Anda di halaman 1dari 19

NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL YANG DIBERIKAN KELUARGA


TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN GANGGUAN JIWA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana


Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh
RISKA ASTRIA
20140320013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL YANG DIBERIKAN KELUARGA
TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN GANNGUAN JIWA

Riska Astria1, Kellyana Irawati2


1,2
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl.
Brawijaya Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55184
Email: keyfachocolate@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang: Dukungan sosial yang diberikan keluarga sangat diperlukanoleh


penderita gangguan jiwa dalam meotivasi mereka selama perawatan dan
pengobatan. Hal yang dapat memicu kekambuhan dan memperpanjang proses
pengobatan gangguan jiwa yaitu penderita tidak patuh minum obat secara teratur.
TujuanPenelitian:Untukmengetahuigambaranyangdiberikankeluargaterhadap
kepatuhan minum obat pasien gangguanjiwa.
Metode Penelitian: Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian
ini yaitu semua klien yang melakukan kontrol yang ditemani oleh keluarganya di
Unit Rawat Jalan RS.Grhasia Yogyakarta yaitu sejumlah 441 gangguanjiwa.
Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik purposive
sampling diperoleh subjek penelitian ini adalah 110 responden. Instrumen
penelitianmenggunakankuesionerdukungansosialkeluargadankepatuhanminum
obat pasien gangguan jiwa. Analisa data menggunakan ujifrequencies.
Hasilpenelitian:Dukungansosialkeluargaterhadapkepatuhanminumobatpasien
gangguan jiwa didominasi dengan usia dewasa (55,5%), jenis kelamin perempuan
(52,7%), responden yang bekerja (70,0%), pengahasilan masuk dalam kategori
sedang(59,1%),pendidikanrata-rataSMA(48,2%),dukunganemosional(87,3%),
dukungan informasi (97,3%), dukungan penilaian (86,4%), dukungan
instrumental (89,1%) dan kepatuhan minum obat rata0rata semua pasien termasuk
dalam kategori patuh yaitu sebanyak(95,5%).
Kesimpulan: Dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap pasien rata-rata
masukdalamkategoribaik.Diharapkankeluargauntukselaluberperanaktifdalam
membantu dan merawat pasien dengan membimbing dalam semua kegiatan yang
dilakukan pasien selama dirumah karena dukungan dan peran keluarga sangat
berpengaruh terhadap kesembuhanpasien.
Kata kunci: Dukungan sosial keluarga, kepatuhan minum obat
Abstrak

Background : The social support provided is indispensable to those responsible for care and
treatment. Things that can trigger recurrence and prolong the process of treatment of mental
disorders that patients do not adhere to taking medication regularly.
Research Purposes : To know the description given for taking the medicine for mental patients.
Research Metode : Design The research used in this research is descriptive quantitative withcross
sectional approach. The population in this study are all clients who do the control accompanied
by his family in Outpatient Unit RS.Grhasia Yogyakarta that is a number of 441 clients mental
disorders.Sampling technique in this research use purposive sampling. obtained the subject of this
study is 110 respondents. The study instrument used a family's social support questionnaire and
medication adherence for patients with mental disorders. Data analysis using the test frequencies
ResearchResult:Thefamily'ssocialsupportforadherencetothemedicationofpatientswithmental
disorders is dominated by adulthood (55.5%), female (52.7%), respondents working (70.0%),
income was in the medium category (59.1%), average education Senior high school (48.2%),
emotionalsupport(87.3%),informationsupport(97.3%),assessmentsupport(86.4%),instrumental
support(89.1%)andmedicationadherence,allpatientsincludedintheobedientcategory(95,5%).
Conclusion: The social support the family gives to the average patient falls into either category. It
is expected that the family to always play an active role in the healing of mental patients and as
much as possible to care for patients by guiding in all activities undertaken by patients during the
home because of the support and family role will not be separated from the influence of healing
patients duringhome.

Keywords: Family social support, medication adherence


PENDAHULUAN
nasehat,pengarahan,saranatauumpan
Gangguan jiwa adalah salah satu
balik tentang apa yang dilakukan
dari empat masalah kesehatan utama
seseorang. Selain itu keluarga sebagai
di negara maju maupun berkembang.
penyedia informasi untuk melakukan
Menurut World Health Organisation
konsultasi ke rumah sakit dan minum
(WHO) tahun 2013 ada sekitar 450
obat secara teratur (Butar Butar,
juta orang di dunia yang mengalami
2012). Ada beberapa hal yang bisa
gangguan jiwa.
memperpanjang pengobatan pada
Tingginya prevalensi gangguan
pasien gangguan jiwa salah satunya
jiwa disebabkan salah satunya karena
yaitu pasien tidak patuh minum obat
adanya fungsi afektif dalam keluarga
(Purwanto, 2011). Keluarga harus
yang tidak berjalan sebagaimana
mengetahui lima prinsip benar dalam
mestinya. Jika fungsi afektif dalam
minum obat yaitu pasien yang benar,
keluarga tidak berjalan dengan baik
obat yang benar, dosis yang benar,
maka akan menyebabkan gangguan
cara pemberian yang benar, danwaktu
mental yang berakibat pada kejiwaan
pemberian obat yang benar (Butar
(Nasir & Muhith, 2011). Dukungan
Butar, 2012).
sosial keluarga merupakan bantuan
Hal ini sangat penting terutama
yang diberikan keluarga terhadap
pada penyakit-penyakit menahun
individu seperti memberikan
salah satunya adalah penyakit
dukungan dalam bentuk
gangguan jiwa. Adanya keterlibatan
informasional, instrumental, penilaian
keluarga sebagai pengawas minum
dan emosional (Friedman,2010).
obat pada klien dalam pengobatan
Keluarga sebagai orang yang
sangat diperlukan untuk pasien
dekat dengan pasien mempunyai
gangguan jiwa. Seseorang dikatakan
peranan penting dalam kesembuhan
patuh menjalani pengobatan apabila
pasien, salah satunya yaitu dukungan
minum obat sesuai aturan pakai dan
informasi dimana jenis dukungan ini
ketepatan waktu minum obat sampai
meliputi komunikasi dan tanggung
selesai masa pengobatannya. Hal ini
jawab bersama termasuk memberikan
sesuai dengan teori (Arisandi &
solusi atas masalah, memberikan
Ismalinda dalam Karmila,2015)
bahwa kepatuhan meliputi tingkat
(Macfoedz, 2014). Populasi dalam
ketepatan prilaku seseorang individu
penelitian ini yaitu semua klien yang
dengan nasehat medis, penggunaan
melakukan kontrol yang ditemanioleh
obat sesuai petunjuk serta
keluarganya di Unit Rawat Jalan
mencangkup penggunaan pada waktu
RS.Grhasia Yogyakarta yaitu
yang benar. Sekitar 25% pasien yang
sejumlah 441 klien gangguan jiwa
mengalami psikosis, skizofrenia,
pada bulan januari -maret.
maupun gangguan mental berat gagal
b. Sampel
dalam mematuhi pengobatan.
Tehnik pengambilan sampel pada
Beberapa faktor yang mempengaruhi
penelitian ini menggunakan tehnik
kepatuhan minum obat pada pasien
purposive sampling, yaitu tehnik
gangguan jiwa seperti kepercayaan
penentuan sampel dengan cara
terhadap obat, dukungan kepada
memilih sampel diantara populasi
pasien, efek samping obat dan sikap
sesuai yang di kehendaki peneliti
pasien (Fakhruddin,2012).
(Nursalam,2016).
METODEPENELITIAN
Penentuan besar sampel dalam
1. Desain Penelitian
penelitian ini menggunakan rumus
Desain Penelitian yangdigunakan
arikunto sebagai berikut :
dalam penelitian ini adalah deskriptif
𝑛 = 25% × 𝑁
kuantitatif. Penelitian deskriptif
Keterangan : n = Besar sampel, N =
adalah penelitian untuk memberikan
Besar Populasi
suatu gambaran atau deskripsi tentang
3. InstrumenPenelitian
keadaan secara objektif (Notoadmojo,
Bagian pertama berisi tentang
2010). Pendekatan penelitian yang
data demografi responden yang
digunakan yaitu pendekatan cross
meliputi: Nama responden (inisial),
sectional
umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
2. Populasi &Sampel
pendidikan dan hubungan
a. Populasi
kekeluargaan dengan pasien
Populasi merupakan subjek (misalnya
manusia ) yang memenuhi sifat atau Bagian kedua berisi pernyataan yang

ciri yang telah ditetapkan oleh mengambarkan dukungan sosial

peneliti keluarga pada pasien gangguan jiwa


diadopsi dari Maria, 2015 yaitu berisi
HASIL PENELITIAN
pernyataan berupa empat instrumen
1. Karakteristik responden
dengan total 26 pernyataan, yakni
instrumen A 7 pernyataan terkait Tabel 4.1: DistribusiFrekuensi
Karakteristik DataDemografi
dukungan emosional. Instrumen B No Karakteristi Frekuensi presentase
berisi 8 pernyataan terkait dukungan kresponden
1. Usia
informasi. Instrumen C berisi 5 17-25 tahun 12 10,9
(Remaja
pernyatan terkait dukungan penilaian. akhir)
Instrumen D berisi 6 pernyataan 26-35 tahun 36 30,9
(dewasa
terkait dukungan instrumental. awal)
36-45 tahun 46 41,8
Masing-masing instrumen berisi
(dewasa
pernyataan-pernyataan akhir)
46-55 17 15,5

denganjawaban Ya atau Tidak, yang tahun(lansia 1 9


awal) 56-65
akan diberi tanda cross check oleh
tahun
responden. (lansiaakhir)
2 Jenis kelamin
4. AnalisaData Laki-laki 52 47,3
Perempuan 58 52,7
Analisa data dalam penelitian ini
menggunakan analisis univariat yang 3 Pekerjaan
Bekerja 77 70,0
bertujuan untuk menggambarkan Tidakbekerja 33 30,0
berbagai data yang berasal dari satu 4 Penghasilan
sampel dan dalam analisa ini diolah Tinggi 43 39,1
(>1.500.000)
pervariabel atau mendiskripsikan Sedang 65 59,1
(450.000-
variabel satu persatu. Variabel itu 1.500.000)
antaralain:Dukungansosialkeluarga, Rendah 2 1,8
(<450.000)
kepatuhan minum obat, usia, jenis 5 Pendidikan
SD 11 10,0
kelamin, pekerjaan, penghasilan, SMP 18 16,4
hubungan dengan keluarga, dan SMA 53 48,2
Diploma 7 6,4
pendidikan. Analisa ini akan Sarjana 20 18,2
Megister 1 9
menghasilkan distribusi frekuensi dan
proporsivariabel.
6 Hubungan
dengan
keluarga 18 16,44
Ibu 8 7,3
Anak 4 3,6
Dukungan Sosial Terhadap Pasien
Suami Gangguan 7Jiwa 6,4 2.
Istri 29 26,4
Kakak
Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Dukungan 23Sosial. 20,9
Adik
Sumber : Data primer, 2018 No Variabel Kategori
Total 110 100
Tabel diatas menunjukan Baik Cukup kurang

karakteristik data demografi 1 Dukungan 96 14 -


emosional (87,3 (12,7 (0%)
responden yang pertamaberdasarkan %) %)
2 Dukungan 107 3 -
usia. Usia dalam penelitian ini dibagi
informasi (97,3 (2,7% (0%)
menjadi tiga kelompok yaitu usia 17- %) )
3 Dukungan 95 6 9
25, 26-45, dan lebih dari 45 tahun. penilaian (86,4 (5,5% (8,2%)
Berdasarkan usia mayoritas pada %) )
4 Dukungan 98 11 1
penelitian ini yaitu berumur 26-45 instrument (89,1 (10,0 (9%)
tal %) %)
tahun atau dewasa sebanyak 61orang
(55,5%). Berdasarkan jenis kelamin Sumber : Data Primer, 2018
pada penelitian ini yaitu mayoritasnya
Tabel diatas menunjukan
adalah perempuan 58 orang (52,7%).
bahwa dukungan sosial keluarga
Pekerjaan dalam penelitian ini
terhadap dukungan emosional
mayoritasnya adalah bekerja yaitu 77
sebagian besar masuk dalam kategori
orang (70,0%). Pendidikan responden
baik dengan jumlah 96 orang(87,3%),
dalam penelitian ini mayoritasnya
kategori cukup dengan jumlah14
adalah SMA sebanyak 53 orang
0rang (12,7%) dan kategori kurang
(48,2%) dan karakteristik responden
berjumlah 0(0%). Kemudian
selanjutnya adalah berdasarkan
dukungan informasi dengan kategori
penghasilan rata-rata penghasilan
baik berjumlah 107 orang (97,3%),
dalam penelitian ini sedang sebanyak
cukup 3 orang (2,7%) dan kurang
65 orang (59,1).
berjumlah 0 (0%). kemudian
dukungan penilaian sebagian besar
masuk dalam kategori baikberjumlah
95 orang (86,4%), cukup 6 orang
usiamakapengetahuanyangdiperoleh
(5,5%) dan kurang 9 orang (8,2%),
juga semakin baik sehingga proses
selanjutnya dukungan instrumental
pengobatan pasien akan lebihberhasil.
sebagian besar masuk dalam kategori
Hasil penelitian ini didukung oleh
baik berjumlah 98 orang (89,1%),
teori Nursalam (2008) mengatakan
cukup 11 orang (10,0%) dan kurang 1
bahwa usia pada rentang dewasa akhir
orang (9%).
mempunyai kematangan dalam hidup,
3. Kepatuhan Minum obat
mampu mengambil keputusan dan
Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi mampu memberikan dukungan pada
Kepatuhan
anggota keluarga yang sakit.
No. Variabel Kategori Penelitian ini diperkuat oleh Kozier

Patuh Tidak (2011) yang mengatakan bahwa usia


patuh dewasa akhir adalah usia dimana
1 Kepatuhan 105 5
Minum (95,5%) (4,5%) seseorang mencapai kemandirian
obat
dalam hidup, mencapai karir yang
Sumber : Data primer, 2018
memuaskan dan mencapai tanggung
Tabel diatas menunjukan bahwa
jawab yangpenuh.
kepatuhan minum obat pasien
b. JenisKelamin
ganggung jiwa rata-rata masuk dalam
Hasil penelitian didapatkan bahwa
kategori patuh yaitu sebanyak 105
jenis kelamin yang paling dominan
orang (95,5%) dan tidak patuh
adalah perempuan sebanyak 58 orang.
sebanyak 5 orang (4,5%).
Hasil penelitian ini didukung oleh
PEMBAHASAN
penelitian Nuraenah (2012)
1. KarakteristikResponden
menunjukan bahwa seorang
a. Usia
perempuan lebih aktif dalam
Hasil penelitian ini menunjukan
memberikan perawatan untuk anggota
bahwa karakteristik responden
keluarganya yang sedang sakit dan
berdasarkan usia diperolehdengan
lebih mengkhawatirkan kesehatan
rentang usia dewasa akhir (36-45
anggota keluarganya. Penelitian ini
tahun). Usia keluarga sangat
diperkuat oleh Stuart (2013) yang
berpengaruh terhadap kesembuhan
mengatakan bahwa seorang
pasien karena semakin bertambahnya
perempuan lebih banyak di rumah,
d. Penghasilan
sedangkan seorang laki-laki tugasnya
Hasil penelitian ini menunjukan
mencari nafkah (keluar rumah).
pengahasilan responden perbulanrata-
Penelitian ini bertolak belakang oleh
rata masuk dalam kategori sedang
teori Hendy (2007) yang
yaitu 450.000-1.500.000. Penghasilan
mengemukakan bahwa dilingkungan
seseorang bisa mempengaruhi pada
keluarga perempuan atau biasanya ibu
sistem kesehatan yang diberikan
kurang berperan secara optimal
kepada anggota keluarganya karena
sehingga ibu cendrung menjadi bad
semakin tinggi jumlah pengahsilan
enough mother. Selain itu kedudukan
maka akan semakin baik kualitas dari
perempuan lebih lemah dan hanyadan
suatu pelayanan kesehatan. Hal ini
hanya menurut kepada laki-laki
didukung oleh penelitian Safitri
sedangkan laki-laki atau ayah
(2010) bahwa status ekonomi sangat
memiliki kedudukan yang paling kuat
berpengaruh terhadap kualitas hidup
dan berperan aktif sehingga ayah
pasien. Penelitian ini juga diperkuat
menjadi figur sentral dan memegang
oleh penelitian Erlina (2010)
keputusankeluarga.
menyebutkan himpitan ekonomi akan
c. Pekerjaan
memicu seseorang rentan terjadi
Hasil penelitian didapatkan bahwa
berbagai peristiwa yang dapat
rata-rata responden dalam penelitian
menyebabkan gangguan jiwa.
ini adalah bekerja. Seseorang yang
Penelitian ini diperkuat oleh
bekerja memiliki kecendrungan lebih
Lukitasari & Hidayati (2013)
banyak memanfaatkan pelayanan
menyatakan bahwa status ekonomi
kesehatan baik secara medis maupun
keluarga yang baik akan lebih mudah
non-medis. Hal ini didukung oleh
tercukupi dibandingkan status
penelitian Nuraenah (2012)
ekonomi yang rendah. Semakin tinggi
mengatakan bahwa pekerjaan
tingkat ekonomi keluarga maka
responden mempengaruhi intensitas
semakin tinggi juga tingkat
dan kualitas perawatan yangdiberikan
pengetahuan keluarga terhadap
kepada anggotakeluarga.
kesembuhan pasien gangguanjiwa.
e. Pendidikan
sehingga berpengaruh juga terhadap
Hasil penelitian ini menunjukan
pengobatannya. Penelitian ini sejalan
pendidikan terakhir responden
dengan yang dikemukan oleh Miriam
mayoritasnya adalah SMAsebanyak
et al (2014) yang mengatakan bahwa
53 orang. Tingkat pendidikan
semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang akan mempengaruhiprilaku
seseorang maka akan tinggi juga
sehat keluarga karena semakin tinggi
kemampuan seseorang dalam
tingkat pendidikan akanmematangkan
menghadapi stresor yang sedang
pemahaman tentang pengetahuan dan
dihadapinya.
kesadaran untuk menjaga kesehatan
f. Hubungan dengankeluarga
anggota keluarganya. Hasil penelitian
Hasil penelitian ini menunjukan
ini didukung oleh teori Fakhri (2011)
bahwa hubungan keluarga dengan
mengatakan bahwa terdapat pengaruh
klien gangguan jiwa mayoritas adalah
antara pendidikan keluarga dengan
kakak sebanyak 29 orang. Hal ini
kepatuhan minum obat pasien
diperkuat oleh Friedman (2010)
gangguan jiwa. Hal ini sejalan dengan
dukungan internal datang dari
teori dari Yusnipah (2012)
keluarga inti seperti orang tua dan
mengatakan bahwa semakintinggi
saudara kandung. Selain dukungan
pendidikan seseorang maka semakin
internal keluarga juga memberikan
baik pengetahuannya. Pendidikan
dukungan instrumental seperti
seseorang akan mempengaruhi
mengantar anggota keluarga yang
bagaimana cara seseorang mengolah
sakit untuk berobat, merasa
informasi yang diterima termasuk
bertanggung jawab terhadap anggota
tentang masalah atau penyakit yang
keluarga yang sakit dan menyediakan
diderita oleh anggota keluarganya.Hal
obat-obatan yang dianjurkan dokter
ini diperkuat oleh penelitian Dyah
serta keluarga juga bisa memberikan
(2012) berpendapat terkait dengan
dukungan informasi seperti
tingkat pendidikan bahwa seseorang
menjelaskan kepada anggota keluarga
yang memiliki tingkat pendidikan
yang sakit pentingnya minum obat,
rendah cendrung
memberikan arahan kepada anggota
kurang memperhatikan
keluarga yang sakit untuk keluardari
kualitas hidupsehat,
persoalan yang dihadapi dan
menjalanka aktivitas sehari-hari. Hal
menceritakan hasil perkembangan
ini sejalan dengan teori yang
pengobatan yang dilakukan.
dikemukan oleh Padila (2012)
2. Dukungan Sosial Keluargaterhadap
mengatakan bahwa keluargadisatukan
Pasien GangguanJiwa
dalam ikatan kebersamaan dan
Hasilpenelitianyangdilakukandi
emosional. Masing-masing anggota
Rumah Sakit Jiwa Grhasia didapatkan
keluarga yang diikat dalam satuikatan
bahwadukungansosialyangdiberikan
kebersamaan mempunyai peran dan
keluarga terhadap pasien gangguan
tugas masing-masing yang harus
jiwa termasuk dalam kategori baik.
dijalankan. Penelitian ini diperkuat
Dukungan sosial keluarga meliputi
oleh Karmila, et al (2016)
dukungan emosional, dukungan
mengungkapkan bahwa dukungan
informasi, dukungan penilaian dan
emosional yang diberikan keluarga
dukungan instrumental.Dukungan
kepada anggota keluarga yang sakit
sosial keluarga sangat penting
sangat penting untuk kesembuhan
terhadap kesembuhan pasien
pasien karena menjadikan pasien
gangguan jiwa karena dengan adanya
merasa lebih aman dan nyaman serta
dukungan dari keluarga pasien merasa
mendapatkan kasih sayang dari
di butuhkan.
keluarga. Selain itu Muntiaroh (2013)
Hasil penelitian dukungan
mengatakan bahwa dukungan
emosional termasuk dalam kategori
dukungan emosional adalah salah satu
baik. Dukungan emosional tersebut
dukungan yang sangat berpengaruh
berupa memberikan perhatian kepada
dalam proses kesembuhan dan
anggota keluarga yang sakit,
membangkitkan semangat untuk
mendengarkan keluhan anggota
sembuh.
keluarga yang sakit, ikutmerasakan
Hasil penelitian Dukungan
kesulitan yang dirasakan oleh anggota
Informasi termasuk dalam kategori
keluarga yang sakit, menjagaperasaan
baik. Dukungan informasi tersebut
anggota keluarga yang sakit,
berupa memberikan arahan/petunjuk
memberikan kepercayaan kepada
kepada anggota keluarga yang sakit
anggota keluarga yangsakituntuk
untuk keluar dari persoalanyang
dihadapi, memberikan saran kepada
petunjuk sebagai informasi kepada
anggota keluarga yang sakit untuk
pasien. Selain itu menurut penelitian
mengikuti pengobatan lanjutan di poli
Riyadi (2017) menyatakan bahwa
psikiatri, mendampingi anggota
dukungan informasi dapat membantu
keluarga yang sakit untuk berobat
keluarga dalam meningkatkan
jalan, menceritakan
pengetahuan merawat pasien
hasil perkembangan
gangguan jiwa.
pengobatan di poli psikiatri kepada
Hasil penelitian dukungan
anggota keluarga yang sakit,
penilaian masuk dalam kategori baik.
menjelaskan kepada anggota keluarga
Dukungan penilaian tersebut berupa,
yang sakit pentingnya meminum obat,
memberikan pujian saat anggota
menjelaskan kepada anggota keluarga
keluarga yang sakit meminum obat
yang sakit cara mium obat yangbenar,
tepat waktu, memberikan pujian
membimbing anggota keluarga yang
kepadanya saat anggota keluargayang
sakit agar meminum obat tepat waktu
sakit mampu mengatasi masalah yang
sesuai anjuran dokter, membimbing
dihadapi, membimbing anggota
anggota keluarga yang sakit untuk
keluarga yang sakit dalam
menjaga kebersihan diri. Hal ini
menjalankan aktivitas di luar rumah,
sejalan dengan penelitian Nuraenah
mengikutsertakan anggota keluarga
(2012) mengatakan bahwa hubungan
yang sakit dalam memutuskan atas
yang signifikan antara dukungan
kesadaran dirinya untuk berobat,
informasi terhadap kepatuhan minum
memberikan semangat kepadaanggota
obat pasien. Tingkat pendidikan
keluarga yang sakit dalam menjalani
seseorang dapat mempengaruh
pengobatan. Hal ini sejalan dengan
kemampuan untuk menyerap
yang dikemukan oleh Putra (2013)
informasi, menyelesaikan masalahdan
dalam penelitiannya bahwa sikap
berprilaku baik. Penelitian ini
positif yang diberikan kelurga dapat
diperkuat oleh Hartono (2014)
mempengaruhi anggota keluarga yang
mengungkapkan bahwa bentuk
sakit untuk menjalani perawatan dan
dukungan informasi adalah
mempengaruhi kepatuhan untuk
memberikan nasihat, sarandan
minum obat sesuai anjurandokter.
Penelitian ini diperkuat oleh
kesehatan anggota keluarga. Bentuk
Maghfiroh & Khamida (2015)
ini mencakup ketersediaan obat-
mengungkapkan bahwa dukungan
obatan dan peralatan yang memadai
penilaian yang berupa respon positf
untuk perawatan anggota keluarga
misalnya memberikan pujian terhadap
yang sakit. Penelitian ini diperkuat
pasien itu dapat memicu semamgat
oleh Lukitasari & Hidayati (2013)
pasien untuk sembuh.
menyatakan bahwa status ekonomi
Hasil penelitian untuk dukungan
dalam sebuah keluarga baik lebih
instrumental masuk dalam kategori
mudah tercukupi dibandingkan status
baik. Dukungan instrumental tersebut
ekonomi yang rendah. Semakin tinggi
berupa, mengantar anggota keluarga
tingkat ekonomi keluarga maka
yang sakit untuk menjalani
semakin tinggi juga tingkat
pengobatan, menyediakanobat-obatan
pengetahuan keluarga terhadap
yang dibutuhkan sesuai anjuran
kesembuhan pasien gangguan jiwa.
dokter, mengawasi anggota keluarga
3. Kepatuhan Minum Obat pada pada
yang sakit benar-benar minum obat,
Pasien GangguanJiwa.
membimbing anggota keluarga yang
Hasil penelitian kepatuhan
sakit dalam melakukan akitivitas
minum obat pasien gangguan
sesuai kemampuan atau hobi yang
didapatkan sebagian besar pasien
dimilikinya, membimbing anggota
masuk dalam kategori patuh yaitu
keluarga yang sakit untuk segera
dimana pasien selalu minum obat
berobat jika menunjukkan tanda
sesuai dengan dosis yang diberikan
kekambuhan, merasa bertanggung
rumahsakit,pasienmengetahuijadwal
jawab terhadap pengobatan anggota
minum obat secara mandiri, pasien
keluarga yang sakit. Hal ini sejalan
selalu minum obat secara teratur.
dengan teori Friedman (2010)
Kepatuhan minum obat sangatpenting
mengatakan bahwa salah satu
untuk pasien gangguan jiwa untuk
dukungan sosial keluarga adalah
mencegah terjadinya kekambuhan
dukungan instrumental meliputifungsi
berulang. Hal ini sesuai dengan
ekonomi dan fungsi perawatan yang
penelitian Arisandy & Ismalinda
baik akan mempertahankankeadaan
(2014) mengatakan bahwakepatuhan
minum obat seseorang meliputi
2. Dukungan sosial keluarga terhadap
tingkat ketepatan prilaku seseorang
pasien gangguan jiwa rata-rata
individu dengan nasihat
semuanya masuk dalam kategori baik
medis, penggunaan obat
yaitu dukungan emosional (87,3),
sesuai dengan petunjuk
dukungan informasi (97,3%),
serta mencakup penggunaan pada
dukungan penilaian (86,4%) dan
waktu yang benar. Penelitian ini
dukungan instrumental(89,1%).
didukung oleh Butar (2012) yang
3. Kepatuhan minum obat pada pasien
mengatakan bahwa kepatuhan terjadi
gangguan jiwa rata-rata masuk dalam
bila aturan pakai obat yangdiresepkan
kategori patuh yaitu(95,5%).
serta pemberiannya diikuti dengan
Saran
benar. Selain itu penelitian ini
Berdasarkan hasil penelitian
diperkuat oleh Hakim (2008) yang
Gambaran Dukungan Sosial yang
mengatakan bahwa seseorang
diberikan Keluarga terhadap Pasien
dikatakan patuh dalam minum obat
GangguanJiwamakasaranyangdapat
apabila memenuhi 4 hal seperti dosis
disampaikan oleh peneliti adalah:
yang diminum sesuai dengan yang
1.Rumahsakit
dianjurkan, durasi waktu minum obat,
Diharapkan kepada Rumah Sakit
jumlahobat,danjenisobatyangsesuai
untuk selalu memberikan pelayan
dengan yang dianjurkan rumah sakit.
kesehatan yang baik dan semaksimal
Kesimpulan
mungkin. Selain itu dapat juga
1. Responden dalam penelitian rata
diadakan beberapa kegiatan seperti
berusia 36-45 tahun (41,8%), berjenis
penyuluhan kesehatan khususnya
kelamin perempuan (52,7%), rata-rata
kesehatan jiwa untuk menambah
hampir semua responden bekerjayaitu
wawasan dalam meningkatkan
sebanyak (70,0%), berpenghasilan
kualitas kesehatan pasien.
sedang sebanyak (58,1%),mempunyai
2.Bagi pelayanankesehatan
pendidikan SMA (48,2%) dan rata-
Hasil penelitian ini dapat memberikan
rata kebanyakan dari responden
data mengenai gambaran Dukungan
memiliki hubungan dengan klien
Sosial Keluarga terhadap Kepatuhan
adalah kakak sebanyak(26,4%).
Minum Obat Pasien Gangguan Jiwa.
3.Keluarga
Butar, B. (2012). Hubungan
Diharapjkan untuk keluarga untuk Pengetahuan Keluarga dengan
selalu berperan aktifdalam Tingkat Kepatuhan Minum
Obat Pasien Skizofrenia di
kesembuhan pasien gangguan jiwa Rumah Sakit Jiwa Provsu
dan sebisa mungkin merawat pasien Medan.

dengan membimbing dalam semua Dyah Lesmanawati. 2012. Analisis


kegiatan yang dilakukan pasien Efektivitas Biaya Penggunaan
Terapi Antipsikotik Pada
selama dirumah karena dukungan dan Pasien Skizofrenia DiInstalasi
peran keluarga tidak akan lepas dari ejournal keperawatan (e-Kp)
Volume 2. Nomor 2. Mei2015
pengaruh kesembuhan pasien selama Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
dirumah. GrhasiaYogaykarta

4.Bagi penelitiselanjutnya Erlina, S. (2008). Hubungan


Hasil penelitian ini dapat dijadikan Pengetahuan Gizi Ibu, Gejala
Penyakit Infeksi dan Tingkat
sebagai data dasar penelitian Kecukupan Zat Gizi terhadap
selanjutnya, dan Pertumbuhan Anak Baduta di
Wilayah Kerja Puskesmas
dapat Noemuti. Jurnal Penelitian.
mengembangkan variabel yang Lombok. Jurusan Gizi
Kesehatan Masyarakat,
berhubungan dengan penelitianini. Fakultas Kesehatan
Masyarakat,Undana.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhruddin, T. (2012). Hubungan
Arikunto, S. (2013). Prosedur Dukungan Sosial Keluarga
Penelitian: Suatu Pendekatan dengan Kepatuhan Minum
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Obat Penderita Skizofrenia.
Kabupaten Aceh Barat Daya.
Arisandy, W dan Ismalinda, M.
(2014). Hubungan dukungan Fakhri. (2011). Buku Keperawatan.
keluarga dengan kepatuhan Yogyakarta: Gosyen
minum obat pada pasien Publishing..
skizofrenia di
poliklinikRumah Sakit Dr. Friedman, M. (2010). Buku ajar
Ernaldi Bahar Provinsi keperawatan keluarga : Riset,
Sumatra Selatan. Jurnal Teori dan
Skripsi. Palembang: Praktek. Jakarta : EGC.
AkperAistiyah.

Budiman. (2010). Jumlah Gangguan Hakim, C. (2008). Dukungan


Jiwa. Jakarta. Keluarga

dengan
Kekambuhan Volume 1, No 1, 18-

Pasien
Skizofrenia.

Jurnal keperawatan Volume


2Nomor
1 Edisi Juni 2017 : 1-
18.Padang.

Hartono, J (2014). Hubungan antara


dukungan sosial dengan
kepatuhan pasien dalam
pengobatan dirumah sakit
jiwa. Jurnal Keperawatan edisi
2.Sulawesi.

Hendy, W. (2007). Perbedaan


terhadap kesetaraan gender.
EGC, Jakarta.

Karmila, L. (2016). “ Dukungan


Keluarga dengan Kepatuhan
Minum Obat pada Pasien
Gangguan Jiwa di Wilayah
Kerja PuskesmasBanjarbaru”
Jurnal. Dunia Keperawatan
Vol. 4. No 2:88-92 : Fakultas
Kedokteran

Unversitas
lambungBanjarbaru.

Kozier. Erb, Berman. S. (2010). Buku


Ajar

Fondamental Keperawatan:
Konsep, Proses & Praktik,
Volume : 1, Edisi : 7, EGC
:Jakarta.

Lukitasari, P & Hidayati, E(2013).


“Perbedaan Pengetahuan
Keluarga Tentang Cara
Merawat Pasien Sebelum dan
sesudah Kegiatan Family
Gethering Pada Halusinasi
Dengan Klien Skizofrenia
Diruang Rawat Inap Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr Amino
Gondhohutomo Semarang”.
Jurnal Keperawatan Jiwa.
24:Universitas Muhamadiyah
Semarang

Maghfiroh, L. Khamida. (2015). “


Peran Keluarga dalam
Peningkatan Kemampuan
Interaksi Sosial
Bermasyarakat Klien
Skizofrenia Pasca Perawatan
di Rumah Sakit”. JurnalIlmiah
Kesehatan. Vol. 8. No1:104-
113: Univeritas Nahdlatul
Ulama Surabaya

Maria, E. (2015). Dukungan Keluarga


terhadap Pasien Gangguan
Jiwa Di Ruang Poli psikiatri.
Manado : Universitas Katolik
Dela Salle.

Miriam, et. al. (2010).Homeschooling


Pendidikan Multikultural
Untuk Remaja. UII:Impuls.

Mubarak, W.I, dkk. (2009). Ilmu


Keperawatan Komunitas.
Jakarta : Slemba Medika.

Muntiaroh,S. (2013). Dukungan


Keluarga terhadap Perilaku
Minum Obat pada Pasien
Skizofrenia yang sedang
Rawat Jalan. Jurnal
ExperientiaVolume3,Nomor
2. Jakarta.

Nasir, A dan, Abdul, M. (2011). Dasar-


dasar Keperawatan jiwa,
Pengantar dan Teori. Jakarta:
Salemba Medika.

Notoatmodjo. (2012). Metode


Penelitian. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nuraenah. (2012). Hubungan
Dukungan Keluaarga Dan
Beban Keluarga Dalam
Merawat Anggota Keluarga Stuart. (2013). Prinsip & Praktek
Dengan Perilaku Kekerasan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Di Rumah Sakit Jiwa Islam Singapore: Elsevier Inc.
Klender Jakarta Timur. FIK
WHO. (2013). Prevalensi Gangguan
UI, tidak dipublikasikan.
Jiwa . Jakarta: WHO.
Nursalam. (2016). Metode Penelitian Yusnipah, Y. (2012). Tingkat
Ilmu Keperawatan . Jakarta: pengetahuan keluarga dalam
Salemba Medika. merawat pasien Halusinasi
diPoliklinik Psikiatri Rumah
Padila.(2012).BukuAjar:Keperawatan
Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
Medikal Bedah. Yogyakarta :
NuhaMedika. Jurnal Keperawatan Edisi 1.
Bogor.
Purnamasari, N. (2013). Hubungan
Pengetahuan

Keluarga dengan Kepatuhan


Minum Obat Pasien
Skizofrenia Di Poliklinik
Rumah SakitProf.
V.L. Ratumbuysang Manado .
Volume 1 Nomor 1, 1-2.
Purwanto, N.H. (2011). Hubungan
pengetahuan tentang diet
diabetes mellitus dengan
kepatuhan pelaksanaan diet
pada penderita diabetes
mellitus. Jurnal Keperawatan,
1(1), 1-9.

Riyadi, S (2017). “Peningkatan


Pengetahuan Dan Efikasi Diri
Melalui Promosi Kesehatan
Tentang

Pencegahan Kekambuhan
Pasien Paska Pasung Pada
Keluarga Di Kabupaten
Klaten”. Skripsi. Universitas
Muhamdiyah
Surakarta.eprint.ums.ac.id

Safitri., M., 2010. PerbedaanKualitas


Hidup antara Pasie
Skizofrenia Gejala Positif dan
Gejala Negatif.pp.1-53.

Anda mungkin juga menyukai