BIOLOGI
2018
OLEH:
TIM PENYUSUN
DI LAPANGAN
Pengantar
Menurut Effendi (2003) kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk
hidup, zat, energi dan komponen lain di ada dalam air. Kualitas air dinyatakan
dalam beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, arus, oksigen terlarut, dan
sebagainya). Parameter kimia (pH, oksigen terlarut, kadar nutrien dan
sebagainya). Parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya).
Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan mengukur parameter fisika, kimia
dan biologi. Pengukuran kualitas air yamg langsung dilakukan di lapangan
meliputi pengukuran suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, kecerahan dan arus.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini agar praktikan dapat mempelajari dan mengetahui
cara pengukuran kualitas perairan di lapngan secara langsung.
Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah:
1. Praktikan dapat mengetahui teknik dalam pengukuran kualitas perairan
Siapkan
Ambil
Celupkan
Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
Kecerahan
Kecerahan diukur menggunakan keping secchi disc yang dimasukkan ke
dalam badan perairan, pada kedalaman berapa secchi disk terlihat samar-samar
waktu diturunkan, kemudian diturunkan hingga mencapai dasar perairan dan
diukur panjang tali yang masuk, selanjutnya diangkat dan pada kedalaman berapa
secchi disk mulai terlihat kembali. Persentase kecerahan perairan didapatkan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
dimana:
N = kecerahan (%)
d1 = kedalaman saat secchi disk tidak terlihat (m)
d2 = kedalaman saat secchi disk mulai tampak (m)
z = kedalaman perairan (m) 20
= kedalaman perairan (m) 20
Cara Kerja:
Secchidisk
Siapkan
Masukkan
Catat
Masukkan
Siapkan
Ambil
Celupkan
Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
Salinitas
Salinitas perairan diukur menggunakan hand refraktometer, dengan cara
meneteskan air laut menggunakan pipet tetes pada kaca hand refraktometer,
Ambil
Letakkan
Arahkan
Oksigen Terlarut
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan menggunakan DO meter, dengan
cara memasukkan sensor DO meter ke dalam perairan bagian permukaan sampai
pembacaan pada alat konstan, angka yang tertera dicatat.
Cara kerja :
Siapkan
Ambil
Celupkan
Arus
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan current meter. Pada kondisi
pengukuran arus di sungai dan muara, penggunaan current meter dilakukan
dengan cara digantung pada kabel/tali. Prosedur penggunaan current meter antara
lain sebagai berikut:
Instrumen disiapkan yaitu kabel CDU (Control Display Unit), kabel
penghubung antara instrumen dengan CDU (3 m) dan kabel current meter yang
panjangnya 50 m. Kabel dari CDU dihubungkan ke instrumen, dengan
memperhatikan abjadnya. Abjad harus disesuaikan dengan mencocokkannya pada
instrument dan diputar sampai berbunyi klik;
Bentuk tembaga pada kabel ke instrument disamakan, lalu dimasukkan ke switch
plug. Jaga agar tembaga jangan sampai terkena air, karena apabila
terkena air akan terjadi konsleting. Setelah dimasukkan, CDU dihidupkan lalu
press any key;
Set fishtime dipilih dan dicocokkan waktu dengan jam kita untuk mengekstrak
data. Klik setup. Klik set time periode. Sistem waktu record tiap berapa
menit/detik dipilih. Dalam hal ini waktu yang dipilih adalah 10 detik;
Waktu fish dengan klik set fishtime disinkkronisasi. Setelah selesai, exit lalu
run.
Waktu fish dengan klik set fishtime disinkkronisasi. Setelah selesai, exit lalu
run (Raharja, 2012). Pada saat penurunan current meter harus dilakukan dengan
kecepatan tertentu, current meter diturunkan secara perlahan pada tiap tingkat
kedalaman agar dapat terekam data pada tiap kedalaman. Data yang diperoleh dari
current meter adalah data arah dan kecepatan arus.
Pengantar
Nutrien atau unsur hara adalah zat- zat yang terdapat dalam jumlah kecil,
tetapi sangat diperlukan oleh organisme hidup untuk proses pertumbuhan dan
kelangsungan hidupnya. Nutrien merupakan faktor penting dalam proses
pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton di perairan. Secara umum nutrient
dibutuhkan oleh fitoplankton dalam jumlah yang banyak, tetapi ada juga yang
dibutuhakan dalam jumlah sedikit (Sanusi, 2004).
Abida (2008) menyatakan adanya beban masukan yang berupa bahan
organik ke perairan dengan berbagai unsur haranya akan diregenerasi menjadi
bahan anorganik seperti nutrien oleh berbagai aktifitas bakteri melalui proses
nitrifikasi dan denitrifikasi di kolom air. Nutrien yang berada di perairan tersebut
akan dimanfaatkan oleh organisme air terutama fitoplankton untuk kelangsungan
hidupnya. Menurut Anggoro (2002), banyak penelitian yang sudah membuktikan
bahwa diantara nutrien tersebut, nitrat dan fosfat merupakan nutrien anorganik
utama yang diperlukan oleh fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami, dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae yang sifatnya mudah larut
dan stabil. Menurut Pong-Masak dan Sarira (2015), fosfat berfungsi dalam
pembentukan protein dan metabolisme bagi suatu organisme, oleh karena itu
fosfat merupakan unsur penting untuk menunjang kehidupan organisme di
perairan karena berperan dalam pertumbuhan organisme dan merupakan salah
satu faktor penentu kesuburan perairan.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain adalah dapat mengetahui teknik
dalam menganalisis kandungan nutrien dalam suatu perairan.
Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan melakukan tahapan dalam menganalisis kandungan nutrien yang
ada dalam suatu perairan.
Bahan
Sampel air laut ml Analisis nitrat, fosfat
Aquade s ml Analisis nitrat, fosfat
Larutan Blanko ml Analisis nitrat, fosfat
Larutan H 2 SO 4 ml Analisis nitrat, fosfat
Sampel air laut ml Analisis nitrat, fosfat
Aquade s ml Analisis nitrat, fosfat
Larutan Blanko ml Analisis nitrat, fosfat
Larutan H2SO4 ml Analisis nitrat, fosfat
Larutan Standart Nitrat ml Analisis nitrat
Larutan Brucin ml Analisis nitrat
Larutan Natrium Arsenit ml Analisis nitrat
Larutan Standart Fosfat ml Analisis fosfat
Asam Ascorbic ml Analisis fosfat
Larutan Potasium antymonil ml Analisis fosfat
Larutan Ammonium Molybdate ml Analisis fosfat
Phenophtalein ml Analisis fosfat
Larutan Baku Fosfat ml Analisis fosfat
Cara Kerja
a. Pengambilan Sampel Nutrien
Sampel nutrien diambil langsung mengunakan water sampler pada
permukaan perairan dengan satu kali pengulangan yang selanjutnya dimasukkan
ke dalam botol sampel. Kedalaman yang digunakan untuk mengambil sampel air
adalah 1 meter di bawah permukaan sesuai dengan Hutagalung et al. (1997).
Botol sampel yang digunakan untuk sampel nutrien botol polyetilen biasa. Sampel
air yang diambil kemudian di beri label dan disimpan dalam kotak pendingin atau
cool box.
Prosedur Kerja
1. Sampel air disaring dengan menggunakan kertas saring whattman ukuran
0,45 μm.
2. Diambil 5 ml air sampel yang telah disaring ke dalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan 0,5 ml larutan brusin, tambahkan 0,05 ml larutan natrium
arsenit dan 5 ml larutan Asam sulfat kemudian di aduk.
4. Masing- masing larutan standart diambil 5 ml, kemudian dilakukan
prosedur 3.
5. Diamkan hingga dingin dan ukur absorbansi larutan blanko, sampel, dan
masing- masing larutan standart pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 410 nm (3 kali pengulangan) dan catat hasilnya.
6. Membuat kurva kalibrasi dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar,
dibuat dengan sumbu x adalah konsentrasi nitrat (ppm) dan sumbu y adalah
nilai absorbansinya. Didapatkan persamaan regresi y = ax + b dari kurva
kalibrasi.
Prosedur Kerja
1. Sampel air disaring menggunakan kertas saring whattman ukuran
0,45 μm.
2. Diambil 5 ml air sampel yang telah disaring ke dalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan 1 tetes indikator phenolphthalein. Jika terbentuk warna merah,
ditambahkan larutan H2 SO4 5N beberapa tetes hanya untuk menghilangkan
warna tersebut.
4. Ditambahkan 0,8 ml larutan campuran dan di aduk.
5. Masing- masing larutan standart diambil 5 ml, kemudian dilakukan prosedur
ke 3 dan 4 pada larutan blanko dan masing- masing larutan standar.
6. Setelah ± 10 menit larutan sampel, masing- masing larutan standar dan
larutan blanko diukur menggunakan spektofotometer dengan panjang
gelombang 880 nm (3 kali pengulangan), kemudian catat hasilnya.
7. Membuat kurva kalibrasi dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar,
dibuat dengan sumbu x adalah konsentrasi fosfat (ppm) dan sumbu y adalah
nilai absorbansinya. Didapatkan persamaan regresi y = ax + b dari kurva
kalibrasi.
Untuk membuat kurva kalibrasi pada larutan standart digunakan persamaan
regresi Y = ax + b dimana :
x = Konsentrasi nitrat atau fosfat (ppm)
y = Nilai absorbansinya
Konsentrasi nutrien (nitrat dan fosfat) pada air sampel dihitung dengan
persamaan Labert-Beer :
A= . b.C
Keterangan :
A = Nilai absorbansi
= Nilai a dari persamaan regresi
b = Tebal kuvet (=1)
C = Konsentrasi nutrien pada air sampel.
PLANKToN
Pengantar
Plankton adalah organisme akuatik baik dalam habitat mengalir maupun
dalam habitat air diam; baik dalam lingkungan air tawar atau air pedalaman
(inland water) maupun di lingkungan air asin atau laut.
Fitoplankton merupakan tumbuhan tingkat rendah yang bersifat
planktonik, hidup melayang dalam kolom perairan. Walaupun renik tubuhnya,
namun mereka mampu melakukan aktifitas fotosintesis seperti halnya tumbuhan
tingkat tinggi. Kecepatan pertumbuhannya yang tinggi, mereka sangat potensial
dalam penyerapan CO 2 udara. Disamping itu, fitoplankton mampu melepaskan O 2
yang sangat berguna bagi proses pernapasan (respirasi) bagi organisme lain. Di
dalam ekosistem perairan, fitoplankton sangat berperan sangat penting sebagai
produser primer yang menduduki tingkat tropik paling dasar dalam rantai
makanan (Burhanudin, 2014).
Gambar 1.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini agar praktikan dapat mempelajari, mengamati, dan
mengindentifikasi zooplankton dan fitoplankton dari tingkatan kelas sampai
tingkatan family dan genus Sertta untuk mengetahui struktur komunitas plankton.
Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah:
2. Praktikan dapat mengetahui bentuk-bentuk dari zooplankton & Fitoplankton
dan mengelompokkan zooplankton berdasarkan ciri-cirinya.
3. Praktikan dapat memahami persamaan dan dapat menghitung kelimpahan dan
struktur komunitas dari plankton.
Cara Kerja
a. Prosedur Pengambilan Sampel Fitoplankton di Permukaan
1. Disiapkan ember dan plankton-net
2. Diambil air sebanyak 50 liter dan disaring menggunakan plankton- net.
3. Air yang tertampung dimasukkan ke dalam botol sampel sebanyak 100 ml.
c. Analisis Data
Pengolahan data plankton dilakukan untuk mengetahui kelimpahan pada
suatu ekosistem perairan serta struktur komunitasnya. Pada praktikum ini
persamaan yang akan digunakan adalah :
Kelimpahan
Kelimpahan jenis fitoplankton dihitung berdasarkan persamaan menurut
APHA (1989),
dengan :
N = Jumlah individu per liter
Oi = Luas gelas penutup preparat (1000 mm2)
Op = Luas satu lapangan pandang (3,14 mm2)
Vr = Volume air tersaring (30 ml)
Vo = Volume air yang diamati (1 ml)
Vs = Volume air yang disaring (100 L)
Modul Oseanografi Biologi
Tim Penyusun 2018
18
Indeks dominansi
Indek dominansi digunakan untuk mengetahui jenis fitoplankton yang
mendominasi, untuk menghitungnya digunakan persamaan Odum (1996) sebagai
berikut:
Keterangan :
C : Indeks dominansi
ni : Jumlah individu genus ke- i
N : Jumlah total individu
Indeks keanekaragaman
Indeks keanekaragaman jenis fitoplankton dapat diketahui dari indeks
keanekaragamannya. Persamaan yang digunakan untuk menentukan indeks
keanekaragaman jenis fitoplankton adalah sebagai berikut (Odum, 1996):
Indek keseragaman
Pengantar
Hendriyani dan Setiari (2009) menyatakan bahwa klorofil merupakan zat
hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan hijau yang berfotosintesis.
Minsas et al. (2013) menyatakan bahwa klorofil terdiri dari tiga jenis yaitu
klorofil a, b dan c. Ketiga jenis klorofil ini sangat penting dalam proses
fotosintesis tumbuhan. Kandungan yang paling dominan dimiliki oleh
fitoplankton adalah klorofil-a. O leh karena itu klorofil-a dapat dijadikan sebagai
salah satu indikator kesuburan perairan.
Klorofil-a adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai
peranan penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis di perairan. K lorofil-a
dapat digunakan sebagai indikator banyak atau tidaknya ikan di suatu wilayah dari
gambaran siklus rantai makanan yang terjadi di lautan. Konsentrasi klorofil-a
pada suatu perairan sangat tergantung pada ketersediaan nutrien dan intensitas
cahaya matahari. Bila nutrien dan intensitas matahari cukup tersedia, maka
konsentrasi klorofil-a akan tinggi dan sebaliknya (Effendi et al. 2012).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain adalah dapat mengetahui teknik
dalam menganalisis konsentasi klorofil-a dalam suatu perairan.
Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan melakukan tahapan dalam menganalisis konsentasi klorofil-a
dalam suatu perairan diperairan.
Bahan
Sampel air laut ml Analisis klorofil-a
Aquade s ml Analisis klorofil-a
Larutan Blanko ml Analisis klorofil-a
Larutan Aseton 90% ml Analisis klorofil-a
Cara Kerja
a. Pengambilan Sampel Air Klorofil-a
Sampel klorofil-a diambil langsung mengunakan water sampler pada
permukaan perairan dengan satu kali pengulangan yang selanjutnya dimasukkan
ke dalam botol sampel. Kedalaman yang digunakan untuk mengambil sampel air
adalah 1 meter di bawah permukaan sesuai dengan Hutagalung et al. (1997).
Botol sampel yang digunakan untuk sampel klorofil-a adalah botol gelap, sampel
air yang diambil kemudian di beri label dan disimpan dalam kotak pendingin atau
cool box.
b. Pengukuran Kandungan Klorofil-a
Menurut Hutagalung et al. (1997), metode pengukuran konsentrasi klorofil-
a fitoplankton didasarkan pada penyerapan pada tiga panjang gelombang
(trichomotric) yang masing- masing merupakan penyerapan maksimum untuk
klorofil a, b, dan c dalam pelarut aseton. K lorofil-a diukur menggunakan
spektrofotometer pada tiga panjang gelombang 664, 647, 630 (nm) menggunakan
pelarut aseton.
Metode pengukuran konsentrasi klorofil-a yang dilakukan yaitu:
Sampel air disaring menggunakan kertas saring milipore 0.45 μm. Penyaringan
dibantu dengan pompa hisap dengan tekanan hisapnya 30 cm Hg. Catat volume
air yang disaring.
PRoDUKTIvITAS PRIMER
Pengantar
Menurut Nontji (2008) produktivitas primer adalah laju produksi bahan
organik (dinyatakan dalam C = karbon) melalui proses fotosintesis per satuan
volume atau luas suatu perairan dengan satuan mg C/m3/hariatau g C/m2/tahun.
Purbaet al. (2015) produktivitas primer merupakan pemanfaatan nutrien yang
terdapat di dalam suatu badan air melalui laju pembentukan senyawa-senyawa
organic dari senyawa-senyawa anorganik. Produktivitas primer dipengaruhi oleh
berbagai parameter perairan seperti parameter fisika, kimia dan biologi. Berikut
rumus menghitung produktivitas primer menurut Wetzel dan Likens (2000):
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain adalah menganalisis tingkat
produktivitas primer dalam suatu perairan
Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum ini agar mahasiswa mengetahui
tingkat dan cara menghitung produktivitas primer dalam suatu perairan.
Alat dan Bahan
No Alatdanbahan Fungsi
1 Botol gelap terang Inkubasi di kolomperairan
2 Stopwatch/ jam Menghitungwaktuinkubasi
3 DO meter Mengukur DO
Cara Kerja
1. Siapkan botol terang dan gelap yang telah diikat tali dan pemberat
2. Catat nilai DO awal air laut
3. Isi botol terang dangelap air laut kemudian diinkubasi di kolom perairan
selama 2 jam
4. Setelah 2 jam ukur nilai DO pada botol gelap dan botol terang
5. Masukkan data DO awal, DO setelah inkubasi botol terang dan DO setelah
inkubasi botol gelap.
6. Hitung nilai produktivitas primer menggunakan rumus diatas.
DAFTAR PUSTAKA
[APHA] American Public Health Association. 2005. Standart Method for the
Examination of Water and Wastewater. 21st ed. Washington D.C: APHA.
Hutagalung HP, Setiapermana D dan Riyono SH. 1997. Metode Analisa Air Laut,
Sedimen dan Biota Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi edisi ke-3. Alih Bahasa. Yogyakarta :
University Gajah Mada.
Pong-Masak PR dan Sarira NH. 2015. Teknologi Budidaya Rumput Laut dengan
Metode Vertikultur. Boalemo: Loka Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Rumput Laut. 28 hal.
Sanusi HS. 2004. Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan
Ratu pada Musim Barat dan Timur. Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia
Vol. XI (2) : 93-100.