dan catat hasilnya.
6. Membuat kurva kalibrasi dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar,
dibuat dengan sumbu x adalah konsentrasi nitrat (ppm) dan sumbu y adalah
nilai absorbansinya. Didapatkan persamaan regresi y = ax + b dari kurva
kalibrasi.

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
11

Analisis pengukuran konsentrasi fosfat dengan metode Asam ascorbic


sebagai berikut:
 Pembuatan Larutan Kerja
1. Asam ascorbic
Diambil 1,76 gr asam ascorbic kemudian dilarutkan pada 100 ml akuades
2. Larutan ammonium molybdate
Diambil 20 gr ammonium molybdate kemudian dilarutkan pada 500 ml
aquades.
3. Asam sulfat
Diambil 70 ml asam sulfat kemudian dilarutkan pada aquades hingga
volume mencapai 500 ml.
4. Larutan potasium antymonil tartrate
Diambil 1,3715 gr potassium antymonil tartrate kemudian dilarutkan pada
400 ml akuades dan diencerkan hingga mencapai 500 ml.
5. Larutan stok fosfat
Diambil 219,5 mg kalium dihidrogen fosfat anhydrous dilarutkan pada
akuades dan diencerkan hingga volume 1 liter.
6. Larutan standart fosfat 1 ppm
Diambil 2 ml larutan stok fosfat ditambahkan aquades hingga volumenya
menjadi 100 ml.
7. Larutan campuran
Diambil 50 ml larutan asam sulfat, tambahkan 5 ml potasium antymonil
tartrate selanjutnya ditambahkan 15 ml larutan ammonium molybdate dan
30 ml larutan Asam ascorbic dicampurkan.

 Pembuatan Larutan Standart Fosfat dan Larutan Blanko


1. Dibuat larutan standart fosfat dengan konsentrasi seperti berikut:
0 ppm = 5 ml akuades
0,05 ppm = 0,25 ml larutan standar fosfat 1 ppm kemudian
diencerkan dengan aquades hingga volume menjadi 5 ml
0,1 ppm = 0,5 ml larutan standar fosfat 1 ppm kemudian diencerkan
dengan aquades hingga volume menjadi 5 ml
Modul Oseanografi Biologi
Tim Penyusun 2018
12

0,25 ppm = 1,25 ml larutan standar fosfat 1 ppm kemudian


diencerkan dengan aquades hingga volume menjadi 5 ml
0,5 ppm = 2,5 ml larutan standar fosfat 1 ppm kemudian diencerkan
dengan aquades hingga volume menjadi 5 ml
1 ppm = 5 ml larutan standar fosfat 1 ppm.
2. Dibuat larutan blanko dari 5 ml aquades, kemudian diamkan selama 10
menit.
3. Larutan diukur menggunakan spektofotometer dengan panjang gelombang
880 nm (3 kali pengulangan).

 Prosedur Kerja
1. Sampel air disaring menggunakan kertas saring whattman ukuran
0,45 μm.
2. Diambil 5 ml air sampel yang telah disaring ke dalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan 1 tetes indikator phenolphthalein. Jika terbentuk warna merah,
ditambahkan larutan H2 SO4 5N beberapa tetes hanya untuk menghilangkan
warna tersebut.
4. Ditambahkan 0,8 ml larutan campuran dan di aduk.
5. Masing- masing larutan standart diambil 5 ml, kemudian dilakukan prosedur
ke 3 dan 4 pada larutan blanko dan masing- masing larutan standar.
6. Setelah ± 10 menit larutan sampel, masing- masing larutan standar dan
larutan blanko diukur menggunakan spektofotometer dengan panjang
gelombang 880 nm (3 kali pengulangan), kemudian catat hasilnya.
7. Membuat kurva kalibrasi dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar,
dibuat dengan sumbu x adalah konsentrasi fosfat (ppm) dan sumbu y adalah
nilai absorbansinya. Didapatkan persamaan regresi y = ax + b dari kurva
kalibrasi.
Untuk membuat kurva kalibrasi pada larutan standart digunakan persamaan
regresi Y = ax + b dimana :
x = Konsentrasi nitrat atau fosfat (ppm)
y = Nilai absorbansinya

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
13

Konsentrasi nutrien (nitrat dan fosfat) pada air sampel dihitung dengan
persamaan Labert-Beer :
A= . b.C
Keterangan :
A = Nilai absorbansi
= Nilai a dari persamaan regresi
b = Tebal kuvet (=1)
C = Konsentrasi nutrien pada air sampel.

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
14

PLANKToN

Pengantar
Plankton adalah organisme akuatik baik dalam habitat mengalir maupun
dalam habitat air diam; baik dalam lingkungan air tawar atau air pedalaman
(inland water) maupun di lingkungan air asin atau laut.
Fitoplankton merupakan tumbuhan tingkat rendah yang bersifat
planktonik, hidup melayang dalam kolom perairan. Walaupun renik tubuhnya,
namun mereka mampu melakukan aktifitas fotosintesis seperti halnya tumbuhan
tingkat tinggi. Kecepatan pertumbuhannya yang tinggi, mereka sangat potensial
dalam penyerapan CO 2 udara. Disamping itu, fitoplankton mampu melepaskan O 2
yang sangat berguna bagi proses pernapasan (respirasi) bagi organisme lain. Di
dalam ekosistem perairan, fitoplankton sangat berperan sangat penting sebagai
produser primer yang menduduki tingkat tropik paling dasar dalam rantai
makanan (Burhanudin, 2014).

Gambar 1.

Beberapa jenis fitoplankton di perairan Banyuasin


Sumatera Selatan (Aryawati et al., 2016)

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
15

Zooplankton merupakan organisme pemangsa tahap pertama dalam rantai


makanan di perairan atau Zooplankton bisa di bilang sebagai organisme perantara
antara produsen primer (fitoplankton) dengan organisme pada jenjang makanan di
atasnya, sehingga zooplankton dikelompokkan sebagai organisme yang men-
transfer energi dari fitoplankton ke nekton (Sagala, 2009).
Umumnya zooplankton mempunyai alat gerak seperti flagel, cilia atau
kaki renang, namun tidak dapat melawan pergerakan air. Beberapa zooplankton
yang ditemukan di perairan sekitar Sumatera Selatan antara lain adalah dari
kelompok Acantharia, Aciculata, Actinopterygii Foraminifera, Gastropoda,
Leptolida, Malacostraca, Maxillopoda, and Oligotrichea (Isnaini, et al., 2014b).

Gambar 2. Beberapa jenis zooplankton di perairan Indonesia (P2O LIPI, 2016)

Nauplius Paracalanus Oithona


Gambar 3. Beberapa jenis zooplankton di perairan Sumatera Selatan (Isnaini, et al., 2014b)

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
16

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini agar praktikan dapat mempelajari, mengamati, dan
mengindentifikasi zooplankton dan fitoplankton dari tingkatan kelas sampai
tingkatan family dan genus Sertta untuk mengetahui struktur komunitas plankton.

Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah:
2. Praktikan dapat mengetahui bentuk-bentuk dari zooplankton & Fitoplankton
dan mengelompokkan zooplankton berdasarkan ciri-cirinya.
3. Praktikan dapat memahami persamaan dan dapat menghitung kelimpahan dan
struktur komunitas dari plankton.

Alat Dan Bahan

No Alat dan bahan Fungsi


1 Pipet tetes Meneteskan sampel ke SRCC
SRCC (sedgwick rafter
2 Tempat sampel identifikasi
counting cell)
3 Mikroskop Identifikasi fitoplankton
4 Buku identifikasi Sebagai pedoman dalam penamaan
5 Alat tulis Mencatat data dan menggambar
6 Botol sampel Wadah sampel
7 Formalin/lugol Mengawetkan sampel
8 Plankton-net Menyaring sampel air plankton
Wadah untuk mengambil dan
9 Ember
menuangkan air sampel plankton
10 Pipet tetes Meneteskan formalin ke dalam sampel
11 Kertas label Melabeli sampel
12 Komputer untuk mengolah data
13 Microsoft excel software pengolah data

Cara Kerja
a. Prosedur Pengambilan Sampel Fitoplankton di Permukaan
1. Disiapkan ember dan plankton-net
2. Diambil air sebanyak 50 liter dan disaring menggunakan plankton- net.
3. Air yang tertampung dimasukkan ke dalam botol sampel sebanyak 100 ml.

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
17

4. Air sampel diawetkan dengan menggunakan larutan formalin hingga


mencapai konsentrasi 4%.
5. Diberi tanda atau label yang berisi tanggal dan titik stasiun pengambilan
sampel (Sudiana, 2005)
6. Lalu sampel di simpan di dalam coolbox

b. Prosedur Identifikasi Sampel Fitoplankton


1. Sampel fitoplankton diambil menggunakan pipet tetes dan diletakkan di
kaca preparat (SRCC) sampai penuh.
2. SRCC yang telah berisi sampel diletakkan pada mikroskop inverted
binokuler dengan perbesaran 10 x.
3. Didientifikasikan kelas dan genusnya berdasarkan buku identifikasi.
4. Difoto dan dicatat fitoplankton yang ditemukan di bawah mikroskop.
5. Fitoplankton yang tercacah dihitung sehingga didapatkan jumlah yang
teridentifikasi pada SRCC.

c. Analisis Data
Pengolahan data plankton dilakukan untuk mengetahui kelimpahan pada
suatu ekosistem perairan serta struktur komunitasnya. Pada praktikum ini
persamaan yang akan digunakan adalah :
 Kelimpahan
Kelimpahan jenis fitoplankton dihitung berdasarkan persamaan menurut
APHA (1989),

N = Oi/Op x Vr/Vo x 1/Vs x n/p

dengan :
N = Jumlah individu per liter
Oi = Luas gelas penutup preparat (1000 mm2)
Op = Luas satu lapangan pandang (3,14 mm2)
Vr = Volume air tersaring (30 ml)
Vo = Volume air yang diamati (1 ml)
Vs = Volume air yang disaring (100 L)
Modul Oseanografi Biologi
Tim Penyusun 2018
18

n = Jumlah plankton pada seluruh lapangan pandang (ind)


p = Jumlah lapangan pandang yang teramati (20 lapang pandang)

 Indeks dominansi
Indek dominansi digunakan untuk mengetahui jenis fitoplankton yang
mendominasi, untuk menghitungnya digunakan persamaan Odum (1996) sebagai
berikut:

Keterangan :
C : Indeks dominansi
ni : Jumlah individu genus ke- i
N : Jumlah total individu

Kriteria indeks dominansi mengacu pada Samsidar et al. (2013) adalah :


0 < C ≤ 0,5 = komunitas kecil
0,5 < C ≤ 0,75 = komunitas sedang
0,75 < C ≤ 1 = komunitas tinggi

 Indeks keanekaragaman
Indeks keanekaragaman jenis fitoplankton dapat diketahui dari indeks
keanekaragamannya. Persamaan yang digunakan untuk menentukan indeks
keanekaragaman jenis fitoplankton adalah sebagai berikut (Odum, 1996):

dimana: H’ = indek keanekaragaman Shannon-Winner


pi = proporsi genus ke- i
ln = logaritma natural
pi = ni/N (perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan
keseluruhan jenis)

Menurut Samsidar et al. ( 2013) :


H’ < 1 = Keanekaragaman rendah
1 < H’ < 3 = Keanekaragaman sedang
H’ > 3 = keanekaragaman tinggi

 Indek keseragaman

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
19

Indek keseragaman digunakan untuk meningkatkan kesamaan setiap


genus. Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks keseragaman adalah
(Odum, 1996):

dimana: E = indeks keseragaman


H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
H’maks = nilai keanekaragaman maksimum (ln S)
S = jumlah genus pada contoh

Nilai E berkisar antara 0-1 (Sudiana, 2005):


0 < E ≤ 0,5 = keseragaman merata
0,5 < E ≤ 1 = keseragaman tidak merata

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2018
20

ANALISIS KoNSENTRASI KLoRoFIL-A

Pengantar
Hendriyani dan Setiari (2009) menyatakan bahwa klorofil merupakan zat
hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan hijau yang berfotosintesis.
Minsas et al. (2013) menyatakan bahwa klorofil terdiri dari tiga jenis yaitu
klorofil a, b dan c. Ketiga jenis klorofil ini sangat penting dalam proses
fotosintesis tumbuhan. Kandungan yang paling dominan dimiliki oleh
fitoplankton adalah klorofil-a. O leh karena itu klorofil-a dapat dijadikan sebagai
salah satu indikator kesuburan perairan.
Klorofil-a adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai
peranan penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis di perairan. K lorofil-a
dapat digunakan sebagai indikator banyak atau tidaknya ikan di suatu wilayah dari
gambaran siklus rantai makanan yang terjadi di lautan. Konsentrasi klorofil-a
pada suatu perairan sangat tergantung pada ketersediaan nutrien dan intensitas
cahaya matahari. Bila nutrien dan intensitas matahari cukup tersedia, maka
konsentrasi klorofil-a akan tinggi dan sebaliknya (Effendi et al. 2012).

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain adalah dapat mengetahui teknik
dalam menganalisis konsentasi klorofil-a dalam suatu perairan.

Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan melakukan tahapan dalam menganalisis konsentasi klorofil-a
dalam suatu perairan diperairan.

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2017
21

Alat dan Bahan


Nama Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat
Spectrofotom eter ppm Mengukur kandungan Klorofil-a
Sentrifuge unit Meng homogenkan larutan
Vacuum pump unit Mempercepat menghisap air
Lemari pendingin unit Tempat untuk menyimpan sampel
Kertas saring milipore 0.45 μm μm Menyaring sampel air
Tabung reaksi ml Tempat sampel air
Erlenmeyer ml Tempat larutan
Pipet tetes ml Menambahkan larutan dalam jumlah kecil (cc)

Bahan
Sampel air laut ml Analisis klorofil-a
Aquade s ml Analisis klorofil-a
Larutan Blanko ml Analisis klorofil-a
Larutan Aseton 90% ml Analisis klorofil-a

Cara Kerja
a. Pengambilan Sampel Air Klorofil-a
Sampel klorofil-a diambil langsung mengunakan water sampler pada
permukaan perairan dengan satu kali pengulangan yang selanjutnya dimasukkan
ke dalam botol sampel. Kedalaman yang digunakan untuk mengambil sampel air
adalah 1 meter di bawah permukaan sesuai dengan Hutagalung et al. (1997).
Botol sampel yang digunakan untuk sampel klorofil-a adalah botol gelap, sampel
air yang diambil kemudian di beri label dan disimpan dalam kotak pendingin atau
cool box.
b. Pengukuran Kandungan Klorofil-a
Menurut Hutagalung et al. (1997), metode pengukuran konsentrasi klorofil-
a fitoplankton didasarkan pada penyerapan pada tiga panjang gelombang
(trichomotric) yang masing- masing merupakan penyerapan maksimum untuk
klorofil a, b, dan c dalam pelarut aseton. K lorofil-a diukur menggunakan
spektrofotometer pada tiga panjang gelombang 664, 647, 630 (nm) menggunakan
pelarut aseton.
Metode pengukuran konsentrasi klorofil-a yang dilakukan yaitu:
 Sampel air disaring menggunakan kertas saring milipore 0.45 μm. Penyaringan
dibantu dengan pompa hisap dengan tekanan hisapnya 30 cm Hg. Catat volume
air yang disaring.

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2017
22

 Setelah disaring, filter hasil penyaringan dibungkus dengan alumunium foil di


beri label dan disimpan dalam lemari pendingin freezer.
 Kertas saring yang digunakan untuk menyaring air sampel tadi di masukkan ke
dalam tabung 15 ml untuk selanjutnya kertas saring tadi dilarutkan dalam 10
ml aseton 90%.
 Gerus sampel yang telah dilarutkan tersebut dengan menggunakan alat
penggerus atau spatula untuk melarutkan klorofil agar fitoplankton pecah dan
klorofil lepas dan dapat ditangkap oleh aseton.
 Larutan kemudian diaduk menggunakan centrifuge agar homogen dengan
kecepatan 4000 rpm selama kurang lebih 30 - 60 menit agar kertas saring
mengendap dan terpisah dari larutan klorofil.
 Kandungan klorofil-a diukur nilai absobansinya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang yang diukur (664, 647, dan 630 nm) dikurangi dengan
absorbsi dari panjang gelombang 750 nm. Pengurangan absorbsi pada masing-
masing panjang gelombang tersebut bertujuan untuk mendapatkan nilai
absorbsi yang dilakukan klorofil, karena pada panjang gelombang 750 nm
tidak terdapat penyerapan yang dilakukan oleh klorofil-a (faktor kekeruhan
sampel).
Kandungan klorofil-a dihitung menggunakan rumus Hutagalung et al. (1997):
Klorofil-a = [{(11,85 x E664) – (1,54 x E647) – (0,08 x E630)}𝑥𝑥𝑉𝑉e] / (𝑉𝑉𝑠𝑠𝑥𝑥 d)
(mg/m3)
Keterangan :
E664 = absorbansi 664 nm – absorbansi 750 nm (mg/m3)
E647 = absorbansi 647 nm – absorbansi 750 nm (mg/m3)
E630 = absorbansi 630 nm – absorbansi 750 nm (mg/m3)
Ve = Volume ekstrak aseton (10 ml)
Vs = Volume contoh air yang disaring (500 ml)
d = Tebal larutan yang dilalui panjang gelombang (1 cm)

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2017
23

PRoDUKTIvITAS PRIMER

Pengantar
Menurut Nontji (2008) produktivitas primer adalah laju produksi bahan
organik (dinyatakan dalam C = karbon) melalui proses fotosintesis per satuan
volume atau luas suatu perairan dengan satuan mg C/m3/hariatau g C/m2/tahun.
Purbaet al. (2015) produktivitas primer merupakan pemanfaatan nutrien yang
terdapat di dalam suatu badan air melalui laju pembentukan senyawa-senyawa
organic dari senyawa-senyawa anorganik. Produktivitas primer dipengaruhi oleh
berbagai parameter perairan seperti parameter fisika, kimia dan biologi. Berikut
rumus menghitung produktivitas primer menurut Wetzel dan Likens (2000):

Produktivitas primer (mg C/m3/jam) =


Keterangan:
O 2 BT = Konsentrasi oksigen terlarut dalam botol terang selama inkubasi (mg/l)
O 2 BG = Konsentrasi oksigen terlarut dalam botol gelap selama inkubasi (mg/l)
t = Waktu (lama) inkubasi (jam)
0,375 = Faktor konversi dari oksigen terlarut kekarbon
PQ = Koefisien fotosintesis (1,2)

Tingkat Trofik Perairan Berdasarkan N ilai Produktivitas Primer


Tingkat TrofikPerairan Produktivitas Primer Fitoplankton Yang
Mendominasi
Ultra oligotrofik <50 (mgC/m2/hari) Chrysophyceae,
Cryptophyceae
Oligotrofik 50-300 (mgC/m2/hari)
Oligotrofik- mesotrofik Dinophyceae,
Bacillariophyceae
Mesotrofik 250-1000
(mgC/m2/hari)
Eutrofik >1000 (mgC/m2/hari) Bacillariophyceae,
Cyanophyceae
Hypereutrofik Chlorophyceae,
Euglenophyceae
Sumber: Likens dalam Indrayani (2000)

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2017
24

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain adalah menganalisis tingkat
produktivitas primer dalam suatu perairan

Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum ini agar mahasiswa mengetahui
tingkat dan cara menghitung produktivitas primer dalam suatu perairan.
Alat dan Bahan
No Alatdanbahan Fungsi
1 Botol gelap terang Inkubasi di kolomperairan
2 Stopwatch/ jam Menghitungwaktuinkubasi
3 DO meter Mengukur DO

Cara Kerja
1. Siapkan botol terang dan gelap yang telah diikat tali dan pemberat
2. Catat nilai DO awal air laut
3. Isi botol terang dangelap air laut kemudian diinkubasi di kolom perairan
selama 2 jam
4. Setelah 2 jam ukur nilai DO pada botol gelap dan botol terang
5. Masukkan data DO awal, DO setelah inkubasi botol terang dan DO setelah
inkubasi botol gelap.
6. Hitung nilai produktivitas primer menggunakan rumus diatas.

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2017
25

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association. 2005. Standart Method for the
Examination of Water and Wastewater. 21st ed. Washington D.C: APHA.

Abida IW. 2008. Produktivitas primer fitoplankton dan keterkaitannya dengan


intensitas cahaya dan ketersediaan nutrien di Perairan pantai Selat Madura
Kabupaten Bangkalan [Tesis]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Anggoro TD. 2002. Kesuburan perairan berdasarkan ketersediaan dan distribusi


spasial unsur hara (N, P dan Si) di perairan Teluk Jakarta [skripsi]. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.

Aryawati, R, H.Surbakti, dan T.Z.Ulqodry. 2005. Hubungan Kondisi Oseanografi


dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Banyuasin. Pemanfaatan dan
Pengelolaan Perairan Umum secara Terpadu bagi Generasi Sekarang dan
Mendatang. 27-29 Juli. Palembang: BRPPU.

Burhanuddin. 2014. Analisis Parameter Biologi (K lorofil-a dan Fitoplankton)


Perairan Kawasan Esturia Sungai Kurilompo bagi Peruntukan Budidaya
Perikanan di Kabupaten Maros. Octopus Jurnal Ilmu Perikanan, Vol. 3,
No. 2.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kansius.

Effendi R, Palloan dan Ihsan N. 2012. Analisis Konsentrasi K lorofil-a di Perairan


Sekitar Kota Makasar menggunakan Data Satelit Topex/Poseidon. Jurnal
Sains dan Pendidikan Fisika, Vol. 8, No. 3: 279 – 285.

Hendriyani IS dan Setiari N. 2009. Kandungan K lorofil dan Pertumbuhan Kacang


Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda. J.
Sains & Mat, Vol. 17, No. 3: 145-150.

Hutagalung HP, Setiapermana D dan Riyono SH. 1997. Metode Analisa Air Laut,
Sedimen dan Biota Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.

Isnaini, Surbakti, H. dan Aryawati, R. 2014a. Komposisi dan Kelimpahan


Fitoplankton di Perairan Sekitar Pulau Maspari, Ogan Komering Ilir.
Maspari Journal 6 (1):39-45.

Isnaini, Surbakti, H. dan Aryawati, R. 2014b. Composition and Community


Structure of Zooplankton in Bangka Strait Waters. Proceeding International
Conference on Inland Fisheries. 2-4 September 2014. Palembang: BRPPU.

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2017
26

Minsas S, Zakaria IJ, Nurdin J. 2013. Komposisi dan Kandungan K lorofil-a


Fitoplankton Pada Musim Timur Dan Barat di Estuari Sungai Peniti,
Kalimantan Barat. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013.
Lampung : FMIPA Universitas Lampung. Hlm 382.

Nontji, A. 2008. Plankton laut. LIPI. Jakarta : Press.

Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi edisi ke-3. Alih Bahasa. Yogyakarta :
University Gajah Mada.

P2O LIPI. 2016. Laporan Penelitian Ekspedisi IOCAS-LIPI. Jakarta : LIPI.

Pong-Masak PR dan Sarira NH. 2015. Teknologi Budidaya Rumput Laut dengan
Metode Vertikultur. Boalemo: Loka Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Rumput Laut. 28 hal.

Sagala EP. 2011. Potensi Komunitas Plankton dalam Mendukung Kehidupan


Komunitas Nekton di Perairan Rawa Gambut, Lebak Jungkal di Kecamatan
Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Propinsi Sumatera
Selatan. Jurnal Penelitian Sains (JPS). 53-58.

Samsidar, Ma’ruf K. dan Salwiyah 2013. Struktur Komunitas dan Distribusi


Fitoplankton di Rawa Aopa Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan.
Jurnal Mina Laut. Vol. 2 Hal 109-119.

Sanusi HS. 2004. Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan
Ratu pada Musim Barat dan Timur. Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia
Vol. XI (2) : 93-100.

Sudiana, N. 2005. Identifikasi Keragaman Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton di


Muara Sungai Wonokromo dan Sungai Porong Surabaya Jawa Timur.
Alami. Vol. 10 (No. 3) Hal 12-17

Modul Oseanografi Biologi


Tim Penyusun 2017

Anda mungkin juga menyukai