Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan Laporan Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Analisa Kualitas Air : COD dan BOD”.
Laporan praktikum ini berisikan informasi tentang cara penentuan kadar
COD dan BOD. Laporan praktikum ini dapat saya selesaikan berkat tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan ini, kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan laporan
praktikum ini.
Saya menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh
saya. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkompeten. Akhir kata saya sampaikan terima kasih.
(Fanny Andini)
i
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
DAFTAR TABEL......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Tujuan Praktikum...................................................................... 1
1.2. Landasan Teori.......................................................................... 1
1.2.1. Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian
Pencemaran Air Sungai Metro Di Kota Kepanjen
Kabupaten Malang
.......................................................................................
.......................................................................................
1
1.2.2. Air ................................................................................ 19
1.2.3. Karakteristik Air............................................................ 20
1.2.4. Pengolahan Air Menjadi Air Minum............................ 21
1.2.5. Oksigen terlarut, COD dan BOD.................................. 22
BAB II METODOLOGI............................................................................. 23
2.1. Alat dan Bahan.......................................................................... 23
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa COD dan BOD.............. 24
2.2.1. Perancangan Alat ........................................................... 24
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen................................. 25
2.2.3. Prosedur Kerja Pengolahan Air....................................... 26
2.2.4. Prosedur Kerja COD....................................................... 27
2.2.5. Prosedur Kerja BOD....................................................... 29
2.2.6. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan COD serta BOD.... 31
BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA.......................................... 32
3.1. Data Pengamatan....................................................................... 32
3.2. Pengolahan Data........................................................................ 40
3.2.1.Pembuatan Reagen........................................................... 40
3.2.2. COD................................................................................ 41
3.2.3. BOD................................................................................ 42
ii
3.2.4. Reaksi.............................................................................. 43
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai.................................. 4
Gambar 2.1 Percobaan COD....................................................................... 28
Gambar 2.2. Percobaan OT0....................................................................... 30
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel. 1.1.Metode Analisa Kualitas Air Sungai............................................. 5
Tabel. 1.2.Hasil Analisa Kualitas Air dan Pengukuran Debit Air Sungai
Metro Kota Kepanjen Kabupaten Malang..................................... 9
Tabel 1.3. Hubungan Nilai (IP) dan Status Mutu Air.................................... 15
Tabel 1.4. Faktor Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro.................... 17
Tabel. 3.1 Data Faktor Larutan KMnO4......................................................... 32
Tabel. 3.2 Data Blanko................................................................................... 32
Tabel. 3.3 Data COD...................................................................................... 33
Tabel. 3.4 Data BOD...................................................................................... 37
v
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Jumlah penduduk di Kecamatan Kepanjen berkembang sangat
pesat sejak Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Malang dari Wilayah Kota
Malang ke Wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.
Perkembangan jumlah penduduk Kota Kepanjen pada tahun 2009
sebesar 93.347jiwa, tahun 2010 sebesar 100.176 jiwa, tahun 2011
sebesar 100.389 jiwa, tahun 2012 sebesar 101.024 jiwa, tahun 2013
sebesar 101.268 jiwa, dan pada tahun 2014 sebesar 127.647 jiwa . Hasil
proyeksi jumlah penduduk selama tahun 2009-2014 bersumber dari
Kabupaten Malang Dalam Angka Tahun 2014 diketahui kepadatan
penduduk di Kabupaten Malang terpadat berada di kecamatan Kepanjen
yaitu sebesar 2.227 jiwa/km2. Peningkatan jumlah dan kepadatan
penduduk Kota Kepanjen membawa konsekuensi peningkatan
kebutuhan air bersih untuk kebutuhan sehari – hari juga termasuk untuk
kebutuhan sanitasi yang menghasilkan air limbah. Peningkatan jumlah
penduduk dan perkembangan suatu kota berakibat pula pada pola
1
dengan luas lahan yang tetap akan mengakibatkan tekanan terhadap
lingkungan semakin berat. Aktivitas manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang berasal dari pertanian, industri dan kegiatan
rumah tangga akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan
pada penurunan kualitas air sungai.
Meningkatnya aktivitas manusia, perubahan guna lahan dan
semakin beragamnya pola hidup masyarakat perkotaan yang
menghasilkan limbah domestik menjadikan beban pencemar di sungai
Metro semakin besar dari waktu ke waktu. Penurunan kualitas air
terjadi sebagai akibat pembuangan limbah yang tidak terkendali dari
aktivitas pembangunan di sepanjang sungai sehingga tidak sesuai
dengan daya dukung sungai .
2
menunjukan bahwa air sungai Metro pada lokasi tersebut memiliki nilai
DO, BOD dan COD yang tinggi atau diatas baku mutu, begitu juga
hasil Pemantauan kualitas air yang dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Malang di titik pantau Jembatan Metro Talangagung
kecamatan Kepanjen secara periodik sejak tahun 2012 sampai bulan
Maret 2015 menunjukan konsentrsi BOD, Phosphat dan nitrit telah
melebihi baku mutu air, sehingga diindikasikan air sungai Metro telah
mengalami pencemaran terutama disebabkan air limbah domestik,
industri dan pertanian. Menurut Priyambada, bahwa perubahan tataguna
lahan ditandai dengan meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan
industri akan mempengaruhi kualitas air sungai terutama limbah
domestik. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah menganalisis kualitas air sungai dan status
mutu air Sungai Metro di Kota Kepanjen, berdasarkan Perda Provinsi
Jatim nomor 2 Tahun 2008, serta merumuskan strategi pengendalian
pencemaran air sungai Metro sebagai upaya pelestarian sumber air
permukaan.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan mengunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif. Metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam
penelitian ini digunakan untuk menggambarkan kondisi kualitas air
sungai Metro yang berasal dari aktivitas permukiman, pertanian dan
industry. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015. Panjang
sungai Metro sebagai lokasi penelitian sepanjang ±15,49 km yang
berada di kota Kepanjen Kabupaten Malang.
3
Gambar 1.1. Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai
Penelitian kualitas air dilakukan di tiga titik pantau dengan
membagi menjadi dua segmen, penentuan titik pantau sebagai titik
pengambilan sampel air sungai mengunakan purposif sampling method
berdasarkan pada kemudahan akses, biaya maupun waktu dalam
penelitian ini. Berikut 3 (tiga) titik pantau lokasi pengambilan sampel
air sungai Metro dalam penelitian ini (Gambar 1.1), sebagai berikut:
1. TITIK PANTAU I : sungai metro yang terletak desa kedung monggo
kecamatan pakisajii dengan titik koordinat pengambilan sample air
sungai : 080 04’ 17.08” s dan 1120 35’ 21.72” t. lokasi ini merupakan
daerah yang ditetapkan sebagai daerah bagian hulu dari sungai metro
yang melalui kecamatan kepanjen dan di anggap masih dalam
kondisi alamiahnya.
4
2. TITIK PANTAU II : Sungai Metro yang terletak desa Talangagung
Kota Kepanjen dengan titik koordinat pengambilan sample air
sungai : 080 7’ 36.52” S dan 1120 33’ 40.26” T. Lokasi ini berada di
dekat Hutan Metro, yang kurang lebih berada di tengah sungai metro
yang melaluli Kecamatan Kepanjen.
3. TITIK PANTAU II : Sungai Metro yang terletak dusun Mangir desa
Mangunrejo Kota Kepanjen, dengan titik koordinat pengambilan
sample air sungai : 80 9’ 52.07” S dan 1120 32’ 25.15” T. Lokasi ini
berada di bagian Hilir dari sungai Metro yang melelui Kota
Kepanjen.
Tabel 1.1. Metode Analisa Kualitas Air Sungai
5
Analisis kualitas air sungai Metro mengunakan kreteria mutu air
berdasarkan kelas II yang ada dalam lampiran Perda Provinsi Jatim
Nomor 2 Tahun 2008. Sedangkan status mutu air mengunakan metode
pollution index (IP) berdasarkan KepmenLH No. 115 Tahun 2003.
Nilai (PI) indek pencemaran dapat digunakan untuk mengetahui nilai
kualitas air sungai untuk suatu peruntukan tertentu dan sebagai dasar
dalam memperbaiki kualitas air jika terjadi pencemaran. Perhitungan
indeks pencemaran dilakukan dengan menggunakan persamaan:
PIj = (C /L )2
iij M
(C /L )2
iij R
2
dimana Lij : konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam
Baku Peruntukan Air (j), dan
Ci : konsentrasi parameter kualitas air (i),
PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j),
Dengan (Ci/Lij)R : nilai ,Ci/Lij rata-rata dan (Ci/Lij)M
: nilai ,Ci/Lij maksimum.
Analisis data yang digunakan dalam merumuskan strategi
pengendalian pencemaran air sungai Metro Kota Kepanjen berdasarkan
pada analisis kualitas air, tingkat beban pencemaran, studi literatur dan
wawancara mendalam Instansi berwenang dalam pengendalian
pencemaran air. Metode analisis data yang digunakan dalam
merumuskan strategi pengendalian pencemaran air sungai Metro adalah
analisis SWOT (strength, Weakness, opportunity, Treat), Menurut
Rahmawati, analisis SWOT dapat dilakukan untuk menyusun strategi
pengendalian pencemaran air sungai Diwak.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, Interview,
dokumentasi dan gabungan dari ketiganya.
a. Observasi lapangan dan pengukuran kualitas air sungai dilakukan
untuk mengamati secara langsung aktivitas-aktivitas masyarakat,
petani dan industri dan menganalisis kondisi wilayah penelitian
6
meliputi pengukuran dan pencatatan debit air. Pengambilan sampel
untuk pengukuran kualitas air sungai yang meliputi kondisi fisik,
kimia dan biologi
b. Wawancara dilakukan di Instansi berwenang dalam pengendalian
pencemaran air yaitu Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Pencemaran Air dan Kepala Bidang Analisa Pencegahan dampak
Lingkungan hidup pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Malang dengan bantuan kuisioner, untuk memperoleh informasi
terkait upaya yang dilakukan dalam pengedalian pencemaran
sungai Metro.
c. Dokumentasi digunakan untuk mengambarkan kondisi lokasi
penelitian, pengunaan lahan dan aktivitas–aktivitas yang berada di
sungai Metro. Dokumentasi ini juga digunakan untuk
mengumpulkan data berupa literatur, laporan yang berkaitan
dengan kondisi kualitas air, profil sungai Metro, data
kependudukan, geografi, geologi, curah hujan dan lain sebagainya
dari beberapa instansi terkait, publikasi ilmiah serta media
informasi elektronik.
7
(Suhu, TSS), kimia organik (pH, DO, BOD, COD, TSS, Nitrat,
Nitrit, Amonia, Phospat) dan mikrobiologi (total Coliform) di setiap
titik pantau dibandingkan dengan Kriteria Baku Mutu air sungai
kelas II menurut lampiran Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur
Nomor 2 Tahun 2008. Hasil analisa terhadap masing-masing
parameter (Tabel 1.2) sebagai berikut:
Tabel 1.2. Hasil Analisa Kualitas Air dan Pengukuran Debit Air
Sungai Metro Kota Kepanjen Kabupaten Malang
Hasil Analisa Kriteria Mutu Air Kelas II
No. Parameter AirSatuan Perda Prov Jatim No. 2 Thn
TP 1 TP 2 TP 3 2008
1. Temperatur 0C 26,6 26 27 Deviasi 3
2. Ph - 7,6 7,9 8,1 6-9
3. DO mg/L 6,5 5,9 4,7 4
4. BOD mg/L 3,20 4,98 5,65 3
5. COD mg/L 10,93 12,52 12,99 25
6. TSS mg/L 7,3 48,8 78,9 50
7. Nitrat mg/L 3,135 3,191 4,404 10
8. Nitrit mg/L 0,037 0,040 0,047 0,06
9. Amonia mg/L 0,246 0,416 0,452 (-) 0,02 perikanan
10. Phosphat mg/L 0,094 0,291 0,257 0,2
Total MPN/100
11. Coliform ml 120 28 31 5000
3
12. Debit m /detik 10,22 10,46 11,95 -
Temperatur
Hasil pengukuran suhu air sungai Metro pada lokasi titik
pantau 1 sampai titik pantau 3 menunjukkan suhu air berkisar
antara 26 0C - 27 0C. Suhu tertinggi mencapai 27 0C pada titik
pantau 3, kondisi suhu tersebut masih sesuai dengan kriteria mutu
air kelas II menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur
Nomor 2 Tahun 2008. yaitu pada deviasi 3 0C dari temperatur
alamiahnya, maka kondisi kualitas air sungai ditinjau dari
parameter suhu masih dalam kriteria mutu air sesuai dengan
peruntukannya.
TSS (Total Suspended Solid)
Hasil pengukuran TSS air sungai pada titik pantau 1 sebesar 7,3
mg/l, titik pantau 2 sebesar 48,8 mg/l dan pada titik pantau 3 sebesar
78,9 mg/l. Nilai TSS sungai Metro dari hulu ke hilir mengalami
8
peningkatan konsentrasi yang siknifikan terutama dititik pantau 3
dengan nilai konsentrasi TSS telah melebihi kriteria mutu air kelas II
berdasarkan Perda Provinsi Jatim No 2 tahun 2008 sebesar 50 mg/l.
Sehingga tidak dapat digunakan sebagai air sarana rekreasi,
peternakan, pertanian atau pembudidayaan ikan air tawar.
Kesesuaian nilai TSS untuk kepentingan perikanan, menurut effendi,
berkisaran 25 – 80 mg/l. Nilai kekeruhan yang tinggi dapat
menrganggu sistem osmoregulasi organisme akuatik. Hasil
pengukuran TSS di sungai Metro berkisar antara 7,2 – 78,9 mg/l, hal
ini berpengaruh terhadap pembudidayaan ikan air dan sudah tidak
sesuai dengan peruntukannya.
pH (Keasaman) Air
Hasil pengukuran keasaman air sungai Metro menunjukkan pH
air pada titik pantau 1 sampai titik pantau 3 berada pada kondisi
normal dalam range 6 – 9 pada baku mutu air kelas II. Peningkatan,
pH dari titik pantau 1 ke titik pantau 3, dengan nilai pH berkisar
antara 7,5.- 8,1 masih berada dalam ambang batas kriteria mutu air
sungai kelas II sehingga air sungai degan parameter pH 7,5-8.1
masih dapat digunakan untuk sarana rekreasi, pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan dan pertanian. peningkatan nilai derajad
keasaman atau pH dipengaruhi oleh limbah organik maupun
anorganik yang di buang ke sungai. sehingga peningkatan pH air
sungai Metro dari titik pantau 1 sampai titik pantau 3 dikarenakan
adanya aktifitas buangan limbah industri, domestik maupun limbah
dari aktifitas pertanian yang masuk kesungai Metro. Air dengan nilai
pH sekitar 6,5 – 7,5 merupakan air normal yang memenuhi syarat
untuk suatu kehidupan.
9
Oksigen Terlarut (DO)
Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) air sungai Metro di titik
pantau pengambilan sampel 1 sebesar 6,5 mg/l, titik pantau 2 sebesar
5,9 mg/l dan di titik pantau 3 sebesar 4,7 mg/l. Nilai konsentrasi
oksigen terlarut sungai Metro berkisar 4,7 – 6,5 mg/l. nilai ini masih
berada dalam ambang kriteria mutu air sungai kelas II sebesar 4
mg/l, sehingga air sungai dengan nilai parameter DO 4,7 – 6,5 masih
dapat digunakan untuk sarana rekreasi, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan dan pertanian. Suatu perairan dapat dikatakan baik
dan mempunyai tingkat pencemaran yang rendah jika kadar oksigen
terlarutnya (DO) lebih besar dari 5 mg/l, sedangkan konsentrasi
oksigen terlarut (DO) pada perairan yang masih alami memiliki nilai
DO kurang dari 10 mg/l. Menurut Fardiaz [13], konsentrasi oksigen
terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6
ppm. Apabila kita bandingkan dengan baku mutu air kelas II untuk
parameter DO berdasarkan Perda Provinsi Jawa Timur No. 2 tahun
2008 yaitu 4 mg/l, maka kondisi kualitas air sungai Metro untuk
parameter DO antar 4,7 – 6,5 masih sesuai dengan peruntukannya.
BOD (Biological Oxygen Demand )
Hasil analisa konsentrasi BOD air sungai Metro padai titik
pantau 1 sebesar 3,20 mg/l, titik pantau 2 sebesar 4,98 mg/l dan pada
titik pantau 3 sebesar 5,65 mg/l. Nilai konsentrasi BOD sungai
Metro berkisar 3,2 – 5,65 mg/l, nilai ini telah melampui ambang
batas kriteria mutu air sungai kelas II sebesar 3 mg/l, sehingga air
sungai tidak dapat digunakan untuk sarana rekreasi, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan dan pertanian. Semakin besarnya
konsentrasi BOD mengindikasikan bahwa peraian tersebut telah
tercemar, konsentrasi BOD yang tingkat pencemarannya masih
rendah dan dapat dikatagorikan sebagai perairan yang baik memiliki
kadar BOD berkisar antara 0 - 10 mg/l, sedangkan perairan yang
memiliki konsentrasi BOD lebih dari 10 mg/l dianggap telah
10
tercemar. Dari hasil pengukuran parameter BOD di sungai Metro
yang berkisar 3,20 – 5,65 mg/l, masih dikatagorikan sebagai perairan
yang baik, namun bila dibandingkan dengan kriteria mutu air kelas II
sebesar 30 mg/l, maka kondisi kualitas air sungai Metro sudah tidak
sesuai peruntukannya.
COD (Chemical Oxygen Demand)
Hasil pengukuran parameter COD air sungai Metro di titik
pantau 1 sebesar 10,93 mg/l, titik pantau 2 sebesar 12,52 mg/l dan
titik pantau 3 nilai COD sebesar 12,99 mg/l. Nilai konsentrasi COD
sungai Metro berkisar 10,93 – 12,99 mg/l, nilai ini masih dalam
ambang batas kriteria mutu air sungai kelas II sebesar 25 mg/l,
sehingga air sungai dengan nilai parameter COD sebesar 10,93 –
12,99 mg/l, masih dapat digunakan untuk sarana rekreasi,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan pertanian.
Konsentrasi COD yang tinggi mengindikasikan semakin besar
tingkat pencemaran yang terjadi pada suatu perairan. Nilai COD
pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/liter.
Kondisi ini tidak diinginkan oleh kepetingan pembudidayaan
perikanan dan pertanian. Berdasarkan hasil pemantauan konsentrasi
COD dalam air sungai Metro di titik pantau 1, 2 dan 3 dengan nilai
COD berkisar 10,93 – 12,99 mg/l, lebih kecil dari 20 mg/l
mengindikasikan bahwa sungai Metro masih dapat mendukung
kepentingan perikanan maupun pertanian dan belum mengalami
pencemaran. Jika dibandingkan dengan kreteria mutu air kelas II
pada Perda Provinsi Jawa Timur No 2 tahun 2008 sebesar 25 mg/l,
maka kondisi air sungai Metro masih sesuai dengan peruntukannya.
PO4-P (Phospat)
Hasil analisa kandungan Phospat (PO4-P) dalam air sungai
Metro menunjukkan bahwa konsentrasi phospat pada titik pantau 1
11
sebesar 0,094 mg/l, kemudian meningkat pada titik pantau 2 sebesar
0,291 mg/l dan mengalami penurun konsentrasi pada titik pantau 3
sebesar 0,257 mg/l. Nilai konsentrasi Phospat sungai Metro berkisar
0,094 – 0,291 mg/l, nilai ini masih dalam ambang batas kriteria mutu
air sungai kelas II sebesar 0,2 mg/l, sehingga air sungai dengan nilai
parameter Phosphat sebesar 0,094 – 0,291 mg/l, sudah tidak dapat
digunakan untuk air sarana rekreasi, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan dan pertanian.
Kandungan fosfor total dalam perairan alamiah jarang melebihi
1 mg/liter. Sedangkan kadar fosfor yang diperkenankan bagi
kepentingan air minum adalah 0,2 mg/l dalam bentuk Phosphat
(PO4). Tingkat maksimum Phosphat yang disarankan untuk sungai
dan perairan yang telah dilaporkan adalah 0,1 mg/l . Sedangkan
konsentrasi phopar sebesar 0,025 dapat mempercepat proses
eutrofikasi di sungai. Berdasarkan hasil pengukuran kandungan
phospat dalam air sungai Metro sebesar 0,094 – 0,291 mg/l,
dibandingkan dengan nilai phosphat sesuai dengan kriteria mutu air
kelas II berdasarkan Perda Jatim No. 2 tahun 2008 sebesar 0,2 mg/l,
maka kondisi kualitas air sungai Metro untuk parameter Phospaht
sudah tidak sesuai dengan peruntukannya.
NO3-N (Nitrat)
Hasil analisa kandungan nitrat (NO3-N) dalam air sungai Metro
pada tiik pantau 1 konsentrasinya sebesar 3,135 mg/l, titik pantau 2
sebesar 3,191mg/l dan pada titik pantau 3 sebesar 4,404 mg/l. Nilai
konsentrasi Nitrat sungai Metro berkisar 3,135 – 4,404 mg/l, nilai ini
masih dalam ambang batas kriteria mutu air sungai kelas II sebesar
10 mg/l, sehingga air sungai dengan nilai parameter Nitrat sebesar
3,135 – 4,404 mg/l, masih dapat digunakan untuk sarana rekreasi,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan pertanian.
12
Bahwa dampak dari kegiatan pertanian akan menghasilkan
limpasan, sedimen nitrat dan fosfat. Kadar nitrat-nitrogen pada
perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter. Hasil
pengukuran kandungan nitrat dalam air sungai Metro berkisar 3,135
– 4,404 mg/l tergolong cukup rendah meskipun sudah tidak berada
pada kondisi alamiahnya, yaitu kadarnya lebih besar dari 0,1
mg/liter. Jika nilai kandungan nitrat tersebut dibandingkan dengan
kriteria mutu air sungai kelas II sesuai dengan Perda Provinsi Jatim
Nomor 2 tahun 2008, yang memiliki standar nilai untuk nitrat
sebesar 10 mg/l, maka kandungan nitrat (NO3-N) dalam air sungai
Metro masih dapat digunakan sesuai peruntukannya.
NO2-N (Nitrit)
Hasil analisa kandungan nitrit (NO2-N) dalam air sungai Metro
menunjukkan bahwa konsentrasi nitrit pada titik pantau 1 sebesar
0,037 mg/l, titik pantau 2 sebesar 0,040 mg/l dan pada titik pantau 3
sebesar 0,047 mg/l. Nilai ini masih dalam ambang batas kriteria
mutu air sungai kelas II sebesar 0,06 mg/l, sehingga air sungai
dengan nilai parameter Nitrat sebesar 0,037 – 0,047 mg/l, masih
dapat digunakan untuk sarana rekreasi, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan dan pertanian.
Kadar nitrit pada perairan relatif kecil, lebih kecil dari pada
nitrat, karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Sumber nitrit berasal
dari limbah industri dan limbah domestik. Perairan alami
mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/lt dan sebaiknya tidak melebihi
0,06 mg/l. Berdasarkan sebaran konsentrasi nitrit dalam sungai
Metro berkisar antara 0,037 – 0,047 mg/l. mengindikasikan bahwa
air sungai sudah tidak berada pada kondisi alamiahnya dan jika
dibandingkan dengan kriteria mutu air kelas II sebesar 0,06 mg/l,
maka kondisi kualitas air sungai Metro untuk parameter Nitrit masih
dapat digunakan sesuai peruntukannya.
13
NH3-N (Amonia)
Hasil analisa kandungan Amonia (NH3-N) dalam air sungai
Metro menunjukkan bahwa konsentrasi amonia pada titik pantau 1
sebesar 0,246 mg/l, titik pantau 2 sebesar 0,416 mg/l dan pada titik
pantau 3 sebesar 0,452 mg/l. Nilai konsentrasi ammonia sungai
Metro berkisar antar 0,246 – 0,452 mg/l, konsentrasi nilai ammonia
ini tidak dinginkan bagi pembudidayaan perikanan yang
menghendaki kandungan ammonia untuk ikan yang peka sebesar
0,02 mg/l, menurut kriteria mutu air berdasarkan kelas pada Perda
Provinsi Jawa Timur Nomor 2 tahun 2008. Sehingga air sungai
dengan nilai parameter ammonia sebesar 0,246 – 0,452 mg/l, sudah
tidak dapat digunakan untuk air sarana pembudidayaan
ikanairtawar,namun masih dapat digunakan sebagai air baku air
minum, karena kadar ammonia masih dibawah 0,5 mg/l berdasarkan
Kriteria mutu air kelas I pada Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 2
tahun 2008. Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari
0,1 mg/l. Kadar ammonia yang tinggi dapat diindikasikan adanya
pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik,
limbah industri, maupun limbah industri,maupun limpasan pupuk
pertanian.
Total Coliform
Hasil analisa bakteri total Coliform pada air sungai Metro
menunjukkan jumlah bakteri total coliform per 100 ml air sungai
pada titik pemantauan 1 sebesar 120 MPN/100 ml, titik pantau 2
sebesar 28 MPN/100 ml dan titik pantau 3 sebesar 31 MPN/100 ml.
Jumlah bakteri total Coliform sungai Metro berkisar antara 28 – 120
MPN/100 ml, Jumlah ini masih dalam ambang batas kriteria mutu air
sungai kelas II sebesar 5000 mg/l, sehingga air sungai Metro masih
dapat digunakan untuk sarana rekreasi, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan dan pertanian. Bakteri coliform merupakan salah
satu indikator adanya kontaminan limbah domestik dalam perairan.
14
Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri coliform
melalui air, terutama penyakit perut seperti tipus, kolera dan disentri.
15
menunjukan kondisi baik, sedangkan pada titik pantau 2 dan 3
menunjukkan cemar ringan.
Hal ini menjadikan kualitas air sungai Metro dari hulu ke hilir pada
segmen 1 dan 2 tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan peruntukan
air kelas II yaitu air yang dapat digunakan sebagai sarana/prasarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut,
Sehingga diperlukan pengendalian Pencemaran air sungai Metro agar
dapat dimanfaatkan dan menjaga agar kualitas air sungai Metro tetap
sesuai dengan mutu air sasaran yaitu kriteria mutu air kelas II menurut
Peraturan daerah Provinsi Jatim nomor 2 Tahun 2008.
3) Rumusan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai
Strategi pengendalian pencemaran air sungai Metro dirumuskan
berdasarkan hasil analisis kualitas air, tingkat beban pencemaran,
Studi literatur dan wawancara mendalam dengan Instansi yang
berwenang untuk untuk memperoleh informasi tentang upaya
pengendalian pencemaran air sungai sehingga dapat di indentifikasi
faktor internal maupun faktor eksternal dalam pengedalian
pencemaran air sungai Metro, pengendalian pencemaran ini mengacu
pada ruang lingkup pengendalian pencemaran air sungai yang telah
ditetapkan pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2
Tahun 2008. Hasil analisis faktor – faktor pengendalian pencemaran
air sungai Metro dapat disajikan pada Tabel 1.4. sebagai berikut :
16
Tabel 1.4. Faktor Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro
Aspek Pengendalian
No. Faktor - Faktor Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro
Pencemaran sungai
Pada titik Pantau 1 (hulu sungai) konsentrasi parameter BOD sudah melebihi
1. Kondisi Kualitas Air 1. Kriteria
sungai Metro mutu air kelas II.
Secara umum kualitas air sungai Metro tidak memenuhi kriteria air kelas II yang
2. telah
ditetapkan.
3. Status mutu air sungai Metro tercemar ringan
Pada musim penghujan Daya Tampung Beban Pencemaran sungai Metro
4. untuk
parameter BOD dan TSS telah terlampaui.
Beban pencemaraan yang masuk ke sungai Metro sudah melebihi Daya Tampung
5. Beban
pencemaran air sungai.
Adanya Perda RDTRK Kota Kepanjen yang mengatur sempadan sungai
2. Peran Pemerintah 1. merupakan zona
dalam upaya perlindungan setempat
Adanya Peraturan Daerah tentang Pengendalian Pencemaran dan kerusakan
pengendalian 2. lingkungan.
Adanya penetapan Baku mutu air limbah yang dibuang kesumber-sumber air
pencemaran air sungai 3. permukaan .
Tidak dilaksanakannya penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran air sungai
4. Metro.
Tdak dilaksanakannya Inventarisasi dan Indentifikasi sumber pencemar pada
5. sungai
Metro.
6. Adanya Pelaksanaan pemantauan kualitas air sungai Metro secara periodik
Tidak adanya penetapan persyaratan pembuangan air limbah kesumber-sumber
7. air
permukaan.
Adanya Penerapan izin pembuangan limbah cair ke sungai tetapi belum
8. berdasarkan
Daya tampung beban pencemaran sungai.
Adanya penangulangan pencemaran air melalui tindakan pengawasan dan
9. penegakan
hukum tetapi tidak dilakukan pemulihan terhadap sumber air yang tercemar.
3. Peran Industri 1. Kegiatan industri telah memiliki dokumen Lingkungan berupa dokumen UKL-UPL
2. Kegiatan industri telah memiliki Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPAL)
Kualitas Limbah cair yang dibuang kesungai tidak memenuhi Baku Mutu
3. Lingkungan (
Baku Mutu Limbah Cair)
Industri tidak mengikuti Program Peringkat Kinerja Pengelolaan lingkungan
4. Hidup
(proper)
5. Industri tidak memiliki izin pembuangan limbah cair.
Memiliki kader lingkungan dan Komunitas Hijau di kecamatan
4. Peran Masyarakat 1. Kepanjen.
2. Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbahnya masih rendah
3. Pengetahuan masyarakat dalam pengeloaan air limbah masih kurang
17
Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi utama yang dapat
diterapkan dalam pengendalian pencemaran sungai Metro agar tidak
terjadinya penurunan kualitas air sungai sesuai peruntukan yang telah
ditetapkan dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan yaitu dengan
mengunakan kekuatan dan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman
maupun kelemahan dengan mengunakan strategi Progresif dengan
penerapan upaya pengendalian pencemaran air secara agresif.
Rekomendasi strategi pengendalian pencemaran sungai Metro yang
dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Menjaga zona perlindungan setempat sempadan sungai dengan
melibatkan kader lingkungan dan komunitas hijau dalam
pemantauan, pengawasan dalam pengendalian pencemaran air di
sepanjang sungai Metro.
2. Meningkatkan pemantauan kualitas air sungai dan pengawasan
terhadap pembuangan air limbah kesungai yang berpotensi
mencemari sungai Metro.
3. Pemberian izin pembuangan air limbah ke sungai dengan
memperhatikan kondisi Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Sungai Metro.
18
2) Status mutu air sungai Metro Kota Kepanjen pada titik pantau 1
menunjukan status mutu airnya dalam kondisi baik, sedangkan
pada titik pantau 2 dan 3 menunjukan telah “cemar ringan”
3) Berdasarkan hasil analisa SWOT Rekomendasi Strategi
pengendalian pencemaran air sungai
1.2.2. Air
Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia (H2O) satu
molekul air memiliki dua atom hidrogen kovalen terikat pada atom
oksigen tunggal. Air muncul di alam dalam semua tiga negara umum
dari materi dan dapat mengambil berbagai bentuk di bumi, uap air dan
awan langit; air laut dan gunung es dilautan kutub, gletser dan sungai-
sungai di pegunungan, dan cairan pada akuifer dalam tanah. Pada suhu
dan tekanan tinggi, seperti di pedalaman planet raksasa, ia
berpendapat bahwa air ada air ionik di dalam molekul terurai menjadi
sub ion hidrogen dan oksigen, dan pada tekanan bahkan lebih tinggi
sebagai air super ionik dimana oksigen mengkristal tetapi ion
hidrogen mengapung dengan bebas dalam kisis oksigen.
Penyediaan air bersih selain kuantitas, kualitasnya pun harus
memenuhi standart yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah
merupakan praktek umum bahwa dalam meletakkan kualitas dan
karakteristik dikaitkan dengan subbaku mutu air tertentu (standart
kualitas air). Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang
karakteristik air baku, sering kali diperlukan pengukuran sifat-sifat air
atau biasa disebut parameter kualitas air.
19
kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium, dan magnesium,
penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun
garam-garam bikarbonat dan sulfat.
2. pH
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas
ion hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH
menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan
suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7
dikatakan kondisi perairan bersifatasam, sedangkan pH > 7
dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Adanya karbonat,
bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air.
Sementara itu,adanya asam pada mineral bebas dan asam karbonat
akan menaikkan keasaman suatu perairan.
3. Salinitas
Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan
terlarut dalam air. Dalam pengukuran salinitas turut pula
diperhitungkan komponen GH dan KH disamping bahan-bahan
terlarut lainnya seperti natrium.
4. TSS
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang
ada dalam limbah setelah mengalami penyaringan dengan
membrane berukuran 0,45 mikron. Penentuan zat padat tersuspensi
(TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air limbah
domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit
pengolahan air.
5. BOD
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati
secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam
air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
20
pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem
pengolahan secara biologis.
6. COD ( Chemical Oxygent Demand)
COD adalah jumlah oksigen (MgO2) yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel
air,dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber
oksigen.
21
2. COD ( Chemical Oxygent Demand)
COD adalah jumlah oksigen (MgO2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel
air,dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber
oksigen.
3. BOD
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati
secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi
dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan
beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain
sistem pengolahan secara biologis.
22
BAB II
METODELOGI
2.1.1. Alat
1. Buret 50 ml : 2 buah
2. Labu Ukur 250 ml : 2 buah
3. Botol Winkler 108,8 ml : 1 buah
4. Beaker Glass 250 ml : 1 buah
5. Beaker Glass 500 ml : 2 buah
6. Gelas Ukur 100 ml : 1 buah
7. Bola Karet : 2 buah
8. Pipet Volume 10 ml : 1 buah
9. Pipet Volume 25 ml : 1 buah
10. Buret 50 ml : 1 buah
11. Corong 75 ml : 1 buah
12. Batang Pengaduk : 1 buah
13. Pipet Ukur 5 ml : 1 buah
14. Statif dan Klem : 1 buah
15. Corong : 1 buah
16. Water Bath : 2 buah
17. Erlenmeyer : 1 buah
18. Inkubator : 1 buah
19. Botol Semprot : 1 buah
20. Spatula : 1 buah
21. Gelas Winkler 110,3 ml : 1 buah
22. Erlenmeyer 250 ml : 2 buah
23
2.1.2. Bahan
24
Pembuatan Larutan Na2C2O4 0,025 N
25
2.2.3.Prosedur kerja pengolahan air
26
Gambar 2.1 Prosedur COD
27
2.2.5. Prosedur Kerja BOD
28
Gambar 2.2. Prosedur kerja OT0
29
2. Larutan Na2CO3 ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml.
3. Larutan tak berwarna ditambahkan H2SO4 1 : 2 sebanyak 10 ml.
4. Larutan tak berwarna ditambahkan larutan KMnO4 sebanyak 20 ml
5. Larutan ungu dipanaskan dengan menggunakan penangas air.
6. Larutan tak berwarna dititrasi dengan larutan KMnO4 hingga
larutan merah muda.
2.2.6. Bagan Pengolahan Air , COD dan BOD
30
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
25 100 10 20 7,5
b. Blanko
(ml)
1 Blank - 50 5 - 10 10 2,5
o
31
c . COD
Tabel 3.3 Data COD
(ml)
1 Air 25 50 5 1 10 10 3,4
Sungai
Sebelu
m
Filtrasi
2. 25 50 5 1 10 10 2,7
Air
Sungai
Sesidah
Filtrasi
3. 25 50 5 1 10 10 2,0
Ades
3.1.2 Pengamatan
1. Blanko
Aquades + H2SO4 1:2 Larutan tidak berwarna
32
Larutan ungu + Na2C2O4 Larutan tidak berwarna
KMnO4 0,025 N
3. Untuk sampel
1. Ades
Sampel + Aquades Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 Larutan tidak
berwarna
KMnO4 0,025 N
33
2. Air sungai sebelum filtrasi
KMnO4 0,025 N
KMnO4 0,025 N
34
d . BOD
Tabel 3.4 Data BOD
Air sungai
sebelum
4. 110,3
(OT4)
1 1 25 1 10 0
Air sungai
sesudah
(OT4)
35
30 menit
Endapan coklat + H2SO4(P) Larutan orange
36
Larutan orange titrasi larutan kuning
Tio 0,025N
Larutan kuning + ind.amilum 10% Larutan biru dongker
37
a = Berat Na2C2O4 yang ditimbang (gram)
b = Kandungan / Kemurnian Na2C2O4
X = Volume KMnO4 yang terpakai (mL)
0,00167 = 1 mL KMnO4 0,025 N ~ 1 gram Na2 C2 O4
b = 99,8%
X = 20 mL + 7,5 mL
= 27,5 mL
25 b 1
f =ax x x
1000 100 X x 0,001675
25 99,8 1
=1,68 x x x
1000 100 27,5 x 0,001675
= 0,9099
c. COD
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan kadar COD
adalah:
1000
COD (ppm) = (a-b) x f x x 0,2
V
Keterangan :
a = volume titrasi dengan KMnO4 (mL)
b = volume titrasi blanko dengan KMnO4 (mL)
f = faktor KMnO4
V = Volume Sampel (mL)
0,2 = 1 mL KMnO4 ~ 1 gram O2
1. Sebelum Filtrasi
Mengitung COD
1000
COD = ( a−b ) x f x 0,2
V Sampel
38
1000
= ( 4,5−2,5 ) x 0,0008358 x x 0,2
25
= 0,0133 ppm
2. Setelah Filtrasi
Mengitung COD
1000
COD = ( a−b ) x f x 0,2
V Sampel
1000 mL /L
= ( 2,7−2,5 ) mL x 0,9099 x x 0,2 mgr/mL
25 mL
= 1,4559 ppm
3. Air Ades
Mengitung COD
1000
COD = ( a−b ) x f x 0,2
V Sampel
1000 mL/ L
= ( 2,6−2,5 ) mL x 0,9099 x x 0,2mgr/mL
25 mL
= 0,7279 ppm
d. BOD
1. OT0 Sebelum filtrasi
0,025 ek mg
4,4 mL x x 1000 x 8 gr /ek
OT0 = L gr
108,8 mL−25 mL
= 10,5011 ppm
39
0,025 ek
3,5 mL x x 1000 mg/ g x 8 gr /ek
OT4 = L
108,8 mL−25 mL
= 8,3532 ppm
ek gr
4,6 mL x 0,025 x 1000 x 8 gr /ek
OT0 = L mg
110,3 ml−25 ml
= 10,7854 ppm
OT5 = 0
BOD Sebelum filtrasi = OT0-OT5
= 10,7854 – 0
= 10,7854 ppm
3.2.4.Reaksi
COD
40
Na2C2O4 + On CO2 + H2O
-1 +7 0 +2
Oksidasi
Reduksi
OksalatPermanganatsulfatdioksida Sulfat
41
2Na2C2O4 + 4KMnO4+ 6H2SO4 → 4CO2 + 6H2O + 4MnSO4 + 2K2SO4 + 5O2 + 4Na+
+3 +7 -1 +2
Oksidasi
Reduksi
BOD
42
MnSO4 + K2SO4 + I2 + 2NaN3 + 4H2O
BAB IV
PEMBAHASAN
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang
terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O.Karena air
merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat
yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di
dalamnya.Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini
sering disebut pencemar yang terdapat dalam air. Pada percobaan ini dilakukan
beberapa uji kualitas air yang menggunakan sampelairyaitu :air sungai sebelum
difiltrasi menggunakan alat penyaring air dan air air sungai sesudah difiltrasi
menggunakan alat penyaring air. Hal ini dimaksudkan untuk
menentukankadarCOD dan BOD dari sampel tersebut.Dalam penentuan kadar
COD pada sampel air digunakan reagen yaitu : Ag 2SO4, H2SO4 (1 : 2), larutan
Na2C10O410ml dan larutan standar tio 0,1 N. Adapun fungsi dari penambahan
salah satu reagen tersebut yaitu Ag2SO4 adalah untuk menghilangkan gangguan
43
yang disebabkan oleh ion klorida selama proses analisis berlangsung, dimana akan
diikat oleh Ag+ sehingga membentuk AgCl, dengan kata lain Ag2SO4 merupakan
katalis untuk mempercepat reaksi. Sedangkan dalam penentuan BOD pada sampel
air digunakan MnSO4, , larutan alkali-azida-iodida dan H2SO4 pekat dan amilum
larutan tio sulfat 0,1 N. Dan adapun fungsi dari penambahan salah satu reagen
tersebut yaitu larutan alkali-azida-iodida adalah sebagai kalisator yang mana zat
anorganik yang sangat sukar bereaksi akan membentuk endapan coklat.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Kandungan BOD untuk sampel air sungai sesudah filtrasi sebesar 10,7854
ppm
2. Kandungan COD untuk sampel ades sebesar 0,7279 ppm
3. Metode yang digunakan pada penetapan kadar oksigen terlarut ialah
metode Winkler dengan menggunakan titrasi iodometri.
5.2. Saran
Dalam melakukan analisa kadar BOD harus teliti karena mengunakan
metode titrasi.
45
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Koko. 2014. Khasiat dan keajaiban Air putih. Jakarta Timur: Dunia
Sehat
46